You are on page 1of 5

TUGAS TERSTRUKTUR

Studi Kasus Permasalahan Peserta Didik


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
yang Diampu Oleh Dosen Dr. Naharus Surur, M.Si.

Disusun Oleh:
Nafla Nisrina Khusna
K5418051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
 STUDI KASUS
Contoh Masalah Bidang Sosial Peserta Didik :
Sering Membolos Sekolah dan Tidak Suka Belajar

1. Identitas Subyek Kasus


Nama Inisial :T
TTL : Ponorogo, 4 Oktober 2003
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Hobi : Menonton TV
Cita-Cita : Pengusaha
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Alamat Rumah : Beji, Andong, Boyolali
Kelas : XI IPS 3
2. Identitas Kedua Orang Tua
a) Ayah
Nama inisial :A
TTL : Boyolali, 19 Agustus 1975
Alamat rumah : Beji, Andong, Boyolali
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Bangunan
b) Ibu
Nama inisial :S
TTL : Ponorogo, 8 September 1973
Alamat rumah : Beji, Andong, Boyolali
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
1. Deskripsi Masalah
Subyek kasus yaitu T merupakan siswa Kelas XI SMA, berasal dari kelurga dengan
ekonomi menengah kebawah, bapak T merupakan pekerja bangunan dan ibunya
merupakan Ibu rumah tangga. T merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, kakak pertamanya
sudah bekerja dan hanya lulusan SMP sedangkan adiknya masih SD. Bapak dan ibu dari T
juga tidak mengenyam pendidikan sampai selesai, ibu dari T bahkan hanya lulusan SD.
Permasalahan dalam T adalah sering membolos sekolah sampai berhari-hari dan hanya
berdiam di rumah saja, bahkan T ada keinginan untuk putus sekolah. T merasa bahwa dia
tidak dapat mengikuti pelajaran dan tidak suka belajar, lebih menyukai bermain atau
berdiam diri di rumah dan menonton televisi.
2. Identifikasi Kasus
Berdasarkan masalah yang telah dijabarkan diatas bahwa T tidak suka belajar dan sering
membolos sekolah, dapat diidentifikasi bahwa ketika T tidak ingin bersekolah dan belajar
di kelas ada hal atau faktor yang mendukung T untuk membolos dan tidak bersekolah.
Faktor pemicu yang menyebabkan T enggan bersekolah dapat diakibatkan oleh lingkungan
sekitar sekolah, Pergaulan dalam lingkup sekolah yang mencakup teman-teman, suasana
lingkungan sekolah termasuk guru dan warga sekolah atau faktor penghambat dari diri
siswa sendiri, penyebab karena malas, atau faktor dari keluarga yang terkesan tidak tegas
akan pendidikan anak, atau faktor lain seperti pergaulan T di luar lingkungan sekolah.
3. Analisis Data
Pada tahap analisis data, mencari data dengan mencari informasi dari teman
sekelas, teman satu sekolah yang dekat dengan R, guru yang ada disekolahnya termasuk
guru yang mengajar mata pelajaran dan wali kelas, juga mencari informasi dari keluarga,
saudara-saudaranya dan teman dilingkungannya. Data dan informasi yang dicari dapat
berupa pendapat atau observasi lingkungan pelaku sehari-hari disekolah ataupun diluar
sekolah.
4. Sintesis
Dari beberapa identifikasi dan analisis data yang diperoleh, dapat dihubungkan
bahwa si anak memiliki permasalahan dengan keinginan belajar dari sendiri dan pengaruh
lingkungan. Obyek yakni T lebih menyukai berada di rumah atau bermain dengan teman
di lingkungan sekitar daripada belajar dan pergi kesekolah. Si T juga memiliki
permasalahan terkait dengan kegiatan belajar di sekolah yang di tambah dengan lingkungan
sekitar yang mendukung T untuk membolos dan tidak belajar.
5. Diagnosis
Diagnosis adalah langkah untuk mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari
masalah yang sedang dihadapi oleh subyek kasus. Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab T senang membolos dan
tidak mau belajar :
Faktor dari dalam diri :
- Mudah bosan saat berada di kelas
- Tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik
- Mudah hilang konsentrasinya saat belajar
- Berpikir bahwa sekolah hanya membuang-buang waktunya saja
- Lebih menyukai bermain di luar atau berdiam diri di rumah saja
- Jika bermain dengan teman di lingkungan sekitarnya bisa sampai lupa waktu
Faktor dari luar diri :
- Orang tua T yang bersikap tidak peduli saat T membolos dan tidak tegas
- Keadaan Lingkungan sekolah yang tidak nyaman bagi T
- Pertemanan di sekolah T
- Lingkungan pertemanan sekitar rumah T yang menurut T membuatnya nyaman
- Adanya ajakan dari teman T untuk tidak bersekolah saja dan membolos
6. Prognosis
Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila permasalahan yang
dihadapi siswa tidak segera mendapat bantuan
- Ketinggalan pelajaran di sekolah
- Bisa tidak lulus ujian dan naik kelas
- Prestasi belajar semakin menurun
- T bisa putus sekolah karena enggan menyelesaikan pendidikannya
7. Treatment
Dengan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling, baik secara individual,
kelompok maupun klasikal, yaitu guru BK mendatangi T dan mengadakan sesi konseling
individu untuk mengetahui penyebab secara pasti T enggan bersekolah dan mencari solusi
secepat mungkin dengan guru maple yang mengajar T atau wali kelasnya. Apabila
permasalahan sudah semakin rumit seperti T yang terus membolos dan enggan sama sekali
untuk masuk ke sekolah, dapat dilakukan solusi dengan melakukan pendekatan kepada T
yakni guru BK yang dapat bekerja sama dengan Wali kelas ataupun Guru kesiswaan untuk
berbicara dengan Orang tua dari T agar T mau bersekolah lagi dan tidak membolos.
Apabila dari Orang tua juga kesulitan untuk membujuk T, guru BK atau perwakilan guru
lain dapat mendatangi kediaman T dan mengajak atau berdiskusi dengan T agar mau
kembali bersekolah dan tidak bolos lagi apalagi sampai putus sekolah.
8. Follow Up
Usaha yang berisikan kegiatan lanjutan dari usaha yang telah diberikan, agar dapat
mengetahui efektifitas bantuan yang diberikan. Usaha lanjutan ini apabila T sudah mau
bersekolah lagi, guru bk beserta wali kelas dan guru maple terus mengawasi T agar tetap
mempunyai keinginan untuk sekolah dan mengadakan sesi konsuling untuk T secara rutin
sampai dirasa T sudah tidak memiliki keinginan yang sangat besar untuk membolos dan
putus sekolah dan mau meneruskan jenajang pendidikan sampai lulus SMA.

You might also like