You are on page 1of 9

Forum Ilmu Sosial 44 (1), June 2017, pp.

18-26
ISSN 1412-971X (print), ISSN 2549-0745 (online)
©Faculty of Social Science, Universitas Negeri Semarang

Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian


Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Ponorogo
Ismoyo Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Abstract
Facing a new paradigm in the field of government, in the areas of management personnel have
been issued law number 5 Year 2015 about Staffing Management. Some of the new things that
are important and need to get attention, namely: (1) the emphasis of the construction of civil
servants based on the system of feats work, competence and professionalism, (2) the
professionalism of civil servants which the state apparatus/government should be able to maintain
neutrality by separating the country office with the Office of the land, and (3) decentralized local
government against staffing authority which is one unified network system bureaucracy in staffing
nationwide.Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPPD) Ponorogo being required to
provide professional service and quality since it is closely associated with speed, accuracy, in
process and completed the staffing of the affair. Therefore, in carrying out the duties and functions
of the entire staff of the BKPPD Ponorogo expected to demonstrate good performance.The purpose
of this research is to find out and describe the performance of the apparatur BKPPD. The main
data source in the form of the words and actions of the rest is additional data, such as documents,
photos, statistics, and other data sources used in this study was the informant/resource person
i.e. interview and document/archive. The data collected is reduced in the form of selection and
simplification of data and then taken the conclusion as well as evaluate how far the indicator
responsiveness, responsibility and accountability to the performance of the apparatur BKPPD.
The methods used in this research is descriptive qualitative. The results of this research show
that the performance of the apparatus at the BKPPD of Ponorogo categorized better. The study
also shows that (1). BKPPD Ponorogo quite responsive to complaints that there are though still
there is some weakness (2) level of corporate responsibility BKPPD Ponorogo is quite good, but
there are still some flaws (3) accountability of the BKPPD has been very good, which is visible
from the work and reporting implemented. Each policy taken accounted for starting from planning
to results achieved. In each service already is SOP with standard time period. So there is already
a rule that raw about each type of service.The study also gives suggestions about the need for
complaints management and service in accordance with standard operational procedures
resulting in the granting of service going on harmonious relationships between employees and
the recipient BKPPD staffing services.

Keywords:
Pegawai Negeri Sipil; Pendidikan; Pelatihan

PENDAHULUAN perdebatan karena mental dan kinerja


Keterpurukan bangsa Indonesia dalam aparatur pemerintahan yang masih
krisis multidimensi yang berkepanjangan rendah. Permasalahan KKN (Korupsi,
memperlihatkan ketidakmampuan Kolusi, dan Nepotisme) serta prosedur
Indonesia untuk sejajar dengan posisi birokrasi yang rumit telah menjadi beban
negara-negara lain di Asia Tenggara. bagi negara untuk menghadapi persaingan
Keberadaan birokrasi dalam tatanan dalam lingkup global.
praktik sering memancing kontroversi dan

Received: April 24, 2017; Accepted: June 1, 2017; Published: June 15, 2017.
19 Ismoyo / Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Pendidikan dan...

