You are on page 1of 23

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

Formulasi Tablet Amoksisilin

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Teti Indrawati, Ms. Apt

Kelompok 2
Disusun Oleh :
Safrina Khoirunnisa 21330021
Rasya Syakila Pakaya 21330022

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
Jakarta
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Atas segala limpah
Rahmat, dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Formulasi Tablet Amoksisilin”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kesalahan baik dalam
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari dosen pengampu bahkan dari
semua pembaca sangat harapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan bersama.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3. Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................6
2.1 Teori Umum Tablet................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Tablet...........................................................................................................6
2.1.2 Jenis – jenis Tablet.........................................................................................................6
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Tablet...................................................................................7
2.2 Kriteria Tablet........................................................................................................................7
2.3 Komponen Tablet..................................................................................................................8
2.4 Metode Pembuatan Tablet....................................................................................................9
2.5 Evaluasi Mutu Granul dan Tablet Amoksisilin......................................................................10
2.5.1 Evaluasi Mutu Granul...................................................................................................10
2.5.2 Evaluasi Tablet.............................................................................................................13
2.6 Faktor-Faktor Yang Diperhatikan Pada Pembuatan Tablet..................................................15
2.7 Kemasan Sediaan Amoksilin................................................................................................16
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................................18
3.1 Permasalahan......................................................................................................................18
3.2 Formulasi Tablet..................................................................................................................20
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................21
4.2 Saran....................................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Amoksisilin (α-aminohidroksi benzilpenisil-lin) adalah antibiotik semisintetik


yang termasuk dalam golongan β-laktam, yang efektif untuk peng-obatan infeksi
bakteri terutama infeksi bakteri Helicobacter pylori yang merupakan bakteri
penyebab utama penyakit radang lapisan lambung (gastritis).
Sifat fisika dan kimia dari amoksisilin yaitu berwarna putih, praktis dan tidak
berbau. Amoksisilin sukar larut dalam air dan methanol; tidak larut dalam benzena,
dalam karbontetraklorida dan dalam kloroform.Secara komersial, sediaan amoksisilin
tersedia dalam bentuk trihidrat. serbuk hablur, dan larut dalam air. Ketika dilarutkan
dalam air secara langsung, akan berbentuk amoksisislin suspensi oral dengan pH
antara 5 – 7,5.
Farmakologi mekanisme aksi amoxicillin yaitu menghambat sintesis dinding
sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein (PBPs –
Protein binding penisilin’s), sehingga menyebabkan penghambatan pada tahapan
akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam dinding sel bakteri, akibatnya
biosintesis dinding sel terhambat dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).
Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan di
masyarakat karena memiliki banyak keuntungan diantaranya dosis tepat, mudah
penggunaannya, stabil dalam penyimpanannya, mudah dalam pendistribusian, dari
segi ekonomi tablet memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan bentuk sediaan
lainnya (Wahyuningsih, 2013). Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam
tubuh dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan
(Lachman, 1986).
Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu produk obat untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agarsama dengan saat obat
awaldiproduksi (Riyani, 2014). Amoksisilin memiliki stabilitas kurang baik karena
dapat terurai pada suhu 30-35oC dan tidak stabil terhadap paparan cahaya. Selain itu,
amoksisilin memiliki kelarutan yang kurang baik dalam air (Kaur, 2011). Penentuan
stabilitas obat pada penelitian ini dibagi menjadi dua parameter yakni parameter
fisika dan kimia.

4
Parameter fisika merupakan kemampuan obat dalam mempertahankan bentuk
fisik obat dari tekanan dan goncangan yang didapat ketika obat didistribusikan
sedangkan parameter kimia merupakan kemampuan obat untuk mempertahankan
kandungan zat aktif didalamnya sepanjang periode penyimpanan, pendistribusian
dan penggunaan (Indayanti, 2014). Pengujian stabilitas fisika pada penelitian ini
terdiri dari bobot rata-rata, keragaman bobot, keregasan, kekerasan, kadar air dan
waktu hancur sedangkan pengujian stabilitas kimia terdiri dari uji disolusi dan kadar
zat aktif.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja kriteria yang harus dimiliki tablet ?


