You are on page 1of 13

TRIKOTILOMANIA

Disusun oleh:

M. As’ari 2110070200141

Addea Saputri 2210070200012

Sherena Meilia Setiamurti 2210070200013


Billyo Karim 2210070200014

Abiyyi Bayu Rokan 2210070200015

Annisa Putri Sugianto 2310070200026

Riska Lidiastuti 2310070200012

Ikhwanul Heriyandi 2310070200044

Yeny Elvianti 2310070200035

Cici Indrayani
2310070200022

Preseptor:

DR. dr. H. Yosse Rizal, Sp. KK, FINSDV, FAADV

dr. Yola Fadilla, Sp. DV

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR DERMATOVENEROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Trikotilomania”.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pembimbing
kepaniteraan Dermatovenerologi bapak DR. dr. H. Yosse Rizal, Sp. KK,
FINSDV, FAADV, dan ibu dr. Yola Fadilla, Sp. DV atas bimbingan selama
kepaniteraan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak
terdapat kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan
demi perbaikan penyusunan makalah ini.
Semoga penulisan makalah ini dapat berguna bagi penulis dan seluruh
pihak yang membaca makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bukittinggi, 15 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TRIKOTILOMANIA.............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I Latar Belakang.....................................................................................1
BAB II Tinjauan Pustaka.................................................................................2
2.1 Definisi.................................................................................................................2
2.2 Epidemiologi........................................................................................................2
2.3 Komorbiditas........................................................................................................4
2.4 Etiologi.................................................................................................................4
2.5 Patofisiologi.........................................................................................................6
2.6 Gejala Klinis.........................................................................................................8
2.7 Diagnosis..............................................................................................................9
2.8 Diagnosis Banding.............................................................................................10
2.9 Komplikasi.........................................................................................................10
2.10 Penatalaksanaan..................................................................................................10
2.11 Prognosis............................................................................................................13
BAB III Penutup...............................................................................................14
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang

Trikotilomania diklasifikasikan sebagai gangguan impuls kontrol dan merupakan


sebuah gangguan perilaku menarik rambut secara berulang yang bersifat kronis dan
mengakibatkan terjadinya kerontokan rambut. Perilaku menarik rambut tersebut tidak
hanya dilakukan pada area kulit kepala, namun juga pada area pubis, alis, atau bulu
mata yang didahului dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puas atau lega
setelahnya. Kondisi ini ditandai dengan adanya kerontokan rambut yang mencolok dan
tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau rambut lain atau kegiatan stereotipi
yang lain.1
Trikotilomania telah dikenal sejak hampir dua abad yang lalu dan istilah
trikotilomania itu pertama kali oleh ahli kulit asal Prancis François Henri Hallopeau.
Penyakit ini dapat dikategorikan berdasarkan onset menjadi: pra sekolah, pra-remaja,
dewasa muda dan dewasa (First et al., 2010). Dari klasifikasi tersebut didapatkan
perbedaan gejala dan respon terapi dimana pada pasien pra-sekolah dan dewasa muda
memiliki kebiasaan menarik rambut otomatis dan tanpa disadari serta memiliki respon
yang baik terhadap pengobatan konservatif.1, 2
Gangguan kejiwaan ini bisa dialami oleh siapa saja, baik pria maupun wanita.
Namun wanita lebih mudah mengidap trikotilomania. Kemungkinan pria hanya 10
persen dari kasus trikotilomania yang ada. Dan pada kebanyakan kasus, trikotilomania
menyerang para remaja. Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset
trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun. 1, 2
Permulaan mencabut rambut umumnya terjadi pada akhir masa kanak-kanak atau
awal remaja. Ttrikotilomania sering dikaitkan dengan penurunan harga diri dan kualitas
hidup serta penghindaran situasi sosial (misalnya, mendapatkan memotong rambut,
berenang, berada di luar saat cuaca berangin, melakukan aktivitas olahraga, atau
berkencan, isyarat untuk melakukan penarikan mungkin termasuk stres, kebosanan, atau
“waktu senggang”. 1, 2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Trikotilomania adalah gangguan impuls kontrol dan merupakan sebuah gangguan
perilaku menarik rambut secara berulang yang bersifat kronis dan mengakibatkan
terjadinya kerontokan rambut. Perilaku menarik rambut tersebut tidak hanya dilakukan
pada area kulit kepala, namun juga pada area pubis, alis, atau bulu mata. Gangguan ini
termasuk dalam gangguan kejiwaan utama dimana manifestasi kulit diinduksi sendiri.1

