You are on page 1of 17

MAKALAH

“ KEBUDAYAAN : HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT, RUMAH SAKIT, DAN


KEBUDAYAAN MASYARAKAT”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Dosen Pengampu : Dinda Nur Fajri Hidayati, S.Kep., Ns. M.Kep

Kelompok 6

1. Ariningtyas Cindywari (231560112005)


2. Debora Purnama Sari (231560112007)
3. Dhea Devi Maharani (231560112009)
4. Oktavia Rosaria Christanto Damanik (231560112023)
5. Rahmini Sutira Harahap (231560112024)
6. Rosi Nabilah Dara (231560112028)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

SEKOLAH TINGGI lLMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “KEBUDAYAAN : HUBUNGAN ANTARA MASYARAKAT,
RUMAH SAKIT, DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT”.
Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Hubungan antgara masyarakat, rumah sakit dan
kebudayaan mastarakat dalam Keperawatan agar dapat diterapkan dalam praktek keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................................5

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Pengertian masyarakat...................................................................................................6
B. Pengertian Rumah Sakit.................................................................................................6
C. Pengertian Budaya.........................................................................................................7
D. Pengertian Masyarakat Rumh Sakit...........................................................................8-9
E. Budaya Rumah Sakit................................................................................................9-10
F. Karakteristik kebudayaan rumah sakit (organisasi) ......................................10-11
G. Interaksi sosial antara komponen tenaga kesehatan............................................................11-12
H. Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat....................................................12-16

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Menurut Isniati (2013)
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai social, norma social, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur social, religious, dan lain lain. Menurut
WHO sehat merupakan suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun
kesejahteraan social seseorang. Sedangkan menutut Isniati (2013) sehat adalah dinamis,
statusnya berubah-ubah yang mempengaruhi sseorang dalam tingkat fisiologi, psikologi
dan dimensi kultur sosial. Pandangan tentang kesehatan biasanya berisi salah satu satu
atau lebih dari perspektif biologis dan klinis, psikologis, sosiologis dan adaptif.
Kebudayaan memiliki unsur yang sama dalam setiap kebudayaan di dunia. Baik
kebudayaan kecil bersahaja dan terisolasi maupun yang besar, kompleks dan dengan
jaringan hubungan yang luas. Kebudayaan sangat mudah berganti dan dipengaruhi oleh
kebudayaan lain, sehingga akan menimbulkan berbagai masalah yang besar. Dalam suatu
kebudaayn terdapat sifat sosialis masyarakat yang didalamnya terdapat suatu ikatan social
tertentu yang akan menciptakan kehidupan bersama (Sulismadi & Sofwani,2011).
Peran sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk,
mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok
sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Sehingga sosial budaya mampu
menjadi penentu kualitas kehatan masyarakat. Apabila suatu masyarakat terlalu terpaku
pada sosial budaya setempat, hal tersebut juga dapat mempengaruhi perilaku-perilaku
kesehatan di masyarakat, salah satu perilaku kesehatan masyarakat yang perlu menjadi
pertimbangan adalah mengambil keputusan dalam hal masalah kesehatan. Membuat
keputusan adalah suatu usaha yang melibatkan aktivitas berfikir apabila membuat pilihan
beberapa alternatif yang ada supaya pilihan yang dibuat menjadi pilihan terbaik.
Membuat keputusan adalah proses membuat pilihan antara dua atau alternative yang
saling bertentangan yang mana akan menyulitkan orang yang membuat keputusan.