Saat ini, kinerja birokrasi menjadi administrasi kepegawaian secara efektif


sorotan dari banyak pihak, terutama sejak dan efisien dan mengoptimalkan kinerja
adanya reformasi yang menuntut iklim aparatur pengelola kepegawaian. Oleh
yang lebih demokrasi dalam karena itu, Badan Kepegawaian
penyelenggaraan pemerintahan dan Pendidikan dan Pelatihan Daerah
pembangunan. Undang-Undang Nomor Kabupaten Ponorogo sebagai organisasi
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan publik dituntut untuk meningkatkan
Daerah memberikan kewenangan yang kinerja organisasi yang lebih optimal baik
seluas-luasnya kepada daerah disertai dari segi pelaksanaan program kerja
dengan pemberian hak dan kewajiban maupun pemberian layanan kepada
penyelenggara otonomi daerah dalam seluruh pegawai negeri sipil lingkup
kesatuan sistem penyelenggaraan Kabupaten Ponorogo. Melihat dari tugas
Pemerintah Negara. dan fungsi yang begitu besar, maka
Kinerja adalah “hasil yang diperoleh tuntutan untuk hasil kinerja yang optimal
oleh suatu organisasi baik organisasi merupakan keharusan yang harus
tersebut bersifat profit oriented dan non diwujudkan.
profit oriented yang dihasilkan selama satu
periode” (Fahmi, 2014). Kinerja pada TINJAUAN PUSTAKA
suatu organisasi dapat ditunjukkan oleh Konsep Kinerja
bagaimana proses berlangsungnya Istilah kinerja merupakan terjemahan
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. dari performance yang sering diartikan
Di dalam proses pelaksanaan aktivitas sebagai penampilan, unjuk kerja atau
harus selalu dilakukan monitoring, prestasi. Kinerja pada dasarnya dapat
penilaian dan review atau peninjauan dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai
ulang terhadap kinerja sumber daya (individu) dan kinerja organisasi. Kinerja
manusia. Melaksanakan manajemen pegawai adalah hasil kerja perseorangan
kinerja akan memberikan manfaat bagi dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja
organisasi, tim, dan individu. organisasi adalah totalitas hasil kerja yang
Badan Kepegawaian Pendidikan dan dicapai suatu organisasi.
Pelatihan Daerah (BKPPD) Kabupaten Kinerja sebagai hasil pekerjaan dari
Ponorogo sebagai instansi yang seseorang/kelompok untuk mencapai
mempunyai fungsi memberi pelayanan tujuan dalam organisasi pada periode
Forum Ilmu Sosial 44 (1), June 2017, pp. 18-26 20

tertentu. Dapat dipahami bahwa konsep Indikator pengukuran kinerja yang


kinerja tidak hanya pada kinerja individu dikemukakan oleh Agus Dwiyanto (2006:
saja, tetapi kinerja kelompok dalam 50) meliputi lima indikator, yaitu
organisasi. produktivitas, kualitas layanan,
Penilaian kinerja pada dasarnya responsivitas, responsibilitas dan
merupakan faktor kunci guna akuntabilitas. Dari kelima indikator diatas
mengembangkan suatu organisasi secara peneliti memilih untuk menggunakan tiga
efektif dan efisien karena adanya kebijakan indikator saja yaitu responsivitas,
dan program yang lebih baik atas sumber responsibilitas dan akuntabilitas. Ketiga
daya manusia yang ada di dalam indikator ini dipilih dengan alasan bahwa
organisasi. Penilaian kinerja individu indikator-indikator ini dirasa telah
sangat bermanfaat bagi dinamika mewakili dari beberapa indikator yang
pertumbuhan organisasi secara banyak digunakan untuk menilai kinerja
keseluruhan, menurut penilaian tersebut suatu organisasi publik dari dalam dan luar
maka dapat diketahui kondisi sebenarnya organisasi.
tentang bagaimana kinerja karyawan. Berdasarkan indikator kinerja menurut
Agus Dwiyanto (2006: 50) mengukur beberapa sumber di atas, peneliti
kinerja birokrasi publik berdasar adanya menggunakan indikator kinerja pegawai
indikator yang secara lebih lanjut yang sesuai dengan kondisi di Badan
dijelaskan sebagai berikut: Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
a. Produktivitas Daerah (BKPPD) Kabupaten Ponorogo,
b. Kualitas Layanan yaitu:
c. Responsivitas a) Responsivitas; kemampuan birokrasi
d. Responsibilitas untuk mengenali kebutuhan
e. Akuntabilitas masyarakat, menyusun agenda dan
Penulis memilih menggunakan teori prioritas pelayanan, serta
tentang pengukuran kinerja yang mengembangkan program-program
dikemukakan oleh Agus Dwiyanto (2006) pelayanan sesuai kebutuhan dan
tersebut karena dipandang sesuai, lebih aspirasi masyarakat. Meliputi:
tepat dan lebih mampu mengukur kinerja 1) Ada atau tidaknya keluhan dari
Badan Kepegawaian Pendidikan dan pengguna jasa selama setahun
Pelatihan Daerah Kabupaten Poorogo. terakhir.
21 Ismoyo / Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Pendidikan dan...

