You are on page 1of 5

1.

Lelaki misterius

“Alhamdulillah akhirnya bisa ke kejar juga tugasnya hmmm” gumam Dinda lega.

“Ini pertama dan terakhir yah din” ujar Lili teman sebangku nya. Lili sangat mengenal Dinda,

Dinda yang ia kenal tak pernah alpa dalam mengerjakan tugas, selalu professional, gesit dan

nggak se-bucin sekarang.

“Iyah Li iyah tapi sekali kali ngga apa apa yah…hehe..” ucapnya menggoda Lili yang merasa

geram melihat perubahannya.

“iiihhhssss… dasar si bucin” balas Lili.

Usai jam kuliah, Dinda dan Lili menyantap makan siang di kantin kampusnya, hari itu

mereka membawa bekal dari rumah. Disaat sedang asik menikmati makan siangnya, tiba-tiba

salah satu mahasiswi datang menghampiri mereka.

“Din, nih ada titipan buat kamu” ujar mahasiswi tersebut menyodorkan bingkisan berwarna

biru.

“Dari siapa” Tanya Dinda dengan heran.

“Aku juga nggak kenal, tadi hanya disuruh kasi ke kamu, udah yah aku balik ruangan dulu”

ucapnya.

“Oh iya iya makasih yah” jawab Dinda.

Dinda yang terheran lantas mencari resi pengirimannya. Ia memutar-mutar kotak itu tapi

tidak ia temukan resi nya.

“Dibuka aja dulu Din, mungkin pengirimnya tertulis didalam” pinta Lili.

Bingkisan kotak biru itu pun di buka oleh dinda dengan penuh hati-hati. Ditemukannya

secarik kertas dan satu bungkus coklat kesukaan Dinda. Ia sangat terkejut melihat isi

bingkisan tersebut dan dibacanya surat itu yang bertuliskan.


“Dear my dream….untuk menjadi yang termanis harus dengan cara yang manis serta

memberikan sesuatu yang manis” tulisan dari surat misterius itu. Bahkan di surat itu tidak

tercantum nama penulisnya. Dinda semakin bingung.

“Maksudnya…? Dan dari siapa kok pengirimnya nggak ditulis?” Tanya dinda bingung.

Wajah cantiknya terganggu oleh kerutan keningnya.

“Yah mungkin itu dari penggemar mu din” Lili bergurau.

“Dan dia kok bisa tau yah kalo aku suka coklaat?” lanjut Dinda, tiba-tiba dalam benak Dinda

muncul pikiran jikalau seseorang yang mengirim coklat tersebut adalah Abdullah, Dinda pun

tersenyum tersipu.

“Hayoooo….dari senyumanmu nampaknya si misterius ini kamu kenal Din hehe” ucap Lili

lagi. Lili paling suka menggoda dinda.

“Sudah ah yuk balik kelas” ucap Dinda dengan malu-malu dan mereka pun bergegas

membawa kotak makan siangnya.

Hari ini Dinda pulang kuliah lebih cepat dari sebelumnya karena salah satu dosen nya

sedang berhalangan untuk hadir. Ia menaiki kendaraan umum. Kendaraan umum yang Dinda

tumpangi hanya mengantarnya didepan gang rumahnya. Dinda melanjutkan perjalanannya

dengan berjalan kaki, jarak rumahnya lumayan jauh dari depan gang namun karena hal itu

sudah menjadi keseharian Dinda sehingga tidak membuatnya merasa lelah. Siang itu begitu

terik hingga membuat keringat Dinda bercucuran. Hari ini tidak ada jadwal kajian rutin di

mesjid, jadi Dinda melewati mesjid itu begitu saja dan dilihatnya tidak ada satu pun orang

disana namun dari arah berlawanan tiba-tiba muncul Abdullah.


“Assalamualaiqum Dinda…” Abdullah mengucap salam dengan melempar senyuman khas

nya. Dinda yang tadinya sedang menoleh kearah mesjid merasa di kagetkan dengan ucapan

salam dari Abdullah.

“Wawawaalaiqumsalam Abdullah..” jawab Dinda dengan suara bergetar. Abdulah melihat

wajah gadis berhijab itu berkeringat bercucuran. Ia lalu memberikan sapu tangan kepada

Dinda.

“Nampaknya kamu terlihat lelah sekali, mungkin ini bisa sedikit membantu membersihkan

keringatmu” ujar Abdullah sembari ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya

dan menyodorkan sapu tangan miliknya. Namun Dinda menolaknya dengan perasaan malu.

