Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 2 - Formulasi Sediaan Tablet Amoxcilin
Kelompok 2 - Formulasi Sediaan Tablet Amoxcilin
Kelompok 2
Disusun Oleh :
Safrina Khoirunnisa 21330021
Rasya Syakila Pakaya 21330022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Atas segala limpah
Rahmat, dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Formulasi Tablet Amoksisilin”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kesalahan baik dalam
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari dosen pengampu bahkan dari
semua pembaca sangat harapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan bersama.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3. Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................6
2.1 Teori Umum Tablet................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Tablet...........................................................................................................6
2.1.2 Jenis – jenis Tablet.........................................................................................................6
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Tablet...................................................................................7
2.2 Kriteria Tablet........................................................................................................................7
2.3 Komponen Tablet..................................................................................................................8
2.4 Metode Pembuatan Tablet....................................................................................................9
2.5 Evaluasi Mutu Granul dan Tablet Amoksisilin......................................................................10
2.5.1 Evaluasi Mutu Granul...................................................................................................10
2.5.2 Evaluasi Tablet.............................................................................................................13
2.6 Faktor-Faktor Yang Diperhatikan Pada Pembuatan Tablet..................................................15
2.7 Kemasan Sediaan Amoksilin................................................................................................16
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................................18
3.1 Permasalahan......................................................................................................................18
3.2 Formulasi Tablet..................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................21
4.2 Saran....................................................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
Parameter fisika merupakan kemampuan obat dalam mempertahankan bentuk
fisik obat dari tekanan dan goncangan yang didapat ketika obat didistribusikan
sedangkan parameter kimia merupakan kemampuan obat untuk mempertahankan
kandungan zat aktif didalamnya sepanjang periode penyimpanan, pendistribusian
dan penggunaan (Indayanti, 2014). Pengujian stabilitas fisika pada penelitian ini
terdiri dari bobot rata-rata, keragaman bobot, keregasan, kekerasan, kadar air dan
waktu hancur sedangkan pengujian stabilitas kimia terdiri dari uji disolusi dan kadar
zat aktif.
1.3. Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan dengan atau tanpa bahan
pengisi (FI EDISI IV).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa. (FI EDISI VI).
2.1.2 Jenis – jenis Tablet
6
Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi
granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang
mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.
5. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik yaitu tablet untuk dimasukkan dibawah kulit,
merupakan tablet triturat, asalnya dimaksudkan untuk digunakan oleh dokter
dalam membuat larutan parenteral secara mendadak.
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Tablet
Keuntungan
- Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
- Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik
- Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih kecil
- Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
Kerugian
- Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
- Formulasi tablet cukup rumit
- Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
- Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak enak dari
obat
7
2.3 Komponen Tablet
8
Adjuvan adalah bahan tambahan yang tidak mempengaruhi kerja dari
suatu obat.
a. Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari
tumbuhan.
Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet yang
penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan
kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa (FI EDISI IV).
1. Granulasi Basah (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 261)
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut :
a. Menimbang dan mencapur bahan-bahan
b. Pembuatan granulasi basah
c. Pengayakan adonan menjadi granul
d. Pengeringan
e. Pengayakan kering
f. Pencampuran bahan pelincir
g. Pembuatan tablet dengan kompresi.
2. Granulasi kering (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 269)
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan
cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campurans serbuk dan
setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul
yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus
memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk.
Kekurangan granulasi kering (Kloe, 2010) :
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
9
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
3. Kempa langsung (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 271)
Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodide,
ammonium klorida memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.
