Professional Documents
Culture Documents
Andi Rafika RA-K062222003-Kebijakan Makanan Instan
Andi Rafika RA-K062222003-Kebijakan Makanan Instan
TUGAS INDIVIDU
KEBIJAKAN MAKANAN INSTAN
(ROTI)
Oleh :
Andi Rafika Rezky Aulia
KO62222003
i
DAFTAR ISI
Halaman sampul.................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang......................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................3
Tujuan....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
Makanan Instan.....................................................................................................4
Sumber Bahan Pembentukan Roti........................................................................5
Dampak Dari Mengonsumsi Roti.........................................................................6
Proses Biokimia Roti ...........................................................................................7
Upaya Pencegahan Dampak Dan Upaya Penanggulangan Dampak.....................8
Kebijakan Perundang-Undangan Mengenai Makanan Instan...............................8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ..........................................................................................................11
Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut World Health Organization (WHO) pola makan adalah suatu cara
atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu, pola
makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan
kebiasaan makan setiap harinya. pola makan merupakan faktor utama untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi
tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk
pertumbuhan (Priwahyuni, 2016). Dalam menerapkan makanan sesuai nilai gizi
seimbang haruslah dengan syarat makanan yang dikonsusmsi aman, bermutu, dan
bergizi bagi kepentingan kesehatan. Sehingga keamanannya pun sangat bermutu
untuk diperhatikan setiap orang baik pemerintah, produsen maupun konsumen (Fong
et al., 2022).
Zat aditif atau bahan tambahan dalam makanan (food additives) merupakan
substansi yang secara sengaja digunakan sebagai tambahan pada makanan, setelah
menjadi komponen dari makanan akan menmpengaruhi sifat dan kualitas makanan
baik secara langsung maupun tidak langsung. zat aditif makanan ditambahkan pada
1
bahan makanan agar penampakan, cita rasa, tektur menjadi lebih baik, daya simpan
lebih lama (awet), dan nilai gizi (protein, mineral, dan vitamin) meningkat. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988,
dan Nomor 772/Menkes/per/IX/88No.1168/Menkes/PER/ X/1999, bahwa bahan
tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak
mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk
maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau
diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan
tersebut (Japa et al., 2019).
Makanan siap saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu
cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza (Sihaloho, 2012).
Sedengkan Menurut Wulansari (2009), fast food adalah makanan cepat saji yang
dikonsumsi secara instan. Makanan cepat saji tidak baik untuk jangka panjang karena
cara pengolahannya yang serba instan dan tidak secara alami dapat memicu dampak
buruk bagi kesehatan dalam jangka panjang. Efek tersebut tidak dapat di rasakan
dalam jangka pendek melainkan dalam jangka yang lama. Fast food tidak harus
dihindari, tapi dibatasi. Tidak dikonsumsi setiap hari, tetapi sebaiknya cukup sekali
atau dua kali sebulan. Pada prinsipnya, segala sesuatu bila dikonsumsi secara
seimbang dan tidak berlebihan (Priwahyuni, 2016).
Roti merupakan produk pangan berbahan dasar tepung terigu yang diolah
dengan cara dioven atau dikukus (Suryatna 2015). Roti yang diminati banyak
konsumen dari anak-anak sampai lansia, ternyata belum memiliki jaminan keamanan
pangan. Hal ini terlihat dari beberapa kasus keracunan makanan. Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM) 2013 mencatat, penyalahgunaan bahan berbahaya pada
pangan sebesar 94 %, keracunan pangan 83 % dan residu pestisida sebesar 77 % .
2
Penggunaan zat aditif berupa bahan pengawet, penyedap, pemanis maupun
suplemen pada makanan tidak dapat dihindari untuk menjamin persediaan dan
peningkatan mutu makanan. Selain manfaatnya seperti tersebut, zat aditif juga dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia, namun hanya sedikit orang yang
mengetahuinya. (Yamin et al., 2021)
B. Rumusan masalah
1. Apa itu makanan instan?
2. Apa saja Sumber bahan pembentukan roti?
3. Apa Dampak dari mengonsumsi roti?
4. Bagaimana Proses Biokimia Roti?
5. Bagaimana Upaya Pencegahan Dampak Dan Upaya Penanggulangan Dampak?
6. Apa saja Kebijakan Perundang-Undangan mengenai makanan instan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi makanan instan.
2. Untuk mengetahui sumber bahan pembentukan roti.
3. Untuk mengetahui dampak dari mengonsumsi roti.
4. Untuk mengetahui proses biokimia roti.
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan dampak dan upaya penanggulangan
dampak
6. Untuk mengetahui kebijakan perundang-undangan mengenai makanan instan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makanan instan
1. Cepat saji.
2. Mudah dicari, didapat dan dikonsumsi.
3. Letak yang strategis dikalangan masyarakat.
4. Harga dan bentuk yang bervariasi, mulai dari yang termurah hingga termahal.
5. Tidak pernah ada bosannya untuk menikmati ciptaan makanan yang jauh lebih
instan
Selain keuntungan, ada juga kerugian dari mengonsumsi makanan instan bila terlalu
berlebih, kerugian dalam mengonsumsi makanan instan yaitu:
4
5. Efek dalam jangka panjang bagi tubuh yang mengkonsumsi makanan dan
terdapat kandungan pengawet atau bahan kimia yang berlebihan (Widodo,
2013).
