You are on page 1of 25

Tugas Besar Irigasi

BAB IV
ANALISA DATA

4.1 Sumber Data


Sumber data dan peta berasal dari beberapa instansi Pemerintah yaitu:
1. Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana.
2. Puslitbang Sumber Daya Air Bandung
3. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tegal.
4. Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Jateng.
5. DEM Nasional BIG

4.1.1 Ketersediaan Data


Dalam memenuhi kewajiban pekerjaan sesuai dengan yang tercantum
dalam KAK, diperlukan berbagai jenis data untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan, baik untuk perhitungan ketersediaan air, kebutuhan air, neraca
air maupun analisa banjir. Untuk mendukung keperluan tersebut telah
dikumpulkan data dari berbagai sumber antara lain BBWS Pemali Juana,
Puslitbang SDA dan BMKG. Selain data groundstation juga dikumpulkan
data dari satelit TRMM dalam bentuk data harian dari tahun 2002-2018.
Data ini diperlukan untuk wilayah-wilayah yang memerlukan analisa
namun tidak memiliki pos hujan terdekat sehingga untuk analisa
selanjutnya menggunakan data satelit TRMM.
4.1.2 Data Hujan Groundstation
Tahapan awal dalam analisa hujan adalah melakukan identifikasi
ketersediaan pos hujan dan data yang tersedia baik untuk yang termasuk
dalam DAS studi maupun diluar DAS Studi. Untuk wilayah DI Sragi, data
hujan yang berhasil dikumpulkan cukup banyak dengan data yang
memadai sebanyak 17 pos hujan (lihat Tabel 5.1) dengan panjang data
bervariasi dari tahun 1978-2016 seperti ditampilkan pada Tabel 4.2.
Sebaran lokasi pos hujan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Eko Muharifin - 30202000061


38
Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.1 Daftar Pos Curah Hujan di DI Sragi.


No No_Pos Nama_Pos Latitude Longitude Elevasi Kota_Kabup Kecamatan Desa_Kampu Pengelola
1 107 Paninggaran -7.1709 109.58918 - Pekalongan - - Balai PSDA Comal
2 102 Kandangserang -7.1207 109.51893 + 600 m Pekalongan Kandangserang - Balai PSDA Comal
3 100 Brondong -7.0488 109.52800 + 56 m Pekalongan Kesesi Brondong Balai PSDA Comal
4 119 Karanggondang -7.0465 109.62757 + 105 m Pekalongan Karanganyar Pedawang Balai PSDA Comal
5 98 Kajen -7.0359 109.57843 + 29 m Tegal Kajen - BPSDA Comal
6 118 Karangsari -7.0312 109.62252 + 81 m Pekalongan Kedungwuni Karangsari Balai PSDA Comal
7 95 Kaliwadas -7.0270 109.48527 + 37 m Pekalongan Kesesi Ujung Negoro Balai PSDA Comal
8 97 Ponolawen -7.0034 109.51197 + 19 m Pekalongan Kesesi Panolawen Balai PSDA Comal
9 96a Gembiro -7.0020 109.53872 + 14 m Pekalongan Bojong Gembiro Balai PSDA Comal
10 16a Wangandowo -6.9940 109.60967 + 40 m Pekalongan Bojong Wangandowo Balai PSDA Comal
11 117b Kletak -6.9794 109.64828 + 10 m Pekalongan Kedungwuni Kletak Balai PSDA Comal
12 83 Sumub Kidul -6.9707 109.54155 + 15 m Pemalang Sragi Sumub Kidul BPSDA Comal
13 117a Kedungwuni -6.9617 109.64300 +8m Pekalongan Bojong Wonopringgo Balai PSDA Comal
14 85a Kebadinan -6.9474 109.51285 15 m Pemalang Sragi Ketanonageng BPSDA Comal
15 91 Sragi -6.9272 109.57717 + 10 m Pekalongan Sragi Sragi Balai PSDA Comal
16 84a Karang Tengah -6.9230 109.50993 + 11 m Pemalang Ampel Gading Karang Tengah BPSDA Comal
17 114 Kauman - Delegtukang -6.8903 109.60547 +4m Pekalongan Delegtukang Siwalan Balai PSDA Comal

Untuk mengetahui berapa banyak panjang data pada setiap pos hujan
yang ada, maka dibuatkan barchart data yang menyajikan ketersediaan
datanya. Nilai angka yang berada dalam barchart tersebut menunjukan
jumlah bulan yang tersedia setiap tahunnya (lengkap, 12 bulan). Untuk
keperluan analisa ketersediaan air, maka data hujan yang dibutuhkan
adalah harian, 10 harian, 2 mingguan atau bulanan, menyesuaikan dengan
kebutuhan analisa. Sebagai contoh ditampilkan dalam Tabel 4.3. Sementara
untuk keperluan analisa banjir, data hujan yang digunakan adalah data
hujan harian maksimum tahunan (1 nilai terbesar hujan harian dalam 1
tahun), sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 4.4. Berdasarkan data
sampai dengan tahun 2010, Isohit hujan tahunan rata-rata wilayah yang
terjadi di DI Sragi ditampilkan pada Gambar 4.2 dimana kisaran hujan
tahunan pada bagian hulu berada pada range 3500-5000 mm sedangkan
pada bagian hilir pada kisaran 2000-3500 mm.

