You are on page 1of 36

Practice Business Plan Apotek PERMATA

Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN
OPERASIONAL PRAKTIK PELAYANAN

3.1 Skema Konseptual


3.1.1 Pelayanan Obat dengan Resep dan Salinan Resep
Pelayanan obat dengan resep dan salinan resep merupakan pelayanan terhadap
pembelian obat dengan menggunakan resep dari dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dan dokter hewan atau salinan resep dari apotek lain ataupun dari
fasilitas kesehatan lainnya. Pasien datang ke apotek dengan membawa resep dari
dokter yang kemudian ditebus untuk memperoleh obat. Prosedur pelayanan obat
dengan resep dan salinan resep di Apotek PERMATA dilakukan sesuai SOP
(Standard Operating Procedure) yang akan dibuat dan disesuaikan dengan PMK
No 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Berikut ini
adalah Prosedur pelayanan obat dengan resep dan salinan resep di Apotek
PERMATA :
3.1.1.1 Penerimaan Resep
Alur penerimaan resep adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Resep
Pengkajian resep dilakukan saat menerima resep dari pasien. Pengkajian
resep berguna untuk mengecek kelengkapan resep dan memutuskan
apakah resep tersebut akan dilayani atau tidak . Kelengkapan resep yang
diperiksa meliputi :
a. Kajian administratif,
Untuk pasien yang datang dengan membawa resep maka pengkajian
yang dilakukan meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat
badan; nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor
telepon, dan paraf; serta tanggal penulisan resep.
Untuk pasien yang membawa salinan resep maka pengkajian yang
dilakukan meliputi nama dan alamat apotek harus jelas dan benar, nama
dan nomor SIPA apoteker harus ada, paraf apoteker dan stempel apotek,

62
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

tanggal penulisan dan pembuatan resep, nam dan alamat pasien, nomor
telepon pasien.
b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan,
stabilitas, dan kompatibilitas (ketercampuran obat).
c. Pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat;
aturan, cara, dan lama penggunaan obat; duplikasi dan/ polifarmasi;
reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain); kontraindikasi; dan interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian, maka
apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
2. Pemeriksaan ketersediaan Obat
Obat yang tertulis pada resep diperiksa ketersediaannya di apotek. Apabila obat
yang diminta tidak ada, maka alternatif langkah yang dapat dilakukan,
mengganti dengan obat generik atau obat dengan nama dagang lain yang
memiliki bahan aktif yang sama dengan persetujuan dokter dan atau pasien,
dilayani sesuai ketersediaan apotek dengan dibuatkan turunan resep, dicarikan
ke apotek lain.
3. Patient assesment
Saat patient assessment juga dapat ditanyakan mengenai three prime questions,
yaitu apa yang disampaikan dokter tentang obatnya, apa yang dijelaskan dokter
tentang cara pemakaian obatnya, dan apa yang dijelaskan dokter tentang hasil
yang diharapkan setelah menerima terapi obat tersebut. Dari hasil skrining
resep dan patient assessment, maka apoteker memutuskan apakah resep akan
dilayani atau tidak.
4. Menetapkan harga obat
Apoteker akan menghitung jumlah obat yang diperlukan kemudian dihitung
harganya kemudian beritahukan kepada pasien berapa total harga ang arus di
bayar. Apabila ternyata pasien tidak dapat membeli semua obat yang dituliskan
diresep, maka diberi alternatif sebagai berikut :
a Untuk mengganti obat dengan obat generik atau obat lain yang memiliki
bahan aktif sama dengan harga yang lebih murah atas persetujuan pasien
dan atau dokter.

63
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

b Dilayani sesuai kemampuan pasien dengan memberikan turunan resep


sehingga sisa obat dapat dibeli kembali di apotek. Obat yang terlebih dahulu
dapat ditebus oleh pasien disesuaikan dengan terapi mana yang harus
didahulukan untuk pasien Pasien juga diingatkan untuk segera menebus
turunan resep di apotek segera sebelum obat yang habis.
Setelah pasien setuju dengan harga obat yang telah ditetapkan, tahap
berikutnya adalah dilakukan pembayaran secara tunai dan pemberian nomor
resep serta nomor tunggu pasien. Pembayaran dilakukan secara tunai dan bila
pasien meminta bukti bisa diberi nota/kwitansi.
3.1.1.2 Dispensing
a. Pengambilan Obat
Pada obat racikan, maka pengambilan dan peracikan obat dilakukan
oleh AA/Apoteker, sedangkan jika obat bukan racikan, maka obat perlu
diambil saja sesuai dengan resep dan harus dihitung dengan benar.
Setiap pengambilan obat dicatat di kartu stok yang meliputi tanggal,
nomor resep, jumlah obat yang diambil, sisa obat, dan paraf. Pada saat
mengambil obat perhtikan nama obat, tanggal kdaluarsa dan keadaan
fifik obat.
b. Peracikan
Pada obat racikan, setelah pengambilan obat dilakukan pemeriksaan
kembali dan perhitungan jumlah obat yang diambil oleh AA/Apoteker.
Setelah selesai, kemudian AA/Apoteker memberikan paraf dan
selanjutnya dilakukan peracikan. Untuk obat racikan (puyer, kapsul)
pada belakang etiketnya tertulis jumlah kapsul atau puyer yang harus
dibuat. Perhatikan bobot masing-masing puyer atau kapsul yang akan
dibuat, tambahkan pengisi bila bobot puyer atau kapsul terlalu kecil dan
bila bahan aktif obat dalam puyer rasanya pahit.
c. Penyiapan Etiket/Penandaan Obat dan Kemasan
Obat yang telah siap dimasukkan dalam wadah kemudian diberi etiket
(etiket putih untuk obat yang masuk ke saluran cerna dan etiket biru
untuk obat luar). Etiket harus jelas dan mudah dibaca, kemudian obat