B. Sumber Bahan Pembentukan Roti
Roti adalah olahan pangan yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasi
menggunakan ragi dengan atau tanpa penambahan bahan pengembang, dan
selanjutnya dipanggang. Satu dari sekian jenis roti yang diminati oleh masyarakat
adalah roti manis. Komposisi utama roti manis terdiri atas tepung terigu, air, ragi roti
dan garam, sementara komposisi tambahannya adalah susu skim, gula, telur,
shortening dan pengembang roti. kualitas roti secara fisik maupun kimia dipengaruhi
oleh sifat bahan bakunya yang memegang peran penting dalam menghasilkan
spesifikasi produk roti yang diinginkan. Tepung beras dapat diaplikasikan untuk
produk rerotian sebagai pengganti gandum. Permasalahan yang timbul pada formula
adonan roti dari tepung beras adalah kemampuan yang buruk dalam menahan gas
CO2 yang terbentuk dalam adonan sehingga pengembangan volume akhir produk roti
kurang optimal. Hal ini karena tepung berastidak memiliki protein seperti protein
tepung terigu ialah gluten. Gluten berfungsi memberi sifat elastis pada adonan dan
meningkatkan volume pengembangan roti (Nuraisyah et al., 2018).
Pembuatan roti selain terdiri dari komposisi utama, dalam adonan pembuatan
roti juga ternyata menagndung beberapa bahan kimia yaitu bahan tambahan seperti
mineral yeast food (MYF), malt, emulsifier, bahan untuk meningkatkan mutu adonan
(dough improver) dan pengawet terutama terhadap jamur. Ada beberapa zat aditif
yang tersembunyi dalam roti yang mengandung bahan kimia berbahaya, beberapa
diantaranya adalah:
5
sebenarnya didapatkan dari sumber-sumber alami. Zat ini dapat menyebabkan
reaksi alergi.
2. Pottasium bromate : biasanya digunakan untuk mengurangi waktu membuat
roti dan membuat adonan menjadi keras. Zat ini dapat menyebabkan kanker
pada tikus dan mencemari lingkungan.
3. Biji-bijian olahan : biji-bijian ini telah kehilangan semua kadar nutrisi di
dalamnya dan tak bisa memberikan apapun.
4. Azodicarbonamide : zat ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran
pernafasan.
5. Sirup jagung atau fruktosa : konsumsi makanan atau minuman manis dalam
jumlah berlebih dapat meningkatkan risiko obesitas (Nanda, 2014).
Berbicara mengenai pola konsumsi sehat, zat aditif, dan nilai gizi bahan
makanan, tidak bisa lepas dari pembicaraan tetang bahan makanan cepat saji dan
berbagai bentuk makanan kemasan lainnya dan penyakit. Bahan makanan adalah
sumber energi bagi setiap organisme, mulai dari organisme uniseluler sampai
organisme multiseluler, termasuk manusia. Bahan makanan juga mengandung unsur-
unsur pembangun tubuh yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan. Disamping itu, bahan makanan juga merupakan bahan yang sangat
diperlukan untuk kesehatan tubuh. Namun dapat terjadi sebaliknya, bahan makanan
menjadi sumber kerusakan atau kemerosotan kesehatan, sangat tergantung pada jenis
bahan makanan yang dikonsumsi (Japa et al., 2019).
6
Disamping itu, bahan makanan juga merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk
kesehatan tubuh. Namun dapat terjadi sebaliknya, bahan makanan menjadi sumber
kerusakan atau kemerosotan kesehatan, sangat tergantung pada jenis bahan makanan
dan kebersihan dan teknologi pengolahannya. Bahan-bahan tambahan tersebut dapat
berupa bahan organik, ataupun anorganik yang memungkinkan bahan dasar makanan
tetap dalam bentuk aslinya akan tetapi memungkinkan pula bahan-bahan dasar makan
mengalami perubahan-perubahan akibat terjadinya reaksi-reaksi selama proses
penyimpannya. Penggunaan zat aditif pada makanan yang tidak bijaksana dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan misalnya keracunan, kerusakan syaraf,
ginjal, hati, cacat kelahiran, gangguan gastroenteritis, kejang-kejang, anomalia kaki,
kelainan pertumbuhan, kemandulan bahkan kematian (Yamin et al., 2021).