Eko Muharifin - 30202000061


39
Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.2 Barchart Data Curah Hujan di DI Sragi.


198… 199… 200… 201… Jumlah Data
No Pos Hujan No. Pos
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (Tahun)
1 Garung 24 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11 4 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 11 12 11 4 7 31
2 Gembiro 96 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
3 Ponolawen 97 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
4 Kajen 98 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
5 Brondong 100 12 12 12 5 3 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 26
6 Kaliwadas 95 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 1 0 8 2 2 12 12 22
7 Sumub Kidul 83 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 5 0 4 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 25
8 Karangtengah 84 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 29
9 Kebadinan 85 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 0 12 4 0 7 12 12 9 24
10 Sragi 91 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 8 11 7 12 11 12 12 12 12 25
11 Kandangserang 102 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 8 12
12 Peninggaran 107 12 12 12 12 12 8 0 0 0 1 2 5
13 Delegtukang 114 12 12 12 8 12 12 12 12 12 12 5 0 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 25
14 Wangandowo 116 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 27
15 Kedungwuni 117 a 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 4 21
16 Pesantren Kletak 117 b 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 3 8 12 12 12 12 12 12 27
17 Karangsari 118 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28
18 Karang Gondang 119 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 7 12 12 12 12 12 12 28

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Bulanan Pos Gembiro


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Jumlah
1990 702 222 479 199 145 109 150 39 47 66 91 1065 3314
1991 970 710 95 279 106 95 5 9 5 13 222 254 2763
1992 243 286 248 100 58 114 54 122 149 230 231 352 2187
1993 943 409 215 217 186 116 23 124 14 85 222 55 2609
1994 670 267 444 219 8 12 0 0 0 126 169 336 2251
1995 410 618 468 333 152 215 93 1 75 232 402 292 3291
1996 433 872 491 100 79 52 81 97 42 312 161 220 2940
1997 846 178 316 217 110 34 20 13 0 0 33 537 2304
1998 416 193 230 169 211 100 120 18 131 270 131 353 2342
1999 389 495 183 173 64 23 16 117 27 192 391 174 2244
2000 680 358 565 235 322 206 65 0 15 154 513 230 3343
2001 400 314 294 239 80 98 97 10 112 209 450 243 2546
2002 631 616 0 195 202 0 0 1 8 0 153 347 2153
2003 129 508 453 126 79 24 0 4 19 130 209 369 2050
2004 401 898 331 49 194 77 92 0 10 9 211 279 2551
2005 354 403 229 337 99 65 148 0 46 9 268 608 2566
2006 605 299 148 229 191 47 0 0 0 0 93 742 2354
2007 309 710 368 176 172 47 74 3 0 0 357 578 2794
2008 435 671 191 197 112 68 0 39 11 156 379 336 2595
2009 401 617 207 176 174 49 40 3 0 89 265 194 2215

Eko Muharifin - 30202000061


40
Tugas Besar Irigasi

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Jumlah
2010 609 270 373 285 353 113 111 135 270 328 150 410 3407
2011 430 448 366 303 141 71 171 40 44 49 346 213 2622
2012 452 150 351 259 83 127 0 0 0 0 0 0
2013 759 414 208 398 133 206 176 129 17 102 279 364 3185
2014 680 825 200 182 195 209 123 67 0 35 201 193 2910
2015 383 650 277 399 173 12 12 4 0 0 216 276 2402
2016 118 555 204 359 177 84 178 135 708 249 262 459 3488
2017 466 313 320 232 193 43 91 35 17 93 249 355 2407
2018 377 826 285 134 78 69 0 0 5 28 220 289 2311
Rata2 505 486 294 225 147 86 67 39 61 109 237 349 2648

Tabel 4.4 Data Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan Pos Gembiro
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des HHMT
1990 130 52 120 57 48 45 72 14 18 28 19 115 130
1991 111 139 45 85 35 32 5 9 5 8 60 35 139
1992 65 64 66 14 16 41 30 62 91 56 55 86 91
1993 226 69 42 71 52 92 8 64 7 60 72 16 226
1994 88 51 60 38 5 7 0 0 0 72 60 64 88
1995 76 158 99 57 54 67 42 1 38 69 89 115 158
1996 78 160 72 29 21 35 36 35 21 89 42 59 160
1997 140 44 67 59 33 22 12 13 0 0 14 76 140
1998 103 38 95 41 45 24 35 7 48 63 32 88 103
1999 80 74 34 38 25 10 16 70 24 90 67 44 90
2000 77 76 65 60 60 73 36 0 15 52 73 65 77
2001 46 115 65 90 41 30 30 10 39 65 86 49 115
2002 74 116 0 98 117 0 0 1 8 0 67 113 117
2003 52 76 87 31 31 12 0 4 12 36 49 68 87
2004 123 258 49 19 53 45 58 0 7 4 89 67 258
2005 110 92 56 63 26 37 40 0 46 4 71 87 110
2006 57 47 30 42 50 43 0 0 0 0 28 320 320
2007 66 135 62 45 45 43 63 3 0 0 57 133 135
2008 103 129 59 58 40 42 0 31 11 59 56 115 129
2009 62 92 31 65 76 13 29 3 0 54 67 60 92
2010 112 88 63 43 70 50 25 52 60 48 48 75 112
2011 81 68 58 50 32 33 82 40 20 11 70 51 82
2012 60 27 76 100 35 72 0 0 0 0 0 0

Eko Muharifin - 30202000061


41
Tugas Besar Irigasi

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des HHMT
2013 76 106 40 99 31 73 78 90 8 56 97 72 106
2014 113 187 30 24 36 56 59 28 0 17 49 57 187
2015 36 201 36 63 65 7 9 2 0 0 68 35 201
2016 28 70 51 81 60 48 60 101 215 48 54 100 215
2017 71 78 70 84 110 21 47 19 7 23 68 53 110
2018 130 160 81 25 29 25 0 0 5 21 52 68 160

Gambar 4.1 Peta Lokasi Pos Hujan Groundstation di DI Sragi.

