You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357874797

Laporan Praktikum Fisika I Modul I -Pengukuran

Experiment Findings · January 2022


DOI: 10.13140/RG.2.2.27838.82242

CITATIONS READS

0 53,802

1 author:

Eka Putra Prasetya


Universitas Islam Indonesia
135 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Eka Putra Prasetya on 17 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Laporan Praktikum Fisika I
Modul I – Pengukuran
Eka Putra Prasetya/18524057
Asisten: Retno Paras Rasmi
Tanggal praktikum: 07 November 2018
18524057@students.uii.ac.id
Teknik Elektro – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Abstrak— Pengukuran merupakan ilmu yang perlu


dipelajari terlebih dahulu sebelum mempelajari fisika.
Pengukuran penting mengingat semua teori yang terdapat II. TINJAUAN PUSTAKA
di fisika didapatkan melalui pengukuran terhadap A. Pengukuran
fenomena alam. Dengan memahami konsep pengukuran
Pengukuran adalah proses membandingkan sesuatu dengan
diharapkan lebih mudah untuk memahami teori, operasi –
sesuatu yang lain, yang dianggap sebagai patokan1. Terdapat
operasi, dan praktik dalam fisika. Pada praktikum ini
dua faktor utama dalam pengukuran yaitu pembandingan dan
dilakukan percobaan terhadap penggunaan mistar,
patokan. Besaran merupakan sifat – sifat dari suatu benda yang
newton meter, jangka sorong, dan mikrometer sekrup
dapat dinyatakan dengan angka. Sedangkan satuan adalah
sebagai alat ukur, aturan pengukuran yang meliputi
nama khusus yang digunakan untuk memberikan nilai kepada
penulisan hasil pengukuran seperti notasi ilmiah, angka
suatu besaran. Dalam penetapan satuan agar dapat menjadi
penting, dan ketidakpastian. Hasil praktikum
satuan standar teradapat syarat – syarat yang harus dipenuhi
menunjukkan bahwa mikrometer sekrup merupakan alat
yaitu nilai harus tetap, mudah diperoleh kembali, dan satuan
yang paling akurat daripada alat – alat lain dalam
harus diterima secara internasional.
praktikum. Selain itu, Semakin kecil nilai ketidakpastian
dalam suatu pengukuran menunjukkan pengukuran Besaran dapat dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan
tersebut lebih akurat. Memahami ilmu pengukuran sangat besaran turunan. Besaran pokok meliputi panjang, massa,
penting agar dapat melakukan pengukuran lebih akurat. waktu, kuat arus listrik, suhu, intensitas cahaya, jumlah zat.
Sedangkan besaran turunan meliputi besaran yang ditentukan
I. PENDAHULUAN berdasarkan satuan – satuan dari besaran pokok seperti luas
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu yang dan volume.
mempelajari tentang fenomena alam melalui pengamatan atau
B. Notasi Ilmiah
observasi yang dituliskan dalam persamaan matematika.
Observasi terhadap suatu fenomena alam dilakukan dengan Dalam melakukan pengukuran seringkali praktikan
eksperimen sederhana yang mereprentasikan fenomena dihadapkan dengan angka – angka yang banyak dan panjang.
tersebut. Dalam melakukan eksperimen, pengukuran sangat Akan sangat sulit dan memakan tempat jika dituliskan secara
diperlukan untuk mendapatkan data – data yang dapat terang – terangan. Sehingga diperlukan penulisan dengan
menjelaskan fenomena alam yang diteliti. notasi ilmiah agar dapat mempersingkat penulisan tanpa
menambahkan/mengurangi nilainya. Contoh penulisan,
Pengukuran perlu untuk dipelajari terlebih dahulu sebelum
memasuki tahap selanjutnya mengingat semua teori yang 384.000.000 = 3,84 x 108
terdapat dalam sebuah eksperimen. Para penemu konsep fisika C. Angka Penting
menggunakan data dari pengukuran dalam usaha
Selain notasi ilmiah, hal yang perlu diperhatikan dalam
mendeskripsikan fenomena alam secara kuantitatif. Jika
penulisan nilai dari objek yang diukur adalah angka penting.
dikaitkan dengan penelitian, pengukuran dapat digunakan
Angka penting dapat mereprentasikan ketelitian dari suatu
mecari data yang berupa pola – pola dari objek yang diteliti
pengukuran. Jika dalam suatu pengukuran menghasilkan nilai
untuk pembuktian hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.
yang memiliki banyak angka penting maka ketelitian dari
