You are on page 1of 47

TUGAS KUIS HUKUM PARIWISATA

NAMA : FRANSISKA FEBRIANI RAHAILYAAN

NIM: 22052000013 / 3F

DAERAH : KOTA MERAUKE

Kabupaten Merauke Papua mempunyai sejumlah destinasi wisata yang patut


dikunjungi. Ada Pantai Pasir Putih, ada Tugu Titik O (nol), ada Taman Nasional
Wasur yang memiliki sejumlah flora dan fauna endemic.

Di Taman Nasional Wasur terdapat kangguru mini yang biasa disebut sebagai
kangguru pohon dan juga musamus atau rumah semut. Dua hal ini menunjukkan
kemiripan flora dan fauna Papua dengan benua Australia.

Taman Nasional Wasur terbentang di tiga distrik, yakni Distrik Sota,


Naukenjerai, dan Merauke, di Kabupaten Merauke. Adapun gerbang masuk
taman nasional tak terlalu jauh dari pusat Kota Merauke. Tak lebih dari 15
kilometer, atau hanya 20 menit menggunakan kendaraan roda empat.

Sejak 1978, kawasan Hutan Wasur telah ditunjuk sebagai suaka alam yang
terdiri dari Suaka Margasatwa Wasur berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
nomor 252/Kpts/Um/5/1978 tanggal 3 Mei 1978, dengan luas 206.000 hektare
dan Cagar Alam Rawa Biru dengan luas 4.000 hektare. Kemudian pada 1982,
luasan Suaka Margasatwa Wasur ditambah sebanyak 98.000 hektare
berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 15/Kpts/Um/1/82, sehingga
luasannya bertambah menjadi 304.000 hektare.

Pada 1990 kedua kawasan tersebut (Cagar Alam Rawa Biru dan Suaka
Margasatwa Wasur) dideklarasikan sebagai Taman Nasional Wasur,
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan nomor 448/Kpts-II/1990 tanggal 24
Maret 1990 dengan luas keseluruhan 308.000 hektare. Selanjutnya pada 1997
Taman Nasional Wasur ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
nomor 282/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997, dengan luas 413.810 hektare.

Pada 2014, Balai Taman Nasional Wasur ditetapkan berdasarkan Surat


Keputusan Menteri Kehutanan nomor 2549/ Menhut-VII/KUH/2014 tentang
Penetapan Kawasan Taman Nasional Wasur seluas 431.425,12 Ha. Kawasan itu
terletak di bagian tenggara pulau Papua dalam wilayah administratif Kabupaten
Merauke Provinsi Papua. Sebelah timur berbatasan dengan Suaka Margasatwa
Tonda di Papua New Guinea, sebelah barat berbatasan dengan Kota Merauke,
sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafura, dan sebelah utara berbatasan
dengan kawasan Sungai Maro.

Kondisi topografi Taman Nasional Wasur relatif datar dengan kemiringan 0


sampai 8 persen. Jenis tanah yang dijumpai adalah organosol aluvial, podsolik
merah kuning, dan hidromorf kelabu. Kawasan ini merupakan salah satu
ekosistem lahan basah penting di Indonesia, karena memiliki potensi
keanekaragaman hayati yang tinggi.

Taman Nasional Wasur mengalami dua musim yaitu musim kering selama 5
sampai 6 bulan (Juni/Juli–Desember) dan musim basah selama 6 sampai 7 bulan
(Januari–Juni/Juli) dalam setahun. Kawasan ini memiliki iklim moonson.

Secara umum jenis vegetasi yang terdapat di dalam kawasan TN Wasur dapat
dikelompokkan dalam 10 klas hutan sebagai berikut:

1. Hutan Dominan Melaleuca sp. (dominant melaleuca forest) didominasi oleh


jenis vegetasi, antara lain, Melaleuca sp,Lophostemon lactifluus,
Xanthostemon sp, Acacia leptocarpa, Asteromyrtus symphiocarpa,
Eucalypthus sp, dan lain-lain.
2. Padang Rumput Rawa (grass swamp) didominasi olehPandanus sp,
Phragmites karka, Hanguana sp, dan teratai.
3. Padang Rumput (grassland) didominasi oleh jenis vegetasi Graminae
spdan Pandanus sp.
4. Savana (savanna) didominasi oleh jenis vegetasi, antara lain, Melaleuca
cajuputi, Banksia dentata, Asteromyrtus symphiocarpa, Eucalypthus sp,
dan Melaleuca sp.
5. Hutan Bakau (mangrove forest) didominasi oleh jenis vegetasi, antara
lain, Avicennia marina, Bruguiera gymnorhiza, Exocaria agallocha,
Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum,
Xylocarpus moluccana, dan palem.
6. Hutan Pinggir Sungai (rivarian forest) didominasi oleh jenis vegetasi, antara
lain, Eucalypthus sp, Baringtonia cf acutangula, Trichospermum sp, Bamboo
sp, Nypa fruticans dan Graminae sp.Luas masing-masing hutan monsoon dan
riparian secara pasti masih belum diketahui.
7. Hutan Musim (monsoon forest) didominasi oleh jenis vegetasi, antara
lain, Eucalypthus sp, Acasia auriculiformis, Acacia mangium, Dillenia alata,
Banksia dentata, Rhodomyrtus sp,dan lain-lain.
8. Hutan Pantai (coastal forest) didominasi oleh jenis vegetasi, antara
lain,Exocaria agallocha, Premna corymbosa, Terminalia catappa, Pongamia
pinnata, Thespesia populnea, danCocos nucifera.
9. Hutan Jarang (woodland forest) didominasi oleh jenis vegetasi, antara
lain,Vitex pinnata, Melaleuca sp, Xanthostemon sp, Trichospermum sp,
Dillenia alata, Eucalypthus sp, dan Asteromyrtus symphiocarpa, yang di
bagian bawahnya tumbuh berbagai tumbuhan semak.
10.Hutan Co-Dominan Melaleuca sp-Eucalypthus sp., (co-dominant melaleuca-
eucalypthus forest) didominasi oleh jenis vegetasi, antara lain,Melaleuca
cajuputi, Eucalyptus alba, Asteromyrtus symphiocarpa, Eucalyptus pelita,
Eucalyptus sp, Rhodomyrtus sp, dan lain-lain.
Sementara itu di TN Wasur diperkirakan terdapat 80 jenis mamalia dan yang
telah teridentifikasi sebanyak 34 spesies, di mana 32 spesies di antaranya adalah
endemik Papua. Burung tercatat sedikitnya 403 spesies dengan 74 jenis di
antaranya endemik Papua dan diperkirakan terdapat 114 spesies yang
dilindungi.