Eko Muharifin - 30202000061


42
Tugas Besar Irigasi

Gambar 4.2 Peta Isohit hujan Tahunan di DI Sragi.

4.1.3 Data Hujan Satelit


Untuk mengatasi keterbatasan data hujan dalam studi ini, konsultan
memutuskan menggunakan data hujan yang berasal dari citra satelit cuaca
di wilayah ini, citra satelit cuaca yang dimaksud adalah Tropical Rainfall
Measuring Mission (TRMM). TRMM ini menghasilkan perkiraan hujan
yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan monitoring, merupakan
proyek kerjasama antara NASA, Amerika dengan Japanese Aerospace
Exploration Agency (JAXA). Tim TRMM NASA mengembangkan alat
dan metoda untuk menganalisis data hujan di bumi maupun di antariksa
serta mempublikasikan data berkualitas hasil kerja tim.
Satelit TRMM diluncurkan pada November 1997 dan telah
memproduksi data sejak tahun 1998. Produk standar TRMM (TRMM
Standard Products) terdiri dari satelit dan GV (Ground Validation). Sejak
tahun 1998 telah mengalami beberapa kali proses ulang untuk memperbaiki
perpaduan berbagai algoritma dan proses. Data hujan yang dihasilkan oleh
TRMM memiliki tipe dan bentuk yang cukup beragam yang dumulai dari

Eko Muharifin - 30202000061


43
Tugas Besar Irigasi

level 1 sampai 3 (http:\\pmm.nasa.gov, 2016). Level 1 merupakan data


yang masih dalam bentuk raw dari masing-masing sensor PR, TMI, dan
VIRS. Level 2 merupakan data yang telah memiliki gambaran parameter
geofisik hujan pada resolusi spasial yang sama dengan level 1 dari
kombinasi berbagai sensor. Level 3 merupakan data yang telah memiliki
nilai besaran hujan. Data yang paling populer dan digunakan pada
penelitian ini adalah TMPA (TRMM Multisatellite Precipitation Analysis)
3B42RT, 3B42, dan 3B43, yang sekarang ini pada versi 7, dengan resolusi
spasial 0.25 x 0.25 Spesifikasi masing-masing ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Spesifikasi TMPA 3B42RT, 3B42, dan 3B43.


Produk Resolusi dan cakupan Waktu Keterangan
3B42RT 3 jam-an, mulai Maret 2000 Data Real time
3B42 3 jam-an, mulai Januari 1998 Terkalibrasi dengan stasiun hujan
3B43 Bulanan, mulai Januari 1998 Reanalisis 3B42 dengan GPCC

TMPA 3B42RT memiliki resolusi temporal 3 jam dan


keterlambatan waktu pembaruan datanya paling cepat diantara lainnya,
yaitu 8 jam. Data tersebut sering digunakan untuk aplikasi real time, seperti
monitoring, prediksi banjir atau kekeringan, dan lain-lain. 3B42 merupakan
data hujan satelit TRMM yang telah terkalibrasi dengan pos hujan pilihan
di Amerika, Australia, dan beberapa negara lain, dengan resolusi temporal
3 jam dan keterlambatan waktu pembaruan datanya 2 bulan. Produk data
yang satu lagi adalah 3B43, merupakan kombinasi dari data 3B42 dan
GPCC, dengan resolusi temporal bulanan dan keterlambatan waktu
pembaruan datanya 2 bulan.

Eko Muharifin - 30202000061


44
Tugas Besar Irigasi

Gambar 4.3 Produk dan Instrumen TRMM.


(Sumber: https://www.nasa.gov/mission_pages/GPM/overview/index.html )

Satelit Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), terbang dari


tahun 1997 hingga 2015, mengukur curah hujan sedang dan berat di daerah
tropis. TRMM telah menunjukkan pentingnya melakukan pengukuran pada
waktu yang berbeda dalam sehari untuk meningkatkan pengamatan sistem
cuaca dan pemantauan badai secara real-time. GPM Core Observatory
melanjutkan strategi pengambilan sampel ini, tetapi memperluas
pengamatan ke garis lintang yang lebih tinggi, meliputi dunia dari
Lingkaran Antartika ke Lingkaran Arktik. Desain GPM Core Observatory
adalah kemajuan paket penginderaan hujan TRMM yang sangat sukses,
yang menggunakan radar aktif yang mampu memberikan informasi tentang
partikel presipitasi, lapis demi lapis, di dalam awan, dan pencitraan
gelombang mikro pasif yang mampu merasakan total presipitasi dalam
semua lapisan awan. Instrumen GPM memperluas kemampuan sensor
TRMM untuk mendeteksi salju yang turun, mengukur hujan ringan, dan
menyediakan, untuk pertama kalinya, perkiraan kuantitatif dari sifat
mikrofisika partikel presipitasi.
Untuk mengetahui daerah irigasi studi termasuk ke dalam grid
TRMM yang mana dapat dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini.

