You are on page 1of 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata Sebagai Penggerak Ekonomi di Indonesia

Dalam literatur, hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat

dikonfrontasi melalui dua pendekatan, yaitu : pertama, pendekatan Keynesian

tentang pengganda (multiplier), yang memperlakukan pariwisata internasional

sebagai komponen eksogen dari permintaan agregat yang mempunyai pengaruh

positif terhadap pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan kerja melalui proses

multiplier. Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena agak statis dan

tidak memungkinkan untuk menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka

panjang.

Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen dua sektor Lucas, yang

penggunaannya untuk sektor pariwisata dipelopori oleh Lanza and Pigliaru (1995)

dalam Liu et al (2022). Dalam model ini pariwisata dikaitkan dengan kondisi

maksimisasi laju pertumbuhan. Apabila produktivitas menjadi elemen utama dari

pertumbuhan, dengan asumsi kemajuan teknologi di sektor manufaktur lebih

tinggi dibandingkan sektor pariwisata, maka spesialisasi pariwisata akan

mendorong pertumbuhan. Hal ini bisa terjadi hanya apabila perubahan nilai tukar

perdagangan (terms of trade) antara pariwisata dan barang-barang manufaktur

lebih dari sekedar menyeimbangkan kesenjangan teknologi (technological gap)

sektor pariwisata. Kondisi tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi antara

pariwisata dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis). Selain itu,

dengan mengacu pada teori hubungan perdagangan dan pertumbuhan, hubungan


antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi diidentifikasi bersifat kausalitas.

Terdapat 5 jenis dampak dari pariwisata dengan ekonomi Indonesia :

1. Foreign Exchange Earnings

Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian

masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan

sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya.

Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah

destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk

memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.

2. Contributions To Government Revenues

Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan

menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung

berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan

pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas

pendapatan suatu destinasi.

Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan

pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan

pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung.

3. Employment Generation

Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata,

terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap


penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha

akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.

4. Infrastructure Development

Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal

untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik,

telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai

konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik

wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah.

5. Development of Local Economies

Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi

pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit

untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui

dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi

tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya

2.1.1. Pariwisata

Menurut Peraturan Umum Kepariwisataan Republik Indonesia No. 10 Tahun

2009, pariwisata adalah berbagai kegiatan pariwisata beserta fasilitas dan layanan

penunjangnya yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal

asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata

dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan

2.1.2 Komponen Pariwisata


Analisis sistem pariwisata tidak terlepas dari segmen pasar pariwisata karena

segmen pasar pariwisata merupakan spesifikasi bentuk dari pariwisata yang dapat

berfungsi sebagai bentuk khusus pariwisata. Hal ini terkait dengan output akhir

yang diharapkan oleh wisatawan yaitu kepuasan akan obyek wisata yang

dihasilkan. Untuk mewujudkan system pariwisata yang diinginkan, maka

diperlukan beberapa komponen pariwisata. Menurut Inskeep (1991), di berbagai

macam literatur dimuat berbagai macam komponen wisata. Namun ada beberapa

komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata.

Dapat dikelompokkan sebagai berikut : Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata.

Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud berupa semua hal yang berhubungan

dengan lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatan-

kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan

untuk mengunjungi sebuah obyek wisata. Akomodasi. Akomodasi yang dimaksud

adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan

dengan pelayanan untuk para wisatawan yang berniat untuk bermalam selama

perjalanan wisata yang mereka lakukan. Fasilitas dan pelayanan wisata. Fasilitas

dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan

dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi. Meliputi

transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang

menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan,

termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan

transportasi darat, air, dan udara. Infrastruktur lain. Infrastruktur yang dimaksud

adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi

(seperti telepon, telegram, telex, faksimili, dan radio) (Mokoginta et al., 2020)
Ada beberapa hal yang menunjang atau menentukan pengembangan suatu
obyek wisata. Menurut Ahdinoto dalam Kristo et al (2020), ada lima jenis
komponen dalam pariwisata yaitu :

a. Atraksi wisata : atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk


berlibur. Atraksi yang diidentifikasikan (sumber daya alam,
sumberdaya manusia, budaya dan sebagainya) perlu dikembangkan
untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada
peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan.
b. Promosi dan pemasaran : Promosi adalah suatu rancangan untuk
memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana
agar atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi adalah
bagian penting.

