You are on page 1of 41

TEKNOLOGI PRESERVASI

JALAN

Moh Luthfi Nurul Afif, S.T.,M.T


KONDISI PERKERASAN JALAN YANG SERING DITEMUI

•Apakah
kondisi
seperti ini
cocok untuk
diterapkan
preservasi?

• Penanganan jalan dengan overlay


menghasilkan retak top – down →
bukan karena kegagalan konstruksi di
bawahnya, tapi karena mutu campuran
beraspal
• Penanganan dengan milling dan rigid,
menyebabkan retak-retak karena
kualitas beton kurang baik dan kondisi
Jalan Ciasem – Pamanukan tanah lunak
KONDISI PERKERASAN JALAN YANG SERING DITEMUI

•Apakah
kondisi
seperti ini
cocok untuk
diterapkan
preservasi?

Jalan Jatibarang – Kertasemaya (Rigid pavement 27 cm, lean con. 10 cm)

• Terletak di daerah sawah dan hampir 50% pada musim hujan air permukaannya
tinggi (jarak dari permukaan kurang dari 50 cm), dan saat musim kemarau
dalam kondisi kering.
• Kondisi ini membuktikan bahwa kerusakan bukan oleh kualitas beton atau tebal
perkerasan yang kurang, tapi karena differential settlement.
HAKEKAT PRESERVASI JALAN

• Preservasi seharusnya:
– Merupakan upaya teknis mempertahankan kemantapan jalan hingga
akhir umur rencana yang ditargetkan
– Seharusnya untuk memelihara jalan yang sudah mantap agar tetap
bertahan kemantapannya hingga akhir umur rencana
– Merupakan manajemen aset jalan yang sudah mantap
• Preservasi memerlukan konsekuensi dan konsistensi:
– “preventif” – perencanaan bahan dan peralatan
– “on time” – pelaksanaannya sesuai kerusakan yang diprediksi
– Kontraktor harus menjadi “road manager” (selalu memonitor kondisi
jalan dan eksekutor), bukan hanya sebagai pelaksana proyek
HAKEKAT PRESERVASI JALAN

*) Sesuai AASHTO (1998)


HAKEKAT PRESERVASI JALAN

• Oleh karena itu, jalan yang berada dalam kondisi rusak:


– Harus dikembalikan dulu ke kondisi mantap (dengan rehabilitasi atau
rekonstruksi)
– Dilakukan perencanaan terkait kemungkinan penurunan kondisi karena
pengaruh beban dan kondisi lingkungan di masa mendatang
– Pengaruh lingkungan yang menyebabkan kerusakan struktural (contoh:
differential settlement) seharusnya sudah tidak menjadi concern ketika
kegiatan preservasi dilakukan.
• Preservasi harus dilakukan dengan biaya seoptimal mungkin
(bukan “biaya minimal”), terencana dan umumnya merupakan
pemeliharaan preventif.
HAKEKAT PRESERVASI JALAN

*) Sesuai Permen PU 13/PRT/M/2011

•Penanganan pemeliharaan (pemeliharaan rutin,


berkala, dan rehabilitasi), yang dapat dilakukan
secara preventif atau reaktif
•Rekonstruksi
HAKEKAT PRESERVASI JALAN (VERSI INDONESIA)
*) Sesuai Permen PU 13/PRT/M/2011
POHON KEPUTUSAN PEMILIHAN TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

Harus dilakukan
rehabilitasi →
bottom-up cracking

Top – down cracking → karena pengaruh lingkungan/ageing


POHON KEPUTUSAN PEMILIHAN TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

Harus dilakukan
rehabilitasi/rekonstruksi
→ karena kegagalan
struktur di bawahnya
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing)


• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal,
dsb.)
• Surface dressing (fog seal dan rejuvinating seal)
• Minor rehabilitation (overlay non-struktural tipis
konvensional atau dengan fiber-mat, hot dan cold-mix
recycling)
• Major rehabilitation (overlay struktural konvensional
atau dengan fiber-mat)
• Reconstruction
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing) → untuk


menutup retak dari intrusi air atau material halus.
– Crack filling → untuk mengisi retak aktif/working crack (dengan lebar >
0,1 inch, contoh pada retak melintang/memanjang) dengan jenis
material crack sealent yang bersifat lentur. Sifat lentur dari sealent sangat
bermanfaat untuk mengantisipasi pergerakan retak.
– Crack sealing → untuk mengatasi non-working crack, termasuk rongga
pada retak (contoh pada retak fatigue top-down, dll.) dengan
menggunakan material aspal emulsi, ditutup dengan pasir.
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), mempunyai


manfaat:
– Melindungi lapisan bawah (base) yang tidak berpengikat (granular base)
dari intrusi air
– Memperlambat kerusakan pada perkerasan
– Mengurangi kemungkinan untuk terjadinya pelepasan butir, yang
berujung pada terjadinya lubang (potholes)
– Memperpanjang umur perkerasan antara 1 – 4 tahun (dibandingkan
apabila tanpa treatment)
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing)