“Nggak apa-apa kok, terimakasih atas tawaran nya” ucap Dinda sembari menggunakan

tangannya untuk menghilangkan keringat di wajah nya, tapi Abdullah mengabaikan

penolakan itu dan Abdullah pun memasukan sapu tangan nya ke dalam tas milik Dinda dan

tanpa berkata apa-apa Abdullah pun beranjak pergi.

“Loh, sapu tangan nyaaa….” Ucap dinda melihat Abdullah yang pergi meninggalkannya.

Dinda tersenyum ke arah sapu tangan milik Abdullah, entah mengapa sikap Abdullah

semakin membuat Dinda seperti terbang di atas langit ketujuh. Perasaan Dinda semakin

bergejolak. Abdullah merupakan satu-satunya lelaki yang telah membuat hati dan pikiran

Dinda berbunga-bunga dengan sikap nya.

Selepas makan malam bersama kedua orangtuanya, seperti biasa gadis bertubuh mungil

itu membereskan meja makan dan mencuci piring, bahkan ia suka sekali menghabiskan

waktu untuk merapikan dapur. sebagai orangtua melihat anak gadisnya yang telah beranjak

dewasa pun telah memahami bagaimana cara mengurus rumah dengan baik membuat mereka

semakin mantap membujuk anaknya untuk segera menikah, terlebih anak gadis satu-satunya
sudah mandiri membuat mereka merasa tak ada lagi alasan untuk tidak menikahi anaknya

bahkan kedua orangtuanya tidak mempermasalahkan jika pun dinda masih kuliah karena bagi

mereka menikah adalah suatu ibadah yang disegerakan.

“Bagaimana bisnis dan kuliah mu nak, lancar..? ” Tanya ayahnya memulai percakapan

setelah makan malam bersama.

“Alhmdulillah sejauh ini lancar yah” jawab Dinda dan ayahnya pun mengangguk.

“Syukurlah nak…. Boleh ayah Tanya sesuatu?” lanjut ayahnya. Mendengar ucapan ayahnya

Dinda pun sudah menebak hal yang akan ayahnya pertanyakan, namun seperti biasa Dinda

berusaha mengalihkan agar tidak terjadi percakapan tentang hal yang belum ingin Dinda

lakukan.

“Maaf yahh, Dinda ada tugas dan harus dikumpulkan malam ini juga jadi kita ngobrolnya

lain kali saja yah ayah, Dinda ke kamar dulu” ujar Dinda, lalu ia bergegas menuju kamarnya.

Dinda sangat menyayangi kedua orangtuanya, ia tak bermaksud menyakiti hati mereka

tapi impian Dinda juga membahagiakan mereka dengan berhasil menyelesaikan kuliah dan

sukses dalam bisnis nya. Meski Dinda tau keinginan orangtuanya saat ini hanya saja bertolak

belakang dengan impian Dinda.

Beberapa menit usai shalat…

“Kriiingg…kriiinngg…kriiingg” suara handphone Dinda berdering, pesan masuk dari nomor

tak dikenal, Dinda yang kebetulan baru saja selesai shalat langsung mengambil handphone

nya yang terletak di atas meja belajarnya.

“Assalamualaiqum.. dear my dream, perasaan memang tidak bisa dipaksa tapi yang aku tau

hati bisa kapan saja berubah bahkan untuk memiliki seseorang yang kita inginkan juga

bukan hal yang tidak mungkin” isi pesan dari nomor tak dikenal. Ini kali kedua Dinda
mendapatkan kejutan dari orang yang tak dikenal dan lagi-lagi dinda merasa bahwa pesan ini

dari Abdullah, Dinda pun tersenyum tersipu malu. Dinda hanya mengabaikan pesan itu dan

meletakkan kembali handphone nya, seketika Dinda memikirkan hal yang kedua orangtuanya

inginkan yaitu melihat Dinda menikah. Ada muncul pikiran dalam benak Dinda

“Mungkinkah aku harus menikah dengan Abdullah..?” Tanya nya dalam hati. “Astaghfirullah

Dindaaaaa… kenapa dengan pikiranmu, bagaimana mungkin menikah dengan lelaki yang

belum tentu ia menyukaimu juga hmmm” lanjut gumamnya.

“Tapi bagaimana kalo pesan ini dan kotak biru itu bukan dari Abdullah ? lantas dari siapa ?”

lanjut Tanya Dinda dalam hati. Pikiran dan hatinya sedang berperang, satu sisi ia merasa itu

adalah Abdullah namun di satu sisi ia meragukan jikalau itu bukanlah Abdullah.

***

You might also like