You are on page 1of 13

MAKALAH

Leadership Dalam Organisasi : Persepsi dan Keragaman


Sosial, Perbedaan Individu, Konsep Diri, Kepribadian,
Kemampuan, Sikap, dan Emosi, Manajemen Konflik

Disusun Oleh :
1. Abdul Hakim 21-MPI0082
2. Fadhilatus Sholihah 21-MPI0076
3. Rikha Wulandari 21-MPI0074
4. Sujatma 21-MPI0115

Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Leadership In Digital Transformation
BAB 1
KONSEP KEPEMIMPINAN ( LEADERSHIP CONCEPT )

Dari kualitas kepemimpinan dan pemimpin yang menentukan keberhasilan suatu lembaga atau
organisasi telah banyak memunculkan teori - teori kepemimpinan. Hal tersebut muncul, sebab
pemimpin sebagai ujung tombak dan berorientasi serta ikut berkepentingan mengarahkan
kegiatan dalam organisasi. Dengan demikian, secara teoritik, pemimpin yang sukses itu
mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan
menunjukkan jalan serta perilaku sesuai dengan koridor yang harus dikerjakan bersama-sama
(melakukan kerjasama), serta gaya kepemimpinan dari sosok pemimpin sangat mempengaruhi
semangat kerja kelompok atau yang biasa disebut sebagai kualitas superior. Keunggulan dan
kekuatan sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan stimulus psikososial yang mampu
memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara kolektif.

A. Teori Kepemimpinan
kepemimpinan adalah subjek yang telah lama menarik perhatian banyak orang, bahkan
dari segi waktu masalah kepemimpinan sama tua dengan sejarah manusia. Pernyataan
di atas memiliki dasar empiris-normatif tentang “kepemimpinan” merupakan sesuatu
yang sangat urgen pada kehidupan manusia, sebab faktanya kepemimpinan merupakan
faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi. Kepemimpinan
merupakan usaha mencapai tujuan yang dicanangkan bersama baik di dunia bisnis
maupun di dunia pendidikan, kesehatan, religi, sosial, politik, pemerintahan negara,
dan lain-lain. Bahkan di sisi yang lain, pengembangan individu dan penguatan
perusahaan memerlukan pemimpin sebagai penunjuk jalan yang mampu
membangkitkan optimisme dan keyakinan dalam merealisasikan gagasan-gagasan
besar perusahaan.

Dari kualitas kepemimpinan dan pemimpin tersebut yang akan menentukan


keberhasilan dari suatu lembaga atau organisasi tersebut terus banyak memunculkan
teori - teori kepemimpinan, sebab pemimpin adalah sebagai ujung tombak dan
berorientasi serta ikut berkepentingan mengarahkan kegiatan dalam organisasi. Dengan
demikian, secara teoritik, pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa
mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukkan jalan serta perilaku
sesuai dengan koridor yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerjasama),
serta gaya kepemimpinan dari sosok pemimpin sangat mempengaruhi semangat kerja
kelompok atau yang biasa disebut sebagai kualitas superior. Keunggulan dan kekuatan
sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan stimulus psikososial yang mampu
memunculkan reaksi-reaksi bawahan –baca orang lain- secara kolektif.

Pada hakikatnya kepemimpinan adalah suatu bentuk proses mempengaruhi dan


perilaku untuk memenangkan hati, pikiran dan tingkah laku orang lain. Namun, pada
umumnya definisi tentang kepemimpinan akan dikaitkan dengan proses perilaku
mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Artinya, bentuk kepemimpinan merupakan suatu proses di mana seseorang atau
seseorang memainkan pengaruh atas orang lain lain dengan menginspirasi, memotivasi,
dan mengarahkan aktivitas mereka untuk mencapai sasaran yang dicanangkan tersebut.
Pakar manajemen pendidikan seperti Hendyat Soetopo dalam konklusinya
memberikan batasan definisi kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi,
mengarahkan, dan mengkoordinasikan segala kegiatan organisasi atau kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi dan kelompok. Di sisi yang lain ada juga yang
mencoba untuk memberikan batasan pasti bahwa kepemimpinan adalah upaya
mempengaruhi anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara sukarela.