2) Sikap aparat birokrasi dalam tindakan pada pencapaian tujuan,


merespons keluhan. meliputi:
3) Penggunaan keluhan referensi 1) Penghindaran korupsi dan kolusi.
bagi perbaikan penyelenggaraan 2) Adanya kepatuhan terhadap
pelayanan pada masa mendatang. prosedur.
4) Tindakan untuk memberikan 3) Adanya pelayanan publik yang
kepuasan pelayanan cermat.
b) Responsibilitas; menjelaskan apakah 4) Mempertanggung jawabkan yang
pelaksanaan kegiatan organisasi telah dibuat.
dilakukan sesuai dengan prinsip- 5) Mempertanggungjawabkan
prinsip administrasi yang benar atau kebijakan yang telah diambil yang
sesuai dengan kebijakan organisasi, ditentukan.
merupakan tanggung jawab seseorang
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
terhadap tugas-tugasnya yang
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat
berhubungan dengan peran seseorang
disimpulkan bahwa umumnya faktor-
kepada pihak yang dilayani. Meliputi
faktor yang mempengaruh kinerja
sebagai berikut:
pegawai, yaitu:
1) Hadir secara rutin dan tepat
1) Faktor individu, meliputi
waktu.
kemampuan, kreatifitas, inovasi,
2) Mengikuti instruksi-instruksi.
inisiatif, kemauan, kepercayaan
3) Kompetensi teknis
diri, motivasi serta komitmen
4) Menyelesaikan tugas dan
individu.
memenuhi tanggung jawab sesuai
2) Faktor organisasi, meliputi
batas waktu yang ditentukan
kejelasan tujuan, kompensasi yang
c) Akuntabilitas; mempunyai arti
diberikan, kepemimpinan, fasilitas
pertanggungjawaban yang merupakan
kerja, atau infrastruktur yang
salah satu ciri dari terapan good
diberikan organisasi, proses
governance, Dalam administrasi
organisasi dan kultur kerja dalam
publik merupakan isu menuju clean
organisasi.
government atau pemerintahan yang
3) Faktor sosial, meliputi kualitas
bersih. Akuntabilitas dilihat dari sudut
dukungan dan semangat yang
pandang pengendalian merupakan
Forum Ilmu Sosial 44 (1), June 2017, pp. 18-26 22

diberikan oleh rekan satu tim, sasaran-sasaran tertentu. Dalam hal ini
kepercayaan terhadap sesama Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
anggota tim, kesetaraan dan Ponorogo merupakan suatu organisasi
kekompakan anggota tim, serta public yang mempunyai sasaran, tujuan,
keamanan. misi, dan visi organisasi.

Pegawai Negeri Sipil METODE PENELITIAN


Di dalam masyarakat yang selalu Lokasi Penelitian
berkembang, manusia senantiasa Penelitian ini dilaksanakan di
mempunyai kedudukan yang makin Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
penting, meskipun negara Indonesia Timur, tepatnya di kantor Badan
menuju kepada masyarakat yang Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
berorientasi kerja, yang memandang kerja Daerah (BKPPD) Kabupaten Ponorogo.
adalah sesuatu yang mulia, tidaklah berarti Adapun pemilihan lokasi penelitian
mengabaikan manusia yang dilakukan dengan pertimbangan bahwa
melaksanakan kerja tersebut. Demikian BKD Kabupaten Ponorogo merupakan
juga halnya dalam suatu organisasi, unsur instansi pemerintah yang mempunyai
manusia sangat menentukan sekali karena fungsi memberi pelayanan administrasi
berjalan tidaknya suatu organisasi kearah kepegawaian secara efektif dan efisien
pencapaian tujuan yang ditentukan untuk mengoptimalkan kinerja aparatur
tergantung kepada kemampuan manusia pengelola kepegawaian. Melihat dari tugas
untuk menggerakkan organisasi tersebut dan fungsi yang begitu besar, maka
ke arah yang telah ditetapkan. Manusia tuntutan untuk hasil kinerja yang optimal
yang terlibat dalam organisasi ini disebut merupakan keharusan yang harus
juga pegawai diwujudkan

Organisasi Jenis Penelitian


Organisasi merupakan sebuah sistem Penelitian ini menggunakan metode
yang terdiri dari seseorang atau deskriptif kualitatif. Metode penelitian
sekelompok orang yang terdiri dari atasan sangat erat kaitannya dengan tipe
dan bawahan yang saling berinteraksi dan penelitian yang digunakan, karena setiap
bekerjasama untuk mencapai tujuan dan penelitian yang dilakukan tentu untuk
23 Ismoyo / Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Pendidikan dan...

