You are on page 1of 90

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361254283

Konsep Value Engineering dalam Manajemen Proyek Konstruksi

Book · May 2022

CITATIONS READS

0 2,089

1 author:

Hafnidar A. Rani
University Of Muhammadiyah Aceh
85 PUBLICATIONS 145 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Work Safety and Health System View project

Building Construction View project

All content following this page was uploaded by Hafnidar A. Rani on 13 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Konsep Value Engineering
dalam Manajemen Proyek Konstruksi
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Konsep Value Engineering
dalam Manajemen Proyek Konstruksi

Dr. Ir. Hafnidar A. Rani


KONSEP VALUE ENGINEERING
DALAM MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

Hafnidar A. Rani

Desain Cover :
Dwi Novidiantoko

Sumber :
www.shutterstock.com

Tata Letak :
Zulita Andan Sari

Proofreader :
Mira Muarifah

Ukuran :
viii, 79 hlm, Uk: 15.5x23 cm

ISBN :
978-623-02-4641-8

Cetakan Pertama :
Mei 2022

Hak Cipta 2022, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2022 by Deepublish Publisher
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala


karunia-Nya sehingga buku dengan judul Konsep Value
Engineering dalam Manajemen Proyek Konstruksi dapat
diselesaikan.

Value Engineering atau Rekayasa Nilai merupakan suatu


konsep yang sistematis dan terstruktur dalam melakukan
analisis fungsi untuk mencapai nilai terbaik pada proyek
konstruksi. Konsep ini fokus terhadap nilai dan fungsi untuk
mencapai keseimbangan yang optimum antara waktu,
biaya dan mutu.

Tahapan rencana kerja Value Engineering yang akan


dibahas dalam buku ini meliputi: tahap informasi (information
phase), tahap kreativitas (creative phase), tahap analisis
(analysis phase), tahap evaluasi (evaluation phase), tahap
pengembangan (development phase) dan tahap
rekomendasi (recommendation phase).

Mengingat konsep ini belum optimal diterapkan pada proyek


konstruksi di Indonesia, maka melalui buku ini penulis ingin
berkontribusi kepada para akademisi dan praktisi
manajemen konstruksi seluruh Indonesia, karena sangat besar
manfaatnya jika konsep ini diterapkan pada proyek
konstruksi.

Konsep Value Engineering | v


Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih
terdapat kekurangan. Namun penulis yakin bahwa sekecil
apapun tulisan dalam buku ini tetap akan memberikan
manfaat bagi para pembaca. Akhir kata, terima kasih
kepada pihak yang telah memberi dukungan. Kritik dan
saran dari pembaca sangatlah berguna bagi penulis untuk
penyempurnaan buku ini yang lebih baik.

Banda Aceh, 2022


Penulis,

Dr. Ir. Hafnidar A. Rani

vi | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii

BAB I DASAR–DASAR VALUE ENGINEERING ............................. 1


1. Sejarah Value Engineering ........................................ 1
2. Pengertian Value Engineering ................................. 4
3. Alasan Penerapan Value Engineering .................... 7
4. Manfaat Value Engineering ..................................... 9
5. Tujuan Value Engineering ....................................... 10

BAB II KONSEP VALUE ENGINEERING ...................................... 11


1. Konsep Perencanaan.............................................. 12
2. Proses Value Engineering ........................................ 15
3. Biaya (Cost) ............................................................... 16
4. Fungsi (Function)....................................................... 17
5. Nilai (Value) ............................................................... 17

BAB III TAHAPAN RENCANA KERJA VALUE ENGINEERING ...... 19


1. Tahap Informasi (Information Phase) .................... 23
2. Tahap Kreativitas (Creative Phase) ....................... 27
3. Tahap Evaluasi (Evaluation Phase) ........................ 29
4. Tahap Pengembangan (Development
Phase) ........................................................................ 31
5. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision-
making Phase) .......................................................... 34

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | vii
6. Tahap Rekomendasi (Recommendation
Phase).........................................................................35

BAB IV STUDI KASUS ................................................................... 38


1. Studi Kasus-1 ..............................................................38
2. Studi Kasus-2 ..............................................................47
3. Studi Kasus-3 ..............................................................53
4. Studi Kasus-4 ..............................................................59
5. Studi Kasus-5 ..............................................................61
6. Studi Kasus-6 ..............................................................63
7. Studi Kasus-7 ..............................................................66
8. Studi Kasus-8 ..............................................................67
9. Studi Kasus-9 ..............................................................69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................76

viii | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
BAB I
DASAR–DASAR VALUE ENGINEERING

1. Sejarah Value Engineering

Value Engineering (VE) pertama kali diperkenalkan pada


awal Perang Dunia II tahun 1939–1945 saat memproduksi
peralatan perang dalam jumlah besar. Perang
mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja, bahan
baku, dan suku cadang. Salah satunya adalah kebutuhan
akan logam kian meningkat sedangkan persediaan terbatas.
Lawrence D. Miles dan Harry Erlicher dari perusahaan General
Electric melakukan analisis fungsi yaitu mencari pengganti
yang memberikan penampilan yang sama atau lebih baik
dengan biaya yang rendah. Teknik yang dikembangkan
tersebut dapat menurunkan biaya, meningkatkan produk,
atau keduanya (SAVE International Value Standard, 2007).

Selanjutnya Value Engineering dipromosikan pada Angkatan


Darat Amerika Serikat (AS) selama perang Korea dengan
nama Analisis Nilai. Pihak yang pertama menerapkan teknik
tersebut adalah Biro Perkapalan Angkatan Laut AS. Pada
tahun pertama penerapan program tersebut diakui telah
menghemat biaya sampai 18 juta dolar (Chandra, 2014).

Konsep Value Engineering | 1


Keberhasilan tersebut mendorong peluncuran program
sejenis yang mendatangkan penghematan substansial di
Angkatan Udara AS pada tahun 1955 dan Korps Artileri
Angkatan Darat AS pada tahun 1956.

Pada tahun 1959, Sekretaris Negara Pertahanan AS membuat


keputusan untuk mengurangi biaya belanja pertahanan,
dengan mendorong penerapan Value Engineering sebagai
program penurunan biaya berdasarkan prinsip-prinsip:
1. Hanya membeli apa yang dibutuhkan saja.
2. Membeli harga terendah.
3. Mengurangi biaya melalui penghilangan kegiatan yang
tak perlu penerapan standarisasi dan konsolidasi.

Hasilnya penerapan Value Engineering telah menghilangkan


banyak biaya tak perlu dan penghematan anggaran.

Value Engineering kemudian menyebar ke seluruh Amerika


dan mencapai Eropa pada tahun 1960-an. Program pertama
di Inggris pada tahun 1961 dimulai oleh Dunlop Company,
dan pada 1963 telah banyak perusahaan di Inggris yang
menerapkan Value Engineering. Meningkatnya
keingintahuan mengenai Value Engineering disebabkan oleh
pendirian pelatihan Value Analysis Ins. di AS oleh Lawrence D.
Miles dan pendirian Value Engineering Ltd. di Inggris pada
tahun 1962 yang mempunyai andil dan tanggung jawab
besar dalam penyebaran dan pengembangan awal Value
Engineering (Crum, 1971).

Tahun 1963, Value Engineering mulai dimanfaatkan di bidang


konstruksi oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Tahun 1964, Secretary Robert S. Mc Namara memperluas Cost
Reduction, maka Pemerintah Amerika Serikat mulai

2 | Konsep Value Engineering


memanfaatkan keuntungan-keuntungan penggunaan Value
Engineering sebagai usaha meningkatkan manajemen.
Tahun 1972, Department of Public Building Services
mengembangkan Value Engineering secara luas dan harus
mengaplikasikan bagi Construction Management Services.
Tahun 1975, Environmental Protection Agency (EPA) juga
mengharuskan penggunaan Value Engineering. Selanjutnya,
Value Engineering diterapkan di berbagai negara.

Pengaruhnya sampai ke Indonesia tahun 1986, pada saat


pemerintah sedang melakukan program efisiensi dalam
penggunaan biaya. Penerapan Value Engineering pada
Proyek Jalan Cawang Fly Over telah menghasilkan
penghematan biaya miliaran rupiah (Ramiadji, 1996 dalam
Untoro, 2009).

Demikian juga Pemerintah Australia, pada awal tahun 1990-


an telah memberikan perhatian serius dan dukungannya
terhadap Value Engineering pada industri konstruksi (Daddow
& Skitmore, 2003).

Sebagai dukungan terhadap penerapan Value Engineering,


pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia menerbitkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.

Hingga saat ini penerapan Value Engineering di industri


konstruksi Indonesia belum menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan (Berawi, 2014).

Konsep Value Engineering | 3


2. Pengertian Value Engineering

Pengertian Value Engineering menurut Miles (1972) adalah


suatu pendekatan yang terorganisasi dan kreatif yang
bertujuan untuk mengadakan pengidentifikasian biaya yang
tidak perlu. Biaya yang tidak perlu ini adalah biaya yang
tidak memberikan kualitas, kegunaan, sesuatu yang
menghidupkan penampilan yang baik ataupun sifat yang
diinginkan oleh konsumen.