4
Sehubungan dengan itu pembuat keputusan perlu berpikir berdasarkan beberapa ciri atau
kriteria tertentu ( Makhsinet, 2006 ).
Dalam dunia kesehatan metode pengobatan terus berkembang. Namun, khususnya
di Indonesia dalam masalah kesehatan masih diikuti oleh kebudayaan masyarakat loKal.
Yang disisi lain berbenturan atau berbandingan terbalik dengan hasil-hasil penelitian di
dunia kesehatan. Misalnya ibu hamil yang tidak boleh mengkonsumsi ikan. Padahal gizi
yang terkandung dalam ikan sangan bermanfaat bagi ibu hamil dan janin yang
terkandung didalamnya. Peran tenga kesehatan khususnya perawat, kita harus
memberikan suatu penyuluhan kesehatan atau pengetahuan tentang mengkonsumsi ikan
bagi ibu hamil sangan dibutukan. Namun, untuk mewujudkan penyuluhan tersebut tidak
lepas kerjasama tim tenaga kesehatan itu sendiri dan janga membeda-bedakan pasien dari
sudut pandang keagaaman, budaya suku dan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
2. Apa yang dimaksud dengan Rumah Sakit?
3. Apa yang dimaksud dengan Budaya?
4. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Rumah Sakit?
5. Apa yang dimaksud dengan Budaya Rumah sakit?
6. Bagaimana gambaran masyarakat Rumah sakit dan Budaya saat ini?
7. Bagaimana karakteristik kebudayaan Rumah Sakit?
8. Bagaimana interaksi social antara komponen tenaga Kesehatan?
9. Apakah pengaruh sosial budaya terhadap Kesehatan masyarakat?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari masyarakat.
2. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari Rumah Sakit.
3. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari Budaya.
4. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari Masyarakat Rumah Sakit.
5. Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari Budaya Rumah sakit.
6. Agar mahasiswa mengetahui gambaran masyarakat Rumah sakit dan Budaya saat
ini.

5
7. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana karakteristik kebudayaan Rumah Sakit.
8. Agar mahasiswa mengetahui interaksi sosial antara komponen tenaga kesehtan.
9. Agar mahasiswa mengetahui pengaruh sosial budaya terhadap kesehtan masyarakat.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga-keluarga. Awal dari


masyarakat pun dapat kita katakana berasalah dari hubungan antar individu, kemudian
kelompok yang lebih membesar lagi menjadi suatu kelomok besar orang-orang yang disebut
dengan masyarakat (Khairuddin, 2008). Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah
yang hidup karena proses masyarakat. Masyarakat berbentuk melalui hasil interaksi yang
koninyu anatar individu.

Definisi masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa
manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi atau satu sama lain. Istilah masyarakat kadang-kadang digunakan dalan artian
“gesellaachafi” atau sebagai asosiasi manusia yang ingin mecapat tujuan-tujuan tertentu ang
sebatas isinya sehingga direncanakan pembentukan organisasi-organisasi tertentu (Soekanto,
1983).

Masyarakat adalah kelompok manusia yang disengaja dibentuk secara rasional untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Suatu totalitas dari orang-orang yang saling
tergantung dan yang mengembangkan suatu kebudayaan tersendiri juga disebut masyarakat.
Oleh karena itu pengertian masyarakat tak mungkin dipisahkan dari kebudayaan dan
kepribadian (Soekanto, 1983)

B. Pengertian Rumah sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rataw jalan dan
gawat darurat (Permenkes No. 54 tahun 2014 tentang klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit).

6
Rumah sakit adalah institusi kesehatan profesional yang pelayanannya diselenggarakan oleh
dokter, perawat dan tenga ahli lainnya. Beriku ini ialah beberapa jenis-jenis Rumah Sakit yang
akan dijelaskan untuk memberikan gambaran mengenai kebudayaan Rumah Sakit.

1. Rumah Sakit Umum


Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu
negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka
panjang. Rumah Sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastic, ruang
bersalin, laboratorium dan sebagainya Sebagaian besar Rumah Sakit di Indonesia juga
membuka pelayanan kesehatan tanap meginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum
(klinik).

2. Rumah Sakit Terspesialisasi


Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau
rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital),
penyakit pernapasanm dan lain-lain. Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan ataupun hanya
satu bangunan. Kebanyakan mempunyai afiliasi dengan universitas atau pusat riset medis
tertentu.
3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait
dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedoteran pada suatu
universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan
dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau teknik pengobatan baru.
4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani
pasien-pasien yang merupakan aggita lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut.
Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan kegiatan lembaga tersebut (misalnya
rumah sakit militer, lapangan udara). Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di
Indonesia juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk
masyarakat umum.
5. Klinik
Klinik fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertetu.
Biasanya dijalankan oleh lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin
menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan. Bentuknya bisa
pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.

