You are on page 1of 10

PENERAPAN KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL

DENGAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTU MEMINIMALISASI PERILAKU


BULLYING SISWA

Ni Kadek Maepin1, Ni Ketut Suarni2, Mudjijono3


1,2,3
Jurusan Bimbingan Konseling, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {kadekmaepin@yahoo.co.id,tut_arni@yahoo.com,Mudji_jono48@yahoo.com}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konseling analisis transaksional
dengan teknik role playing untuk meminimalisasi perilaku bullying terhadap siswa kelas VIII B6 di
SMP Negeri 6 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013. Janis penelitian ini adalah penelitian
tindakan (Action Research in counseling). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B6 SMP
Negeri 6 Singaraja.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap
identifikasi, diagnosa, prognosa, konseling/treatment/planning, evaluasi/follow up, dan refleksi.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner perilaku bullying dengan
pola skala likert dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan perilaku bullying pada siswa yang
menunjukkan perilaku bullying tinggi. Penurunan perilaku bullying siswa adalah sebagai berikut:
pada tahap awal pengambilan data dari rata-rata persentase 70% menjadi 58% di siklus I,
terjadi penurunan 12%, dan penurunan siklus I rata-rata persentase 58% di siklus II dari rata-
rata persentase 45% menurun 13%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan konseling
analisis transaksional dengan teknik role playing efektif untuk meminimalisasi perilaku bullying
siswa.

Kata kunci : konseling analisis transaksional, teknik role playing, perilaku bullying

Abstract
This study aims to determine the application of the techniques of transactional analysis
counseling role playing to minimize bullying behavior towards eighth grade students at SMP
Negeri 6 B6 Singaraja school year 2012/2013. This used an action research (Action Research in
counseling). The subjects were eighth grade students of SMP Negeri 6 B6 Singaraja.
This study was conducted in two cycles. Each cycle consists of phase identification,
diagnosis, prognosis, counseling / treatment / planning, evaluation / follow-up, and reflection. The
process of data collection in this study used a bullying behavior questionnaire with Likert scale
pattern and analyzed descriptively
Results of this study showed a decrease in bullying behavior in students who exhibit
bullying behavior were high. Decrease in bullying behavior of students is as follows: in the early
stages of data collection the average percentage of 70% to 58% in the first cycle, a decline of
12%, and a decrease in the first cycle the average percentage of 58% in the second cycle of the
average percentage 45% down 13%. It shows that the application of transactional analysis
counseling with role playing technique effective for minimizing the bullying behavior of students.

Keywords: counselling transactional analysis, technical role playing, bullying behavior