c. Pasar wisata : (masyarakat pengirim wisata) : pasar wisata


merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk
perencanaan belum / tidak diperlukan suatu riset lengkap dan
mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku,
keinginan, kebutuhan, asal, motofasi, dan sebagainya dari
wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur.

d. Transportasi : pendapat dang keinginan wisatawan adalah


berbeda dengan pendapat penyuplai transportasi. Transporetasi
mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi
pengembangan pariwisata.

e. Masyarakat penerima wisatawan yang menyediakan


akomodasi dan pelayan jasa pendukung wisata (fasilitas dan
pelayanan).

Komponen penting dalam pengembangan pariwisata menurut George


Mclntyre, adalah suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
memiliki keterkaitan antara turis, warga setempat dan pemimpin masyarakat
yang menginginkan hidup lebih baik. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa suatu
tempat wisata harus berisikan komponen tersebut untuk menjadi suatu objek
wisata yang baik (Daraba et al., 2020).

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang


pengembangan pariwisata didaerah tujuan wisata menurut Suwantoro meliputi:

a. Obyek dan daya tarik wisata


Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan
potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu
daerah tujuan wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata
berdasar pada :
1) Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang,
indah, nyaman, dan bersih.
2) Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk mengunjunginya
3) Adanya spesifikasi atau ciri khusus yang bersifat langka
4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan
5)Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi ( pegunungan,
sungai, pantai, hutan dan lain-lain.
6) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki
nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat,
nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia
pada masa lampau
b. Prasarana wisata
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan
manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya
di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,
terminal, jembatan dan lain sebagainya.
c. Sarana wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang
diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati
perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di
daerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya
(Widyaningsih et al, 2022).
2.1.3 Objek Wisata

Di tengah kesibukam dan aktivitas masyarakat di Dunia, berwisata adalah

hal yang sangat diperlukan oleh setiap orang. Ada yang suka dengan wisata alam,

wisata budaya dan ada juga yang lebih suka dengan. Indonesia adalah salah satu

negara yang beragam objek wisata dikarenakan banyaknya budaya, adat istiadat,

kepercayaan, musim, suku, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, banyak

wisatawan yang berkunjung ke Indonesia. Spillane (1982) dalam Tewuh et al

(2022). Objek wisata dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas

yang berhubungan, yang dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang

ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang belum dikembangkan

merupakan sumber daya yang potensial dan belum dapat disebut sebagai daya

tarik wisata sampai adanya suatu perkebangan dari objek tersebut.

Suatu objek wisata harus memiliki daya tarik wisata yang bisa

dijadikan sebagai motivasi wisatawan untuk berkunjung. Kualitas objek

wisata yang baik dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang.

Selain itu, dengan pengelolaan dan pelayanan yang baik dapat memberikan kesan

tersendiri bagi wisatawan. Sehingga, ketika wisatawan memperoleh kesan postif

maka persepsi yang didapatkan juga akan menjadi persepsi yang baik dan

membuat wisatawan mau untuk berkunjung kembali (Wulandari et al., 2020)

2.1.4 Fasilitas Wisata

Salah satu aspek penentu suatu keberhasilan yaitu Fasilitas. Dengan

memperhatikan aspek penting fasilitas maka dalam aktivitas akan berjalan


dengan lancar. Fasilitas wisata adalah semua hal yang fungsinya

memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di

daerah tujuan wisata yang di kunjunginya, dimana mereka dapat dengan santai

menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di daerah

tujuan wisata tersebut. Segala sesuatu yang dapat mempermudah dan

memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang.