2. Apa saja komponen dari tablet amoksisilin?
3. Bagaimana metode pembuatan tablet amoksisilin?
4. Apa saja evaluasi pada granul dan tablet amoksisilin?
5. Apa saja faktor-faktor yang harus diperhatikan pada pembuatan sediaan tablet ?
6. Bagaimana kemasan sediaan dari tablet amoksisilin?

1.3. Tujuan

1. Untuk memahami kriteria apa saja yang harus dimiliki tablet


2. Untuk memahami komponen apa saja yang terdapat pada tablet amoksisilin
3. Untuk memahami metode pembuatan pada tablet amoksisilin
4. Untuk memahami evaluasi apa saja pada granul dan tablet amoksisilin
5. Untuk memahami faktor-faktor yang harus diperhatikan pada pembuatan
sediaan tablet
6. Untuk memahami kemasan sediaan dari tablet amoksisilin yang baik dan benar

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum Tablet

2.1.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan dengan atau tanpa bahan
pengisi (FI EDISI IV).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa. (FI EDISI VI).
2.1.2 Jenis – jenis Tablet

Jenis-jenis tablet (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed. IV, 246)


1. Tablet Kompresi
Tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk
tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya, diberi tambahan
sejumlah bahan pembantu seperti pengencer, pengisi, pengikat, penghancur,
dll.
2. Tablet Salut Gula
Tablet kompresi ini mungkin diberi lapisan gula berwarna dan mungkin
juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunanya
bermacam-macam, melindungi obat dari udara dan kelembaban serta memberi
rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakainya akibat rasa atau
bahan obat.
3. Tablet Kunyah
Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan
melarut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti krim dari manitol yang
berasa dan berwarna khusus. Tablet ini khususnya diperlukan dalam formula
tablet untuk anak-anak dan biasanya digunakan dalam sediaan dari tablet
multivitamin.
4. Tablet Effervescent

6
Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi
granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang
mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.
5. Tablet Hipodermik
Tablet hipodermik yaitu tablet untuk dimasukkan dibawah kulit,
merupakan tablet triturat, asalnya dimaksudkan untuk digunakan oleh dokter
dalam membuat larutan parenteral secara mendadak.
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Tablet

Keuntungan
- Volume dan bentuk kecil sehingga mudah dibawa, disimpan dan diangkut
- Memiliki variabilitas sediaan yang rendah. keseragaman lebih baik
- Dapat mengandung zat aktif lebih besar dengan bentuk volume yang lebih kecil
- Tablet dalam bentuk kering sehingga kestabilan zat aktif lebih terjaga
Kerugian
- Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet
- Formulasi tablet cukup rumit
- Zat aktif yang hidroskopis mudah untuk rusak
- Kebanyakan tablet yang ada dipasaran tidak menutupi rasa pahit/ tidak enak dari
obat

2.2 Kriteria Tablet


Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

7
2.3 Komponen Tablet

Komponen tablet terdiri atas :


1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh farmakope.
2. Bahan tambahan
a. Bahan pengisi (diluent)
Berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau
dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa
mikrokristal.
b. Bahan pengikat (binder)
Berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom
akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.

c. Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)


Berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati,
pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia, asam alginate, selulosa
mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant)
Berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan
juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak
nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob,
sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet.
Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan
garam laurel sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya
lubrikasi yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih tinggi.
e. Glidan
adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi.
Misalnya silica pirogenik koloidal.
3. Adjuvan.

8
Adjuvan adalah bahan tambahan yang tidak mempengaruhi kerja dari
suatu obat.
a. Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari
tumbuhan.
Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet yang
penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.

2.4 Metode Pembuatan Tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan
kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa (FI EDISI IV).
1. Granulasi Basah (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 261)
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut :
a. Menimbang dan mencapur bahan-bahan
b. Pembuatan granulasi basah
c. Pengayakan adonan menjadi granul
d. Pengeringan
e. Pengayakan kering
f. Pencampuran bahan pelincir
g. Pembuatan tablet dengan kompresi.
2. Granulasi kering (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 269)
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan
cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campurans serbuk dan
setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul
yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus
memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk.
Kekurangan granulasi kering (Kloe, 2010) :
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

9
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
3. Kempa langsung (Pengantar bentuk sediaan farmasi, 271)
Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodide,
ammonium klorida memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet
tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.

