Professional Documents
Culture Documents
PENJELASAN JURUMIYYAH 3b - Edit
PENJELASAN JURUMIYYAH 3b - Edit
Penjelasan
Jurumiyyah
(3b)
Muhammad bin Muhammad bin Dawud As-Shanhaji
Ibnu Ajurrum rahimahullaah
(672 – 723 H)
2
PELAJARAN KEDUA PULUH SATU
، اﻟ َْﻤ ْﻔﻌُ ْﻮ ُل ﺑِ ِﻪ:ﺎت َﺧ ْـﻤ َﺴﺔَ َﻋ َﺸ َﺮ؛ َو ِﻫ َﻲُ َﺼﻮﺑ ُ اﻟ َْﻤ ْﻨ-[٨٢]
ِ ِ ف اﻟ ﱠﺰﻣ
،ﺎلُ ـﺤ َ ْ َواﻟ،ف اﻟ َْﻤ َﻜﺎن ُ َوﻇَ ْﺮ،ﺎن َ ُ َوﻇَ ْﺮ،ﺼ َﺪ ُر ْ َواﻟ َْﻤ
َواﻟ َْﻤ ْﻔﻌُ ْﻮ ُل ِﻣ ْﻦ،ﺎدى َ َ َواﻟ ُْﻤﻨ،اﺳ ُﻢ َﻻْ َو، َواﻟ ُْﻤ ْﺴﺘَـﺜْـ َﲎ،َواﻟﺘ ْﱠﻤﻴِـ ْﻴـ ُﺰ
ِِ أ
اﺳ ُﻢ إِ ﱠن ْ َو، َو َﺧﺒَـ ُﺮ َﻛﺎ َن َوأَ َﺧ َﻮاﺗِ َـﻬﺎ،ُ َواﻟ َْﻤ ْﻔﻌُ ْﻮ ُل َﻣ َﻌﻪ،َﺟﻠﻪ ْ
ِ ِ
ﺖُ ﱠﻌ ْ اﻟﻨـ:ﺎء ُ َواﻟﺘﱠﺎﺑِ ُﻊ ﻟﻠ َْﻤ ْﻨ،َوأَ َﺧ َﻮاﺗ َـﻬﺎ
ِ ﺼ ْﻮ
َ َب؛ َو ُﻫ َﻮ أ َْرﺑَـ َﻌﺔُ أَ ْﺷﻴ
.ْﻒ َواﻟﺘـ ْﱠﻮﻛِ ْﻴ ُﺪ َواﻟْﺒَ َﺪ ُل
ُ َواﻟ َْﻌﻄ
[82]- Isim-isim manshub ada lima belas; yaitu:
maf’ul bih, mashdar (maf’ul muthlaq), zharf
zaman, zharf makan, haal, tamyiz, mustatsna, isim
laa, munada, maf’ul min ajlih, maf’ul ma’ah,
khabar kaana dan saudari-saudarinya, isim inna
dan saudari-saudarinya, tabi’ (pengikut) isim
manshub; dan dia ada empat: na’at, ‘athaf, taukid,
dan badal.
3
Penulis menyebutkan secara global: kedudukan-
kedudukan yang padanya isim dii’rab nashab, beliau
sebutkan ada lima belas:
1. Ketika kedudukan isim sebagai Maf’ul Bih.
2. Ketika kedudukan isim sebagai Mashdar
(Maf’ul Muthlaq).
3. Ketika kedudukan isim sebagai Zharf Zaman
dan Zharf Makan (Maf’ul Fih).
4. Ketika kedudukan isim sebagai Haal.
5. Ketika kedudukan isim sebagai Tamyiz.
6. Ketika kedudukan isim sebagai Mustatsna.
7. Ketika kedudukan isim sebagai Isim Laa.
8. Ketika kedudukan isim sebagai Munada.
9. Ketika kedudukan isim sebagai Maf’ul Min
Ajlih.
10. Ketika kedudukan isim sebagai Maf’ul Ma’ah.
11. Ketika kedudukan isim sebagai Khabar Kaana
dan saudari-saudarinya dan Isim Inna dan saudari-
saudarinya.
* Ketika kedudukan isim sebagai Taabi’ (pengikuti)
Isim Manshunb. Dan Taabi’ ini ada empat:
12. Na’at.
13. ‘Athaf.
14. Taukid.
15. Badal.
4
Kemudian penulis mulai merinci kedudukan-
kedudukan ini satu persatu:
5
.ﻀ َﻤ ٌﺮ ِ َﺎن ﻇ
ْ ﺎﻫ ٌﺮ َوُﻣ ِ و ُﻫﻮ ﻗِﺴﻤ-[٨٤]
َْ َ َ
[84]- Dan dia ada dua macam: zhahir dan
dhamir.
ِ ﻓَﺎﻟﻈﱠ-[٨٥]
.ُ َﻣﺎ ﺗَـ َﻘ ﱠﺪ َم ِذ ْﻛ ُﺮﻩ:ﺎﻫ ُﺮ
[85]- Zhahir adalah apa yang telah disebutkan.
ِ ِ ِ ْ واﻟْﻤ-[٨٦]
ِ ﱠﺼﻞ وﻣ ْﻨـ َﻔ
.ﺼ ٌﻞ ُ َ ٌ ُﻣﺘ:ﻀ َﻤ ُﺮ ﻗ ْﺴ َﻤﺎن ُ َ
[86]- Dhamir ada dua: muttashil dan munfashil.
6
memukulnya (laki-laki)), ﺿ َﺮﺑَـ َﻬﺎ َ (dia memukulnya
(perempuan)), ﺿ َﺮﺑَـ ُﻬ َﻤﺎ
َ (dia memukul mereka berdua),
ﺿ َﺮﺑَـ ُﻬ ْﻢ
َ (dia memukul mereka (laki-laki)), ﺿ َﺮﺑَـ ُﻬ ﱠﻦ
َ (dia
memukul mereka (perempuan)).
، َوإِﻳﱠﺎﻧَﺎ،ﺎي ِ ِ
َ إِﻳﱠ: اﺛْـﻨَﺎ َﻋ َﺸ َﺮ؛ َوﻫ َﻲ:ُ َواﻟ ُْﻤ ْﻨـ َﻔﺼﻞ-[٨٨]
ِ
َ َوإِﻳﱠ،ُ َوإِﻳﱠﺎﻩ، َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ﱠﻦ، َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ، َوإِﻳﱠﺎ ُﻛ َﻤﺎ، َوإِﻳﱠﺎك،ﺎك
،ﺎﻫﺎ َ َوإِﻳﱠ
ُ َوإِﻳﱠ،ﺎﻫ ْﻢ
.ﺎﻫ ﱠﻦ ُ َوإِﻳﱠ،ﺎﻫ َـﻤﺎ
ُ َوإِﻳﱠ
[87]- Munfashil ada dua belas; yaitu: ﺎي َ إِﻳﱠ
(kepada saya), ( إِﻳﱠﺎﻧَﺎkepada kami), ﺎك
َ ( إِﻳﱠkepada
engkau (laki-laki)), ِ إِﻳﱠ
ﺎك (kepada engkau
(perempuan)), ( إِﻳﱠﺎ ُﻛ َﻤﺎkepada kalian berdua), إِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ
(kepada kalian (laki-laki)), ( إِﻳﱠﺎ ُﻛ ﱠﻦkepada kalian
(perempuan)), ُ( إِﻳﱠﺎﻩkepada dia (laki-laki)), ﺎﻫﺎ
َ إِﻳﱠ
ُ ( إِﻳﱠkepada mereka
(kepada dia (perempuan)), ﺎﻫ َـﻤﺎ
7
dan ya’ (adapun dibuangnya nun; maka merupakan
tanda nashab khusus pada fi’il).
2. Adapun dhamir; maka mabni, sehingga tidak
terkena i’rab. Maka ketika dhamir tersebut sebagai
ٍﺼ ِ
Maf’ul Bih dikatakan: ﺐ ْ َ( ﻓـ ْﻲ َﻣـ َﺤ ِّﻞ ﻧfii mahalli
nashbin); yakni: dia mabni tapi menempati tempat isim
yang manshub. Atau dikatakan: ْﻤﺎ ً ب ُﺣﻜ
ٌ ﺼ ْﻮ
ُ َﻣْﻨ
(manshuubun hukman); yakni: dia mabni tapi dihukumi
manshub karena telah menempati tempat isim yang
manshub.
Seperti: ﻚ
َ َﺿَﺮﺑ
َ (dia memukulmu); maka َكdi sini fii
mallahi nashbin sebagai Maf’ul Bih.
