Professional Documents
Culture Documents
Ahmad Zajuli E2214401059 - Askep Hipertensi
Ahmad Zajuli E2214401059 - Askep Hipertensi
O DENGAN HIPERTENSI
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT INTAN GARUT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Praktek Mata Kuliah Dokumentasi
Keperawatan
Diusun Oleh :
Ahmad Zajuli
E2214401059
DIPLOMA 3 KEPERAWATAN
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara
terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014). Hipertensi
tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.
B. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini . Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan,jika memiliki riwayat keluarga yang memliki
tekanan darah tinggi.
2) Jenis Kelamin dan Usia
Laki–laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi . Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–
laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsinya karena dengan
mengkonsumsi banyak garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya dengan penderita
hipertensi, diabetes, sera orang dengan usia yang tua karena jika garam
yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah
garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya
didalam tubuh.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi itu terjadi yaitu
merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang
dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung
rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien .
Konsumsi alkohol yang sering , atau berlebihan dan terus menerus
dapat meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki
tekanan darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar
tekanan darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat
penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat kondisi medis tertentu. salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadi
akibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis. stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).
C. Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom
dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah
(Padila, 2013)
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013)
D. Manifestasi Klinis
Menurut teori (Aspiani, 2014) Tanda dan gejala utama hipertensi
adalah menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul
tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita
hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera
Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi
mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan
pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan
menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu : (Aspiani,
2014)
1) Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di
otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
2) Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila
membentuk 12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel terjadilah disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3) Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi.
Penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung
akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi.
Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan
tertahan diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi
ini disebut gagal jantung.
4) Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Merusak sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat
membuat zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan dalam tubuh.
F. Penatalaksanaan Medis
● Penatalaksanaan Farmakologis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam
cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
a. Pengaturan diet
b. Penurunan berat badan
c. Olahraga teratur
d. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
A. Pengkajian
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya didapat adanya riwayat
peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang
sama, dan riwayat meminum obat antihipertensi.
Dasar-dasar pengkajian :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung dan
takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan
penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi serta
perspirasi.
Tanda : kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dan kenaikan
tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Hipotensi
postural mengkin berhubungan dengan regimen obat.
Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, perbedaan denyut
seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan
radialis/brakhialis, denyut (popliteal, tibialis posterior, dan pedialis)
tidak teraba atau lemah.
Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
primer) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti,
hipoksemia).Bisa juga kulit berwarna kemerahan (feokromositoma).
3. Integritas Ego
Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau marakronik
(dapat mengindikasikan kerusakan serebral). Selain ini juga ada faktor-
faktor multiple, seperti hubungan, keuangan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian,
tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang
(khususnya sekitar mata)., gerakan fisik cepat, pernapasan menghela,
dan peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
5. Makanan atau cairan
Gejala : Makanan yang disukai dapat mencakup makaan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan digoreng, keju, telur),
gula-gula yang berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual dan
muntah, penambahan berat badan (meningkat/turun), riwayat
penggunaan obat diuretic.
Tanda : Berat badan normal, bisa juga mengalami obestas. Adanya
edema (mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, dan
glikosuria (hampir 10% pasien hipertensi adalah penderita diabetes).
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital.
(Terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam).
7. Nyeri/ ketidaknyamanan
- Angina ( penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung).
- Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteriekstremitas bawah).
- Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
- Nyeri abdomen/massa (feokromositoma).
8. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal,
tahap lanjut dari hipertensimenetap/berat.
Gejala:
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas atau kerja.
- Takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal parok-sismal.
- Batuk dengan atau tanpaa pembentukan sputum.
9. Riwayat merokok.
Tanda:
- Distress respirasi atau penggunaan otot aksesori pernapasan.
- Bunyi napas tambahan (krakles atau mengi).
- Sianosis.
- Keamanan
- Gangguan koordinasi/cara berjalan.
- Episode parestesia unilateral transient.
- Hipotensi postural.