Pengertian Value Engineering menurut Zimmerman & Hart


(1982) adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan
sistematis dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
Pengertian selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. An oriented system
Adalah suatu sistem yang menggunakan tahapan
dalam rencana tugas (job plan) untuk mengidentifikasi
dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan
(unnecessary cost).
2. Multidisciplined team approach
Adalah suatu pendekatan penghematan biaya
produksi yang melibatkan seluruh tim yang
berkepentingan dalam proyek, yaitu pemilik,
perencana, para ahli yang berpengalaman di
bidangnya masing-masing dan konsultan VE.
3. Proven management technique
Adalah suatu teknik penghematan biaya yang telah
terbukti dan terjamin mampu mengarahkan berbagai
produk yang bermutu dan relatif rendah pembiayaannya.
4. An oriented function
Adalah suatu teknik yang berorientasi pada fungsi-fungsi
yang diperlukan pada setiap item maupun sistem yang

4 | Konsep Value Engineering


ditinjau untuk menghasilkan nilai produk yang
dikehendaki.
5. Life cycle cost oriented
Adalah suatu teknik yang berorientasi pada biaya total
yang diperlukan selama proses produksi serta optimasi
pengoperasian segala fasilitas pendukungnya.

Disebutkan pula bahwa rekayasa nilai bukanlah:


a. A design review
Yaitu mencari kesalahan dalam perencanaan
sebelumnya atau mengulangi perhitungan yang telah
dilakukan oleh pihak perencana.
b. A cost cutting process
Yaitu proses penghematan biaya dengan mengurangi
biaya satuan (unit price), tidak mengorbankan mutu,
keandalan dan penampilan hasil produk, bukan
merupakan keharusan tiap perencana untuk
melakukannya. Hal ini disebabkan perencana
mempunyai keterbatasan kemampuan dan waktu
dalam pekerjaannya, sehingga tidak mungkin
melakukan perbandingan alternatif di luar yang
dikuasainya.

Pengertian Value Engineering menurut Soeharto (1995)


adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan
mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik
mengidentifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan
memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga yang
terendah (paling ekonomis).

Pengertian Value Engineering menurut Dell’Isola (1997)


adalah suatu pendekatan sistematis untuk memperoleh hasil
yang maksimal dari setiap biaya yang dikeluarkan. Di mana

Konsep Value Engineering | 5


diperlukan suatu usaha kreatif untuk menganalisis fungsi
dengan menghapus atau memodifikasi penambahan harga
yang tidak perlu dalam proses pembiayaan konstruksi,
operasi atau pelaksanaan, pemeliharaan, pergantian alat
dan lain-lain, untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik
antara biaya, keandalan dan kinerja sebuah proyek.

Pengertian Value Engineering menurut Hammersley (2002)


merupakan suatu proses pembuat keputusan berbasis tim
yang sistematis dan terstruktur.

Pengertian Value Engineering menurut Shen and Liu (2007)


adalah suatu pendekatan yang sistematis, terorganisir,
berorientasi pada fungsi dan tim yang multi disiplin.

Pengertian Value Engineering menurut SAVE International


Value Standard (2007) adalah aplikasi dari suatu proses
sistematis yang digunakan oleh tim multidisiplin untuk
meningkatkan nilai (value) sebuah proyek melalui analisis
terhadap fungsinya.

Pengertian Value Engineering menurut Berawi (2014) adalah


suatu pendekatan tim profesional yang dalam
penerapannya berorientasi pada fungsi dan dilakukan
secara sistematis yang digunakan untuk menganalisis dan
meningkatkan nilai (value) suatu produk, desain fasilitas,
sistem, atau layanan. VE merupakan suatu metodologi yang
baik untuk memecahkan masalah dan atau mengurangi
biaya namun tetap dapat meningkatkan persyaratan kinerja
atau kualitas yang ditetapkan.

Pengertian Value Engineering menurut Chandra (2014)


adalah sebagai usaha yang dilakukan secara terorganisir

6 | Konsep Value Engineering


untuk menganalisis permasalahan yang ada untuk
mendapatkan fungsi-fungsi yang diinginkan dengan biaya
yang seminimal mungkin.

Dapat disimpulkan bahwa Value Engineering merupakan


suatu konsep yang sistematis dan terstruktur dalam
melakukan analisis fungsi untuk mencapai nilai terbaik pada
proyek konstruksi, dengan tujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.

3. Alasan Penerapan Value Engineering

Keterbatasan sumber daya material, biaya maupun tenaga


kerja sering kali menjadi kendala kelangsungan sebuah
proyek. Adanya keterbatasan sumber daya tersebut
mendorong dilakukan langkah-langkah antisipatif yang
bertujuan menjaga kelangsungan proyek yang dikerjakan.

Penerapan VE sebagai salah satu alternatif untuk menjaga


kelangsungan proyek konstruksi. Ada beberapa alasan
mengapa konsep VE dirasa perlu untuk diterapkan dalam
proyek konstruksi antara lain:
1. Peningkatan biaya sumber daya konstruksi dari tahun ke
tahun.
2. Kekurangan biaya pelaksanaan pembangunan.
3. Waktu dan biaya pelaksanaan tidak efektif dan efisien.
4. Terlalu banyak perubahan rancangan.
5. Banyak material yang tidak memberikan fungsi bagi
pengguna.
6. Teknologi mengalami kemajuan.
7. Kurang mempertimbangkan value konstruksi.
8. Suku bunga perbankan yang fluktuatif.
9. Meningkatnya laju inflasi setiap tahun.

Konsep Value Engineering | 7


10. Terpenuhinya fasilitas yang diperlukan sesuai dengan
biaya yang tersedia.

Dell’Isola memetakan tujuh faktor signifikan yang


mempengaruhi perlunya dilakukan VE, yaitu:
a. Biaya yang berlebihan.
b. Review spesifikasi.
c. Redesign biaya.
d. Kemajuan teknologi.
e. Desain yang kurang baik.
f. Masukan dari pengguna.
g. Perubahan kebutuhan pengguna.

Persentase besarnya pengaruh masing-masing faktor dapat


dilihat pada gambar berikut:

[CATEGORY
NAME] [CATEGORY
12% NAME]
[CATEGORY
NAME] 22%
6%
[CATEGORY
NAME]
4%

Review
[CATEGORY spesifikasi
NAME] 18%
23%

Redesign biaya
15%

Gambar 1. Tujuh Faktor Signifikan yang Mempengaruhi Perlunya


Dilakukan VE (Dell’Isola, 1997)

8 | Konsep Value Engineering


Secara unik Value Engineering meliputi designability,
constructability, dan contractability sebagai value yang
mempengaruhi terhadap budget dan cost control menjadi
tiga komponen value pada bisnis jasa konstruksi adalah:
a. Designability, berhubungan dengan nilai dari
optimalisasi desain.
b. Constructability, berhubungan dengan nilai material,
alat, metode dalam kemudahan pelaksanaan
konstruksi.
c. Contractability, berhubungan dengan nilai yang
tertuang secara kontraktual yang bias diterima para
pihak sumber-sumber perubahan dalam melakukan
rekayasa nilai antara lain:
- Optimalisasi desain = 27,8 %.
- Biaya yang tidak perlu = 23,1 %.
- Spesifikasi = 14,4 %.
- Kemajuan Teknologi = 13,9 %
- Total = 79,2 %

4. Manfaat Value Engineering

Kemampuan Value Engineering (VE) dalam meningkatkan


daya saing industri konstruksi di beberapa negara tidak
terlepas dari banyaknya manfaat yang didapat, terutama
pada tahap perencanaan yang akan memberikan manfaat
yang optimal. Demikian juga di Indonesia, manfaat VE sangat
diperlukan untuk pembangunan konstruksi karena pada saat
pelaksanaan proyek banyak permasalahan yang timbul
sehingga proyek terjadi pemborosan dan memberikan hasil
yang kurang efisien. Adapun manfaat-manfaat VE pada
proyek konstruksi adalah:
a. Mengurangi biaya proyek.
b. Mengurangi pemborosan sumber daya.

Konsep Value Engineering | 9


c. Mereduksi biaya yang tidak perlu.
d. Terciptanya ide kreatif yang baru.
e. Nilai proyek menjadi lebih baik.
f. Fungsi proyek sesuai dengan ketetapan.
g. Menghemat waktu proyek.
h. Mitigasi kemungkinan risiko proyek.
i. Meningkatkan produktivitas kerja.
j. Mendapatkan hasil yang efisien.
k. Melahirkan pakar-pakar Value Engineers.
l. Dukungan kepada pengambil keputusan.

Keputusan perencanaan yang tepat akan menghasilkan


manfaat yang optimal. Oleh karena itu penerapan konsep VE
dilakukan sejak tahap desain, agar efisiensi pelaksanaan
konstruksi menjadi meningkat.