Kegiatan pengukuran merupakan suatu hal yang penting pengukuran tersebut lebih tinggi dari pada nilai yang memiliki
dan mendasar dari fisika. Pengukuran adalah syarat utama sedikit angka penting.
untuk memahami teori – teori fisika yang telah ada.
Teradapat beberapa aturan penulisan angka penting, yaitu:
Tujuan dari penelitian ini adalah dapat memahami
pengukuran dengan baik dan benar. Indikatornya meliputi
pemahaman atas penggunaan alat ukur dan melakukan 1
Bob Foster, Akselerasi Fisika untuk SMA/MA Kelas
pengukuran dengan benar.
X, Penerbit Duta, Bandung, 2014, hlm. 3.
1. Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting. 𝑥0 = nilai dari pengukuran
8,89 L memiliki 3 angka penting. Dx = Ketidakpastian
2. Semua angka nol yang terletak diantara angka bukan nol
merupakan angka penting. Penentuan ketidakpastian pengukuran bergantung pada cara
4,0089 memiliki 4 angka penting. seberapa banyak pengukuran:
3. Semua angka nol yang menunjukkan perpangkatan sepuluh
bukan merupakan angka penting, kecuali diberi tanda 1. Pengukuran Tunggal
khusus, misalnya diberi tanda garis bawah. 1
0,459000 memiliki 6 angka penting. x = 𝑥0 ± 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
2
4. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan
2. Pengukuran lebih dari sekali kurang dari 10 kali
nol yang terakhir, tetapi terletak di depan tanda desimal
x = ̅𝑥̅̅̅
0 ±̅ 𝑦
merupakan angka penting.
∑|𝑥 0 − 𝑥𝑖 |
̅̅̅̅
800,0 memiliki 4 angka penting. ̅𝑦 =
5. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang 𝑖
Keterangan:
terakhir dan di belakang tanda desimal adalah angka
penting. ̅𝑦 = Rata – rata kesalahan
23,500 memiliki 5 angka penting. 0 = Rata – rata nilai dari pengukuran
̅𝑥̅̅̅
6. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang 𝑥𝑖 = Nilai pengukuran ke-i
terakhir dan tidak dengan tanda desimal adalah angka tidak 3. Pengukuran lebih dari 10 kali
penting. x = ̅𝑥̅̅̅
0 ±𝑆
6800 memiliki 2 angka penting. ∑(𝑥
̅̅̅̅
0 − 𝑥𝑖 )
2
7. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang 𝑆= √
𝑁−1
pertama adalah angka tidak penting.
0,089 memiliki 2 angka penting. Keterangan:
S = Standar deviasi
Di samping angka penting memiliki aturan dalam N = Jumlah pengukuran
penulisannya, angka penting juga memiliki aturan dalam
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. E. Jangka Sorong
Aturannya adalah sebagai berikut: Jangka sorong memiliki 2 bagian utama, yaitu rahang
tetap dan rahang sorong. Pada rahang utama terdapat skala
1. Penjumlahan dan pengurangan dua atau lebih angka
utama dan pada rahang sorong terdapat skala nonius. Jangka
penting.
sorong memiliki ketelitian sebesar 0,1 mm atau 0,01 cm.
Penjumlahan dan pengurangan dari angka penting akan
menghasilkan angka yang mengandung desimal paling Cara menggunakan jangka sorong adalah sebagai berikut:
sedikit diantara angka yang dijumlahkan dan dikurangakan.
1. Perhatikan posisi angka 0 skala nonius pada skala utama.
2. Perkalian dan pembagian angka penting
Ini akan menunjukkan pengukuran dari skala utama.
Perkalian dan pembagian dari angka penting akan
2. Perhatikan skala yang berhimpit dari skala nonius dan
menghasilkan angka yang mengandung angka penting
skala utama. Lalu dikalikan dengan ketelitian dari jangka
paling sedikit.
sorong. Ini akan menghasilkan pengukuran dari skala
D. Ketidakpastian pengukuran nonius.
Ketidakpastian pengukuran adalah suatu parameter yang 3. Tambahkan hasil skala utama dan nonius.
berhubungan dengan hasil pengukuran yang F. Mikrometer Sekrup
mengkarakteristikan (memberikan sifat) penyebaran nilai-nilai
Mikrometer sekrup memiliki beberapa bagian, yaitu poros
layak yang dikaitkan pada besaran ukur.2 Pengukuran
tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa
menggunakan ketidakpastian memiliki rumus:
pemutar. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap dari skala
x = 𝑥0 ± 𝐷𝑥 nonius diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju
mundur sejauh 0,5. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian
keterangan:
sebesar 0,01 mm atau 0,001 cm. Cara menggunakan
x = nilai pendekatan terhadap nilai benar x micrometer sekrup mirip dengan penggunaan jangka sorong.