Maf’ul Bih yang berupa dhamir ada dua: Dhamir
Nashab Muttashil (bersambung) dan Dhamir Nashab
Munfashil (terpisah)
* Dhamir Nashab Muttashil ada dua belas, yang
kalau lebih dirinci lagi; maka ada empat belas, yang
dikelompokkan dalam tiga kelompok:
1. Untuk orang ketiga (yang tidak hadir):
ﺿَﺮﺑَـ ُﻬ ﱠﻦ
َ – ﺿَﺮﺑَـ ُﻬ َﻤﺎ
َ -ﺿَﺮﺑَـ َﻬﺎ
َ - ﺿَﺮﺑَـ ُﻬ ْﻢ
َ - ﺿَﺮﺑَـ ُﻬ َﻤﺎ
َ - ُﺿَﺮﺑَﻪ
َ
2. Untuk orang kedua (yang hadir atau ada di
hadapan):
ﺿَﺮﺑَ ُﻜ ﱠﻦ
َ – ﺿَﺮﺑَ ُﻜ َﻤﺎ ِ ﺿﺮﺑ
َ -ﻚ ََ َ - ﺿَﺮﺑَ ُﻜ ْﻢ
َ - ﺿَﺮﺑَ ُﻜ َﻤﺎ
َ -ﻚ
َ َﺿَﺮﺑ
َ
3. Untuk orang pertama (pembicara):
ﺿَﺮﺑـَﻨَﺎ ِ
َ - ﺿَﺮﺑـَﻨ ْـﻲ
َ
8
* Dhamir Nashab Munfashil ada dua belas, yang
kalau lebih dirinci lagi; maka ada empat belas, yang
dikelompokkan dalam tiga kelompok:
1. Untuk orang ketiga (yang tidak hadir):
إِﻳﱠﺎ ُﻫـ َﻤﺎ – إِﻳﱠﺎ ُﻫ ﱠﻦ- إِﻳﱠﺎ َﻫﺎ- إِﻳﱠﺎ ُﻫ ْﻢ- إِﻳﱠﺎ ُﻫـ َﻤﺎ- ُإِﻳﱠﺎﻩ
2. Untuk orang kedua (yang hadir atau ada di
hadapan):
إِﻳﱠﺎ ُﻛ َﻤﺎ – إِﻳﱠﺎ ُﻛ ﱠﻦ- إِﻳﱠﺎ ِك- إِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ- إِﻳﱠﺎ ُﻛ َﻤﺎ- إِﻳﱠﺎ َك
3. Untuk orang pertama (pembicara):
إِﻳﱠﺎﻧَﺎ- ﺎي ِ
َ إﻳﱠ
Untuk Dhamir Nashab Munfashil; maka harus
ditempatkan di awal jumlah (kalimat) atau setelah إِﱠﻻ.
Contoh:
9
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH SATU
4. ﺟﺎﺋَِﺰًة ِ
َ ﻳَـْﺮﺑَ ُﺢ اﻟ ﱠﺴﺎﺑ ُﻖ:
5. ًﺎﺟﺔ ِ
َ ﺐ َد َﺟ
ُ َ ﻳَﺼْﻴ ُﺪ اﻟﺜﱠـ ْﻌﻠ:
6. ً ﻳَـﺒِْﻴ ُﻊ َزﻳْ ٌﺪ ِﺣ َﺬاء:
7. ﺖ ﻛِﺘَﺎﺑًﺎ
ُ ْ ا ْﺷﺘَـَﺮﻳ:
8. ﺧ ُﻞ اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ َﺪ
ُ ﻧَ ْﺪ: ( )ﻧَ ْﺪ ُﺧ ُﻞfa’ilnya adalah:
10
PELAJARAN KEDUA PULUH DUA
ﺼ َﺪ ِر
ْ ﺎب اﻟ َْﻤ
ُ َﺑ
Bab: Mashdar (Maf’ul Muthlaq)
ِ ِ اﻻ ْﺳﻢ اﻟْﻤ ْﻨﺼﻮ ﱠ ِ
ُ اﻟﺬ ْي ﻳَـﺠﻲء،ب ُ ْ ُ َ ُ ْ :ﺼ َﺪ ُر ُﻫ َﻮ ْ اﻟ َْﻤ-[٨٩]
ِ ِ ﺛَﺎﻟِﺜًﺎ ﻓِـﻲ ﺗَﺼ ِﺮﻳ
.ﺿ ْﺮﺑًﺎ ُ ﻀ ِﺮ
َ ب ْ َب ﻳ
َ ﺿ َﺮ ْ َ ﻧ،ﻒ اﻟْﻔ ْﻌ ِﻞ
َ :ـﺤ ُﻮ ْْ ْ
[89]- Mashdar adalah: isim manshub yang
datang ketiga pada tashrif fi’il, seperti: ب
َ ﺿ َﺮ ُ ﻀ ِﺮ
َ -ب ْ َ ﻳ-
ﺿ ْﺮﺑًﺎ
َ .
11
َوإِ ْن َواﻓَ َﻖ َﻣ ْﻌ َﲎ ﻓِ ْﻌﻠِ ِﻪ ُد ْو َن ﻟَ ْﻔ ِﻈ ِﻪ؛ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َﻣ ْﻌﻨَ ِﻮ ﱞ-[٩٢]
،ي
.ﻚ َ ِ َوَﻣﺎ أَ ْﺷﺒَﻪَ ٰذﻟ،(ﺖ ُوﻗُـ ْﻮﻓًﺎ ُ َو)ﻗُ ْﻤ،(ﺖ ﻗُـﻌُ ْﻮ ًدا ُ ) َﺟﻠَ ْﺴ:ـﺤ ُﻮ
ْ َﻧ
[92]- Dan kalau sesuai dengan makna fi’ilnya
tanpa lafazhnya; maka dia maknawi. Seperti:
ﺖ ﻗُـ ُﻌ ْﻮ ًداُ ( َﺟﻠَ ْﺴsaya duduk sebenar-benar duduk),
ﺖ ُوﻗُـ ْﻮﻓًﺎ
ُ ( ﻗُ ْﻤsaya berdiri sebenar-benar berdiri), dan
semisalnya.
Maf’ul Muthlaq adalah: isim manshub yang
diambil dari lafazh fi’il atau maknanya; yang biasanya
berfungsi sebagai taukid (penguat) [sebagaimana pada
contoh-contoh di bawah ini]. Bisa juga berfungsi untuk
menjelaskan jenis fi’il-nya atau jumlahnya [contoh
untuk kedua fungsi ini bisa didapati pada latihan].
Dari pengertian di atas; maka Maf’ul Muthlaq ada
dua:
1. Lafzhi; yakni ketika sesuai dengan lafazh fi’il.
Seperti:
- ﺖ اﻟْ َﻔﺄْ َر ﻗَـْﺘ ًﻼ
ُ ( ﻗَـﺘَـْﻠsaya membunuh tikus sebenar-benar
pembunuhan)
Maka, ﻗَـْﺘ ًﻼmanshub karena dia Maf’ul Muthlaq,
dan tanda nashab-nya adalah fat-hah karena dia isim
mufrad. Dan ﻗَـْﺘ ًﻼdiambil dari lafazh fi’il-nya; yakni:
12
2. Maknawi; yakni: ketika sesuai dengan makna
fi’il. Seperti:
- ﺖ ﻗُـ ُﻌ ْﻮًدا
ُ ( َﺟﻠَ ْﺴsaya duduk sebenar-benar duduk)
Maka, ﻗُـ ُﻌ ْﻮًداManshub karena dia Maf’ul Muthlaq,
dan tanda Nashab-nya adalah fat-hah karena dia isim
mufrad. Dan ﻗُـ ُﻌ ْﻮًداdiambil dari makna fi’il-nya; yakni:
fi’il ﻗَـ َﻌ َﺪsemakna dengan fi’il ﺟﻠَﺲ
َ.
َ
Penulis mengistilahkan Maf’ul Muthlaq dengan
mashdar; karena: Maf’ul Muthlaq berbentuk mashdar;
yakni: yang datang ketiga dalam tashrif fi’il-nya -
sebagaimana beliau sebutkan-.
13
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH DUA
1. ﺴ ٌﻦ ﻟَ ْﻌﺒًﺎ ِ
َ ﺐ َﺣ
َ ﻟَﻌ: ( ) َﺣ َﺴ ٌﻦmarfu’ karena sebagai fa’il dan
tanda rafa’-nya adalah dhammah karena dia isim
mufrad. ( )ﻟَ ْﻌﺒًﺎmanshub karena sebagai maf’ul muthlaq
[yang fungsinya di sini adalah sebagai taukid] dan
tanda nashab-nya adalah fat-hah karena dia isim
mufrad.