2.2 Epidemiologi
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset trikotilomania ini
berkisar antara 12-13 tahun. Pada orang dewasa ditemukan adanya prevalensi sebesar
0,6-3,4% dengan kecendrungan lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Jumlah pasien yang mengalami trikotilomania di masyarakat secara relatif masih sedikit
yang diketahui. Secara klinis, kegiatan mencabut rambut yang cocok dengan kriteria
trikotilomania ditemukan pada 0,6% - 3,9% mahasiswa yang disurvei.3

2.3 Komorbiditas

penyerta umumnya terdapat pada individu dengan trikotilomania. Studi


mengemukakan bahwa individu dengan trikotilomania memiliki tingkat kecacatan
formal depresif (29,2 – 52%), kecemasan (8,3-27%) dan alkohol (33,3%) dan persentase
yang lebih besar dari orang-orang dengan trikotilomania mengakui masalah dengan
kecemasan atau depresi (66 – 68%).4

Komorbiditas signifikan ditemukan antara trikotilomania dan gangguan obsesif


kompulsif, gangguan cemas menyeluruh, gangguan depresi, gangguan makan.
Trikotilomania juga sering terjadi bersamaan dengan kelainan pengelupasan kulit, dan
bila hal ini terjadi, orang cenderung mengalami gejala trikotilomania yang lebih parah. 4

2.4 Etiologi

2
Penyebab secara ilmiah belum diketahui secara pasti. Namun para ahli berfikir
bahwa etiologi dari trikotilomania adalah ketidakseimbangan kimia yaitu
neurotransmitter yang merupakan bagian komunikasi di otak. Beberapa penelitian
pencitraan menunjukkan penebalan girus frontal inferior kanan, dan penelitian lain
menunjukkan penurunan volume otak kecil. Etiologi yang lebih baru adalah pada
bagian materi abu-abu dan putih (gray and white matter). Sebuah penelitian
menemukan berkurangnya integritas materi putih di dalam cingulate anterior, area
motorik pra-suplemen, dan korteks temporal kanan dan kiri pada orang dengan
diagnosis Trikotilomania.5
Faktor lain dalam etiologi adalah neuropsikologi dan komponen kognitif.
Banyak pasien trikotilomania melaporkan bahwa ada situasi stres yang terjadi sebelum
perilaku mencabut rambut. Yang lain menggambarkan kebosanan sebelum mencabut
rambut. Perasaan bosan atau stres ini merupakan efek negatif, atau perasaan atau
emosi internal, yang menurut penelitian berkorelasi dengan peningkatan perilaku
mencabut rambut.5
Penjelasan yang telah diajukan mengenai permulaan dan pemeliharaan perilaku
mencabut rambut adalah sebagai berikut:
a. Defisiensi serotonin: terdapat hubungan antara defisiensi neurotransmitter
serotonin (5-hydroxytryptamine [5-HT]) dan trikotilomania; hubungan yang
dihipotesiskan antara keduanya didasarkan pada keberhasilan inhibitor
reuptake serotonin selektif (SSRI) dalam mengobati beberapa orang dengan
trikotilomania.
b. Kelainan struktural otak: Studi Magnetic Resonance Imaging (MRI) telah
menunjukkan bahwa beberapa individu dengan trikotilomania memiliki
kelainan pada daerah subkortikal yang terlibat dalam pembentukan kebiasaan,
kontrol penghambatan, dan pengaturan pengaruh
c. Metabolisme otak yang tidak normal: Pemindaian tomografi emisi positron
(PET) telah mengungkapkan bahwa beberapa individu dengan trikotilomania
memiliki tingkat glukosa metabolik yang tinggi di area global, bilateral,
cerebellar, dan parietal superior kanan.
d. kerentanan genetik: DSM-5 mencatat bahwa terdapat beberapa bukti bahwa
kerentanan genetik berperan ; trikotilomania lebih sering terjadi pada orang
dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) dan kerabat tingkat pertama
mereka.