7
C. Pengertian Budaya

Kebudayaan berasaal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan
dengan akal (Koentjaraningrat, 1969: 76).

Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi karya. Kebudayaan merupakan keseluruhan
total dari apa yang pernah dihasilkan oleh makhluk manusia yang menguasai planet ini sejak
jaman ia mucul di muka bumi kira-kira empat juta tahun yang lalu. Sampai sekarang
(Koentjaningrat. 1974: 19-20).

Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu : Bahasa, teknologi, sistem


ekonomi, organisasi, sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian, serta mempunyai tiga
wujud ialah : ide, aktivitas dan kebendaan yang masing masing biasanya disebut sistem budaya
atau adat istiadat, sistem sosial dan kebudayan kebendaan. Koentjaningrat juga mengatakan
bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagsan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(WoroAryandini, 2000:8)

D. Masyarakat Rumah Sakit

Masyarakat Rumah Sakit yaitu komponen-komponen yang terdapat dalam Rumah Sakit.
Komponen Rumah Sakit terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu komponen dalam dan komponen
luar.

1. Komponen Dalam
a. Staff Medik, melakukan kegiatan medik yang dimiliki aktivitas pelayanan seperti
keperawatan, rekam medis dan dokter. Aktivitas yang dilakukan oleh staff medis yang
bersangkutan dengan pelayanan pasien dalam kesehatan. Melakukan rapat dan mebuat
laporan kesehatan pasien yang berkunjung.
b. Staff Non Medik, merupakan pegawai tetapi dimana mereka mengelola sisitem dan
manajemen Rumah Sakit dalam jangka waktu yang lama. Para staff tersebut terdiri
dari :
1) Bagian Manajerial, terdiri dari Kepala atau pemimpin Rumah Sakit (Direktur
besrta wakil, kepala unit atau instatasi).
2) Bagian Administrasi, pengolahan bagian keuangan di Rumah Sakit.

8
3) Bagian Servis, pengolahan bagian pemeliharaan Rumah Sakit.

2. Komponen Luar
a. Pasien
Pasien dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pasien rawat inap dan rawat
jalan (pasien sakit), melalukan medical chek up dapat dikatakan kontrol kesehatan
(pasien sehat). Selain itu, pembagian pasien dapat dibagi berdasarkan umur dan jenis
penyakitnya. Berdasarakan umur pasien terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pasien anak dan
pasien dewasa. Pasien anak adalah dari balita sampai dengan usia 13 (tiga belas)
tahun. Pasien deawas adalah pasien yang berusia 13 (tiga belas) tahun keatas.
Berdasarkan jenis penyakitnya pasien terbagi menjadi 2 (dua) yaitu : pasien penyakit
umum dan pasien ibu. Pasien penyakit umum adalah pasien yang membutuhkan
pelayanan kesehatan dari berbagai jenis penyakit. Sedangkan pasien ibu adalah pasien
yang sedang mengandung dan melahirkan, serta melakukan perawatan kesehatan
(medical check up) (Marlina, 2008).

b. Pengunjung
Pengunjung dapat terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pengunjung pasien dan pengunjung
dari staff atau dapat dikatakan dengan tamu.pengunjung pasien adalah keluarga atau
kerabat pasien yang sedang melakukan rawat inap di ruma sakit. Sedangkan
pengunjung staff adalah keluarga atau kerabat serta orang-orang yang memiliki
kepentingan khusus dengan bagian staff rumah sakit, baik staf medik maupun non
medik.
c. Penunggu Pasien
Penunggu pasien adalah keluarga yang menemani pasien ketika menjalani rawat inap
di rumah sakit. Secara Umum, aktivitas yang dilakukan oleh kelompok ini adalah
menunggu pasien, melakukan konsultasi dengan tenaga medis dan proses administrasi.