2. ﺧﻄْ ًﻔﺎ
َ َﺎﺟﺔ
َ ﺐ اﻟ ﱠﺪ َﺟ
ُ َﻒ اﻟﺜﱠـ ْﻌﻠ
َ َ َﺧﻄ:
ِ ﻳ ْﺸﺮ:
ََ ب اﻟﻄّْﻔ ُﻞ اﻟﻠﱠ
3. ﱭ ُﺷْﺮﺑًﺎ َُ َ
4. ب ْاﻷَ َﺳ ِﺪ ِ
َ ﺐ اﻟﻨﱠﻤُﺮ ُوﺛـُ ْﻮ
ِ
ُ ﻳَﺜ:
ِ ﻣﱠﺮ اﻟْ ِﻘﻄَﺎر ﻣﱠﺮ اﻟ ﱠﺴﺤ:
5. ﺎب َ َُ َ
6. ﺧﺎﻟِ ٌﺪ َﺟْﺮﻳًﺎ َﺳ ِﺮﻳْـ ًﻌﺎ
َ َﺟَﺮى:
7. ًﺿْﺮﺑَﺔ ِ ْ ﺿﺮب اﻟ:
َ ب
َ ـﺨﺎد ُم اﻟْ َﻌ ْﻘَﺮ
َ َ ََ
ِ ْ أَ َﻛﻞ َﻋﻠِ ﱞﻲ أَ ْﻛﻠَـﺘَـ:
8. ﲔ َ
14
PELAJARAN KEDUA PULUH TIGA
ِ
ف اﻟْﻤ َﻜ ِ
ﺎن ِ ِ
ﺎب ﻇَ ْﺮف اﻟ ﱠﺰَﻣﺎن َوﻇَ ْﺮ َ
ﺑَ ُ
Bab: Zharaf Zaman dan Zharaf Makan
15
َوَﻣﺎ، َو ُﻫﻨَﺎ، َوﺛَـ ﱠﻢ،ﺎء ِ و ِﺣ َﺬ، وإِ َزاء، وﻣﻊ، و ِﻋ ْﻨ َﺪ،ﺖ
َ َوﺗ ْﻠ َﻘ،اء
َ َ َ َ َ ََ َ َ ـﺤ ْ ََوﺗ
.ﻚ َ ِأَ ْﺷﺒَﻪَ ٰذﻟ
[94]- Zharaf Makan adalah: isim tempat,
manshub dengan taqdir (makna) fii (di dalam);
seperti: ﺎم
َ ( أ ََﻣdi depan), ْﻒ
َ ( َﺧﻠdi belakang), ﱠام
َ ( ﻗُﺪdi
depan), اء
َ ( َوَرdi belakang), ( ﻓَـ ْﻮ َقdi atas), ﺖ َ ـﺤ
ْ َ( ﺗdi
bawah), ( ِﻋ ْﻨ َﺪdi sisi), ( َﻣ َﻊbersama), اء ِ
َ ( إ َزberhadapan),
اء ِ ِ
َ ( ﺣ َﺬberhadapan), ﺎء
َ ( ﺗ ْﻠ َﻘberhadapan), ( ﺛَـ ﱠﻢdi sana), ُﻫﻨَﺎ
(di sini), dan yang semisal itu.
Zharaf Zaman adalah isim manshub yang
menunjukkan waktu terjadinya fi’il, sedangkan Zharaf
Makan adalah isim manshub yang menunjukkan tempat
terjadinya fi’il. Dan keduanya menggunakan lafazh-
lafazh tertentu sebagaimana disebutkan oleh penulis.
Penulis menyebutkan bahwa Zharaf Zaman dan
Zharaf Makan bermakna ( ﻓِـﻲdi dalam); sehingga
ْ
keduanya diistilahkan juga dengan ( اﻟْ َﻤ ْﻔ ُﻌ ْﻮ ُل ﻓِـْﻴـ ِﻪMaf’ul
Fih).
* Contoh Zharaf Zaman dalam jumlah (kalimat):
- ﺖ اﻟْﻴَـ ْﻮَم
ُ ﺻ ْﻤ
ُ (saya puasa hari ini)
- ﺎﺣﺎ
ً َﺻﺒ
َ ﺐ َزﻳْ ٌﺪ
َ ( َذ َﻫZaid pergi pada pagi hari)
- ًﺴﺎء
َ ( َر َﺟ َﻊ ُﻣـ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َﻣMuhammad pulang pada sore hari)
* Contoh Zharaf Makan dalam jumlah (kalimat):
16
- ﺖ َوَراءَ َﻋﻠِ ٍﻲ
ُ ( َﺟﻠَ ْﺴsaya duduk di belakang ‘Ali)
ّ
- ﱠﻼ ِﻣْﻴ ِﺬ
َ ُﺳﺘَﺎ ُذ أََﻣ َﺎم اﻟﺘ
ْ ( ﻗَ َﺎم ْاﻷguru itu berdiri di depan murid-
murid)
ِ َﺖ اﻟْﻤﻜْﺘ
-ﺐ ِ
َ َ ( اﻟْـ َﺤﻘـْﻴـﺒَﺔُ ﺗَـ ْﺤtas itu di bawah meja)
17
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH TIGA
18
PELAJARAN KEDUA PULUH EMPAT
ِ ـﺤ
ﺎل َ ْﺎب اﻟ
ُ َﺑ
Bab: Haal
ﻟِ َﻤﺎ ِ
ﺴ ُﺮ
ّ ب اﻟ ُْﻤ َﻔُ ﺼ ْﻮ
ِ
ُ ُﻫ َﻮ ْاﻻ ْﺳ ُﻢ اﻟ َْﻤ ْﻨ:ﺎل َ ْ اﻟ-[٩٥]
ُ ـﺤ
ُ َو) َرﻛِ ْﺒ،(ﺎء َزﻳْ ٌﺪ َراﻛِﺒًﺎ
ﺖ َ ) َﺟ:ﻚ َ ِـﺤ ُﻮ ﻗَـ ْﻮﻟ
ْ َ ﻧ،ﺎت ِ َاﻧْـﺒـ َﻬﻢ ِﻣﻦ اﻟْ َـﻬ ْﻴـﺌ
ْ َ َ
.ﻚ َ ِ َوَﻣﺎ أَ ْﺷﺒَﻪَ ٰذﻟ،(ﺖ َﻋ ْﺒ َﺪ اَ ِ َراﻛِﺒًﺎ ُ َو)ﻟَ ِﻘ ْﻴ،(س ُﻣ ْﺴ َﺮ ًﺟﺎ َ اﻟْ َﻔ َﺮ
[95]- Haal adalah: isim manshub yang
menjelaskan apa yang masih belum jelas dari
keadaan. Seperti perkataanmu:
- ﺎء َزﻳْ ٌﺪ َراﻛِﺒًﺎ
َ ( َﺟZaid datang dalam keadaan
berkendara),
- ﺴ َﺮ ًﺟﺎ
ْ س ُﻣ ُ ( َرﻛِ ْﺒsaya naik kuda dalam keadaan
َ ﺖ اﻟْ َﻔ َﺮ
berpelana),
- ﺖ َﻋ ْﺒ َﺪ اَ ِ َراﻛِﺒًﺎ
ُ ( ﻟ َِﻘ ْﻴsaya bertemu ‘Abdullah dalam
keadaan berkendara),
dan yang semisal itu.
19
[96]- Dan tidaklah haal itu melainkan nakirah,
dan tidaklah ada kecuali setelah sempurna kalaam,
dan tidaklah shaahibul haal-nya melainkan
ma’rifat.
Haal adalah: isim nakirah manshub yang
menjelaskan keadaan Fa’il atau Maf’ul Bih ketika
terjadinya fi’il.
Dan Fa’il atau Maf’ul Bih yang dijelaskan
ِ (Shaahibul
ِ ﺎﺣﺐ اﻟْـﺤ
keadaannya dinamakan dengan ﺎل َ ُ ﺻ َ
Haal).
Haal selalu Nakirah, dan dia merupakan tambahan
dalam jumlah (kalimat); yakni: bukan bagian inti dari
jumlah, sehingga tidaklah ada kecuali setelah sempurna
jumlah.
Dan Shaahibul Haal selalu Ma’rifah.
Contoh Haal dalam jumlah yang Shaahibul Haal-
nya berupa fa’il:
- ( َﺟﺎءَ َزﻳْ ٌﺪ َراﻛِﺒًﺎZaid datang dalam keadaan
berkendara)
ِ َ( ﺟﺎء اﻟْ َﻘﺎﺋِ ُﺪ ﻣْﻨﺘpanglima itu datang dalam keadaan
- ﺼًﺮا ُ ََ
menang)
Contoh Haal dalam jumlah yang Shaahibul Haal-
nya berupa maf’ul bih:
- ﺟﺎ ِ
ً س ُﻣ ْﺴَﺮ
َ ﺖ اﻟْ َﻔَﺮ
ُ ( َرﻛْﺒsaya naik kuda dalam keadaan
berpelana)
20
- ﺻﺎﻓِـﻴًﺎ ُ ْ( َﺷ ِﺮﺑsaya minum air dalam keadaan
َ َﺖ اﻟْ َﻤﺎء
jernih)
21
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH EMPAT
1. ﺶ ﻇَﺎﻓِ ًـﺮا
ُ ـﺠْﻴ
َ ْ َﻋ َﺎد اﻟ: (ﺶ
ُ ـﺠْﻴ
َ ْ )اﻟmarfu’ karena sebagai fa’il dan
tanda rafa’-nya adalah dhammah karena dia isim
mufrad. ( )ﻇَﺎﻓًِﺮاmanshub karena sebagai hal [shahibul
hal-nya adalah ﺶُ ]اﻟْـ َﺠْﻴdan tanda nashabnya adalah fat-
hah karena dia isim mufrad.
