You are on page 1of 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBUHAMIL DENGAN PRE-

EKLAMSI

1
DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

1. ERINA DAMAYANTI PANGESTU (1033222084)


2. FEBRY HERNAWATI (1033222085)
3. IMAS KARMAYATI (1033222029)

UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT karena atas Berkat dan Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah keperawatan jiwa yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI”. Penyusunan makalah
ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti program SI Keperawatan di Universitas
MH. Thamrin.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, tapi
penulis mendapatkan banyak dukungan , saran, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak,
tidak terlepas dari dukungan tenaga dan dukungan moril. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pengajar dan teman teman.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga sara dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan penulis pada khususnya.

Jakarta, 02 November 2023

Kelompok 8

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................6
C. Tujuan........................................................................................................................................6
BAB 2...................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
A. Pengertian Preeklamsi...............................................................................................................7
B. Etiologi Preeklamsi....................................................................................................................7
C. Patofisiologi Preeklamsi............................................................................................................8
D. Manifestasi Klinis Preeklamsi...................................................................................................9
E. Jenis – Jenis Preeklamsi...........................................................................................................10
F. Komplikasi Preeklamsi............................................................................................................14
G. Penatalaksanaan Preeklamsi................................................................................................15
H. Pemeriksaan Penunjang Preeklamsia...................................................................................15
I. Asuhan dan Pelaksanaan Preeklamsia.....................................................................................16
BAB 3..................................................................................................................................................22
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................22
A. Kesimpulan..............................................................................................................................22
B. Saran........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal yang sangat
dinanti setiap ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya. Meskipun
persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap proses persalinan yang terjadi
beresiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal tersebut dapat memperburuk
kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan berlangsung sehingga berdampak
terjadinya kematian pada ibu dan bayi (Winancy, 2019)

Preeklampsia sebagai salah satu komplikasi persalinan didefinisikan sebagai suatu


kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥
140/90 MmHg dan tingginya kadar protein pada urine (proteinuria) yang sering
muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu. Kedua kriteria ini masih menjadi definisi
klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal
(POGI, 2019).

Preeklampsia bukan hanya berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun
juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai
organ. Dampak jangka panjang pada bayi yang dilahirkan ibu dengan preeklampsia
antara lain bayi akan lahir prematur sehingga mengganggu semua organ pertumbuhan
bayi. Sampai dengan saat ini penyebab preeklampsi belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor resiko yang menjadi dasar perkembangan kasus preeklampsi
diantaranya adalah usia, primigravida, multigravida, jarak antar kehamilan, janin
besar dan kehamilan dengan janin lebih dari satu (POGI, 2019).

WHO mendefinisikan kematian ibu ialah kematian seorang wanita yang terjadi saat
hamil, atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan
langsung atau tidak langsung setelah persalinan. Masalah kematian ibu ini,
masyarakat menggugat target SDG’s tahun 2030 tentu perlu untuk mendapat perhatian
khusus dari seluruh pihak baik pemerintah maupun sektor swasta, yaitu menurunkan

5
AKI di bawah 70/100.000 KH (WHO,2020). AKI didunia tahun 2020 ialah 303.000
kematian atau ± 216/100.000 KH dan setiap 2 harinya tercatat ± 830 perempuan
meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan, dengan jumlah paling tinggi
berada di Negara berkembang yaitu 33 kali lebih tinggi daripada wanita yang tinggal
di negara maju. Penyebab utama kematian. erjadi saat dan pasca-melahirkan.
75%kasus kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan, infeksi, atau tekanan darah
tinggi saat kehamilan.

Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab kematian ibu
secara langsung disebabkan karena perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca
persalinan, hipertensi (12%), partus macet (8%), aborsi (13%), dan sebab lainnya
(7%).

Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan


proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah
minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul
pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes
mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.

Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan


berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi
uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat.
Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio
plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR).
Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan
hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat,
kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.

Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien preeklampsia


bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi selama masa nifas serta mencegah
terjadinya komplikasi pasca persalinan. Oleh sebab itu asuhan keperawata pasien
dengan preeklamsi dilakukan untuk meningkatkan penyesuaian diri pasien dalam
menghadapi permasalahan yang berhubungan dengan kondisinya pasca melahirkan
serta memfasilitasi potensi pasien untuk beradaptasi dalam menghadapi perubahan
kebutuhan dasarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsi?
2. Apa penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu hamil?
3. Patofisiologi Preeklamsia
4. Manifestasi Klinis Preeklamsia
5. Apa saja jenis-jenis preeklamsi?
6. Pemeriksaan Penunjang Preeklamsia
7. Asuhan dan Pelaksanaan Preeklamsia

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian dari Pre-eklamsi pada Ibu Hamil
2. Untuk Mengetahui dan Memahasi Penyebab terjadinya Pre-eklmasi pada Ibu
Hamil
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Pre-eklamsi
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Manifestasi Klinis Pre-ekllamsi
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Jenis – Jenis Pre-eklamsi
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang Pre-eklamsi
7. Untuk Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Preeklasmi pada Ibu
Hamil

7
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Preeklamsi
Preeklampsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan
usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya tekanan
darah ≥ 140/90 MmHg disertai dengan edema dan proteinuria (Faiqoh, 2014).

Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan


tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis
preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas
20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi
dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with
proteinuria) (POGI, 2019)

Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia


ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-
masing penyakit di atas tidak sama.

B. Etiologi Preeklamsi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya kelainan
pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan nutrisi bagi
bayi selama masih di dalam kandungan

Teori lain menjelaskan preeklampsia sering terjadi pada Primigravida, Kehamilan


Post Matur /Post Term serta Kehamian Ganda. Berdasarkan teori teori tersebut
preeklampsia sering juga disebut“ Deseases Of Theory” . Beberapa landasan teori
yang dapat dikemukakan diantaranya adalah (Nuraini, 2011) :
a) Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat
diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunjukkan kecenderungan
meningkatnya frekuensi preeklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsia, serta peran Renin-AngiotensinAldosteron-System (RAAS)
dimana enzim renin merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi
untuk meningkatkan tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan
angiotensin lalu membentuk system.
b) Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna.
c) Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat,
aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin
dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin mentebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta Riwayat
Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko
preeklamsia antara lain adalah :
1. Malnutrisi Berat.
2. Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan
Penyakit Ginjal.
3. Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
4. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
5. Obesitas.
6. Riwayat keluarga dengan preeklampsia

C. Patofisiologi Preeklamsi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi air
dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh

9
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme
maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan
perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerolus.

Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat menimbulkan


peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya
vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga
terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan mikro tempat
endotel.

Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi


sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai
antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui
ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang
dilewati termasuk selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas
lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan
serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti,
terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibat konsumsi oksigen dan perioksidase lemak (Nuraini, 2019).

D. Manifestasi Klinis Preeklamsi


Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang terus meningkat,
peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg atau lebih atau sering
ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2 kali pemeriksaan rutin yang
terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
3. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4. Edema Paru.
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
6. Oligohidramnion

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan antara kuantitas


protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin masif (lebih
dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat).
Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan
setiap preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat mengakibatkan
peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu singkat (POGI,
2016).

E. Jenis – Jenis Preeklamsi


1. Preeklamsi ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
Penyebab preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai “maladaptation sundrome” akibat vasospasme general segala akibat.
Gejala klinis preeklamsi ringan meliputi :
 Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau
lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai
kurang 110 mmHg
 Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positi 2 (+2)Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral,
wajah atau tangan

Penangan preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung gejala yang
timbul, yakni :

a. Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara :


1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam
3) Pemberian sedative ringan

11
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal)

b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria :


1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi berat

Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan :


a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun tetapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri
pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset persaliana atau di pertimbangkan
untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal persalinan
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II

2. Preeklamsi berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi berat :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit < 100.000/mm 3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum

Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakan organ-
organ tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindrome HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu,
atau keduanya bila preeklamsi tak segera diatasi dengan baik dan benar.
Penanganan preeklamsi berat, yakni :

a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan nonstress test (NST)
dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau gejala
impending eklamsi, kehgagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam
pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo (tidak ada perbaikan)
2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda Intravena
Uterine Growt retardatin (IUGR)
3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan
atas instruksi dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi. Tanda-
tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus RL
dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi infus RL (60-125 cc/jam) 500CC,
berikan antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak, dan
rendah garam, pemberian obat anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan
kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka, diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg. Diastolis
lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran pengobatan
adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena
akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis
antihipertensi pada umumnnya.

