You are on page 1of 22

LAPORAN ANTARA

Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

Bab III
KAJIAN KEBIJAKAN TERKAIT

3.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)


KOTA SURAKARTA TAHUN 2005 – 2025
Berdasarkan kondisi, tantangan dan modal dasar yang dimiliki oleh Kota Surakarta,
maka visi dan misi pembangunan jangka panjang untuk kurun waktu 2005 -2025 adalah
sebagai berikut:
SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA
Surakarta sebagai Kota Budaya mengandung maksud bahwa pengembangan Kota
Surakarta memiliki wawasan budaya dalam arti luas, dimana seluruh komponen
masyarakat dalam setiap kegiatannya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, berkepribadian,
demokratis-rasional, berkeadilan sosial, menjamin Hak Asasi Manusia (HAM) dan
menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang berke-Tuhanan Yang
Maha Esa.
Dengan demikian unsur masyarakat dalam pengembangan Kota Surakarta sebagai
Kota Budaya memiliki dimensi utama yaitu secara individu memiliki moral dan perilaku
terpuji, budi pekerti luhur dan secara sosial memiliki budaya komunikasi yang baik,
kekerabatan yang akrab dan wawasan budaya yang luas. Selain itu diupayakan
pelestarian budaya dalam arti melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan seni
dan budaya yang telah ada serta melindungi cagar-cagar budaya.
Mandiri dalam visi itu dapat diartikan bahwa daerah mampu mengatasi berbagai
tantangan yang dihadapi dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri,
dengan mengoptimalkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki. Kemandirian dapat
terwujud melalui pembangunan yang mengarah kepada kemajuan ekonomi yang
bertumpu kepada potensi yang dimiliki dengan didukung oleh sumberdaya manusia yang
berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya.
Kemandirian dalam visi diatas bukan berarti bebas dari segala ketergantungan
kepada pihak manapun, akan tetapi kemandirian yang dimaksud adalah upaya proaktif
dalam mensikapi berbagai perubahan situasi dan kondisi saling ketergantungan yang
terjadi baik antara satu daerah dengan daerah lain dalam satu wilayah atau bahkan dalam
cakupan global antar daerah di seluruh dunia.
Lebih mendasar lagi pada hakekatnya kemandirian mencerminkan sikap seseorang
atau kelompok masyarakat mengenai dirinya dalam menghadapi berbagai tantangan,
yang dapat dibangun menjadi sebuah budaya kemandirian yang tercermin melalui
berbagai aspek kehidupan baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya maupun
pertahanan keamanan.
Maju, bagi suatu daerah dapat ditinjau dari berbagai indikator, antara lain dari
indikator sosial tingkat kemajuan suatu daerah dapat diukur dari kualitas sumber daya

III -
1
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

manusianya yang memiliki kepribadian dan aklaq mulia, berkualitas dengan tingkat
pendidikan yang tinggi yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan daya cipta rasa
dan karsanya dalam mensikapi berbagai tantangan kehidupan. Kualitas SDM secara
universal diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index
(HDI), yaitu pengukuran indeks komposit dari harapan hidup, melek huruf, lama
pendidikan dan standar hidup. HDI ini dipakai oleh negara-negara di seluruh dunia dan
digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara
berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Ditinjau dari aspek kependudukan indikator kemajuan antara lain ditandai dengan
pertumbuhan penduduk yang lebih kecil dan dengan derajat kesehatan penduduk yang
lebih tinggi, yang tercermin dari semakin tingginya angka harapan hidup serta tingginya
kualitas pelayanan sosial.
Ditinjau dari aspek ekonomi kemajuan antara lain ditandai dengan semakin
tingginya tingkat kemakmuran dan pemerataannya. Keterpaduan berbagai unsur ekonomi
yang mampu menghasilkan multiplier dalam mendorong semakin majunya perekonomian
daerah, disamping semakin tertata dan berfungsinya dengan baik berbagai lembaga dan
pranata ekonomi dalam mendukung kemajuan dan stabilitas perekonomian.
Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang baik, kemajuan juga ditandai
dengan semakin mantapnya sistem dan kelembagaan politik termasuk hukum. Selain itu
semua kemajuan juga ditandai dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat termasuk
pengarusutamaan gender dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara; tingginya kualitas infrastruktur; mantapnya keamanan dan ketertiban
masyarakat serta menurunnya tingkat pelanggaran hak asasi manusia;
Sejahtera dalam hal ini memiliki dimensi lahir maupun batin, dimana sejahtera lahir
diartikan terpenuhi segala kebutuhan sandang, pangan dan papan, terpenuhinya
kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan tersedianya lapangan kerja
sehingga dapat meningkatan pendapatan perkapita serta kemampuan daya beli.
Sedangkan untuk sejahtera batin diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan rohaniah dan
kehidupan keagamaan sesuai dengan keyakinan masyarakat masing-masing dengan
tingkat toleransi yang tinggi.
Untuk mewujudkan visi pembangunan di atas ditempuh melalui misi sebagai
berikut:
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas Sumber daya manusia yang
berkualitas ditandai antara lain dengan semakin tingginya rata-rata tingkat
pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat, semakin tingginya kemampuan dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing tinggi yang
dilandasi oleh semakin tingginya nilai-nilai moralitas masyarakat sebagai cermin
masyarakat berbudaya dan berakhlaq mulia sesuai nilai-nilai falsafah Pancasila yang
berlandaskan kepada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan umum Peran dan fungsi pemerintahan
daerah adalah meningkatkan mutu pelayanan umum di berbagai aspek kehidupan