2
Ardhyarini, N. (2018). Definisi untuk Perhitungan III. METODE PRAKTIKUM
Ketidakpastian Pengukuran. [online] Kimia Lingkungan.
A. Alat dan Bahan
Available at:
1. Mistar
https://environmentalchemistry.wordpress.com/2013/07/07/de
2. Jangka sorong
finisi-untuk-perhitungan-ketidakpastian-pengukuran/
3. Mikrometer sekrup
[Accessed 12 Nov. 2018].
4. Stopwatch atau sejenisnya
5. Neraca pegas
6. Kelereng
7. Balok
8. Bahan material silinder

B. Langkah Kerja
1. Pengukuran tunggal besaran dasar

IV. HASIL DAN ANALISIS


A. Pengukuran tunggal besaran dasar
a. Pengukuran panjang balok
Panjang Lebar Tinggi
= 22,8± 0,05 = 11,6± 0,05 cm = 6,7± 0,05
cm cm
Pada pengukuran panjang balok diperoleh panjang
lebar, dan tinggi balok sebesar 22,8 cm, 11,6 cm, dan 6,7
cm. Pengukuran dilakukan hanya sekali sehingga masing –
masing komponen perlu ditambah/dikurangi dengan
ketidakpastiaan. Ketidakpastian tunggal dapat diperoleh
2. Pengukuran dengan tingkat presisi yang berbeda dari setengah dari skala terkecil. Penggaris memiliki skala
terkecil sebesar 0,1 cm. Ketidakpastian penggaris sebesar
setengah dari 0,1 cm atau 0,05 cm. Hasil pengukuran akhir
dapat diperoleh dengan menambahkan/mengurangkan
hasil pengukuran dan ketelitian. Sehingga akan diperoleh
panjang, lebar, tinggi sebesar 22,8± 0,05 cm, 11,6± 0,05
cm, 6,7± 0,05 cm.