Lebih luas lagi tentang pengertian Fasilitas dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang dapat memudahkan, memperlancar pelaksanaan suatu

usaha. (Tanjung et al., 2022)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas

harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata

wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat

dibutuhkan Komponen fasilitas wisata berupa fasilitas penginapan. Selain itu ada

Kebutuhan akan Support Industries yaitu toko souvenir, toko cuci pakaian,

pemandu, daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan) (Kurnia, 2022).

2.1.5 Potensi Daya Tarik Wisata

Kepariwisataan secara langsung maupuntidak langsung diarahkan

untuk meningkatkan kegiatanekonomimasyarakat dan sekaligus berperan

dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Dalam

keparawisataan segala sesuatu memiliki keunikan, keindahan, dan nilai

yang berupa keanekaragamankekayaan alam, budaya dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atautujuan kunjungan wisatawan merupakan

daya tarik wisata (Nurrachman et al., 2022).


Menurut Damanik, dan Purba, (2020), kekayaan sumber daya alam yang

dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata alam seperti gunung, tamanlaut,

sungai, pantai, flora termasuk hutan, fauna, air terjun, danau dan

pemandangan alam. Indonesia merupakan salah satu negar mega biodiversity

yang memiliki begitu banyak keanekaragaman hayati,keunikan dan

keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam serta

peninggalan sejarah/budaya. Keanekaragaman hayati ini sangat berpotensi

dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA). ODTW

adalah segala sesuatu baik berupa bentukan dan/atau aktivitas danfasilitas

yang saling berhubungan dan memiliki daya tarik tersendirisehingga

dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untukmengunjungi

suatu daerah/tempat tertentu. Sebagai produk yang dijual dipasar wisata,

ODTW harus memiliki tiga komponen utama yaitu atraksi daridestinasi,

fasilitas di destinasi dan juga aksesibilitas dari destinasiKhas suatu daerah

memiliki kekayaan tertentu berupa potensi alam,adat istiadat, dan

kemampuan masyarakat yang berbeda-beda, sesuaidengan kondisi geografis

seperti bentang alam (Siahaan, dan Fahrid, 2022).

Kondisi alam yang berbeda dapat menyebabkan adanya keistimewaan

padadaerah, ciri khas panorama, budaya masyarakat dan perilaku,

sertakemakmuran penduduk juga dapat membuat hubungan yang saling

terkait.Ketiga unsur tersebut merupakan hal yang penting untuk di

perhatikandalam pembangunan dan pengembangan potensi daerah

(Nurrachman et al., 2022)

2.2 Pola Persebaran


Menurut Singh (1989) dalam (Angelica et al., 2022 )menyatakan bahwapola

persebaran wisata alam umumnya memiliki tiga kelompok antara lain :

(1) Pola persebaran mengelompok biasanya dipengaruhi olehfaktor-faktor

permukaan lahan yang datar, lahan subur, curah hujan relatifkurang, kebutuhan

akan kerjasama, ikatan sosial, ekonomi, agama, kurangnya keamanan waktu

lampu,tipe pertanian, lokasi mandiri dan mineral.

(2) Pola persebaran tersebar (random) biasanyadipengaruhi oleh topografi kasar,

keanekaragaman kesuburan lahan, curah hujan, air permukaan yang melimpah,

keamanan waktu lampau dansuasana kota.