Eko Muharifin - 30202000061


45
Tugas Besar Irigasi

Gambar 4.4 Pembagian Grid TRMM Kabupaten Pekalongan

Tabel 4.6 Data Curah Hujan Bulanan Grid DAS Sragi


Bulan Hujan
Tahun
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Tahunan
2003 311 662 350 247 67 105 1 1 22 64 294 327 2450
2004 429 651 416 171 258 88 74 0 68 69 252 614 3090
2005 247 195 233 180 124 107 47 22 111 92 117 291 1766
2006 472 302 218 213 118 41 12 0 0 7 146 221 1750
2007 312 270 331 239 138 141 53 48 0 101 222 460 2316
2008 426 622 231 247 66 34 0 71 1 263 298 262 2521
2009 376 433 116 230 266 91 55 0 0 61 201 213 2043
2010 310 283 404 279 307 281 147 135 430 250 311 444 3583
2011 350 324 287 286 138 103 43 0 141 144 380 368 2564
2012 478 310 213 208 113 103 9 2 0 122 252 401 2213
2013 493 245 324 245 119 149 146 55 22 13 224 364 2398
2014 488 313 301 287 158 170 87 31 1 24 105 357 2323
2015 431 353 280 247 54 23 0 6 7 31 126 355 1913
2016 309 460 268 258 97 177 210 76 276 291 263 404 3089
2017 492 288 250 96 69 85 8 0 34 204 263 204 1995

Eko Muharifin - 30202000061


46
Tugas Besar Irigasi

2018 339 521 171 135 69 82 0 0 3 49 157 285 1811


Rata 391 390 275 223 135 111 56 28 70 112 226 348 2364

4.1.4 Data Pos Duga Air


Pada lokasi studi terdapat pencatatan data debit berdasarkan
publikasi yang dikeluarkan oleh BBWS Pemali Juana maupun Dinas
PSDA Pemali-Comal. Namun demikian terdapat 2 pencatatan debit pada 2
bendung utama yang ada, yaitu Bendung Gembiro dan Bendung
Brondong. Rekaman pencatatan dalam bentuk harian dengan periode
waktu dari tahun 1998-2007 dan 2017-2019 seperti ditampilkan pada
Error! Reference source not found.. Namun demikian data ini apabila
dicermati perlu klarifikasi kembali mengenai besaran debit yang ada.
Berdasarkan data dari UPT Pengairan Brondong yang ada dalam Laporan
Konsultan PT Selimut Bumi Adhi Cipta tahun 2008 didapatkan data
pengamatan dari tahun 1998-2007 untuk Bendung Brondong dan
Gembiro. Nilai debit Bendung Gembiro terdapat besaran yang meragukan
antara lain:
a. Dengan luas DAS Brondong sebesar 67.3 km2 debit di Bendung
Brondong memiliki nilai yang lebih besar atau bahkan berhimpit
(sama) dengan data debit di Bendung Gembiro yang memiliki luas
DAS sebesar 184.2 km2. Data pengamatan ini tidak menunjukan sama
sekali adanya penambahan debit akibat selisih luas yang mencapai
116.9 km2. Apabila dilihat dari segi topografi besaran debit yang
masuk ke Bendung Gembiro seharusnya jauh lebih besar akibat
adanya inflow dari sungai Sragi. (lihat Gambar 4.).
b. Pada bulan Mei 2003, dimana memasuki musim kemarau terdapat
besaran debit tengah bulanan yang terlampau besar di Bendung
Gembiro mencapai 90.5 m3/s. hal ini dirasakan aneh karena selain
terjadi di musim kemarau besaran debit dibulan Mei 2003 di Bendung
Brondong tidak menunjukan adanya kenaikan debit yang signifikan
(besar), bahkan debit yang terjadi hanya 11.4 m3/s. (lihat Gambar 4.).

Eko Muharifin - 30202000061


47
Tugas Besar Irigasi

Gambar 4.5 Perbandingan Besaran Data Debit di Bendung Brondong dan


Gembiro.