Ada juga yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah a property, a set of


characteristics –behavior pattern and personality attributes– that makes certain
people more effective at attaining a set goal”. Artinya, kepemimpinan merupakan
fakta proses untuk “menyakinkan” komponen organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama. Dengan demikian, suatu proses kepemimpinan sebenarnya
merupakan proses untuk mempengaruhi komponen organisasi secara psikis untuk
“bekerja” secara kolektif-kolegial. Jadi pada kerangka ini menurut Vithzal Rivai &
Deddy Mulyadi menyatakan kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan
pekerjaan para anggota kelompok.

Beberapa konsep atau unsur yang berkaitan erat dengan proses kepemimpinan dan
unsur-unsur tersebut antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat. Unsur-
unsur tersebut antara lain meliputi: pemimpin, yang dipimpin, waktu, lingkungan,
tujuan, tipologi, gaya, fungsi, performansi, dan ideologi. Ada juga yang mencoba
untuk memilah unsur-unsur tersebut dalam beberapa varian, yaitu:
a. Ada orang yang memimpin, mempengaruhi dan memberikan bimbingan;
b. Ada orang yang dipengaruhi yaitu pegawai atau bawahan baik individu
maupun kelompok;
c. Adanya kegiatan atau kerja dalam menggerakkan bawahan; dan
d. Adanya tujuan yang diperjuangkan melalui serangkaian tindakan atau
aktivitas.

Akan tetapi ketika dideskripsikan secara komprehensif akan meliputi varian:


1. Kepemimpinan melibatkan orang lain (karyawan atau pengikut),
Dengan kemauan mereka menerima pengarahan dari pimpinan;
2. Kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan tidak merata antara
pemimpin dan anggota kelompok. Definisi kekuasaan (power) yaitu
kemampuan untuk menggunakan pengaruh dalam arti kemampuan
untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok;
3. Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk
kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut dengan
berbagai cara melalui tindakan atau contoh tingkah laku yang
menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku kelompoknya; dan
4. Menggabungkan tiga aspek pertama dan mengakui bahwa
kepemimpinan adalah mengenai nilai.

Unsur-unsur dari kepemimpinan tersebut bisa dipastikan akan


meliputi segala bentuk organisasi profit maupun non profit termasuk
dalam hal ini adalah organisasi pendidikan. Namun dari sekian unsur-
unsur tersebut yang utama adalah pemimpin yang mempunyai
pengaruh luar biasa terhadap proses berkembangnya organisasi
tersebut, sebab pemimpin merupakan seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam
kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Artinya, ada suatu proses
dalam kegiatan ini yang “harus” dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu
suatu kemampuan untuk menginspirasi kepercayaan dan dukungan
kepada orang-orang yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan
dari lembaga. Pada kerangka ini hakikat dari kepemimpinan yaitu
suatu upaya mewujudkan adanya kemampuan mempengaruhi untuk
menggerakkan, membimbing, memimpin dan memberi kegairahan
kerja terhadap orang lain yang ada dalam diri pemimpin sebagai
orang yang dapat mempengaruhi, menggerakkan, menumbuhkan
perasaan ikut serta dan tanggung jawab, memberikan fasilitas,
tauladan yang baik serta kegairahan kerja terhadap orang lain.

B. Perilaku Dalam Kepemimpinan


Dalam mengamati perbedaan individual pada hakikatnya sangat perlu untuk
memperhatikan studi ilmiah tentang perilaku manusia. Pada kerangka ini, istilah
perilaku dapat dilihat sebagai beberapa jenis interaksi antara organisme dengan
lingkungan –seperti yang dijelaskan penulis pada awal bab ini yaitu tentang
pendefinisian kepribadian-, yang dapat ditandai dengan berbagai cara. Oleh sebab itu,
kepribadian merupakan konsep yang paling mendasar untuk digunakan untuk
menjelaskan serangkaian perilaku.Jadi pola yang demikian bisa untuk membedakan
tipe manusia dari berbagai perspektif, seperti yang dilakukan oleh D. Young yang
mencoba untuk membedakan manusia menjadi tiga golongan menurut arah
perhatiannya, yaitu:
1. Tipe Extrovert
Seorang bawahan disebut sebagai seorang yang extrovert jika perhatiannya
terutama ditujukan ke sekelilingnya. Orang seperti ini biasanya memiliki ciri
berhati terbuka, gembira, ramah tamah, sosial dan menempatkan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.
2. Tipe Introvert
Bawahan yang bertipe introvert perhatiannya terutama diarahkan ke dalam
dirinya sendiri. Orang seperti ini biasanya memiliki ciri egoistis, acuh tak-
acuh, senang menyendiri, pendiam, kurang bisa bergaul dan selalu
mendahulukan kepentingan pribadinya.
3. Tipe Ambiverse
Tipe ini merupakan perpaduan dari dua tipe sebelumnya. Dalam hal ini,
seorang bawahan sangat susah ditebak sifat dan karakternya. Pemimpin harus
hati-hati dalam menghadapi bawahan yang bertipe seperti ini.