2.5 Evaluasi Mutu Granul dan Tablet Amoksisilin

2.5.1 Evaluasi Mutu Granul

1. Distribusi Ukuran Partikel


 Tujuan : Menghasilkan ukuran dan distribusi partikel suatu granul
 Alat : Sieving Analyzer/ayakan dengan mesh 12, 14, 16, 18, 20
 Cara kerja :
a. Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah
(bobot wadah kosong)
b. Timbang seksama 100 gram granul
c. Masukan kedalam sieving analyzer
d. Jalankan sieving analyzer (10menit)
e. Masukan granul yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
f. Timbang masing-masing granul yang terdapat pada setiap mesh (bobot
wadah+granul)
g. Hitung bobot granul
h. Hitung % bobot granul tiap mesh
 Rumus :
Bobot serbuk = (bobot wadah + serbuk) - bobot wadah kosong
% mesh = bobot serbuk pada mesh / total bobot serbuk x 100%
2. Bulk Density/ Berat jenis nyata (Vf)
 Tujuan : Menentukan kerapatan dan berat jenis granul
 Alat : Gelas ukur, timbangan
 Cara kerja :

10
a. Timbang seksama 50 gram granul, atau sampai volume 100 ml
b. Catat bobot granul = 50 gram
c. Masukan kedalam gelas ukur
d. Catat volume granul = 95ml
 Rumus :
Bulk Density = bobot granul (g) / volume granul (ml)
3. Tapped Density/ Berat jenis mampat (Vo)
 Tujuan : Menentukan kerapatan dan berat jenis granul
 Alat : Gelas ukur, timbangan
 Cara kerja :
a. Timbang seksama 50 gram granul, atau sampai volume 100 ml
b. Catat bobot granul = 50 gram
c. Masukan kedalam gelas ukur
d. Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500, dan 1250 kali
e. Catat volume granul setelah diketuk
# 10 kali = 94 ml
# 500 kali = 72 ml
 Rumus :
Bulk Density = bobot granul (g) / volume granul setelah diketuk (ml)
4. Rasio Housner
 Tujuan : Menetapkan sifat alir granul
 Rumus :
Rasio Housner = Tapped density / Bulk density
Menurut USP
Nilai Rasio Housner Sifat Aliran
1,00 – 1,11 Excellent/ Sangat mudah mengalir
1,12 – 1,18 Good/ Mudah mengalir
1,19 – 1,25 Fair/ Cukup mudah mengalir
1,26 – 1,34 Passable/ Agak mudah mengalir
1,35 – 1,45 Poor/ Sifat alir buruk
1,46 – 1,59 Very poor/ Sifat alir sangat buruk
Very very poor/ Non flow/ Sifat alir sangat
>1,60
sangat buruk (Tidak mengalir)

11
5. Kompresibilitas
 Tujuan : Menentukan kerapatan granul
 Rumus :
Tapped density ( Vo )−Bulk density (Vf )
% Kompresibilitas : x 100 %
Tapped density (Vo)
Menurut USP
% Kompresibilitas Sifat Aliran
≤10 Excellent/ Sangat mudah mengalir
11 – 15 Good/ Mudah mengalir
16 – 20 Fair/ Cukup mudah mengalir
21 – 25 Passable/ Agak mudah mengalir
26 – 31 Poor/ Sifat alir buruk
32 – 37 Very poor/ Sifat alir sangat buruk
Very very poor/ Non flow/ Sifat alir sangat
>38
sangat buruk (Tidak mengalir)

6. Sudut Istirahat/ Angle of Repose


 Tujuan : Menentukan sifat alir suatu granul
 Alat : Flow Rate Tester
 Cara kerja :
a. Granul seberat 100 gram, dimasukan secara perlahan melalui lubang bagian
atas corong sementara bagian bawah ditutup
b. Setelah semua granul dimasukan, penutup dibuka dan granul dibiarkan
keluar, catat waktu alir serbuk
c. Ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukan yang terbentuk
d. Hitung sudut istirahat
 Rumus :
Tan α = 2h/d
Ket : α : sudut istirahat
h : tinggi tumpukan (cm)
d : diameter (cm)
Menurut USP