PENDAHULUAN Bullying merupakan suatu aksi
Pendidikan adalah suatu proses atau serangkaian aksi negatif yang
pembudayaan dan pemberdayaan manusia seringkali agresif dan manipulatif, dilakukan
yang berkembang menuju kepribadian oleh satu atau lebih orang terhadap orang
mandiri untuk membangun dirinya sendiri lain atau beberapa orang selama kurun
dan masyarakat. Dalam hal ini pendidikan waktu tertentu, bermuatan kekerasan,
mempunyai peran yang sangat penting bagi dan melibatkan ketidakseimbangan
individu, serta menentukan dalam kekuatan. Pelaku biasanya mencuri-curi
pembentukan sumber daya manusia yang kesempatan dalam melakukan aksinya,
berkualitas. Dalam Undang-Undang dan bermaksud membuat orang lain
Pendidikan No.20 Tahun 2003 Pendidikan merasa tidak nyaman/terganggu,
Nasional berfungsi mengembangkan sedangkan korban biasanya juga
kemampuan dan membentuk watak serta menyadari bahwa aksi ini akan berulang
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam menimpanya.
mencerdaskan kehidupan bangsa, Permasalahan yang dialami oleh
bertujuan untuk berkembangnya potensi para siswa dalam belajar di kelas yaitu:
peserta didik agar menjadi manusia yang menunjukkan rasa takut, rasa malu,
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang kecemasan siswa dalam menghadapi
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sesuatu yang berpengaruh terhadap emosi
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang dimiliki siswa dan tidak bersemangat
Negara yang demokratis serta bertanggung pada saat mengikuti pelajaran di kelas. Hal
jawab. Setiap individu mengharapkan ini dapat dilihat dari perilaku siswa yang
dirinya berkembang dan dapat menjadi nampak pada kesehariannya dalam
lebih baik lagi. Perkembangan kemampuan mengikuti kegiatan belajar di kelas seperti;
atau potensi seseorang tidak akan terwujud jika diberikan tugas pekerjaan rumah sering
begitu saja apabila tidak diupayakan tidak dikerjakan, pada saat diberikan
dengan baik, upaya pendidikan dilakukan kesempatan untuk bertanya terhadap
untuk meningkatkan kualitas kemandirian materi atau tugas yang dibahas mereka
manusia. lebih banyak diam, tidak bersemangat
Berdasarkan masalah pada saat dalam belajar, dan tidak ada usaha
melakukan intensif di SMP Negeri 6 bersaing dengan teman di kelas. Perilaku
Singaraja bahwa banyak terdapat siswa yang dimunculkan oleh para siswa adalah
yang pernah melakukan perilaku bullying. pencerminan dari mereka yang kurang
Penelitian ini diperoleh dari pengamatan memiliki konsentrasi di dalam kelas
terhadap sejumlah siswa di SMP Negeri 6 sehingga tindakan-tindakan kenakalan
Singaraja memperlihatkan hasil yang cukup remaja itu akan terjadi di dalam kelas.
memprihatinkan dan diperoleh keterangan Perilaku Bullying disebabkan oleh
bahwa bullying paling banyak terjadi dalam beberapa faktor, (1) faktor pribadi, (2)
bentuk ejek-ejekan nama orang tua, ejek- faktor lingkungan keluarga, (3) faktor
ejekan nama panggilan, menyebar gossip lingkungan teman sebaya, (4) faktor faktor
melalui situs jejaring sosial, menginjak kaki lingkungan sekolah, (5) faktor lingkungan
dengan sengaja, menyenggol bahu dengan masyarakat.
sengaja, perpeloncoan dengan teman, aksi Dari beberapa pemaparan faktor-
senioritas dan bahkan perkelahian antar faktor yang menyebabkan terjadinya prilaku
siswa. bullying di atas, kemudian ini ada beberapa
Berdasarkan uraian di atas cara untuk mengurangi perilaku bullying
merupakan kesempatan untuk mengangkat (Limber, 1997; Olweus, 1984): (1) Membuat
judul penelitian yaitu Penerapan Konseling sanksi sekolah terhadap tindak bullying dan
Analisis Transaksional Dengan Teknik Role umumkan sanksi ini ke seluruh kelas. (2)
Playing Untuk Meminimalisasi Prilaku Bentuk kelompok persahabatan untuk anak
Bullying Pada Siswa Kelas VIII B6 Di SMP yang sering menjadi korban bullying. (3)
Negeri 6 Singaraja Tahun Pelajaran Adakan pertemuan kelas reguler untuk
2012/2013. mendiskusikan bullying dengan anak-anak.
(4) Membuat program penguatan sekolah
dalam rangka “membuat anak menjadi lebih peran. Dalam konseling kelompok, situasi-
baik”. (5) Masukkan pesan program anti- situasi bermain peran bisa melibatkan para
bully ke masyarakat, sekolah dan ke anggota lain. Seorang anggota kelompok
aktivitas komunitas lainnya dimana anak- memainkan peran sebagai perwakilan ego
anak terlibat di dalamnya (6) Ajak siswa yang menjadi sumber masalah bagi
yang lebih tua untuk bertindak sebagai seseorang anggota lainnya, dan ia
pemantau dan mengintervensi jika mereka berbicara kepada anggota tersebut. Para
melihat bullying. anggota yang lain pun bisa menjalankan
Adapun teori konseling yang permainan peran serupa dan boleh
digunakan dalam penelitian ini adalah teori mencobanya di luar pertemuan konseling.
konseling Analisis Transaksional (AT). Bentuk permainan lainnya adalah
Terapi Analisis Transaksional adalah permainan yang menonjolkan gaya-gaya
psikoterapi transaksional yang dapat khas dari ego orang tua yang konstan, atau
digunakan dalam terapi individual, tetaoi permainan-permainan tertentu agar
lebih cocok untuk digunakan dalam memungkinkan klien memperoleh umpan
kelompok. AT berbeda dengan sebagian balik tentang tingkah laku sekarang dalam
terapi lain dalam arti AT adalah suatu kelompok (Corey 2010:181).