5. Tujuan Value Engineering

Tujuan dilakukan analisis Value Engineering adalah untuk


menghilangkan biaya yang tidak diperlukan (unnecessary
cost) dan mencari alternatif untuk memenuhi keperluan
dengan biaya terendah tetapi tidak mengurangi kualitas
konstruksi. Selain itu juga untuk memberikan hasil yang
optimal bagi sejumlah uang yang dikeluarkan dan akan
membantu membedakan serta memisahkan antara yang
diperlukan dan yang tidak diperlukan. Dengan menerapkan
konsep VE tersebut maka akan diperoleh penghematan
biaya, penghematan waktu dan penghematan material.

10 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
BAB II
KONSEP VALUE ENGINEERING

Value Engineering (VE) telah diakui sebagai salah satu konsep


yang memberikan efisiensi terhadap pembangunan
konstruksi yaitu dengan mengoptimalkan fungsi, kinerja dan
biaya dalam suatu proyek dengan tetap menjaga kualitas.

Konsep VE dalam proyek konstruksi meyakinkan para pihak di


dalam proyek bahwa investasi pada konstruksi memproduksi
aset yang bernilai di mana nilai tersebut efektif untuk
membangun, menggunakan, dan memelihara. Kepastian
menghasilkan produk yang lebih bernilai atau mencapai nilai
uang (value for money) dari produk tersebut, berdasarkan
Connaughton dan Green (1996) dalam Berawi (2013) karena
pada dasarnya penerapan Rekayasa Nilai akan memastikan
kebutuhan untuk proyek yang akan selalu diverifikasi dan
didukung oleh data, sasaran dari proyek yang dibahas
secara terbuka dan jelas, keputusan penting dalam proses
rekayasa nilai yang rasional, tegas, dan dapat diandalkan,
desain yang dikembangkan dalam kerangka tujuan proyek
yang telah disepakati, berbagai pilihan alternatif selalu
diperhitungkan, pengajuan-pengajuan desain dievaluasi dan

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 11
secara hati-hati dipilih berdasarkan kriteria kinerja yang telah
ditetapkan.

Di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia


dan Jepang, penerapan VE telah memecahkan berbagai
macam permasalahan dan jauh lebih lagi penerapan VE
telah meningkatkan daya saing industri 9 konstruksi mereka.
Kemampuan VE dalam meningkatkan daya saing industri
konstruksi di beberapa negara tidak terlepas dari banyaknya
manfaat yang dapat diberikan oleh VE kepada proyek
konstruksi. Kemampuan VE dalam pengambilan keputusan
perencanaan yang tepat selama tahap desain merupakan
salah satu manfaat yang dapat diberikan secara optimal.

Secara teoretis, konsep VE dapat diaplikasikan pada setiap


tahap sepanjang waktu berlangsung (life time) proyek, dari
awal hingga selesai pelaksanaan konstruksi. Walaupun VE
dapat diterapkan sepanjang waktu berlangsungnya proyek,
konsep VE lebih efektif diterapkan pada tahap perencanaan.
Penghematan maksimum dilakukan dengan menerapkan VE
sejak awal hingga selesainya perencanaan. Semakin lama
menerapkan konsep VE, potensi penghematan akan semakin
kecil. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan perubahan
akan semakin besar. Pada suatu saat, potensi penghematan
dan biaya perubahan akan mencapai titik impas (break
event point), yang berarti tidak ada penghematan yang
dapat dicapai.

1. Konsep Perencanaan

Berdasarkan studi-studi yang dilakukan Barrie dan Paulson


(1992), penerapan VE sebisa mungkin diusahakan mulai
dilaksanakan pada tahap konsep perencanaan. Sebab

12 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
tahap ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
keseluruhan proyek, di samping memiliki fleksibilitas yang
maksimal untuk mengadakan perubahan-perubahan tanpa
menimbulkan biaya tambahan untuk merencana ulang
(redesign).

Dengan berkembangnya proses, perencanaan biaya yang


diperlukan untuk mengadakan perubahan-perubahan akan
bertambah sampai akhirnya mencapai suatu titik (break
event point) di mana tidak ada penghematan yang dapat
dicapai. Pada tahap perencanaan ini, pemilik proyek
menetapkan:
1. Tujuan proyek (goal)
2. Keperluan-keperluan (requirement)
3. Kriteria-kriteria yang diinginkan (applicable criteria)

Atas dasar tersebut perencana menetapkan objektivitas dari


proyek dan kerangka biaya yang menjadi rencana
anggaran biaya untuk menentukan batas-batas dari tujuan,
keperluan-keperluan dan kriteria-kriteria yang diminta pemilik
proyek.

Studi Barrie dan Paulson (1992) tersebut telah membuktikan


bahwa perencana memiliki pengaruh terbesar pada biaya
suatu proyek, demikian pula pemilik proyek yang
menetapkan kebutuhan dan kriteria tersendiri mempunyai
pengaruh sangat besar terhadap biaya proyek secara
keseluruhan. Kurang lebih 70% biaya proyek telah ditetapkan
pada akhir tahap konsep perencanaan yang disusun oleh
perencana bersama pemilik proyek.

Oleh karenanya studi VE yang dilaksanakan pada tahap ini


akan mempunyai potensi yang sangat besar untuk

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 13
meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya. Pada tahap
ini pula studi VE dapat membantu pemilik proyek untuk:
a. Menetapkan keperluan yang sebenarnya dari proyek
tersebut, di mana diperlukan pengertian yang lengkap
terhadap fungsi utama yang akan ditampilkan dalam
perencanaan.
b. Melakukan koordinasi terpadu antara ahli rekayasa nilai,
pemilik proyek dan perencana untuk meneliti secara
mendalam, menyeluruh dan menyatakan dengan
tegas kebenaran dari semua keperluan-keperluan dan
menghilangkan kesimpangsiuran.

Value Engineering harus diterapkan pada setiap penyerahan


tahapan perencanaan. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memberikan pengarahan kepada perencana dan menjamin
bahwa pertimbangan dari segi nilai maupun biaya telah
dikemukakan pada pemilik proyek untuk mendapatkan
perhatian dalam mengambil keputusan. VE juga harus
diterapkan pada tahap pengembangan desain dan
menyertai penyampaian hasil dari tahap pengembangan ini.
Pada tahap ini hasil perencanaan diputuskan bentuk, ukuran
dan spesifikasi untuk memberikan kepastian dalam
menentukan biaya-biaya dari segi arsitektur dan struktur yang
digunakan.

Pada tahap akhir perencanaan, pelaksanaan VE masih


mendapatkan keuntungan. Namun, elemen-elemen yang
dapat diubah tanpa mengakibatkan pengunduran waktu
dan penambahan biaya untuk mengubah perencanaan
berkurang dibandingkan dengan tahap sebelumnya.
Dengan kemajuan perencanaan proyek, dari mulai konsep,
programming, schematic, pengembangan sampai ke detail
perencanaan (final design), VE diperlukan untuk mengiringi

14 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
kemajuan perencanaan ini. Khususnya pada setiap
penyerahan tahapan perencanaan analisis VE harus
disertakan. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan
pengarahan kepada perencana dan menjamin bahwa
pertimbangan dari segi nilai maupun biaya telah
dikemukakan pada pemilik proyek guna mendapatkan
perhatian dalam mengambil keputusannya.

Value Engineering paling efektif diterapkan pada tahap


perencanaan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
dilaksanakan pada tahap pelelangan dan pelaksanaan. Hal
ini dapat terjadi dan dimungkinkan dalam situasi:
a. Apabila suatu segmen pekerjaan telah diteliti pada
tahap sebelumnya dan memerlukan penelitian lebih
lanjut.
b. Apabila kontraktor dapat meneliti suatu bidang
pekerjaan dengan meningkatkan kualitas dan
menurunkan biaya pembangunan.

2. Proses Value Engineering

Husen (2011) proses Value Engineering dilakukan dengan


cara:
a. Identifikasikan masalah dengan mengumpulkan
informasi dan data dari perencanaan yang telah ada.
Selanjutnya, berdasarkan informasi yang didapat
dilakukan perumusan masalah.
b. Rekayasa nilai mengkaji objek pada pekerjaan yang
akan dianalisis dengan acuan fungsi tetap atau
meningkat. Kemudian, dihitung biaya alternatif sebagai
hasil kajian terhadap fungsi objeknya.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 15
c. Dari beberapa alternatif yang didapatkan dilakukan
analisis versus fungsi untuk mendapatkan alternatif yang
terbaik dari segi biaya, fungsi dan kinerja.
d. Setelah alternatif terbaik didapat, hasil rekayasa nilai
dikembangkan dan diverifikasi berdasarkan standar
yang berlaku.
e. Biaya rekayasa nilai ditetapkan beserta tambahan
pertimbangan teknis
f. Hasil rekayasa nilai didokumentasikan dan dijelaskan
kepada pemilik proyek untuk mendapatkan
persetujuan.

Proses tersebut di atas tentunya dengan mempertimbangkan


hubungan antara biaya, fungsi dan nilai dalam perspektif
yang luas untuk dapat menciptakan nilai lebih pada suatu
proyek konstruksi.