III -
2
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tingginya kualitas pelayanan umum dapat


dinilai berdasarkan indikator-indikator kinerja antara lain seperti akuntabilitas,
responsibilitas, transparansi, efisiensi dan efektivitas pelayanan dan lain sebagainya,
yang kesemuanya berorientasi kepada kebutuhan masyarakat yang dilayani.
3. Mewujudkan keamanan dan ketertiban Keamanan dan ketertiban sangat
menentukan keberhasilan pembangunan di segala bidang. Indikator semakin
mantapnya tingkat keamanan dan ketertiban antara lain ditandai dengan semakin
menurun dan terkendalinya tingkat gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan masyarakat maupun aparat keamanan
dan ketertiban masyarakat di dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan tindak
kejahatan dan kriminalitas; semakin meningkatnya kesadaran dan kepatuhan hukum,
kehidupan berpolitik masyarakat dalam rangka mendukung terciptanya keamanan
dan ketertiban dan meningkatnya ketahanan masyarakat terhadap berbagai
ancaman kejahatan dan kriminalitas;
4. Mewujudkan perekonomian daerah yang mantap Perekonomian daerah yang
mantap sangat menentukan keberhasilan pembangunan daerah. Perekonomian
daerah yang mantap ditandai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan perkapita serta membaiknya struktur perekonomian masyarakat.
Semakin maju dan berkembangnya UMKM dan Koperasi sebagai soko guru
perekonomian daerah; erta semakin berkembangnya berbagai lembaga penunjang
perekonomian daerah;
5. Mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat Lingkungan hidup yang baik dan
sehat ditandai dengan semakin meningkatnya ruang-ruang publik yang dipergunakan
sesuai dengan fungsinya atau peruntukannya; semakin tertatanya infrastruktur kota
yang berkarakter Surakarta (city branded); semakin terkendalinya pemanfaatan
ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK); semakin meningkatnya pola pengembangan dan pengelolaan persampahan
kota; semakin meningkatnya pola pengendalian terhadap pencemaran dan
perusakan lingkungan; semakin optimalnya program-program pengelolaan RTH
(Ruang Terbuka Hijau); meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat;
semakin optimalnya program pengembangan sistem informasi dan sistem
pendaftaran tanah; semakin menurunnya kasus-kasus sengketa atau konflik-konflik
masalah pertanahan.
6. Mewujudkan perlindungan sosial Pembangunan daerah selain telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus senantiasa waspada terhadap
timbulnya ekses sosial semakin maraknya penyandang tuna sosial. Untuk itu proses
pembangunan harus dapat menjamin terciptanya perlindungan sosial bagi seluruh
warga masyarakat dengan melibatkan secara aktif pemberdayaan masyarakat. Hal itu
dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam
menghadapi tantangan global dan pengaruh perdagangan bebas yang sewaktu-waktu
dapat mengintervensi kepentingan dalam negeri.
7. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang cukup dan
berkualitas. Kebutuhan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik semakin

III -
3
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

meningkat seiring dengan perkembangan penduduk dan kemajuan aktivitas sosial


budaya dan ekonomi masyarakat. Untuk itu diperlukan ketersediaan sarana
prasarana perkotaan yang cukup yang meliputi pemenuhan kebutuhan perumahan
layak dan dapat terjangkau, sarana prasarana lingkungan seperti sanitasi, ruang hijau,
air bersih dan persampahan, sarana telekomunikasi, sarana perhubungan dan
transportasi, sarana prasarana berkaitan dengan energi alternatif dan tenaga listrik
yang dibutuhkan masyarakat luas.