10
a. Timbang seksama 50 gram granul, atau sampai volume 100 ml
b. Catat bobot granul = 50 gram
c. Masukan kedalam gelas ukur
d. Catat volume granul = 95ml
Rumus :
Bulk Density = bobot granul (g) / volume granul (ml)
3. Tapped Density/ Berat jenis mampat (Vo)
Tujuan : Menentukan kerapatan dan berat jenis granul
Alat : Gelas ukur, timbangan
Cara kerja :
a. Timbang seksama 50 gram granul, atau sampai volume 100 ml
b. Catat bobot granul = 50 gram
c. Masukan kedalam gelas ukur
d. Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500, dan 1250 kali
e. Catat volume granul setelah diketuk
# 10 kali = 94 ml
# 500 kali = 72 ml
Rumus :
Bulk Density = bobot granul (g) / volume granul setelah diketuk (ml)
4. Rasio Housner
Tujuan : Menetapkan sifat alir granul
Rumus :
Rasio Housner = Tapped density / Bulk density
Menurut USP
Nilai Rasio Housner Sifat Aliran
1,00 – 1,11 Excellent/ Sangat mudah mengalir
1,12 – 1,18 Good/ Mudah mengalir
1,19 – 1,25 Fair/ Cukup mudah mengalir
1,26 – 1,34 Passable/ Agak mudah mengalir
1,35 – 1,45 Poor/ Sifat alir buruk
1,46 – 1,59 Very poor/ Sifat alir sangat buruk
Very very poor/ Non flow/ Sifat alir sangat
>1,60
sangat buruk (Tidak mengalir)
11
5. Kompresibilitas
Tujuan : Menentukan kerapatan granul
Rumus :
Tapped density ( Vo )−Bulk density (Vf )
% Kompresibilitas : x 100 %
Tapped density (Vo)
Menurut USP
% Kompresibilitas Sifat Aliran
≤10 Excellent/ Sangat mudah mengalir
11 – 15 Good/ Mudah mengalir
16 – 20 Fair/ Cukup mudah mengalir
21 – 25 Passable/ Agak mudah mengalir
26 – 31 Poor/ Sifat alir buruk
32 – 37 Very poor/ Sifat alir sangat buruk
Very very poor/ Non flow/ Sifat alir sangat
>38
sangat buruk (Tidak mengalir)
12
Sudut Istirahat Sifat Aliran
≤25 Excellent/ Sangat mudah mengalir
25 – 30 Good/ Mudah mengalir
30 – 40 Passable/ Mengalir
>40 Very Poor/ Sukar mengalir
1. Uji Organoleptik
Tujuan : Menjamin penerimaan obat yang baik oleh konsumen
Cara kerja :
a. Ambil sejumlah tablet
13
b. Cium bau tablet yang ada
c. Rasakan tablet yang ada
d. Amati warna tablet yang ada
2. Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk
sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Cara Kerja: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
Bobot rata – rata A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
3. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Alat yang diguanakan yaitu Hardness Tester.
Cara Kerja : mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian
diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
4. Uji Kerapuhan Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan Friability Tester.
14
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit,
jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet
dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung
persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
5. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali
pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Alat yang digunakan
Disolution Tester.
Cara Kerja : Ambil sebanyak 6 tablet, masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam
labu yang berisi media disolusi sesuai monografi. Ambil cuplikan dalam interval
waktu yang ditentukan sebanyak 10 mL pada daerah pertengahan antara permukaan
media dan bagian atas keranjang atau dayung dan < 1 cm dari dinding wadah.
Setiap pengambilan cuplikan diganti dengan media dengan volume dan suhu yang
sama.
6. Uji Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat
dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang
berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman,
2007).
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C.
1. Sifat fisika dan kimia bahan obat seperti : Polimorfi, asam, basa atau garam dan
ukuran partikel
15
2. Bahan-bahan yang digunakan pada formulasi tablet seperti : Bahan penghancur,
pengisi, pengikat dan pelincir
3. Metode pembuatannya seperti : Granulasi basah, kering dan kempa langsung
4. Bentuk sediaan obat yang akan digunakan
5. Cara penyimpanan
Dosis amoxicillin yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang ingin
ditangani, usia, bentuk sediaan obat, serta jenis dan keparahan infeksi. Amoxicillin
suntik akan disuntikkan langsung oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter. Berikut adalah penjelasannya:
1. Tujuan: Mengatasi infeksi bakteri
Bentuk : Tablet, sirop, atau kapsul
Dewasa : 250–500 mg, tiap 8 jam atau 500–1.000 mg, tiap 12 jam. Untuk
infeksi berat dosisnya adalah 750–1.000 mg, tiap 8 jam.
