Professional Documents
Culture Documents
Bab 14 Cinta Dalam Diam
Bab 14 Cinta Dalam Diam
Pagi hari yang begitu cerah. Dinda membuka tirai jendela kamarnya. Menghirup udara
segar. Ia mengawali pagi hari dengan keadaan hati yang berbunga-bunga. Ia melihat ke arah
jam yang terletak di atas meja belajarnya. Masih begitu pagi. Ia membuka kunci ponselnya
dan menyetel lagu bernuansa romantis seolah mewakili perasaannya. setelah menyetel lagu
kesukaannya, ia meletakkan kembali ponsel di atas meja dan menarik handuk lalu bergegas
“Baby.. I’m dancing in the dark with you between my arms, barefoot on the grass, listening
to our favorite song when you said you looked a mess. I whispered underneath my breath,
“Kayaknya musik itu berasal dari kamarnya Dinda”. Ibu Hafsah menerka-nerka.
“Siapa lagi kalo bukan anak gadis kesayanganmu buk”. ucap pak Zulfikar yang sedang
duduk di meja makan menunggu sarapan yang tengah di siapkan oleh istrinya.
Beberapa menit kemudian. Dinda keluar dari kamarnya. Sudah tidak terdengar suara
musik lagi. ia membawa dua kotak besar yang berisi beberapa kosmetik jualannya yang akan
Dinda terlihat lebih ceria dari sebelumnya. ayah dan ibunya mengerutkan dahi melihat
gadisnya menyapa dengan begitu gembira. anak gadis kesayangan pak Zulfikar itu hendak
Dinda membuka gerban, tak lupa ia menoleh kearah rumah ustad Ilham berharap bisa
melihat lelaki yang mengucap kata ta’aruf padanya. lalu menaiki motornya dan melaju
Jalan itu hanya muat satu mobil. Dinda pun menepikan motornya. mobil itu seperti tak asing
baginya. Setelah mobil itu lewat ia pun bergegas menarik gas motornya dan melanjutkan
perjalanannya.
Sementara lelaki pemilik mobil itu adalah Fajar. Ia hendak menjemput temannya yang
Sesampai Dinda di kantor pos. ia terpaksa mengantri karena hari ini kantor pos begitu
ramai. Saat sedang menunggu. Tiba-tiba Ponsel Dinda bergetar. Ia mengusap layar
“Wa’alaiqumsalam Abdulah, pagi ini aku sedang berada di kantor pos, ada apa yah?” balas
Dinda.
Dinda sejenak mempertimbangkan ajakan dari Abdulah. Hari ini memang sedang libur
kuliah tapi bukan itu yang membuatnya ragu. Ia khawatir takut pertemuan itu ada yang
“Bertiga sama temanku pemilik restoran. Jangan khawatir Dinda”. balas Abdulah.
Dinda menarik nafasnya lega. Rasa khawatirnya terobati dengan kata-kata Abdulah. Ia
mengambil helmnya lalu menuju restoran yang telah Abdulah kirim alamatnya. Tak ada yang
berbeda dari sebelumnya. masih sama. Masih saling tidak menyapa dan hanya sesekali
komunikasi via chat. Tapi yang membuat Dinda bahagia paling tidak perasaannya terbalas.
Dinda sampai di parkiran restoran yang Abdulah maksud. Iya memriksa alamat di dalam
ponselnya.
langkahnya terhenti ketika melihat mobil sedan berwarna hitam yang ia lihat tadi pagi juga
Saat sedang menerka-nerka pemilik mobil sedan itu, ponsel Dinda berdering. Kali ini
tangannya. Namun hal yang mengagetkan terjadi. Lelaki yang duduk tepat di depan Abdulah
“Dinda?”.
“Iya aku kenal Dinda kuliah di kampus yang sama”. Ucap Fajar. Abdulah mengangguk dan
“Tadinya aku mau kenalin kamu dengan temanku ternyata kalian justru sudah lebih dulu
“Aku juga baru beberapa hari kenal Dinda”. Ucap Fajar. Ia seolah tak ingin membuat
“Dinda juga wanita yang baik, sholehah, beruntung banget kamu Abdulah jika memilikinya”.
Fajar melirik Dinda. Mendengar itu pun Dinda kaget dan tersenyum tersipu malu. Berat
Tak lama kemudian pelayan restoran itu membawa tiga gelas berisi jus. Mata Dinda
melebar ketika melihat jus yang Fajar pesan untuknya merupakan jus alpukat kesukaannya.
Untuk kedua kalinya Fajar melakukan itu bahkan saat sedang bersama Abdulah.
Mata Dinda tertuju pada sikap santai Fajar dan sesekali melirik Abdulah yang masih asyk
mengobrol dengan Fajar. Menceritakan banyak hal. Dinda merasa seperti menjadi orang
Perasaan Dinda masih kaget dan sekaligus takut. Ia berharap semoga Abdulah tidak
menceritakan apa-apa pada Fajar tentang hubungan mereka. Karena Dinda tidak mau
menimbulkan fitnah. Dinda pun tidak menyangka bahwa Abdulah dan Fajar saling mengenal
Ia teringat saat Fajar menawarkannya tumpangan. saat itu Ia memang sempat berkata
bahwa ia pulang dari rumah temannya berarti yang ia maksud saat itu adalah Abdulah. Dunia
ceritakan membuat hatinya sakit. Mengapa harus Dinda?. Wanita yang juga Fajar idamkan.
Yang bisa Fajar lakukan sekarang hanyalah mencintai Dinda dalam diam.
Tak ada satupun yang mengetahui perasaan Fajar terhadap Dinda, Fajar yang memilih
untuk memendam perasaanya karena merasa tidak pantas mendapatkan gadis sholehah itu
justru teman masa SMA nya itu yang lebih dahulu memiliki hati Dinda. Namun sikap dewasa
Tidak ada kebahgiaan terbesar bagi Fajar selain melihat wanita yang ia idamkan bahagia.
Fajar berusaha menjadi yang terbaik agar bisa mengimbangi Dinda bahkan ia menemui
Abdulah rutin untuk memperdalam ilmu agamanya. Namun rencana Allah begitu di luar
dugaan Fajar.