3.2 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA


SURAKARTA TAHUN 2010 – 2015
Visi Walikota dan Wakil Walikota Surakarta selama kurun waktu 2010-2015 adalah:
“ Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Kota Dilandasi Spirit
Solo sebagai Kota Budaya ”.
Makna sejahtera memiliki dimensi lahir maupun batin, di mana sejahtera lahir
diartikan sebagai terpenuhinya segala kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan juga
terpenuhinya kebutuhan dasar di bidang pendidikan, kesehatan, dan tersedianya
lapangan kerja sehingga dapat meningkatan pendapatan per kapita serta kemampuan
daya beli. Sedang untuk sejahtera batin diartikan sebagai terpenuhinya kebutuhan
rohaniah dan kehidupan keagamaan sesuai dengan keyakinan masyarakat masing-masing
dengan tingkat toleransi yang tinggi.
Masyarakat Surakarta akan menjadi sejahtera, jika berbagai indikator terkait yang
mendukung peningkatan kesejahteraan, menunjukkan ke arah peningkatan dari waktu ke
waktu. Indikator sosial tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dan daerah dapat diukur
dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya memiliki kepribadian dan aklaq mulia,
cerdas, berkualitas, memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang tinggi sehingga
mampu untuk mengembangkan daya cipta rasa dan karsanya dalam mensikapi berbagai
tantangan kehidupan.
Masyarakat semakin sejahtera jika tingkat kualitas SDM yang secara universal
diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI) semakin tahun semakin meningkat. IPM/HDI merupakan ukuran dalam bentuk
indeks komposit yang menggabungkan Indeks Kesehatan (tingkat harapan hidup), Indeks
Pendidikan (tingkat melek huruf dan rerata lama sekolah), dan Indeks Penghidupan yang
Layak (standar hidup). IPM/ HDI dipakai oleh Negara-negara di seluruh dunia untuk
mengukur kualitas SDM dan juga dapat digunakan untuk mengklasifikasikan suatu negara
ke dalam negara maju, atau negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk
mengukur pengaruh kebijaksanaan ekonomi terhadap peningkatan kualitas hidup.
Spirit Solo sebagai Kota Budaya mengandung maksud bahwa Kota Surakarta akan
dikembangkan sebagai kota yang berwawasan budaya dalam arti yang luas, dimana
seluruh komponen masyarakatnya dalam setiap kegiatannya menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur, berkepribadian demokratis-rasional, berkeadilan sosial, menjamin Hak Asasi
Manusia (HAM) dan menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang

III -
4
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

berke-Tuhanan Yang Maha Esa. Konsep Solo sebagai Kota Budaya juga bermakna bahwa
Solo Masa Depan yang mempunyai Solo Masa Lalu (Solo’s Future is Solo’s Past).
Pengembangan Kota Surakarta sebagai Kota Budaya memiliki dimensi utama yaitu
secara individu mampu menjunjung tinggi moralitas dan perilaku terpuji, budi pekerti
luhur dan secara sosial memiliki budaya komunikasi yang baik, kekerabatan yang akrab
dan wawasan budaya yang luas. Selain itu diupayakan pelestarian budaya dalam arti
melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan seni dan budaya yang telah ada
serta melindungi cagar-cagar budaya.
Misi Walikota dan Wakil Walikota Surakarta selama kurun waktu 2010-2015 adalah
sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan
sektor riil, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)
dengan fasilitasi kredit, menuntaskan penataan PKL, melanjutkan program revitalisasi
pasar tradisional, meningkatkan kemampuan manajemen pedagang pasar serta
mempromosikan keberadaan pasar dan pedagang.
2. Pengembangan budi pekerti, tata krama dan tata nilai budaya Jawa melalui ranah
pendidikan, keteladanan, penyelengaraan event-event dan program-program
pendukung lainnya.
3. Memperkuat karakter kota dengan aksentuasi Jawa dan melestarikan aset-aset
budaya, baik yang tangible (bendawi) maupun intangible (tak bendawi).
4. Meningkatkan pelayanan dan perluasan akses masyarakat di bidang pendidikan,
antara lain dengan program sekolah gratis, sekolah plus, bantuan pendidikan
masyarakat, pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas
tenaga pendidik dan kependidikan.
5. Meningkatkan pelayanan dan perluasan akses masyarakat di bidang kesehatan, di
antaranya melalui program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Surakarta (PKMS),
meningkatkan kualitas kesehatan bersertifikasi ISO, makin memberdayakan Posyandu
Balita dan Lansia, perbaikan gizi masyarakat serta menekan angka kematian ibu dan
bayi.
6. Meningkatkan akses ke lapangan kerja dengan titik berat pada menciptakan
wirausahawan-wirausahawan baru melalui pelatihan, bantuan permodalan dan
membangun jejaring pemasaran produk.
7. Membuka lapangan kerja baru dengan menciptakan iklim investasi yang makin
kondusif (Kota Ramah Investasi) dan suasana kota yang aman dan damai.
8. Meningkatkan sarana dan prasarana kota antara lain jalan dan jembatan, transportasi,
air bersih, sanitasi dan drainase, penuntasan pemugaran Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH), penertiban hunian tak berizin, pengembangan ruang terbuka hijau dan
pengelolaan persampahan
9. Pengembangan brand image kota dengan melakukan penataan kawasan wisata,
budaya dan perdagangan serta meningkatkan event-event bertaraf nasional dan
internasional.