E. Budaya Rumah Sakit


Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena ia merupakan
institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri-ciri serta fungsi- fungsi yang khusus
dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi dalam
pelayanan penderita. Di samping melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan masyarakat,

9
rumah sakit juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian (Boekitwetan 1997). Rumah
sakit di Indonesia pada awalnya dibangun oleh dua institusi. Pertama adalah pemerintah
dengan kasus untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum terutama yang
tidak mampu. Kedua adalah institusi keagamaan yang membangun rumah sakit nirlaba untuk
melayani masyarakat miskin dalam rangka penyebaran agamanya. Hal yang menarik akhir-
akhir ini adalah perubahan orientasi pemerintah tentang manajemen rumah sakit dimana kini
umah sakit pemerintah digalakkan untuk mulai orientasi ekonomis. Untuk itu lahirlah konsep
rumah sakit Swadana dimana invesasi dan gaji pegawai ditanggung pemerintah namun biaya
opersional rumah sakit ditutupi dari kegiatan pelayanan kesehatannya. ( Rijadi,1994)
Dengan demikian, kini rumah sakit mulai memainkan peran ganda yaiu tetap melakukan
pelayanan sekaligus memperoleh penghasilan atas operasionalisasi pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat. Rumah sakit tidak dapat mengabaikan sumber daya manusia
yang dimiliki termasuk perhatian atas kepuasan kerjanya pengabaian tersebut akan berdampak
pada kualitas pelayanan kesehatan.
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan, meningkatnya keadaan ekonomi
masyarakat, serta adanya kemudahan dibidang transportasi dan komunikasi, majunya iptek
serta derasnya arus informasi mengakibatkan nilai dalam masyarakat berubah. Masyarakat
cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih bemutu termasuk pelayanan kesehatan.
Pelayanan rumah sakit yang baik bergantung dari kompetensi dan kemampuan paa
pengelola Rumah Sakit. Untuk meningkatkan kemampuan para pengelola rumah sait tersebut
selain melalui program pendidikan dan pelatihan, juga diperlukan pengaturan dan penegakan
disiplin sendiri dari para pengelola rumah sakit serta adanya tanggung jawab secara moral dan
hukum dari pimpinan rumah serta adanya tanggung jawab secara moral dan hukum dari
pimpinan rumah sakit untuk menjamin terselenggaranya pelayanan yang baik.

F. Karakteristik kebudayaan rumah sakit (organisasi)


1. Asumsi karyawan tentang katerkaitan lingkungan organisasi
Menunjukkan bahwa organisasi mereka didominasi dan sangat dipengaruhi oleh
beberapa pihak eksternal, yaitu pemilik saham. Departemen kesehatan sebagai teknis, dan
masyarakat pengguna jasa kesehtan sebagai konsumen. Peran masyarakat kini begitu dirasakan
sejak rumah sakit menjadi institusi yang harus mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa
mengandalkan subsidi lagi. Pada situasi seperti ini, karyawan menyadari betul fungsi yang
harus dimainkan ketika berhadapan dengan konsumen, yaitu mereka harus memberikan
pelayanan terbaik kepada pasien dan keluarga, serta para pengunjung lainnya. Nilai-nilai yang