Untuk jenis ikan tercatat 39 jenis dari 72 jenis yang diperkirakan ada, dan 32
jenis di antaranya terdapat di Danau Rawa Biru dan 7 jenis terdapat di Sungai
Maro. Sedangkan untuk jenis reptil telah tercatat 21 jenis, 4 (empat) jenis kura-
kura, 5 (lima) jenis kadal, 8 (delapan) jenis ular, dan 1 (satu) jenis bunglon.
Untuk amphibi tercatat hanya ada 3 jenis, sedangkan data serangga dalam
kawasan TN Wasur masih belum banyak diperoleh, namun sedikitnya telah
tercatat sebanyak 48 jenis.

Mamalia besar asli yang terdapat di kawasan TN Wasur adalah tiga marsupial
yaitu kanguru lincah (Macropus agilis), kanguru hutan/biasa (Darcopsis
veterum) dan kanguru bus (Thylogale brunii).
Jenis-jenis burung yang terdapat di TN Wasur, antara lain, burung garuda irian
(Aquila gurnayei), cenderawasih (Paradisaea apoda), kakatua (Cacatua sp),
mambruk (Goura cristata), alap-alap (Accipiter sp), nandur (Ailuroedus sp),
belibis (Anas sp), Bangau (Ardea sp), dan lain-lain.
TN Wasur yang merupakan daerah lahan basah merupakan tempat yang sangat
penting untuk burung-burung air di Indonesia, khususnya burung migran dari
dan ke Australia dan New Zealand. Oleh karena itu, kawasan itu memiliki arti
penting bagi kepentingan internasional sebagai tempat persinggahan ribuan
burung migrasi antara Australia dan Asia.

Daerah-daerah yang sering menjadi habitat burung migran adalah daerah


padang rumput, Danau Rawa Biru, Rawa Dogamit, Rawa Mblatar, dan Pantai
Ndalir. Pantai Ndalir dan Rawa Dogamit sering dikunjungi sekelompok burung
pantai migran setiap tahunnya selama bulan Agustus November,
seperti Calidris ruficollis, Xenus cinereus, Calidris tenuirotris, dan Charadrius
mongolus.
Waktu yang tepat berkunjung ke TN Wasur adalah pada Oktober. Saat-saat itu,
burung-burung dari Australia dan New Zealand bermigrasi ke Wasur mencari
kehangatan. Di antaranya, burung trinil pantai, camar angguk hitam, undan
kacamata, dara laut jambon, kirik-kirik Australia, dara laut tengkuk hitam.
Kegiatan bird watching biasanya dipusatkan di sekitar Rawa Biru.

Kawasan TN Wasur merupakan lahan basah yang luas, di mana banyak


kehidupan aquatik yang menjadi komponen penting bagi keanekaragaman
hayati dalam kawasan. Beberapa spesies ikan di kawasan ini, antara lain,
arwana (Scleropages jardinii), ikan gabus, kakap loreng (Amniataba affinis) dan
sumpit loreng (Toxotes jaculatrix). Selain itu juga terdapat jenis-jenis ikan lain
seperti ikan duri (Arius graeffei), ikan lele (Clarias batrachus), kakap kuning
(Glassomia aprian), dan ikan kaca kecil (Ambassis agrammus).
Reptil yang terdapat di TN Wasur, yaitu dua jenis buaya (Crocodylus
porosus dan Crocodylus novaeguineae), biawak (Varanus sp), kura-kura leher
panjang Irian (Chelodina novaeguineae) dan kura-kura dada merah (Emydura
subglobosa), kadal (Mabouya sp), ular (Liasis, Phyton) dan bunglon (Calotus
jubatus). Sedangkan jenis katak yang tercatat hanya tiga jenis, yaitu katak
pohon (Hyla caerulea), katak pohon irian (Litoria infrafrenata), dan katak hijau
(Rana macrodon).
BUPATI MERAUKE
PROVINSI PAPUA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE
NOMOR 4 TAHUN 2019
TENTANG
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2018-2032
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MERAUKE,