(3) Pola persebaran seragam yakni pola suatu permukiman dapat dipengaruhi

pola oleh lingkungan fisik seperti relief sumber air, jalur drainase, kondisi

lahan serta kondisi sosial ekonomi, tata guna lahan, rotasi tanaman,

prasarana transportasi, komunikasi serta kepadatan penduduk. Pola

persebaran dalam menggunakan pendekatan spasial sehingga menetapkan

persebaran wisata alam dengan lokasi titik terdekat dengan pusat

perekonomian

2.3 Aksesibilitas

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi

karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang

untuk melakukan perjalanan wisata. Unsur yang terpenting dalam aksesibilitas

adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya,kecepatan yang

dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat.Selain

transportasi yang berkaitan dengan aksesibilitas adalah prasarana meliputi jalan,

jembatan, terminal, stasiun, dan bandara. Prasarana ini berfungsiuntuk


menghubungkan suatu tepat dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana

transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi

prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal. Aksesibilitas

merupakan cara untuk menyediakan sarana transportasi publik bagi wisatawan

yang berpengaruh terhadap biaya, waktu dan jarak.tempuh serta kenyamanan

ketika berwisata. Aksesibilitas terdiri berbagai infrastrukur dan sarana transpotasi

public yaitu, tempat parkir, terminal bis, bandara, stasiun kereta api, pelabuhan,

dermaga, bus wisata, taksi, pesawat terbang, kereta api, kendaraan pribadi, kapal

samudra, kapal ferry, kapal pesiar, jalan raya, jalan tol dan lain-lain.Dalam

pariwisata, para wisatawan harus datang ke daerah dimana terdapat produk wisata

untuk mengkonsumsi produk-produk wisata tersebut terutama objek dan daya

tarik wisata. Jarak dan ketersediaan sarana dan prasaranatransportasi ke daerah

wisata merupakan hal terpenting. Jenis, volume, tarif danfrekuensi moda angkutan

ke dan dari daerah wisata akan berpengaruh kepada jumlah kedatangan

wisatawan. Kenyamanan selama perjalanan menuju daerah wisata dan kawasan

wisata harus diperhatikan.

Aksesibilitas memiliki peran yang sangat penting dalam merangsang

perekonomian di suatu wilayah yang artinya, keberadaan aksesibilitas akan

mampu merangsang berbagai sektor perekonomian. Rangsangan itu juga

berlaku untuk sektor pariwisata yang termasuk dalam perekonomian. Terlebih

pariwisata dapat menjadi sebuah katalisator dalam pembangunan ekonomi

karena akan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk

setempat artinya, aksesibilitas yang berkaitan erat dengan kemudahan atau

kesulitan seseorang untuk mencapai lokasi tertentu merupakan hal yang


sebaiknya dipahami terutama oleh wisatawan yang akan melakukan

kunjungan untuk pertamakali atau kunjungan berulang.Aksesibilitas yang tinggi

akan memudahkan suatu pergerakan dalam perekonomian dan telah menjadi suatu

pelayanan publik karena akan memudahkan interaksi satu wilayah dengan wilayah

lain. Dalam mengukur tingkat aksesibilitas dapat digunakan berbagai variabel

mulai dari jumlah alat transportasi, kualitas jalan, waktu tempuh, panjang jalan,

menunjuk arah, dan lain sebagainya. Dalam hal pengembangan pariwisata,

aksesibilitas menjadai suatu faktor yang sangat penting karena menyangkut lintas

sektoral yang didasari bahwa tanpa adanya jaringan transportasi tidak

memungkinkan suatu lokasi wisata mendapat kunjungan. Dengan arti lain

bahwa suatu lokasi wisata harus dapat dicapai dengan sendirinya serta mudah

ditemukan oleh wisatawan, akan tetapi hal yang paling mendasari dalam

aksesibilitas adalah terkait sistem transportasi untuk mempermudah bagi

kelancaran interaksi (Makrifah et al., 2023).

2.4 Analisis Kelembagaan Daerah Pariwisata

Pengembangan merupakan suatu proses, cara, perbuatan menjadikan sesuatu

menjadi lebih baik, maju, sempurna dan berguna. Menurut Pitana dalam Dewi et

al (2022) pengembangan pariwisata adalah kegiatan untuk memajukan suatu

tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara

memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru. Menurut

Swarbrooke (1996), pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya

untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya

pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan


secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan

pariwisata (Dewi et al., 2022).

