You are on page 1of 13

MAKALAH

FARMAKOGNOSI
PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA

Dosen pengampu :

Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm

OLEH KELOMPOK 5 :

AHMAD AZMIL UMUR (2208060056)

HARUN HAMBALI (2208060040)

AMANDA SALSABILA (2208060072)

EDA ADHA UL-KHOLIK (2208060039)

RAHMAWATI (2208060061)

RAHMAWATI SRI WAHYUNINGSIH (2208060069)

S1 FARMASI B
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan tema pembahasan proses
pembuatn simplisia.

Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dengan berdiskusi dengan seluruh
anggota kelompok dan mencari informasi dari berbagai sumber. Terlepas dari semua itu kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susun kalimat maupun tata
bahasa yang kami gunakan. Oleh karena itu kami menerima segala kritik agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang proses pembuatan simplisia ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi bagi mahaasiswa dan para pembaca.

Mataram, 9 Oktober 2023


DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULU……………….………………………………………………………….4
A. Dasar Teori..........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................6
Tahap-Tahap Pembuatan Simplisia.............................................................................................6
1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku.......................................................................6
2. Sortasi Basah........................................................................................................................7
3. Pencucian..............................................................................................................................8
4. Perajangan.............................................................................................................................8
5. Pengeringan..........................................................................................................................8
6. Sortasi Kering.....................................................................................................................10
7. Pengepakan dan Penyimpanan...........................................................................................10
8. Pemeriksaan Mutu...............................................................................................................12
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Teori
Menurut Departemen Kesehatan RI, Simplisia adalah bahan alamiah yang
dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi :
simpisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan.
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan
Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia. Pada blog ini akan dibahas secara mendalam tentang simplisia tanaman obat.
Simplisia tanaman termasuk dalam golongan simplisia nabati. Secara umum pemberian
nama atau penyebutan simplisia didasarkan atas gabungan nama spesies diikuti dengan
nama bagian tanaman. Contoh : merica dengan nama spesies Piperis albi maka nama
simplisianya disebut sebgai Piperis albi Fructus. Fructus menunjukkan bagian tanaman
yang artinya buah.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaanya,
maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk dapat memenuhi
persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain bahan
baku simplisia, proses pembuatan, serta cara pengepakan dan penyimpanan.
Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabati merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia, termasuk didalamnya
pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tanah
tempat tumbuh tanaman obat.
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat memenuhi
mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa kandungan, kontaminasi dan
stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia sebagai produk olahan, fariasi senyawa
kandungan dapat diperkecil, diatur atau diajegkan. Hal ini karena penerapan aplikasi IPTEK
pertanian pasca panen yang terstandar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian simplisia ?
2. Bagaimana tahap-tahap pembuatan simplisia ?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami tentang simplisia
2. Mengetahui cara pembuatan simplisia
BAB II
PEMBAHASAN
Tahap-Tahap Pembuatan Simplisia

Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut :

1. Pengolahan bahan baku


2. Sortasi basah
3. Pencucian
4. Perajangan
5. Pengeringan
6. Sortasi kering
7. Pengepakan
8. Penyimpanan
9. Pemeriksaan mutu

1. Pengumpulan atau Pengelolaan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada
bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu
panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Jika penanganan ataupun pengolahan simplisia tidak
benar maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat
menimbulkan toksik apabila dikonsumsi.
Waktu panen sangat erat hubunganya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut
secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di samping
waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.
Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan
stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
Semanggi yang sudah diambil dari daerah sawah atau daerah lain kemudian dikumpulkan
dan daun semanggi dipisahkan dari batangnya.
Bagian Cara pengumpulan Kadar Air
Tanaman Simplisia
Kulit Batang Batang utama dan cabang dikelupas < 10%
dengan ukuran panjang dan lebar
tertentu; untuk kulit batang yang
mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol digunakan alat
pengupas bukan dari logam
Batang Cabang dengan diameter tertentu < 10%
dipotong-potong dengan panjang
tertentu
Kayu Batang atau cabang, dipotong kecil < 10%
setelah kulit dikelupas
Daun Pucuk yang sudah tua atau muda dipetik < 5%
dengan menggunakan tangan satu per
satu
Bunga Kuncup atau bunga mekar, mahkota < 5%
bunga atau daun bunga dipetik dengan
tangan
Pucuk Pucuk berbunga dipetik dengan tangan < 8%
(mengandung daun muda dan bunga)
Akar Dari bawah permukaan tanah, dipotong < 10%
dengan ukuran tertentu
Rimpang Dicabut, dibersihkan dari akar, dipotong < 8%
melintang dengan ketebalan tertentu
Buah Masak, hampir masak, dipetik dengan < 8%
tangan
Biji Buah dipetik, dikupas kulit buahnya < 10%
menggunakan tangan, pisau atau
digilasi, biji dikumpulkan dan dicuci
Kulit buah Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan < 8%
dicuci
Bulbus Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari < 8%
daun dan akar dengan memotongnya,
kemudian dicuci

2. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing


lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang. Penyortiran segera dilakukan setelah bahan
selesai dipanen, bahan yang mati, tumbuh lumut ataupun tumbuh jamur segera dipisahkan
yang dimungkinkan mencemari bahan hasil panen.
Dalam proses sortasi basah, setelah daun semanggi dipisahkan dari batangnya,
kotoran-kotoran seperti tanah yang menempel kemudian dipisahkan.