10
sudah ditankan kepada karyawan dalam memberikan pelayanan kepada konsumennya tadi
dapat terungkap dari pandangan mereka bahwa justru konsumenlah orang terpenting dalam
pekerjaan mereka. Oleh karena itu jika terdapat perselisihan antara karyawan dan pasien maka
karyawan haruslah mengalah karena tidak ada ynag pernah menang dalam berselisih dengan
konsumen. Dengan melihat nilai yang ditanamkan pada setiap karyawan terebut maka dpat
dijelaskan tentang berlakunya asumsi fungsi pelayanan di rumah sakit.
2. Pandangan karyawan mengenai bagaimana sesuatu itu di pandang sebagai fakta atau
tidak (kriteria realitas) dan benar atau tidak (kriteria kebenaran).
Kriteria realitas yang dominan berlaku di salah satu rumah sakit dengan realitas konsen
yang berrati bahwa sesuatu itu dapat diterima sebagai fakta bila sesuai dengan kebiasaan yang
telah ada atau opini umum yang berkembang di lingkungan rumah sakit tersebut. Sementara itu,
karyawan rumah sakit juga berpandangan dominan bahwa kebenaran lebih ditentukan oleh
rasionalitas. Dengan kata lain, sesuatu itu dapat dipandang sebagai benar bergantung pada
rasionalitas kolektif di lingkungan rumah sakit tersebut dan bila telah ditentukan melalui proses
yang dapat diterima dalam saluran organisasi.
3. Pandangan karyawan berkenaan dengan hakikat sifat dasar manusia
Sebagaian besar karyawan rupanya berasusmsi bahwa manusia atau teman sekerja
mereka itu memiliki sifat yang pada dasarnya baik, yaitu rajin bekerja, sangat memperhatikan
waktu kerja (masuk dan pulang kerja tepat waktu), siap membantu pekerjaan rekan-rekan
lainnya. Namun demikian mereka juga berpandangan bahwa sifat ini tidak selamanya berlaku
konsisten. Akan ada selalu godaan atau kondisi yang dapat mengubah sifat manusi. Mereka
percaya betul bahwa tidak ada sifat yang kekal, sifat baik dapat saja berubah menjadi buruk,
begitu pula sifat buruk bisa berubah menjadi baik.
4. Asumsi karyawan tentang hakikat aktivitas manusia
Menunjukkan bahwa aktivitas manusia itu harmoni atau selaras dengan aktivitas
organisasi. Tidak hanya aktivitas manusia saja yang mamp menentukan keberhasilan organisasi.
Namun mereka juga menolak bahwa aktivitas organisasi semata yang menentukan keberhasilan
organisasi karena merekna memandang bahwa aktivitasnya juga memberikan kontribusi atas
keberhasilan organisasi. Pada intinya mereka memandang bahwa aktivitasnya meliputi curahan
waktu, tenaga, dan pikiran harus selaras dengan aktivitas organisasi secara keseluruhan yang
berupa kinerja sumber daya manusia, keuangan, aktivitas tetap.
5. Asumsi hakikat hubungan manusia antar karyawan lebih bersifat kekeluargaan
Kekeluargaan tidak dipahami sebagai nepotisme atau usaha keluarga, namun
kekeluargaan dipahami sebagai hubungan antar individu dalam suatu kelompok kerja sebagai

11
suatu kerja sama kelompok yang lebih berorientasi pada konsesnsus dan kesejahteraan
kelompok. Dalam suatu kelompok kerja seorang karyawan terkadang tidak hanya menjalankan
tugas hanya pada bidang tugas yang tertera secara formal karena ia harus siap membantu bidang
tugas yang lain yang dapat ditanganinya. Hubungan antar karyawan tidak sebatas hubungan
kerja, kerapkali mereka jauh lebih terikat secara pribadi dan saling mengerti tentang karakteristik
pribadi lainnya.

G. Interaksi sosial antara komponen tenaga kesehatan


Menurut Rokhmah (2017) rumah sakit adalah organisasi dalam bidang jasa pelayanan
Kesehatan. Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah sakit didukung oleh
banyak jenis keterampilan SDM baik yang berbentuk profesi maupun non profesi. Berhasilnya
suata komunikasi adalah apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-unsur yang terkandung
dalam proses komunikas. Unsur-unsur itu adalah sumber (resource), pesan (message), saluran
(chanel/media) dan penerima (recciver/audiens). Komunikasi dapat efektif apabila pesan
diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pessan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
2003)
Komunikasi efektif sangat diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh
beberapa pihak, pasien, perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Dokter dapat mengetahui
dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.
Kondisi ini sangat amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Literature
review ini bertujuan untuk mengetahu efektifitas komunikasi efektif dalam praktik kolaborasi
interprofesi akan meningkat kualitas pelayanan.
Kolaborasi antar penyedia layanan kesehatan yang diperlukan dalam pengaturan
perawtaan Kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang dapat memenuhi kebutuhan
semua pasien. Akibatnya, kualitas layanan yang baik juga tergantung pada professional yang
bekerja sama dalam tim interprofessional. Komunikasi yang efektif antara professional kesehatan
juga penting untuk memberikan pengobatan yang efesien dan pasien berorientasi komperhensif.
Selain itu semakin banyak bukti ynag menunjukan bahwa komunikasi yang bururk antar
professional kesehatan akan merugikan banyak pasien.
Kolaborasi interperprofesional di lingkungan kerja professional telah dikaui oleh
keperawtan, kedokteran gigi, dokter, farmasi, dan Kesehatan masyarakat organisasi professional
sebagai komponen penting untuk aman, tinggi, kualitas diakses, perawat berpusat
(interprofessional Pendidikan collaborative panel ahli, 2011). Kolaborasi interprofessional