Menurut teori Komponen Daya Tarik Pariwisata menurut Cooper (dalam Safitri et

al 202) yang menjelaskan bahwa dalam memenuhi segala kebutuhan pelayanan

suatu daerah tujuan pariwisata harus didukung oleh empat komponan yang utama

dalam pariwisata .yaitu Atraksi (Attraction), Aksebilitas (Accesibilities),

Amenitas (Amenities) atau Ancillary Services.

Atraksi merupakan komponen yang signifikan yang mana maksud dari komponen

ini adalah bagaimana suatu pariwisata memiliki keunikan tersendiri yang aka

menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daya tarik wisata tersebut. Suatu

daerah bisa menjadi tujuan pariwisata ketika kondisi dari daerah tersebut

mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Potensi apa saja

yang dikembangkan dan menjadi sebuah atraksi wisata hal tersebut akan menjadi

modal atau sebuah sumber kepariwisataan. Terdapat tiga modal kepariwisataan

yang menarik wisatawan untuk berkinjung ke suatu destinasi wisata yaitu (1)

Natural Resources seperti bentang alam yang indah atau pariwisata alam seperti

air terjun, pantai, pegunungan, hutan dan lain – lain (2) Atraksi Wisata Budaya

seperti perayaan rutin dari masyarakat, tarian tradisional, atau keseluruhan

kebudayaan suatu masyarakat (3) Atraksi buatan manusia seperti tarian

kontemporer, karya seni dan lain – lain.

Aksebilitas adalah segala hal yang menyangkut masalah akses dalam menjangkau

daerah wisata tersebut. Segala macam transportasi umum ataupun jasa transportasi

menjadi akses penting dalam pariwisata. Tidak hanya itu, di sisi lainnya akses ini
dimaksud dengan tranferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah

yang satu ke daerah yang lain. Ketika suatu daerah masih masih minim akan

ketersediaan aksesebilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan, stasiun dan jalan

raya, maka akan sulit untuk para wisatawan menjangkau daerah wisata tersebut.

Jika suatu daerah tersebut sudah memiliki potensi pariwisata, maka harus

diseduakan aksebilitas yang sudah memadai sehingga daerah tersebut akan mudah

dikunjungi oleh wisatawan.

Amenitas merupakan segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh

wisatawan selama berada di suatu daerah tujuan wisata. Sarana dalam hal ini yang

dimaksud adalah tempat penginapan, rumah makan, tempat ibadah, agen perjalan.

Prasarana lain yang dibutuhkan seperti sarana air bersih, tenaga listrik, tempat

pembuangan sampah, koneksi internet, teknologi telekomunikasi dan lain-lain.

Mengingat hubungan antar sarana dan prasarana, terlihat jelas bahwa

pembangunan prasarana pada umumnya harus mendahului sarana. Dimana

prasarana itu sendiri merupakan syarat dari sarana, sebaliknya sebuah sarana dapat

menciptakan perbaikan prasarana di suatu daerah pariwisata.

Ancillary Service yaitu organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk

pelayanan wisatawan seperti Destination Marketing Management Organization,

conventional and Visitor Bureau. Pelayanan tambahan ini harus harus disediakan

oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan

maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan tersebut berupa pemasaran,

pembangunan secara fisik (jalan raya, rel kereta, listrik dan lain sebagainya) serta

dapat mengkoordinir dengan baik segala macam aktivitas dan dengan segala

peraturan perundang-undangan pada daya tarik wisata.


