You are on page 1of 14
PAKSAAN (DWANG) MENURUT CIVIL LAW & COMMON LAW Dr. Tuti Rastuti, S.H., M.H. 07 Juli 2023 :_:=_> re Riehan Salsabil Putra - 201000068 Perbandingan Hukum Perdata Kelas B KONTRAK Kontrak merupakan suatu_ perjanjian tertulis, yang berarti kontrak dianggap sebagai suatu pengertian yang lebih sempit dari sebuah perjanjian. Perjanjian diberlakukan karena terdapat perbedaan kepentingan antara para pihak yang dengan cara bernegosiasi dirumuskan kedalam_ klausul-klausul yang terdapat dalam perjanjian tersebut Dalam skala yang lebih luas kontrak merupakan sebuah kesepakatan antara dua pihak yang menjalin kesepakatan: di dalam perjanjian kontrak tersebut. Jadi pada dasarnya kontrak terdapat sebuah hubungan antara kedua_ belah_ pihak tersebut, yang dimana berisi perjanjian yang diterbitkan bagi yang membuatnya. Kontrak tersebut terbentuk seperti suatu rangkaian kata yang. berisi sebuah kesepakatan dan adanya kesanggupan. Berdasarkan hal tersebut = suatu kontrak/perjanjian antara kedua_ belah pihak yang sepakat dapat menimbulkan suatu hubungan hukum, baik itu secara tulisan ataupun lisan. Perjanjian juga akan menjadi undang-undang atau hukum yang mengikat para pihak yang bersepakat. Oleh sebab itu, bagi para pihak yang sudah melakukan perikatan dan telah disepakati, harus ditaati dan dilaksanakannya isi dari perjanjian tersebut Menurut Pasal 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Buku III menjelaskan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang _ bagi mereka yang membuatnya” Kata “secara. sah’, berarti ada kemungkinan, bahwa suatu perjanjian yang sudah ada mengandung kekurangan, yang kalau. dituntut oleh pihak lawan, bisa dibatalkan. Perjanjian yang demikian itu ada dan dianggap sah selama belum atau tidak dibatalkan. SY ARAT SAH PERJANJIAN CONTRACT Adapun syarat sahnya suatu perjanjian yang disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu: 1.Sepakat mereka yang mengikat dirinya (consensus). 2.Cakap untuk suatu perjanjian (capacity). 3.Ada suatu hal tertentu (a certain subject matter). 4.Ada suatu sebab yang halal (legal cause). ASAS PERJANJIAN = ) e Asas Itikad Baik Merupakan perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka yang membuat seperti Undang-Undang. la e Asas Vacta Sun Servanda Maksudnya ialah ini dalam suatu perjanjian, tidak lain adalah untuk mendapatkan kepastian hukum bagi para pihak yang telah membuat perjanjian itu. 5 ASAS PERJANJIAN =—) e Asas Kebebasan Berkontrak Merupakan bahwa setiap orang boleh atau bebas membuat atau) mengadakan perjanjian apa saja baik itu sudah diatur \ dalam Undang Undang maupun belum diatur dalam Undang Undang. e Asas Konsensual Artinya perjanjian itu terjadi (ada) sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak. Dengan kata lain perjanjian itu sudah sah dan mempunyai akibat hukum sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. ASAS PERJANJIAN =—_) e Asas Bersifat Obligatoir Artinya perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu’. baru’ dalam _ taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik e Asas Bersifat Pelengkap Artinya pasal Undang Undang boleh disingkirkan, apabila pihak-pihak yang membuat perjanjian menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan pasal- pasal Undang-Undang. PAKSAAN DALAM MEMBUAT KONTRAK Pasal 1324 KUHPerdata (civil law) yang dimaksud dengan “paksaan” merupakan yang tidak hanya suatu paksaan yang ditujukan kepada diri seorang saja, tetapi juga termasuk di dalamnya adanya rasa takut akan adanya kerugian terhadap kekayaan seseorang. TIMES “ \ ah Sedangkan menurut Common Law, yang dimaksud dengan “paksaan” (duress) itu timbul apabila satu pihak diminta untuk membuat suatu perjanjian dengan adanya kekerasan. Persetujuannya itu. tidak diberikan secara bebas, dan oleh karena_ itu perjanjian yang demikian ini dapat dibatalkan menurut kehendak dari pihak yang diminta dengan kekerasan atau adanya ancaman kekerasan_ itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa "paksaan” menurut civil law tidak hanya berarti tindak kekerasan saja, akan tetapi lebih luas lagi, meliputi setiap ancaman kerugian kepentingan hukum seseorang. Jadi itu bukanlah kekerasan itu sendiri, akan tetapi adanya rasa takut yang timbul dari kekerasan itu sendiri. Karenanya orang cenderung untuk menyebutnya sebagai “paksaan”, yang memiliki maksud yang lebih luas dari kekerasan. Sedangkan "paksaan" (duress) menurut common law terjadi jika satu pihak memasuki kontrak karena adanya kekerasan atau adanya ancaman kekerasan terhadap dirinya atau terhadap keluarganya, atau hanya sebuah ancaman dengan hukuman penjara palsu (diancam akan dipenjara), atau dengan ancaman akan dibukakan aib dirinya ataupun aib keluarganya. AKIBAT BURL =— Perjanjian yang mengandung paksaan tetap mengikat para pihak, hanya saja atas tuntutan dari pihak yang merasa telah memberikan pernyataan yang mengandung paksaan tersebut, perjanjian itu. dapat dibatalkan atau dapat dimintakan pembatalannya. Menurut Pasal 1326 KUHPerdata, apabila ketakutan yang biasa disebabkan hormat kepada orang tua atau sanak saudara dalam garis ke atas tanpa adanya kekerasan, tidaklah cukup untuk pembatalan perjanjian. Paksaan yang menyebabkan suatu perjanjian dapat dimintakan pembatalannya tidak mencakup paksaan secara fisik seperti misalnya seseorang yang dipaksa untuk naik mobil. Paksaan_ secara fisik ini tidak menimbulkan kesepakatan (baik yang murni maupun semu) dari orang yang di paksa, karena_ itu perjanjian ini adalah _batal, bukan dapat dimintakan pembatalannya Apabila suatu) kesepakatan untuk perjanjian dipengaruhi oleh ancaman yang tidak seharusnya oleh pihak lawannya sehingga menyebabkan’~ pihak yang dirugikan tidak mempunyai pilihan lain, maka perjanjian seperti itu adalah dapat dimintakan pembatalannya. DAFTAR PUSTAKA = Y ¢ Abdulkadir, Muhammad. 1992. Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti. * Effendi, Darwin. 2016. “Efektifitas © Memorandom Of Understanding (MoU) Dalam Pembuatan Suatu Perjanjian Di Bidang Pendidikan Studi Kasus Di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.” Yogyakarta. * Hermansyah, Nanang. 2012. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Beserta Perkembangannya. Banjarmasin: STIH Sultan Adam. ¢ Rusli, Hardijan. 1996a. Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law. Yogyakarta: Pustaka Sinar Harapan. * Satrio, J. 1992. Hukum Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti. « Subekti, R. 1992. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti. ¢ Syaiful, Muhammad. 2015. “Karakteristik Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Berbasis Syariah.” Jurnal Perspektif Hukum 15 (1): 69.

You might also like