Tabel 4.7 Data debit bulanan Bendung Brondong dan Bendung Gembiro

Eko Muharifin - 30202000061


48
Tugas Besar Irigasi

4.2 Data Irigasi


4.2.1 Informasi hasil Survei
Dari survei pendahuluan yang telah dilaksanakan, didapatkan
informasi-informasi mengenai kondisi Daerah Irigasi yang akan
direhabilitasi. Berikut ini adalah ringkasan hasil pelaksanaan survei
pendahuluan SID Daerah Irigasi Kewenangan Pusat yang telah dilakukan.
Hasil ini perlu kembali untuk ditampilkan sebagai acuan dalam
melakukan analisa selanjutnya.
DI.Sragi saat ini memiliki 1 buah Saluran Induk, 2 buah Saluran
Sekunder dan 1 buah Saluran Suplesi. Saluran pada umumnya berupa
saluran terbuka berbentuk trapesium, tanggul saluran sebagian besar
sudah dilining dengan beton dan berlantai.
Daerah irigasi Sragi berada di 3 wilayah Kecamatan yang berada di
Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Tiga Kecamatan Tersebut
adalah Kecamatan Kasesi, Sragi dan Kajen. Daerah Irigasi (D.I) Sragi
merupakan salah satu D.I kewenangan pemerintah pusat yang terleak di
Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Pekalongan. Areal irigasi
Sragi memiliki total luas 3291.50, mencakup 31 Desa di 3 Kecamatan.
Desa yang tercakup D.I Sragi
berjumlah 31 Desa dan terbanyak berada di wilayah Kecamatan Kasesi,
selanjutnya di Sragi 11 Desa dan di Kecamatan Kajen 2 Desa.
Luas petak tersier di Dearah Irigasi Sragi Kabupaten Pekalongan
berdasarkan data dari PSDA Kabupaten Pekalongan, Skema jaringan
irigasi D.I Sragi dari BWS Pemali Juana dan Berdasarkan dari Permen
PUPR No. 14 Tahun 2015 adalah sebagai berikut

Eko Muharifin - 30202000061


49
Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.8 Luas Petak Tersier D.I Sragi

Eko Muharifin - 30202000061


50
Tugas Besar Irigasi

4.2.2 Skema Irigasi

Dalam perencanaan jaringan irigasi harus dibuat skema rencana jaringan


irigasi dan skema letak maupun jenis bangunan. Skema jaringan irigasi
merupakan gambaran yang menampilkan jaringan saluran dimulai dari
bendung, saluran primer, sekunder, bangunan bagi, bangunan sadap, dan
petak-petak tersier dengan standar sistem tata nama. Untuk mengetahui
skema jaringan pada lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Skema Jaringan Irigasi DI Sragi.

4.3 Kebutuhan Air, Pola Tanam Dan Neraca Air


4.3.1 Analisis Kebutuhan Air Tanaman
Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman (water requirment)
didasarkan pada suatu kriteria keseimbangan air pada petak sawah, dimana
faktor-faktor iklim diperhitungkan dengan memakai rumus-rumus empiris
yang telah biasa digunakan. Perhitungan banyaknya air yang

Eko Muharifin - 30202000061


51
Tugas Besar Irigasi

dibutuhkan terhadap macam tanaman dihitung terhadap tanaman padi-


palawija yang merupakan bahan makan pokok di Indonesia.
Besarnya kebutuhan air dihitung berdasarkan prinsip-prinsip neraca air
dengan parameter-parameter yang diperhitungkan yaitu :
1). Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
2). Penggunaan Konsumtif (Consumtion Use Factor)
3). Perlokasi
4). Penggantian Lapisan Air
5). Curah Hujan Efektif
6). Pola Tanam

4.4 Penyiapan Lahan


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu daerah, dimana pekerjaan ini merupakan bagian
pertama dari berbagai tahap menanam, waktu serta kualitas pengerjaan tanah
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Pada tahap ini
diperlukan paling banyak air irigasi, kelambatan pengerjaan tanah akan
mengundurkan seluruh jadwal penanaman, namun demikian memperpanjang
waktu pengerjaan juga mengganggu sistim irigasi dalam pengertian jumlah air
yang digunakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka faktor yang menentukan besarnya
kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan
 Kebutuhan air untuk pengolahan dan persemaian

Dalam perhitungan ini, penyiapan lahan diambil 30 hari dengan


penjenuhan ditambah lapisan air setebal 250 mm, dan selanjutnya besarnya
kebutuhan air selama penyiapan lahan dihitung berdasarkan persamaan sebagai
berikut :
IR = M e¬k / (ek-1)

Eko Muharifin - 30202000061


52
Tugas Besar Irigasi

dimana :
IR = Kebutuhan air ditingkat persawahan
M ek = Kebutuhan untuk mengganti air yang hilang akibat evaporasi
dan
perlokasi di sawah = Eo + P
Eo = Evaporasi selama penyiapan lahan = 1,1 x Eto
k = Koefesien
t = Jangka waktu penyiapan lahan [ hari ]
S = Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm, dalm
perhitungan diambil 200+50 = 250 mm.

4.4.1 Evapotranspirasi
Data iklim yang berupa suhu udara, kelembaban relatif, kecepatan
angin, lama penyinaran dan radiasi matahari digunakan untuk
memperkirakan besaran evapotranspirasi acuan (reference
evapotranspiration) yang dibutuhkan dalam perhitungan model rainfall-
run off dengan metode Nreca. Salah satu cara perhitungan
evapotranspirasi acuan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan
rumus Modifikasi Penman (FAO, 1977) atau Penman Monteith (FAO,
1990) yang telah diimplementasikan pada program komputer Eto
Calculator. Namun demikian pada studi ini telah dibuatkan perhitungan
dengan spreadsheet yang hasilnya telah dikalibrasi. Perhitungan dengan
metode Penman Monteith ini secara resmi telah menjadi Standard
Nasional Indonesia dengan Nomor SNI 7745 Tahun 2012. Besar
evapotranspirasi potensial adalah banyaknya air yang menguap dari
daerah aliran sungai bila air yang tersedia tidak ada. Evapotranspirasi
aktual besarnya sama atau kurang dari evapotranspirasi potensial.
Evapotranspirasi potensial biasanya besarannya agak seragam dari tahun
ke tahun dengan data yang diperoleh.
Nilai evapotranspirasi potensial (Et0) yang telah dihitung pada beberapa
pos klimatologi di lokasi studi digunakan dalam perhitungan kebutuhan
air irigasi. Nilai Eto yang digunakan dalam perhitungan yaitu berdasarkan

Eko Muharifin - 30202000061


53
Tugas Besar Irigasi

kedekatan antara pos klimatologi terhadap daerah irigasi yang ditinjau.