2.5 Analisis Keruangan

Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan

kepada 3 unsur geografi yaitu berupa jarak (distance), kaitan (interaction) dan

gerakan (movement). Pola persebaran dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu pola

mengelompok, random, dan seragam R. Bintarto dan Surastopo (2022). Sehingga

mengetahui pola persebaran seperti ini analisis yang digunakan adalah analisa

tetangga terdekat (nearestneighbour analysis). Analisis tetangga terdekat

(nearestneighboor analysis) adalah teknik yang dikembangkan oleh ahli

lingkungan hidup yaitu Clark dan Evans (1954), yang dirancang secara khusus

untuk pengukuran pola, dalam artian susunan dari distribusi satu kumpulan titik

dalam 2 atau 3 dimensi.

2.5.1 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis atau Geographical Information System (GIS)

merupakan computer yang berbasis pada sistem informasi yang digunakan untuk

memberikan bentuk digital dan analisa terhadap permukaan geografi bumi .

Sistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk

memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat

keras dan perangkat lunak computer yang berfungsi untuk akuisisi dan verifikasi

data, kompilasi data, penyimpanan daya, perubahan data dan updating data,

memanajemen data dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggil data,

presentasi data dan analisa data. Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sistem

yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi

informasi-informasi geografis. Sistem Informasi Geografis dirancang untuk

mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana


lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis

(Kambuno et al., 2020).

2.5.2 Sub Sistem Sig

Jika definisi sistem informasi geografis diperhatikan maka, sistem informasi

geografis dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:

1. Data Input : Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan dan

menyimpan data spasial dan artibutnya dari berbagai sumber.

2. Data Output : Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran

(termasuk mengekspornya keformat yang dikendaki) seluruh atau sebagian

basisdata (spasial) baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy.

3. Data Management : Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun

tabel-tabel atribut terkait ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga

mudah dipanggil kembali atau di-retrieve,di update, dan di edit.

4. Data Manipulation dan Analysis : Subsistem ini menentukan informasi-

informasi yang dapat dihasilkan oleh sistem informasi geografis. Selain itu,

subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk

menghasilkan informasi yang diharapkan (Kambuno et al., 2020).

2.5.3 Komponen Sig

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan

sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. Menurut

Gistut, komponen SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data dan

informasi geografi, sera manajemen. Komponen SIG dijelaskan di bawah ini:


a) Perangkat keras (Hardware): Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform

perangkat keras mulai dari PC desktop, workstations, hingga multiuser host yang

dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer

yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (harddisk) yang

besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar. Walaupun demikian,

fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik-karakteristik

fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC30 pun dpat

diatasi. Adapun perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG adalah

komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.

b) Perangkat lunak (Software): Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan

sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular dimana basisdata memegang

peranan kunci.Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan

perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan

jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program yang masing-

masing dapat dieksekusi sendiri.

c) Data dan Informasi Geografi: SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data

dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara

mengimport-nya dari perangkatperangkat lunak SIG yang lain maupun secara

langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data

atributnya dari table-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.

d) Manajemen: Suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan

dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan

(Mamonto et al., 2020).


2.5.4 Fungsi dan Manfaat Sig

1. Fungsi SIG

Fungsi yang sangat mendasar dari sistem informasi geografis (SIG) adalah dapat

digunakan untuk mengintegrasikan data spasial secara sistematis sistem informasi

geografis (SIG) telah menunjukkan kegunaannya dalam mengintegrasikan

berbagai data untuk tujuan menilai perubahan terkait lahan, terutama perubahan

penggunaan lahan. Fungsionalitas yang terkandung dalam SIG dapat menghasilkan

informasi baru dan menggabungkan data spasial sehingga dapat dianalisis dan

diubah menjadi informasi untuk tujuan tertentu (Jauzali, 2019).

Dengan menggunakan sistem informasi geografis, informasi yang ada dapat

diasosiasikan pada sebuah struktur informasi yang berbasis pemetaan secara

geografis, sehingga sistem informasi geografis akan memberikan peran yang besar

dalam membantu mengorganisasikan informasi-informasi yang diinginkan dan

akan diperoleh lebih banyak lagi informasi yang didapatkan (Sulaksono, 2020).

