Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Mooc Hasnah Benar
Jurnal Mooc Hasnah Benar
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character)
dankesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila,
UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
Fakta-fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia
terbangun dari serangkaian proses panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan
pengakuan terhadap keberagaman dan bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada
tanggal 17 Agustus 1945. Sejak awal pergerakan nasional, kesepakatan-kesepakatan tentang
kebangsaan terus berkembang hinggga menghasilkan 4 (empat) konsensus dasar serta n
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan Indonesia sebagai alat
pemersatu, identitas, kehormatan dan kebanggaan bersama.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan
dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaanyang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan
cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).
Perubahan cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan
kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan secara turun temurun.
Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran
pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Pada
perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah
sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban
dan bangsa.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan radikalisasi
yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi laten tertentu,
kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum. Bahaya narkoba
merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa. Bentuk kejahatan
lainadalah kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang (money laundring).
Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi peluang kepada pelaku
kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi identitasnya dan penyebarannya
bersifat masif.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur Negara
dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu
strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/ terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan
Hoax, dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini:
a. Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Kata “corruptio” berasal
dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti :
b. Narkoba
Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah Narkoba atau
Napza, dimana keduanya istilah tersebut mempunyai kandungan makna yang sama.
Kedua istilah tersebut sama-sama digunakan dalam dunia obat-obatan atau untuk
menyebutkan suatu hal yang bersifat adiktif, yaitu dapat mengakibatkan ketergantungan
(addiction) apabila disalahgunakan atau penggunaannya tidak sesuai dosis yang
dianjurkan oleh dokter. Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika,
dan Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kedua istilah tersebut juga biasa disebut narkotika
an-sich, dimana dengan penyebutan atau penggunaan istilah ”narkotika” sudah dianggap
mewakili penggunaan istilah narkoba atau napza. Sebagai contoh ”penamaan” institusi
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di Indonesia
menggunakan Istilah Badan Narkotika Nasional (BNN). Istilah yang digunakan bukan
”Narkoba”, melainkan ”Narkotika”, padahal BNN tugasnya tidak hanya yang terkait
dengan Narkotika an-sich, tetapi juga yang berkaitan dengan Psikotropika dan bahkan
Prekursor Narkotika (Bahan Dasar Pembuatan Narkotika).
d. Money Laundry
“Money laundery” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata)
karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan
berarti uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian
kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money
laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.
Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundering ini sering juga dimaknai
dengan istilah “pemutihan uang” atau “pencucian uang”. Kata launder dalam Bahasa
Inggris berarti “mencuci”. Oleh karena itu sehari-hari dikenal kata “laundry” yang berarti
cucian. Dengan demikian uang ataupun harta kekayaan yang diputihkan atau dicuci
tersebut adalah uang/harta kekayaan yang berasal dari hasil kejahatan, sehingga
diharapkan setelah pemutihan atau pencucian tersebut, uang/harta kekayaan tadi tidak
terdeteksi lagi sebagai uang hasil kejahatan melainkan telah menjadi uang/harta kekayaan
yang halal seperti uang-uang bersih ataupun aset-aset berupa harta kekayaan bersih
lainnya. Untuk itu yang utama dilakukan dalam kegiatan money laundering adalah upaya
menyamarkan, menyembunyikan, menghilangkan atau menghapuskan jejak dan asal-usul
uang dan/atau harta kekayaan yang diperoleh dari hasil tindak pidana tersebut. Dengan
proses kegiatan money laundering ini, uang yang semula merupakan uang haram (dirty
money) diproses dengan pola karakteristik tertentu sehingga seolah- olah menghasilkan
uang bersih (clean money) atau uang halal (legitimate money).
Secara sederhana definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang
melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah -
olah berasal dari aktivitas yang sah.
e. Proxy war
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan
karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Lebih lanjut Yono mengatakan, Perang
Proksi merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis
dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh
besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran. “Perang proxy
memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang
kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya,” ujarnya.
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik
merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, serta kemampuan dan akses pengguna media
yang begitu luas, maka ujaran-ujaran kebencian yang tidak terkontrol sangat
mungkin terjadi. Apalagi dengan karakter anonimitas yang menyebabkan para
pengguna merasa bebas untuk menyampaikan ekspresi tanpa memikirkan efek
samping atau dampak langsung terhadap objek atau sasaran ujaran kebencian.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan
atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak
mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan
yang tidak benar. Pelaku hoax dapat dikategorikan dua jenis, yaitu pelaku aktif dan
pasif. Pelaku aktif melakukan atau menyebarkan berita palsu secara aktif membuat
berita palsu dan sengaja menyebarkan informasi yang salah mengenai suatu hal
kepadapublik. Sedangkan pelaku pasif adalah individu atau kelompok yang secara
tidak sengaja menyebarkan berita palsu tanpa memahami isi atau terlibat dalam
pembuatannya.
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal
dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap siaga dalam
segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan
sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo (2011:4) ― Samapta yang
artinya siap siaga.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapsiagaan merupakan suatu
keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial
dalammenghadapi situasi kerja yang beragam.
Selanjutnya konsep bela negara menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari
kata bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong serta
melepaskan dari bahaya.
b. Keprotokolan
c. Kewaspadaan Dini
d. Membangun Tim
PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki
kesiapsiagaan yang baik maka PNS akan mampu mengatasi segala ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Sebaliknya
jika kesiapsiagaan yang dimiliki oleh PNS akan mudah sulit mengatasi adanya
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Oleh karena itu melalui Latsar
CPNS ini, Anda diberikan pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi
nilai- nilai kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang berguna untuk
membangun tim yang efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang
memerlukan kerjasama 2 orang atau lebih.