konseling kontraktual dan desisional. AT Analisis Transaksional adalah suatu
juga berfokus pada putusan-putusan awal sistem terapi yang berlandaskan teori
yang dibuat oleh klien, dan menekankan kepribadian yang menggunakan tiga pola
kemampuan klien untuk membuat putusan- tingkah laku atau perwakilan ego yang
putusan baru. AT menekankan aspek- terpisah: Orang Tua, Orang Dewasa dan
aspek kognitif-rasional-behavioral dan Anak.
berorientasi kepada peningkatan kesadaran Ego Orang Tua adalah bagian
sehingga klien akan mampu membuat kepribadian yang merupakan introyeksi dari
putusan-putusan baru dan mengubah cara orang tua atau dari substitut orang tua. Jika
hidupnya. ego introyeksi dari orang tua itu dialami
Pendekatan Analisis Transaksional kembali oleh kita, maka apa yang akan
(transactional analysis) merupakan dibayangkan oleh kita adalah perasaan-
pendekatan yang dapat digunakan pada perasaan orang tua kita dalam suatu
seting individual maupun kelompok. situasi, atau kita merasa dan bertindak
Pendekatan ini berbeda dengan terhadap orang lain dengan cara yang
kebanyakan pendekatan terapi, baik dari sama dengan perasaan dan tindakan orang
segi kontraktual maupun pengambilan tua kita terhadap diri kita. Ego Orang Tua
keputusan. Pendekatan Analisis berisi perintah-perintah “harus” dan
Transaksional terdiri dari dua kata analisis “semestinya”. Orang tua dalam diri kita bisa
berarti pengujian sesuatu secara detail agar “Orang Tua Pemelihara” atau “Orang Tua
lebih memahami atau agar dapat menarik Pengkritik”.
kesimpulan dari hasil pengujian tersebut, Ego Orang Dewasa adalah
sedangkan transaksional atau transaksi pengolah data dan informasi. Ia adalah
adalah unit pokok dari sebuah hubungan bagian obyektif dari kepribadian, juga
sosial. Dengan demikian, analisis menjadi bagian dari kepribadian yang
transaksional adalah metode yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Ia
digunakan untuk mempelajari interaksi tidak emosional dan tidak menghakimi,
antar individu dan pengaruh yang bersifat tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan
timbal balik yang merupakan gambaran eksternal. Berdasarkan informasi yang
kepribadian seseorang dalam Gerald Corey tersedia, ego Orang Dewasa menghasilkan
(2010:157). pemecahan yang paling baik bagi masalah
Dalam teori Analisis Transaksional tertentu.
terdapat beberapa teknik, namun teknik Ego Anak berisi perasaan-perasaan,
yang diangkat oleh penulis adalah dorongan-dorongan dan tindakan-tindakan
Permainan Peran (role playing). Prosedur- spontan. “Anak” yang ada dalam diri kita
prosedur AT juga bisa digabungkan dengan bisa berupa “Anak Alamiah”, “Profesor
teknik-teknik psikodrama dan bermain Cilik”, atau berupa” Anak yang
Disesuaikan”. Anak Alamiah adalah anak orang bagian mana yang sebaiknya
yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan digunakan untuk membuat putusan-putusan
ekspresif. Profesor Cilik adalah kearifan yang penting bagi kehidupannya.
yang asli dari seorang anak. Ia manipulatif Disamping itu, para tokoh Analisis
dan kreatif. Ia adalah bagian dari ego Anak Transaksional mengungkapkan bahwa
yang intuitif, bagian yang bermain di atas orang-orang bisa memahami dialog
firasat-firasat. Anak yang disesuaikan internalnya antara Orang Tua dan Anak.
menunjukkan suatu modifikasi dari anak Mereka juga bisa mendengar dan
alamiah. Modifikasi-modifikasi dihasilkan memahami hubungan mereka dengan
oleh pengalaman-pengalaman traumatik, orang lain. Mereka bisa sadar akan kapan
tuntutan-tuntutan, latihan dan ketepatan- mereka terus terang dan kapan mereka
ketepatan tentang bagaimana caranya berbohong kepada orang lain. Dengan
memperoleh belaian. menggunakan prinsip-prinsip Analisis
Tujuan dasar Analisis Transaksional Transaksional, orang-orang bisa sadar
adalah membantu klien dalam membuat akan jenis belaian yang diperolehnya, dan
putusan-putusan baru yang menyangkut mereka bisa mengubah respon-respon
tingkah lakunya sekarang dan arah belaian dari negatif kepada positif. Mereka
hidupnya. Sasarannya adalah mendorong bisa memberi belaian yang juga mereka
klien agar menyadari bahwa kebebasan butuhkan. Dan jika mereka enggan
dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh melakukannya, mereka bisa memastikan
putusan-putusan dini mengenai posisi bahwa Orang Tua Pengeritik mereka
hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara- mendikte mereka agar “jangan” tergila-gila
cara hidup yang mandul dan determinis. Inti kepada diri sendiri. Pendek kata, salah satu
terapi adalah menggantikan gaya hidup sasaran Analisis Transaksional adalah
yang ditandai oleh permainan yang membantu orang-orang agar memahami
manipulatif dan oleh skenario-skenario sifat transaksi-transaksi mereka dengan
hidup yang mengalahkan diri, dengan gaya orang lain sehingga mereka bisa merespon
otonom yang ditandai oleh kesadaran, orang lain secara langsung, menyeluruh,
spontanitas, dan keakraban. dan akrab. Dari situ kecenderungan kepada
Harris (1967) melihat tujuan Analisis permainan bisa dikurangi.
Transaksional sebagai membantu individu Analisis Transaksional memandang
agar “memiliki kebebasan” memilih, permainan-permainan sebagai penukaran
kebebasan mengubah keinginan, belaian-belaian yang mengakibatkan
kebebasan mengubah respons-respons berlarut-larutnya perasaan-perasaan tidak
