You are on page 1of 12

ANOTASI BIBLIOGRAFI

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM IPS

Oleh:

Elly Apriliani 20420006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

BANDUNG

2023
1. Rofiq, N.,Rafiq, & Muhammad, A.W. (2020) Pembelajaran kontekstual pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) p-ISSN: 2615-0212 | e-ISSN: 2621-2838.

Artikel ini memiliki orientasi penelitian tentang bagaimana menggunakan metode library
research, dengan menelaah beberapa literatur mengenai model pembelajaran konseptual yang
diaplikasikan kedalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan
kependekan dari Ilmu Pengetahuan Sosial, yaitu sebuah bidang ilmu yang mempelajari
bagaimana seorang individu berhubungan dengan individu lainnya baik secara kelompok
kecil maupun secara kelompok besar. Selain itu, bidang ilmu ini mengkaji pola interaksi
manusia, dimana manusia merupan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Integrasi
konseptual dalam pembelajaran ini yaitu dapat menjadi refrensi model pembelajaran dan
diharapkan agar peserta didik dapat memperoleh pemahaman dengan melalui komponen-
komponen yang berada di dalam kontekstual Model Pembelajaran Kontekstual. Kontekstual
berasal dari kata “konteks” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti yaitu
sesuatu yang berhubungan dengan konteks. Model pembelajaran kontekstual merupakan
salah satu model pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan tematik inegratif.Pada
model pembelajaran ini lebih menekankan pembelajaran pada keterkaitan antara materi
pelajaran dengan contoh kehidupan nyata. Sehingga peserta didik dapat bersemangat dalam
memahami proses pembelajaran. Keaktifan peserta didik sangat dibutuhkan dalam
pengembangan pemahaman, tetapi tidak hanya itu saja serta memahami materi dari
lingkungannya.

2. Kadir, A. (2013) Pembelajaran kontekstual di sekolah. Jurnal dinamika ilmu STAIN


Samarinda, Vol.13. No.3, Desember 2013

Di awal pembahasannya artikel ini membahas mengenai permasalahan saat pembelajaran


yaitu sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari
pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa “pada umumnya siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka
pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari“. Oleh sebab itu,
dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah pembelajaran
yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik.
Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar yang
memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran
yang mereka pelajari. Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada
guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi
belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah model belajar baru yang labih memberdayakan peserta
didik. Sebuah model belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi
suatu model pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi dianggap gagal
menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Model pembelajaran yang cocok
untuk hal di atas adalah pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL).
Model kontekstual merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika
anak “bekerja” dan “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
“mengetahuinya”. Pembelajaran tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari
guru kepada siswa, tetapi bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran lebih utama dari sekedar hasil. Dalam hal ini siswa perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi hidupnya
kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh kesadaran.

3. Malik, M.A. (2023). Kajian litelatur penggunaan model pembelajaran kontekstual pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tingkat Sekolah Menengah Pertama. P-ISSN:
2615-0212 | e-ISSN: 2621-2838.

Kajian IPS sendiri yaitu pola interaksi manusia yang berisi dimana manusia itu sendiri
merupakan makhluk hidup yang tidak bisa hidup sendiri. Integrasi konseptual dalam
pembelajaran IPS dapat menjadi referensi model pembelajaran dan diharapkan peserta didik
dapat memperoleh pemahaman dengan melalui komponen-komponen yang berada di dalam
kontekstual.Dalam melakukan pengajaran, guru perlu memiliki penguasaan terkait keilmuan
dan keterampilan dalam mengelola kelas dengan baik dalam hal ini mata pelajaran IPS yang
membuat proses pembelajaran berjalan dengan baik sehingga mencapai suatu tujan
pembelajaran. Guru perlu menggunakan metode-metode yang dapat membuat suasana kelas
menjadi aktif, memotivasi peserta didik untuk belajar dan membangkitkan semangat juga
minat peserta didik dalam melakukan pembelajaran IPS. Berdasarkan kajian literatur,
keterampilan yang harus dimiliki guru pada zaman modern seperti saat ini adalah
keterampilan variasi, yaitu keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap
menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga peserta didik menunjukkan sikap antusias
dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan
pembelajaran. Dalam model-model pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, keterampilan ini sangat diperlukan bagi setiap guru. Sebab Kurikulum Berbasis
Kompetensi mengharapkan peserta didik berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan proses
pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru yaitu
pembelajaran kontekstual yang dalam prosesnya peserta didik tidak hanya belajar terkait
hafalan, namun lebih daripada itu yaitu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan
menghasilkan manfaat yang signifikan terhadap peserta didik.