C. Perilaku Pemimpin dalam Mengelola Organisasi


Pemimpin harus .melakukan pola manajemen untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan. Aspek-aspek tersebut dapat diuraikan
sebagaimana berikut :
1. Membuat Perencanaan
Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan merupakan sebuah rancangan
awal setiap program pelaksanaan untuk dilaksanakan pada satuan waktu tertentu.
Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan, atau suatu kegiatan yang sistematis
mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah,
metode-metode pelaksanaan, tenaga yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan.

2. Memberi Informasi
Perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan merupakan kegiatan
manajerial yang pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan yang
semuanya tidak lepas dan membutuhkan informasi. Informasi dari pemimpin
merupakan suatu hal yang urgen yang di sisi ada sesuatu juga mempengaruhi seluruh
komponen yang ada dalam organisasi yaitu aturan-aturan atau kebijakan yang
mengatur seluruh komponen organisasi, maka langkah-langkah strategis yang perlu
dilakukan oleh seorang pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah kepala sekolah
adalah langkah strategis yang akan membawa implikasi atau efek yang benar-benar
berlaku, tepat guna serta bermanfaat bagi seluruh jajaran atau komponen organisasi
yang dipengaruhi dalam lingkungan pendidikan.

3. Pengawasan (Controlling)
Controlling merupakan bentuk dari perilaku pemimpin yang berupa suatu kegiatan
yang mengadakan penilaian dan sekaligus mengadakan proses koreksi terhadap
kinerja komponen organisasi, sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat
diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah
disepakati bersama. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui perencanaan yang telah
terancang itu sudah tercapai secara efektif dan efisien, serta untuk mengadakannya
evaluasi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan dari perencanaan tersebut atau
dengan bahasa lain diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Selain hal
tersebut, controlling dilakukan untuk mencari langkah-langkah alternatif dalam
memecahkan permasalahan atau tujuan yang belum tercapai secara maksimal (feed
back), serta diadakan tindak lanjut (follow up) bagi tujuan yang telah tercapai.

4. Problem Solver
Keberhasilan dalam hal mengimplementasikan proses manajemen dalam organisasi
pendidikan, pemimpin memerlukan suatu bentuk kemampuan untuk mengambil
berbagai keputusan-keputusan, memecahkan problem-problem, dan melaksanakan
tindakan-tindakan untuk memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi secara efektif
dan efisien.

5. Membangun Tim Kerja (Teamwork)


Secara leksikal, kata “tim” memiliki arti sebagai kelompok; regu. Akan tetapi, tim
sebenarnya merupakan suatu jumlah yang kecil yang terdiri dari beberapa orang atau
kelompok yang lebih dari satu dengan keahlian yang saling melengkapi dan
mempunyai komitmen yang keras untuk mencapai tujuan bersama serta mempunyai
teknik dan pendekatan (approach) serta orientasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah sesuai dengan bidang masing-masing. Oleh sebab itu, sebuah tim
biasanya terdiri atas orang dengan jumlah yang relatif sedikit (sekitar dua sampai tiga
belas orang) dan mempunyai tujuan yang sama, begitu pula dengan penghargaan dan
tanggung jawab untuk mencapainya. Keistimewaan teamwork yaitu penyatuan
berbagai teamwork yang kombinatif untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan utama
dari membangun teamwork ini adalah terciptanya solidaritas (coheciveness) yang
tinggi diantara komponen organisasi dan terciptanya efektivitas kerja yang maksimal
serta guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi. Artinya, pekerjaan atau
aktivitas yang dilakukan dalam teamwork memiliki nilai lebih karena tersedianya
berbagai jalinan relasi manusia secara langsung tanpa adanya rintangan-rintangan
formal antara individu. Kondisi ini tentunya berdampak positif, yaitu dapat memompa
semangat anggota tim untuk bekerja secara produktif. Berbeda dengan kelompok
kerja yang bersifat “informal” yang cenderung dibentuk untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pribadi dari anggotanya.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan


Banyak faktor yang mempengaruhi alur proses kepemimpinan terlebih fakta atau
dinamika keorganisasian yang terjadi. Artinya, pemimpin ketika mengaplikasikan
gaya atau aktivitas kepemimpinannya sangat tergantung pada pola organisasi yang
melingkupinya. Dinamika ini yang dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinan
memiliki pengaruh yang sangat beragam dikarenakan berbagai macam faktor yang
melatarbelakangi penerapan gaya kepemimpinan. Terlebih lagi dinamika
keorganisasian antara satu dengan organisasi lainnya sangat beragam sehingga ada
banyak hal yang mempengaruhi gerak dari kepemimpinan.

Pada kerangka tersebut bukan hanya konsep tentang kepemimpinan yang digunakan
mempunyai pengaruh besar, akan tetapi keterampilan spontan dan teknis banyak
menentukan keberhasilan dari proses kepemimpinan. Di sisi yang lain, juga ada
beberapa faktor yang mempunyai relevansi atau pengaruh positif terhadap proses
kepemimpinan dalam organisasi, antara lain:
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal
ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan;
2. Harapan dan perilaku atasan;
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa
gaya kepemimpinan;
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya
pemimpin;
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan;
dan
6. Harapan dan perilaku rekan.
BAB II
PERILAKU KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP BEHAVIOR)

A. Perilaku Pemimpin Dalam Mengelola Organisasi


Pada perilaku ini seorang pemimpin dalam mengelola
pekerjaannya perlu melakukan aspek-aspek yang terkait erat
dengan proses manajerial pengelolaan organisasi. Pada konteks
ini, pemimpin telah melakukan pola manajemen untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijakan umum
yang telah dirumuskan. Aspek-aspek tersebut dapat diuraikan
sebagaimana berikut:
1. Membuat Perencanaan
Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran
dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan, atau suatu
kegiatan yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai,
kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode-
metode pelaksanaan, tenaga yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan.
Proses ini merupakan jembatan yang menghubungan
kesenjangan atau jurang antara masa kini dan keadaan
yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang
dengan “kesatuan kesepakatan”.
2. Memberikan Informasi
Perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengawasan merupakan kegiatan manajerial yang pada
hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan
yang semuanya tidak lepas dan membutuhkan informasi.
Dari informasi ini terjadi pertukaran ide, gagasan, dan
pikiran yang terkait dengan embrio kebijakan dalam
organisasi, sebab dalam kebijakan tersebut ada beberapa
alternatif yang perlu lebih dahulu diutamakan dengan
mengoptimalkan proses dan hasil dalam membuat suatu
keputusan.
ada beberapa perilaku yang perlu dilakukan oleh sosok
pemimpin dalam memberikan informasi pada seluruh
komponen organisasi, yaitu:
a) Mengidentifikasi jenis informasi yang diperlukan
oleh organisasi;
b) Menghindari sikap memberi informasi yang
berlebihan, jadi informasi diberikan “apa adanya”
tanpa ada perubahan pada esensi informasi;
c) Pilihan bentuk komunikasi yang cocok dengan
situasi dan kondisi organisasi;
d) Secara kontiu memberikan informasi dalam situasi
krisis;
e) Secara kontiu pula memberikan informasi terkait
dengan perubahan kebijakan; dan
f) Mempublikasikan tujuan pertemuan
jauh sebelumnya
dilaksanakan pertemuan tersebut.
3. Pengawasan (Controlling)
Controlling merupakan bentuk dari perilaku pemimpin
yang berupa suatu kegiatan yang mengadakan penilaian
dan sekaligus mengadakan proses koreksi terhadap kinerja
komponen organisasi, sehingga apa yang sedang dilakukan
bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud tercapainya tujuan yang sudah disepakati
bersama. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui
perencanaan yang telah terancang itu sudah tercapai
secara efektif dan efisien, serta untuk mengadakannya
evaluasi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan dari
perencanaan tersebut atau dengan bahasa lain diperlukan
untuk melihat sejauh mana hasil tercapai. Selain hal
tersebut, controlling dilakukan untuk mencari langkah-
langkah alternatif dalam memecahkan permasalahan atau
tujuan yang belum tercapai secara maksimal (feed back),
serta diadakan tindak lanjut (follow up) bagi tujuan yang
telah tercapai.
4. Problem solver
Keberhasilan dalam hal mengimplementasikan proses
manajemen dalam organisasi pendidikan, pemimpin
memerlukan suatu bentuk kemampuan untuk mengambil
berbagai keputusan-keputusan, memecahkan
problem-problem, dan melaksanakan tindakan-tindakan
untuk memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi
secara efektif dan efisien.