terhadap stimulus-stimulus yang lazim enak. Permainan-permainan boleh jadi
maupun yang baru” itu berlandaskan memperlihatkan keakraban. Akan tetapi,
pengetahuan tentang ego Orang Tua dan orang-orang yang terlibat dalam transaksi-
ego Anak serta tentang bagaimana kedua transaksi memainkan permainan
ego itu memasuki transaksi-transaksi menciptakan jarak diantara mereka sendiri
sekarang. Proses terapeutik pada dasarnya dengan mengimpersonalkan pasangannya.
menyertakan pembebasan ego Orang Transaksi itu sekurang-kurangnya
Dewasa dari pencemaran dan pengaruh- melibatkan dua orang yang memainkan
pengaruh merusak yang dihasilkan oleh permainan. Transaksi permainan akan batal
ego Orang Tua dan ego Anak. jika salah seorang menjadi sadar bahwa
Para pendukung Analisis dirinya berada dalam permainan dan
Transaksional mendorong orang-orang kemudian memutuskan untuk tidak lagi
untuk mengenali dan memahami memainkannya. Jadi, langkah pertama
perwakilan-perwakilan ego-nya. Alasannya untuk membatalkan transaksi permainan
adalah, dengan mengakui ketiga perwakilan adalah menyadari sifat alus permainan.
ego itu, orang-orang bisa membebaskan Permainan-permainan yang umum meliputi
diri dari putusan-putusan Anak yang telah “Saya yang malang”, “Pahlawan”, “Ya, tapi”,
usang dan dari pesan-pesan Orang Tua “jika bukan untuk kamu”, “lihat apa yang
yang irasional yang menyulitkan kehidupan kamu lakukan sehingga aku berbuat!”,
mereka. Analisis Transaksional mengajari “tergangggu”, “kegaduhan”, dan “si tolol”.
Para orang tua sering menggunakan Pencontohan Keluarga, Analisis Upacara,
serangkaian permainan untuk Hiburan, dan Permainan, Analisis
mengendalikan anaknya, dan anak Permainan dan Ketegangan, Analisis
membalas dengan permainan-permainan Skenario, Teknik Permainan Peran (Role
yang bahkan lebih berkembang: buktinya, Playing)
anak-anak sangat ahli dalam menemukan Dalam teori Analisis Transaksional
permainan-permainan guna menghindari terdapat beberapa teknik, namun teknik
tugas-tugas. Masalah yang ditimbulkan oleh yang diangkat oleh penulis adalah
permainan-permainan itu adalah motif yang Permainan Peran (role playing). Prosedur-
tersembunyi tetap terpendam, dan para prosedur AT juga bisa digabungkan dengan
permain memperoleh perasaan tidak OK. teknik-teknik psikodrama dan bermain
Segi tiga drama karpman bisa peran. Dalam konseling kelompok, situasi-
digunakan untuk membantu orang situasi bermain peran bisa melibatkan para
memahami permainan-permainan. Pada anggota lain. Seorang anggota kelompok
segi tiga terdapat seorang “Penuntut”, memainkan peran sebagai perwakilan ego
seorang “Penyelamat”, dan seorang yang menjadi sumber masalah bagi
“Korban”. Dalam sebuah keluarga, drama seseorang anggota lainnya, dan ia
itu melibatkan para anggotanya yang berbicara kepada anggota tersebut. Para
masing-masing memainkan permainan anggota yang lain pun bisa menjalankan
sebagaimana yang terdapat pada segi tiga permainan peran serupa dan boleh
drama. Korban memainkan permainan mencobanya di luar pertemuan konseling.
“tendang aku” dengan mengajak, bahkan Bentuk permainan lainnya adalah
acap kali menuntu, agar orang lain permainan yang menonjolkan gaya-gaya
menendangnya. Untuk melengkapi segitiga khas dari ego orang tua yang konstan, atau
itu, anggota keluarga lainnya bisa buru-buru permainan-permainan tertentu agar
menyelamatkan si korban dari kekejaman si memungkinkan klien memperoleh umpan
penuntut. Tidak jarang korban menuntut balik tentang tingkah laku sekarang dalam
penyelamat. Dan penyelamat, dengan pura- kelompok.
pura menolong, betindak mempertahankan Bullying Menurut Gichara (2006:30)
korban dalam posisi dependen. Gambaran Bully merupakan ancaman, baik secara fisik
yang membedakan suatu permainan dari maupun verbal, dari lawan main anak.
suatu transaksi yang langsung adalah Pelaku bully biasanya puas jika melihat
“Perpindahan” dari satu posisi dalam segi kegelisahan bahkan sorot mata dengan
tiga ke posisi lain, misalanya dari posisi sikap permusuhan dari korban. Perlakuan
penyelamat kepada penuntut, atau dari kejam ini bisa berlangsung bertahun-tahun
korban kepada penuntut sebagaimana sehingga mempengaruhi kepribadian dan
dilustrasikan oleh gambar berikut: tingkah laku anak yang menjadi korban.
Penuntut Penyelamat
Gejala yang biasa timbul pada anak yang
menjadi korban adalah depresi, rendah diri,
cemas, paranoid (curiga tanpa alasan),
sikap agresif, hingga bunuh diri.
Anak pelaku bully biasanya anak
laki-laki, hiperaktif, dan ekstrovert.
Umumnya mereka berasal dari keluarga
yang bermasalah, menjadi korban dirumah,
Korban dan tidak mendapat pola asuh yang
konsisten. Seperti korbannya, pelaku bully
Gambar 01. Segitiga Drama Karpman kurang penghargaan akan diri sendiri.
Mereka mengarahkan sikap agresifnya
Di dalam teori konseling Analisis pada anak lain karena ia membutuhkan
Transaksional terdapat beberapa teknik anak yang lebih lemah untuk menunjukan
adalah sebagai berikut: Analisis Struktural, kekuasaannya. Biasanya mereka lebih kuat
Analisis Transaksional, Kursi Kosong, dari pada korban dan melakukannya bully
Teknik Permainan Peran (Role Playing), untuk mencari popularitas. Yang menjadi
korban biasanya anak lain yang secara fisik sekelompok orang yang dapat merugikan
berbeda, misalnya berkacamata tebal, orang lain.