12
Sudut Istirahat Sifat Aliran
≤25 Excellent/ Sangat mudah mengalir
25 – 30 Good/ Mudah mengalir
30 – 40 Passable/ Mengalir
>40 Very Poor/ Sukar mengalir

7. Kadar Lembab dan Susut Pengeringan


 Tujuan : Mengukur kadar lembab dan susut pengeringan suatu granul
 Alat : Moisture Content Balance (MCB)\
 Cara kerja :
a. Masukan wadah alumunium foil kedalam alat
b. Tutup alat kemudian tara, setelah selesai ditara buka penutup alat
c. Timbang bahan ± 5 gram (sampai indikator berwarna hijau), catat hasil
penimbangan (bobot basah)
d. Tutup kembali alat
e. Jalankan alat sampai selesai, catat waktu mulai ketika suhu sudah mencapai
105oC
f. Tunggu hingga proses pengeringan selesai/ telah mencapai bobot konstan
(indikator berwarna hijau dan tertulis “Drying Is Over”)
g. Catat bobot kering dan %MC yang ada pada layar alat
 Rumus :
 Susut pengeringan (LoD/ Loss on Drying)
Bobot basah−Bobot kering
% LoD = x 100 %
Bobot basah
 Kadar lembab (MC/ Moisture Content)
Bobot basah – Bobot kering
% MC = x 100 %
Bobot kering

2.5.2 Evaluasi Tablet

1. Uji Organoleptik
 Tujuan : Menjamin penerimaan obat yang baik oleh konsumen
 Cara kerja :
a. Ambil sejumlah tablet

13
b. Cium bau tablet yang ada
c. Rasakan tablet yang ada
d. Amati warna tablet yang ada
2. Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk
sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Cara Kerja: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat
digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar
dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
Bobot rata – rata A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

3. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Alat yang diguanakan yaitu Hardness Tester.
Cara Kerja : mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian
diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2.
4. Uji Kerapuhan Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan Friability Tester.

14
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan
dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit,
jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet
dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung
persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.

5. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali
pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Alat yang digunakan
Disolution Tester.
Cara Kerja : Ambil sebanyak 6 tablet, masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam
labu yang berisi media disolusi sesuai monografi. Ambil cuplikan dalam interval
waktu yang ditentukan sebanyak 10 mL pada daerah pertengahan antara permukaan
media dan bagian atas keranjang atau dayung dan < 1 cm dari dinding wadah.
Setiap pengambilan cuplikan diganti dengan media dengan volume dan suhu yang
sama.
6. Uji Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat
dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang
berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas,
sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman,
2007).
Cara Kerja : Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air
dengan suhu 37° C.

2.6 Faktor-Faktor Yang Diperhatikan Pada Pembuatan Tablet

1. Sifat fisika dan kimia bahan obat seperti : Polimorfi, asam, basa atau garam dan
ukuran partikel

15
2. Bahan-bahan yang digunakan pada formulasi tablet seperti : Bahan penghancur,
pengisi, pengikat dan pelincir
3. Metode pembuatannya seperti : Granulasi basah, kering dan kempa langsung
4. Bentuk sediaan obat yang akan digunakan
5. Cara penyimpanan