64
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

dikemas dalam kemasan yang rapi. Etiket berisi identitas apotek, nama
apoteker, nomor resep, tanggal peracikan, nama pasien, dan cara pakai.
d. Pembuatan Salinan Resep dan Bukti Bayar (Kwitansi, Nota)
- Pembuatan salinan resep dilakukan jika obat tidak diambil
seluruhnya atau pasien meminta salinan resep dan salinan resep
harus ditandatangani oleh Apoteker. Pembuatan kuitansi/nota bagi
pasien yang minta disertai rincian obat dibaliknya.
Obat yang sudah dikemas dan diperiksa kemudian diserahkan kepada
pasien dengan tahapan sebagi berikut :
a. Memeriksa kembali obat yang akan diserahkan ke pasien meliputi:
kesesuaian nama obat, kekuatan obat, bentuk dan jenis sediaan, dosis,
jumlah sediaan, aturan pakai, nama pasien (pada etiket), serta label obat
b. Pasien dipanggil sesuai nama dan alamat/nomor resepnya serta nomor
tunggunya untuk menghindari terjadinya kesalahan penyerahan obat jika
kebetulan ada pasien dengan nama yang sama. Kemudian diminta nomor
resepnya untuk dicocokkan.
c. Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang nama
obat, bentuk dan jenis sediaan, indikasi, dosis, jumlah, aturan pakai, lama
penggunaan, cara penyimpanan, efek samping yang mungkin timbul dan
cara mengatasinya, makanan dan minuman yang perlu dihindari jika ada.
Pasien juga akan diberi lembar informasi pasien jika diperlukan. Untuk
resep yang diambil sebagian, dianjurkan segera diambil sebelum obat
habis, terutama untuk antibiotika. Perlu disampaikan juga terapi non obat
yang dapat dilakukan untuk menunjang kesembuhan penakit.
d. Untuk obat yang dikirim ke rumah maka dilakukan penyerahan dengan
memberikan catatan khusus untuk penjelasan obat dan dicantumkan nomor
telepon apotek bila pasien masih ada pertanyaan tentang obat yang
dikonsumsi. Pengiriman obat disertai dengan buku pengiriman obat yang
berisi nama dan alamat pasien serta keterangan jumlah uang yang harus
dibayar, tanda tangan penerima obat.
e. Rekam Pengobatan Pasien (Patient Medication Record atau PMR)

65
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Dilakukan pencatatan meliputi nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir,


alamat, telepon, riwayat alergi, dan riwayat penyakit. Lembar catatan
pengobatan pasien memuat tanggal dan nomor resep, keterangan dokter
penulis resep, nama obat, aturan pakai, identifikasi DTP dan
penyelesaiannya, follow up, dan paraf. PMR yang dibuat terdiri dari dua
buku, satu buku disimpan di apotek sebagai arsip sementara buku yang
lain diberikan pada pasien untuk dibawa bila pasien tersebut membeli obat
di apotek baik dengan resep maupun swamedikasi atau ke dokter untuk
berobat. Kriteria pasien yang diberi PMR antara lain:
1. Pasien dengan penyakit kronis atau membutuhkan pengobatan dalam
waktu yang lama (misal diabetes, hipertensi, penyakit jantung)
2. Pasien yang memperoleh atau mengambil 5 macam obat atau lebih
dalam 1 resep (pengobatan yang kompleks)
3. Pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu dan
pasien lansia.
4. Pasien yang memperoleh terapi pengobatan jangka panjang, misal
pasien epilepsi.
3.1.1.3 Pengumpulan Resep untuk Didokumentasikan
Resep dikumpulkan kemudian dipisahkan berdasarkan resep biasa atau
resep narkotika/psikotropika. Data resep kemudian dimasukkan pada arsip,
sebelum disimpan dalam lemari resep.
3.1.2 Pelayanan Obat Non Resep
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.919/MenKes/Per/X/1993 swamedikasi adalah upaya seseorang dalam
mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi terlebih dahulu ke
dokter. Apoteker berkewajiban untuk memilihkan obat yang tepat sesuai gejala
yang dialami pasien dan memastikan bahwa obat yang diberikan dapat digunakan
secara aman dan efektif.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.919/MenKes/Per/X/1993 pasal 2 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep adalah sebagai berikut :

66
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan wanita hamil, anak di bawah usia


2 tahun, dan orang tua di atas usia 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat yang dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
4. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia
5. Obat yang dimaksud adalah obat yang memiliki risiko khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Pelayanan obat tanpa resep hanya dapat dilakukan untuk obatt-obat
golongan tertentu diantaranya :
1. Obat-obat bebas, yaitu obat-obat yang boleh dibeli tanpa resep dokter dan
ditandai dengan label hijau pada kemasannya.
2. Obat bebas terbatas, yaitu obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter
dengan disetai peringatan dan ditandai dengan label biru pada kemasannya.
3. Obat wajib apotek (OWA), yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter oleh apoteker di apotek.
Pelayanan obat tanpa resep di apotek dapat dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Penerimaan pasien yang datang dengan keluhan
Apabila ada pasien yang datang dengan keluhan dan menanyakan obat yang
sebaiknya digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan patient assestment dengan metode WWHAM
a. W (who is the patient)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui siapa yang sakit atau
siapa yang akan menggunakan obat tersebut. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan pemberian informasi yang akan diberikan karena
terdapat perbedaan antara pemberian informasi langsung ke pasien
dengan pemberian informasi melalui orang ketiga.
b. W (what are the symptoms)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mempermudah pemilihan obat yang
lebih tepat untuk gejala (symptoms) yang diderita oleh pasien. Oleh