B. Pengelolaan Konflik
Dalam dinamika organisasi pendidikan tidak akan lepas dari dua
pola
hubungan sosial yaitu hubungan harmonis dan disharmonis.
konflik bisa diterjemahkan sebagai oposisi, interaksi yang
antagonis atau bertentangan, benturan antara bermacam-macam
paham, perselisihan, kurang mufakat, pergesekan, perkelahian,
perlawanan dengan senjata dan perang Sedangkan pengertian
konflik jika ditarik dalam pandangan organisasi memiliki
pengertian sebagai perbedaan pendapat antara dua atau lebih
banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi
sumber daya yang langka atau aktivitas kerja dan/atau
pandangan yang berbeda.
Sedangkan fungsi pemimpin dalam pengelolaan konflik pada
organisasi pendidikan terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi manajemen konflik. Maka pada poros ini, pemimpin
perlu untuk melakukan, antara lain:
1. Pada proses perencanaan, maka langkah yang perlu
diambil meliputi kegiatan-kegiatan identifikasi masalah,
klasifikasi masalah, dan analisis masalah;
2. Proses pelaksanaan pengelolaan konflik yang meliputi
kegiatan penentuan pendekatan dan penerapan
pendekatan manajemen konflik yang telah dipilih secara
tepat; dan
3. Proses evaluasi merupakan langkah koreksi untuk
menentukan langkah berikutnya yang lebih tepat. Evaluasi
selama proses manajemen konflik adalah dengan
membandingkan standar yang telah ditetapkan,
mengadakan perubahan jika terdapat kesalahan dalam
prosedur kerja, dan berorientasi pada tugas.
C. Tipe Kepemimpinan
Dari pembahasan tentang fakta kepemimpinan ada beberapa
diantara pengkajian yang menemukan berbagai model
kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan Karismatik
Model kepemimpinan kharismatik ini memiliki daya tarik,
energi dan pembawaan yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga ia memiliki pengikut
yang luar biasa jumlahnya (kuantitas) dan pengawal-
pengawal (pengikut) yang sangat setia dan patuh mengabdi
padanya tanpa ada kualitas Dengan demikian, interaksi
dari jenis kepemimpinan ini adalah lebih banyak bersifat
informal, karena dia tidak perlu diangkat secara formal
dan tidak ditentukan oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk
fisik, dan sebagainya. Meskipun demikian, kepercayaan
pada dirinya sangat tinggi dan para pengikutnya pun
mempercayainya dengan penuh kesungguhan, sehingga dia
sering dipuja dan dipuji bahkan sampai dikultuskan.
2. Kepemimpinan Transformasional
posisi dan peran dari kepemimpinan transformasional
yang dapat dimaknai sebagai spirit pemimpin untuk
melakukan transformasi atau perubahan terhadap sesuatu
menjadi menjadi bentuk lain yang berbeda dan lebih
sempurna.64 Oleh sebab itu, kepemimpinan
transformasional mengandung makna sifat-sifat pemimpin
yang dapat mengubah sesuatu menjadi bentuk lain,
misalnya mengubah energi potensial menjadi energi aktual
atau motif berprestasi menjadi prestasi riil yang semuanya
bergerak dari status quo ke dinamisasi organisasi. Pola
pemimpin transformasional adalah upaya untuk mencoba
membangun kesadaran para bawahannya dengan
menyerukan cita-cita yang besar dan moralitas yang tinggi
seperti kejayaan, kebersamaan dan kemanusiaan dalam
organisasi. Namun, nilai-nilai tersebut tidak hanya menjadi
slogan yang bersifat verbalistik an sich, akan tetapi
menjadi spirit substansial dalam organisasi tersebut.
Pada umumnya kepemimpinan transformasional
didefinisikan sebagai perilaku pemimpin dalam
mengkomunikasikan sebuah perubahan kepada yang
dipimpinnya baik melalui pembuatan visi dan misi yang
menarik, berbicara penuh antusias, memberikan perhatian
individu, memfokuskan dan sebagainya. Ada juga yang
mengajukan formulasi bahwa ia merupakan sebuah proses
di mana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk
meningkatkan kesadaran rekan kerja mereka tentang apa
yang benar dan apa yang penting, untuk meningkatkan
kematangan motivasi rekan kerja mereka serta mendorong
mereka untuk melampaui minat pribadi mereka demi
mencapai kemaslahatan kelompok, organisasi, atau
masyarakat.
3. Kepemimpinan Kultural
Kepemimpinan kultural sangat terkait dengan budaya atau
tradisi organisasi sebagai satu kesatuan utuh untuk
mencapai keefektifan kinerja organisasi. Perilaku yang
diterapkan akan mewarnai budaya organisasi baik dengan
menemukan berbagai budaya baru (inovatif) maupun
dengan mempertahankan (maintenance) berbagai budaya
lama yang sudah ada.
4. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimpinan partisipatif berkaitan erat dengan
penggunaan berbagai macam prosedur pengambilan
keputusan yang memberikan kepada orang lain suatu
pengaruh tertentu apalagi terhadap keputusan-keputusan
pemimpin tersebut. Pada kepemimpinan ini, pemimpin
memiliki gaya yang lebih menekankan pada kerja
kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan
hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan
keterbukaan dan memberikan kepercayaan yang tinggi
pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan
keputusan dan penentuan target pemimpin selalu
melibatkan bawahan. Dalam sistem inipun, pola
komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan
memberikan kebebasan kepada bawahan untuk
mengungkapkan seluruh ide maupun permasalahannya
yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
BAB III
Kesimpulan