Menimbang:
a. bahwa keadaan alam, flora dan fauna, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni dan sosial budaya serta aspek
budaya lain yang berada di Kabupaten Merauke merupakan
sumber daya dan modal yang potensial bagi usaha
pengembangan kepariwisataan daerah
b. bahwa potensi kepariwisataan Kabupaten Merauke harus
dibina dan dikembangkan guna menunjang pembangunan
daerah pada umumnya dan pembangunan kepariwisataan
pada khususnya dengan memperhatikan segi-segi agama,
budaya, pendidikan, potensi alam, lingkungan hidup,
ketertiban, ketentraman dan kenyamanan;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal8 dan Pasal 9
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan
Daerah Kabupaten Merauke tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Merauke Tahun 2018-2032;
Mengingat:
1. Undang-Undang No. 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan
Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten
Otonom di Propinsi Irian Barat (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2907);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1
Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4884);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4700);
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2010
Nomor 5168);
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
9. Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2017 Tentang Badan
Usaha Milik Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 305, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6173);
11. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Kepariwisataan
Provinsi dan Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua
Tahun 2013-2027 (Lembaran Daerah Provinsi Papua
Tahun 2013 Nomor 23);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 14 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merauke
Tahun 2010–2030.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN MERAUKE
dan BUPATI MERAUKE MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN MERAUKE
TAHUN 2018-2032.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah kabupaten Merauke.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Merauke.
4. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten
yang selanjutnya disebut dengan RIPPARKAB adalah
dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan
kabupaten untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung
sejak tahun 2018 sampai dengan tahun 2032.
5. Distrik, yang dahulu dikenal dengan Kecamatan, adalah
wilayah kerja Kepala Distrik sebagai perangkat daerah
Kabupaten/Kota.
6. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi
tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
7. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
8. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta
multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha
9. Perwilayahan pembangunan kepariwisataan daerah adalah
hasil pewilayahan pembangunan kepariwisataan yang
diwujudkan dalam bentuk Kawasan Pembangunan Pariwisata
Kabupaten, dan Daya Tarik Wisata Kabupaten di Wilayah
Kabupaten Merauke.
10. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi
pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
11. Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten yang
selajutnya disingkat KPPK adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata Daerah yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.
12. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
13. Daya Tarik Wisata Kabupaten yang selanjutnya disingkat
DTWK adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan di Kabupaten
Merauke.
14. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana transportasi yang mendukung pergerakan
Wisatawan dari wilayah asal Wisatawan ke Destinasi
Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
15. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan
yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat
beroperasi dan berfungsi sebagaimana semestinya.
16. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu
lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
dalam melakukan aktifitas kehidupan keseharian.
17. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yangsecara
khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke destinasi pariwisata.
18. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan kesadaran, kapasitas, akses, dan peran
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan
melalui kegiatan kepariwisataan.
19. Pemasaran adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan
mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan
kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya.
20. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau
jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.
21. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata.
22. Pelaku Usaha adalah orang-orang yang berkecimpung dalam
Dunia Usaha.
23. Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi,
meliputi pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme
operasional, yang secara berkesinambungan guna
menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan di
bidang kepariwisataan.
24. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat
SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya
terkait secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan
Kepariwisataan.
25. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
pekerja pariwisata untuk mengembangkan profesionalitas
kerja.
26. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha
dan pekerja pariwisata untuk mendukung peningkatan mutu
produk pariwisata, pelayanan dan pengelolaan
kepariwisataan.
BAB II
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
(1) Pembangunan kepariwisataan daerah meliputi:
a. Destinasi pariwisata;
b. Pemasaran pariwisata;
c. Industri pariwisata; dan
d. Kelembagaan kepariwisataan.
(2) Pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan dengan RIPPARKAB yang
memuat:
a. visi;
b. misi;
c. tujuan;
d. sasaran; dan
e. arah kebijakan, strategi, dan indikasi program
pembangunan kepariwisataan daerah,dalam kurun waktu
tahun 2018 –2032.
(3) Selain pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) RIPPARKAB memuat kebijakan percepatan
pembangunan kepariwisataan kabupaten.
Pasal 3
Pelaksanaan RIPPARKAB diselenggarakan secara terpadu oleh
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya, dunia usaha, dan
masyarakat.
Pasal 4
(1) RIPPARKAB menjadi pedoman bagi pembangunan
kepariwisataan Kabupaten Merauke.
(2) RIPPARKAB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
pedoman penyusunan Kebijakan, Strategidan Indikasi
Program Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Merauke.
Pasal 5
Untuk mensinergikan pelaksanaan RIPPARKAB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 Pemerintah Kabupaten dapat
melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Gubernur Papua
dan Pemerintah.
Bagian Kedua
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
Pasal 6
(1) Visi pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2ayat (2)huruf aadalah Terwujudnya
Kabupaten Merauke sebagai destinasi pariwisata nasional
yang berdaya saing, berkelanjutan, berbasis pada keunikan
ekosistem dan kearifan lokal, serta mendorong
pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
(2) Misi pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana
dimaksud dalamPasal 2 ayat (2) huruf b adalah:
a. meningkatkan daya saing pariwisata baik pada tingkat
nasional maupun global sehingga mampu meningkatkan
jumlah kunjungan;
b. mengembangkan destinasi pariwisata yang aman,
menarik, nyaman dikunjungi, dan menjaga kelestarian
lingkungan sehingga mampu meningkatkan pendapatan
daerah dan masyarakat;
c. mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis,
strategis, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan baik nusantara maupun
mancanegara;
d. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing,
kredibel, mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan
lingkungan alam dan sosial budaya;
e. menguatkan perangkat daerah yang membidangi urusan
kepariwisataan daerah dan pembentukan badan
pengembangan kepariwisataan yang efektif dan efisien
dalam rangka mendorong terwujudnya kepariwisataan
yang maju dan berkelanjutan; dan
f. mengembangkan sumber daya manusia di bidang
kepariwisataan yang handal dan berkemampuan untuk
mengelola kepariwisataan.
(3) Tujuan pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c adalah:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata
yang mampu menarik dan meningkatkan arus kunjungan
wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara,
meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto,
Pendapatan Asli Daerah, dan pendapatan masyarakat,
dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan;
b. mengkomunikasikan destinasi pariwisata dengan
menggunakan media komunikasi pemasaran secara
efektif, efisienuntuk meningkatkan citra kawasan
pariwisata Kabupaten Meraukedan apresiasi terhadapnya
sehingga mampu menarik kunjungan dan kunjungan
ulang wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara;
c. mewujudkan industri pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian daerah melalui peningkatan
investasi di bidang pariwisata, kerjasama antarusaha
pariwisata, memperluas lapangan kerja, dan
melaksanakan upaya-upaya untuk mendukung
pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat;
dan
d. mengembangkan lembaga kepariwisataan dalam bentuk
badan usaha bidang pariwisata daerahdan sistem tata
kelola yang mampu menyinergikan pembangunan industri
pariwisata, kawasan pariwisata, dan pemasaran
pariwisata secara profesional, efektif, dan efisien.
(4) Sasaran pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d, meliputi:
a. terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas kawasan
pariwisata di Kabupaten Merauke yang mampu menarik
dan meningkatkan arus kunjungan wisatawan
mancanegara dan wisatawan nusantara, meningkatkan
PAD dan PDRB, dan pendapatan masyarakat, dengan
tetap memelihara kelestarian lingkungan;
b. terkomunikasikannya kawasan pariwisata di Kabupaten
Merauke dengan menggunakan media komunikasi
pemasaran secara efektif dan efisien untuk meningkatkan
citra kawasanpariwisata Kabupaten Merauke sehingga
mampu meningkatkan apresiasi dan menarik kunjungan
dan kunjungan ulang wisatawan mancanegara dan
wisatawan Nusantara;
c. tewujudnya industri pariwisata di Kabupaten Merauke
yang mampu menggerakkan perekonomian daerah
melalui peningkatan investasi di bidang pariwisata,
kerjasama antarusaha pariwisata, memperluas lapangan
kerja, dan melaksanakan upaya-upaya untuk mendukung
pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat;
d. terwujudnya pengembangan lembaga kepariwisataan
dalam bentuk badan usaha bidang pariwisata daerahdan
sistem tata kelola yang mampu menyinergikan
pembangunan industri pariwisata, kawasan pariwisata,
dan pemasaran pariwisata secara profesional, efektif, dan
efisien; dan
e. terwujudnya peningkatan pendapatan daerah,
kesejahteraan masyarakat dan kebercukupan sumber
daya manusia di bidang kepariwisataan.
(5) Sasaran pembangunan kepariwisataan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan
kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4), ditetapkan arah kebijakan, strategi
dan indikasi program.
Bagian Ketiga
Prinsip Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Pasal 7
Prinsip pembangunan kepariwisataan Daerah meliputi:
a. pembangunan kepariwisataan yang berdasarkan budaya,
kearifan lokal, tata kelola yang baik, dan berkelanjutan;
b. berorientasi pada upaya-upaya pertumbuhan, peningkatan
kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta
pelestarian lingkungan;
c. terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas
pelaku; dan
d. mendorong kemitraan sektor publik dan privat.
Pasal 8
Prinsip pembangunan kepariwisataan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7menjadi dasar arah kebijakan, strategi,
dan program dari setiap komponen pembangunan
kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGIPEMBANGUNAN
DESTINASI PARIWISATA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
Pembangunan destinasi pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1)huruf ameliputi:
a. perwilayahan Pembangunan Kawasan Pariwisata;
b. pembangunan Daya Tarik Wisata;
c. pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum, dan
Fasilitas Pariwisata;
d. pembangunan Aksesibilitas Pariwisata;
e. pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan
f. pengembangan investasi dibidang pariwisata.
Bagian Kedua
Perwilayahan Pembangunan Pariwisata
Pasal 10
(1) Perwilayahan Pembangunan Pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf a, meliputi:
a. KPPKPerkotaan dan sekitarnya;
b. KPPKWasur dan sekitarnya;
c. KPPKSemangga dan sekitarnya;
d. KPPK Okaba dan sekitarnya;
e. KPPK Dolak dan sekitarnya; dan
f. KPPK Muting dan sekitarnya.
(2) KPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf f terdiri dari DTWK sebagaimana tercantum pada
Lampiran II.
Pasal 11
Kebijakan pembangunan KPPK dan DTWK sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10, meliputi:
a. perencanaan pembangunan;
b. penegakan regulasi pelaksanaan pembangunan;dan
c. pengendalian implementasi pembangunan.
Pasal 12
(1) Strategi untuk perencanaan pembangunan KPPK dan
DTWKsebagaimana dimaksud dalamPasal 11huruf a meliputi:
a. menyusun rencana induk KPPK dan rencana detail
pembangunan DTWK; dan
b. menyusun regulasi rencana tata bangunan dan tata
lingkungan (RTBL) KPPK dan DTWK;
(2) Strategi untuk penegakan regulasi pelaksanaan pembangunan
KPPK dan DTWKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 11huruf b
dilakukan melalui monitoring dan pengawasan oleh Pemerintah
Daerah terhadap penerapan Kawasan Pembangunan Pariwisata
Kabupaten.
(3) Strategi untuk pengendalian implementasi pembangunan KPPK
dan DTWKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 11huruf c
dilakukan melalui meningkatkan koordinasi antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku usaha, dan
masyarakat.
Pasal 13
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Pembangunan Daya Tarik Wisata
Pasal 14
Kebijakan pembangunan Daya Tarik Wisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, meliputi:
a. perintisan pengembangan DTWK dalam rangka mendorong
pertumbuhan KPPK;
b. pembangunan DTWK untuk meningkatkan kualitas dan daya
saing produk dalam menarik minat dan loyalitas segmen
pasar yang ada;
c. pemantapan DTWK untuk meningkatkan daya saing produk
dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen
pasar yang lebih luas; dan
d. revitalisasi DTWK dalam upaya peningkatan kualitas,
keberlanjutan dan daya saing produkKPPK.
Pasal 15
(1) Strategi untuk perintisan pengembangan DTWK dalam rangka
mendorong pertumbuhan KPPKsebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14huruf a, meliputi:
a. mengembangkan daya tarik wisata baru di KPPK yang belum
berkembang Kepariwisataannya; dan
b. memperkuat upaya pengelolaan potensi kepariwisataan dan
lingkungan.
(2) Strategi untuk pembangunan DTWK untuk meningkatkan
kualitas dan daya saing produk dalam menarik minat dan
loyalitas segmen pasar yang ada sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14huruf b, meliputi:
a. mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas
daya tarik wisata untuk mendorong akselerasi
perkembangan KPPK; dan
b. memperkuat upaya konservasi potensi daya tarik wisata dan
lingkungan dalam mendukung intensifikasi DTWK.
(3) Strategi untuk pemantapan DTWK untuk meningkatkan daya
saing produk dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan
segmen pasar yang lebih luas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14huruf c, meliputi:
a. mengembangkan diversifikasi atau keragaman daya tarik
wisata; dan
b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi
potensi Kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung
diversifikasi daya tarik wisata.
(4) Strategi untuk revitalisasi DTWK dalam upaya peningkatan
kualitas, keberlanjutan dan daya saing produk KPPK
sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 14huruf d, meliputi:
a. revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang menjadi
penggerak kegiatan kepariwisataan di daya tarik wisata; dan
b. memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi
potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung
revitalisasi daya tarik wisata dan kawasan di sekitarnya.
Pasal 16
DTWK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 17
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pembangunan DTWK tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 18
Arah kebijakan Pembangunan daya tarik sebagaimana dimaksud
Pasal 14sampai denganPasal 17 dilaksanakan dengan
mendasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya
pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik
wisata berkualitas dan berdaya saing, dan pengembangan upaya
konservasi untuk menjaga kelestarian lingkungan, adat, dan
budaya.
Bagian Keempat
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum,
dan Fasilitas Pariwisata
Pasal 19
Arah kebijakan pembangunan prasarana umum, fasilitas umum,
dan fasilitas pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9huruf cmeliputi:
a. pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas
pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan KPPK;
b. peningkatan kualitas prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata yang mendorong pertumbuhan,
meningkatkan kualitas dan daya saing KPPK; dan
c. pengendalian pembangunan prasarana umum, fasilitas umum,
dan fasilitas pariwisata bagi KPPK yang sudah melampaui
ambang batas daya dukung.
Pasal 20
(1) Strategi pembangunan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan
KPPKsebagaimana dimaksud dalam Pasal 19huruf a, meliputi:
a. meningkatkan pemberian insentif untuk pembangunan
prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata
dalam mendukung perintisan DTWK;
b. meningkatkan fasilitasi pemerintah untuk pengembangan
prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata
pariwisata atas inisiatif dunia usaha dan masyarakat; dan
c. merintis dan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum,
dan fasilitas pariwisata untuk mendukung kesiapan dan
meningkatkan daya saing KPPK.
(2) Strategi untuk peningkatan kualitas prasarana umum, fasilitas
umum, dan fasilitas pariwisata yang mendorong pertumbuhan,
meningkatkan kualitas dan daya saing KPPK sebagaimana dalam
Pasal 19huruf b, meliputi:
a. mengembangkan dan menerapkan berbagai skema kemitraan
antara Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat;
b. mengembangkan dan menerapkan berbagai skema
kemandirian pengelolaan; dan
c. mengembangkan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan
berkebutuhan khusus.
(3) Strategi untuk pengendalian pembangunan prasarana umum,
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata bagi destinasi pariwisata
yang sudah melampaui ambang batas daya dukung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19huruf c, meliputi:
a. mengembangkan regulasi pembatasan perijinan untuk
menjaga daya dukung lingkungan; dan
b. mendorong penegakan peraturan perundang-undangan.
Pasal 21
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pembangunan Prasarana Umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas
Pariwisata tercantum dalam Lampiran III yang merupakan satu
kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini.
Bagian Kelima
Pembangunan Aksesibilitas Pariwisata
Pasal 22
Arah kebijakan Pembangunan aksesibilitas dan/atau transportasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9huruf d, meliputi:
a. Pengembangan sarana transportasi dalam mendukung
pengembangan pariwisata Daerah;
b. Pengembanganprasarana transportasi dalam mendukung
pengembangan pariwisata Daerah; dan
c. Pengembangan sistem transportasi dalam mendukung
pengembangan pariwisata Daerah.
Pasal 23
(1) Strategi untuk pengembangan sarana transportasi dalam
mendukung pengembangan pariwisata daerahsebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22huruf a, meliputi:
a. meningkatkan ketersediaan, kapasitas angkut dan keragaman
moda transportasi sebagai sarana pergerakan wisatawan
menuju dan di KPPK sesuai kebutuhan dan perkembangan
pasar;
b. mengembangkan dan meningkatkan kualitas keamanan dan
kenyamanan moda transportasi untuk menjamin keselamatan
perjalanan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan
wisatawan di KPPK sesuai kebutuhan dan perkembangan
pasar; dan
c. mengembangkan sarana transportasi di dan ke KPPK.
(2) Strategi untuk pengembangan prasarana transportasi dalam
mendukung pengembangan pariwisata daerahsebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22huruf b, meliputi:
a. meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan prasarana
simpul pergerakan moda transportasi pada lokasi-lokasi
strategis dan dari pusat-pusat kegiatan pariwisata di KPPK;
b. mengembangkan dan meningkatkan jaringan transportasi
penghubung antara KPPK dengan pintu gerbang wisata dan
keterpaduan jaringan infrastruktur transportasi yang
mendukung kemudahan transfer transportasi antarmoda;
c. mengembangkan kualitas dan kapasitas jaringan transportasi
dan fasilitas persinggahan di sepanjang koridor pergerakan
wisata di dalam KPPK sesuai kebutuhan dan perkembangan
pasar;
d. mengembangkan prasarana transportasi darat dan
penyeberangan di KPPK;
e. mengembangkan prasarana transportasi laut di KPPK; dan
f. mengembangkan prasarana transportasi udara di KPPK.
(3) Strategi untuk pengembangan sistem transportasi dalam
mendukung pengembangan pariwisata daerahsebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf c, meliputi:
a. mengembangkan sistem transportasi darat dan penyeberangan
di KPPK;
b. mengembangkan sistem transportasi laut di KPPK;