67
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

karena itu diperlukan kerja sama dari pasien untuk menceritakan


keluhan apa saja yang sedang dirasakan oleh pasien.
c. H (how long have the symptoms been presented)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui sudah berapa lama pasien
merasakan keluhan tersebut.
d. A (action been taken)
Apoteker menanyakan tindakan apa saja yang telah dilakukan pasien
untuk mengatasi keluhannya serta hal-hal apa saja yang dapat
meringankan atau memperberat keluhan tersebut. Pertanyaan ini
ditujukan untuk mengetahui apakah pasien sudah minum obat untuk
mengatasi keluhan yang dirasakan sehingga bisa dijadikan referensi
untuk pemilihan obat berikutnya.
e. M (medication being taken)
Pertanyaan ini ditujukan untuk mengetahui apakah pasien saat ini
sedang menggunakan obat lain karena dapat mempengaruhi
pemilihan obat untuk pasien.
b. Memastikan bahwa keluhan tersebut layak untuk dilakukan pengobatan
sendiri atau harus dirujuk ke rumah sakit/dokter.
c. Membantu pasien dalam memilih terapi yang sesuai untuk mengatasi
keluhannya. Terapi tersebut dapat berupa pemberian obat maupun non
obat.
d. Apabila terapi dengan obat diperlukan, maka apoteker membantu dalam
memilih obat yang sesuai dengan kondisi fisiologi pasien.
e. Memberikan informasi tentang beberapa alternatif obat yang dapat
digunakan yaitu meliputi nama dagang, kandungan bahan aktif, indikasi
beserta harganya.
f. Memberikan informasi cara pemakaian, dosis, frekuensi, waktu
penggunaan, kemungkinan efek samping, dan cara penyimpanan obat
kepada pasien.
g. Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan tersebut hanya dapat
dilakukan dalam waktu tertentu dan apabila terapi tidak menunjukkan
perbaikan maka harus segera dirujuk ke dokter.

68
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

2. Penerimaan pasien yang hendak membeli obat tertentu


Apabila ada pasien yang datang hendak membeli atau berkonsultasi
mengenai produk obat tertentu, maka langkah-langkah yang dilakukan
adalah :
a. Apabila pasien sudah pernah menggunakan produk tersebut sebelumnya,
maka hal-hal yang perlu ditanyakan adalah :
1. Keluhan apa yang akan diobati dengan obat tersebut
2. Hasil terapi yang dahulu dirasakan oleh pasien setelah menggunakan
obat tersebut an efek lain setelah menggunaan obat tersebut.
3. Apakah obat tersebut digunakan bersama dengan obat-obat lain
b. Apabila pasien belum pernah menggunakan obat-obat tersebut
sebelumnya, maka hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:
1.Keluhan apa yang akan diobati dengan obat tersebut
2.Mengapa pasien memilih menggunakan obat tersebut
3. Bagaimana pasien mengenal obat tersebut (iklan, rekomendasi
kerabat,dll)
4. Apakah pasien sudah mengetahui cara pemakaian obat tersebut
Apabila jenis obat yang akan digunakan oleh pasien telah ditetapkan
maka petugas menginformasikan harganya dan pasien membayar obat tersebut
pada kasir. Obat yang dimaksud diambilkan dan diserahkan kepada pasien
disertai dengan pemberian informasi yang diperlukan. Untuk mempermudah
pelaksanaan pelayanan obat tanpa resep dokter, maka disusun suatu standar
alur pelayanan obat seperti di bawah ini.

69
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

RESEP

Pemeriksaan keabsahan
resep oleh APA atau Tidak
Resep tidak dilayani
APING Sah

Sah

Konsultasi ke Bertanya pada pasien :

Kajian resep : Tidak jelas dokter 1.Keluhan


1. aspek administratif
2.Informasi yang
2. aspek kesesuaian
sudah disampaikan
farmasetik
dokter
3. aspek pertimbangan klinis
Tetap tidak jelas

Jelas
Pasien disarankan kembali
Ke dokter

Pemeriksaan ketersediaan Tidak 1. Diganti dengan obat


obat oleh Apoteker atau AA ada generik atau produk lain
dengan kandungan yang
Ada sama (dengan persetujuan
pasien dan atau penulis
resep)
2. Dicarikan ke apotek lain
Penetapan harga oleh AA
dengan pengawasan Apoteker a. Pasien diberi sebagian, sisa
Tersedia kekurangan obat dapat
sebagian diantarkan ke rumah jika
obat telah tersedia
Diambil Diambil b. Diambil hanya sebagian
semua sebagian yang tersedia (diserahkan
copy resep)
Penetapa
n
Resep diberi nomor dan dilayani harga

Pemeriksaan akhir oleh Penyerahan obat


Penyiapan obat dan peracikan
Apoteker atau AA dan pemberian KIE
oleh Apoteker atau AA dengan
dengan pengawasan oleh Apoteker
pengawasan Apoteker
Apoteker
70

Gambar 3.1 Alur Pelayanan Resep di Apotek PERMATA


Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Pasien datang untuk membeli obat

Pasien meminta obat tertentu Pasien datang dengan keluhan

Responding to symptoms Responding to symptoms


1. Siapa yang sakit? 1. Siapa yang sakit ?
2. Apa gejala yang dirasakan ? 2. Apakah gejala yang dialami /sakitnya
3. Sudah berapa lama sakitnya? apa?
4. Mendapat info obat tersebut dari siapa? 3. Sudah berapa lama sakitnya?
5. Apakah sudah pernah menggunakan obat 4. Apakah ada obat yang sudah digunakan
tersebut sebelumnya? Hasil terapi yang untuk mengatasi keluhan tersebut?
dirasakan?
5. Apakah ada obat lain yang sedang
6. Apakah ada obat lain yang sedang
digunakan?
digunakan?
6. Apakah ada riwayat alergi obat? Obat
7. Apakah ada riwayat alergi obat? Obat
apa?
apa?

Tidak bisa diatasi Bisa diatasi dengan Bisa diatasi Tidak bisa diatasi
dengan dengan dengan
swamedikasi
swamedikasi swamedikasi swamedikasi

Apoteker memilih beberapa


Obat yang diminta Obat yang diminta tidak
alternatif obat yang sesuai
sesuai sesuai/meminta obat
dan menginformasikan
yang tidak bisa dilayani
kepada pasien
tanpa resep
Permintaan obat
dilayani
Diberi penjelasan dan
Pasien memilih
diberikan alternatif obat
obat/dipilihkan oleh
lain yang sesuai
apoteker