13
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-
obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti hipertensi
secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan
awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral
(Syakib Bakri, 2019)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

Penanganan preeklamsi berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan penderita


dirawat inap anatara lain :
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan diet rendah garam,
lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr bokong
kanan, dan 4 gr bokong kiri; suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap
jam; syarat pemberia MgSO4 adalah reflek patella positif, diuresis 100 cc
dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/ menit dan harus tersedia antidotnya yaitu
calsium gluconas 10% dalam ampul sedia 10cc; infus dextrose 5% dan ringer
laktat; berikan obat anti hipertensi; injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet
sehari; diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul IV
lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus
dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam
infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau forceps,
jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan
berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan
antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudia
diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak
terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal
berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil, lakukan
persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi dengan oksitosin
2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas
instruksi dokter boleh dilakukan oleh bidan)

F. Komplikasi Preeklamsi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan janin, namun
beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun janin adalah sebagai
berikut (Marianti, 2017) :
1. Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet
count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim liver,
dan rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang ditandai
dengan kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan dengan
fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika mempunyai riwayat
preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa organ
seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk pembekuan
darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang menyebar karena
protein tersebut terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum kelahiran
dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan plasenta, yang akan
membahayakan keselamatan wanita hamil dan janin.
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut. Ketika seseorang
mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena
adanya penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan
pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

15
2. Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum

G. Penatalaksanaan Preeklamsi
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanana pada preeklamsi adalah sebagai berikut :
1. Tirah baring miring ke satu posisi
2. Monitor tanda – tanda vital, refleks dan DJJ
3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4. Pemenuhan kebutuhan cairan : jika jumlah urine <30ml/jam pemberian caira
infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam
5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hipertensi dan diuretic.
6. Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasonografi). Monitor tanda-tanda
kelahiran persiapaan dengan induksi partus pada usia kehamilan diatas 37
minggu.

H. Pemeriksaan Penunjang Preeklamsia


Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut (Abiee, 2020) :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %).
 Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
b) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
c) Pemeriksaan Fungsi hati
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
 LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
 Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
 Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-45
u/ml).
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
d) Tes kimia darah Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
2. Radiologi
a) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.

I. Asuhan dan Pelaksanaan Preeklamsia


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada ibu preeklamsi pada ibu preeklamsia menurut
Mitayani (2012), yaitu sebagai berikut :
a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat nomor rekam
medis (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS), dan tanggal pengkajian, dan
kaji identitas penanggung jawab atas pasien.
b. Data riwayat Kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling
dirasakan pada pasien saat dilakukan pengkajian.
1) Riwayat kesehatan dahulu
 Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
 Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu
 Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas
 Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis
2) Riwayat kesehatan sekarang
 Ibu merasa sakit kepala didaerah frontal
 Terasa sakit diulu hati hati/nyeri epigastrium
 Gangguan virus : penglihatan kabur, scotoma, dan diplopia

17
 Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan
 Gangguan serebral
 Edema pada ekstermitas
 Tengkuk terasa berat
 Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien
dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, atau diabetes
melitus (DM) serta kemungkinan memiliki riwayat preeklamsia serta
eklamsia dalam keluarga.
4) Riwayat obstretrik dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat
kehamilannyasaat ini, dan riwayat keluarga berencana.
5) Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti
pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB
dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, rasa nyaman (pasien
merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perinium
menonjol). Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan
pasien dengan orang lain, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar.

c. Pemeriksaan fisik biologis


o Keadaan umum : lemah
o Kepala : sakit kepala, wajah edema
o Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina
o Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan
muntah
o Ektremitas : edema pada kaki, tangan, dan jari-jari
o Sistem pernafasan : hiper refleksia, klonus pada kaki
o Genitourinaria : oliguria, proteinuria
o Pemeriksaan janin : bayi jantung janin tidak teratur, gerakan janin
melemah
d. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk
memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan data penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan ultrasonography (USG).
2. Diagnose Keperawatan
menurut Marliana & Hani (2018) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus preeklampsi sebagai berikut:
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003).
b. Nyeri akut b.d adgen pencedera fisiologis (D.0077).
c. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040).
d. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142).