b. Pengukuran massa
Anak timbangan 1 = 20 gr
Anak timbangan 2 = 10 gr
Jumlah(perhitungan/manual) = 30 gr
Anak timbangan 1 dan 2(pengukuran ohaus) = 30 gr
Perhitungan - pengukuran = 0 gr
Pengukuran massa 2 timbangan yang berbeda dengan
menggunakan neraca ohaus sebesar 20 gr dan 10 gr.
3. Pengukuran besaran turunan Penjumlahan timbangan 1 dan 2 secara manual
menghasilkan 30 gr. Pengukuran massa 2 anak timbang
dengan menggunakan neraca ohaus sebesar 30 gr. Tidak
ada Selisih penjumlahan 2 timbangan antara secara manual
dan menggunakan neraca ohaus.
Terdapat kesalahan penulisan hasil dari pengukuran
tersebut. Kesalahan tersebut berupa tidak digunakannya
ketidakpastian dalam pengukuran. Hasil pengamatan
hanya mencamtukan nilai pengukuran dengan tidak
C. Pengukuran jarak jamak lebih dari 10 kali mencamtumkan ketidakpastian.
Ketidakpastian beruapa ketidakpastian pengukuran
tunggal. Ketidakpastian neraca ohaus sebesar setengah dari
0,1 gram atau 0,05 gram. Sehingga penulisan hasil
pengukuran yang benar adalah 20±0,05 gram, 10±0,05 D = 0,68 101
gram, 30±0,05 gram. 4 P = 2,73 0,98 21 2,1×
D = 0,68 101
c. Pengukuran waktu 5 P = 2,709 0,97 6,5 6,7
Waktu kubus setelah dilepas s/d menyentuh lantai D = 0,68
= 0,45 detik Perhitungan massa jenis menggunakan 5 silinder, yaitu
Pengukuran waktu yang dibutuhkan kubus plastic yang silinder 1, silinder 2, silinder 3, silinder 4, silinder 5 yang
dijatuhkan dari ketinggian 2 meter dari lantai dengan berturut – turut memiliki massa jenis sebesar
menggunakan stopwatch adalah 0,45 detik. menghasilkan 1,7 gr/𝑐𝑚3 , 20,8 gr/𝑐𝑚3 , 1,9× 101 gr/𝑐𝑚3 ,
2,1× 101 gr/𝑐𝑚3 , 6,7 gr/𝑐𝑚3 . Massa jenis merupakan
B. Pengukuran dengan tingkat presisi yang berbeda besaran turunan yang didapatkan dari pembagian besaran
Pengukuran dengan mistar 1,8± 0,05 cm pokok yaitu antara massa dan volume.
Pengukuran dengan jangka sorong 1,79 cm
Pengukuran dengan micrometer sekrup 20,12 mm b. Perhitungan percepatan gravitasi
Pengukuran panjang sisi kubus dengan mistar, jangka Silinder Massa Berat Percepatan Kesalahan
sorong, dan mikrometer sekrup sebesar 1,8± 0,05 cm, 1,79 (gr) (N) grafitasi
cm, 20,12 mm. Selisih antara pengukuran mistar dan (m/𝑠 2 )
jangka sorong, mistar dan mikrometer sekrup, jangka 1 130 1,2 9,2 0,3
sorong dan mikrometer sekrup berturut - turut sebesar 0,1 2 280 2,8 10 0,5
cm, 0,212 cm, 0,222 cm. 3 270 2,5 9,3 0,2
Terdapat kesalahan penulisan hasil dari pengukuran Rata - rata 226,7 2,1 9,5 0,3
tersebut. Kesalahan terletak pada tidak dicantumkannya Jadi percepatan gravitasinya: 9,5±0,3 m/𝑠 2
ketidakpastian pada pengukuran menggunakan jangka
sorong dan mikrometer sekrup. Pengukuran dilakukan Percepatan gravitasi merupakan besaran turunan yang
hanya sekali sehingga menggunakan ketidakpastian didapatkan dari pembagian besaran scalar yaitu berat dan