12
bekerja di profesi kesehatan untuk bekerja sama, berkolaborasi, berkomunikasi, dan
mengintegritasikan pelayanan dalam tim untuk memastikan perawatan yang terus menerus dan
dapat diandalkan. Terrdapat beberapa fakor yang perlu diperhatikan untuk mengupayakan proses
komunikasi yang efektif yaitu :
1. Sensitifitas kepada penerima komunikasi
Sensitifitas ini sangatlah penting dalam penentuan cara komunikasi serta pemilihan media
komunikasi. Hal-hal yang bersifat penting dan pribadi baik dibicarakan secara langsung atau
tatap muka, dengan demikian mengurangi adanya kecangguangan serta adanya mis komunikasi.
2. Kesadaran dan pengertian terhadap makna simbolis
Hal ini menjadi penting dalam seseorang mengerti komunikasi yang disampaikan. Komunikasi
seringkali disampaikan secara nonverbal atau lebih dikenal dengan body leanguge. Pengertian
akan body language yang bisa berbeda akan memberikan kelebihan dalam bekomunikasi.
3. Penentuan waktu yang tepat dan umpan balik
Hal ini sangtalah penting terutama dalam mengkomunikasikan keadaan yang bersifat sensitive.
Umpan balik menjadikan komunikasi lebih efektif karena dapat memberikan kepastian
mengenai sejauh mana komunikasi yang diadakan oleh seorang sumber (source) dapat diterima
oleh komunikator (receiver).

4. Komukasi tatap muka


Komunikasi tatap muka ini memungkinkan kita untuk melihat dengan baik lawan bicara kita,
body leanguge, melihat mimk lawan bicra, serta menghilangkan panjangnya rantai komunikasi
yang memngukinkan terjadinya mis komunikasi.
5. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif sangat diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh beberapa
pihak, pasien, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnnya. Dokter dapat mengetahui dengan
baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasienpun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi
ini sangat amat berpangaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.
H. Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat
Secara sederhana kebudayaan dapat di artikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya, yang
merupakan bentuk jamak dari budhi (budhi/akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia (Mubaraq W.I.2009).

13
1. Unsur kebudayaan
Menurut Fudiyantato (2012) mengenai pengertian budaya itu sendiri memang terdapat
bermacam-macam argumen meskipun barang kali esensinya sama. Salah satunya adalah yang
ditemukan oleh Briere. Ia mendefinisikan budaya sebagai “a set of material, intellectual and
moral values and conditions which make it possible and even easy for the human community to
expand and develop harmoniously (Via Bakker,1984 :18-19).”
Berdasarkan definisi ini dapat diartikan bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah
“kebudaayan” karena rata-rata didapat dari hasil belajar.
Manfaat bagi petugas kesehatan mempelajari kebudayaan:
a. Didalam secara religi atau agama ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan , gizi. Missal orang yang beragama islam tidak makan babi sehingga dalam
rangka untuk memperbaiki status gizi , seorang kesehatan dapat menganjurkan makanan
lain yang bergzi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
b. Dengan mempelajari organisasi masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui
organisasi apa saja yang ada di masyarakat , kelompok mana yang berkuasa, kelompok
mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang di segani. Sehingga dapat dijadikan
strategi pendekatan yang lebih tepat dengan upaya mengubah perilaku kesehtan
masyarakat.
c. Petugas Kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang
perlu ditingkatkan, di ubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
d. Petugas kesehatan juga perlu mempelajari Bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi,
menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama, rasa persaudaraan.