3. ﺻﺎﻓِــﻴًﺎ
َ ُ َﺟَﺮى اﻟْ َﻤﺎء:
4. ﺼ ْﻮًرا ِ
ُ َر َﺟ َﻊ اﻟْ َﻘﺎﺋ ُﺪ َﻣْﻨ:
5. ﺠﺎ ِ ِ
ً َرﻛـْﺒـﻨَﺎ اﻟْﺒَ ْﺤَﺮ َﻫﺎﺋ:
22
PELAJARAN KEDUA PULUH LIMA
ﺴ ُﺮ ﻟِ َﻤﺎ ِ
ب اﻟ ُْﻤ َﻔ ّ
ِ
] -[٩٧اﻟﺘ ْﱠﻤﻴِْﻴـ ُﺰُ :ﻫ َﻮ ْاﻻ ْﺳ ُﻢ اﻟ َْﻤ ْﻨ ُ
ﺼ ْﻮ ُ
ﺐ َزﻳْ ٌﺪ َﻋ َﺮﻗًﺎ(َ ،و)ﺗَـ َﻔ ﱠﻘﺄَ ﺼﺒﱠ َ ﻚ) :ﺗَ َ ـﺤ ُﻮ ﻗَـ ْﻮﻟِ َ
ات ،ﻧَ ْاﻧْـﺒـ َﻬﻢ ِﻣﻦ اﻟ ﱠﺬو ِ
َ َ َ َ
ﺖ ِﻋ ْﺸ ِﺮﻳْ َﻦ ـﺤ ﱠﻤ ٌﺪ ﻧَـ ْﻔ ًﺴﺎ(َ ،و)ا ْﺷﺘَـ َﺮﻳْ ُﺎب ُﻣ َ ْﺮ َﺷ ْﺤ ًﻤﺎ(َ ،و)ﻃَ َ ﺑَﻜ ٌ
ﻚ أَﺑًﺎ ﲔ ﻧَـ ْﻌ َﺠﺔً(َ ،و) َزﻳْ ٌﺪ أَ ْﻛ َﺮُم ِﻣ ْﻨ َ ﻏُ َﻼﻣﺎ( ،و)ﻣﻠَ ْﻜ ُ ِ
ﺖ ﺗِ ْﺴﻌ ْ َ ً َ َ
ﻚ َو ْﺟ ًﻬﺎ(.َﺟ َـﻤ ُﻞ ِﻣ ْﻨ َ
َوأ ْ
[97]- Tamyiz adalah: isim manshub yang
menjelaskan apa yang masih belum jelas dari dzat.
Seperti perkataanmu:
ﺐ َزﻳْ ٌﺪ َﻋ َﺮﻗًﺎ -
ﺼﺒﱠ َ
(Zaid bercucuran keringat),ﺗَ َ
ﺤ ًﻤﺎ - (Bakr merekah dengan lemak),ﺗَـ َﻔ ﱠﻘﺄَ ﺑَﻜ ٌ
ْﺮ َﺷ ْ
ﺴﺎ -
ـﺤ ﱠﻤ ٌﺪ ﻧَـ ْﻔ ً
ﺎب ُﻣ َ
(Muhammad baik jiwanya),ﻃَ َ
ﺖ ِﻋ ْ
ﺸ ِﺮﻳْ َﻦ ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ - (saya membeli dua puluhا ْﺷﺘَـ َﺮﻳْ ُ
budak),
23
ِ ُ ( ﻣﻠَﻜsaya memiliki sembilan puluh
- ﺠ ًﺔ َ ْ ْﺖ ﺗِ ْﺴﻌ
َ ﲔ ﻧَـ ْﻌ َ
kambing betina),
ْ ﺖ ِﻋ
- ﺸ ِﺮﻳْ َﻦ ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ ُ ْ( ا ْﺷﺘَـ َﺮﻳsaya membeli dua puluh
budak),
24
Pertama: Mumayyaz Malfuzh (ظ ٌ ;) َﻣ ْﻠ ُﻔ ْﻮyakni:
disebutkan dalam jumlah (kalimat). Dan Mumayyaz
Malfuzh ini terbagi menjadi 4 (empat):
1. Ukuran Timbangan; seperti:
- ﺖ ِﺟَﺮ ًاﻣﺎ َذ َﻫﺒًﺎ
ُ ْ( ا ْﺷﺘَـَﺮﻳsaya membeli satu gram emas)
2. Ukuran Takaran; seperti:
- ﺤﺎ
ً ﺎﻋﺎ ﻗُ ْﻤ
ًﺻ َ ﺖ
ُ ْ( ا ْﺷﺘَـَﺮﻳsaya membeli satu sha’ gandum)
3. Ukuran Jarak atau Luas; seperti:
- ﺿﺎ ِ ُ ِ( َﻻ أَﻣﻠsaya tidak memiliki tanah satu
ً ﻚ ﺷْﺒـًﺮا أ َْر ْ
jengkal pun)
4. Bilangan atau Jumlah; seperti:
- ﺖ ﻋِ ْﺸ ِﺮﻳْ َﻦ ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ
ُ ْ( ا ْﺷﺘَـَﺮﻳsaya membeli dua puluh budak)
[ ِﻋ ْﺸ ِﺮﻳْ َﻦ: manshub dan tanda nashab-nya adalah ya’,
karena dia mulhaq (diikutkan) dengan jamak
mudzakkar salim]
- ًﺠﺔ ِ ِ ( ﻣﻠَﻜsaya memiliki sembilan puluh
َ ﲔ ﻧَـ ْﻌ
َ ْ ْﺖ ﺗ ْﺴﻌ
ُ َ
kambing betina)
- ﺖ ِﻋ ْﺸ ِﺮﻳْ َﻦ ﻏُ َﻼ ًﻣﺎ
ُ ْ( ا ْﺷﺘَـَﺮﻳsaya membeli dua puluh budak)
Kedua: Mumayyaz Malhuzh (ظ ٌ ;) َﻣ ْﻠ ُﺤ ْـﻮyakni: yang
tidak disebutkan Muamayyaz-nya; sehingga Tamyiz-
nya merupakan perubahan dari: (1)Mubtada’, (2)Fa’il,
atau (3)Maf’ul Bih.
* Contoh Tamyiz perubahan dari Mubtada’:
25
َ َﺟ َـﻤ ُﻞ ِﻣْﻨ
- ﻚ َو ْﺟ ًﻬﺎ َ أَ ْﻛَﺮُم ِﻣْﻨ
ْ ﻚ أَﺑًﺎ َوأ ( َزﻳْ ٌﺪZaid lebih utama
darimu -yakni: bapaknya- dan lebih tampan darimu
wajahnya)
Maka, أَﺑًﺎdan َو ْﺟ ًﻬﺎmerupakan Tamyiz yang
merupakan perubahan dari Mubtada’, dan asal jumlah
(kalimat)-nya:
ٍ
َ َﺟ َـﻤ ُﻞ ِﻣ ْﻦ َو ْﺟ ِﻬ
ﻚ َ ( أَﺑـُ ْﻮ َزﻳْﺪ أَ ْﻛَﺮُم ِﻣ ْﻦ أَﺑِـْﻴBapaknya Zaid
ْ ﻚ َوَو ْﺟ ُﻬﻪُ أ
lebih utama dari bapakmu dan wajahnya (Zaid) lebih
tampan dari wajahmu)
* Contoh Tamyiz perubahan dari Fa’il:
- ﺐ َزﻳْ ٌﺪ َﻋَﺮﻗًﺎ
َ ﺼﺒﱠ
َ َ( ﺗZaid bercucuran keringat)
Maka, َﻋَﺮﻗًﺎmerupakan Tamyiz yang merupakan
perubahan dari Fa’il, dan asal jumlah (kalimat)-nya:
ﺐ َﻋَﺮ ُق َزﻳْ ٍﺪ
َ ﺼﺒﱠ
َ َ( ﺗkeringat Zaid bercucuran)
* Contoh Tamyiz perubahan dari Maf’ul Bih:
- ﺠًﺮا
َ ض َﺷ
َ ﺖ ْاﻷ َْر
ُ ( َﻏَﺮ ْﺳsaya menanami tanah dengan
pohon)
Maka, ﺠًﺮا
َ َﺷmerupakan Tamyiz yang merupakan
perubahan dari Maf’ul Bih, dan asal jumlah (kalimat)-
nya:
ِ ﺖ َﺷ َﺠَﺮ ْاﻷ َْر
ض ُ ( َﻏَﺮ ْﺳsaya menanami pohon (yang hidup
di) tanah)
26
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH LIMA
ْ ْاﻷَﻧْﺒِﻴَﺎءُ أ:
ِ َﺻ َﺪ ُق اﻟﻨ
5. ﱠﺎس ﻗَـ ْﻮًﻻ
27
PELAJARAN KEDUA PULUH ENAM
28
Pertama: Mustatsna dengan إِﱠﻻ
ﺐ إِ َذا َﻛﺎ َن اﻟْ َﻜ َﻼ ُم ﺗَﺎﻣﺎ َ ﻳُـ ْﻨ: ﻓَﺎﻟ ُْﻤ ْﺴﺘَﺜْـ َﲎ ﺑِِﺈﱠﻻ-[١٠٠]
ُ ﺼ
ﱠﺎس إِﱠﻻ ِ
ُ َو) َﺧ َﺮ َج اﻟﻨ،( )ﻗَ َﺎم اﻟْ َﻘ ْﻮ ُم إ ﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا:ـﺤ ُﻮ ْ َ ﻧ،ﻮﺟﺒًﺎ
َ ُﻣ
.(َﻋ ْﻤ ًﺮا
[100]- Mustatsna’ dengan إِﱠﻻ: dinashabkan jika
kalaam-nya sempurna dan positif (tidak nafi’).