c. mengembangkan sistem transportasi udara di KPPK;
d. pembangunan sistem transportasi dan pelayanan terpadu di
KPPK; dan
e. mengembangkan informasi ketersediaan moda transportasi ke
KPPKdan kemudahan reservasi moda transportasi melalui
teknologi informasi.
Pasal 24
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pembangunan Aksesibilitas dan/ atau Transportasi tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataan
Pasal 25
Arah kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9huruf e, meliputi:
a. peningkatan kapasitas masyarakat lokal pelaku usaha bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif melalui pendidikan, pelatihan,
pemagangan dan pendampingan masyarakat;
b. pemberian insentif, dukungan permodalan, kemudahaan usaha,
serta perlindungan pada usaha masyarakat lokal bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif; dan
c. perluasan jaringan produksi dan akses pasar produk dari usaha
masyarakat lokal yang terkait sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif.
Pasal 26
(1) Strategi untuk peningkatan kapasitas masyarakat lokal pelaku
usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, meliputi:
a. memetakan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas
masyarakat lokal dalam pengembangan usaha bidang pariwisita
dan ekonomi kreatif;
b. memberdayakan masyarakat melalui pendampingan
masyarakat, pelatihan, pemagangan dan pendidikan keahlian
ekonomi kreatif yang terstruktur dan berkelanjutan; dan
c. menguatkan kelembagaan usaha bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif berbasis komunitas kampung, masyarakat adat,
dan komunitas sosial keagamaan.
(2) Strategi untuk pemberian insentif, dukungan permodalan,
kemudahaan usaha, serta perlindungan pada usaha masyarakat
lokal bidang pariwisata dan ekonomi kreatif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, meliputi:
a. menyusun regulasi daerah tentang pemberian insentif,
kemudahaan usaha, dan perlindungan bagi pengembangan
usaha masyarakat lokal bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
dan
b. memberikan dukungan permodalan dan perluasan akses
permodalan bagi masyarakat lokal pelaku usaha bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif.
(3) Strategi untuk perluasan jaringan produksi dan akses pasar
produk dari usaha masyarakat lokal yang terkait bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf c, meliputi:
a. mendorong kemitraan antar pelaku usaha bidang pariwisata
dan ekonomi kreatif;
b. memperkuat akses dan memperluas jaringan pemasaran
produk dari usaha masyarakat lokal yang terkait bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif; dan
c. mengembangakan kerjasama budaya lintas kabupaten,
regional, dan nasional.
Pasal 27
Arah Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kepariwisataansebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
Pasal 28
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketujuh
Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata
Pasal 29
Arah kebijakan pengembangan investasi di bidang pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9huruf fmeliputi:
a. peningkatan insentif investasi bidang pariwisata yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
b. peningkatan kemudahan investasi di bidang pariwisata; dan
c. peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata.
Pasal 30
(1) Strategi untuk peningkatan insentif investasi bidang pariwisata
yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29huruf a, meliputi:
a. meningkatkan pemberian keringanan pajak secara gradual
untuk investasi penanaman modal asing di sektor pariwisata;
dan
b. meningkatkan perbaikan jasa pelayanan pajak untuk investasi
penanaman modal asing di sektor pariwisata; dan
c. mengembangkan mekanisme keringanan pajak daerah, retribusi
dan kemudahan perijinan untuk mendorong investasi dalam
negeri di bidang pariwisata.
(2) Strategi untuk peningkatan kemudahan investasi di bidang
pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29huruf b,
meliputi:
a. mengembangkan debirokratisasi investasi di bidang pariwisata;
dan
b. mengembangkan deregulasi peraturan yang menghambat
perizinan.
(3) Strategi untuk peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29huruf c, meliputi:
a. menyediakan informasi peluang investasi di KPPK;
b. meningkatkan promosi investasi Daerah di bidang pariwisata di
dalam negeri dan di luar negeri; dan
c. meningkatkan sinergi promosi penanaman modal di bidang
pariwisata dengan sektor terkait.
Pasal 31
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pengembangan Investasi di Bidang Pariwisata tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
PEMASARAN PARIWISATA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
Pembangunan pemasaran pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b meliputi :
a. pengembangan pasar pariwisata;
b. pengembangan citra pariwisata/branding pariwisata;
c. pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata; dan
d. pengembanganpromosi pariwisata.
Bagian Kedua
Pengembangan Pasar Pariwisata
Pasal 33
(1) Arah kebijakan pengembangan pasar pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf a, dilakukan melalui pemantapan
segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk
pasar sesuai dengan karakteristik destinasi alam dan budaya yang
dimiliki Daerah.
(2) Strategi pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan
pengembangan segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan
kuantitas dan kualitas wisatawan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), meliputi:
a. mengembangkan promosi berbasis tema;
b. perencanaan dan pengembangan strategi bauran pemasaran
untuk pengembangan produk yang berorientasi wisata massal;
c. perencanaan dan pengembangan strategi bauran pemasaran
untuk pengembangan produk yang harus dikendalikan dalam
jumlah dan merupakan wisatawan minat khusus;
d. meningkatkan akselerasi pemasaran dan promosi pada pasar
utama, berkembang, dan baru;
e. mengembangkan pemasaran dan promosi untuk meningkatkan
pertumbuhan segmen ceruk pasar; dan
f. meningkatkan akselerasi pergerakan wisatawan nusantara yang
berasal dari luar daerah.
Pasal 34
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pengembangan Pasar WIsatawan tercantum dalam lampiran III yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Pengembangan Citra Pariwisata/ Branding Pariwisata
Pasal 35
(1) Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf b, dilakukan melalui
pengembangan, pemantapandan pemosisian citra pariwisata
Daerah.
(2) Strategi pengembangan dan pemantapan pemosisian dan citra
pariwisata Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. pengembangan citra pariwisata yang disinergikan dengan citra
pariwisata di destinasi lain di Papua yang sudah dikenal secara
internasional; dan
b. pengembangan paket-paket wisata yang mengacu pada
pengembangan citra destinasi pariwisata yang dipromosikan di
Daerah.
Pasal 36
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
pengembangan citra pariwisatatercantum dalam Lampiran III yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Pengembangan Kemitraan Pemasaran
Pariwisata
Pasal 37
(1) Arah kebijakan pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32huruf c, dilakukan melalui
pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis dan
berkelanjutan.
(2) Strategi pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis
dan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. meningkatkan keterpaduan sinergis promosi dan pemasaran
antar pemangku kepentingan pariwisata Daerah dan nasional;
dan
b. mengembangkan strategi pemasaran berbasis pada pemasaran
yang bertanggung jawab kepada masyarakat lokal, sumber daya
budaya, sumber daya lingkungan dan wisatawan.
Pasal 38
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pengembangan Kemitraan Pemasaran Pariwisata tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Pengembangan Promosi Pariwisata
Pasal 39
Arah kebijakan pengembangan promosi pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf d meliputi:
a. penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata Daerah di
dalam negeri;
b. penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata Daerah di
luar negeri; dan
c. pengembangan media komunikasi pemasaran.
Pasal 40
(1) Strategi penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata
Daerah di dalam negerisebagaimana dimaksud dalamPasal 39 huruf
a, meliputi:
a. menguatkan fungsi dan peran promosi pariwisata dalam negeri;
dan
b. menguatkan fungi Badan Pengelola Pariwisata dalam kerjasama
promosi di tingkat nasional dan daerah.
(2) Strategi penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata
Daerah di luar negeri sebagaimana dimaksud dalamPasal 39 huruf b,
meliputi:
a. menguatkan dukungan, koordinasi, dan sinkronisasi terhadap
promosi pariwisata Daerah di luar negeri;
b. menguatkan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata Daerah di
luar negeri; dan
c. menguatkan kemitraan pelaku promosi pariwisata Daerah di luar
negeri.
(3) Strategi penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata
Daerah di dalam negeri sebagaimana dimaksud dalamPasal 39 huruf
cdilakukan melalui mengembangkan media komunikasi pemasaran
pariwisata yang variatif, inovatif, dan terpadu di Daerah
Pasal 41
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pengembangan Promosi Pariwisata tercantum dalam Lampiran VI yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB V
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
INDUSTRI PARIWISATA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
Pembangunan industri pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf c meliputi:
a. penguatan usaha pariwisata;
b. peningkatan daya saing produk pariwisata;
c. kemitraan usaha pariwisata; dan
d. tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan.
Bagian Kedua
Penguatan Usaha Pariwisata
Pasal 43
(1) Arah kebijakan penguatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 huruf a, dilakukan melalui penguatan regulasi, fungsi,
hirarki, dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri
pariwisata yang berdaya saing dan berbasis pada potensi dan
kreativitas lokal.
(2) Strategi untuk penguatan regulasi dan hubungan antar mata rantai
pembentuk industri pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. mengembangkan skema regulasi di industri pariwisata dalam
rangka menguatkan fungsi hirarki dan hubungan usaha yang
melindungi usaha masyarakat lokal;
b. implementasi produk hukum yang telah dibuat dalam rangka
standardisasi produk, manajemen dan pelayanan industri
pariwisata di bidang pariwisata; dan
c. menguatkan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku
usaha pariwisata dan sektor terkait,
Pasal 44
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Penguatan Usaha Pariwisata tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Peningkatan Daya Saing Produk Wisata
Pasal 45
Arah kebijakan peningkatan daya saing produk wisata dalamPasal 42
huruf b, meliputi:
a. peningkatan kualitas dan keragaman produk-produk usaha pariwisata;
b. pengembangan kapasitas, kualitas fungsi dan layanan pariwisata
terstandardisasi,mengangkat unsur keunikan, kekhasan lokal dan
budaya daerah; dan
c. pengembangan kapasitas dan kualitas jasa dan usaha trasnportasi
yang mendukung kemudahaan menuju KPPK
Pasal 46
(1) Strategi untuk peningkatan kualitas dan keragaman produk-produk
usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalamPasal 45huruf a,
meliputi:
a. meningkatkandaya saing usaha pariwisata;
b. menciptakaniklim usaha yang kondusif;
c. mengembangkankreativitas dan inovasi manajemen atraksi
pariwisata;
d. memperbaikikualitas interpretasi; dan
e. menguatkan kualitas dan pengemasan keunikan dan nilai
otentisitas daya tarik wisata.
(2) Strategi untuk pengembangan kapasitas, kualitas fungsi dan layanan
pariwisata terstandardisasi, mengangkat unsur keunikan, kekhasan
lokal dan budaya daerah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45huruf
b, meliputi:
a. mendorong dan meningkatkan penerapan standar dan sertifikasi
usaha pariwisata;
b. mengembangkan skema fasilitas untuk mendorong pertumbuhan
usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah; dan
c. mendorongpemberian insentif untuk menggunakan produk dan
tema yang memiliki keunikan dan budaya Daerah.
(3) Strategi untuk pengembangan kapasitas dan kualitas jasa dan usaha
trasnportasi yang mendukung kemudahaan menuju destinasi
pariwiwsata, sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 45huruf c,
dilakukan melalui etika bisnis kualitas armada, kapasitas tenaga kerja
dalam pelayanan usaha transprotasi pariwisata.
Pasal 47
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
peningkatan daya saing produk wisata tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Keempat
Kemitraan Usaha Pariwisata
Pasal 48
(1) Arah kebijakan kemitraan usaha pariwisatadalam Pasal 42 huruf c,
dilakukan melalui pengembangan kerjasama antara Pemerintah
Daerah, dunia usaha dan masyarakat.
(2) Strategi pengembangan kerjasama sebagaimana dimaksud ayat
(1),meliputi:
a. menguatkan kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha,
dan masyarakat;
b. menguatkan implementasi kerjasama antar, Pemerintah Daerah,
dunia usaha, dan masyarakat;
c. menguatkan monitoring dan evaluasi kerjasama antara Pemerintah
Daerah, dunia usaha, dan masyarakat; dan
d. pengembangan kerjasama lintas sektor.
Pasal 49
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Kemitraan Usaha Pariwisata tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan
Pasal 50
(1) Arah kebijakan tanggung jawab terhadap lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42huruf d, dilakukan melalui pengembangan
manajemen usaha pariwisata yang mengacu kepada prinsip-prinsip
pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik pariwisata dan
ekonomi hijau.
(2) Strategi untuk pengembangan manajemen usaha pariwisata yang
mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan pariwisata
berkelanjutan, kode etik pariwisata dan ekonomi hijau, sebagaimana
dimaksud ayat (1), meliputi:
a. mendorong tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai
usaha pariwisata; dan
b. mengembangkanmanajemen usaha pariwisata yang peduli terhadap
pelestarian budaya dan alam.
Pasal 51
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB VI
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 52
Pembangunan kelembagaan kepariwisataan Daerah meliputi:
a. pengembangan organisasi kepariwisataan; dan
b. pengembanganSDMPariwisata.
Bagian Kedua