III -
5
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

Tujuan yang akan dicapai dalam dokumen RPJM Daerah Tahun 2010-2015 yang
pada dasarnya merupakan penjabaran dari setiap misi yang lebih spesifik dan terukur
sebagai upaya untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, adalah
sebagai berikut:
Tujuan dari Misi Ke-1 [Ekonomi Kerakyatan]
1. Mengembangkan sektor riil pada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
(UMKMK) untuk semua sektor usaha.
2. Mengembangkan lembaga pembiayaan Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMM).
3. Menata Pedagang Kaki Lima (PKL).
4. Merevitalisasi pasar tradisional.
5. Menyelenggarakan promosi pedagang dan pasar tradisional.
6. Semakin berkembangnya potensi ekonomi mikro masyarakat.
Tujuan dari Misi Ke-2 [Budi Pekerti, Tata Krama dan Nilai Budaya]
1. Mengembangkan budi pekerti, tata krama, dan perilaku berlandaskan filosofi
pengajaran tata nilai Budaya Jawa melalui pendidikan formal, informal dan non formal.
2. Mengembangkan budi pekerti dan tata krama berlandaskan filosofi pengajaran tata
nilai Budaya Jawa melalui keteladanan perilaku pejabat dan masyarakat pada
umumnya.
3. Melestarikan dan mengembangkan pengenalan karakter Budaya Jawa dalam adat dan
seni budaya di masyarakat mulai dari kelurahan.
4. Mengembangkan dan melestarikan penggunaan Bahasa Jawa dalam komunikasi secara
intensif.
5. Mengembangkan produk Budaya Jawa sebagai daya tarik wisata kota.
Tujuan dari Misi Ke-3 [Karakter Kota]
1. Memperkuat karakter kota dengan Aksentuasi Jawa.
2. Melestarikan aset-aset budaya.
3. Menjaga dan melestarkan situs-situs Kebudayaan Jawa.
4. Merumuskan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum dalam
melestarikan budaya.
Tujuan dari Misi Ke-4 [Pelayanan dan Akses Pendidikan]
1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
2. Memperluas akses masyarakat di bidang pendidikan dan berkeadilan gender.
3. Meningkatkan partisipasi pihak swasta (Corporate Social Responsibility/ CSR) dalam
pendanaan pendidikan, terutama untuk pendidikan warga miskin.
Tujuan dari Misi Ke-5 [Pelayanan dan Akses Kesehatan]

III -
6
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai derajad


kesehatan yang tinggi, terutama masyarakat miskin.
2. Meningkatkan manajemen sistem informasi pelayanan kesehatan.
3. Meningkatkan fasilitasi kerjasama dengan Dunia Usaha (CSR) dalam bidang kesehatan.
Tujuan dari Misi Ke-6 [Akses Lapangan Kerja]
1. Meningkatkan lapangan kerja melalui perbaikan sistem informasi dan penyederhanaan
prosedur.
2. Memperluas jejaring pemasaran produk.
3. Mengembangkan inkubator bisnis.
4. Meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat.
Tujuan dari Misi Ke-7 [Penciptaan Iklim Investasi]
1. Meningkatkan investasi melalui perbaikan sistem informasi dan penyederhanaan
prosedur.
2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif.
3. Meningkatan iklim yang kondusif, aman dan damai.
Tujuan dari Misi Ke-8 [Sarana dan Prasarana Kota]
1. Meningkatkan daya dukung sarana-prasarana kota.
2. Meningkatkan akses untuk skala regional, nasional maupun internasional.
3. Menetapkan tata guna lahan yang sesuai daya dukung dan daya tampung.
4. Menangani isu-isu perubahan iklim.
5. Menuntaskan pemugaran Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Tujuan dari Misi Ke-9 [Brand Image kota]
1. Meningkatkan pencitraan dan daya tarik kota.
2. Meningkatkan event-event bertaraf nasional dan internasional.

3.3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 - 2031
3.3.1.Tujuan penataan Ruang Wilayah Kota
Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah untuk mewujudkan kota sebagai kota
budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis
industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga.

3.3.2.Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota


Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kota dilakukan melalui
kebijakan dan strategi penataan ruang kota meliputi:

III -
7
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

a. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang; dan


b. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang.
Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
1. pemantapan peran kota dalam sistem nasional sebagai PKN, yang melayani kegiatan
skala nasional;
2. pengembangan kota sebagai pusat pelayanan Kawasan Andalan Subosukawonosraten
(Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Klaten) dalam peningkatan
ekonomi masyarakat kota; dan
3. pengembangan sistem pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki sebagai kota
budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis
industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga.
Kebijakan pemantapan peran kota dalam sistem nasional sebagai PKN, melayani
kegiatan skala nasional, dilakukan melalui strategi:
a. mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional;
b. mengembangan infrastruktur dalam rangka mendukung kota sebagai pusat dan simpul
utama kegiatan ekspor-impor serta pintu gerbang nasional dan internasional; dan
c. memperkuat kota agar dapat berfungsi dan berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
kreatif dan jasa skala nasional.
Kebijakan pengembangan kota sebagai pusat pelayanan Kawasan Andalan
Subosukawonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan
Klaten) dalam peningkatan ekonomi masyarakat dilakukan melalui strategi:
a. mengembangkan sarana dan prasarana transportasi kota untuk mendukung sektor
industri kreatif dan sektor pariwisata yang melayani Kawasan Andalan
Subosukawonosraten; dan
b. menjalin kerja sama dengan daerah otonom Kawasan Andalan Subosukawonosraten
(Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten) untuk
memantapkan pelayanan dan pengembangan kota.
Kebijakan pengembangan sistem pusat pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki
sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan
berbasis industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga
dilakukan melalui strategi:
a. menetapkan satu PPK yang membawahi 6 (enam) SPK dan beberapa PL yang
dihubungkan melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan merata;
b. menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala
pelayanannya;
c. mengembangkan sistem Transit Oriented Development (TOD) meliputi pembangunan
dan pengembangan terminal/stasiun antar moda pada pusat-pusat kegiatan, stasiun
angkutan jalan rel, shelter angkutan massal jalan raya dan terminal angkutan umum
jalan raya yang terintegrasi dengan pengembangan lahan di sekitarnya; dan

III -
8
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

d. membangun sistem park and ride dengan mengembangkan lahan parkir di pinggir
kota maupun lokasi transfer moda untuk melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan angkutan umum menuju ke tengah kota.
Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi:
1. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; dan
2. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya.
Kebijakan pengembangan kawasan lindung melalui kelestarian fungsi lingkungan
hidup, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup untuk mendukung
pembangunan kota yang berkelanjutan.
Strategi pengembangan kawasan lindung meliputi:
a. menjaga dan mengembalikan fungsi kawasan lindung dari dampak kerusakan
lingkungan;
b. menyediakan RTH kota minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah kota;
c. membatasi perkembangan dan memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang
telah berubah fungsi dan/atau menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya;
d. membatasi pemanfaatan dan mencegah pencemaran air tanah bagi kegiatan industri
kreatif, perhotelan, perdagangan dan kegiatan budidaya lainnya;
e. merevitalisasi kawasan cagar budaya sebagai pusat kegiatan pariwisata, sejarah,
budaya, dan ilmu pengetahuan; dan
f. mencegah pengembangan prasarana di sekitar kawasan lindung dalam rangka
menghindari tumbuhnya kegiatan budidaya yang dapat mendorong alih fungsi
lindung menjadi budidaya.
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :
a. mewujudkan ruang kawasan budidaya yang terintegrasi antar nilai budaya dan
lingkungan (Eco-Cultural);
b. meningkatkan keterkaitan antara kota dengan kabupaten sekitarnya, antar PPK
dengan SPK, antar SPK, dan antar SPK dengan PL;
c. mengembangkan kawasan terbangun kota ke bagian utara wilayah kota;
d. meningkatkan kualitas lingkungan hidup di bagian selatan wilayah kota; dan
e. meningkatkan fungsi kawasan dan pertahanan dan keamanan negara.

Strategi mewujudkan ruang kawasan budidaya yang terintegrasi antar nilai budaya
dan lingkungan (Eco-Cultural) meliputi:
a. mengembangkan kegiatan budidaya yang tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan sesuai potensi dan karakteristik kawasan sehingga mempunyai
daya saing kompetitif dan komparatif berskala regional, nasional, dan internasional;

III -
9
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

b. mengembangkan kegiatan industri kreatif di dalam kawasan beserta infrastruktur


secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian
kawasan dan wilayah; dan
c. mengembangkan sarana kegiatan budidaya untuk menunjang sosial budaya,
pariwisata, ekonomi, olah raga dan ilmu pengetahuan serta teknologi.
Strategi meningkatkan keterkaitan antar kota dengan wilayah kabupaten
sekitarnya, antar PPK dengan SPK, antar SPK, dan antar SPK dengan PL meliputi:
a. meningkatkan aksesibilitas kota terhadap wilayah sekitarnya;
b. mendukung fungsi jalan arteri primer dengan melalui pengembangan arteri
sekunder, kolektor primer dan kolektor sekunder;
c. mengembangkan distribusi jaringan energi dan pelayanan ke seluruh wilayah kota;
d. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi ke seluruh wilayah kota untuk
mendukung pengembangan perdagangan dan jasa;
e. mengembangkan dan meningkatkan pelayanan prasarana sumber daya air ke seluruh
wilayah kota;
f. meningkatkan penyediaan dan persebaran infrastruktur perkotaan ke seluruh
wilayah kota;
g. meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana jalan pejalan kaki pada kawasan
fungsional kota termasuk penyediaan jalur pejalan kaki bagi penyandang cacat;
h. meningkatkan penyediaan jalur evakuasi bencana pada lokasi permukiman padat,
kawasan perdagangan, dan kawasan industri serta menyediakan ruang dan gedung-
gedung pemerintah sebagai titik pengumpulan pengungsi;
i. meningkatkan sistem pengolahan persampahan yang ramah lingkungan;
j. menyediakan ruang untuk kegiatan sektor informal;
k. mengembangkan sistem prasarana drainase terpadu; dan
l. membatasi dan melarang alih fungsi jalur pejalan kaki untuk pusat kota.
Strategi mengembangkan kawasan terbangun kota ke bagian utara wilayah kota
meliputi:
a. mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;
b. menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala
pelayanannya;
c. menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan
kapasitas jaringan jalan di daerah utara.
d. mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum ke arah utara;
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi;
f. mengembangkan kawasan perumahan dengan menerapkan pola pembangunan
hunian berimbang; dan