cemas, atau lamban karena pelaku bully Contoh prilaku bullying antara lain
tahu bahwa anak seperti itu tidak suka mengejek, menyebarkan rumor,
membalas dendam atau melawan. menghasut, mengucilkan, menakut-nakuti
Menghadapi anak yang melakukan (intimidasi), mengancam, menindas,
bully dengan kekerasan hanya akan memalak, atau menyerang secara fisik
menimbulkan masalah baru. Karena itu, (mendorong, menampar, atau memukul).
kurangilah tindakan agresivitas dan berikan Sebagian orang mungkin berpendapat
batasan. Hindari pertengkaran orang tua di bahwa perilaku bullying tersebut
depan anak dan sensor acara televisi yang merupakan hal sepele atau bahkan normal
menunjukan tingkah laku agresif. Hindari dalam tahap kehidupan manusia atau
pula bentakan pada anak, cukup katakam dalam kehidupan sehari-hari.
"tidak" untuk tingkah laku agresif atau Namun faktanya, perilaku bullying
menyakiti. Jika perlu, tangkap tangan anak merupakan learned behaviors karena
dan tahan di punggungnya. Hukuman manusia tidak terlahir sebagai penggertak
berdiri di pojok. selama beberapa menit dan pengganggu yang lemah. Bullying
sudah cukup bagi anak yang masih kecil, merupakan perilaku tidak normal, tidak
sedangkan larangan bermain di luar selama sehat, dan secara sosial tidak bisa diterima.
sehari bisa diterapkan pada anak yang Menurut Atom (2012) Aspek-aspek
lebih besar. Prilaku Bulliying Dikelompokkan menjadi
Anak pelaku bully adalah anak yang tiga yaitu : emosional, verbal, dan fisik.
tidak mampu mengekpresikan kemarahan. Ragam bentuk itu antara lain: Penyerangan
Oleh sebab itu, ajari mereka cara fisik: memukul, menendang, mendorong,
mengendalikan kemarahan melalui Penyerangan verbal: mengejek,
kegiatan positif, seperti menggambar. menyebarkan isu buruk, atau menjuluki
Dalam bahasa indonesia, secara sebutan yang jelek, Penyerangan emosi:
etimologi kata bully berarti penggertak, menyembunyikan peralatan sekolah,
orang yang mengganggu orang lemah. memberikan ancaman, menghina. Adapun
Istilah bullying dalam bahasa indonesia bisa Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Prilaku
menggunakan menyakat (berasal dari kata Bullying diantaranya adalah Faktor Pribadi,
sakat) dan pelakunya (bully) disebut Faktor lingkungan keluarga, Faktor
penyakat. Menyakat berarti mengganggu, Lingkungan Teman Sebaya, Faktor
mengusik, dan merintangi orang lain lingkungan sekolah, Faktor lingkungan
(Wiyani, 2012:11). Masyarakat.
Sedangkan secara terminologi Cara mengurangi bullying (Limber,
menurut Tattum bullying adalah “.... the 1997; Olweus, 1984): Membuat sanksi
willful, conscious desire to hurt another and sekolah terhadap tindak bullying dan
put him/her under stress”. Kemudian umumkan sanksi ini ke seluruh kelas,
Olweus juga mengatakan hal yang serupa Bentuk kelompok persahabatan untuk anak
bahwa bullying adalah perilaku negatif yang yang sering menjadi korban bullying,
mengakibatkan seseorang dalam keadaan Adakan pertemuan kelas reguler untuk
tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi mendiskusikan bullying dengan anak-anak,
berulang-ulang, repeated during Membuat program penguatan sekolah
succesiveencounters. Sementara itu dalam rangka “membuat anak menjadi lebih
Roland memberikan definisi bullying baik”, Masukkan pesan program anti- bully
sebagai berikut: “long standing violence, ke masyarakat, sekolah dan ke aktivitas
physical or psychological, perpetrated by an komunitas lainnya dimana anak-anak
individual or group directed against an terlibat di dalamnya, Ajak siswa yang lebih
individual who can not defend himself or tua untuk bertindak sebagai pemantau dan
herself”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mengintervensi jika mereka melihat
pada dasarnya bullying adalah perilaku bullying.
negatif yang dilakukan oleh seseorang atau
METODE kuesioner perilaku bullying adalah sangat
Penelitian ini tergolong Penelitian tinggi karena berada pada rentang skor
Tindakan Bimbingan Konseling (Action 0,80< r ≤ 1,00. Jadi instrumen tersebut
Reseach in Counselling). Action Reseach in layak dan dapat digunakan sebagai alat
Counselling merupakan suatu bentuk pengumpulan data. Berdasarkan hasil
penelitian yang bersifat reflektif yang analisis kuesioner pada penyebaran awal,
dilakukan oleh konselor untuk diperoleh data sebagai berikut: terdapat 3%
meningkatkan kemantapan rasional, orang siswa yang tergolong menunjukkan
tanggung jawab dari tindakan-tindakan perilaku bullying berada pada kategori
mereka dalam melaksanakan tugas, dan sangat tinggi, 7% orang siswa tergolong
memperdalam pemahaman terhadap menunjukkan perilaku bullying berada pada
tindakan-tindakan yang dilakukan, serta kategori tinggi, 10% orang siswa tergolong
memperbaiki kondisi dimana praktek- menunjukkan perilaku bullying berada
praktek BK dilakukan.” kategori sedang, 52% orang siswa
Subyek penelitian ini adalah siswa tergolong menunjukkan perilaku bullying
kelas VIII B6 SMP Negeri 6 Singaraja tahun pada kategori rendah, dan 28% orang
pelajaran 2012/2013. Dari siswa tersebut siswa tergolong menunjukkan perilaku
akan diambil siswa yang terindikasi memiliki bullying berada pada kategori sangat
disiplin belajar rendah. rendah. Untuk lebih jelasnya, skor awal
Berdasarkan judul penelitian, siswa disajikan dalam grafik berikut.
penelitian ini memiliki dua variabel. Variabel