mencapai sebuah tujuan dari penelitian itu penanganan keluhan yang tersistematika
sendiri. dan terdokumentasikan dengan baik.
Hasil penelitian juga menunjukkan
PEMBAHASAN bahwa tingkat responsibilitas BKPPD
Berdasarkan hasil penelitian, maka Kabupaten Ponorogo adalah cukup,
dapat dikatakan bahwa Kinerja BKPPD sehingga dapat dikatakan bahwa
Kabupaten Ponorogo yang diteliti melalui 3 responsibilitas pelayanan pada BKPPD
(tiga) indikator, yaitu responsivitas, Kabupaten Ponorogo cukup mampu
responsibilitas, dam akuntabilitas dapat memberikan pelayanan kepada
disimpulkan cukup baik. Hal ini berarti pelangganya, tetapi masih dijumpai
bahwa tingkat responsivitas, beberapa kelemahan.
responsibilitas, dan akuntabilitas Responsibilitas mengacu pada kondisi
pelayanan public yang dilaksanakan sumber daya manusia aparatur pelayanan,
BKPPD Kabupaten Ponorogo cukup baik. sehingga kondisi yang ada mampu
Tingkat responsivitas BKPPD Kabupaten memberikan pelayanan yang cukup baik.
Ponorogo cukup, berarti bahwa para Kondisi ini tidak hanya hal-hal yang
pegawai atau birokrasi yang ada pada terlihat pada perilaku aparatur, tetapi
BKPPD Kabupaten Ponorogo cukup terkait juga sikap apartur pelayanan.
mampu memenuhi harapan, keinginan Perilaku aparatur pelayanan yang
dan aspirasi serta tuntutan pelanggannya menggambarkan responsibilitas pelayanan
yaitu para pegawai di lingkungan dan dirasa masih kurang adalah tingkat
Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Namun kompetensi teknis aparatur pelayanan. Hal
masih adanya kelemahan, dimana pada ini disebabkan karena belum adanya
kasus BKPPD Kabupaten Ponorogo standart kompetensi aparatur pelayanan,
kelemahan ini disebabkan belum sehingga pelayanan dapat dilakukan oleh
dikembangkannya komunikasi eksternal siapa saja yang terkadang kemampuan
secara efektif oleh jajaran birokrasi teknisnya masih kurang yang akhirnya
pelayanan, sehingga masih terdapat gap berdampak pada responsibilitas pelayanan
antara harapan pelanggan dengan kondisi yang kurang pula.
nyata yang ada. Komunikasi eksternal Indikator terakhir adalah akuntabilitas,
yang belum dikembangkan terlihat nyata dimana hasil penelitian menunjukkan
dari belum adanya manajemen bahwa akuntabilitas pelayanan BKPPD
Forum Ilmu Sosial 44 (1), June 2017, pp. 18-26 24

Kabupaten Ponorogo juga cukup baik. Hal Ponorogo sebagai pelanggan BKPPD
ini berarti bahwa pertanggungjawaban Kabupaten Ponorogo.
atas proses pelayanan yang dilakukan oleh
BKPPD Kabupaten Ponorogo cukup baik, PENUTUP
tetapi juga masih dijumpai hal-hal tertentu Responsivitas
yang masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian di depan,
Akuntabilitas, dalam konteks maka dapat disimpulkan bahwa BKPPD
pelayanan public, berarti suatu ukuran Kabupaten Ponorogo cukup responsif
yang menunjukkan seberapa besar tingkat terhadap keluhan yang ada meskipun
kesesuaian penyelenggaraan pelayanan masih terdapat beberapa kelemahan
dengan ukuran, nilai-nilai atau norma diantaranya:
eksternal yang ada di masyarakat atau 1) Penanganan keluhan belum
yang dimiliki oleh para stakeholders. menjadi sebuah prioritas kerja,
Akuntabilitas pelayanan yang terbukti dengan belum adanya SOP
dilaksanakan BKPPD Kabupaten Ponorogo penanganan keluhan
cukup memenuhi nilai transparansi karena 2) Belum terdokumentasikannya
mengungkapkan secara jelas prosedur keluhan-keluhan yang ada,
pelayanan melalui penetapan prosedur sehingga terjadi kesulitan ketika
pelayanan dan maklumat pelayanan. akan melakukan evaluasi apakah
Namun dari nilai keadilan, masih belum setiap keluhan sudah tertangani
sepenuh dapat dipenuhi karena orang dengan baik
orang tertentu (misalnya pejabat) 3) Belum adanya sarana untuk
diperlakukan berbeda dengan orang lain mengetahui tingkat kepuasan
dalam memberikan pelayanan. pelanggan, sehingga tidak
Berdasarkan seluruh uraian tersebut, teridentifikasi apakah pelanggan
maka dapat dikatakan bahwa pelayanan sudah puas atau belum
yang diberikan oleh BKPPD Kabupaten 4) Belum ada mekanisme yang baku
Ponorogo cukup berjalan baik meskipun untuk menjamin birokrasi BKPPD
beberapa hal masih mungkin untuk Kabupaten Ponorogo menjadikan
ditingkatkan sehingga mampu keluhan sebagai dasar perbaikan
meningkatkan kepuasan pegawai di sistem pelayanan secara
lingkungan Pemerintah Kabupaten keseluruhan.
25 Ismoyo / Kinerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Pendidikan dan...