3. Biaya (Cost)

Biaya adalah jumlah segala usaha dan pengeluaran yang


dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi, dan
aplikasi produk. Penghasil produk selalu memikirkan akibat
dari adanya biaya terhadap quality, reliability dan
maintainability, karena akan berpengaruh terhadap biaya
bagi pengguna. Biaya pengembangan merupakan
komponen yang cukup besar dari total biaya. Sedangkan
perhatian terhadap biaya produksi sangat diperlukan karena
sering mengandung sejumlah biaya yang tidak perlu
(unnecessary cost).

Cost model digunakan untuk menentukan segmen pekerjaan


yang memiliki biaya pengerjaan yang tinggi dan dibuat
berdasarkan analisis biaya yang didapatkan pada

16 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
pengumpulan data. Zimmerman & Hart (1982) berpendapat
ada beberapa bentuk cost model, yaitu:
a. Matrix Cost Model, yaitu memisahkan komponen
konstruksi proyek dan mendistribusikan ke dalam
berbagai elemen dan sistem dari proyek.
b. Breakdown Cost Model, model ini item pekerjaan
diurutkan dari elemen tertinggi sampai terendah
dengan mencantumkan biaya setiap pekerjaan untuk
mencatat distribusi pengeluaran. Selain biaya nyata
yaitu biaya berdasarkan desain yang sudah ada, dibuat
juga nilai manfaat (worth) sebagai estimasi biaya
rekayasa nilai dan merupakan biaya terendah untuk
memenuhi fungsi dasar.

4. Fungsi (Function)

Pemahaman akan arti fungsi amat penting dalam Value


Engineering, karena fungsi akan menjadi objek utama dalam
hubungannya dengan biaya. Miles (1972) menerangkan
sebagai berikut:
a. Fungsi dasar, yaitu alasan pokok sistem itu terwujud.
b. Fungsi kedua, yaitu kegunaan yang tidak langsung
untuk memenuhi fungsi dasar, tetapi diperlukan untuk
menunjangnya.

5. Nilai (Value)

Arti nilai (value) sulit dibedakan dengan biaya (cost) atau


harga (price). Dalam pembahasan VE hanya dikaitkan
dengan ekonomi. Pengertian mengandung value dibedakan
dengan cost karena hal-hal sebagai berikut:
a. Ukuran nilai ditentukan oleh fungsi atau kegunaannya,
sedangkan harga atau biaya ditentukan oleh substansi

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 17
barangnya atau harga komponen-komponen yang
membentuk barang tersebut.
b. Ukuran nilai condong ke arah subjektif, sedangkan
biaya tergantung kepada angka (monetary value)
pengeluaran yang dilakukan untuk mewujudkan barang
tersebut.

Adapun hubungan antara nilai, biaya, dan fungsi yang


dijabarkan oleh Soeharto (1999) dengan memakai rumus-
rumus berikut:
a. Bagi produsen: Nilai = Fungsi ............................................ (1)
Biaya
b. Bagi konsumen: Nilai = Faedah ........................................ (2)
Biaya

Dari rumus di atas maka nilai dapat ditingkatkan dengan


cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan fungsi atau faedah dengan tidak
menambah biaya.
b. Mengurangi biaya dengan mempertahankan fungsi
atau faedah.
c. Kombinasi a dan b.

18 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
BAB III
TAHAPAN RENCANA KERJA
VALUE ENGINEERING

Ciri spesifik konsep Value Engineering adalah analisis yang


dilakukan secara sistematis dari awal analisis sampai
mendapatkan hasil akhir yang dapat
dipertanggungjawabkan. Sistematika tersebut terdiri dari
tahap-tahap yang saling berhubungan. Tahap-tahap
tersebut dikenal sebagai Rencana Kerja Rekayasa Nilai.

Barrie dan Paulson (1992) memberikan daftar rencana kerja


rekayasa nilai menurut beberapa pendapat, di antaranya:
a. Menurut Miles (1961) rencana kerja Value Engineering
dibagi menjadi tujuh tahap:
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Informasi
3. Tahap Kreatif
4. Tahap Analisis
5. Tahap Perencanaan Program
6. Tahap Pelaksanaan Program
7. Tahap Ikhtisar dan Kesimpulan

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 19
b. Menurut U. S. Department of Defense (1963), rencana
kerja Value Engineering dibagi menjadi lima tahap,
yaitu:
1. Tahap Informasi
2. Tahap Kreatif
3. Tahap Analisis
4. Tahap Pengembangan
5. Tahap Penyajian
c. Menurut A. E. Mudge (1971), rencana kerja Value
Engineering dibagi menjadi tujuh tahap, yaitu:
1. Tahap Seleksi Proyek
2. Tahap Informasi
3. Tahap Fungsi
4. Tahap Kreatif
5. Tahap Evaluasi
6. Tahap Investigasi
7. Tahap Rekomendasi
d. Menurut Dell’Isola (1997) rencana kerja Value
Engineering dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap Informasi
Identifikasikan secara lengkap atas sistem struktur
bangunan dan sistem pelaksanaan konstruksi,
identifikasikan fungsi dan estimasi biaya yang
mendasar pada fungsi pokok.
2. Tahap Kreatif
Mencari alternatif-alternatif untuk memenuhi fungsi
pokok
3. Tahap Analisis
Analisis terhadap alternatif meliputi: analisis
keuntungan-kerugian, analisis biaya daur hidup
proyek, dan analisis pembobotan kriteria dalam
analisis pemilihan alternatif untuk mendapatkan
alternatif potensial.

20 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
4. Tahap Rekomendasi
Mempersiapkan rekomendasi dari alternatif yang
dipilih dengan mempertimbangkan pelaksanaan
secara teknis dan ekonomis.
e. Menurut Public Buildings Service of the General Service
Administration (GSA-PBS) (1972), rencana kerja Value
Engineering dibagi menjadi delapan tahap, yaitu:
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Informasi
3. Tahap Kreatif
4. Tahap Analisis
5. Tahap Pengembangan
6. Tahap Penyajian
7. Tahap Penerapan
8. Tahap Tindak Lanjut
f. Menurut Miles (1972), rencana kerja Value Engineering
dibagi menjadi lima tahap:
1. Tahap Informasi
2. Tahap Analisis
3. Tahap Kreatif
4. Tahap Penilaian
5. Tahap Pengembangan
g. Di Indonesia, konsep Value Engineering tercantum
dalam Lampiran B Keputusan Direktur Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum No.
222/KPTS/CK/1991 tanggal 07 Juni 1991 mengenai
Pedoman Spesifikasi Teknis Penyelenggaraan
Pembangunan Bangunan Gedung Negara tahun
anggaran 91-92, tahapan meliputi:
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Informasi
3. Tahap Kreatif
4. Tahap Analisis

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 21
5. Tahap Pengembangan

Pada rencana kerja Value Engineering di atas adanya


kesamaan pola pikir dengan metode klasik. Kesamaan pola
pikir tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Metode Ilmiah Klasik

Permasalahan Data Hipotesis Pengujian Kesimpulan

Informasi
Kreatif
Analisis
Pengembangan
Usulan

Gambar 2. Perbandingan Pola Pikir Metode Ilmiah Klasik dengan


Metode Rekayasa Nilai (Chandra, 2014)

Pada pola pikir ilmiah, tahap pertama adalah timbulnya


suatu permasalahan akibat suatu hal yang masih belum
diketahui. Untuk mempelajari masalah tersebut harus
berusaha mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Hal ini
sesuai dengan tahap informasi dari rencana kerja Value
Engineering, di mana harus berusaha mengumpulkan
sebanyak mungkin data-data mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan proyek yang ditangani sehubungan
dengan optimasi pembiayaan yang menjadi permasalahan
proyek.

22 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Kelebihan dari rencana kerja Value Engineering adalah
adanya tahap kreatif, di mana pada tahap ini setiap tim VE
dituntut untuk bisa memberikan alternatif pemecahan
masalah/sumbang saran (brainstorming). Kreativitas dan
pengalaman setiap anggota tim akan menentukan berhasil
atau tidaknya perencanaan VE seperti spesifikasi yang
diharapkan.

Selanjutnya jika dalam metode ilmiah klasik, harus


mengembangkan sejumlah hipotesis/dugaan sesuai dengan
data dan penyelidikan yang dilakukan. Maka dalam VE untuk
menguji beberapa alternatif yang diajukan, dilakukan
serangkaian analisis baik secara teknis maupun non teknis
sesuai dengan item/sistem yang ditinjau.

Dari berbagai analisis tersebut akhirnya dapat diperoleh


sebuah alternatif yang dianggap terbaik dan sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan, yang kemudian disiapkan untuk
pengembangan lebih lanjut dengan pertimbangan
pelaksanaan secara teknis dan ekonomis. Hal ini merupakan
uji coba sekaligus kesimpulan akhir, jika bekerja dengan
metode ilmiah klasik.

Tahap akhir dari rencana kerja VE yang tidak terdapat dalam


metode ilmu pengetahuan adalah usulan, di mana
penyajian hasil analisis maupun studi yang telah dilakukan
kepada pemilik proyek untuk mendapatkan persetujuan
penerapannya pada proyek yang bersangkutan.