Aspek sosial yang memepengaruhi status kesehatan dan perilaku Kesehatan

a. Umur
Jika di lihat dari golongan umur maka ada perubahan pola penyakit berdasarkan golongan
umur. Misalnya balita lebih banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usia
lanjut lebih bnyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung coroner ,
kanker dan lain-lain.
b. Jenis kelamin

14
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya
dikalangan wania lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak
menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antar jenis pekerjaan dengan pola penyakit , misalnya dikalangan petani
banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilkakan disawah
dnegan lingkungan yang banyak cacing.
d. Sosial ekonomi
Keadaan sosila ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit mislanya menderita
obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi
tinggi dikarenakan mereka tidak memikirkan harus mengeluarkan berapa banyak biaya
untuk makan, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan masyarakat
yang status ekonomi nya rendah bahkan hanya untuk beli popok saja mereka sangat berat

Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan :

a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat.
b. Sikap fatalistis
Contoh beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatic) yang
beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan tuhan dan sakit atau mati adalah
takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan
pengobatan bagi anaknya yang sakit.
c. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan
daun singkong, walaupun mereka tau kandungan vitaminnya tinggi . setelah diselidiki
ternyata masyarakat beranggapan daun singkong hanya pantas untuk makan kambing,
dan mereka menolaknya karena status mereka tidak mau dan tidak dapat disetarakan
dengan kambing.
e. Pengaruh norma
Norma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan,
karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik.
Contoh, upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami

15
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang meberikan
pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan
perilaku individu masyarakat, karena apa tidak melakukan nilai maka dianggap tidak
berprilaku “pamali” atau “saru”. Nilai yang ada di masyarakat tidak mendukung perilaku
sehat. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan. Nilai
yang merugikan kesehatan misalnya arti dari memilki anak yang banyak akan membawa
rejeki sendiri sehingga tidak perlu takut dengan anak banyak. Nilai yang mendukung
kesehatan, tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh kelompok
masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini
tokoh masyarakat dapat dipakai untuk membantu sebagai key person dalam program
kesehatan.
g. Pengaruh unsur budaya
Yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, anak harus mulai diajari sikat gigi, buang air
besar di toilet, membuang sampah di tempat sampah, cara makan dan berpakaian yang
baik sejak awal, dan kebiasaan tersebut terus dilakukan sampai ank tersebut dewasa dan
bahkan menjadi tua. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku Kesehatan yang
sangat sulit utnuk diubah ketika dewasa.
h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada kehidupan sosila masyarakat tanpa perubahan, dan sesuatu perubahan selalu
dinamis artinya setiap perubahan akan diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya.
Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
melakukan perubahan, menganalisa faktor-faktor yang terlibat atau berpengaruh terhadap
perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan
perubahan tersebut.

BAB III

PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup karena proses
masyarakat. Masyarakat berbentuk melalui hasil interaksi yang koninyu anatar individu. Rumah
sakit adalah institusi kesehatan profesional yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter,
perawat dan tenga ahli lainnya. Rumah sakit dapat dibedakan menjadi beberpa jenis yaitu,
Rumah sakit umum, rumah skait terspesialisasi, rumah sakit penelitian/Pendidikan, rumah sakit
Lembaga/perusahaan, klinik. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang
harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi karya. Masyarakat Rumah
Sakit yaitu komponen-komponen yang terdapat dalam Rumah Sakit. Komponen Rumah Sakit
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu komponen dalam dan komponen luar. Untuk meningkatkan
kemampuan para pengelola rumah sait tersebut selain melalui program pendidikan dan
pelatihan, juga diperlukan pengaturan dan penegakan disiplin sendiri dari para pengelola rumah
sakit serta adanya tanggung jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah serta adanya
tanggung jawab secara moral dan hukum dari pimpinan rumah sakit untuk menjamin
terselenggaranya pelayanan yang baik. Di rumah sakit pengaruh sosial budaya terhadap kesehtan
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti unsur kebudayaan, aspek sosial yang
mempengaruhi status kesehtaan dan perilaku Kesehatan yang menyebabkan karakteristik
kebudayaan rumah sakit memiliki pengaruh sosial budaya terhadap kesehtan masyarakat
didalam berbagai aspek interkasi budaya rumah sakit.

17

You might also like