4. Kahfi, M., Wawat, S., Yeli ,R., & Asep, S. (2021). Efektifitas pembelajaran kontekstual
dengan menggunakan media audio visual dalam meningkatkan motivasi dan prestasi
siswa pada pembelajaran IPS terpadu. Jurnal ilmiah mandala education Vol.7 No. 1.
Januari 2021 p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862.

Motivasi merupakan aspek yang sangat dominan untuk membantu seseorang mencapai
tujuannya. Tanpa adanya motivasi seorang peserta didik tidak mungkin memiliki kemauan
untuk belajar. Dalam rangka membangkitkan motivasi, seorang pendidik harus dapat
menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan peserta didik dengan
demikian peserta didik akan melakukan proses pembelajaran bukan hanya mengejar nilai
semata apalagi hanya untuk mendapat pujian saja, tetapi mereka belajar dengan penuh
kesadaran untuk memenuhi kebutuhannya. Prestasi belajar berkaitan dengan pencapaian
kompetensi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Berdasarkan hasil observasi
disekolah sebagian besar prestasi belajar siswa masih rendah, hal ini ditandai dengan rata-rata
nilai hasil belajar IPS Terpadu yang belum mencapai KKM maka perlu diterapkan suatu
inovasi baru untuk mengoptimalkan proses dan hasil belajar yaitu dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dengan media audio visual yang diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukan penggunaan pendekatan kontekstual
berbantuan media audiovisual lebih efektif meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan
dengan pembelajaran secara konvensional dan lebih memudahkan guru dalam menyampaikan
materi dan peserta didik lebih mudah memahami materi pelajaran. Ada 7 komponen dalam
pendekatan kontekstual (1)kontriktivisme (2)questioning (3)inquiry (4)learning community
(5)modelling (6)reflection (7)autentic assesmen.

5. Kadek, I.D.A., & Gusti, I.N.J. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual
Berbantuan Media Audio-Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Profesi Guru | 94 p-ISSN : 2621-5713, e-ISSN : 2621-5705.

Artikel ini berdasarkan observasi langsung penulis sekaligus peneliti dimana ditemukan
kondisi bahwa guru masih membelajarkan siswa hanya dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Kemudian lingkungan belajar yang hanya berlangsung
di dalam kelas saja membuat pembelajaran menjadi membosankan. Cara-cara ini cenderung
membuat siswa belum bisa menghubungkan antara apa yang dipelajari dan bagaimana
pengetahuan itu digunakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar muatan pelajaran IPS yang
perlu ditingkatkan. Berdasarkan nilai ulangan harian siswa rata-rata hasil belajar IPS siswa
masih berada pada kategori sedang. Jihad (2012: 14) mendefinisikan hasil belajar adalah
pencapaian bentuk perubahan tingkah laku yang cenderung menetap dari ranah kognitif,
afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Belum
optimalnya hasil belajar siswa salah satunya disebabkan oleh suasana pembelajaran yang
tercipta membosankan dan media pembelajaran yang kurang variatif. Melihat kenyataan
tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk perbaikan terhadap proses pembelajaran
IPS agar dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Salah satu pembelajaran yang
diupayakan sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah dengan penerapan model pembelajaran
kontekstual berbantuan media audio visual.