GrafikPersentaseSkorAwal
terikat yaitu perilaku bullying dan variabel
bebas yaitu konseling analisis transaksional
dengan teknik role playing.
Penelitian dirancang dalam dua
siklus yang masing-masing siklus terdiri dari PerilakuBullying
tahap identifikasi, tahap pronosa, tahap
diagnosa, tahap
konseling/treatment/training, tahap 100%
evaluasi, dan tahap follow up.
Untuk mengetahui tingkat disiplin GrafikPersentase
belajar siswa, digunakan teknik 50% SkorAwalPerilaku
pengumpulan data dengan memakai
metode kuesioner. Bullying
Sedangkan untuk menguji 0%
kelayakan instrumen maka dilaksanakan AH BK FF IV MJ PY
pengujian validitas dan pengujian
reliabilitas. Uji validitas menggunakan
rumus product moment. Gambar 01. Grafik Frekuensi Skor Awal
Perilaku Bullying
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian kelayakan instrumen Berdasarkan hasil analisis kuesioner
dilakukan dengan uji validitas dan uji kurang dari 50% siswa berada pada
reliabilitas. Hasil pengujian validitas kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
menunjukkan bahwa dari 40 butir soal Maka dari itu, diberikan treatment berupa
terdapat 5 butir pernyataan yang tidak valid layanan konseling kelompok karena siswa-
karena rhitung keempat butir tersebut lebih siswa tersebut memiliki skor di atas 55%.
kecil dari rtabel sebesar 0,367 dengan taraf Sesuai dengan hasil tersebut dapat
signifikansi 5%. Oleh karena itu, instrumen disimpulkan bahwa kurang dari 50% siswa
hanya menggunakan 35 item pernyataan. mengalami perilaku bullying tinggi. Oleh
Sedangkan dari hasil uji reliabilitas karena itu, peneliti memberikan layanan
didapatkan rAlpha = 0,8939 lebih besar dari konseling kelompok pada siklus I untuk
rtabel. Berdasarkan kriteria koefisien memberikan gambaran mengenai perilaku
bullying dan aspek-aspek yang terkandung
reliabilitas, maka kualifikasi reliabilitas
di dalamnya. Penguatan diberikan setiap siswa setelah diberikan tindakan berupa
siswa mampu memberikan perubahan ke layanan konseling kelompok pada siklus II.
arah positif. Siklus I dilaksanakan dalam 3 Dari ke 6 siswa yang ditangani ternyata
kali pertemuan dan 1 kali kegiatan evaluasi. semuanya dapat ditangani secara tuntas,
Dari hasil analisis kuesioner yang dan dari 2 orang siswa yang menunjukkan
diberikan pada siklus I, diperoleh data perilaku bullying tinggi pada siklus I
sebagai berikut, AH berada pada kategori ternyata secara berlahan-lahan
rendah, BK berada pada kategori rendah, menunjukkan peningkatan setelah diberikan
FF berada pada kategori rendah, IV berada layanan konseling kelompok pada siklus II ,
pada kategori sedang, MJ berada pada karena siswa sudah mampu mencapai skor
kategori sedang, dan PY berada pada di bawah kriteria yaitu di bawah 55%.
kategori rendah. Disamping itu juga, berdasarkan masalah
yang dialami siswa sudah dapat