Responsibilitas sudah ada aturan yang baku tentang tiap-


Berdasarkan hasil penelitian di depan, tiap jenis pelayanan.
maka dapat disimpulkan bahwa tingkat Dengan demikian dapat dikatakan,
responsibilitas BKPPD Kabupaten bahwasannya akuntabilitas dari BKPPD
Ponorogo cukup baik, namun masih cukup baik. Pegawai sudah transparan
terdapat beberapa kelemahan diantaranya: dan jelas sesuai standart pelayanan yang
1) Belum disusunnya standar ada di SOP dalam memberikan informasi
kompetensi bagi jabatan fungsional kepada masyarakat, terutama yang
umum, sehingga belum bisa berkaitan dengan waktu
diketahui secara pasti tingkat
kompetensi pegawai yang DAFTAR PUSTAKA
memberikan pelayanan Abdullah, M. Ma’ruf. (2014). Manajemen
2) Belum dilakukan pemilahan dan Evaluasi Kinerja Karyawan.
tanggung jawab pelayanan pada Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
BKPPD Kabupaten Ponorogo Dwiyanto, Agus (2006). Mewujudkan
dengan pelayanan yang menjadi Good Geovernance Melalui
tanggung jawab pihak lain Pelayanan Public. Yogyakarta:
sehingga masih terkesan belum UGM Press.
bisa menyelesaikan pekerjaan tepat Fahmi, Irham. (2014). Manajemen
waktu sesuai batas waktu yang Kinerja Teori dan Aplikasi.
telah ditentukan Bandung: Alfabeta.
Halim, Abdul. (2012). Teori, Konsep, dan
Akuntabilitas Aplikasi Akuntansi Sektor Publik.
Berdasarkan hasil penelitian, maka Jakarta: Salemba Empat.
dapat disimpulkan bahwa setiap kebijakan Hasibuan, Malayu P. (2007). Manajemen
yang diambil di BKPPD Kabupaten Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Ponorogo dapat pertanggungjawabkan Bumi Aksara.
mulai dari perencanaan hingga hasil yang Marwansyah. (2012). Manajemen
dicapai. Secara resmi untuk tiap-tiap Sumber Daya Manusia. Edisi
layanan tentang jangka waktunya sudah Kedua. Bandung: Alfabeta.
ada standarisasinya dengan adanya SOP
di BKPPD Kabupaten Ponorogo. Sehingga
Forum Ilmu Sosial 44 (1), June 2017, pp. 18-26 26

Mondy, R. Wayne. (2008). Manajemen Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999


Sumber Daya Manusia. Edisi Tentang Pokok-Pokok
Sepuluh Jilid II. Jakarta: Erlangga. Kepegawaian.
Musanef. (2004). Manajemen Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja.
Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Jakarta: Rajawali Press.
Gunung Agung. Widjaja, A. W. (2006). Administrasi
Pasolong, Harbani. (2010). Teori Kepegawaian. Jakarta: Rajawali
Administrasi Publik. Bandung: Press.
Alfabeta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai
Negeri Sipil.
Robbins, Stephen P. (2008). Perilaku
Organisasi. Jakarta: Indeks.
Siagian, Sondang P. (2011). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugiyono. 2015. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H. B. (2005). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Tika, H. Moh Pabundu. (2005). Budaya
Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Cetakan Pertama.
Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.

You might also like