3. Pencucian

Setelah disortir bahan harus segera dicuci sampai bersih. Pencucian bertujuan untuk
menghilangkan kotoran dan mengurangi mikroba-mikroba yang menempel pada bahan.
Pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk menghindari larut
dan terbuangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Pencucian harus menggunakan air
bersih, seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air perlu diperhatikan.
Beberapa mikroba yang lazim terdapat di air yaitu Pseudomonas, Proteus, Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, dan E.Coli pada simplisia akar, batang, atau buah.
Cara pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam sambil disikat menggunakan sikat
yang halus. Perendaman tidak boleh terlalu lama karena zat-zat tertentu yang terdapat dalam
bahan dapat larut dalam air sehingga mutu bahan menurun. Penyikatan diperbolehkan
karena bahan yang berasal dari rimpang pada umumnya terdapat banyak lekukan sehingga
perlu dibantu dengan sikat. Tetapi untuk bahan yang berupa daun-daunan cukup dicuci
dibak pencucian sampai bersih dan jangan sampai direndam berlama-lama. Setelah proses
sortasi basah, dilakukan pencucian pada daun semanggi dengan air mengalir untuk
menghilangkan sisa-sisa kotoran yang masih menempel.

4. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan, perajangan


bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan, dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil, jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam
keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan atau pengubahan bentuk bertujuan untuk
memperluas permukaan sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebih.
Pengubahan bentuk dilakukan dengan menggunakan pisau tajam yang terbuat dari bahan
steinles. Dalam perajangan atau pemotongan daun semanggi dilakukan tanpa pisau, dapat
dengan tangan yaitu dengan cara helaian daun dipetik-petik. Semakin tipis bahan yang akan
dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercapat waktu pengeringan. Akan
tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, dan rasa yang
diinginkan.

5. Pengeringan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan (cepat), dan luas permukaan bahan. suhu pengeringan bergantung
pada simplisia dan cara pengeringan. Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30 0-900 C.
Pengeringan dilakukan untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari suatu bahan dengan
menggunakan sinar matahari. Cara ini sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur.
Simplisia yang akan dijemur disebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas
merata. Cara penjemuran semacam ini selain murah juga praktis, namun juga ada kelemahan
yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat terkontrol, memerlukan area penjemuran yang luas,
saat pengeringan tergantung cuaca, mudah terkontaminasi dan waktu pengeringan yang
lama. Dengan menurunkan kadar air dapat mencegah tumbuhnya kapang dan menurunkan
reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau pengrusakan
simplisia. Secara umum kadar air simplisia tanaman obat maksimal 10%. Pengeringan dapat
memberikan keuntungan antara lain memperpanjang masa simpan, mengurangi penurunan
mutu sebelum diolah lebih lanjut, memudahkan dalam pengangkutan, menimbulkan aroma
khas pada bahan serta memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Terdapat beberapa metode
pengeringan yaitu:
 Pengeringan secara langsung di bawah sinar matahari
Pengeringan dengan metode ini dilakukan pada tanaman yang tidak sensitif
terhadap cahaya matahari. Pengeringan terhadap sinar matahari sangat umum untuk
bagian daun, korteks, biji, serta akar. Bagian tanaman yang mengandung flavonoid,
kuinon, kurkuminoid, karotenoid, serta beberapa alkaloid yang cukup mudah terpengaruh
cahaya, umumnya tidak boleh dijemur di bawah sinar matahari secara langsung.
Kadangkala suatu simplisia dijemur terlebih dahulu untuk mengurangi sebagian besar
kadar air, baru kemudian dikeringkan dengan panas atau digantung di dalam ruangan.
Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara langsung memiliki keuntungan
yaitu ekonomis. Namun lama pengeringan sangat bergantung pada kondisi cuaca.
 Pengeringan di ruangan yang terlindung dari cahaya matahari namun tidak lembab
Umumnya dipakai untuk bagian simplisia yang tidak tahan terhadap cahaya
matahari. Pengeringan dengan metode ini harus memperhatikan sirkulasi udara dari
ruangan. Sirkulasi yang baik akan menunjang proses pengeringan yang optimal.
Pengeringan dengan cara ini memiliki keuntungan yaitu ekonomis, serta untuk bahan
yang tidak tahan panas atau cahaya matahari cenderung lebih aman. Namun demikian,
pengeringan dengan cara ini cenderung membutuhkan waktu yang lama dan jika tidak
dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan tumbuhnya kapang.
 Pengeringan dengan menggunakan oven
Pengeringan menggunakan oven, umumnya akan menggunakan suhu antara 30°-
90°C. Terdapat berbagai macam jenis oven, tergantung pada sumber panas. Pengeringan
dengan menggunakan oven memiliki keuntungan berupa: waktu yang diperlukan relatif
cepat, panas yang diberikan relatif konstan. Kekurangan dari teknik ini adalah biaya yang
cukup mahal.
 Pengeringan dengan menggunakan oven vakum.
Pengeringan dengan menggunakan oven vakum merupakan cara pengeringan
terbaik. Hal ini karena tidak memerlukan suhu yang tinggi sehingga senyawa-senyawa
yang tidak tahan panas dapat bertahan. Namun cara ini merupakan cara paling mahal
dibandingkan dengan cara pengeringan yang lain.
 Pengeringan dengan menggunakan kertas atau kanvas
Pengeringan ini dilakukan untuk daun dan bunga. Pengeringan ini bagus untuk
mempertahankan bentuk bunga atau daun serta menjaga warna simplisia. Pengeringan
dengan cara ini dilakukan dengan mengapit bahan simplisia dengan menggunakan kertas
atau kanvas. Pengeringan ini relatif ekonomis dan memberikan kualitas yang bagus,
namun untuk kapasitas produksi skala besar tidak ekonomi.
Selain harus memperhatikan cara pengeringan yang dilakukan, proses
pengeringan juga harus memperhatikan ketebalan dari simplisia yang dikeringkan. Proses
pengeringan bertujuan untuk menghilangkan sisa air yang ada pada daun semanggi.
Pengeringan dapat dilakukan dengan cara didiamkan, diangin-anginkan, ataupun dijemur
di bawah sinar matahari.

6. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada
dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untitk kernudian disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang melekat
pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel
pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia
dibungkus Proses sortasi kering dilakukan dengan menggunakan oven, daun semanggi yang
telah dikeringkan kemudian dilakukan sortasi hingga benar-benar kering agar sisa kotoran
hilang dan kadar air pada daun semanggi berkurang atau tidak ada.

7. Pengepakan dan Penyimpanan


Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan. Setelah
bersih, simplisia dikemas dengan menggunakan bahan yang tidak beracun atau tidak
bereaksi dengan bahan yang disimpan. Pada kemasan dicantumkan nama bahan dan bagian
tanaman yang digunakan. Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi
agar simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam
maupun dari luar. Simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar
dari sinar matahari langsung. Jenis kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas
maupun karung goni. Bahan cair menggunakan botol kaca, atau guci porselen. Bahan
beraroma menggunakan peti kayu yang dilapisi timah atau kertas timah. Setelah melewati
semua proses di atas, daun semanggi yang sudah kering kemudian dikemas dengan
menggunakan kantong kertas atau plastik kemudian disimpan ditempat yang kering.
Pengepakan dilakukan dengan sebaik mungkin untuk menghindarkan simplisia dari
beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas simplisia antara lain:
 Cahaya matahari
 Oksigen atau udara
 Dehidrasi
 Absorbsi air
 Pengotoran
 Serangga
 Kapang
Hal yang harus diperhatikan saat pengepakan dan penyimpanan adalah suhu dan
kelembapan udara. Suhu yang baik untuk simplisia umumnya adalah suhu kamar (15° -
30°C). Untuk simplisia yang membutuhkan suhu sejuk dapat disimpan pada suhu (5 - 15°C)
atau simplisia yang perlu disimpan pada suhu dingin (0° - 5°C).
8. Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau pembeliaannya
dari pengumpul atau pedagang simplisia. Suatu simplisia 14 14 dapat dinyataan bermutu
Farmakope Indonesia, ekstak Farmakope Indonesia, maupun Materia Medika Indonesia,
apabila simplisia bersangkutan memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku
yang bersangkutan.Secara umum simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti
kekeringannya kurang, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berubah warna atau
baunya, berserangga atau termakan serangga, harus ditolak penerimaannya. pemeriksaan
mutu simplisia pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan atau cara
kimia. Beberapa jenis simplisia tertentu ada yang perlu diperiksa dan diuji mutu secara
biologi.
BAB III
KESIMPULAN

1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
2. Simplisia dibedakan menjadi : simpisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan
(mineral).
3. Tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebagai berikut: Pengolahan
bahan baku, Sortasi basah, Pencucian, Perajangan, Pengeringan, Sortasi kering, Pengepakan
penyimpanan dan pemeriksaan mutu. Kadar air di dalam simplisia dianjurkan kurang dari
10%.
4. Rendemen simplisia daun semanggi yang diperoleh dalam praktikum adalah sebesar 15,36
%.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin, 2018, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung.

Anonim, 2018, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta.
Laksana, Toga, dkk, 2020, Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia, UGM,
Yogyakarta.
Singh, Pande, dan Jain, 2019, Text Book Of Botany Diversity Of Microbes And Cryptogams,
Gangotri, India.
Soni N K, Soni Vandana, 2022, Fundamentals of Botany, McGraw Hill, New delhi.
Tagawa .M, Iwatsuki .K, 2019, Flora of Thailand, Tem Smitinand. Flora of Thailand,
Bangkok.
Wallis, T. E. 2020, Textbook of Pharmacognosy 4th Edition, J & A. Churcill, London.

You might also like