2. Manfaat SIG

Menurut Satiawan dalam Yuliana (2020) Manfaat penggunaan sistem informasi

geografi (SIG) adalah:

1. Dapat melakukan pengolan data dengan format yang lebih baik.

2. Mengelola data dengan biaya murah dibandingkan dengan survei

lapangan.

3. Data dapat diubah dan diambil dangan cepat karena tersimpan dalam file

komputer.
4. Data yang berbentuk spasial dan non spasial dapat dikelola secara

bersama-sama.

5. Analisa dapat dilakukan secara efisien.

6. Data yang sulit diolah secara manual dapat diolah komputer danbisa

ditampilkan secara tiga dimensi.

7. Data berbentuk gambar, peta atau bagan dapat diperoleh secara cepat dan

tepat.

8. Mengolah dan menganalisa data, seperti mengubah, menambah atau

menghapus tanpa mengganggu data lain yang telah disusun

2.6 Penelitian –Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Metode


1 Mentari Partami Persebaran Untuk Metode penelitian
(2021) Objek Wisata memetakan menggunakan
Dengan Sistem objek wisata di penelitian
Informasi Kabupaten deskriptif dengan
Geografi(SIG) Lampung Barat pendekatan
Kabupaten menggunakan spasial/keruangan.
Lampung Barat Sistem
Informasi
Geografis
2 Shafira Susanti Analisis Tujuan Metode yang
(2020) Spasial penelitian digunakan dengan
Sebaran adalah untuk memberikan
resapan Air mengetahui area pembobotan dan
Pada Kawasan kondisi resapan skoring pada data
Bandung Utara air di kawasan peta serta
(Studi Kasus: lindung. melakukan
Kecamatan analisis spasial
lembang dan berupa overlay.
Kecamatan
Parongpong,
Kabupaten
Bandung
Barat)

3 Imam Ahmad Pemetaan Penelitian ini Penelitian ini


Mustain Objek Wisata bertujuan untuk menggunakan
(2017) diwilayah mengkaji metode penelitian
Kabupaten tentang survey. Objek
Pesawaran pemetaan objek penelitian ini
tahun 2017 wisata di berupa data
wilayah geospasial tentang
Kabupaten objek wisata.
Pesawaran. Subjek penelitian
yaitu daerah
objek-objek
wisata.
Pengumpulan data
dengan teknik
dokumentasi dan
observasi. Teknik
analisis data
dilakukan dengan
cara analisis data
secara kunatitatif
4 R Rahmawati, F Analisis Skripsi ini Skripsi ini
Muhammad, IAS Persebaran bertujuan untuk menggunakan
Huda Pedagang Kaki mengetahui penelitian
(2022) Lima (PKL) faktor yang kualitatif
tentang mem pengaruhi deskriptif dengan
Peraturan pedagang kaki jenis penelitian
Wilayah Kota lima (PKL) studi kasus
Jambi No.12 Berdagang di dengan
Tahun 2016 pusat pengumpulan data
Berbasis perdagangan diperoleh melalui
Geographic dan perkantoran wawancara,
Information serta objek observasi, dan
System (GIS) wisata di Kota dokumentasi.
di Kota Jambi Jambi, dan
analisis
persebaran
pedagang kaki
lima (PKL) di
masing-masing
zona kawasan
pusat
perdagangan
dan perkantoran
serta objek
wisata di Kota
Jambi berbasis
geographic
information
system (GIS).
5 NAN Panggula Strategi Tujuan dari Penelitian ini
(2022) Pengembangan penelitian menggunakan
Objek Wisata adalah untuk pendekatan
di Kabupaten mendeskripsika deskriptif
Tana Toraja = n dan kualitatif dengan
Tourism Object menganalisis jenis data primer
Development strategi dan sekunder
Strategy In pengembangan yang diperoleh
Tana Toraja Objek Wisata di dari observasi dan
Kabupaten Tana wawancara dan
Toraja pengamatan
langsung.
Sumber : Data diolah, 2023

You might also like