Crack sealing Crack filling


JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), yang perlu


diperhatikan:
– Jenis retak, untuk menentukan jenis treatment yang akan
dipilih (filling atau sealing)
– Tingkat keparahan (level of severity) retak
– Jumlah retak
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), yang perlu


diperhatikan:
– Jenis retak, untuk menentukan jenis treatment yang akan
dipilih (filling atau sealing)

Retak Retak
melintang memanjang

Retak tepi Retak blok Retak kulit buaya


Crack sealing atau crack filling
Crack sealing
(jika lebar retak > 1/8”)
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), yang perlu


diperhatikan:
– Tingkat keparahan (level of severity) retak
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), yang perlu


diperhatikan:
– Jumlah retak

acceptable Terlalu banyak (disarankan


menggunakan teknologi
preservasi yang lain)
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), yang sering


terlewat:
Di sekitar
man-hole
Sambungan
antara
badan jalan
dan bahu
jalan
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), metode


pengerjaan:
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface treatment (crack filling dan crack sealing), hasil akhir:

Hasil akhir Hasil terbaik


JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.) →


yaitu suatu proses untuk menutup suatu area yang relatif luas
dengan jenis kerusakan retak. Crack surfacing dapat berfungsi
sebagai lapis permukaan baru atau sebagai pre-treatment
terhadap jenis penanganan yang lain.
– Slurry seal → terdiri dari aspal emulsi, air, agregat halus (lolos no. 4) dan
filler (biasanya berupa semen).
– Micro-surfacing → material yang sama dengan slurry seal, ditambah
dengan bahan polimer agar diperoleh properti campuran yang lebih baik.

Material aspal pada slurry seal (sama dengan chip seal) akan mengeras (air akan
terpisah dari aspal) apabila terdapat panas, sedangkan micro-surfacing akan
mengeras secara kimia.
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.) →


Agregat yang digunakan pada slurry seal dan micro-surfacing:

agregat
30 - 50 halus

18 - 30
15 - 30 10 - 21
10 - 20 5 - 15
micro-surfacing
slurry seal
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.),


digunakan untuk:
– Slurry seal: permukaan jalan yang telah mengalami retak halus yang
meluas, menghambat pelepasan butir dan meningkatkan gesekan
permukaan.
– Micro-surfacing: sama dengan slurry seal, selain itu juga dapat digunakan
untuk memperbaiki profil penampang melintang dan mengisi alur (jejak
roda) pada lalu lintas sedang sampai dengan berat.

Slurry seal Micro-surfacing


JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.),


penggunaan slurry seal dan micro-surfacing dilihat dari
parameter PCI:
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.),


kapan harus menggunakan micro-surfacing daripada slurry seal:
– Membutuhkan waktu break aspal dan air yang lebih cepat (misalnya
pengerjaan saat malam hari)
– Dibutuhkannya agregat dengan kualitas lebih baik
– Dibutuhkan tidak hanya sekedar untuk meng-cover retak yang banyak,
tapi juga untuk memperbaiki profil melintang jalan
– Memungkinkan untuk pelapisan lebih dari satu lapisan

Slurry seal

Micro-surfacing
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.),


pencampuran slurry seal dan micro-surfacing in situ:

Cek video: https://youtu.be/6Gm6IB_no6s


JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.)


– Chip seal → dilakukan dengan mengaplikasikan lapisan aspal (polymer-
modified asphalt emulsion) terlebih dahulu ke permukaan perkerasan,
disusul dengan penyebaran satu atau dua lapisan agregat (atau disebut
juga “chips”) berukuran seragam, kemudian dipadatkan dengan roller agar
agregat tertanam di dalam lapisan aspal. Lapisan chip seal dengan satu
lapisan agregat disebut burtu, sedangkan dengan dua lapisan agregat
disebut sebagai burda.

Chip seal
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.)