6. Wiem, M., & Sugiharsono. (2014). Penerapan pendekatan kontekstual berbantuan media
untuk peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Jurnal ilmu - ilmu sosial Vol.11 No.1 87-
103.

Jurnal penelitian ini dilatar belakangi lemahnya proses belajar mengajar dikarenakan masalah
yang dihadapi saat proses belajar mengajar salahsatunya karena peserta diidk tidak didorong
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Penggunaan pendekatan, metode, dan strategi
yang tepat merupakan unsur yang sangat signifikan untuk dapat menciptakan pembelajaran
yang aktif, kreatif dan interaktif. Berdasarkan pengamatan peneliti ketikamelaksanakan
observasi di SMP N 1 Wiradesa, dalam proses pembelajaran kurang melibatkan peserta didik
secara aktif dan tidakkontekstual. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan, media yang ada pun belum dioptimalkan penggunaannya dan
kurang bervariasi, yaitu hanya menggunakan power point. Peserta didik tidak dibiasakan
untuk belajar secara kooperatif dan kolaboratif, sehingga kurang kerjasama di antara mereka
dalam memecahkan masalah maupun mengatasi kesulitan belajar. Proses pembelajaran
seperti ini berakibat pada rendahnya kualitas pembelajaran. Pembelajaran menjadi kurang
bermakna, dan minimnya kompetensi yang dikuasai peserta didik sehingga berdampak pada
rendahnya hasil belajar. Salah satu bentuk pendekatan pembelajaran IPS yang diduga tepat
dan mempunyai orientasi terhadap proses serta hasil belajar adalah menggunakan pendekatan
kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL)terbukti
setelah dilakukan tindakan siklus I rerata skor meningkat menjadi 2,98 (Baik), dan setelah
penerapan pendekatan kontekstual diperkuat lagi dengan ditambah media pasar, maka pada
siklus II hasilnya meningkat lagi menjadi 3,72 (Sangat Baik).

7. Kartika, V.N., & Apik, B.S. (2015). Penerapan prinsip prinsip pendekatan pembelajaran
kontekstual pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMPN 2 AJIBARANG. Universitas
Negeri Semarang 2015 ISSN 2252-6684.

Artikel ini mengkaji tentang Penerapan Prinsip-prinsip Pendekatan Pembelajaran Kontekstual


pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di SMP N 2 Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun
Ajaran 2013/2014. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Ajibarang
kecamatan Ajibarang kabupaten Banyumas, Populasi dalam penelitian ini adalah 2 (dua) guru
mata pelajaran IPS dan seluruh siswa kelas VIII di SMP N 2 Ajibarang dengna jumlah siswa
255 siswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random
sampling. Sedangkan sampel yang diambil sejumlah 2 (dua) guru IPS kelas VIII SMP N 2
Ajibarang dan 57 siswa. Variabel dalam penelitian ini yaitu penerapan prinsip-prinsip
kontekstual pada mata pelajaran Viorina Kartika Novelia, dkk / Edu Geography 3 (7) (2015)
8 IPS kelas VIII, dengan sub variabel sebagai berikut. (1) persiapan pelaksanaan
pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran meliputi penerapan prinsip-prinsip kontektual
seperti kontruktivisme, inquiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan
penilaian sebenarnya, (3) sistem penilaian oleh guru yaiatu evaluasi pembelajaran. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode kuisioner (angket), metode wawancara,
metode observasi dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif persentase dan deskriptif kualitatif. Dengan hasil penelitian
penerapan pendekatan kontekstual mendapatkan rata - rata presentase diatas 80% bahkan ada
yang mencapai 90% dan dikategorikan sangat baik.

