Professional Documents
Culture Documents
Bab 2 Lelaki Misterius
Bab 2 Lelaki Misterius
Lelaki misterius
“Alhamdulillah akhirnya bisa ke kejar juga tugasnya hmmm” gumam Dinda lega.
“Ini pertama dan terakhir yah din” ujar Lili teman sebangku nya. Lili sangat mengenal Dinda,
Dinda yang ia kenal tak pernah alpa dalam mengerjakan tugas, selalu professional, gesit dan
“Iyah Li iyah tapi sekali kali ngga apa apa yah…hehe..” ucapnya menggoda Lili yang merasa
Usai jam kuliah, Dinda dan Lili menyantap makan siang di kantin kampusnya, hari itu
mereka membawa bekal dari rumah. Disaat sedang asik menikmati makan siangnya, tiba-tiba
“Din, nih ada titipan buat kamu” ujar mahasiswi tersebut menyodorkan bingkisan berwarna
biru.
“Aku juga nggak kenal, tadi hanya disuruh kasi ke kamu, udah yah aku balik ruangan dulu”
ucapnya.
Dinda yang terheran lantas mencari resi pengirimannya. Ia memutar-mutar kotak itu tapi
“Dibuka aja dulu Din, mungkin pengirimnya tertulis didalam” pinta Lili.
Bingkisan kotak biru itu pun di buka oleh dinda dengan penuh hati-hati. Ditemukannya
secarik kertas dan satu bungkus coklat kesukaan Dinda. Ia sangat terkejut melihat isi
memberikan sesuatu yang manis” tulisan dari surat misterius itu. Bahkan di surat itu tidak
“Maksudnya…? Dan dari siapa kok pengirimnya nggak ditulis?” Tanya dinda bingung.
“Dan dia kok bisa tau yah kalo aku suka coklaat?” lanjut Dinda, tiba-tiba dalam benak Dinda
muncul pikiran jikalau seseorang yang mengirim coklat tersebut adalah Abdullah, Dinda pun
tersenyum tersipu.
“Hayoooo….dari senyumanmu nampaknya si misterius ini kamu kenal Din hehe” ucap Lili
“Sudah ah yuk balik kelas” ucap Dinda dengan malu-malu dan mereka pun bergegas
Hari ini Dinda pulang kuliah lebih cepat dari sebelumnya karena salah satu dosen nya
sedang berhalangan untuk hadir. Ia menaiki kendaraan umum. Kendaraan umum yang Dinda
dengan berjalan kaki, jarak rumahnya lumayan jauh dari depan gang namun karena hal itu
sudah menjadi keseharian Dinda sehingga tidak membuatnya merasa lelah. Siang itu begitu
terik hingga membuat keringat Dinda bercucuran. Hari ini tidak ada jadwal kajian rutin di
mesjid, jadi Dinda melewati mesjid itu begitu saja dan dilihatnya tidak ada satu pun orang
nya. Dinda yang tadinya sedang menoleh kearah mesjid merasa di kagetkan dengan ucapan
wajah gadis berhijab itu berkeringat bercucuran. Ia lalu memberikan sapu tangan kepada
Dinda.
“Nampaknya kamu terlihat lelah sekali, mungkin ini bisa sedikit membantu membersihkan
keringatmu” ujar Abdullah sembari ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya
dan menyodorkan sapu tangan miliknya. Namun Dinda menolaknya dengan perasaan malu.
“Nggak apa-apa kok, terimakasih atas tawaran nya” ucap Dinda sembari menggunakan
penolakan itu dan Abdullah pun memasukan sapu tangan nya ke dalam tas milik Dinda dan
“Loh, sapu tangan nyaaa….” Ucap dinda melihat Abdullah yang pergi meninggalkannya.
Dinda tersenyum ke arah sapu tangan milik Abdullah, entah mengapa sikap Abdullah
semakin membuat Dinda seperti terbang di atas langit ketujuh. Perasaan Dinda semakin
bergejolak. Abdullah merupakan satu-satunya lelaki yang telah membuat hati dan pikiran
Selepas makan malam bersama kedua orangtuanya, seperti biasa gadis bertubuh mungil
itu membereskan meja makan dan mencuci piring, bahkan ia suka sekali menghabiskan
waktu untuk merapikan dapur. sebagai orangtua melihat anak gadisnya yang telah beranjak
dewasa pun telah memahami bagaimana cara mengurus rumah dengan baik membuat mereka
semakin mantap membujuk anaknya untuk segera menikah, terlebih anak gadis satu-satunya
sudah mandiri membuat mereka merasa tak ada lagi alasan untuk tidak menikahi anaknya
bahkan kedua orangtuanya tidak mempermasalahkan jika pun dinda masih kuliah karena bagi
“Bagaimana bisnis dan kuliah mu nak, lancar..? ” Tanya ayahnya memulai percakapan
“Alhmdulillah sejauh ini lancar yah” jawab Dinda dan ayahnya pun mengangguk.
“Syukurlah nak…. Boleh ayah Tanya sesuatu?” lanjut ayahnya. Mendengar ucapan ayahnya
Dinda pun sudah menebak hal yang akan ayahnya pertanyakan, namun seperti biasa Dinda
berusaha mengalihkan agar tidak terjadi percakapan tentang hal yang belum ingin Dinda
lakukan.
“Maaf yahh, Dinda ada tugas dan harus dikumpulkan malam ini juga jadi kita ngobrolnya
lain kali saja yah ayah, Dinda ke kamar dulu” ujar Dinda, lalu ia bergegas menuju kamarnya.
Dinda sangat menyayangi kedua orangtuanya, ia tak bermaksud menyakiti hati mereka
tapi impian Dinda juga membahagiakan mereka dengan berhasil menyelesaikan kuliah dan
sukses dalam bisnis nya. Meski Dinda tau keinginan orangtuanya saat ini hanya saja bertolak
tak dikenal, Dinda yang kebetulan baru saja selesai shalat langsung mengambil handphone
“Assalamualaiqum.. dear my dream, perasaan memang tidak bisa dipaksa tapi yang aku tau
hati bisa kapan saja berubah bahkan untuk memiliki seseorang yang kita inginkan juga
bukan hal yang tidak mungkin” isi pesan dari nomor tak dikenal. Ini kali kedua Dinda
mendapatkan kejutan dari orang yang tak dikenal dan lagi-lagi dinda merasa bahwa pesan ini
dari Abdullah, Dinda pun tersenyum tersipu malu. Dinda hanya mengabaikan pesan itu dan
meletakkan kembali handphone nya, seketika Dinda memikirkan hal yang kedua orangtuanya
inginkan yaitu melihat Dinda menikah. Ada muncul pikiran dalam benak Dinda
“Mungkinkah aku harus menikah dengan Abdullah..?” Tanya nya dalam hati. “Astaghfirullah
Dindaaaaa… kenapa dengan pikiranmu, bagaimana mungkin menikah dengan lelaki yang
“Tapi bagaimana kalo pesan ini dan kotak biru itu bukan dari Abdullah ? lantas dari siapa ?”
lanjut Tanya Dinda dalam hati. Pikiran dan hatinya sedang berperang, satu sisi ia merasa itu
adalah Abdullah namun di satu sisi ia meragukan jikalau itu bukanlah Abdullah.
***