1. Tahap Informasi (Information Phase)

Tahap informasi merupakan tahap awal dari rencana kerja (job


plan) VE. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 23
dengan segmen pekerjaan yang akan distudi. Informasi berupa
data-data dari proyek secara umum dan data-data tentang
segmen pekerjaan. Dari data-data tersebut, tahapan-tahapan
dalam rencana kerja VE dapat dilakukan. Berdasarkan job plan
dalam VE, tahap pertama yang harus dilalui adalah
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai desain
perencanaan proyek mulai data umum hingga batasan desain
yang diinginkan dalam proyek tersebut.

Pada tahap ini para estimator VE harus mengumpulkan data-


data baik data primer berupa wawancara langsung dengan
pihak terkait misalnya kontraktor, owner, konsultan, dan data
sekunder berupa RAB, BOQ, master schedule dan referensi
lainnya. Pengumpulan data dalam hal ini diperlukan untuk
mengetahui pendapat dan masukan dari pihak stakeholder
dalam proyek serta dapat mengetahui karakteristik suatu
proyek mulai dari item pekerjaan, harga satuan, volume
pekerjaan, metode kerja, jenis peralatan dan material yang
akan digunakan serta durasi waktu proyek.

Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi item


pekerjaan dengan biaya tinggi. Data yang dibutuhkan
adalah data proyek yang berisi informasi umum proyek, fungsi
gedung proyek, dan batasan desain proyek. Data proyek
diperlukan untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu
proyek. Informasi mengenai proyek diperoleh dengan meminta
secara langsung pada konsultan atau pelaksanaan yang
menangani proyek atau owner proyek tersebut. Beberapa prinsip
dasar yang dilakukan pada tahap informasi adalah cost model
dan analisis fungsi.
a. Hukum Distribusi Pareto
Hukum distribusi pareto menyatakan bahwa 80% dari
biaya total secara normal terjadi pada 20% item

24 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
pekerjaan. Dengan hukum distribusi pareto dapat
ditentukan 80% biaya total yang berasal dari 20% item
pekerjaan yang mempunyai biaya tinggi. Analisis fungsi
hanya dilakukan pada 20% item pekerjaan tersebut. Sisa
item pekerjaan hanya memiliki biaya rendah, sehingga
tidak dilakukan studi pada item pekerjaan tersebut.
b. Analisis Fungsi
Analisis fungsi bertujuan untuk mengklasifikasikan fungsi
utama dan fungsi penunjangnya. Dari klasifikasi tersebut
didapatkan perbandingan antara biaya dengan nilai
manfaat yang dibutuhkan untuk menghasilkan fungsi
tersebut. Barrie dan Paulson (1984) menyarankan definisi
fungsi dilakukan melalui penggunaan dua kata, kata
kerja (verb) dan kata benda (noun). Cara ini
memberikan keuntungan sebagai berikut:
1. Membatasi timbulnya perluasan arti, sebab jika tidak
bisa mendefinisikan suatu fungsi dalam dua kata
maka tidak cukup mempunyai informasi tentang
masalah tersebut atau pendefinisian masalah
menjadi terlalu luas.
2. Menghindari penggabungan fungsi-fungsi dan
pendefinisian lebih dari satu fungsi sederhana, karena
dengan hanya menggunakan dua kata kita dipaksa
untuk memecah masalah ke dalam elemen-elemen
yang paling sederhana.
3. Merupakan pembantu untuk mencapai tingkat
pengertian yang paling mendalam dari hal-hal yang
spesifik. Kemungkinan akan terjadinya kesalahan jika
hanya dua kata yang digunakan.

Langkah selanjutnya adalah menentukan rasio antara cost


dan worth. Pada tahap ini dilakukan suatu analisis fungsi
dengan mengidentifikasi elemen-elemen pekerjaan yang

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 25
berpotensi memiliki tingkat biaya yang tinggi dengan
melakukan breakdown cost terlebih dahulu di mana
mengacu pada hukum Pareto. Hukum Pareto berbunyi 20%
dari total item pekerjaan mewakili/terletak pada 80% dari
total suatu anggaran proyek. Dengan kata lain perlu
dilakukan proses seleksi item pekerjaan yang memiliki potensi
biaya terbesar dalam suatu proyek. Kemudian setelah item
pekerjaan yang berpotensi VE telah diperoleh maka tahap
selanjutnya dilakukan proses analisis fungsi dengan
menggunakan persamaan rasio Cost/Worth (C/W) di mana
menganalisis antara biaya elemen dengan biaya fungsi
elemen tersebut.

Index Function Analysis = Cost/Worth ........................................ (3)

Di mana cost merupakan biaya total dari suatu item


pekerjaan dan worth merupakan bentuk biaya yang hanya
memiliki nilai fungsi terhadap item pekerjaan tersebut. Dalam
tahap analisis fungsi jika nilai index diperoleh > 1 maka
beberapa item pekerjaan tersebut memiliki potensi dilakukan
rekayasa VE.

Rasio cost-to-worth yang tinggi pada suatu item pekerjaan


mengindikasikan bahwa item pekerjaan tersebut terdapat
penghematan biaya yang tinggi, dan akan dipilih untuk
dilakukan analisis selanjutnya.

Selain itu terdapat model analisis fungsi lain yang sering juga
digunakan yaitu metode Function Analysis System Technique
(FAST) yaitu dengan mengidentifikasi fungsi primer, sekunder,
dan pendukung dalam analisisnya. Metode ini memiliki fungsi-
fungsi yang terletak pada lintasan kritis, di mana fungsi-fungsi

26 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
tersebut adalah yang sangat diperlukan dan diinginkan
pengguna.

2. Tahap Kreativitas (Creative Phase)

Pada tahap ini menggunakan inovasi dan kreativitas dalam


mengolah elemen biaya yang berpotensi menimbulkan
kehilangan biaya (loss cost) dengan tetap mengacu pada
prinsip tidak mengurangi kinerja, mutu, manfaat, fungsi dan
estetika pada suatu elemen pekerjaan yang dipilih dalam
konsep VE. Pada tahap inilah yang paling sulit dalam
mengimplementasikannya, di mana membuat beberapa
alternatif dan inovasi yang akan dijadikan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Proses kreativitas dapat
diperoleh dari ilmu pengetahuan dasar, pengalaman,
informasi-informasi terbaru dan sebagainya. Jika beberapa
alternatif dari proses kreativitas telah ditentukan maka dapat
dilakukan analisis selanjutnya.

Adapun alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau dari


berbagai aspek, yaitu:
a. Material
Seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi,
jenis material yang mempunyai fungsi yang sama dapat
dibuat dengan mutu yang hampir sama juga dengan
biaya yang berbeda. Hanya karena memiliki merek
atau lisensi yang berbeda, maka harga material
tersebut menjadi berbeda. Dengan demikian, maka
pemilihan alternatif material dapat dilakukan dalam
analisis VE.
b. Metode pelaksanaan
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan tentu memiliki
cara atau metode masing-masing. Pada zaman dahulu

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 27
cara menyelesaikan suatu pekerjaan hanya
mengandalkan tenaga manusia dengan alat-alat
sederhana, sehingga waktu penyelesaian pekerjaan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring dengan
kemajuan teknologi, kini muncul alat-alat bantu yang
lebih canggih dalam menyelesaikan pekerjaan. Maka
dalam analisis VE, metode pelaksanaan dapat
dirancang beberapa alternatif, karena semakin singkat
waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
pekerjaan dengan peralatan yang optimal, maka
semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan.
c. Waktu pelaksanaan
Setiap pekerjaan dalam suatu proyek mempunyai
jadwal pelaksanaan dalam perencanaan time
schedule. Untuk beberapa item pekerjaan yang memiliki
bobot pekerjaan yang tetap, waktu pelaksanaan
pekerjaan dapat dikurangi. Banyak cara yang dilakukan
untuk mewujudkan hal tersebut, di antaranya dengan
menambah jumlah tenaga kerja dan lain-lain. Dengan
demikian, alternatif pengurangan waktu pelaksanaan
dapat dijadikan suatu alternatif, karena akan
berpengaruh pada anggaran biaya.

Soeharto (1995) menyatakan bahwa ada beberapa


pertanyaan yang muncul dalam ide kreatif yaitu:
a. Apakah bagian tersebut benar-benar diperlukan?
Dalam desain konstruksi ada pertanyaan mengenai
detail kegunaan bagian-bagian konstruksi. Setelah
dilakukan pemikiran ulang, bagian tersebut dapat
ditinggalkan tanpa mengurangi fungsi konstruksi
keseluruhan.
b. Dapatkah digunakan material yang tidak terlalu mahal?

28 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
c. Apakah sudah ditemukan proses atau cara baru yang
lebih ekonomis untuk mengerjakan bagian-bagian
konstruksi?
Teknik pelaksanaan pekerjaan selalu mengalami
kemajuan seiring perkembangan zaman. Mutunya
semakin baik, dengan harga yang semakin ekonomis
pula.
d. Sudahkah diusahakan penyederhanaan?
Pihak pemilik proyek dan perencana seringkali
menginginkan terwujudnya suatu konstruksi yang prima
dan ideal, yang berakibat pada desain yang terlalu
kompleks, tetapi masih memungkinkan diadakannya
penyederhanaan agar dapat lebih memudahkan
pengerjaan dan pemeliharaan konstruksi.