8. Adwiah,R., Punaji,S., & Sulton (2016). Pengembangan e-Module IPS Dengan Pendekatan
Kontekstual Untuk Siswa Kelas VII Smpk Mater Dei Probolinggo. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 9 Bulan September Tahun
2016 Halaman: 1797—1805. EISSN: 2502-471X

Hampir sebagian sekolah saat ini, masih banyak yang menggunakan buku cetak untuk
pembelajaran IPS. Sebenarnya banyak sumber belajar yang bisa digunakan dan dimanfaatkan
oleh guru untuk menunjang pembelajaran IPS, serta menambah pengetahuan dan wawasan
siswa. Sumber belajar itu bisa berupa lingkungan, dan sumbersumber dari media cetak
maupun non cetak (elektronik). Dengan memanfaatkan sarana teknologi yang tersedia di
sekolah SMPK Mater Dei maka modul yang akan dikembangkan dalam media pembelajaran
berbasis komputer berupa modul elektronik dengan pendekatan kontekstual. Penyajian modul
dalam bentuk elektronik ini tentunya akan menjadi lebih menarik dan memberikan berbagai
kemudahan bagi siswa maupun guru karena di dalam e-module ini akan berisikan gambar,
animasi, audio dan video sehingga dirasa mampu menjelaskan materi yang bersifat abstrak
dan sulit untuk dipahami. Sehubungan dengan permasalahan di atas maka pengembang
tertarik untuk mengembangkan e-module IPS terpadu dengan pendekatan kontekstual.
Pengembangan e-module ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi IPS dan dapat menjadi salah satu sumber belajar bagi guru dan siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VII di SMPK Mater Dei Probolinggo. Pengembangan e-module IPS
terpadu dengan pendekatan kontekstual ini menggunakan model keterpaduan connected.
Kelebihan model ini adalah permasalahan hanya dari satu bidang kajian.

9. Meila, S.R., Nani,S., Rasto., & Ilham, M. (2023). Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa melalui Model Contextual Teaching And Learning. EDUKASIA: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Vol.4, 2 (December 2023): 969-976 971 of 976
ISSN:2721-1150 | EISSN:2721-1169.

Jurnal ini dilatarbelakangi oleh situasi saat ini, yang mana sangat penting untuk mengajarkan
siswa memiliki keterampilan berpikir kritis agar mereka dapat melakukan evaluasi yang baik
terhadap informasi yang mereka terima, membedakan antara fakta dan pembohongan, dan
mengembangkan kemampuan analisis yang mendalam. dalam menghadapi persaingan
nasional dan internasional di era globalisasi, terdapat beberapa keterampilan yang penting
dimiliki oleh siswa sebagai sumber daya manusia. Salah satu keterampilan tersebut adalah
kemampuan berpikir yang mencakup berpikir kritis, pemecahan masalah, kreativitas, dan
metakognisi. definisi berpikir kritis sebagai berikut: (1) Suatu sikap yang menghendaki
pemikiran mendalam mengenai masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman; (2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis;
dan (3) Sebuah keterampilan yang melibatkan kemampuan menerapkan metode-metode
tersebut.kemampuan berpikir kritis mencakup berbagai keterampilan seperti interpretasi,
analisis, inferensi, evaluasi, penjelasan, pengaturan diri, pemecahan masalah, dan sebagainya.
Meskipun pengembangan kemampuan berpikir kritis dianggap sebagai prioritas dalam
kurikulum bagi siswa di berbagai negara, terdapat sedikit penelitian yang secara khusus
mempelajari potensi penggunaan penilaian untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Masih
ada banyak siswa yang memiliki rendahnya kemampuan berpikir kritis.Karena adanya
hambatan ini, siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
dan mereka cenderung merasa bahwa ujian itu sulit.memiliki kemampuan berpikir kritis
sangat penting bagi siswa karena membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir
yang kuat, menyelesaikan masalah, membuat keputusan yang rasional, menganalisis
informasi, memahami konsep secara mendalam, menjadi mandiri dalam pembelajaran, dan
mempersiapkan diri untuk sukses dalam karier profesional.