3
e. Faktor psikologis: Beberapa teori psikologis (misalnya psikodinamik,
perilaku, dan etologis) telah berusaha menjelaskan trikotilomania pada anak-
anak; teori-teori tersebut mencakup pengurangan stres, regulasi emosional,
dan stimulasi sensorik

2.5 Patogenesis
Dari sudut pandang dermatologis, trikotilomania adalah salah satu bentuk alopecia
traumatis. Trauma pada folikel terjadi akibat perilaku pasien mencabut rambut secara
berulang-ulang. Mencabut rambut dapat terjadi bersamaan dengan perilaku perawatan
berulang lainnya, seperti menggigit kuku dan mencabut kulit.6

Trikotilomania menyebabkan pola kerontokan rambut yang sangat bervariasi. Kulit


kepala merupakan area yang paling sering terkena pencabutan rambut, diikuti oleh alis,
bulu mata, area kemaluan dan perirektal, aksila, tungkai, badan, dan wajah. Kebotakan
yang diakibatkannya dapat berkisar dari area rambut rontok tipis yang tidak terlihat
hingga kebotakan total di area yang dicabut.6

2.6 Gejala Klinis


Tanda dan gejala trikotilomania meliputi:6
 Botak dikepala atau bagian lain dari tubuh
 Bulu mata atau alis jarang
 Bermain dengan mencabuti rambut
 Menggosok rambut, menarik keluar dibibir atau wajah

2.7 Diagnosis

Kriteria diagnosis trikotilomania diantaranya :7


1. Kebiasaan mencabut rambut secara terus menerus hingga mengalami
kerontokan rambut
2. Kesulitan dalam menghentikan dan menehan diri untuk tidak mencabut
rambut
3. Kebiasaan mencabut rambut sampai menimbulkan gangguan dan kesulitan
dalam kehidupan sosial
4. Kebiasaan mencabut rambut tidak disebabkan oleh penyakit pada rambut
atau kulit
5. Kebiasaan mencabut rambut tidak disebabkan oleh gangguan mental
lain,yang gejalanya berupa tindakan mencabut rambut

A. Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:

4
 Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable) disebabkan
oleh berulangkali gagal menahan diri terhadap impuls untuk mencabut rambut.

 Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan yang meningkat


dansetelahnya diikuti dengan rasa lega atau puas

B. Diagnosa ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada peradangan kulit,
atauapabila pencabutn rambut adalah respons terhadap waham atau halusinas.8

2.8 Pemeriksaan penujang

Pemeriksaan dengan lampu wood maupun pemeriksaan dengan mikroskop


padasediaan langsung rambut yang rusak dengan menggunakan larutan KOH
20%.Pemeriksaan dermoskopi telah terbukti sangat berguna untuk membedakankondisi
trikotilomania dari alopesia areata. Adanya garis patahan rambut yang
khas pada dermoskopi merupakan indikasi dari trikotilomania, sedangkan adanya sisa
rambut seperti tanda seru (exclamation merk hair).9

2.9 Diagnosis banding

Alopesia areata mungkin sulit dibedakan dengan trikotilomania


pada pemeriksaan awal, namun penyebab terjadinya penyakit ini dapat membantu
menentukan diagnosis yang benar. Pada alopesia areata dapat membantu menentukan
diagnosis yang benar.pada alipesia areata dapat berhubungan dengan penyakit autoimunl
linnya,misalnya penyakit tyroid,maka evaluasi laboratorium mungkin diperlukan.10

2.10 Komplikasi

1. Stress berkepanjangan
2. Kerusakan kulit dan rambut

5
2.11 Penatalaksanaa

1. Psikoterapi

Psikoterapi bertujuan untuk mengatasi trikotilomania dilakukan dalam bentuk terapi


psikologis dengan psikiater.metode ini akan terfokus pada perubahan perilaku pasien
dengan mengalihkan tindakan mencabut rambut menjadi suatu aktivitas yang tidak
berdampak buruk.11

Beberapa cara yang biasa dilakukan untuk penderita trikolomania dalam mengalihkan
dorongan meliputi :
a. Meremas stress ball atau benda asing
b. Memainkan alat yang dapat mengalihkan kegelisahan seperti fidget cube
c. Mengucapkan atau meneriakkan kalimat atau kata secara berulang
d. Mandi atau berendam dalam suasana yang menenangkan untuk meredakan
perasaan gelisah atau cems yang muncul
e. Mempelajari teknik pernafasan untuk menenangkan dan meredakan gejala
ketika kambuh
f. Berolahraga secara teratur
g. Memotong rambut menjadi pendek

2. Terapi perilaku kognitif (CBT)

CBT adalah bentuk terapi yang bertujuan untuk mengubah perilaku


denganmengidentifikasi faktor-faktor yang memicu rambut tersebut ditarik.
Terapi perilaku kognitif dapat diperlihatkan ke pasien dan diajarkan
strategi positif yangfleksibel, sering digabung dengan latihan keterampilan sosial. Metode
CBT iniharus dilakukan oleh psikolog terlatih dan berpengalaman dalam trikotilomania. 12