2.7 Kemasan Sediaan Amoksilin

Dosis amoxicillin yang diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang ingin
ditangani, usia, bentuk sediaan obat, serta jenis dan keparahan infeksi. Amoxicillin
suntik akan disuntikkan langsung oleh dokter atau petugas medis di bawah
pengawasan dokter. Berikut adalah penjelasannya:
1. Tujuan: Mengatasi infeksi bakteri
 Bentuk : Tablet, sirop, atau kapsul
Dewasa : 250–500 mg, tiap 8 jam atau 500–1.000 mg, tiap 12 jam. Untuk
infeksi berat dosisnya adalah 750–1.000 mg, tiap 8 jam.
Anak usia >3 bulan dengan BB <40 kg: 20–90 mg/kgBB per hari.
 Bentuk: Suntik
Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam melalui suntikan ke dalam otot (intramuskular/IM)
atau ke pembuluh darah (intravena/IV).
Anak usia >3 bulan dengan BB <40 kg: 20–200 mg/kgBB, 2–4 kali sehari.
2. Tujuan: Mengatasi faringitis atau tonsilitis akibat infeksi Streptococcus
 Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
Dewasa: 500 mg, tiap 8 jam atau 750–1.000 mg tiap 12 jam. Untuk infeksi berat
dosisnya adalah 750–1.000 mg, tiap 8 jam, selama 10 hari.
Anak-anak dengan berat badan <40 kg: 40–90 mg/kgBB per hari yang bisa
dibagi ke dalam beberapa kali pemberian.
3. Tujuan: Mengatasi gonore
 Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul
Dewasa: Dosisnya adalah 3.000 mg dosis tunggal. Obat akan dikombinasikan
dengan probenecid.
4. Tujuan: Mengatasi tukak lambung yang disebabkan bakteri H. pylori
 Bentuk: Tablet, sirop, atau kapsul

16
Dewasa: 750–1.000 mg, 2 kali sehari selama 7–14 hari. Obat akan
dikombinasikan dengan proton pump inhibitors (PPIs), seperti omeprazole.
Macam – macam kemasan sediaan amoksisilin :
1. Kemasan tablet

2. Kemasan kapsul

3. Kemasan sirup

4. Kemasan injeksi

17
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan

 Amoksisilin
 Permasalahan:
- Tidak tahan panas dan tidak tahan air.
- Dibuat dengan metode granulasi kering dan dalam bentuk tablet
- Disimpan pada wadah tertutup rapat dan suhu kamar terkendali
- Dosis lazim yang digunakan pada dewasa yaitu 500 mg
 Pemecahan masalah:
- Granulasi basah
- Granulasi kering
 Kesimpulan
Granulasi Kering
- Karena amoksisilin tidak stabil terhadap suhu yang tidak terkendali dan sukar
larut dalam air.
- Dibuat granulasi kering karna tidak ada proses pengeringan dan penambahan
bahan pelarut, dibuat tablet karena dosis yang tepat dan stabil dalam
penyimpannya
- Amoksisilin tidak tahan terhadap paparan matahari maka dari itu disimpan
pada wadah tertutup rapat dan suhu terkendali
- Pada formulasi ini dibuat dosis untuk dewasa yaitu 500 mg (50% Amoksisilin)
 Pengisi
 Permasalahan:
- Avicel pH 102
- Avicel pH 101
 Pemecahan masalah:
- Memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa
serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung.
 Kesimpulan
- Avicel Ph 102 35,5% karena memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan
aktif yang sulit dikempa
 Pengikat
18
 Permasalahan:
- Acasia (2-5%)
- Polyvinylpirolidon (1-5%)
 Pemecahan masalah:
- Dapat memperbaiki sifat alir sediaan dan akan membentuk granul yang baik,
meskipun jika digunakan secara tidak hati-hati dapat menghasilkan tablet
dengan waktu hancur yang lama.
 Kesimpulan:
- Acasia 3% karena dapat membentuk granul yang baik dan memperbaiki sifat
alir dari amoksisilin.
 Penghancur
 Permasalahan:
- Amprotab 5-15%
- Explotab 2-8%
 Pemecahan masalah:
- Membantu menghancurkan atau memecah tablet menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil, sehingga mudah diabsorbsi.
 Kesimpulan:
- Amprotab 5% karena dapat menghancur atau memecah tablet menjadi partikel
yang lebih kecil
 Glidan
 Permasalahan:
- Talk 1-5%
- Asam stearate 1-5%
 Pemecahan masalah:
- Menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa
tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam.
 Kesimpulan:
- Talk 5% karena dapat meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa.
 Lubrikan
 Permasalahan:
- Mg stearate 0,25-2%
- Talk 1-2%