Seperti: ـﺎم اﻟْـ ـ ـ َﻘـ ـ ـ ْـﻮُم إِﱠﻻ َزﻳْ ـ ـ ًﺪا
َ ( ﻗَـ ـ ـkaum itu berdiri kecuali
Zaid), dan ﱠﺎس إِﱠﻻ َﻋ ْﻤ ًﺮا
ُ ( َﺧ ـ ـ َـﺮ َج اﻟﻨmanusia keluar kecuali
‘Amr).
Pertama: Mustatsna dengan إِﱠﻻ, ada 3 (tiga) keadaan:
1. Jumlah (kalimat)nya sempurna dan tidak nafi;
maka Mustatsna-nya Manshub.
Yang dimaksud dengan jumlah (kalimat)nya
sempurna; yaitu:
- ketika ada Mubtada’; maka sudah ada Khabar-nya,
- ketika ada fi’il laazim (yang tidak membutuhkan
Maf’ul Bih); maka sudah ada Fa’il-nya,
29
- ketika ada fi’il muta’addi (yang membutuhkan
Maf’ul Bih); maka sudah ada Fa’il-nya dan Maf’ul Bih-
nya,
- ketika ada fi’il mabni lil majhul; maka sudah ada
Na-ibul Fa’il-nya.
Sedangkan jumlah (kalimat) yang tidak sempurna;
maka yang masih ada kekurangan dari yang disebutkan
di atas.
Penulis memberikan contoh:
- ﺎم اﻟْ َﻘ ْﻮُم إِﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا
َ َ( ﻗkaum itu berdiri kecuali Zaid),
- ﱠﺎس إِﱠﻻ َﻋ ْﻤًﺮا
ُ ( َﺧَﺮ َج اﻟﻨmanusia keluar kecuali ‘Amr)
Maka dalam dua contoh di atas: َزﻳْ ًﺪاdan َﻋ ْﻤًﺮا
merupakan Mustatsna yang Manshub karena jumlah
(kalimat)nya sempurna dan tidak nafi.
ﺗَﺎﻣﺎ؛ َﺟ َﺎز ﻓِ ْـﻴ ِـﻪ اﻟْﺒَ َﺪ ُل َوإِ ْن َﻛﺎ َن اﻟْ َﻜ َﻼ ُم َﻣ ْﻨ ِﻔﻴﺎ-[١٠١]
ِ
،(ﺎم اﻟْ َﻘ ْﻮُم إِﱠﻻ َزﻳْ ٌﺪ َ َﻗ ) َﻣﺎ:ـﺤ ُﻮ ْ َ ﻧ،اﻻ ْﺳﺘِﺜْـﻨَﺎء
ِْ ﱠﺼﺐ َﻋﻠَﻰ
ُ ْ َواﻟﻨ
.(َو)إِﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا
[101]- Dan jika kalaam-nya nafi dan sempurna;
maka (mustatsna’) boleh sebagai badal dan boleh
manshub sebagai mustatsna’. Seperti: ﺎم اﻟْ َﻘ ْﻮ ُم إِﱠﻻ َزﻳْ ٌﺪ
َ ََﻣﺎ ﻗ
(tidaklah kaum itu berdiri kecuali Zaid) [marfu’
30
sebagai badal] dan (boleh juga) ( إِﱠﻻ َزﻳْ ًﺪاkecuali Zaid)
[manshub sebagai mustatsna’].
2. Jumlah (kalimat)nya sempurna dan nafi; maka
Mustatsna boleh dii’rab sebagai badal (mengikuti i’rab-
nya Mubdal Minhu) dan boleh dii’rab Manshub sebagai
Mustatsna. Contoh:
- ﺎم اﻟْ َﻘ ْﻮُم إِﱠﻻ َزﻳْ ٌﺪ
َ َ( َﻣﺎ ﻗtidaklah kaum itu berdiri kecuali
Zaid)
Maka َزﻳْ ٌﺪmarfu’ sebagai Badal dan Mubdal Minhu-
nya adalah: اﻟْ َﻘ ْﻮُم.
Dan boleh juga:
- ﺎم اﻟْ َﻘ ْﻮُم إِﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا
َ َ( َﻣﺎ ﻗtidaklah kaum itu berdiri kecuali
Zaid)
Maka َزﻳْ ًﺪاmanshub sebagai Mustatsna’.
ِ
ﺐِ ﺼﺎ؛ َﻛﺎ َن َﻋﻠَﻰ َﺣ َﺴ ً َوإِ ْن َﻛﺎ َن اﻟْ َﻜ َﻼ ُم ﻧَﺎﻗ-[١٠٢]
،(ﺖ إِﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا َ َو) َﻣﺎ،(ﺎم إِﱠﻻ َزﻳْ ٌﺪ ِ
ُ ْﺿ َﺮﺑ َ َ ) َﻣﺎ ﻗ:ـﺤ ُﻮ ْ َ ﻧ،اﻟ َْﻌ َﻮاﻣ ِﻞ
.(ت إِﱠﻻ ﺑَِﺰﻳْ ٍﺪ
ُ َو) َﻣﺎ َﻣ َﺮ ْر
[102]- Dan kalau kalaam-nya naqish (belum
sempurna); maka (mustatsna’-nya) disesuaikan
dengan ‘aamil-nya. Seperti: ﺎم إِﱠﻻ َزﻳْ ٌﺪ
َ َ( َﻣﺎ ﻗtidaklah
31
kaum itu berdiri kecuali Zaid), ﺖ إِ ﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا ُ ْﺿ َﺮﺑ
َ َﻣﺎ
(tidaklah aku pukul kecuali Zaid), dan ت إِﱠﻻ ﺑَِﺰﻳْ ٍﺪُ َﻣ َﺮْر َﻣﺎ
(tidaklah aku bertemu kecuali dengan Zaid).
3. Jumlah (kalimat)nya naqish (belum sempurna)
dan nafi; maka i’rab Mustatsna disesuaikan dengan
‘aamil-nya; yakni: sesuai dengan kedudukan dia
sebagai penyempurna kalimat (kalau sebagai Fa’il atau
Na-ibul Fa’il; maka marfu’, kalau sebagai Maf’ul Bihi;
maka manshub, dst.). Contoh:
- ﺎم إِﱠﻻ َزﻳْ ٌﺪ
َ َ( َﻣﺎ ﻗtidaklah berdiri kecuali Zaid)
- ﺖ إِﱠﻻ َزﻳْ ًﺪا
ُ ْﺿَﺮﺑ
َ ( َﻣﺎtidaklah aku pukul kecuali Zaid)
- ت إِﱠﻻ ﺑَِﺰﻳْ ٍﺪ
ُ ( َﻣﺎ َﻣَﺮْرtidaklah aku bertemu kecuali dengan
Zaid)
32
1. Jika jumlah (kalimat)nya sempurna dan tidak
nafi; maka َﻏْﻴـٌﺮ, ِﺳ ًﻮى, ُﺳ ًﻮى, ٌ َﺳ َﻮاءManshub. Contoh:
33
- ﺖ َﻏْﻴـَﺮ َزﻳْ ٍﺪ
ُ ْﺿَﺮﺑ
َ ( َﻣﺎtidaklah aku pukul kecuali Zaid)
34
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH ENAM
35
PELAJARAN KEDUA PULUH TUJUH
ﺎب َﻻ
ُ َﺑ
Bab: Laa
36
* Laa an-Naafiyah Lil Jinsi beramalan seperti Inna
dan akhwat (saudari-saudari)-nya; yakni: menashabkan
isim-nya dan merafa’kan khabar-nya, hanya saja isim
Laa ada dua keadaan:
1. Manshub: jika berupa mudhaf atau syabih bil
mudhaf.
Dan jika mudhaf; maka mudhaf ilaih-nya harus
nakirah agar isim tersebut tetap nakirah.
Contoh isim Laa an-Naafiyah Lil Jinsi yang mudhaf
kepada nakirah:
- ﺧ ٍْﲑ َﻣ ْﺬ ُﻣ ْﻮٌم ِ
َ ( َﻻ ﻓَﺎﻋ َﻞtidak ada pelaku kebaikan yang
tercela)
Contoh isim Laa an-Naafiyah Lil Jinsi yang syabih
bil mudhaf:
ِ َﺟﺒ ًﻼ ﻇ
- ﺎﻫٌﺮ ( َﻻ ﻃَﺎﻟِ ًﻌﺎtidak ada pemanjat gunung yang
ََ
ِ
terlihat) [ﻃَﺎﻟ ًﻌﺎ manshub sebagai isim Laa an-Naafiyah
Lil Jinsi, dan ﺟﺒَ ًﻼ ِ
َ manshub sebagai maf’ul bih dari ﻃَﺎﻟ ًﻌﺎ
yang beramalan seperti fi’il-nya ( ﻃَـﻠَ َﻊmenashabkan
maf’ul bih-nya)]
2. Mabni atas tanda nashabnya: jika bukan mudhaf
atau syabih bil mudhaf, sehingga dia dikatakan fii
mahalli nashbin.