DataSkorPerilaku
terentaskan secara maksimal melalui
pemberian layanan konseling kelompok.
Penurunan perilaku bullying siswa dapat

BullyingSiswaSiklusI terjadi karena peneliti melihat adanya


kelemahan yang terjadi pada siklus I,
sehingga kelemahan tersebut diperbaiki
pada siklus II sehingga perilaku bullying
100% siswa dapat diturunkan, dan hal ini berarti
DataSkor semakin bagus dan intensnya pelaksanaan
konseling kelompok, maka perilaku bullying
50% Perilaku siswa khususnya di sekolah dapat di
BullyingSiswa turunkan serta hal ini pula membuktikan
bahwa konseling analisis transaksional
0% Siklus I dengan teknik role playing dengan
AHBKFF IVMJPY dimodifikasi dengan layanan konseling
kelompok efektif digunakan untuk
membantu siswa dalam menurunkan
Gambar 02. Grafik Frekuensi Skor Awal perilaku bullying siswa. Mengingat
Perilaku Bullying penelitian ini dirancang dalam dua siklus,
maka penerapan konseling analisis
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I transaksional dengan teknik role playing
dapat dikemukakan bahwa penerapan untuk meminimalisasi perilaku bullying
konseling analisis transaksional dengan terhadap siswa kelas VIII B6 di SMP Negeri
teknik role playing dapat membantu 6 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013
meminimalisasi perilaku bullying siswa. dicukupkan pada siklus II.
Namun dari 6 orang siswa yang diberi Dari pemantauan terhadap hasil
layanan konseling kelompok hanya 2 orang tindakan melalui penyebaran kuesioner
siswa yang belum memenuhi syarat didapatkan hasil sebagai berikut, AH
ketuntasan dalam perilaku bullying, hal berada pada kategori rendah, BK berada
tersebut dikarenakan siswa yang tidak mau pada kategori rendah, FF berada pada
terbuka di dalam menyampaikan perilaku kategori rendah, IV berada pada kategori
yang sering ditunjukkannya. rendah, MJ berada pada kategori rendah,
Untuk itu pada ke dua siswa yang dan PY berada pada kategori rendah.
dipandang perlu untuk diberikan layanan
konseling kelompok lanjutan pada siklus II. Berdasarkan analisis hasil penelitian
Dari 4 orang siswa yang sudah ada pada akhir siklus I dan siklus II diperoleh
peningkatan diminta untuk sebagai hasil evaluasi berupa penyebaran
motivator di dalam pelaksanaan layanan kuesioner. Perbandingan persentase skor
konseling kelompok selanjutnya awal siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
Dari hasil penelitian di dapat hasil tabel dan grafik berikut:
bahwa terjadi penurunan perilaku bullying
Tabel. 04 Hasil Analisis Penurunan Perilaku Bullying Siswa Dari Skor Awal, Siklus I, Siklus II

No. Nama Awal Siklus I Siklus II


Skor Persentil Skor Persentil Skor Persentil
1 AH 149 85% 79 45% 70 40%
2 BK 125 71% 77 44% 73 42%
3 FF 121 69% 81 46% 78 45%
4 IV 159 91% 145 83% 90 51%
5 MJ 149 85% 147 84% 88 50%
6 PY 135 77% 79 45% 75 43%
Rata-rata 80% 58% 45%