III -
10
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

g. mempertahankan dan meningkatkan luasan penyediaan RTH.


Strategi meningkatkan kualitas lingkungan hidup di bagian selatan wilayah kota
meliputi:
a. mengarahkan pembangunan gedung secara vertikal;
b. membatasi pembangunan di sekitar kawasan cagar budaya; dan
c. mengendalikan kegiatan pembangunan sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung.
Strategi meningkatkan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara meliputi:
a. mendukung penetapan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus pertahanan
dan keamanan negara;
b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan khusus
pertahanan dan keamanan negara untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
negara;
c. menjaga dan memelihara aset-set pertahanan dan keamanan negara.

3.3.3.Rencana Struktur Ruang


Rencana sistem pusat pelayanan kota, meliputi:
a. PPK, adalah Kecamatan Pasarkliwon, berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan,
perdagangan, budaya, wisata dan industri kreatif.;
b. SPK, meliputi:
1. SPK kawasan I adalah Kelurahan Kemlayan yang melayani sebagian wilayah
Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, sebagian wilayah
Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah Kecamatan Laweyan, dengan fungsi
pelayanan sebagai pariwisata budaya, perdagangan dan jasa, olah raga dan
industri kreatif
2. SPK kawasan II adalah Kelurahan Purwosari yang melayani sebagian wilayah
Kecamatan Laweyan dan sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari, dengan fungsi
pelayanan sebagai pariwisata, olah raga dan industri kreatif.
3. SPK kawasan VI adalah Kelurahan Stabelan yang melayani sebagian wilayah
Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari, sebagian wilayah
Kecamatan Laweyan dan sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon, dengan fungsi
pelayanan sebagai pemerintahan, pariwisata budaya dan perdagangan dan jasa.
c. PL., terdiri dari :
1. PL kawasan I adalah Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Sangkrah dan Kelurahan
Baluwarti, dengan pelayanan pariwisata (budaya), perdagangan dan jasa, olah
raga serta industri kreatif.;

III -
11
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

2. PL kawasan II adalah Kelurahan Sondakan; Kelurahan Jajar dan Kelurahan


Manahan, dengan pelayanan pariwisata, olah raga dan perdagangan/jasa, serta
industri kreatif;
3. PL kawasan III adalah Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Sumber dan Kelurahan
Kadipiro, dengan pelayanan permukiman, perdagangan dan jasa;
4. PL kawasan IV adalah Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Nusukan, dengan
pelayanan permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecil dan industri;
5. PL kawasan V adalah Kelurahan Jebres, Kelurahan Pucangsawit dan Kelurahan
Jagalan, dengan pelayanan pariwisata, pendidikan tinggi dan industri kreatif; dan
6. PL kawasan VI adalah Kelurahan Gilingan, Kelurahan Setabelan, Kelurahan
Kampung Baru, dan Kelurahan Mangkubumen, dengan pelayanan pemerintahan,
pariwisata budaya, perdagangan dan jasa.

3.3.4.Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang wilayah kota, diwujudkan melalui:
a. rencana pengembangan kawasan lindung, meliputi:
1. kawasan perlindungan setempat dalam Pasal 36, meliputi kawasan sempadan
Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali
Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dengan arahan
pengembangan meliputi:
 Sungai Bengawan Solo yang melalui kota memiliki garis sempadan sungai
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul; dan
 Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali
Brojo, Kali Boro, Kali Pelem Wulung yang melalui kota memiliki garis sempadan
sungai sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul.
2. RTH, meliputi penyediaan RTH private (meliputi pekarangan rumah, perkantoran,
pertokoan dan tempat usaha, kawasan peruntukan industri, fasilitas umum) dan
RTH publik (meliputi: RTH taman kota/alun-alun/monument, RTH taman
pemakaman, RTH penyangga air (resapan air), RTH jalur jalan kota, RTH sempadan
sungai, RTH sempadan rel, RTH pada tanah negara dan RTH kebun binatang).