3. Terapi Farmakologi

Dapat diberikan oabat obatan seperti anti depresan golongan serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) untuk meredakan gejala tritilomania seperti fluoxetin. Dimana obat
antidepresan ini juga dapat dikombinasikan dengan obat antipsikotik seperti aripiprazol
atau olanzapine. beberapa obat yang telah mengurangi keparahan gejala TTM pada
beberapaindividu. Antidepresan, clomipramine, asam amino dan N-asetil sistein, telah

6
menunjukkan manfaat paling efektif.13

2.12 Prognosis

Prognosis pasien trikotilomania ini baik karena bila ditemukan pada usia muda
perilaku kompulsif ini dapat hilang dalam waktu dekat dengan adanya dukungan dari
orang tua pasien. Sehingga bila ditemukan di usia muda semakin baik prognosisnya.15

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trikotilomania merupakan salah satu bentuk gangguan mental yang ditandai dengan
tindakan berulang berupa menarik dan mencabuti rambut baik itu di kepala, wajah,
ataupun area tubuh lain atau dikenal pula sebagai hair-pulling disorder atau gangguan
mencabuti rambut. Trikotilomania lebih sering dialami perempuan daripada laki-laki,
dengan perbandingan 10 : 1. Area rambut yang dicabuti paling sering ditemukan pada
rambut di kepala. Biasanya, gangguan ini dialami seseorang di masa remaja kemudian
berhenti dengan sendiri. Namun tidak jarang trikotilomania berlanjut hingga dewasa atau
bahkan baru dialami ketika dewasa. Umumnya, penderita trikotilomania memiliki
dorongan untuk mencabuti rambutnya ketika mengalami stres atau rasa cemas. Penderita
meyakini, mencabuti rambutnya dapat meredakan stres atau rasa cemas yang dialaminya.
Kebiasan ini sangat sulit untuk dihilangkan, walaupun penderita tahu hal itu tidak baik
baginya. Trikotilomania sebenarnya tidak terlalu membahayakan. Namun karena sulit
berhenti, kondisi yang ekstrim bisa sampai menyebabkan area kepala yang gundul, alis
mata yang bercelah, bulu mata yang habis, dan sebagainya. Hal ini tentu menyebabkan
kepercayaan diri yang hancur. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, trikotilomania
bisa dikurangi atau dihentikan. Jika tidak, kondisi ini berpotensi menyebabkan gangguan
mental atau kerusakan kulit.

8
DAFTAR PUSTAKA

- Kurniawan A, Dewi TYP. Dinamika Psikologis Individu Yang Mengalami


Trikotilomania. Journal Psikologi Udayana. 2020. Vol 7(1). Hal. 40-48
- Demetriou, S. Emotion Regulation In Disorder. The Role Of Stress And Trauma
By. 2019
- Saadabadi A, Pereyra DA. Trichotillomania. Journal Of Stat Pearls. 2023
- Chamberlain SR, Harries M, Redden SA, Keuthen NJ, Stein DJ, Lochner C,
Grant JE. Cortical Thickness Abnormalities In Trichotillomania: International
Multi-Site Analysis. Brain Imaging Behav. 2018 Jun;12(3):823-828
- Betty Y, Toner BB, Casati J. Psychosocial Issues For Women With
Trichotillomania. Journal Of Obsessive-Compulsive And Related Disorders.
2023:41(5). Hal. 344-351
- Hibah JE, Redden SA, Medeiros GC, Odlaug BL, Curley EE, Tavares H,
Dkk. Trikotilomania Dan Hubungan Klinisnya Dengan Depresi Dan
Kecemasan. Praktek Klinik Psikiatri Int J. 2017:21. 302-304
- Ingram IM, Timbury GC, Mowbray. 1995.Notes On Psychiatry.Edisi Ke 6.
(Terjemahan). Jakarta: EGC.
- Maramis WF, Maramis AA. 2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya:Airlangga University Press.
- Maslim, Rusdi. 2013.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJ-
III Dan DSM-5.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
- Mitahul, Negari. 2011.Trikotilomania. (Online) (Juni2016)Prasetyo,
- Hanafi Eko. 2012.Penyebab Trikotilomania(Online). Diambil
Dari:Http://Health.Detik.Com/Read/2009/12/21/150
429/1263713/770/Trikotilomania. (8 Juni 2016)

9
10

You might also like