– Chip seal
• untuk laburan dua lapis agregat (Burda), lapisan kedua diletakkan
langsung dan di atas lapisan pertama. Aspal yang digunakan pada
lapisan pertama adalah sebanyak 60% dari total aspal yang
digunakan pada chip seal. Agregat yang dihampar pada lapisan
pertama mempunyai ukuran lebih besar dari lapisan kedua.
• Chip seal, menggunakan agregat kasar (batu pecah) ukuran seragam
dengan ukuran nominal 12,5 mm (berbeda dengan slurry seal dan
micro-surfacing yang rata-rata menggunakan pasir)
• Burtu dihampar dan dipadatkan dengan tebal maksimal 20 mm,
sedangkan burda diharapkan setelah dipadatkan mempunyai tebal
maksimal 35 mm.
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.)


– Penggunaan chip seal:
• Dihampar di atas lapisan pondasi berbutir kelas A yang telah diberi
lapis resap pengikat (prime coat), atau di atas lapisan pondasi
berpengikat semen atau aspal
• Dihampar di atas lapisan aspal lama (ditambahkan lapisan
pengikat/tack coat)
• Berfungsi untuk waterproof permukaan, menutup retak halus s/d
sedang dan meningkatkan kekesatan permukaan jalan.
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.)


– Chip seal, dapat terdiri dari:
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Crack surfacing (slurry seal, micro-surfacing, chip seal, dsb.)


– Pengerjaan Chip seal

Cek video: chipseal tarum film.mmg


JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface dressing (fog seal dan rejuvinating seal) → bermanfaat


untuk pengurangan kerusakan seperti lepasnya butiran dari
permukaan aspal (ravelling).
– Fog seal → mirip dengan slurry seal, hanya tanpa agregat. Aspal emulsi
yang digunakan adalah berjenis slow-setting (lambat terpisahnya antara
bahan kimia dan aspal).
– Rejuvinating seal → mirip dengan fog seal, tapi ditambah dengan
rejuvenating agent yang berfungsi untuk menambahkan maltene pada
lapisan aspal eksisting sehingga dapat menambahan fleksibilitas lapisan
aspal.

Tanpa Dengan
surface surface
dressing dressing
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface dressing (fog seal dan rejuvinating seal)

Apakah ada
bedanya?
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface dressing (fog seal dan rejuvinating seal) → Apa beda


yang lainnya dari fog seal dan rejuvenating seal?
– Fog seal dilakukan pada perkerasan yang masih relative baru
(maksimum 2 tahun), sedangkan rejuvenating seal dilaksanakan pada
perkerasan yang berumur maksimum 4 tahun
– Fog seal dilakukan untuk mengurangi terjadinya pelepasan butir/
raveling, kadang digunakan pada chip seal sebelum penghamparan
agregat, serta menambah waterproofing.
– Rejuvinating seal dilakukan terutama untuk melunakkan aspal yang
telah mengeras karena proses oksidasi dan mengurangi tingkat
oksidasi/ageing (campuran beraspal lebih fleksibel, mengurangi aspal
mudah retak).
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Surface dressing (fog seal dan rejuvinating seal) → Pengerjaan


fog seal dan rejuvenating seal.

Cek video: https://www.youtube.com/watch?v=1a-V7j5yrls


JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Untuk mencegah retak merambat ke atas, digunakan stress


absorbing membrane (SAM), dan stress absorbing membrane
interlayer (SAMI)
– Contoh SAM dan SAMI menggunakan material aspal karet (rubber aspal). Di
atas SAMI bisa diletakkan lapisan tipis campuran beraspal non- struktural,
atau lapisan campuran beraspal struktural.
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN
• Penggunaan SAM

Fatigue cracking: Block cracking:


- “sedikit” retak yang terjadi - Biasanya berjarak < 5 ft.
- Jalan masih nyaman untuk - Fill & seal crack
dilewati - Jalan masih nyaman untuk
dilewati
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• Penggunaan SAMI

Fatigue cracking:
-Jalan sudah tidak nyaman
dilewati karena retak banyak
dan lebar
-Membutuhkan peningkatan
struktural
-Retak pada alur dengan
tingkat keparahan sedang
JENIS TEKNOLOGI PRESERVASI JALAN

• SAM dan SAMI


– Penggunaan material fiber-mat pada SAM dan SAMI

Cek video: https://www.youtube.com/watch?v=vpWcZCMEJm8


CLOSING REMARKS: PRESERVASI JALAN

– Dengan preservasi, biaya pemeliharaan akan lebih murah


– Dengan preservasi, perlu ada “investasi” alat dan perubahan mind-set dari pemeliharaan reaktif ke
pemeliharaan preventif.
– Dengan preservasi, harus ada perencanaan yang matang. Jalan harus selalu dimonitori untuk
mengetahui kapan pemeliharan preventif harus dilakukan.

You might also like