Pasien bersedia dan Pasien tidak bersedia


memilih obat/dipilihkan
oleh apoteker
Tidak dilayani

Pembayaran obat Pengemasan, penyerahan Tidak ada perbaikan


yang dibeli disertai informasi setelah minum obat

Saran pemeriksaan ke
Dokter/RS

Gambar 3.2 Alur Pelayanan Non Resep di Apotek PERMATA

71
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.1.4 Pelayanan Informasi


Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai
Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal Informasi meliputi dosis,
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Pelayanan KIE yang dilakukan terhadap klien/pasien meliputi penjelasan
mengenai macam indikasi obat, cara penggunaan obat, kontraindikasi obat,
kemungkinan adanya interaksi obat.
Efek samping obat beserta hal-hal yang harus dilakukan, cara
penyimpanan terutama untuk obat-obat yang memerlukan penyimpanan pada
kondisi khusus, serta pola hidup yang perlu dilakukan atau dihindari selama
pengobatan yang dapat mendukung keberhasilan terapi.
Peranan farmasi dalam memberikan layanan informasi antara lain:
a. To educate
Apoteker memberikan informasi yang bertujuan untuk memberikan edukasi
kepada pasien sehingga pasien dapat memperoleh outcome terapi sesuai yang
diharapkan. Sebagai contoh, apoteker menginformasikan indikasi dari obat
yang diresepkan sesuai dengan penyakit atau keluhan yang dialami oleh
pasien dengan tujuan pasien mengetahui tujuan dari obat yang digunakan
sehingga bisa meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi obat
dan dapat mencapai outcome terapi.
b. To councel
Apoteker berperan dalam memberikan konseling ke pasien yang bertujuan
untuk membantu pasien menggunakan obat dengan baik dan meningkatkan
kepatuhan pasien. Untuk melalukan peranan ini apoteker dapat memberikan
informasi ke pasien tentang:
 Cara penggunaan dan aturan pemakaian obat.

72
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

 Efek samping obat yang potensial terjadi (DRP potensial)


 Hal yang dilakukan bila timbul DRP
c. To guidance
Apoteker berupaya untuk memberikan panduan tentang pengaturan waktu
pemberian obat yang benar sehingga outcome terapi dapat tercapai.
Pengaturan jadwal pemberian obat ini sangat dibutuhkan oleh pasien yang
mendapatkan terapi antibiotik. Pengaturan jadwal penggunaan obat yang tidak
sesuai dapat berisiko terjadinya resistensi.
d. To advice
Apoteker berperan untuk memberikan rekomendasi praktis untuk kepentingan
pengobatan pasien dan menghadirkan keuntungan yang besar untuk pasien.
e. To advocate
Apoteker berperan untuk memberi dukungan yang sesuai kepada pasien untuk
mengatur pola hidup yang sehat sebagai terapi non farmakologi yang
mendukung terapi farmakologi sehingga outcome terapi yang dihasilkan lebih
optimal. Misalnya memberikan saran kepada pasien untuk berolah raga dan
mengatur pola makan.
Pelayanan informasi sangat diperlukan karena dengan adanya pelayanan
ini masyarakat dapat memperoleh informasi tentang obat dengan tepat dan benar.
Pelayanan informasi diberikan kepada pasien dengan resep ataupun non resep.
Pemberian informasi terutama diberikan kepada pasien dengan kriteria :
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan atau ginjal,
serta ibu hamill dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis (misalnya TB,
Diabetes, AIDS, dan epilepsi).
3. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama.
4. Pasien yang memperoleh obat dengan indeks terapi yang sempit (Digoksin,
Fenitoin, Teofilin). Hal ini disebabkan karena obat-obat dengan indeks terapi
yang sempit apabila kelebihan dosis akan menyebabkan toksisitas sedangkan
kekurangan dosis akan mengakibatkan obat tidak dapat memberikan efek terapi
yang diinginkan.

73
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

5. Obat dengan efek samping yang perlu mendapat perhatian khusus.


6. Obat dengan petunjuk pemakaian khusus, misal bentuk
inhaler/supositoria/ovula.
7. Pasien yang mengalami kesulitan bahasa atau tidak dapat membaca.
8. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
3.2 Care plan Terapi Rinitis Alergi
3.2.1 Pendahuluan
Berdasarkan Permenkes Nomor 35 tahun 2014, Pelayanan Kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Inti dari implementasi Pharmaceutical
adalah Care-Plan yang diwujudkan dalam tiga domain keputusan dan tindakan
profesi yaitu:
1. Plan for “Drugs Use Time Frame” : Etiket Obat tidak dapat menjamin
penggunaan obat yang benar dan baik, diperlukan “Information Sheet ” yang
lebih lengkap, diberikan kepada Pasien, agar jelas kapan obat digunakan (jam
berapa) dan sampai hari keberapa.
2. Plan of “Monitoring” : Dibuat dalam lingkup penjaminan “safety” serta
“keberhasilan terapi” (disease parameter), disusun format/tabel tentang rencana
tindakan dan data hasilnya
3. Plan of “EvaluateAction” : Dibuat dalam lingkup penjaminan “efficacy”,
relevan sinergis dengan hasil Monitoring untuk diputuskan modulasi tindakan
terapi untuk tercapainya Goal of Theraphy.
Care plan adalah keputusan dan tindakan profesi dalam merancang (1) rencana
pedoman (patient focus) mengatasi DTP (drugs therapy problem) agar tercapai
goal of therapy disertai (2) panduan tertulis penggunaan obat yang benar dan baik
untuk penderita/keluarga, (3) rencana monitoring penggunaan dan hasil-
dampaknya serta (4) rencana menyiapkan strategi evaluasi dan tindakan lanjut jika
terjadi permasalahan yang timbul.Dalam hal ini akan dibahas care plan untuk
pasien dengan penyakit asma. Care Plan adalah kompetensi mayor Apoteker
menunjukkan tingkat profesionalisme, peran dan tanggungjawabnya dalam
mengimplementasikan tiga paradigma :

74
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

1. Quality (menjamin sediaan aktif farmasi dan pilihan produk sediaan farmasi
yang pasti benar dan terbaik untuk diberikan/disampaikan kepada penderita)
2. Efficacy (menjamin sediaan aktif farmasi sampai pada target obat sehingga
efektif melalui informasi dan Care-Plan)
3. Safety (menjamin aman sesuai kondisi penderita)

75
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.2.2 Input
Tugas care plan untuk pasien dengan gangguan rinitis alergi. Resep
didapatkan dari arsip yang terdapat di apotek sehingga tidak berkesempatan untuk
melakukan assessment terhadap pasien secara langsung, tetapi sudah dilakukan
assessment terhadap pasien melalui telepon. Berikut adalah resep gangguan rinitis
alergi yang ditebus di Apotek PERMATA Kota Batu:

Apotek Permata Kota Batu


Jl Raya Semeru, Kota Batu, Jawa Timur
Telp/Fax : (0342)88888
APA: xxxxxx
SIPA: xxxxx

SALINAN DARI RESEP NO:

Dari: Dr.xxxxxx
Dibuat tanggal: xxxxx
Untuk: An.xxxx
Almat:xxxxx
Ex copy R/:xxxxxx
R/ Tremenza
Ventolin
Intrizin
Asvex
m.f.pulv.dtd No XV
S 3dd1
-----------------------------------------------det
R/ Intifen 1 tab
m.f.pulv dtd No VII
S 3dd1
-----------------------------------------------det

PCC

76
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.2.3 Tujuan Terapi


Mengurangi atau mencegah gejala, mengurangi atau menghindari efek
samping pengobatan, memberikan terapi yang terjangkau, dan menjaga
pola hidup yang sehat.
3.2.4 Data pasien
Dilakukan pemeriksaan kelengkapan resep yang meliputi :
a. Identitas dokter
Nama dokter : Ada
No. SIP : Ada
Alamat praktik : Ada
No. telepon : Ada
b. Identitas pasien
Nama pasien : Ada
Usia pasien : Ada (setelah assessment)
Alamat : Ada (setelah assessment)
No. telepon : Ada (setelah assessment)
Berat badan : tidak ada
c. Kelengkapan resep
Tanggal resep : 9 November 2016
Nama obat : dapat terbaca jelas
Jumlah obat yang diminta : tertera
Aturan pemakaian : tertera
Keputusan yang diambil adalah resep dapat diterima dan dilayani.
Langkah yang dilakukan meliputi :
1. Melakukan skrining resep
2. Memeriksa ketersediaan obat yang ada di apotek
3. Menghitung harga dan menyampaikan kepada pasien
4. Apabila pasien setuju, pasien melakukan pembayaran dan menerima nomor
resep
5. Menghitung jumlah obat yang dibutuhkan untuk obat racikan
6. Obat disiapkan

77
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Assesment yang dilakukan ketika melakukan telefarma adalah


1. Apakah yang menebus resep merupakan orang tua dari An. A sendiri?
2. Apa yang disampaikan dokter terkait sakit yang diderita?
3. Apa yang disampaikan dokter terkait cara pemakaian obat yang diresepkan?
4. Apa yang disampaikan dokter terkait harapan setelah pemakaian obat?
5. Keluhan apa yang dirasakan?
6. Berapa lama keluhan tersebut dirasakan?
7. Sebelumnya untuk mengatasi sakitnya, apa yang dilakukan pasien atau obat
apa yang sudah dikonsumsi pasien?
8. Apakah pasien pernah menggunakan obat ini sebelumnya?
9. Adakah obat lain yang sedang digunakan? Apa dan bagaimana cara
pemakaiannya?
Hasil Assessment:
Pasien merasa bersin-bersin dan flu sudah selama 5 hari. Bersin-bersin dan pilek
yang dirasakan pasien menurut orangtua pasien karena alergi terhadap makanan
seperti telur, ikan, udang, tetapi sebelumnya tidak pernah mempunyai alergi
terhadap makanan menurut orangtua pasien hal tersebut karena kondisi pasien
sedang tidak sehat dan drop. Sebelum pasien diberikan resep oleh dokter pasien
tidak mengkonsumsi obat sama sekali untuk mengobati penyakitnya. Pasien hanya
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter. Pasien tidak mempunyai alergi
terhadap obat apapun. Setelah 5 hari mengkonsumsi obat pasien langsung sembuh
dan tidak ada alergi yang dialami oleh pasien. Obat yang ada di resep sudah
ditebus semua oleh pasien dan semuanya sudah habis.
3.2.5 Assessment Needs and Identify Drug Problem
Disease Factor
a Definisi
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung engan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantai oleh IgE (WHO ARIA., 2001).
Klasifikasi rhinitis alergi menurut WHO ARIA dibedakan berdasarkan sifat
berlangsungnya yaitu:

78
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

1. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu


atau kurang dari 4 minggu.
2. Persisten atau menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau
lebih dari 4 minggu.
b Etiologi
Penyebab rhinitis alergi adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan
pada anak-anak. Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti
urtikaria dan gangguan pencernaan. Alergen yang menyebabkn rhinitis alergi
musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Faktor resiko untuk
terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprei tempat tidur dan faktor
kelembapan udara. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat
adalah faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara dan perubahan
cuaca.
c Patofisiologi

79
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan


tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2
fase yaitu immediate phase allergi reaction atau reaksi alergi fase cepat
(RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam

setelahnya dan late phase allergi reaction atau reaksi alergi fase lambat
(RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase
hiperaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.
Gambar 1 Patofisiologi alergi (rhinitis, eczema, asma) paparan alergen
pertama dan selanjutnya (Benjamin, Coico, Sunshine., 2000)

Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit
yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell / APC) akan
menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah
diproses antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung
dengan molekul HLA kelas II membentuk komplek MHC kelas II (Major
Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper
(Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1)
yang akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan
menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan IL-13.

80
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B,
sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi immunoglobulin E
(IgE). IgE disirkulasi darah akan masuk kejaringan dan diikat oleh reseptor IgE di
permukaan sel matosit atau basophil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi
aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang
tersensitasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama,
maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi
(pecahny dinding sel) matosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator
kimia yang sudah terbenti (performed mediators) terutama histamin. Selain
histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2
(PGD2), Leukotrien D4 (LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet
Activating Factor (PAF), berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, GM-CSF
(Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor). Inilah yang disebut
sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC).

Histamin akan merangsang reseptor H1 ada ujung saraf vidianus sehingga


menimbulakn rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga
menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hiperskeresi dan
permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi renore. Gejala lain adalah hidung
tersumabt akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamin merangsang ujug saraf
vidianus juga menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi
pengeluaran Intercellular Adhesion Molecule 1 (ICAM 1).