Alternatif-alternatif yang dihasilkan pada tahap kreatif


dibahas lebih jauh pada tahap analisis. Serangkaian analisis
yang dilakukan atas setiap alternatif yang dihasilkan tersebut
bertujuan (Barrie dan Paulson, 1984):
a. Mengadakan evaluasi, mengajukan kritik dan menguji
alternatif yang dihasilkan dalam setiap tahap kreatif.
b. Memperkirakan nilai rupiah untuk setiap alternatif.
c. Menentukan salah satu alternatif yang memberikan
kemampuan penghematan biaya terbesar namun
dengan mutu, penampilan dan keandalan terjamin.

3. Tahap Evaluasi (Evaluation Phase)

Tahap evaluasi bertujuan untuk mengurangi jumlah ide yang


dihasilkan selama tahap kreativitas menjadi satu ide yang
paling berpotensi untuk meningkatkan nilai proyek. Pada
tahap ini akan dilakukan analisis perhitungan dari alternatif
yang diajukan, sehingga didapatkan hasil dari segi biaya dan

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 29
waktu untuk dapat memberikan acuan dalam menentukan
rekomendasi pada tahapan berikutnya. Tahap ini menjawab
pertanyaan tentang ide kreatif apa yang bisa dikembangkan
untuk meningkatkan nilai proyek dan berapa biayanya
(Berawi, 2013).

Analisis pemilihan alternatif adalah analisis terakhir yang


dilakukan untuk memilih dan menilai alternatif yang terbaik.
Pada awalnya, kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai
alternatif-alternatif diberi bobot dengan menggunakan
pembobotan kriteria metode zero one.

Kriteria terhadap manfaat sesuatu dapat berupa nilai


ekonomis, moral, keindahan, sosial, politik, keagamaan dan
hukum. Biaya bukanlah satu-satunya parameter pemilihan
alternatif. Kriteria maupun parameter lain harus diperhatikan,
misalnya biaya redesign, waktu implementasi, keselamatan,
estetika dan sebagainya. Setelah semua kriteria diberi bobot
dan alternatif-alternatif diberi nilai untuk masing-masing
faktor, maka dipilihlah satu alternatif terbaik yang mempunyai
hasil perkalian antara bobot dengan nilai tertinggi. Alternatif
terbaik inilah yang akan dipilih sebagai alternatif usulan
dalam tahap rekomendasi.

Barrie dan Paulson (1992), memberi batasan-batasan dalam


melakukan analisis dalam tahap ini. Serangkaian analisis yang
dilakukan oleh Barrie dan Paulson (1992) adalah:
a. Menghilangkan gagasan-gagasan yang tidak dapat
memenuhi kondisi lingkungan dan operasi.
b. Menyingkirkan untuk sementara waktu semua gagasan
yang berpotensi namun berada di luar kemampuan
atau teknologi saat ini.

30 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
c. Mengadakan analisis biaya mengenai gagasan
selebihnya.
d. Membuat daftar dari gagasan dengan segi
penghematan yang bermanfaat, termasuk potensi
keunggulan maupun kelemahannya.
e. Memilih gagasan dengan keunggulan yang melebihi
kelemahannya dan mengusulkan segala sesuatu yang
memberi penghematan terbesar.
f. Mempertimbangkan kendala penting seperti estetika,
keawetan dan kemudahan pengerjaannya sehingga
dapat membuat suatu daftar yang lengkap.

4. Tahap Pengembangan (Development Phase)

Pada tahap ini dilakukan analisis lanjutan setelah terpilihnya


suatu alternatif dalam proses rekayasa nilai pada elemen
biaya yang akan direduksi. Tahap ini dilakukan dengan
analisis Life Cicle Cost (LCC) yang berdasarkan pada analisis
prediksi nilai uang terhadap waktu (value time of money)
yang berdasarkan pada estimasi suku bunga (rate of interest)
dan durasi umur rencana, dengan tujuan untuk mengetahui
manfaat jangka panjang dari beberapa alternatif inovasi
yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan analisis kumulatif
terhadap biaya-biaya serta manfaat (benefit) yang diperoleh
selama alternatif yang dipilih. Alternatif-alternatif tersebut
kemudian dikumulatifkan secara keseluruhan dan selanjutnya
dipertimbangkan jika memiliki potensi biaya yang terendah.
Namun hal ini tidak hanya dilihat dari aspek biaya saja
melainkan harus dikaji secara komprehensif dari beberapa
aspek penting lainnya.

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah mempersiapkan


rekomendasi yang telah dilengkapi informasi dan

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 31
perhitungannya secara tertulis dari alternatif yang dipilih
dengan mempertimbangkan pelaksanaan secara teknis dan
ekonomis. Menurut Berawi (2013) tujuannya adalah untuk
menganalisis lebih lanjut alternatif yang terpilih dari tahapan
sebelumnya.

Analisis yang dilakukan oleh Barrie dan Paulson (1992) pada


tahap ini adalah:
a. Analisis keuntungan dan kerugian
Pada analisis ini, ide-ide yang telah didapat pada tahap
kreatif akan disusun keuntungan dan kerugiannya.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
menyaring ide, yaitu:
- Keuntungan dalam segi biaya
- Apakah ide yang diusulkan memenuhi persyaratan
fungsional yang diberikan
- Apakah alternatif yang baru dapat diandalkan
- Apakah ada dampak terhadap jadwal
- Apakah akan muncul redesign yang berlebihan untuk
mengimplementasikan ide tersebut
- Apakah ada perbaikan terhadap desain asli
- Apakah alternatif yang diusulkan pernah digunakan
- Apakah alternatif tersebut mempengaruhi estetika
bangunan
Setelah keuntungan dan kerugian pada setiap ide
dicatat, kemudian diberikan perangkat untuk masing-
masing alternatif.
b. Analisis biaya daur hidup proyek
Daur hidup suatu proyek terdiri dari enam tahapan
besar, yaitu tahap konsepsi dan studi kelayakan,
rekayasa dan desain, pengadaan, konstruksi, memulai
dan penerapan serta pengoperasian atau
penggunaan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa

32 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
pengukuran biaya yang akurat merupakan salah satu
persyaratan yang terpenting dari suatu konsep VE yang
berhasil. Sebagian besar perkiraan biaya yang
dipergunakan dalam bidang konstruksi menangani
biaya modal dari sudut pandang kontraktor maupun
pengguna akhir dari fasilitas tersebut. Analisis biaya dari
sudut pandang pemilik harus memperhitungkan modal,
operasi yang akan datang serta biaya perawatan bila
ingin mencapai nilai maksimum dari suatu investasi
keseluruhan yang minimum. Biaya daur hidup biasa
dipakai sebagai alat bantu dalam analisis ekonomi
untuk mencari alternatif-alternatif berbagai
kemungkinan dalam pengambilan keputusan dan
menggambarkan nilai sekarang serta nilai yang akan
datang dari suatu proyek selama umur manfaat proyek
itu sendiri dengan memperhatikan faktor ekonomi dan
moneter yang saling terkait satu sama lainnya.

Secara garis besar biaya daur hidup adalah biaya total dari
kepemilikan dan pengoperasian fasilitas, menggambarkan
biaya sekarang dan biaya yang akan datang selama masa
hidup proyek. Dalam analisis biaya daur hidup proyek,
alternatif-alternatif dianalisis terhadap biaya daur hidup
proyek.

Prinsip-prinsip ekonomi yang dipakai dalam LCC, yaitu:


a. Biaya sekarang (present cost)
b. Biaya di kemudian hari (future cost)
c. Biaya yang dikeluarkan per tahun (annual cost) dengan
menggunakan formula diskonto (discounting formula)

Lebih lanjut menjelaskan jenis-jenis yang termasuk LCC, yaitu:


a. Biaya investasi

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 33
b. Biaya pemilikan/pembebasan tanah
c. Biaya rekayasa (perencana, desain dan pengawasan)
d. Biaya perubahan desain
e. Biaya administrasi
f. Biaya penggantian
g. Nilai sisa
h. Biaya operasional (bahan bakar, gaji staf, listrik, bahan
kimia, perbaikan, servis, pengangkutan)
i. Biaya pemeliharaan (suku cadang pelumas, buruh,
pemeliharaan preventif, kebersihan)
j. Biaya/beban bunga (cost of money) yang dibebankan
selama proyek

5. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision-making


Phase)

Pada tahap ini dilakukan suatu proses analisis pengambilan


keputusan dengan tujuan untuk merangkumkan seluruh
laporan kesimpulan dari alternatif yang telah dianalisis yang
berfungsi dalam pengambilan suatu keputusan oleh pihak
yang akan berwenang membuat keputusan (decision
maker). Dalam tahap ini pula ada beberapa variabel kriteria
yang dianalisis dalam menentukan tingkat ranking (peringkat)
dari alternatif-alternatif yang telah ditentukan.