kepemimpinan adalah subjek yang telah lama menarik perhatian banyak orang,
bahkan dari segi waktu masalah kepemimpinan sama tua dengan sejarah manusia.
Pernyataan di atas memiliki dasar empiris-normatif tentang “kepemimpinan”
merupakan sesuatu yang sangat urgen pada kehidupan manusia, sebab faktanya
kepemimpinan merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu
organisasi.
kepemimpinan adalah suatu bentuk proses mempengaruhi dan perilaku untuk
memenangkan hati, pikiran dan tingkah laku orang lain. Namun, pada umumnya
definisi tentang kepemimpinan akan dikaitkan dengan proses perilaku mempengaruhi
orang lain dalam mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Pemimpin dalam Mengelola informasi dapat melakukan beberapa hal tersebut,
diantaranya : Membuat Perencanaan, memberikan informasi, pengawasan dan dapat
mengatasi masalah.
Daftar Pustaka

Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, Peterj.: Budi Supriyanto, (Jakarta: PT.
Indeks, 2010), 2.
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2008), 1.
William J. Rothwell, Effective Succession Planning: Ensuring Leadership Continuity
and Building Talent from Within, (New York: AMACOM, 2005), 98.
Sanerya Hendrawan, Spiritual Management: From Personal Enlightenment Towards
God Corporate Governance, (Bandung: Mizan, 2009), 28.
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), 235.
Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi: Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 210.
Tony Kippenberger, Leadership Styles, (United Kingdom: Capstone Publishing,
2002), 7.
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2011), 2.
Jamal Ma’ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan Dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional: Paduan Quality Control Bagi Pelaku Lembaga Pendidikan,
(Yogyakarta: Diva Press, 2009), 92.
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), 32.
Burhanuddin, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1994), 91.
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 88.
Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga
Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami), (Lombok: Holistica, 2012),
21.
Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan:
―Menjualǁ Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2010), 283.
Patrick Lancioni, Mengatasi Lima Disfungsi Sebuah Tim, Peterj.: Diana Angelica,
(Jakarta: Salemba Empat, 2006), 9.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004),
102.

You might also like