Pengembangan Organisasi Kepariwisataan
Pasal 53
Arah kebijakan pengembangan organisasi kepariwisataan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 huruf a, meliputi:
a. Penguatan Perangkat Daerah yang membidangi urusan kepariwisataan
Daerah; dan
b. pembentukan badan pengembangan pendukung kepariwisataan
Merauke.
Pasal 54
(1) Penguatan perangkat daerah yang membidangi urusan kepariwisataan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf a, dilaksanakan
melalui membentuk Organisasi Perangkat Daerah setingkat Dinas.
(2) Badan pengembangan kepariwisataan Merauke sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 huruf b, terdiri dari: Pemerintah Daerah, dunia usaha,
dan masyarakat.
(3) Pembentukan badan pengembangan kepawisataan Merauke
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b, difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah.
(4) Pembentukan badan pengembangan kepariwisataan Merauke
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b, berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 55
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
pengembangan organisasi kepariwisataan tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Pembangunan Sumber Daya Manusia
Pariwisata
Pasal 56
Arah kebijakan pengembangan SDM Pariwisata sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52huruf b, meliputi:
a. optimalisasi dan akselerasi kompetensi sumber daya manusia
Pemerintah Daerah di bidang kepariwisataan;
b. peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia bidang
pariwisata di dunia usaha dan masyarakat; dan
c. optimalisasikuantitas sumber daya manusia industri pariwisata.
Pasal 57
(1) Strategi untuk optimalisasi dan akselerasi kompetensi sumber daya
manusia pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56huruf a,
meliputi:
a. optimalisasi kapasitas SDM pariwisata; dan
b. Pemetaan kualifikasi kompetensi sumber daya manusia di bidang
kepariwisataan.
(2) Strategi peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
bidang pariwisata di dunia usaha dan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam dalam Pasal 56 huruf b; meliputi:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
memiliki sertifikasi kompetensi di KPPKmeningkatkan kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi
kompetensi di KPPK;
b. meningkatkan kemampuan kewirausahaan bagi masyarakat di
bidang kepariwisataan;
c. mengembangkan perintisan pendirian instituri pendidikan
pariwisata tingkat menengah dan diploma, kerjasama antara
institusi pendidikan dan industri pariwisata;
d. sertifikasi profesi tenaga pendidik; dan
e. akselesarsi kualitas pendidikan pariwisata.
(3) Strategi untuk optimalisasi kuantitas sumber daya manusia industri
pariwisatasebagaimana dimaksud dalam Pasal 56huruf c, meliputi:
a. perencanaan jangka panjang kebutuhan sumber daya manusia
industri pariwisata; dan
b. pemetaandan pengadaan sumber daya manusia industri pariwisata
di tiap-tiap KPPK.
Pasal 58
Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dalam
Pembangunan Sumber Daya Manusia Kepariwisataan tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB VII
PERCEPATAN PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 59
(1) Percepatan pembangunan kepariwisataan Kabupaten Merauke
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), meliputi:
a. prioritas pembangunan kawasan pariwisata Kabupaten;
b. pembentukan badan pengelola pengembangan Pariwisata
Kabupaten;
c. penguatan aksesibilitas laut dan udara nasional dan internasional;
dan
d. penguatanbranding/pencitraan Pariwisata Kabupaten.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 60
(1) Tujuan program percepatan pembangunan kepariwisataan Kabupaten
Merauke sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat 1 untuk
mempercepat pencapaian sasaran pembangunan kepariwisataan.
(2) Kerangka waktu percepatan pembangunan kepariwisataan Kabupaten
Merauke sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam
kurun waktu tahun 2019– 2022.
Bagian Ketiga
Prioritas Pembangunan Kawasan
Pariwisata Kabupaten
Pasal 61
Prioritas pembangunan kawasan kabupaten sebagaimana dimaksud
dalamPasal 59 ayat (1) huruf a meliputi DTWK Kali Weda dan DTWK Pantai
Lampu Satu.
Bagian Keempat
Pembentukan Badan Pengelola Pengembangan
Pariwisata Kabupaten
Pasal 62
(1) Pembentukan Badan Pengelola Pengembangan Pariwisata
Kabupatensebagaimana dimaksuddalam Pasal 59ayat (1) huruf b
terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah;
b. masyarakat dan/atau lembaga swadaya masyarakat;
c. lembaga pendidikan (pendidikan tinggi dan pendidikan non
formal); dan
d. Industri.
(2) Pembentukan Badan Pengelola Pengembangan Pariwisata Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Penguatan Aksesibilitas Laut dan Udara
Nasional dan Internasional
Pasal 63
Strategi untuk penguatan aksesibilitas laut dan udara nasional dan
internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59ayat (1) huruf d,
meliputi:
a. Pengembangan Bandara Internasional Merauke;
b. Pengembangan Pelabuhan Internasional Merauke; dan
c. Pengembangan Merauke sebagai hub pariwisata internasional.
Bagian Keenam
Penguatan Branding/Pencitraan Pariwisata
Kabupaten
Pasal 64
Penguatan penguatan branding/pencitraan Pariwisata Kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59ayat (1) huruf e, dilakukan
dengan pembuatan branding pariwisata Merauke.
BAB VIII
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN DAERAH
Pasal 65
(1) Rincian indikasi program, tahapan, dan sektor yang terkait dengan
Pembangunan Kepariwisataan Daerah sebagaimana dimaksud dalam
dalam Pasal 2 ayat (1) tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
(2) Dalam Pelaksanaan indikasi program pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Organisasi
Perangkat Daerah yang membidangi Kebudayaan dan Pariwisata
sebagai penanggungjawab didukung oleh Organisasi Perangkat
Daerah terkait lainnya.
(3) Masyarakat dan dunia usaha dapat ikut serta dalam
pelaksanaanprogram pembangunan Kepariwisataan Kabupaten
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
BAB IX
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 66
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan RIPPARKAB.
(2) Masyarakat dapat ikut serta melakukan pengawasan terhadap
pembangunan pariwisata Daerah.
(3) Pengawasan dan pengendalian dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 67
(1) Semua peraturan yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan
Daerah yang telah ada masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan atau belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, semua peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pembangunan
kepariwisataan Daerah dalam jangka waktu 2 (dua) tahun wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di Merauke
pada tanggal 17 Desember 2019
BUPATI MERAUKE, CAP/TTD
FREDERIKUS GEBZE
Diundangkan di Merauke
pada tanggal 17 Desember 2019
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MERAUKE
CAP/TTD DANIEL PAUTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2019 NOMOR
4
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE PROVINSI
PAPUA NOMOR 4
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM,
YOSEPH B. GEBZE,SH.,LLM
19760202 200312 1 004

You might also like