3. kawasan cagar budaya seluas 81 (delapan puluh satu) ha, dengan sebaran lokasi
sebagai berikut:
 Kawasan I seluas 57 (lima puluh tujuh) ha yang tersebar di Kecamatan
Laweyan seluas 4 ha dan Kecamatan Pasarkliwon seluas 53) ha;
 Kawasan II seluas 15 ha, yang tersebar di Kecamatan Banjarsari; dan
 Kawasan VI seluas 9 ha yang tersebar di Kecamatan Banjarsari.

III -
12
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

4. kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan bencana banjir.


b. rencana pengembangan kawasan budidaya, meliputi:
1. kawasan peruntukan industri, meliputi industri rumah tangga (tersebar di
Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon) dan industri kreatif berupa industri batik di
Kecamatan Pasar Kliwon dan Laweyan.
2. kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari pariwisata cagar budaya dan nilai-nilai
tradisiona serta sejarah (terletak di Kecamatan Laweyan, Kecamatan Banjarsari,
dan Kecamatan Pasarkliwon), pariwisata belanja (terletak di Kecamatan Pasar
Kliwon, Laweyan dan Banjarsari) dan pariwisata kuliner (tersebar di wilayah kota)
serta transportasi pariwisata.
3. kawasan peruntukan permukiman;
4. kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;
5. kawasan peruntukan perkantoran;
6. kawasan RTNH;
7. kawasan peruntukan kegiatan sektor informal; dan
8. kawasan peruntukan lain, meliputi:
 pertanian;
 perikanan;
 pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan; dan
 pertahanan dan keamanan.

3.3.5.Kawasan Strategis
Kota Surakarta termasuk dalam kawasan strategis :
a. Kawasan strategis nasional meliputi Kota Surakarta yang merupakan kawasan PKN.
b. Kawasan strategis provinsi yaitu wilayah Kawasan Perkotaan Surakarta – Boyolali –
Sukoharjo – Karanganyar – Wonogiri – Sragen – Klaten (Subosukawonosraten).
c. Kawasan strategis kota meliputi:
1. kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek ekonomi merupakan kawasan
terpadu yang meliputi :
 koridor Jalan Jend. Gatot Subroto dan sebagian ruas Jalan Dr. Rajiman
(Coyudan) Kelurahan Kemlayan-Kecamatan Serengan; dan
 koridor rencana jalan lingkar Utara yang melewati Kelurahan Mojosongo-
Kecamatan Jebres, Kelurahan Nusukan, Kelurahan Kadipiro dan Kelurahan
Banyuanyar-Kecamatan Banjarsari.
2. kawasan strategis dari sudut kepentingan aspek sosial budaya diarahkan di
kawasan Keraton Kasunanan, Keraton Mangkunegaran, dan Taman Sriwedari.

III -
13
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

3. kawasan strategis kota dari sudut kepentingan ilmu pengetahuan di kawasan Solo
Techno Park.
4. kawasan strategis kota dari sudut kepentingan lingkungan di Kawasan Satwa Taru
Jurug.

III -
14
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

III -
15
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

III -
16
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

III -
17
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

3.4 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG


PENANAMAN MODAL
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di
wilayah Daerah.
Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah perseorangan warga Negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah Daerah.
Penanam Modal Asing (PMA) adalah perseorangan warga Negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah
Daerah.
Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Kepastian hukum;
b. Keterbukaan;
c. Akuntabilitas;
d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal penanam modal;
e. Kebersamaan;
f. Efisiensi berkeadilan;
g. Berkelanjutan;
h. Berwawasan lingkungan;
i. Kemandirian; dan
j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah.
Penyelenggaraan penanaman modal bertujuan:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Daerah;
2. Menciptakan lapangan kerja di Daerah;
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha Daerah;
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi Daerah;
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri;
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sasaran penanaman modal:
a. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Daerah;

III -
18
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

b. Meningkatnya lapangan kerja di Daerah;


c. Meningkatnya pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
d. Meningkatnya kemampuan daya saing dunia usaha Daerah;
e. Meningkatnya kapasitas dan kemampuan teknologi Daerah;
f. Berkembangnya ekonomi kerakyatan;
g. Terwujudnya pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri;dan
h. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan dasar penanaman modal meliputi:
1. Promosi penanaman modal;
2. Kemudahan pelayanan;
3. Perlakuan yang sama bagi PMDN dan PMA dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat;
4. Pengembangan dan perlindungan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi;dan
5. Ketenagakerjaan.
Kebijakan dasar diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal.
Promosi penanaman modal dilakukan di dalam negeri dan luar negeri. Promosi
penanaman modal di dalam negeri dilakukan oleh Badan dan/atau bekerjasama dengan
Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, dan/atau Lembaga non pemerintah yang bergerak
dibidang promosi.
Pemerintah Daerah memberikan kemudahan pelayanan dibidang:
a. Informasi bidang usaha
b. Izin prinsip penanaman modal
c. Izin usaha
d. Non perizinan
e. Izin perluasan
Pemerintah Daerah memberikan perlakuan yang sama terhadap PMDN dan PMA.
Kebijakan dasar pengembangan dan perlindungan Usaha Mikro, Kecil, Menengah,
dan Koperasi dilakukan melalui:
a. Penetapan syarat tentang bidang usaha penanaman modal dibidang Usaha Mikro,
Kecil,Menengah, dan Koperasi;
b. Penetapan bidang Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi yang di persyaratkan
dengan pola kemitraan;dan
c. Penetapan bidang usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi yang dipersyaratkan
dengan kepemilikan modal;