Makna “mabni atas tanda nashabnya”; yakni: jika
tanda nashab-nya adalah fat-hah -seperti isim mufrad-;
maka dia mabni atas fat-hah, jika tanda nashab-nya
adalah ya’ -seperti isim mutsanna-; maka dia mabni
atas ya’, dan seterusnya.
37
Contoh:
- ﺟ َﻞ ﻓِـﻲ اﻟﺪﱠا ِر
ُ ( َﻻ َرtidak ada laki-laki sama sekali di
rumah itu)
* Laa an-Naafiyah Lil Jinsi beramalan seperti Inna
jika memenuhi 3 (tiga) syarat:
1. Isim-nya Nakirah.
2. Isim-nya langsung datang setelah Laa.
3. Laa tidak berulang.
Contoh:
- ﺼ ِﻞ ِ ِ( َﻻ ﻃَﺎﻟtidak ada siswa sama sekali di
ْ ﺐ ﻓـﻲ اﻟْ َﻔ
َ
kelas itu)
- ﺟ َﻞ ﻓِـﻲ اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ ِﺪ
ُ ( َﻻ َرtidak ada laki-laki sama sekali di
masjid itu)
ﺐ ﺗَ ْﻜ َﺮ ُار ِ ِ
َ َوَو َﺟ،ﺐ اﻟ ﱠﺮﻓْ ُﻊَ ﻓَﺈ ْن ﻟَ ْـﻢ ﺗُـﺒَﺎﺷ ْﺮَﻫﺎ؛ َو َﺟ-[١٠٦]
.ٌ َﻻ ﻓِـﻲ اﻟ ﱠﺪا ِر َر ُﺟ ٌﻞ َوَﻻ ْاﻣ َﺮأَة:ـﺤ ُﻮ
ْ َ ﻧ،() َﻻ
[106]- Kalau tidak mengenai langsung; maka
wajib dirafa’kan dan َﻻwajib diulang. Seperti:
ِ
ْ ( َﻻ ﻓـﻲ اﻟﺪﱠا ِر َر ُﺟ ٌﻞ َوَﻻtidak ada laki-laki di
- اﻣ َﺮأَ ٌة
rumah itu dan tidak ada perempuan).
Jika isim Laa an-Naafiyah Lil Jinsi tidak langsung
datang setelah Laa; maka dia marfu’ dan Laa-nya wajib
38
diulang agar makna Laa an-Naafiyah Lil Jinsi tetap
ada; yakni: menafikan khabar-nya dari semua satuan
isim-nya. Seperti:
- ﻞ َوَﻻ ْاﻣَﺮأٌَة ِ ِ
ٌ ( َﻻ ﻓـﻲ اﻟﺪﱠار َر ُﺟtidak ada laki-laki di rumah itu
dan tidak ada perempuan)
Dan ada juga yang berpendapat bahwa pengulangan
tersebut tidak wajib.
ﻓَِﺈ ْن،إِ ْﻋ َﻤﺎﻟُ َـﻬﺎ َوإِﻟْﻐَﺎ ُؤ َﻫﺎ ت؛ َﺟ َﺎز ْ ﻓَِﺈ ْن ﺗَ َﻜ ﱠﺮَر-[١٠٧]
َ َوإِ ْن ِﺷ،(ََوَﻻ ْاﻣ َﺮأَة
ﺌﺖ ) َﻻ َر ُﺟ َﻞ ﻓِـﻲ اﻟ ﱠﺪا ِر:ْﺖ َ ِﺷ ْﺌ
َ ﺖ ﻗُـﻠ
.(ٌ ) َﻻ َر ُﺟ ٌﻞ ﻓِـﻲ اﻟ ﱠﺪا ِر َوَﻻ ْاﻣ َﺮأَة:ْﺖ
َ ﻗُـﻠ
[107]- Kalau َﻻberulang; maka boleh beramal
dan boleh tidak. Kalau mau engkau katakan:
- ﻞ ﻓِـﻲ اَﻟﺪﱠا ِر َوَﻻ ا ْﻣ َﺮأَ َة
َ ( َﻻ َر ُﺟtidak ada laki-laki di
rumah itu dan tidak ada perempuan) [dengan
mabni atas tanda nashabnya],
dan kalau mau engkau katakan:
- ٌﻞ ﻓِـﻲ اﻟﺪﱠا ِر َوَﻻ ا ْﻣ َﺮأَة
ٌ ( َﻻ َر ُﺟtidak ada laki-laki di
rumah itu dan tidak ada perempuan) [dengan
rafa’].
Di sini penulis menjelaskan: jika tidak terpenuhi
syarat yang ketiga; yakni: Laa tidak berulang. Maka
jika berulang: (1)boleh Laa an-Naafiyah Lil Jinsi
beramalan seperti Inna; yakni: menashabkan isim-nya
39
dan merafa’kan khabar-nya, dan (2)boleh juga tidak
beramalan seperti Inna; yakni: isimnya marfu’.
Contoh beramalan seperti Inna:
- ﺟ َﻞ ﻓِـﻲ اَﻟﺪﱠا ِر َوَﻻ ا ْﻣَﺮأََة
ُ ( َﻻ َرtidak ada laki-laki di rumah itu
dan tidak ada perempuan)
Contoh tidak beramalan seperti Inna:
- ٌﺟ ٌﻞ ﻓِـﻲ اﻟﺪﱠا ِر َوَﻻ ا ْﻣَﺮأَة
ُ ( َﻻ َرtidak ada laki-laki di rumah itu
dan tidak ada perempuan)
40
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH TUJUH
1. ﺴ ْﻮ ِق َﻻ ﺑَﺎﺋِ َﻊ ﻓِـﻲ اﻟ ﱡ: ( )ﺑَﺎﺋِ َﻊmabni atas fat-hah dan dia fii
mahalli nashbin sebagai isim dari laa nafiyah lil jinsi.
(ﺴ ْﻮ ِق
)ِﰲ اﻟ ﱡpen-jarr dan majrur syibhul jumlah fii mahalli
raf’in sebagai khabar dari laa nafiyah lil jinsi.
ِ
2. ب ْ َﻻ َﺷﺎﻫ َﺪ ُزْوٍر َﻣ:
ٌ ـﺤﺒُـ ْﻮ
ٍ ِّ َﻻ َﺧْﻴـﺮ ﻓِـﻲ وِّد ْاﻣ ِﺮ ٍئ ُﻣﺘَـ َﻘﻠ:
3. ﺐ ُ َ ْ
ِ َﻻ ﻋ:
4. ﺎﺻﻴًﺎ أَﺑَﺎﻩُ ُﻣ َﻮﻓﱠ ٌﻖ َ
5. ﺴ َﻼ َﻣ ِﺔ ِﻣ ْﻦ أَﻟْ ِﺴﻨَ ِﺔ اﻟْ َﻌﺎ ﱠﻣ ِﺔ
َﻻ َﺳﺒِْﻴ َﻞ إِﻟَـﻰ اﻟ ﱠ:
ِ ِ
َ ْ َﻻ َراﻋ َﻲ َﻏﻨَ ٍﻢ ﻓـﻲ اﻟ:
6. ـﺤ ْﻘ ِﻞ
41
PELAJARAN KEDUA PULUH DELAPAN
ﺎدى
َ َﺎب اﻟ ُْﻤﻨ
ُ َﺑ
Bab: Munada
3. َي
ْ أuntuk menyeru yang jauh.
42
:ُﺼ ْﻮ َدة ِ
ُ ﻓَﺄَ ﱠﻣﺎ اﻟ ُْﻤ ْﻔ َﺮ ُد اﻟ َْﻌﻠَ ُﻢ َواﻟﻨﱠﻜ َﺮةُ اﻟ َْﻤ ْﻘ-[١٠٩]
ِ ِ ﺎن ﻋﻠَﻰ اﻟﻀ
َو)ﻳَﺎ،( )ﻳَﺎ َزﻳْ ُﺪ:ـﺤ ُﻮ ْ َ ﻧ،ﱠﻢ ﻣ ْﻦ ﻏَ ِْﲑ ﺗَـ ْﻨ ِﻮﻳْ ٍﻦ
ّ َ ِ َﻓَـﻴُْﺒـﻨَـﻴ
.(َر ُﺟ ُﻞ
[109]- Adapun mufrad ‘alam dan nakirah
maqshudah: maka mabni atas dhammah dengan
tanpa tanwin. Seperti: ( ﻳَﺎ َزﻳْ ُﺪwahai Zaid) dan ﻞ
ُ ﻳَﺎ َر ُﺟ
(wahai laki-laki).
43
2. Mabni atas tanda rafa’-nya: jika ‘alam (nama)
atau nakirah maqshudah, sehingga dia dikatakan fii
mahalli nasbhin.
Contoh Munada yang ‘alam:
- ( ﻳَﺎ َزﻳْ ُﺪwahai Zaid!)
Contoh Munada yang nakirah maqshudah:
- ( ﻳَﺎ ﺑَﺎﺋِ ُﻊwahai penjual!)