Hasil perhitungan besaran evapotranspirasi pada DI Sragi dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 4.9 Besaran Evapotranspirasi harian (mm) di Stasiun Tegal.


Tahun Jann Febb Marr Aprr Meii Junn Jull Agsu Sepp Oktt Novv Dess
1987 2.5 3.0 3.2 3.6 3.4 3.3 3.4 3.8 3.9 4.1 3.5 2.8
1988 2.8 3.1 3.1 3.5 3.3 3.2 3.5 3.6 4.0 3.5 3.0 2.7
1989 2.8 2.5 3.1 3.4 3.3 3.1 3.3 3.5 3.9 3.5 3.2 2.9
1990 2.4 3.3 3.1 3.5 3.3 3.1 3.3 3.4 3.6 3.9 3.7 2.8
1991 2.7 2.7 3.3 3.1 3.4 3.3 3.4 3.8 3.8 3.8 3.0 2.7
1992 2.8 2.8 3.3 3.1 3.3 3.2 3.4 3.4 3.5 3.1 2.9 2.9
1993 2.7 3.0 3.3 3.2 3.3 3.2 3.4 3.5 3.8 3.9 3.2 2.9
1995 2.5 2.7 3.0 3.4 3.4 2.9 3.2 3.9 3.8 3.5 2.8 2.8
1996 2.7 2.7 3.4 3.4 3.5 3.1 3.4 3.5 3.7 3.1 3.1 3.0
1997 2.6 2.9 3.5 3.2 3.4 3.4 3.4 3.6 3.9 4.0 3.6 3.2
2004 2.8 2.5 3.0 3.4 3.3 3.3 3.3 3.7 3.9 4.1 3.3 2.6
2005 2.8 3.0 3.2 3.4 3.4 3.2 3.2 3.6 3.8 3.4 3.3 2.5
2006 2.6 3.1 3.0 3.3 3.2 3.4 3.5 3.8 4.1 4.1 3.6 2.9
2009 2.8 2.6 3.4 3.4 3.1 3.7 3.5 3.8 4.1 2.8 3.1 3.1
2011 2.7 2.9 3.1 3.3 3.3 3.5 3.5 3.9 4.1 3.7 3.1 3.0
2012 2.8 3.2 3.1 3.6 3.7 3.2 3.7 3.9 4.1 3.9 3.2 2.8
Rata2 2.7 2.9 3.2 3.4 3.4 3.3 3.4 3.7 3.9 3.6 3.2 2.9
Hasil analisa konsultan, 2019.

Tabel 4.10 Besaran Evapotranspirasi bulanan (mm) di Stasiun Tegal.


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des
1987 76.9 83.6 100.3 106.6 106.9 99.9 104.8 117.0 117.8 126.1 104.7 86.5
1988 85.6 89.4 97.1 104.1 103.4 94.6 109.1 111.7 119.6 107.2 90.0 84.6
1989 88.0 71.0 97.5 102.8 103.5 93.3 101.3 107.3 116.3 110.0 97.2 91.3
1990 74.3 91.7 96.7 104.8 101.8 94.3 101.4 105.4 109.0 119.8 111.9 88.0
1991 84.7 76.5 103.2 93.1 104.8 100.0 105.2 116.6 114.0 118.7 91.5 85.2
1992 86.6 82.0 101.7 94.3 103.0 95.1 105.2 103.9 105.0 96.7 86.0 89.0
1993 84.3 83.9 103.0 95.6 101.4 96.8 104.6 108.6 112.9 119.9 96.2 90.0
1995 77.8 76.3 91.6 102.1 104.1 87.4 100.3 119.4 114.5 108.9 84.1 88.2
1996 82.5 77.6 105.7 103.4 108.6 93.5 105.0 109.5 111.4 97.1 91.6 91.9
1997 80.1 80.3 107.0 94.9 105.4 100.8 105.6 112.7 117.0 122.5 106.9 97.7
2004 87.6 73.4 93.1 102.3 103.2 100.5 103.3 114.3 117.0 125.7 98.2 80.0
2005 87.4 85.3 99.0 100.9 106.4 94.7 99.4 110.6 113.0 104.2 99.2 78.5
2006 80.9 85.4 94.2 98.0 100.7 101.0 107.1 117.3 122.5 127.8 109.2 90.6
2009 86.0 73.9 106.7 101.5 96.0 112.4 109.0 117.0 122.6 87.4 94.4 96.3
2011 84.1 81.2 96.1 100.1 101.4 106.0 108.2 120.5 123.2 115.6 92.5 93.2

Eko Muharifin - 30202000061


54
Tugas Besar Irigasi

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des
2012 87.4 91.5 96.3 106.8 113.8 97.0 114.0 121.1 123.3 121.9 96.5 87.5
Rata-Rata 83.4 81.4 99.3 100.7 104.0 98.0 105.2 113.3 116.2 113.1 96.9 88.7