III -
19
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

Kebijakan dasar dibidang ketenagakerjaan dilakukan melalui:


a. Menggunakan tenaga kerja daerah sesuai dengan kemampuan dibidang usaha yang
dibutuhkan;
b. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja daerah melalui pelatihan kerja;dan
c. Melakukan alih teknologi melalui pelatihan apabila disamping tenaga kerja daerah
terdapat tenaga kerja asing.
Bidang usaha bagi penanaman modal meliputi:
a. Sektor pendidikan;
b. Sektor kesehatan;
c. Sektor pertanian;
d. Sektor perdagangan dan jasa;
e. Sektor industri, industri kecil dan kerajinan;
f. Sektor kebudayaan dan pariwisata;
g. Sektor perhubungan;
h. Sektor komunikasi dan informatika;
I. Sektor keuangan;dan
j. Sektor pekerjaan umum.
Penanaman Modal dibidang usaha dapat dilakukan dalam bentuk kepemilikan
modal atau saham. Pemerintah Daerah menetapkan lokasi penanaman modal
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah di kawasan budidaya dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah.
Jangka waktu penanaman modal ditetapkan paling lama 30 tahun terhitung sejak
perusahaan berproduksi secara komersial, dan dapat diperpanjang.
Setiap penanam modal yang menanamkan modalnya di Daerah wajib memiliki Izin
penanaman modal dari Walikota. Izin Penanaman Modal terdiri dari :
a. Izin prinsip penanaman modal;
b. Izin usaha.
Setiap penanam modal berhak mendapatkan:
a. Kepastian hukum dan perlindungan;
b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;
c. Pelayanan, kemudahan dan fasilitas penanaman modal.
Setiap penanam modal berkewajiban:
1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

III -
20
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

2. Melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan;


3. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman
modal;
4. Mengutamakan tenaga kerja Daerah;
5. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja Daerah melalui pelatihan kerja;
6. Menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja
Daerah bila menggunakan tenaga kerja asing;
7. Membuat dan menyampaikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal;
8. Mendukung pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi;dan
9. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap penanam modal bertanggung jawab:
a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktek monopoli, dan hal
lain yang merugikan daerah;
c. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;
d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;
e. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban jika penanam modal menghentikan
atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak;
f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitas kepada Penanam Modal berupa
pengurangan, keringanan atau pembebasan pajak daerah dani atau retribusi daerah.
Pemerintah Daerah dapat memberikan kemudahan kepada Penanam Modal berupa:
a. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
b. Penyediaan sarana dan prasarana;
c. Penyediaan lahan atau lokasi;
d. Pemberian bantuan teknis;
e. Percepatan pemberian perizinan.
Penanam modal yang dapat memperoleh fasilitas dan kemudahan adalah yang
memiliki kantor pusat dani atau kantor cabang di Daerah dan sekurang-kurangnya
memenuhi salah satu dari kriteria sebagai berikut:
1. Memberikan konstribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat;
2. Menyerap banyak tenaga kerja lokal;
3. Menggunakan sebagian besar sumber daya lokal;
4. Memberikan konstribusi bagi peningkatan pelayanan publik;

III -
21
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Potensi Kerjasama Daerah Kota Surakarta

5. Memberikan konstribusi dalam peningkatan produk domestik regional bruto;


6. Menjaga dan mempertahankan lingkungan yang berkelanjutan;
7. Menjadi skala prioritas tinggi daerah;
8. Membangun infrastruktur untuk kepentingan publik;
9. Melakukan alih teknologi;
10. Merupakan industri pionir;
11. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
12. Melakukan kemitraan atau kerjasama dengan usaha mikro, kecil, atau koperasi;
13. Menggunakan barang modal, mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
Masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
serta dalam penyelenggaraan penanaman modal dengan cara:
a. Penyampaian saran dan pengaduan;
b. Penyampaian informasi potensi Daerah.
Untuk menunjang terselenggaranya peran serta masyarakat, Badan
menyelenggarakan kegiatan dan memfasilitasi peran serta masyarakat.

III -
22

You might also like