Pada RAFC, sel matosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang
menyebabkan akumulasi sel eosinophil dan netrofil di jaringan target. Respon ini
tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjt dan mencapai puncak
6-8 jam setelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan
jumlah sel inflamasi seperti eosinophil, limfosit, netrofil, basofil dan matosit di
mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte
Macrophage Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM 1 pada sekret
hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung adalah akibat
peranan eosinophil dengan mediator inflamsi dari granulnya seperti Eosinophilic
Cationic Protein (ECP), Eosinophilic Derived Protein (EDP), Major Basic

81
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Protein (MBP) dan Eosinophilic Peroxidase (EPO) (Irawati, Kasakayan,


Rusmono., 2008).

d Gejala
Gejala rhinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebenarnya bersin merupakan gejala yang normal terutama pada pagi hari
atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan
mekanisme fisiologi yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning
process). Bersin dianggap patologi, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap
serangan sebagai akibat dilepaskannya histamin (Soepardi, Iskandar., 2004).
Gejala lain adalah keluarnya ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal yang kadang-kadang disertai dengan
banyak air mata yang keluar (lakrimasi) (Bousquet, Cauwenberge, Khaltev,
ARIA Workshop Group. WHO., 2001).
e Diagnosis Rinitis Alergi
 Riwayat kesehatan termasik gejala, faktor lingkungan dan paparan alergen,
hasil terapi penggunaan obat-obatan, pernah operasi hidung dan riwayat
keluarga.
 Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan hidung untuk melihat jumlah
eosinofil. Jumlah eosinofil mungkin meningkat tapi tidak spesifik
 Pengujian alergi yang dapat membantu menentukan apakah rinitis
disebabkan oleh respon imun alergen. Melakukan radioallergosorbent test
(RAST) untuk mendeteksi antibody IgE dalam darah yang spesifik untuk
diberikan sebagai antigen.
f Penatalaksanaan Penyakit Rinitis Alergi
Penyakit alergi disebabkan oleh mediator kimia seperti histamin yang
dilepaskan oleh sel mast yang dipicu oleh adanya ikatan alergen dengan Ig E
spesifik yang melekat pada reseptonya di permukaan sel tersebut (6,10)
Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah :
1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperaktifitas nonspesifik dan
inflamasi.
2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas
sehari-hari.

82
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3. Mengurangi efek samping pengobatan


4. Edukasi penderita untuk meningkatkan ketataatan berobat dan
kewaspadaan terhadap penyakitnya. termasuk dalam hal ini mengubah
gaya hidup seperti pola makanan yang bergizi, olahraga dan menghindari
stres.
5. Mengubah jalannya penyakit atau pengobatan kausal.

Drug Factor
I. Terapi
1. Farmakologi
 Antihistamin
Antihistamin merupakan pilihan pertama untuk pengobatan rinitis
alergi (14). Secara garis besar dibedakan atas antihistamin H1
klasik dan antihistamin H1 golongan baru. Antihistamin H1
klasih seperti diphenhydramine, tripolidine, chlorpheniramine.
Sedangkan antihistamine generasi baru seperti terfenadine,
loratadine, desloratadine.
 Dekongestan hidung
Obat-obatan dekongestan hidung menyebabkan vasokontriksi
karena efeknya pada reseptor -adrenegik. Efek vasokontriksi
terjadi dalam 10 menit, berlangsung selama 1 sampai 12 jam.
Pemakaian topical sangat efektif menghilangkan sumbatan
hidung, tetapi tidak efektif untuk keluhan bersin dan rinore.
Pemakaiannya terbatas selama 10 hari. kombinasi antihistamin
dan denkongestan oral dimaksud untuk mengatasi obstruksi
hidung yang tidak dipengaruhi oleh antihistamin.
 Kortikosteroid
Kortikosteroid oral sangat efektif dalam mengurangi gejala rinitis
alergi terutama dalam episode akut (19).
 Antikolinergik

83
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Perangsangan saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi dan


sekresi kelenjar. Antikolinergik menghambat aksi asetilkolin pada
reseptor muskarinik sehingga mengurangi volume sekresi kelenjar
dan vasodilatasi. Ipatropium bromida yang merupakan turunan
atropine secara topikal dapat mengurangi hidung tersumbat atau
bersin.
 Imunoterapi
Imunoterapi dengan alergen spesifik digunakan bila upaya
penghindaran alergen dan terapi medis gagal dalam mengatasi
gejala klinis rinitis alergi.
Terapi yang diterima pasien puyer yang terdiri dari tremenza tab,

ventolin tab, intrizin tab, asvex tab dengan signa 3 dd 1 serta obat puyer

intifen 1 tab dengan signa 1 dd 1. Berikut ini adalah informasi obat yang
diresepkan tersebut :
Tremenza tab
Kandungan : Pseudoefedrin HCl 60 mg, Tripolidine HCl 2,5 mg
Pabrik : Sanbe
Mekanisme kerja : relaksasi bronkial paru-paru dan antihistamin
Indikasi : alergi konjungtiva dan nasal kongestif
Kontraindikasi : Glaukoma, diabetes
Efek samping : mual, muntah, insomnia
Dosis : 6-12 tahun tab

Interaksi Obat :
Perhatian : ibu hamil dan ibu menyusui, anak-anak < 2 tahun
Ventolin tab
Kandungan : Salbutamol sulfat
Pabrik : GlaxoSmithKline Pharmaceuticals
Mekanisme kerja : Sebagai bronkodilator dengan cara relaksasi otot polos
bronkial melalui stimulasi dari reseptor β-2
Indikasi : Meredakan bronkospasme pada bronkial asma, bronchitis
kronik dan emfisema

84
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap ventolin


Efek samping : vasodilatasi, cemas, pusing, mual muntah, diare
Dosis : 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari
Interaksi Obat : obat-obat β-2 agonis, kortikosteroid, diuretik, xantin
Perhatian : Hyperthyroidism, hipokalemi.