1. Caraka malam
Api unggun adalah api di luar ruang yang didapat dari sengaja menyalakan kayu bakar,
potongan kayu, atau kumpulan dahan, ranting, jerami, atau daun-daun kering. Api
unggun merupakan salah satu bentuk kegiatan di alam terbuka khususnya pada malam
hari. Pada mulanya api unggun digunakan sebagai tempat pertemuan disamping
sebagai penghangat badan dan menjauhkan diri dari gangguan binatang buas. Dalam
kegiatan Latsar CPNS api unggun dilaksanakan dengan tujuan untuk mendidik dan
melatih keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri.
AGENDA II
B. BERORIENTASI PELAYANAN
2. AKUNTABEL
A. POTRET PELAYANAN PUBLIK NEGERI INI
Dalam konteks kehidupan bermasayarakat, Kita sebagai individu ataupun ASN pun
mungkin sudah bosan dengan kenyataan adanya perbedaan ‘jalur’ dalam setiap pelayanan.
Proses mengurus sebuah dokumen, dengan harga, misal, 100.000, membutuhkan waktu 3
hari,tapi pada kenyataanya, banyak orang yang dapat memperoleh dokumen tersebut dalam
hitungan jam dengan tambahan dana yang ‘beragam’. Di beberapa negara, konsep ini
memang dilakukan dalam konteks pelayanan publik, namun, dengan format yang lebih
terstruktur, transparan dan akuntabel. Bahkan, sejak kecil, mungkin sebagian Kita tidak sadar
bahwa contoh pelayanan berbeda kelas itu sudah Kita lakukan. Tiket ‘Terusan’ di objek
wisata favorit Dunia Fantasi, Ancol, Jakarta, adalah contoh kecil yang dapat Kita ambil.
Tiket tersebut memungkinkan Kita menaiki anjungan permainan tanpa mengikuti antrian
orang-orang yang menggunakan Tiket Reguler. Sebelum era Taksi Online, di Singapura,
untuk mendapatkan taksi tanpa ikut antri di Taxi Line yang cukup panjang di jam-jam
tertentu, Kita dapat menggunakan fasilitas pemesanan melalui SMS dengan tambahan
beberapa dolar. Intinya, format layanan dengan harga berbeda tersebut memang sudah
banyak dilakukan, namun, dengan terstruktur dan diikuti oleh semua pihak.
B. KONSEP AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang
sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal,
kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun
pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada
atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
3. KOMPETEN
A. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia
yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Demikian halnya
situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity) serta ambiguitas
(ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi
terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap
ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan
pekerjaan.
Dalam hal ini, berdasarkan bagian isu pembahasan pertemuan Asean Civil Service
Cooperation on Civil Service Matters (ACCSM) tahun 2018 di Singapura, diingatkan tentang
adanya kecenderungan pekerjaan merubah dari padat pekerja (labor intensive) kepada padat
pengetahuan (knowledge intensive).
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar
dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja. Termasuk dalam
pelaksanaanya tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti karena hubungan agama,
kesukuan atau aspek- aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
A. PENGEMBANGAN KOMPETENSI
B. PERILAKU KOMPETEN
4. HARMONIS
A. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA
Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua, Indonesia terdiri dari
berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia
terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di
mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia
bagian barat.
Secara lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi
mencapai 42% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka
tunggal ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), bermakna keberagaman sosial-budaya yang
membentuk satu kesatuan/negara. Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan
wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat
keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia 30 juta jiwa.
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita
lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya.
Ibarat baterai yang digunakan untuk menggerakkan motor atau mesin suatu masa akan
kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang. Oleh karena itu upaya menciptakan suasana
kondusif yang harmonis bukan usaha yang dilakukan sekali dan jadi untuk selamanya.
Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus menerus.
5. LOYAL
A. KONSEP LOYAL
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknaibahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang
sah; b)Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta c) Menjaga
rahasia jabatan dan negara.
ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar
sebagaimana termuat pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya: 1) Memegang
teguh ideologi Pancasila; 2)Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah; 3) Mengabdi kepada negara
dan rakyat Indonesia; dan 4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
C. LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas),
ketenteraman, keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah kesanggupan
PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Dampak negatif yang dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin
adalah turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan, nama baik dan/atau mengganggu
kelancaran pelaksanaan tugas Unit Kerja, instansi, dan/atau pemerintah/negara. Oleh karena
itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat
menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
6. ADAFTIF
A. MENGAPA ADAFTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan
mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan
di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang
terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim, perkembangan teknologi dan lain
sebagainya.
B. MEMAHAMI ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi
juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa
beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan
musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif
merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.
C. PANDUAN PERILAKU ADAPTIF
Salah satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang
bercirikan ancaman VUCA. Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat
digunakan untuk menanggapi ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision,
Understanding, Clarity, Agility.
7. KOLABORATIF
A. KONSEP KOLABORASI
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan
bahwa kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming
to become more competitive by developing shared routines”.
Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though
which parties with different expertise, who see different aspects of a problem, can
constructively explore differences and find novel solutions to problems that would have been
more difficult to solve without the other’s perspective (Gray, 1989).
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah kepercayaan,
pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada
pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas public.
AGENDA III
1. SMART ASN
A. LITERASI DIGITAL
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi
dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia
hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui
waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya.
Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun
2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih
dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut
membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.
2. MANAJEMEN ASN
A. KEDUDUKAN, PERAN, HAK dan KEWAJIBAN, dan KODE ETIK ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktek dalam
mengelola aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini
adalah pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.
UU No 5 tentang ASN secara detail menyebutkan pengelolaan pegawai ini baik untuk PNS
maupun PPPK seperti disebutkan pada bagian Merit sistem.