Pada tahap pengambilan keputusan dilakukan dengan


menggunakan metode-metode analisis pengambilan
keputusan yang baku sehingga output dari hasil analisis
dapat berupa urutan yang merangkumkan tingkat skor nilai
(rank) dari masing-masing alternatif VE yang dianalisis.
Adapun parameter aspek kriteria yang umum digunakan
dalam pemilihan suatu keputusan dalam proses VE yaitu:
a. Aspek kinerja (performance)

34 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
b. Aspek ketahanan (durability)
c. Aspek keandalan (reliability)
d. Aspek biaya (life cycle cost/LCC)
e. Aspek mutu (quality)
f. Aspek waktu pelaksanaan (scheduled)
g. Aspek pelaksanaan (construction workability)
h. Aspek estetika (estetic)
i. Aspek lingkungan (enviroment)
j. Aspek legalitas (legal)

Tahap pengambilan keputusan ini dilihat dari kepentingan


semua pihak dalam memutuskan alternatif VE yang ideal
pada pelaksanaan proyek tanpa merugikan pihak-pihak
penyelenggara konstruksi. Tahap ini juga merupakan tahap
eksekusi dari alternatif VE yang telah diputuskan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan untuk selanjutnya dilaksanakan
di lapangan beserta proses pengontrolan secara aktual untuk
mengevaluasi kinerja dari penerapan VE pada tahap
konstruksi.

6. Tahap Rekomendasi (Recommendation Phase)

Tahap rekomendasi berisi usulan alternatif yang


direkomendasikan beserta dasar pertimbangan yang
dilakukan. Tahap ini merupakan tahap penyajian dari hasil
analisis pengambilan keputusan secara keseluruhan yang
kemudian diserahkan kepada pihak-pihak yang berotoritas
dalam pengambilan keputusan dari alternatif VE tersebut.

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rencana kerja VE.


Setelah alternatif terbaik didapat dan disetujui oleh semua
tim dalam tahap analisis, maka akan dilakukan tahap usulan.
Tahap usulan adalah mengajukan rekomendasi tertulis

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 35
kepada pemilik proyek mengenai alternatif terbaik dari segi
teknis maupun ekonomis (Dell’Isola, 1997).

Barrie dan Paulson (1992) menganjurkan untuk memberikan


pertimbangan kepada pemilik yang mungkin diperlukan
untuk mendukung pelaksanaan alternatif seperti pengadaan,
cara pengangkutan, pengerjaan di lapangan dan lainnya.
Dari segi cara penyampaian harus disampaikan secara baik
dan meyakinkan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap usulan,


yaitu:
a. Mempersiapkan pertimbangan ulang mengenai
alternatif yang diusulkan untuk menjamin bahwa
alternatif tersebut merupakan nilai yang paling tinggi
dengan penghematan yang memuaskan
b. Membuat usulan yang baik yaitu usulan yang
disampaikan dengan metode yang baik, jelas, ringkas
dan mudah dimengerti.

Hasil suatu analisis dalam aplikasi konsep VE dapat


memberikan beberapa kemungkinan nilai yang dapat
dihasilkan yaitu suatu item pekerjaan yang menghasilkan
biaya yang rendah dengan kualitas yang jauh lebih baik dari
yang distandarkan (diharapkan), biaya rendah dengan
kualitas yang sama dengan kriteria yang distandarkan, biaya
rendah dengan kualitas yang lebih rendah dari yang
distandarkan, biaya tinggi dengan kualitas lebih baik dari
yang distandarkan, biaya tinggi dengan kualitas yang sama
dengan kriteria yang distandarkan dan yang paling dihindari
yaitu biaya tinggi dengan kualitas yang jauh lebih rendah
dari desain yang distandarkan.

36 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Realita di lapangan proses VE yang dalam pelaksanaannya
sering terbentur oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Misalnya jika konsultan perencana telah membuat suatu
perencanaan teknis dan kemudian di sisi lain pihak VE ingin
mengubah desain tersebut dengan tujuan mereduksi biaya
konstruksi, maka hal demikian dapat memicu timbulnya
konflik internal. Hal tersebut tidak perlu terjadi jika sebelumnya
dilakukan koordinasi antara semua pihak baik owner,
konsultan, kontraktor dan tim VE agar komunikasi yang terjadi
tidak merugikan salah satu pihak. Dalam hal ini diperlukan
pendekatan komunikasi, pemahaman dan koordinasi dalam
mengaplikasikan konsep VE.

Metode Value Engineering jika dipahami oleh semua pihak


penyelenggara konstruksi sangat berguna dalam
mengoptimalisasikan biaya konstruksi. Kenyataannya konsep
VE di Indonesia belum banyak yang mengaplikasikan,
khususnya pada kegiatan konstruksi. VE bukan menjadi
ancaman oleh pihak pemilik, konsultan dan kontraktor tetapi
untuk manfaat bersama, dan kiranya semua pihak dapat
memahami pentingnya konsep VE dalam penyelenggaraan
konstruksi.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 37
BAB IV
STUDI KASUS

1. Studi Kasus-1

Penelitian yang dilakukan oleh Rani, dkk. (2016) tentang


penerapan Value Engineering terhadap struktur atas
Jembatan Pango (Jembatan Baru Terusan Jalan T. Nyak
Makam–Santan Banda Aceh). Dari hasil perhitungan biaya
terhadap pekerjaan-pekerjaan struktur atas jembatan dan
dari beberapa alternatif yang diperoleh dengan menganalisis
potensi untuk penghematan biaya, maka dapat ditentukan
item-item pekerjaan yang dilakukan rekayasa nilai.

Penelitian ini menghasilkan alternatif Rencana Anggaran


Biaya (RAB) yang dapat digunakan untuk pembangunan
struktur atas jembatan yaitu struktur rangka baja sebesar
Rp9.208.547.668,81. Penghematan biaya alternatif didapat
dari selisih nilai RAB yang diperoleh yaitu sebesar
Rp1.411.636.668,36 atau 13,3%. Rekomendasi dari hasil Value
Engineering ini maka struktur rangka baja merupakan
alternatif terbaik yang digunakan untuk struktur jembatan
atas Pango Banda Aceh. Diharapkan dalam pemilihan
struktur atas jembatan sebaiknya teknik value engineering ini

38 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
dapat diterapkan pada tahap perencanaan, agar dapat
memberikan nilai yang optimal dengan biaya yang efisien.

Adapun item-item pekerjaan dan biaya pada proyek


pembangunan konstruksi Jembatan Baru Terusan Jalan T.
Nyak Makam–Santan Banda Aceh dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

Tabel 1. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya

No Uraian Pekerjaan Jumlah Harga (Rp)


1 Umum 416.884.180,00
2 Drainase 253.553.653,21
3 Pekerjaan tanah 1.515.840.791,56
4 Pekerjaan perkerasan dan bahu jalan 96.266.905,35
5 Perkerasan berbutir 1.253.516.196,60
6 Perkerasan aspal 3.503.087.739,30
7 Struktur 10.620.184.337,17
Total 21.200.940.620,99
Dibulatkan 21.200.940.621,00

Tahap awal yang dilakukan rekayasa nilai adalah memilih


jenis pekerjaan yang memerlukan dana paling besar dan
mempunyai potensi untuk penghematan biaya. Analisis
potensi dilakukan untuk menentukan item-item pekerjaan
yang cukup signifikan untuk dianalisis dengan menggunakan
hukum distribusi pareto, yaitu pada 20% item pekerjaan yang
memberikan nilai 80% dari biaya total. Grafik hasil
pendistribusian nilai pareto dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 39
Gambar 3. Distribusi Nilai Pareto pada Pekerjaan Konstruksi
Jembatan Pango (Jembatan Baru Terusan Jalan T. Nyak Makam–
Santan Banda Aceh)

Berdasarkan Grafik Pareto di atas menunjukkan bahwa


pekerjaan struktur pada bangunan atas jembatan adalah
sebesar Rp10.620.184.337,17 yang dilakukan rekayasa nilai.

Adapun tahapan dalam menganalisis rekayasa nilai pada


pekerjaan struktur pada bangunan atas jembatan adalah:
tahap informasi, tahap kreatif dan tahap analisis.
1. Tahap informasi
Pekerjaan pembangunan konstruksi Jembatan Baru
Terusan ini bertujuan untuk menghubungkan sarana dan
prasarana transportasi agar memudahkan hubungan
lalu lintas. Proyek ini didanai oleh APBN tahun 2012.
Lokasi proyek terletak di Jalan T. Nyak Makam–Santan
Banda Aceh dengan total biaya proyek sebesar
Rp21.200.940.621,00 (Dua Puluh Satu Miliar Dua Ratus
Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Ribu Enam Ratus Dua
Puluh Satu Rupiah).