4.4.2 Penggunaan Konsumtif


Penggunaan Komsumtif air oleh tanaman diestimasi berdasarkan
metoda empiris dengan rumus sebagai berikut :
Etc = kc x Eto
dimana :
Etc = Evapotranspirasi tanaman [ mm/hari ]
Eto = Evapotranspirasi tanaman acuan [ mm/hari ]
ko = Koefisien tanaman

4.4.3 Koefisien Tanaman


Harga koefisien tanaman diambil berdasarkan tabel sesuai dengan
yang tercantum pada KP-01 -2011 seperti ditunjukkan Tabel 4.10 dan
Tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11 Koefisien Tanaman
Nedeco/Prosida FAO
Bulan Padi varietas Padi varietas
Biasa Unggul Biasa Unggul
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10
1,0 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2,0 1,40 1,30 1,10 1,05
2,5 1,35 1,30 1,10 0,95
3,0 1,24 0,00 1,05 0,00
3,5 1,12 - 1,95 -
4,0 0,00 - 0,00 -
* untuk sisanya kurang dari ½ bulan

Eko Muharifin - 30202000061


55
Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.11 Koefisien Tanaman Palawija

Koefisien tanaman padi yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan


air irigasi pada lokasi studi ditetapkan padi varietas unggul berdasarkan
FAO, sedangkan untuk tanaman palawija ditetapkan jenis jagung.
4.4.4 Perkolasi
Laju perlokasi, besarnya tergantung pada sifat-sifat tanah, antara lain :
1). Keadaan Tekstur Tanah
2). Periode Pertumbuhan
3). Kedalaman Air Tanah
4). Topografi
5). Permebilitas Tanah
6). Cara Bercocok Tanam
7). Kedalaman Lapisan Kedap Air
Pada daerah Irigasi di lokasi studi, umumnya jenis tanah bertekstur
lempung berlumpur, sehingga sebagai perkiraan, kehilangan air akibat
perlokasi untuk perhitungan diestiminasikan sebesar 2,0 mm/hari yang
mengacu pada Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Kedalaman Perkolasi untuk berbagai Tekstur Tanah
No Tekstur Tanah Kedalaman Perkolasi
(mm/hari)
1. Clay 1,0 – 1,5
2. Silty Clay 1,5 – 2,0
3. Silty Clay Loam 2,0 – 2,5
4. Muddy Clay Loam 2,5 – 3,0

Eko Muharifin - 30202000061


56
Tugas Besar Irigasi

No Tekstur Tanah Kedalaman Perkolasi


(mm/hari)
5. Sandy Loam 3,0 – 5,0
Sumber : Dept. PU, 1997

4.4.5 Penggantian Lapisan Air (WLR)


Diasumsikan sebesar 3,3 mm/hari selama setengah bulan, masing-
masing 1 bulan dan 2 bulan setelah transplantasi
4.4.6 Curah Hujan Efektif
Pada umumnya curah hujan efektif diambil 70% dari nilai R80 untuk
tanaman padi, dan 70% dari nilai R50 untuk tanaman palawija.
Re padi = (0.7 x R 80)/15 (KP Penunjang Hal 9)
Re palawija= (0.7 x R 50)/15 (KP Penunjang Hal 9)
Dimana R80 dan R50 dihitung berdasarkan persamaan :

R80 dan R50  Probabilitas = m/(n + 1)


Dimana: n = jumlah tahun data hujan.
m = nomor urut data dari besar ke kecil.
1). Re Padi
Curah hujan efektif padi yang digunakan dalam perhitungan yaitu
berdasarkan pos hujan yang berdekatan dengan lokasi daerah irigasi yang
ditinjau. Nilai R80 untuk tanaman padi ditampilkan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Nilai R80 Padi

Sumber : Hasil Olah Data, 2019


2). Re Palawija
Curah hujan efektif palawija yang digunakan dalam perhitungan yaitu
berdasarkan pos hujan yang berdekatan dengan lokasi daerah irigasi yang
ditinjau ditampilkan. Nilai R50 untuk tanaman palawija pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Nilai R50 Palawija

Sumber : Hasil Olah Data, 2019

Eko Muharifin - 30202000061


57
Tugas Besar Irigasi

4.4.7 Efisiensi Irigasi


Untuk tujuan perencanaan, dianggap bahwa seperempat sampai
sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai
di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi
dan rembesan. Kehilangan akibat evaporasi dan perembesan, umumnya
kecil saja jika dibandingkan dengan jumlah kehilangan akibat kegiatan
eksploitasi, sehingga pemberian air harus lebih besar dari kebutuhan
sebenarnya.
Untuk selanjutnya harga efisiensi irigasi pada jaringan irigasi
diambil sebesar :
 Saluaran tersier = 80 %
 Saluran sekunder = 90 %
 Saluran primer = 90 %
Efisiensi irigasi pada intake pengambilan air diambil sebesar 65%.