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit ginjal, factor risiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormon (Padila, 2012)
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosa keperawatan
merupakan pernyataan atau penilaian seorang perawat terhadap masalah yang
muncul akibat respon pasien. Berikut beberapa diagnosa yang mungkin
muncul dalam studi kasus:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
C. Intervensi
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
1) Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24
jam diharapkan curah jantung pasien meningkat
b. kriteria hasil:
1. tekanan darah membaik (5)
2. takikardia menurun (5)
3. oliguria cukup menurun (4)
4. cyanosis cukup menurun (4)
c. Intervensi
Perawatan jantung
2) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan skala nyeri dapat berkurang
b. Kriteria hasil
1. Keluhan nyerimenurun (5)
2. Meringis menurun (5)
3. Frekuensi nadimembaik (5)
c. Intervensi
Manajemen nyeri
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan aktivitas meningkat
b. Kriteria hasil:
1. Frekuensi nadimeningkat (5)
2. Saturasi oksigen meningkat (5)
3. Keluhan lelah menurun (5)
4. Dispnea saat aktivitas menurun (5)
5. Dispnea setelah aktivitas menurun (5)
c. Intervensi
Manajemen energi
D. Implementasi
Menurut (Kozier, 2012) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase
dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2012) adalah fase kelima atau
terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan
umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan.
PEMBAHASAN
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sakit kepala dan telinga berdengung.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu terdeteksi hipertensi dan
mengkonsi obat captopril 2x25mg.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan pada riwayat keluarga, ayah mengidap
hipertensi dan meninggal pada usia 58 tahun karena serangan
jantung, serta ibu pasien meninggal dunia akibat stroke pada usia
63 tahun.
4. Keadaan Lingkungan
Pasien mengatakan lingkungan sekitar rumahnya bersih dan terjaga
HEMATOLOGI
Hemoglobin Leukosit 12.1-15.1 g/dl 15.0 Normal
Hematokrit Trombosit 3.80-10.60 x10^3/ul 5.60 Normal
KIMA 40-52 % 38 Normal
KARBOHIDRAT 140-440 x10 ^3/ul 440 Normal
Glukosa Darah
Sewaktu
FUNGSI GINJAL <180 mg/dl 98 Normal
Ureum
Creatinin
Natrium 0 – 50 mg/dl 8 Normal
Chloride 0.0-1.1 mg/dl 0.7 Normal
139 170
3.5 3.9
F. Terapi medis
Obat oral :
Candesartan Mengatasi hipertensi dan gagal jantung
Nifedipine 1x8 mg Untuk mengatasi hipertensi
1x1 tab
Obat
intravena : Mengurangi rassa nyeri
Ketorolac Sebagai antagonis reseptor H2
Ranitidine (histamine) mengurangi produksi asam
1x300mg HCL
2x50mg
G. Analisa Data
DO:
Td:180/100 mmHg
N:110X/Menit Teraba
lemah
Cyanosis
Oliguri
II. DIAGNOSA
DO:
Td:180/100 mmHg
N:110X/Menit Teraba
lemah Cyanosis
Oliguri
III. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
Terapeutik :
1. Posisikan pasien
semi-fowler
dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
2. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi :
1. Anjurkan
beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan aktivitas
fisik secara
bertahap
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
IV. IMPLEMENTASI
V. EVALUASI
DO:
Td:180/100 mmHg
N:110X/Menit
Teraba lemah
Cyanosis
Oliguria
PENUTUP
I. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara
terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. Hipertensi merupakan tekanan
darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada tiga
kesempatan yang berbeda. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data
subjektif dan obektif penulis dapat menegakkan satu masalah keperawatan
yaitu risiko penurunan curah jantung. Evaluasi yang dilakukan penulis adalah
menghentikan intervensi pada diagnosa risiko penurunan curah jantung.
II. Saran
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan
bagi mahasiswa dan masyarakat melalui para tenaga kesehatan, media
elektronik, atau media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Diagnostik. Jakarta: Tim Pokja SIKI DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Tim Pokja SLKI DPP PPNI.