Intrizin tab
Kandungan : cetrizin
Pabrik : Interbat
Mekanisme kerja : antihisatamin yang merupakan antagonis kuat terhadap
histamin perifer H1-reseptor.
Indikasi : Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan
urtikaria kronik idiopatik.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau
komponen lain dari formulasi.
Efek samping : sakit kepala, susah tidur, mulut kering, nyeri perut.
Dosis : 5 – 10 mg/ hari.
Interaksi Obat :-
Perhatian : untuk kehamilan termasuk kategori B, dieksresi melalui air
susu.
Asvex tab
Kandungan : Tipepidin hibenzat
Pabrik : Tanabe Indonesia
Mekanisme kerja : penekan saraf batuk
Indikasi : untuk batuk non produktif dan bisa sebagai expektoran
Kontraindikasi :-
Efek samping :-

85
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Dosis : 22,2mg tipepidin hibenzat setara dengan 20mg tipepidin


sitrat. Tipepidin sitrat 20 – 40 mg 3 kali sehari.
Interaksi Obat :-
Perhatian :-

Intifen tab
Kandungan : Ketotifen hydrogen fumarat
Pabrik : Interbat
Mekanisme kerja : Ketotifen fumarat merupakan selective non-competitive
histamine H1-receptor antagonist dan mast-cell stabilizer,
yang mencegah pelepasan mediator yang menyebabkan
reaksi hipersensitifitas, juga mencegah chemotaxis dan
aktivasi eosinofil.
Indikasi : Pencegahan asma bronkial jangka panjang, terapi allergic
rhinitis dan conjuctivitis
Kontraindikasi : serangan asma akut dan hipersensitif terhadap ketotifen atau
komponen lain dalam formulasi (pengawet benzalkonium
klorida).
Efek samping : Mengantuk, mulut kering, pusing, meningkatkan nafsu
makan dan berat badan.
Dosis : Anak > 3 th : dosis ketotifen fumarat setara dengan 1 mg
ketotifen dua kali sehari
Interaksi Obat : Obat penekan sistem saraf pusat (sedatif, hipnotik,
antihistamin, alkohol) : meningkatkan efek sedatif
Perhatian :-

86
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Berdasarkan hasil assessment obat yang diberikan oleh dokter telah sesuai dengan
gejala yang dialami oleh pasien. Dosis obat yang diberikan oleh dokter juga telah
sesuai dengan umur dan kondisi pasien.

Identifikasi DTP
ADR (Adverse Drug Reaction): mengantuk, mual, muntah
Develop a care plan
Dari pengobatan yang diterima pasien, ditemukan adanya masalah yang
berkaitan dengan obat (Drug Theraphy Problem). Berikut adalah tabel yang
menunjukkan adanya DTP, Monitorng dan rencana tindakan profesi yang
dilakukan:
Drug Therapy Monitoring (Mx) Rencana Tindakan
Problem Profesi (Ax)
Adverse Drug Setelah dilakukan - Untuk efek samping
Reaction monitoring penggunaan mual dan muntah
obat pasien melalui kemungkinan dapat
telepon pasien mengeluh disebabkan oleh
mual, muntah dan tremenza sehingga
mengantuk. perlu diberitahu untuk
menggunakan setelah
makan pada saat KIE.
- Memberikan KIE
kepada pasien

87
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

mengenai efek samping


obat yang dapat
menyebabkan
mengantuk agar
diminum pada saat
pasien tidak sedang
melakukan aktivitas
- Melakukan
pemantauan via telepon
untuk mengecek
apakah pasien
mengalami efek
samping obat.
Implementasi
Untuk menjamin kebenaran obat, cara pakai dan dosisnya maka penyerahan
obat pada pasien dapat dilakukan dengan pemberian etiket dan informasi yang
benar pada saat penyerahan obat. Adapun pemberian label dari obat yang ada
dalam resep yang diterima oleh pasien ini adalah sebagai berikut:

Apotek Permata
Ruko Perumahan Sedati
APA : Arif Kurniawan Prakoso. S.Farm, Apt.
SIPA : xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Tanggal : 9/11/2016 No : xxxx

An xxx
Sehari 3 kali 1 bungkus setelah makan
Nama obat: Racikan Jumlah:15 bungkus
arif

Apotek Permata
Ruko Perumahan Sedati
APA : Arif Kurniawan Prakoso. S.Farm, Apt.
SIPA : xxxxxxxxxxxxxxxxxx

Tanggal : 9/11/2016 No : xxxx


An xxx
88 setelah makan
Sehari 3 kali 1 bungkus
Nama obat: Racikan Jumlah:7 bungkus
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

arif

Penyerahan obat disertai informasi


Informasi yang disampaikan oleh apoteker kepada pasien pada saat
penyerahan obat adalah:
Informasi terkait obat :
Racikan Pertama
Kegunaan : untuk mengobati pilek, batuk, sesak
Penggunaan : sehari 3 kali 1 bungkus setelah makan
Efek Samping : mual, muntah, pusing, mengantuk
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar, hindari lembab dan cahaya matahari
serta jauhkan dari jangkauan anak-anak
Informasi tambahan : obat sebaiknya disimpan maksimal selama 1 minggu
Racikan Kedua
Kegunaan : untuk mengurangi asma
Penggunaan : sehari 3 kali 1 bungkus setelah makan
Efek Samping : Mengantuk, mulut kering, pusing
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar, hindari lembab dan cahaya matahari
serta jauhkan dari jangkauan anak-anak
Informasi tambahan : Gunakan obat secara rutin agar efek terapi di peroleh
maksimal, obat hanya boleh disimpan maksimal selama 1 minggu
Informasi non obat (perbaikan life style) :
 Mengatur pola makan
1. Mengonsumsi multivitamin.
2. Perbanyak konsumsi sayur dan buah
3. Mengonsumsi banyak air putih