tunggal. Untuk jangka sorong, ketidakpastian massa. Perhitungan percepatan gravitasi menggunakan 3
pengukurannya sebesar setengah dari 0,01 cm atau 0,005 objek silinder menghasilkan massa, berat, percepatan
cm. Sehingga penulisan pengukurannya yang benar adalah gravitasi, dan kesalahan yang dihasilkan silinder 1,
1,79±0,005 cm. Sedangkan untuk mikrometer sekrup, silinder 2, silinder 3 berturut – turut adalah: (130 gr, 280
ketidakpastian pengukurannya sebesar setengah dari 0,001 gr, 270 gr), (1,2 N, 2,8N, 2,5 N), (9,2 m/𝑠 2 , 10 m/𝑠 2 ,9,3
cm atau 0,0005 cm dapat dituliskan juga sebesar setengah m/𝑠 2 ), (0,3;0,5;0,2). Rata – rata massa, berat, percepatan
dari 0,01 mm atau 0,005 mm. Sehingga hasil penulisan gravitasi, dan kesalahan dari ketiga objek secara berturut –
pengukurannya yang benar adalah 2,012±0,0005 cm atau turut adalah 226,7 gr, 2,1 N, 9,5 m/𝑠 2 , 0,3.
20,12±0,005 mm. Perhitungan percepatan gravitasi dilakukan sebanyak 3
Dari tiga data selisih pengukuran dapat diketahui kali yang artinya adalah lebih dari 1 kali pengambilan data.
bahwa selisih dari tiga data tersebut cukup besar. Hal ini Untuk menghitung percepatan gravitasinya dapat
dapat terjadi karena kesalahan dalam membaca skala pada menggunakan rumus pengukuran lebih dari sekali namun
alat ukur. Selain itu, dapat diketahui juga pengukuran kurang dari 10 kali. Rumusnya, yaitu:
dengan menggunakan mikrometer sekrup paling akurat x = ̅𝑥̅̅̅
0 ±̅
𝑦
dari alat ukur lainnya yang digunakan dalam pengambilan
data terlepas dari kesalahan membaca skala. Terlihat Keterangan:
bahwa hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup ̅𝑦 = Rata – rata kesalahan
memiliki 3 angka dibelakang koma(jika dalam cm) atau 0 = Rata – rata nilai dari pengukuran
̅𝑥̅̅̅
memiliki 4 angka penting(paling banyak diantara lainnya). Sehingga akan didapatkan percepatan gravitasi sebesar
9,5±0,3 m/𝑠 2
C. Pengukuran besaran turunan
a. Perhitungan massa jenis
Silinder Panjang(P) Volume Massa Massa D. Pengukuran jamak lebih dari 10 kali
dan (𝑐𝑚3 ) (gr) jenis a. Perhitungan massa
diameter(D) (gr/𝑐𝑚3 ) Kelereng Massa Kesalahan
(cm) (gr) (gr)
1 P = 2,74 1,18 2 1,7 1 5,4 0,3
D = 0,742 2 5,5 0,2
2 P = 2,714 0,955 19,9 20,8 3 5,8 0,2
D = 0,67 4 5,7 0,1
5 5,8 0,2
3 P = 2,71 0,98 18,5 1,9× 6 5,8 0,2
7 5,7 0,1 13 1,264 0,012
8 6,0 0,4 14 1,218 0,058
9 5,8 0,2 15 1,316 0,040
10 5,8 0,2 16 1,282 0,006
11 5,5 0,2 17 1,360 0,080
12 5,6 0,1 18 1,296 0,022
13 6,0 0,4 19 1,206 0,070
14 5,4 0,3 20 1,270 0,010
15 5,8 0,2 Rata – rata 1,276 0,0292
16 6,0 0,4 Standar deviasi diameter kelereng adalah: 0,13
17 6,0 0,4 Sehingga massa kelereng dapat dinyatakan menjadi:
18 5,2 0,5 1,28±0,13 cm
19 5,1 0,6 Pengukuran diameter kelereng sebanyak 20 kali
20 5,4 0,3 pengambilan data diameter bervariasi antara 1,200 cm