3. Intervensi Keperawatan
Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi keperawatan
Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018) :
a) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003).
1. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu
tertentu diharapkan pertukaran gas meningkat
2. Kriteria hasil :
 Pasien melaporkan keluhan sesak berkurang.
 Tidak terdenga bunyi nafas tambahan.
 Tanda – tanda vital dalam batas normal
3. Intervensi ( Dukungan Ventilasi ) :
Observasi
 Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas.
 Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan.
 Monitor status respirasi dan oksigenisasi.
Teurapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas.
 Berikan posisi semi fowler atau fowler.
 Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin.
 Berikan oksigenisasi sesuai kebutuhan.

19
Edukasi
 Ajarkan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
 Ajarkan mengubah posisi secara mandiri

b) Nyeri akut b.d adgen pencedera fisiologis (D.0077)


1. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu
tertentu diharapkan tingkat nyeri berkurang.
2. Kriteria hasil :
 Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang
 Keluhan nyeri meringis menurun
 Pasien menunjukkan sikap protektif menurun.
 Pasien tidak tampak gelisah
3. Intervensi ( Manajemen Nyari ) :
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas
nyeri.
 Identifikasi skala nyeri.
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
Teurapeutik
 Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
 Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih


(D.0040)
1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan eliminasi urine pasien membaik.
2. Kriteria Hasil :
 Pasien melaporkan sensasi berkemihnya meningkat.
 Pasien melaporkan dapat berkemih dengan tuntas.
 Tidak ada tandan – tanda distensi kadnung kemih.
3. Intervensi ( Manajemen Eliminasi Urine) :
Observasi
Monitor eliminasi urine (Frekuensi, konsistensi, volume dan
warna).
Terapeutik
 Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih.
 Ambil sampe urine tenga ( Midstream ).
Edukasi
 Identifikasi tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
 Ajarkan mengambil spesimen urine midstream.

d) Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)


1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun.
2. Kriteria Hasil :
 Tidak ada tandan –tanda infeksi ( Demam, Nyeri, Kemerahan
dan Bengkak).
 Kadar sel darah putih membaik.
3. Intervensi ( Pencegahan Infeksi)
Observasi Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal dan
sistemik.
Terapeutik
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien.
 Pertahankan tehnik aseptik pada psien beresiko tinggi.
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

21
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka post operasi.
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2019).

Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,


mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai
data yang baru.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Purba,
2019).

Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah membandingkan tingkah laku klien
sebelum dan sesudah implementasi. Hal ini terkait kemampuan klien dengan
preeklampsia primigravida dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali
masalah yang pernah dialami. Pada klien preeklampsia multigravida dapat
mengevaluasi kemampuan masalah adaptasi yang pernah dialami, kemampuan
adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik psiko maupun social (Hidayati, 2014).
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu dan
bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan dan preeklamsi berat.
Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti.
Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang
diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan ditandai dengan : kehamilan lebih dari 20
minggu; kenaikan tekanana darah 140/90 mmHg atau lebih dangan pemeriksaan 2
kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2
kali setelah istirahat 10 menit); edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tangan; proteinuria lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.

Preeklamsi berat di tandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik > 110
mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit < 100.000/ mm 3, oliguria
< 400 ml/24 jam, protein urine > 3 gr/liter, nyeri episgtastrium, skotoma dan
gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina, odem pulmonum.

Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada ibu hamil,
maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil. Eklamsi adalah
kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik) atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi.

B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan
kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritikannya yang membangun demi kelancaran makalah kami ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklampsia di RSUD Arifin


Achmad. Jurnal Kesehatan Komunitas. https://doi.org/10.25311/jkk.vol2.iss1.38
Khairani, Y. (2020). Penatalaksanaan Pre eklampsia. Retrieved from
http/www.Alomedika.com website: 70
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrikdanginekologi/preeklampsia/
penatalaksanaa
Marliana & Hani, T. (2018). WOC Preeklampsi. Retrieved from
https://www.scribd.com/document/381045484/130854856- PathwayPreeklamsi-doc
Pratiwi, W. (2017). Asuhan Keperawatan Pre Eklampsi. Retrieved from
https://www.academia.edu/36262522/PRE_EKLAMSI
Sukarni, I. (2017). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko
Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja Siki DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Winancy, W. (2019). Penkes Preeklampsi untuk pengetahuan Ibu Hamil dalam
menghadapi komplikasi. Jurnal Bidan Cerdas (JBC).
https://doi.org/10.33860/jbc.v2i1.14

You might also like