4.4.8 Kebutuhan Air Pengambilan


Kebutuhan air dipetak sawah (NFR) dihitung berdasarkan persamaan
sebagai berikut :
NFR = ETC + P – RE + WLR
Dimana :
ETC = Penggunaan komsumtif (mm) = kC x ETo
P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
RE = Curah hujan efektif (mm/hari)
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)
KC = Koefisien tanaman
Selanjutnya kebutuhan pengambilan di saluran tersier (THR),
sekunder (SOR) dan primer (DR), besarnya adalah hasil perhitungan
(NFR) dibagi efisiensi, sehingga besarnya pengambilan untuk masing-
masing saluran yaitu :
THR = NFR / 0,80
SOR = NFR / 0,72
DR = NFR / 0,65

Eko Muharifin - 30202000061


58
Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.15 Kebutuhan Air DI Sragi dengan Pola Tanam Padi-Padi-Palawija

Sumber : Hasil Perhitungan, 2019

Tabel 4.16 Rekap Kebutuhan Air irigasi DI Sragi

Sumber : Hasil Perhitungan, 2019


4.4.9 Neraca Air
Neraca air menggambarkan selisih antara ketersediaan air dengan
kebutuhan air. Nilai ketersediaan air diperoleh dari perhitungan debit
andalan 80%, sedangkan nilai kebutuhan air diperoleh dari total berbagai
pemanfaatan air meliputi rumah tangga, perkotaan dan industri (RKI),
irigasi, peternakan, perikanan dan aliran pemeliharaan. Dalam studi ini,
yang disebut kebutuhan air adalah kebutuhan air irigasi saja tanpa
memperhitungkan kebutuhan lainnya. Selisih antara ketersediaan dan
kebutuhan digolongkan dalam dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama,
apabila nilai ketersediaan lebih kecil dari kebutuhan sehingga bernilai
negatif maka dikatakan defisit. Klasifikasi kedua, apabila nilai ketersediaan
lebih besar dari nilai kebutuhan sehingga bernilai positif maka dikatakan
surplus. Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat

Eko Muharifin - 30202000061


59
Tugas Besar Irigasi

mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk


mendayagunakan air sebaik-baiknya dalam rangka pengembangan irigasi.
Perhitungan neraca air akan sampai pada kesimpulan mengenai pola
tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang sedang
direncanakan dan penggambaran akhir daerah proyek irigasi. Apabila debit
sungai melimpah, maka luas daerah irigasi adalah tetap karena luas
maksimum daerah layanan irigasi dan proyek akan direncanakan sesuai
dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak melimpah dan
kadang kadang terjadi kekurangan maka ada 3 pilihan yang bisa
dipertimbangkan, yaitu:
1) Luas daerah irigasi dikurangi : dimana pada bagian bagian tertentu dari
daerah yang biasanya diairi pada kondisi ini tidak diairi.
2) Melakukan modifikasi dalam pola tanam, dapat diadakan perubahan
dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam untuk mengurangi
kebutuhan air irigasi disawah (lt/dt/ha) agar ada kemungkinan untuk
mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia.
3) Rotasi teknis/golongan: untuk mengurangi kebutuhan puncak air
irigasi rotasi teknis atau golongan mengakibatkan eksploitasi yang
lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek irigasi yang
luasnya sekitar 10.000 ha atau lebih.
Dalam perhitungan neraca air, berdasarkan skema bangunan D.I. Sragi
untuk golongan A dan C menggunakan ketersediaan air yang bersumber dari
Bendung Brondong. Sedangkan, untuk golongan B dan D menggunakan
ketersediaan yang bersumber dari Bendung Gembiro. Neraca Air Bendung
Brondong dan Gembiro secara berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan
Tabel 4.19 .
Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, didapatkan bahwa pada
neraca air Bendung Brondong dan Bendung Gembiro mengalami defisit. Pada
neraca air Bendung Brondong mengalami defisit selama 4 bulan 15 hari dari
Bulan Juni sampai dengan Bulan Oktober. Sedangkan, pada neraca air
Bendung Gembiro mengalami defisit selama 2 bulan 15 hari dari Bulan
Agustus akhir sampai dengan Bulan Oktober awal. Berdasarkan hasil kedua

Eko Muharifin - 30202000061


60
Tugas Besar Irigasi

neraca tersebut, neraca air mengalami defisit pada musim tanam ke-3 yaitu
palawija.
Untuk menghasilkan neraca air yang surplus, maka dapat dilakukan
perubahan intensitas pertanaman (IP). Pada neraca air Bendung Brondong,
dapat direkomendasikan IP sebesar 78% dengan rincian MT1 13%, MT2
60%, dan MT3 5%. Sedangkan, pada neraca air Bendung Gembiro dapat
direkomendasikan IP sebesar 153%, dengan rincian MT1 42%, MT2 100%,
dan MT3 11%. Dapat dilihat pada kedua neraca tersebut, pada MT3
menghasilkan niali IP yang cukup kecil. Untuk mengurangi kebutuhan air
irigasi, maka dapat pula dilakukan perubahan pola tanam menjadi Padi-Padi
yang sebelumnya Padi-Padi-Palawija.

Gambar 4.7 Neraca Air di Bendung Brondong.

Gambar 4.8 Neraca Air di Bendung Gembiro.

Tabel 4.17 Neraca Air Bendung Brondong

Sumber : Hasil Perhitungan, 2019

Eko Muharifin - 30202000061


61
Tugas Besar Irigasi

Tabel 4.18 Neraca Air Bendung Gembiro

Sumber : Hasil Perhitungan, 2019

Eko Muharifin - 30202000061


62

You might also like