10. Agustina, L., Suwastika, S., Markus, D., & , Muhardjito. (2019). Pola Perubahan
Kemampuan Argumentasi Ilmiah melalui Model Pembelajaran Kontekstual
Multirepresentasi. Pendidikan Fisika-Universitas Negeri Malang, p-ISSN: 1410-1866, e-
ISSN: 2549-1458.
Kesulitan siswa dalam memahami suatu konsep juga dikarenakan argumentasi ilmiah siswa
yang masih rendah dalam mengevaluasi dan mengonstruk pengetahuan. Argumentasi ilmiah
adalah salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa, karena siswa yang memiliki
kemampuan argumentasi ilmiah yang baik dapat membangun penjelasan untuk menghasilkan
pengetahuan baru. Dari kesulitan-kesulitan yang dimiliki oleh siswa, hendaknya dalam
pembelajaran mampu menggiring siswa menggabungkan kemampuan argumentasi ilmiah
dalam memahami konsep fisika secara utuh. Siswa mampu mengetahui tingkat
pemahamannya sendiri dalam memahami suatu konsep. Membangun pemahaman siswa dapat
dilakukan dengan pembelajaran yang mengajak siswa memahami konsep melalui hubungan
konsep dengan dunia nyata dan masalah yang secara langsung dapat siswa selesaikan.Secara
tidak langsung, pembelajaran kontekstual mengarahkan siswa belajar materi dengan
mengetahui penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Kebermaknaan ini mengantarkan siswa
mampu memahami konsep secara utuh. Proses pembelajaran berlangsung dalam bentuk
aktivitas siswa dan pengalaman kerja, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

11. Ramdani, E. (2018). Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Sebagai
Penguatan Pendidikan Karakter. e-ISSN: 2407-7429 | p-ISSN: 2085-482X.

Pendidikan karakter di Indonesia pada umumnya diintegrasikan dengan mata pelajaran


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Salah satu model pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kontekstual yang
berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal. Selanjutnya, model pembelajaran kontekstual akan
memberikan kemandirian bagi siswa untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang
bersumber pada nilai-nilai hidup di keluarga atau di lingkungan masyarakat. Selain itu model
pembelajaran ini menanamkan nilai-nilai karakter secara langsung melalui pembiasaan
dengan ikut serta dalam kegiatan masyarakat, antara lain kegiatan gotong royong ataupun
rapat warga yang mampu menumbuhkan karakter toleransi dan kerjasama. Penulisan ini
bertujuan untuk memberikan wawasan tentang model pembelajaran kontekstual berbasis
kearifan lokal. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah studi literatur, penulis
mencoba mengembangkan model pembelajaran kontekstual yang dikaji dari berbagai
referensi yang relevan. Melalui model ini siswa diharapkan mampu membuat sebuah produk
pembelajaran berupa jurnal harian yang berisi nilai-nilai karakter yang terdapat di lingkungan
keluarga atau masyarakat.
12. Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and learning / CTL ) dan
penerapannya dalam KBK. Malang : Penerbit Universitas Malang. ISSBN : 979-495-
597-3

Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari - hari dengan melibatkan ketujuh komponen utama pembelajaran
afektif yaitu kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan dan
penilaian yang sebenarnya atau authentic assesment. Dengan demikian dalam kegiatan
pembelajaran perlu adanya upaya membuat pembelajaran lebih mudah, sederhana, bermakna,
menyenangkan agar siswa lebih mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami
permasalahan dan pengetahuan serta dapat mengkontruksi sendiri pengetahuan barunya
secara aktif, kreatif dan produktif untuk mencapai usaha tersebut segala komponen
pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual

13. Utaminingsih, S. & Khusna, N. 2019. Model Contextual Teaching And Learning
berbasis kearifan lokal Kudus.

Model pembelajaran kontextual teaching and leraning berbasis kearifan lokal merupakan
sebuah inovasi pembelajaran yang tetap memperhatikan lingkungan sekitar dengan
pengintegrasian kearifan lokal sebagai upaya peningkatan kemampuan kognitif siswa
sekaligus pengenalan kearifan lokal sehingga siswa bangga dan dapat mengembangkan
kearifan lokal di setiap daerahnya. Selain itu pembelajaran tsb dapat meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan, wawasan, nilai dan karakter bahkan pewaris budaya maka
dari itu dalam buku ini dimuat teoritik maupun praktik pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning berbasis kearifan lokal
yang dimana memuat secara lengkap mengenai konsep, hakikat, teori, karakteristik,
komponen, sampai panduan perencanaan dimulai dari RPP, Silabus, Bahan ajar sampai
Penilaian ( evaluasi pembelajaran).

14. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual konsep dan aplikasi. Bandung :
Reflika Aditama. ISBN : 987 - 602- 8650-21-2.
Pendekatan kontekstual merupakan wujud realitas dilapanga menunjukan beberapa kendala
terkait pemahaman dan kemampuan praktis guru dalam mengembangkan materi. Dan juga
pendekatan ini mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari
- hari baik dalam kehidupan masyarakat keluarga, sekolah, maupun warga negara dengan
tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Selain itu, pembelajaran
kontekstual difokuskan pada pengalaman hidup ( reacting ), belajar dan menemukan
( experience ), belajar berkomunikasi dan berbagi ( cooperating ) , belajar penggunaan
pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru ( transfering ).karakteristiknya pun
meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan ( relating ), konsep pengalaman
langsung ( experiencing ), konsep aplikasi (applying), konsep kerjasama ( kooperating ),
konsep pengaturan diri ( self-regulation), dan konsep penilaian autentik ( autentic assesment )

15. Aqib, Zaenal,. Buku Model - Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
( Inovatif). Yrama Wudya. ISSBN : 987-979-077-671-5.

Pada dasarnya, pembelajaran merupakan sarana pembekalan diri untuk memecahkan berbagai
persoalan hidup. Tentunya metode pembelajaran kontekstual ini sangat relefan dengan tujuan
utama pembelajaran dimana pada hakikatnya manusia belajar dari pengalaman. Dalam proses
pembelajaran diperlukan motivasi dan potensi masing - masing peserta didik. Dorongan
tersebut memerlukan keterlibatan guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen, guna menggali
potensi yang ada pada setiap individu melalui model - model pembelajaran, media
pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Di dalam buku ini terdapat berbagai tema mengenai
model - model pembelajaran, media pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang
komunikatif. Hal ini dapat diaplikasikan oleh para penyelenggara pendidikan dalam kegiatan
di sekolah. Penyajian yang sederhana namun bermakna diharapkan dapat membantu lebih
berinovasi dalam pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik menggali potensinya.
Dengan pendekatan kontekstual yang ideal, orientasi hasil atau prestasi yang diharapkan
penyelenggara pendidikan dan peserta didik dapat tercapai dengan baik. Ataupun manfaat
lainnya dapat memecahkan masalah hidup melihat dan mengevaluasi dari pengalaman hidup.

16. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21
Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor Galia Indonesia
Buku ini mengetengahkan seperangkat rencana, strategi, dan model pembelajaran serta
langkah - langkah praktis untuk dapat digunakan, dijadikan acuan, pedoman, serta pegangan
dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 diarahkan
untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka memiliki
kompetensi yang diharapkan. Yang bermaksud menghasilkan insan indonesia yang produktif,
kreatif , inovatif, dan afektif melalui pengetahuan sikap/ attitude ( tahu mengapa ),
keterampilan / skill ( tahu bagaimana ), dan pengetahuan / knowledge ( tahu apa ) yang di
integrasi. Maka dari itu diperlukan pendekatan saintifik yang menggunakan model
pembelajaran berbasis pengalaman ( apa yang telah dialami ) oleh peserta didik umumnya
dengan merancang kegiatan belajarmengajar dengan macam - macam strategi dan teknik
pembelajaran agar ketika proses dan hasil pembelajaran siswa meningkat dengan
pembelajaran yang efektif.

You might also like