Gambaran untuk perbedaan antara nakirah
maqshudah dengan nakirah ghairu maqshudah: jika ada
seorang yang jatuh ke lubang yang dalam (seperti
sumur):
- Kemudian dia melihat ada orang di atas tapi dia
tidak tahu siapa orang itu; maka dia menyerunya untuk
minta tolong. Inilah nakirah maqshudah.
- Kalau dia tidak melihat ada orang; maka dia
menyeru siapa saja yang bisa mendengarnya agar bisa
menolongnya; maka inilah nakirah ghairu maqshudah.
44
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH DELAPAN
3. ﻳَﺎ ُﻋ َﻤُﺮ:
5. ـﺤ ﱠﻤ ُﺪ ْو َن
َ ﻳَﺎ ُﻣ:
ِ
ُ ْاﺳ َِﱰﻳ
6. ـﺤ ْﻮا ْ ﻳَﺎ َﻻﻋﺒُـ ْﻮ َن:
7. ُﺿﺎﺋِ ًﻌﺎ ﻛِﺘَﺎﺑُﻪ
َ ﻳَﺎ:
8. ﻳَﺎ َﻻ ِﻫﻴًﺎ َﻋ ْﻦ َد ْرِﺳ ِﻪ:
45
PELAJARAN KEDUA PULUH SEMBILAN
َﺟﻠِ ِﻪ ِ
ْ ﺎب اﻟ َْﻤ ْﻔﻌُ ْﻮِل ﻣ ْﻦ أ
ُ َﺑ
Bab: Maf’ul Min Ajlih
َ ﺎء َﻣ ْﻌ ُﺮْوِﻓ
- ﻚ ِ َ ُ( ﻗَﺼ ْﺪﺗsaya menemuimu untuk
َ َﻚ اﺑْﺘﻐ َ
mengharapkan kebaikanmu).
Maf’ul Min Ajlih atau disebut juga اﻟْ َﻤ ْﻔ ُﻌ ْﻮ ُل ِﻷَ ْﺟﻠِ ِﻪ
(Maf’ul Li Ajlih) dan ُ( اﻟْ َﻤ ْﻔ ُﻌ ْﻮ ُل ﻟَﻪMaf’ul Lah) adalah:
isim manhsub yang disebutkan setelah fi’il sebagai
penjelas dari sebab terjadinya fi’il, dan dia senantiasa
berbentuk mashdar [lihat kembali pengertian mashdar
pada pembahasan Maf’ul Muthlaq].
Seperti:
46
ِ
- ﻚَ ﻚ اﺑْـﺘِﻐَﺎءَ َﻣ ْﻌُﺮْوﻓ
َ ُﺼ ْﺪﺗ
َ َ( ﻗsaya menemuimu untuk
mengharapkan kebaikanmu)
- ﻀَﺮ َزﻳْ ٌﺪ إِ ْﻛَﺮ ًاﻣﺎ ﻟِ َﻌ ْﻤ ٍﺮو
َ ( َﺣZaid hadir untuk memuliakan
‘Amr)
Adapun contoh yang diberikan oleh penulis:
- ﺎم َزﻳْ ٌﺪ إِ ْﺟ َﻼًﻻ ﻟِ َﻌ ْﻤ ٍﺮو
َ َ( ﻗZaid berdiri sebagai
penghormatan terhadap ‘Amr)
Maka sebaiknya tidak dibawakan, karena ada
ancaman dalam hadits bagi orang yang suka untuk
dihormati oleh orang lain dengan cara orang lain itu
berdiri untuknya.
47
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KEDUA PULUH SEMBILAN
48
PELAJARAN KETIGA PULUH
49
- ﺸﺒَ َﺔ
َ ـﺨ
َ ْاﺳﺘَـ َﻮى اﻟْ َﻤﺎءُ َواﻟ
ْ (air meninggi bersama kayu
(patok pengukur))
* Perhatian:
Jangan sampai tercampur antara wawu yang
bermakna ( َﻣ َﻊbersama) [wawu ma’iyyah] ini dengan
wawu yang merupakan huruf ‘athaf:
- Wawu ‘athaf menunjukkan bersekutunya apa yang
sebelum dan sesudah wawu dalam hukum fi’ilnya,
seperti: ﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َوَزﻳْ ٌﺪ
َ ﻀَﺮ ُﻣـ
َ ( َﺣMuhammad dan Zaid datang).
Maka jumlah (kalimat) ini menunjukkan bahwa ﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َ ُﻣـ
dan َزﻳْ ٌﺪbersekutu dalam hukum ﻀَﺮ
َ ; َﺣyakni: kedua-
duanya datang.
- Wawu ma’iyyah tidak menunjukkan bersekutunya
apa yang sebelum dan sesudah wawu dalam hukum
ِ ﱠﻤ
fi’ilnya, seperti: ﺲ ْ ب اﻟﺸ
َ ﻀَﺮ ُﻣـ َﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َو ُﻏُﺮْو
َ ( َﺣdatang
Muhammad bersama tenggelamnya matahari). Maka
jumlah (kalimat) ini tidak menunjukkan bahwa ﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َ ُﻣـ
dan بَ ( ُﻏُﺮْوtenggelam) bersekutu dalam hukum ﻀَﺮ َ ; َﺣ
yakni: tidak menunjukan bahwa ب َ ( ﻏُُﺮْوtenggelam) juga
datang [yang datang hanya ـﺤ ﱠﻤ ٌﺪ
َ ] ُﻣ.
50
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KETIGA PULUH
1. ﺠ ِﺮ ِ
ْ ع اﻟ َﻔ
َ ت َوﻃُـﻠُ ْﻮ
ُ ﺳْﺮ: (ت
ُ ) mabni, fii mahalli raf’in sebagai
fa’il. (ع َ )ﻃُﻠُ ْﻮmanshub karena sebagai maf’ul ma’ah dan
tanda nashab-nya adalah fat-hah karena dia isim
mufrad.
ِ ﱠﻤ
2. ﺲ ْ ب اﻟﺸ
َ ـﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َو ُﻏُﺮْو
َ ﻀَﺮ ُﻣ
َ َﺣ:
ِ
3. ﺎح
َ َﺼﺒ َ ﻗَـَﺮأَ ُﻣ:
ْ ـﺤ ﱠﻤ ٌﺪ َواﻟْﻤ
4. ﺖ َواﻟْ َﻘ َﻤَﺮ
ُ َﺟﻠَ ْﺴ:
5. ﺸْﻴـﻨَﺎ َواﻟﻈﱠ َﻼ َم
َ َﻣ:
6. ﺠَﺮِة ِ
َ ﻧَ َﺎم َزﻳْ ٌﺪ َوﻇ ﱠﻞ اﻟ ﱠﺸ:
51
PELAJARAN KETIGA PULUH SATU
(اﺳ ُﻢ )إِ ﱠنْ َو، وأﻣﺎ َﺧﺒَـ ُﺮ ) َﻛﺎ َن( َوأَ َﺧ َﻮاﺗِ َـﻬﺎ-[١١٣]
ﻚَ ِ َوَﻛ ٰﺬﻟ،ﺎت َ ُ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺗَـ َﻘ ﱠﺪ َم ِذ ْﻛ ُﺮُﻫ َـﻤﺎ ﻓِـﻲ اﻟ َْﻤ ْﺮﻓ:َوأَ َﺧ َﻮاﺗِ َـﻬﺎ
ِ ﻮﻋ
.ﺎك
َ َﺖ ُﻫﻨ ْ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺗَـ َﻘ ﱠﺪ َﻣ:ﱠﻮاﺑِ ُﻊ
َ اﻟﺘـ
[113]- Adapun khabar kaana dan akhwat
(saudari-saudarinya) serta isim inna dan akhwat
(saudari-saudarinya): maka telah terdahulu
penyebutan keduanya dalam isim-isim marfu’.
Demikian juga tawaabi’ (macam-macam tabi’);
telah berlalu di sana.
Yakni: termasuk kedudukan dimana suatu isim itu
manshub adalah ketika isim tersebut sebagai:
1. Khabar kaana dan akhwat (saudari-saudarinya),
seperti: ( َﻛﺎ َن َزﻳْ ٌﺪ ﻗَﺎﺋِ ًﻤﺎZaid berdiri).
2. Isim inna dan akhwat (saudari-saudarinya),
seperti: ( إِ ﱠن َزﻳْ ًﺪا ﻗَﺎﺋِ ٌﻢsungguh, Zaid berdiri).
3. Taabi’ bagi isim manshub. Dan Taabi’ ini ada
empat:
- Na’at, seperti: ﺠﺘَ ِﻬ َﺪ ِﱠ
ْ ﺐ اﻟْ ُﻤ ُ أَ ْﻛَﺮْﻣ
َ ﺖ اﻟﻄﺎﻟ (saya
memuliakan siswa yang bersungguh-sungguh)
52
- ‘Athaf, seperti: ﺤ ﱠﻤ ًﺪا َوَزﻳْ ًﺪا ُ ( أَ ْﻛَﺮْﻣsaya memuliakan
َ ﺖ ُﻣـ
Muhammad dan Zaid)
َ اﻟﻄﱡﱠﻼ
- Taukid, seperti: ب ُﻛﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ُ ( أَ ْﻛَﺮْﻣsaya
ﺖ
memuliakan para siswa semuanya)
- Badal, seperti: ُﺼ َﻔﻪ ِ َ( ﻗَـﺮأْت اﻟْ ِﻜﺘsaya membaca
ْ ﺎب ﻧ
َ ُ َ
kitab itu setengahnya)
Dan ketiganya -(1)khabar kaana dan akhwat
(saudari-saudarinya), (2)isim inna dan akhwat (saudari-
saudarinya), dan (3)Taabi’-: telah dibahas dalam Bab:
Isim-Isim Marfu’.