89
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

 Mengatur pola hidup


1. Istirahat cukup
2. Olahraga teratur
3. Menghindari alergen yang menyebabkan alergi rinitis
Monitoring
Monitoring pada penyakit rinitis alergi digunakan untuk mengetahui
bagaimana respon terapi yang dihasilkan terhadap gejala yang dialami pasien.
Monitoring ini dapat dilakukan setelah 3-5 hari pasien menggunakan obatnya,
kemudian pasien dapat ditanyai beberapa hal seperti apakah obatnya sudah
diminum teratur, apakah ada keluhan selama minum obat tersebut (apabila ada
apoteker berkewajiban memberi penjelasan dan solusi pada pasien untuk
mengurangi efek samping yang tidak diinginkan), menanyakan efek terapi
masing-masing obat sudah tercapai atau belum, apakah pasien sudah merubah
pola makan dan pola hidup setelah disarankan oleh apoteker, apakah ada
perubahan setelah melakukan hal tersebut, dan mengingatkan kembali aturan
pakai obat, pola makan dan pola hidup yang benar.
3.2.6 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dalam membuat sebuah care plan diperlukan informasi yang utuh, baik
terkait kondisi pasien, jenis obat yang diresepkan, maupun etiologi dan
patofisiologi dari penyakit itu sendiri. Dibutuhkan keterampilan apoteker
untuk dapat mengimplementasikan care plan yang sudah dibuat kepada
pasien agar tercapai hasil terapi yang diharapkan. Selain itu, tujuan terapi
harus jelas dan dapat diukur. Monitoring juga dibutuhkan untuk mengetahui
sejauh mana terapi yang diberikan memberikan respon kepada pasien
2. Saran
Dibangun komitmen yang kuat pada diri apoteker untuk membuat care plan
sehingga terapi pasien dapat tercapai tujuan terapi yang diinginkan dan
tumbuh kepercayaan masyarakat kepada profesi Apoteker.
3.3 Research and Development
3.3.1 Pendahuluan

90
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Sebagai salah satu program unggulan guna meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan serta memudahkan akses
pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis, maka dilakukan
optimalisasi implementasi Program Rujuk Balik. Pelayanan Obat Rujuk Balik
adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di Faskes Tingkat Pertama
sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Yang termasuk peserta
Program Rujuk Balik adalah pasien dengan diagnosa penyakit kronis yang telah
ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis dan
telah mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Program Rujuk Balik. Pelayanan
Program Rujuk Balik diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan penderita
penyakit kronis, khususnya penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung, gagal
jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsI, stroke,
schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang sudah terkontrol/stabil
namun masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan dalam jangka
panjang. Jenis obat-obatan yang termasuk dalam obat Rujuk Balik terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Obat Utama, yaitu obat kronis yang diresepkan
oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan
tercantum pada Formularium Nasional untuk obat Program Rujuk Balik.
Sedangkan obat tambahan yaitu obat yang mutlak diberikan bersama obat utama
dan diresepkan oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan Tingkat
Lanjutan untuk mengatasi penyakit penyerta atau mengurangi efek samping akibat
obat utama (Buku Panduan Praktis PRB, 2014)

Pelayanan obat pada Program Rujuk Balik dilakukan oleh apotek atau depo
farmasi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dengan cara peserta
menyerahkan resep dari Faskes tingkat pertama dan SRB atau Buku Kontrol
Peserta. Apotek merupakan salah satu apotek yang ikut bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dan menerima pelayanan obat Program Rujuk Balik. Dalam
meningkatkan pelayanan obat pada peserta Program Rujuk Balik, mengetahui
pola penyakit peserta Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan di daerah sekitar
Apotek merupakan hal yang penting. Karena dengan mengetahui hal tersebut kita
dapat mengevaluasi pengadaan serta pelayanan obat bagi pasien sehingga dapat
memenuhi kebutuhan obat pasien dengan maksimal.

91
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.3.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah pola penyakit peserta Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan di
daerah sekitar Apotek?

3.3.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyakit peserta
Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan di daerah sekitar Apotek sehingga dapat
memenuhi kebutuhan obat pasien dengan maksimal.
3.3.4 Manfaat
Mendapatkan informasi mengenai pola penykait peserta Program Rujuk
Balik BPJS Kesehatan di daerah sekitar Apotek sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam penggadaan obat dan meningkatkan pelayanan obat.

3.3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen untuk penelitian ini adalah obat resep peserta Program Rujuk
Balik BPJS Kesehatan selama bulan Oktober 2016 di Apotek.
3.3.6 Prosedur Penelitian (Kerangka Operasional)

Resep PRB yang dilayani selama bulan Oktober 2016 di


Apotek

Dikumpulkan dan dicatat.

Mengelompokkan jenis obat berdasarkan indikasi terapinya


sesuai dengan 10 jenis penyakit dengan PRB BPJS
Kesehatan.
Membuat profil pola penyakit peserta PRB disekitar Apotek

Melakukan analisis data

Membuat pembahasan, kesimpulan dan saran


92
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Prosentase
Jenis Penyakit
Penderita

Diabetes Melitus 26%

Hipertensi 67%

Jantung 4%

Gagal Jantung 1%

Asma 0%

3.3.7 Hasil Penelitian

Profil pola penyakit peserta PRB BPJS Kesehatan di sekitar Apotek


PERMATA Kota Batu.

93
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

PPOK 0%

Epilepsi 0%

Stroke 0%

Skizoprenia 0%

Systemic Lupus Erythematosus (SLE) 0%

Profil Pola Penyakit Peserta PRB di Apotek


0% 0% 0%
1% 0% hipertensi
0%
4% 2% diabetes
penyakit jantung
26% gagal jantung
sistemik lupus erythematosus
67%
asma
PPOK

94 schizoprenia
stroke
epilepsi
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

3.4 Public health


3.4.1 Latar Belakang
Public health merupakan suatu sarana yang dapat digunakan oleh apoteker untuk
mengabdikan diri pada masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat serta sebagai sarana untuk memperkenalkan profesi apoteker kepada
masyarakat. Public health dilakukan untuk memberikan informasi terkait
kefarmasian kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Public health dapat
disampaikan dalam bentuk brosur, leaflet, poster ataupun dalam bentuk layanan
home care dan penyuluhan. Public health yang akan dilakukan adalah terkait
penyakit rhinitis dan pengobatannya.
3.4.2 Tujuan
Memberikan informasi kepada masyarakat terkait penyakit rhinitis termasuk di
dalamnya pengertian, penyebab kambuhnya, gejala rhinitis alergi, dan
pengobatannya.
3.4.3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit rhinitis alergi dan
pengobatannya serta masyarakat dapat menginformasikan kepada keluarga atau
kerabat yang memiliki penyakit rhinitis alergi dan bagaimana pengobatannya
beserta langkah yang dapat untuk dilakukan untuk mencegah menderita penyakit
gangguan rhinitis alergi.

95
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

Lampiran Brosur :

96
Practice Business Plan Apotek PERMATA
Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 104

97

You might also like