Anak usia >3 bulan dengan BB <40 kg: 20–90 mg/kgBB per hari.
Bentuk: Suntik
Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam melalui suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM)
atau ke pembuluh darah (intravena/IV).
Anak usia >3 bulan dengan BB <40 kg: 20–200 mg/kgBB, 2–4 kali sehari.
2. Tujuan: Mengatasi faringitis atau tonsilitis akibat infeksi Streptococcus
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam atau 750–1.000 mg tiap 12 jam. Untuk infeksi berat
dosisnya adalah 750–1.000 mg, tiap 8 jam, selama 10 hari.
Anak-anak dengan berat badan <40 kg: 40–90 mg/kgBB per hari yang bisa
dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
3. Tujuan: Mengatasi gonore
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
Dewasa: Dosisnya adalah 3.000 mg dosis tunggal. Obat akan dikombinasikan
dengan probenecid.
4. Tujuan: Mengatasi tukak lambung yang disebabkan bakteri H. pylori
Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
16
Dewasa: 750–1.000 mg, 2 kali sehari selama 7–14 hari. Obat akan
dikombinasikan dengan proton pump inhibitors (PPIs), seperti omeprazole.
Macam – macam kemasan sediaan amoksisilin :
1. Kemasan tablet
2. Kemasan kapsul
3. Kemasan sirup
4. Kemasan injeksi
17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan
Amoksisilin
Permasalahan:
- Tidak tahan panas dan tidak tahan air.
- Dibuat dengan metode granulasi kering dan dalam bentuk tablet
- Disimpan pada wadah tertutup rapat dan suhu kamar terkendali
- Dosis lazim yang digunakan pada dewasa yaitu 500 mg
Pemecahan masalah:
- Granulasi basah
- Granulasi kering
Kesimpulan
Granulasi Kering
- Karena amoksisilin tidak stabil terhadap suhu yang tidak terkendali dan sukar
larut dalam air.
- Dibuat granulasi kering karna tidak ada proses pengeringan dan penambahan
bahan pelarut, dibuat tablet karena dosis yang tepat dan stabil dalam
penyimpannya
- Amoksisilin tidak tahan terhadap paparan matahari maka dari itu disimpan
pada wadah tertutup rapat dan suhu terkendali
- Pada formulasi ini dibuat dosis untuk dewasa yaitu 500 mg (50% Amoksisilin)
Pengisi
Permasalahan:
- Avicel pH 102
- Avicel pH 101
Pemecahan masalah:
- Memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa
serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung.
Kesimpulan
- Avicel Ph 102 35,5% karena memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan
aktif yang sulit dikempa
Pengikat
18
Permasalahan:
- Acasia (2-5%)
- Polyvinylpirolidon (1-5%)
Pemecahan masalah:
- Dapat memperbaiki sifat alir sediaan dan akan membentuk granul yang baik,
meskipun jika digunakan secara tidak hati-hati dapat menghasilkan tablet
dengan waktu hancur yang lama.
Kesimpulan:
- Acasia 3% karena dapat membentuk granul yang baik dan memperbaiki sifat
alir dari amoksisilin.
Penghancur
Permasalahan:
- Amprotab 5-15%
- Explotab 2-8%
Pemecahan masalah:
- Membantu menghancurkan atau memecah tablet menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil, sehingga mudah diabsorbsi.
Kesimpulan:
- Amprotab 5% karena dapat menghancur atau memecah tablet menjadi partikel
yang lebih kecil
Glidan
Permasalahan:
- Talk 1-5%
- Asam stearate 1-5%
Pemecahan masalah:
- Menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa
tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam.
Kesimpulan:
- Talk 5% karena dapat meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa.