Rata – rata 5,65 0,28 sampai dengan 1,360 cm dengan menggunakan jangka
Standar deviasi massa kelereng adalah: 1,3 sorong. Sehingga didapatkan rata – rata diameter sebesar
Sehingga massa kelereng dapat dinyatakan menjadi: 1,276 cm. Kesalahan didapatkan dengan cara
5,65 ± 1,3 gr mengurangkan rata – rata diameter dengan tiap data
Pengukuran massa kelereng sebanyak 20 kali diameter kelereng. Nilai kesalahan bervariasi antara 0 cm
pengambilan data massa yang bervariasi antara 5,1 gr sampai 0,8 cm. Sehingga didapatkan rata – rata kesalahan
sampai dengan 6,0 gram dengan menggunakan neraca sebesar 0,0292.
ohaus. Sehingga didapatkan rata – rata massa sebesar 5,65 Diameter kelereng dihitung menggunakan
gr. Kesalahan didapatkan dengan cara mengurangkan rata – ketidakpastian dalam pengukuran lebih dari 10 kali.
rata massa dengan tiap data massa kelereng. Nilai kesalahan Rumusnya, yaitu:
bervariasi antara 0,1 gr sampai dengan 0,6 gr. Sehingga x = ̅𝑥̅̅̅
0 ±𝑆
didapatkan rata – rata kesalahan sebesar 0,28 gr. ∑(𝑥̅̅̅̅ 2
0 − 𝑥𝑖 )
Massa kelereng dihitung menggunakan 𝑆= √
ketidakpastian dalam pengukuran lebih dari 10 kali. 𝑁−1
Rumusnya, yaitu: Keterangan:
x = ̅𝑥̅̅̅
0 ±𝑆
S = Standar deviasi
N = Jumlah pengukuran
∑(𝑥̅̅̅̅ 2
0 − 𝑥𝑖 ) Sehingga akan didapatkan nilai standar deviasi sebesar 0,13
𝑆= √
𝑁−1 cm. Dengan mengetahui standar deviasinya, massa dari
Keterangan: kelereng adalah 1,276± 0,13 cm
S = Standar deviasi
N = Jumlah pengukuran
Akan didapatkan nilai standar deviasi sebesar 1,3 cm.
V. KESIMPULAN
Dengan mengetahui standar deviasinya, massa dari kelereng
adalah 5,65 ± 1,3 gr Dalam pengukuran, pengetahuan akan penggunaan alat
dan aturan pengukuran sangat perlu untuk dipahami agar
mengurangi angka ketidakpastian sehingga akan didapatkan
b. Perhitungan diameter hasil yang lebih akurat.
Kelereng Diameter Kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
(cm) (cm)
1 1,310 0,030
2 1,288 0,012 [1] B.Foster,Akselerasi Fisika untuk SMA/MA kelas X,
3 1,250 0,030 Penerbit Duta,2014
4 1,290 0,010 [2] D. Halliday, R. Resnick, J. Walker, Fundamentals of
5 1,292 0,016 Physics,9𝑡ℎ ed., John Willey & Sons, Inc., 2015
6 1,270 0,010
7 1,306 0,030 [3] Hajar Fisika. (2018). Laporan Praktikum Pengukuran
8 1,262 0,014 Fisika. [online] Available at:
9 1,300 0,000 https://www.hajarfisika.com/2017/09/laporan-praktikum-
10 1,200 0,100 pengukuran-fisika.html [Accessed 11 Nov. 2018].
11 1,290 0,010
[4] Maharatunnida.blogspot.com. (2018). LAPORAN
12 1,252 0,024 PRAKTIKUM FISIKA PENGUKURAN. [online]
Available at: [5]UNLAM, L. (2018). PENGUKURAN. [online]
https://maharatunnida.blogspot.com/2014/09/laporan- Pendidikan Fisika FKIP UNLAM. Available at:
praktikum-fisika-pengukuran.html [Accessed 11 Nov. https://fisikahappy.wordpress.com/2011/12/30/pengukur
2018]. an/ [Accessed 12 Nov. 2018].

View publication stats

You might also like