19
 Pemecahan masalah:
- Mengurangi gesekan antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die
selama kompresi
 Kesimpulan:
- Mg stearate 1% karena dapat mengurangi gesekan antarapermukaan dinding
die dan punch.
 Antiadheren
 Permasalahan:
- Aerosil 0,1-0,5%
- Amilum jagung 3-10%
 Pemecahan masalah:
- Dapat mencegah melekatnya (sticking ) permukaan tablet pada punch atas dan
punch bawah.
 Kesimpulan:
- Aerosil 0,5% karena dapat mencegah melekatnyapermukaan tablet pada punch
dan die.
3.2 Formulasi Tablet

 Tiap 500 mg mengandung :


 Amoksisilin 50%
 Acasia 3%
 Amprotab 5%
 Mg stearat 1%
 Talk 5%
 Aerosil 0,5%
 Avicel pH 102 35,5%

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

 Formula yang digunakan pada pembuatan tablet amoksisilin dalam makalah kali ini
adalah Zat Aktif : Amoksisilin (500 mg), Bahan Tambahan : Bahan pengisi (diluent)
Acasia (3%), PVP (3%) ; Bahan pengikat (binder) Avicel pH 102 (35,5 %), Avicel pH
101 (35,5%); Bahan penghancur/pengembang (disintegrant) Amprotab (2,5%),
Explotab (5%) ; Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) Mg stearate (0,25%), Talk (0,25%)
; Glidan Talk (2,5%), Asam stearate (2,5%) ; Antiadheren Aerosil (0,5%), Amilum
jagug (3%).
 Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut : harus mengandung zat aktif dan
non aktif yang memenuhi persyaratan, harus mengandung zat aktif yang homogen dan
stabil, keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik, keseragaman
bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan, waktu hancur dan laju disolusi
harus memenuhi persyaratan, harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan, bebas
dari kerusakan fisik, stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
serta zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu dan tablet
memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
 Tablet amoksisilin dibuat dengan metode granulasi kering karena amoksisilin sukar
larut dalam air atau pelarut organik lain. Serta tidak stabil dalam kondisi
basah/lembap dan tidak tahan panas. Amoksisilin disimpan pada wadah tertutup rapat
dan suhu terkendali serta dibuat dalam dosis sebanyak 500 mg.
 Evaluasi mutu granul dan tablet terdiri dari : Distribusi ukuran partikel,
kompresibilitas, sudut istirahat, susut pengeringan, kadar lembab, uji organoleptic,
keragaman tablet, kekerasan tablet, keregasan tablet, waktu hancur tablet, uji disolusi.
Kriteria tablet yang baik yaitu Tidak terjadi kerusakan tablet, Memiliki sifat alir yang
baik, Memiliki kestabilan pada penyimpanan dan penggunaan tablet, Memiliki
persyaratan yan baik pada evaluasi tablet dan granul.
 Faktor yang diperhatikan pada pembuatan tablet yaitu Sifat fisika dan kimia bahan
obat, Metode pembuatannya, Alat yang digunakan, Bentuk sediaan dan Cara
penyimpanan.

21
 Bentuk sediaan dari amoksilin diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang
ingin ditangani, usia, serta jenis dan keparahan infeksi. Sediaan amoxicillin dalam
bentuk peroral, yaitu tablet, kapsul, atau kaplet salut selaput dan sirup kering.sediaan
amoxicillin dalam bentuk parenteral yaitu secara injeksi.

4.2 Saran

Bentuk sediaan dari amoksilin diberikan oleh dokter tergantung pada kondisi yang
ingin ditangani, usia, serta jenis dan keparahan infeksi. Sediaan harus lebih diperhatikan
lagi evaluasi pembuatan tablet Amoksisilin yang baik. Serta tempat dan suhu ruangan
serta alat yang digunakan untuk membuat tablet Amoksisilin harus bersih dan rapih
untuk menjaga kualitas bahan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, goeswin.2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. ITB: Bandung

Anwar. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Penerbit Dian
Rakyat: Jakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Syamsuni, Drs. H. A.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

Wijiyanti, devita. 2018. Laporan PKL : Penentuan Stabiliats Antibiotik Tablet Amoksisilin
500 mg di PT KIMIA FARMA Tbk. Plant. Universitas Islam
Indonesia: Jakarta.

23

You might also like