Lubrikan
Permasalahan:
- Mg stearate 0,25-2%
- Talk 1-2%
19
Pemecahan masalah:
- Mengurangi gesekan antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die
selama kompresi
Kesimpulan:
- Mg stearate 1% karena dapat mengurangi gesekan antarapermukaan dinding
die dan punch.
Antiadheren
Permasalahan:
- Aerosil 0,1-0,5%
- Amilum jagung 3-10%
Pemecahan masalah:
- Dapat mencegah melekatnya (sticking ) permukaan tablet pada punch atas dan
punch bawah.
Kesimpulan:
- Aerosil 0,5% karena dapat mencegah melekatnyapermukaan tablet pada punch
dan die.
3.2 Formulasi Tablet
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Formula yang digunakan pada pembuatan tablet amoksisilin dalam makalah kali ini
adalah Zat Aktif : Amoksisilin (500 mg), Bahan Tambahan : Bahan pengisi (diluent)
Acasia (3%), PVP (3%) ; Bahan pengikat (binder) Avicel pH 102 (35,5 %), Avicel pH
101 (35,5%); Bahan penghancur/pengembang (disintegrant) Amprotab (2,5%),
Explotab (5%) ; Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) Mg stearate (0,25%), Talk (0,25%)
; Glidan Talk (2,5%), Asam stearate (2,5%) ; Antiadheren Aerosil (0,5%), Amilum
jagug (3%).
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut : harus mengandung zat aktif dan
non aktif yang memenuhi persyaratan, harus mengandung zat aktif yang homogen dan
stabil, keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik, keseragaman
bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan, waktu hancur dan laju disolusi
harus memenuhi persyaratan, harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan, bebas
dari kerusakan fisik, stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
serta zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu dan tablet
memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
Tablet amoksisilin dibuat dengan metode granulasi kering karena amoksisilin sukar
larut dalam air atau pelarut organik lain. Serta tidak stabil dalam kondisi
basah/lembap dan tidak tahan panas. Amoksisilin disimpan pada wadah tertutup rapat
dan suhu terkendali serta dibuat dalam dosis sebanyak 500 mg.
Evaluasi mutu granul dan tablet terdiri dari : Distribusi ukuran partikel,
kompresibilitas, sudut istirahat, susut pengeringan, kadar lembab, uji organoleptic,
keragaman tablet, kekerasan tablet, keregasan tablet, waktu hancur tablet, uji disolusi.
Kriteria tablet yang baik yaitu Tidak terjadi kerusakan tablet, Memiliki sifat alir yang
baik, Memiliki kestabilan pada penyimpanan dan penggunaan tablet, Memiliki
persyaratan yan baik pada evaluasi tablet dan granul.
Faktor yang diperhatikan pada pembuatan tablet yaitu Sifat fisika dan kimia bahan
obat, Metode pembuatannya, Alat yang digunakan, Bentuk sediaan dan Cara
penyimpanan.
21
Bentuk sediaan dari amoksilin diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang
ingin ditangani, usia, serta jenis dan keparahan infeksi. Sediaan amoxicillin dalam
bentuk peroral, yaitu tablet, kapsul, atau kaplet salut selaput dan sirup kering.sediaan
amoxicillin dalam bentuk parenteral yaitu secara injeksi.
4.2 Saran
Bentuk sediaan dari amoksilin diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang
ingin ditangani, usia, serta jenis dan keparahan infeksi. Sediaan harus lebih diperhatikan
lagi evaluasi pembuatan tablet Amoksisilin yang baik. Serta tempat dan suhu ruangan
serta alat yang digunakan untuk membuat tablet Amoksisilin harus bersih dan rapih
untuk menjaga kualitas bahan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, goeswin.2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. ITB: Bandung
Anwar. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Penerbit Dian
Rakyat: Jakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Wijiyanti, devita. 2018. Laporan PKL : Penentuan Stabiliats Antibiotik Tablet Amoksisilin
500 mg di PT KIMIA FARMA Tbk. Plant. Universitas Islam
Indonesia: Jakarta.
23