Selain itu Roti mengandung karbohidrat, protein, vitamin B dan serat. Namun,
beberapa jenis roti mengandung gluten yang dapat menyebabkan masalah kesehatan
pada orang yang intoleran terhadap gluten. Selain itu, roti juga mengandung garam
dan gula yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas dan
hipertensi. Roti kerap dipandang sebelah mata sebagai makanan yang tak
menyehatkan. Padahal dengan pemilihan jenis yang tepat, konsumsi roti dapat
membantu tubuh terasa lebih sehat dan berenergi. Menurut studi terbaru dalam Brtish
Medical Journal (BMJ), jenis roti yang dinilai kurang baik bagi kesehatan adalah roti
yang terbuat dari biji-bijian olahan (refined grains) seperti roti putih. Konsumsi roti
seperti ini tampak berkaitan dengan peningkatan risiko kematian dan penyakit
kardiovaskular (Ramadani & Rostanti, 2021).
Proses biokimia roti yang dikonsumsi oleh manusia terjadi selama proses
pembuatan dan pemanggangan roti. Dalam proses pemanggangan roti juga akan
terjadi berbagai reaksi biokimia yang melibatkan inaktivasi enzim, yeast atau ragi,
perubahan pati dan gluten dalam adonan. Reaksi biokimia adonan selama
7
pemanggangan yaitu mengembang dan pecahnya pati di suhu 50 derajat celcius, lalu
yeast mati. Kemudian protein akan menggumpal pada suhu 70 derajat, membentuk
pori-pori atau crumb pada suhu 100 derajat hingga akhirnya pembentukan warna kulit
roti pada suhu 150-200 derajat. Produksi Roti Tepung Beras Proses pembuatan roti
menggunakan metode langsung (straight dough). Ragi yang digunakan sebanyak
1,5% dari basis total seluruh bahan yang digunakan. Air yang digunakan adalah pH
netral (pH 7) sebanyak 78% dari basis bahan yang digunakan. Air dipanaskan hingga
hangat dengan suhu 35-40oC. Enzim dilarutkan pada air hangat tersebut sebanyak ¾
bagian, kemudian ragi dilarutkan pada sebagian sisa air. Bahan kering seperti tepung
beras, susu skim, dan gluten dicampur dan diaduk menggunakan hand mixer
menggunakan pengaduk tipe spiral. Pencampuran dilakukan dengan dua tahap.
Campuran bahan diaduk hingga rata dan dilanjutkan dengan proses pembagian
adonan (menyesuaikan cetakan), pembulatan dan pencetakan, proofing, dan
pemanggangan dalam oven listrik (suhu 150 o C selama 20 menit) (Nuraisyah et al.,
2018).
8
semua pihak agar masyaraakat terutama generasi muda sadar dan dapat memilah dan
memilih makanan yang hendak dikonsumsinya (Yamin et al., 2021).
F. Kebijakan Perundang-Undangan
9
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan pada pasal 27 ayat 2
tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusian. Jadi dapat pahami bahwa pemerintah Indonesia bertanggung jawab
untuk mewujudkan terciptanya kesejahteraan bagi rakyat agar mendapatkan
penghidupan yang layak, pangan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia dan
pemenuhannya merupakan hak asasi manusia yang dijamin dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kehidupan yang layak (Hadi et al., 2019).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan
Gizi.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Fong, A. P., Fuadah, F., & Yogisutanti, G. (2022). Analisis Kandungan Formalin
pada Ikan Asin Jambal Roti di Pasar Sentral Kabupaten Mimika Papua Tahun
2021. Jurnal Ilmu Kesehatan Immanuel, 16(1), 8–12.
https://doi.org/10.36051/jiki.v16i1.173
Hadi, A., Rusli, B., & Alexandri, mohammad benny. (2019). Dampak undang-
undang nomor 12 tentang pangan terhadap ketahanan pangan Indonesia.
Responsive, 2, 173–181.
Japa, L., Raksun, A., & Ayu Citra Rasmi, D. (2019). Pola Konsumsi Sehat Dengan
Memperhatikan Zat Aditif Dan Nilai Gizi Bahan Makanan Pada Ibu-Ibu Dan
Remaja Putri Warga Rt 05 Kuburjaran Lauk Sukarara Lombok Tengah. Jurnal
Pendidikan Dan Pengabdian Masyarakat, 2(1), 2614–7947.
Nanda, kun sila. (2014). 5 Zat aditif berbahaya yang tersembunyi dalam roti. 2.
Nuraisyah, A., Raharja, S., & Udin, F. (2018). Karakteristik Kimia Roti tepung beras
dengan tambahan enzim transglutaminase. Jurnal Teknologi Industri Pertanian,
28(3), 318–330. https://doi.org/10.24961/j.tek.ind.pert.2018.28.3.318
Priwahyuni, Y. (2016). faktor faktor yang berhubungan dengan pola makan siap saji
(fast food) pada mahasiswa program studi ilmu kesehatan masyarakat STIKES
HANGTUAH Pekanbaru. Al-Tamimi Kesmas, 147(March), 11–40.
Ramadani, adysha citra, & Rostanti, Q. (2021). Jenis Roti yang bisa Merusak
Kesehatan. Republika, 1–6.
Yamin, M., Jufri, A. wahab, Jamaluddin, & Khairuddin. (2021). Makanan Siap Saji
13
dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia. Jurnal Pengabdian Magister
Pendidikan IPA, 4(3), 116–124.
14