53
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KETIGA PULUH SATU
1. َﻛﺎ َن َزﻳْ ٌﺪ ﻗَﺎﺋِ ًﻤﺎ: ( ) َزﻳْ ٌﺪmarfu’ karena sebagai isim kaana
dan tanda rafa’-nya adalah dhammah karena dia isim
mufrad. ( )ﻗَﺎﺋِ ًﻤﺎmanshub karena sebagai khabar kaana
dan tanda rafa’nya adalah fat-hah karena dia isim
mufrad.
54
PELAJARAN KETIGA PULUH DUA
55
ﺺ ِ ْ ﻓَﺄَ ﱠﻣﺎ اﻟْﻤ ْﺨ ُﻔﻮض ﺑِﺎﻟ-[١١٥]
ُ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َﻣﺎ ﻳـُ ْﺨ َﻔ:ـﺤ ْﺮفَ ُ ْ َ
ِ واﻟْ َﻜ، واﻟْﺒ ِﺎء،ب ِ ِِ
،ﺎف َ َ َ َوُر ﱠ، َوﻓ ْـﻲ، َو َﻋﻠَﻰ، َو َﻋ ْﻦ، َوإِﻟَـﻰ،ﺑـﻤ ْﻦ
َوﺑَِﻮا ِو،-ُ َو ِﻫ َﻲ اﻟ َْﻮ ُاو َواﻟْﺒَﺎءُ َواﻟﺘﱠﺎء- ف اﻟْ َﻘ َﺴ ِﻢِ وﺑِـﺤﺮو،اﻟﻼِم
ْ ُ ُ َ َو ﱠ
. َوﺑِ ُـﻤ ْﺬ َوُﻣ ْﻨ ُﺬ،ب
ُر ﱠ
[115]- Adapun makhfuudh dengan huruf; maka
dia adalah yang dikhafdhkan (dijarrkan) dengan: ِﻣ ْﻦ
(dari), ( إِﻟَـﻰke), ( َﻋ ْﻦmelampaui), ( َﻋﻠَﻰdi atas), ( ﻓِ ْـﻲdi
dalam), ب ( ُر ﱠterkadang), ( ﺑِ ـ ـdengan), ( َﻛـseperti), ﻟِـ ـ
(milik), huruf-huruf sumpah; yaitu: َو, ﺑِـ ـ, dan ﺗَ ـ ـ,
serta wawu ب
ُر ﱠ, ُﻣ ْﺬdan ُﻣ ْﻨ ُﺬ.
Isim menjadi majrur ketika didahului oleh salah satu
huruf dari huruf-huruf khafdh/jarr. Dan huruf-huruf
khafdh/jarr tersebut adalah:
1. ( ِﻣ ْﻦdari), seperti:
ِ ( رﺟﻌﺖ ِﻣﻦ اﻟْ َﻘSaya kembali dari Kairo)
- ِﺎﻫَﺮة َ ُ ََْ
2. ( إِﻟَـﻰke), seperti:
56
4. ( َﻋﻠَﻰdi atas), seperti:
6. ب
( ُر ﱠterkadang), seperti:
- ﺟ ٍﻞ ﻛ ِﺮﻳْـ ٍﻢ ﻗَﺎﺑَـﻠَﻨِـﻲ
ُ ب َر
( ُر ﱠsedikit sekali laki-laki mulia yang
ْ
menjumpaiku)
7. ( ﺑِـ ـdengan), seperti:
- ي ِ
ْ ت ﺑﺎﻟْ َﻮاد
ُ ( َﻣَﺮْرsaya melewati lembah)
8. ( َﻛـseperti), seperti:
9. ( ﻟِ ـmilik), seperti:
57
- Z...Í Ì Ë [ (“dan demi Allah,
sungguh, aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu...” (QS. Al-Anbiya’: 57)
13. Wawu ب
ُر ﱠ, seperti:
58
َوَﻣﺎ ﻳُـ َﻘ ﱠﺪ ُر،ﺎﻟﻼِم ِ ْ َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ﻗِ ْﺴ َﻤ-[١١٧]
َﻣﺎ ﻳُـ َﻘ ﱠﺪ ُر ﺑِ ﱠ:ﲔ
َواَﻟﱠ ِﺬ ْي ﻳُـ َﻘ ﱠﺪ ُر،( )ﻏَُﻼ ُم َزﻳْ ٍﺪ:ـﺤ ُﻮ ﻓَﺎَﻟﱠ ِﺬ ْي ﻳُـ َﻘ ﱠﺪ ُر ﺑِ ﱠ.ﺑِ ِـﻤ ْﻦ
ْ َﺎﻟﻼِم ﻧ
.( َو) َﺧﺎﺗَ ُـﻢ َﺣ ِﺪﻳْ ٍﺪ،(ﺎج ٍ ﺎب َﺳُ َ َو)ﺑ،(ب َﺧ ٍّـﺰ ُ )ﺛَـ ْﻮ:ـﺤ ُﻮ ْ َﺑـِ ِﻤ ْﻦ ﻧ
[117]- Dan (idhafah) itu ada dua macam: yang
ditaqdirkan (dimaknakan) dengan ( ﻟِـ ـmilik) dan
yang ditaqdirkan dengan dengan ( ِﻣ ْﻦdari). Maka
yang ditaqdirkan dengan ( ﻟِـ ـmilik) seperti: ﻏُ َﻼ ُم َزﻳْ ٍﺪ
(budak Zaid). Dan yang ditaqdirkan dengan ِﻣ ْﻦ
(dari) seperti: ب َﺧـ ٍّـﺰ
ُ ( ﺛَـ ْﻮkain sutera), ﺎج
ٍ ﺎب َﺳ
ُ َ( ﺑpintu
kayu), dan ـﻢ َﺣ ِﺪﻳْ ٍﺪ
ُ َ( َﺧﺎﺗcincin besi).
Penulis menyebutkan bahwa makna idhaafah pada
penyandaran Mudhaf kepada Mudhaf Ilaih ada dua:
1. Yang ditaqdirkan (dimaknakan) dengan ( ﻟِـ ـmilik),
seperti:
- ( ﻏُ َﻼ ُم َزﻳْ ٍﺪbudak Zaid); yakni: ( ﻏُ َﻼ ٌم ﻟِـَﺰﻳْ ٍﺪbudak milik
Zaid)
2. Yang ditaqdirkan dengan dengan ( ِﻣ ْﻦdari),
seperti:
- ﺧـ ٍّـﺰ ِ ( ﺛـَﻮkain terbuat
ُ ( ﺛَـ ْﻮkain sutera), yakni: ب ﻣ ْﻦ َﺧـ ٍّـﺰ
َ ب ٌْ
dari sutera)
59
- ﺎج
ٍ ﺎب َﺳ ٍ ﺎب ِﻣ ْﻦ َﺳ
ُ َ( ﺑpintu kayu), yakni: ﺎج ٌ َ( ﺑpintu
terbuat dari kayu)
- ﺣ ِﺪﻳْ ٍﺪ ٍِ ِ
َ ( َﺧﺎﺗَ ُـﻢcincin besi), yakni: ( َﺧﺎﺗَ ٌـﻢ ﻣ ْﻦ َﺣﺪﻳْﺪcincin
terbuat dari besi)
***
60
LATIHAN UNTUK
PELAJARAN KETIGA PULUH DUA
2. ف َﻋ ِﻦ اﻟ ِﻄّْﻔ ِﻞ
ُ ـﺨ ْﻮ
َ ْﺐ اﻟ
ُ ﻳَ ْﺬ َﻫ:
ِ ﻳﻄْ ُﻔﻮ اﻟْـﺨﺸﺐ ﻋﻠَﻰ اﻟْﻤ:
3. ﺎء َ َ ُ ََ ْ َ
ِ ﻂ اﻟﺜﱠ َﻤُﺮ َﻋﻠَﻰ ْاﻷَ ْر
4. ض ُ ﻳَ ْﺴ ُﻘ:
61
ـﺤ ُﻤ ْﻮٍد 9. :ﻣﺮرت ﺑِ ْﺎﻷ ِ
ُﺳﺘَﺬ َﻣ ْ
ََْ ُ ْ
ﻤﺆِﻣ ِﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَ ِﻘْﻴ ِﻢ 10.
ﺖ َﻋ ِﻦ اﻟْ ْ ِ
َ :رﺿْﻴ ُ
***ﺗَـ ﱠﻢ ﺑِـﺤﻤ ِﺪ ِ
ﷲ*** َْ
******Selesai Dengan Memuji Allah
62