Untuk lebih dipahami data diatas disajikan pembahasan sebelumnya, maka hipotesis
dalam bentuk grafik berikut ini yang diajukan peneliti diterima dan dapat
disimpulkan bahwa penggunaan konseling
analisis transaksional dengan role playing
100% efektif untuk meminimalisasi perilaku
bullying siswa
80%
Berdasarkan simpulan diatas maka
60% Skor Awal hasil penelitian ini memberikan beberapa
rekomendasi sebagai berikut:
Siklus I
40% 1) Guru Bimbingan Konseling/ konselor
SMP Negeri 6 Singaraja
Siklus Ii
20% Diharapkan untuk berupaya melakukan
beberapa pendekatan dalam
0% mengatasi permasalahan siswa. Dalam
AHBK FF IV MJ PY penelitian ini, guru BK di sekolah dapat
menggunakan salah satu pendekatan
Gambar 03 Grafik Perbandingan Skor Awal, untuk meminimalisasi perilaku bullying
Skor Siklus I, dan Skor Siklus II siswa yang tinggi dengan konseling
analisis transaksional teknik role
Berdasarkan hasil tes awal, tes playing. Selain itu diharapkan hasil
pada siklus I dan tes pada siklus II siswa penelitian ini dapat meningkatkan
kelas VIII B6 S M P Negeri 6 Singaraja telah kemampuan dalam pengembangan
terjadi penurunan perilaku bullying siswa teori dan teknik bimbingan konseling
pada siklus I dan siklus II m elalui serta membantu siswa untuk
penerapan layanan konseling analisis memenimalisasi perilaku bullying.
transaksional dengan teknik role playing 2) Kepada wali kelas dapat disarankan
yang dilakukan m elalui layanan konseling agar terus memantau perkembangan
kelom pok. Hal ini dibuktikan dengan siswa, baik dari segi pergaulannya
m elihat penurunan persentase perilaku maupun aktifitas belajarnya dan selalu
bullying siswa. Pada tahap awal berkoordinasi dengan guru BK di
pengambilan data dari rata-rata persentase sekolah dengan melakukan kerjasama
80% menjadi 58% di siklus I terjadi agar dapat memberikan penanganan
penurunan 22% dan penurunan siklus I secara dini atau memberikan
rata-rata persentase 58% di siklus II rata- bimbingan jika ada siswa yang memiliki
rata persentase 45% menurun rata-rata perilaku bullying tinggi.
persentase 13%. 3) Kepada siswa, diharapkan agar lebih
meminimalisasi perilaku bullying dan
PENUTUP meningkatkan nilai akademik dan agar
Berdasarkan rumusan masalah dan dapat memanfaatkan layanan yang
hasil analisis yang dikemukakan pada diberikan seperti konseling kelompok
dimana sebagai wadah untuk Nurkancana,Wayan, dan PPN.
meminimalisasi perilaku bullying. Sunartna.1990. Evaluasi Hasil
4) Kepada peneliti agar dapat Belajar. Surabaya:Usaha Nasional.
menerapkan hasil penelitian ini ........1993. Evaluasi Hasil Belajar.
ditempat dimana dia akan ditugaskan Surabaya:Usaha Nasional.
dan untuk peneliti berikutnya yang
mungkin tertarik dengan penelitian ini Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan
diharapkan bisa lebih mengembangkan Konseling Kelompok (Dasar dan
kajian yang lebih luas dan mendalam Profil). Jakarta: PT. Ghalia
lagi yang terkait dengan masalah- Indonesia.
masalah di dalam penelitian ini.
Prayitno dan Erm an Am ti. 1999. Dasar-
DAFTAR RUJUKAN dasar Bim bingan dan Konseling .
Agustiani Hendriati. 2006. “Peikologi Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Perkembangan”. Bandung: Refika
Aditama. Rochman Natawidjaja. 2009. Konseling
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Kelompok (Konsep Dasar dan
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pendekatan). Bandung: PT. Rizqi
Rineka Cipta Press.

Bimo Walgito. 2001. Psikologi Sosial. Santrock, John W. 2004 .”Psikologi


Yogyakarta : Andi Offset. Pendidikan”. Jakarta : Kencana.
Sarlito Sarwono W. 2012. Psikologi
Corey, Gerald. (E. Koeswara Penerjemah) Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
1988. Teori Praktek Dan Konseling
Dan Psikoterapi. Bandung : PT. Satya, Joewana Martono, Lydia Harlina.
Refika Aditama. 2006. Menangkal Narkoba dan
Kekerasan. Jakarta: Balai Pustaka.
........ (E. Koeswara Penerjemah) 2010.
Teori Praktek Dan Konseling Dan Sedanayasa, Gede. 2009. Buku Ajar Dasar-
Psikoterapi. Terjemahan oleh E. dasar Bimbibingan Konseling.
Koswara. Bandung : PT. Refika Singaraja. Jurusan Bimbingan
Aditama. Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas pendidikan Ganesha
Dharsana, Ketut. 2007. Dasar-dasar
Konseling Seri 2. Singaraja: Sugiono. 2008. Metode Penelitian
Universitas Pendidikan Ganesha. Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan
R & D. Bandung : Alfabeta.
Eka Heriana. 2012. Memahami
Perkembangan Fisik Remaja. Suranata, Kadek. 2011. Bimbingan
Yogyakarta : Gosyen Publishing. Konseling Kelompok. Singaraja:
Jurusan Bimbingan Konseling
Jenny Gichara. 2006. “Mengatasi Prilaku Fakultas Ilmu Pendidikan
Buruk Anak”. Jakarta : Kawan Universitas Pendidikan Ganesha.
Pustaka.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. “ Save Our
Komalasari Gantika, Eka Wahyuni dan Children from School Bullying”.
Karsih. 2011. “Teori dan Teknik Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Konseling”. Jakarta : PT Indeks.

Lydia, Harlina dan Satya Joewana. 2006.


Menangkal Narkoba dan
Kekerasan: Jakarta. Balai Pustaka

You might also like