40 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Tabel 2. Desain Awal Pekerjaan Struktur

No Uraian Pekerjaan Struktur Harga (Rp)


1 Beton K-350 1.396.832.194,60
2 Beton K-250 940.966.008,78
3 Beton K-175 1.039.385.617,20
4 Beton K-125 13.000.884,40
5 Unir pracetak gelagar tipe I bentang 16,6 m 1.871.036.011,13
(termasuk pengangkutan & erection)
6 Baja tulangan BJ 24 polos 59.496.250,00
7 Baja tulangan BJ 39 ulir 1.663.839.331,00
8 Pengadaan tiang pancang beton 776.362.613,40
prategang pracetak ukuran/diameter 500
mm
9 Pemancangan tiang pancang beton 338.353.359,96
prategang pracetak ukuran/diameter 500
mm
10 Pasangan batu 341.527.603,20
11 Pasangan batu kosong yang diisi adukan 43.529.570,00
12 Bronjong 169.620.000,00
13 Expansion joint type asphaltic plug 576.085.356,00
14 Sandaran (railing) 261.817.600,00
15 Ornamen sandaran (railing) jembatan 1.028.896.000,00
16 Pelindung kabel utilitas PVC diameter 4 inci 38.885.000,00
17 Pasir isian tiang pancang 22.500.000,00
18 Papan nama jembatan 3.700.000,00
19 Pembongkaran pasangan batu 3.503.500,00
20 Pembongkaran beton 6.504.437,50
21 Pembongkaran beton pratekan 8.626.750,00
Total 10.620.184.337,17

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jumlah


biaya pekerjaan struktur pada bangunan atas jembatan
yaitu sebesar Rp10.620.184.337,17. Panjang bentang
jembatan 16,60 m, terdiri dari beberapa bagian pekerjaan
yaitu pekerjaan tanah yang terdiri dari pekerjaan galian,
pekerjaan struktur di antaranya bangunan bawah jembatan
yang terdiri dari abutmen dan pilar, struktur atas jembatan
dan pekerjaan aspal.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 41
Tabel 3. Analisis Fungsi Pekerjaan Struktur

No Uraian Pekerjaan Cost (Rp) Worth (Rp)


1 Beton K-350 1.396.832.194,60 -
2 Beton K-250 940.966.008,78 -
3 Beton K-175 1.039.385.617,20 -
4 Beton K-125 13.000.884,40 -
5 Unit pracetak gelagar 1.871.036.011,13 1.871.036.011,13
tipe I bentang 16,6 m
(termasuk pengangkutan
& erection)
6 Baja tulangan BJ 24 polos 59.496.250,00 59.496.250,00
7 Baja tulangan BJ 39 ulir 1.663.839.331,00 1.663.839.331,00
8 Pengadaan tiang 776.362.613,40 776.362.613,40
pancang beton
prategang pracetak
ukuran/ diameter 500
mm
9 Pemancangan tiang 338.353.359,96 338.353.359,96
pancang beton
prategang pracetak
ukuran/diameter 500 mm
10 Pasangan batu 341.527.603,20 -
11 Pasangan batu kosong 43.529.570,00 -
yang diisi adukan
12 Bronjong 169.620.000,00 -
13 Expansion joint type 576.085.356,00 -
asphaltic plug
14 Sandaran (railing) 261.817.600,00 -
15 Ornamen sandaran 1.028.896.000,00 -
(railing) jembatan
16 Pelindung kabel utilitas 38.885.000,00 -
PVC diameter 4 inci
17 Pasir isian tiang pancang 22.500.000,00 -
18 Papan nama jembatan 3.700.000,00 -
19 Pembongkaran 3.503.500,00 -
pasangan batu
20 Pembongkaran beton 6.504.437,50 -
21 Pembongkaran beton 8.626.750,00 -
pratekan

42 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
No Uraian Pekerjaan Cost (Rp) Worth (Rp)
22 Geotextile untuk 15.716.250,00 -
perkuatan tanah
Total 10.620.184.337,17 4.709.087.565,49
Rasio Cost/worth 2,25

Pemilihan tipe struktur atas jembatan sangat mempengaruhi


pembangunan suatu jembatan. Terdapat alternatif tipe
struktur yang dapat digunakan pada konstruksi jembatan
selain tipe beton prestress yaitu tipe rangka baja.

Analisis fungsi pada tahap informasi ini dilakukan untuk


memperoleh rasio Cost/Worth, sehingga dapat ditentukan
pekerjaan-pekerjaan yang perlu direkayasa nilai. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran perhitungan. Dari Tabel
3 di atas menunjukkan analisis fungsi pekerjaan struktur
diperoleh Cost/Worth sebesar 2,25.

2. Tahap Kreatif
Tahap kreatif dalam value engineering merupakan
tahap melakukan alternatif dari semua segmen dengan
berbagai keunggulan sehingga didapatkan hasil yang
optimal. Dari tipe struktur atas jembatan rangka baja
dilakukan perhitungan Rencana Anggaran Biaya. Hasil
perhitungan alternatif tersebut dapat dilihat pada Tabel
4.

Tabel 4. Desain Alternatif Pekerjaan Struktur


No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Cost (Rp)
Satuan (Rp)
1 Beton K-350 M3 580,00 2.408.331,37 1.396.832.194,60
2 Beton K-250 M3 433,00 2.173.131,66 940.966.008,78
3 Beton K-175 M3 630,00 1.649.818,44 1.039.385.617,20
4 Beton K-125 M3 20,00 650.044,22 13.000.884,40

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 43
No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Cost (Rp)
Satuan (Rp)
5 Unit pracetak Buah 11,00 54.861.228,82 603.473.517,02
gelagar tipe I
bentang 16,6 m
(termasuk
pengangkutan &
erection)
6 Pengadaan Kg 7.656,00 154.586,41 1.183.513.556,87
tiang pancang
baja ukuran/
diameter 500
mm (t=12 mm)
7 Pengadaan tiang M’ 1.276,00 608.434,65 776.362.613,40
pancang beton
prategang
pracetak ukuran/
diameter 500 mm
8 Pemancangan M’ 1.276,00 265.167,21 338.353.359,96
tiang pancang
beton bertulang
pracetak
ukuran/diameter
500 mm
9 Pemancangan M’ 1.276,00 310.147,22 395.747.849,89
tiang pancang
pipa baja
ukuran/diameter
500 mm (t=12
mm)
10 Pasangan batu M3 560,00 609.870,72 341.527.603,20
11 Pasangan batu M3 100,00 435.295,70 43.529.570,00
kosong yang diisi
adukan
12 Bronjong M3 400,00 424.050,00 169.620.000,00
13 Expansion joint M’ 198,00 2.909.522,00 576.085.356,00
type asphaltic
plug
14 Sandaran M’ 640,00 409.090,00 261.817.600,00
(railing)
15 Ornamen Buah 316,00 3.256.000,00 1.028.896.000,00
sandaran (railing)
jembatan
16 Pelindung kabel M’ 700,00 55.550,00 38.885.000,00
utilitas PVC
diameter 4 inci

44 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
No Uraian Pekerjaan Satuan Volume Harga Cost (Rp)
Satuan (Rp)
17 Pasir isian tiang M3 150,00 150.000,00 22.500.000,00
pancang
18 Papan nama Buah 2,00 1.850.000,00 3.700.000,00
jembatan
19 Pembongkaran M3 25,00 140.140,00 3.503.500,00
pasangan batu
20 Pembongkaran M3 25,00 260.177,50 6.504.437,50
beton
21 Pembongkaran M3 25,00 345.070,00 8.626.750,00
beton pratekan
22 Geotextile untuk M2 500,00 31.432,50 15.716.250,00
perkuatan tanah
Total 9. 208.547.668,81

Dari alternatif jembatan rangka baja pada Tabel 4


menghasilkan biaya sebesar Rp9.208.547.668,81. Hal ini
menunjukkan bahwa total biaya untuk tipe jembatan rangka
baja lebih efisien daripada tipe jembatan beton prestress
sebesar Rp10.620.184.337,17.

3. Tahap Analisis
Beberapa kriteria yang dianggap relevan dalam memilih
tipe struktur atas jembatan adalah: biaya, mutu material,
waktu pelaksanaan, kemudahan pelaksanaan, sarana
kerja, tenaga kerja dan teknologi. Pada tabel di bawah
ini dapat dilihat keuntungan dan kerugian dari alternatif
terpilih yaitu tipe rangka baja berdasarkan kriteria.

Tabel 5. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Tipe Rangka Baja


Berdasarkan Kriteria

No. Kriteria Keuntungan Kerugian


1 Biaya Lebih murah -
2 Mutu material Terjamin -
3 Waktu - Berpengaruh pada
pelaksanaan kondisi cuaca dan
lingkungan kerja

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 45
No. Kriteria Keuntungan Kerugian
4 Kemudahan - Pelaksanaan yang
pelaksanaan sulit karena
memerlukan tingkat
keahlian yang tinggi
5 Sarana kerja Tidak membutuhkan -
banyak sarana kerja
6 Tenaga kerja Tidak membutuhkan -
tenaga kerja dalam
jumlah yang banyak
7 Teknologi - Memerlukan
teknologi yang tinggi

Berdasarkan hasil analisis potensi merujuk pada diagram


Pareto Gambar 4 memberikan nilai 17,62% dari biaya total
untuk pekerjaan gelagar jembatan Pango yang berpotensi
untuk dilakukan rekayasa nilai. Hasil analisis fungsi diperoleh
nilai Cost/Worth sebesar 2,25. Berdasarkan analisis ini maka
selanjutnya dianalisis kembali karena akan dapat memberikan
nilai penghematan dengan membuat alternatif lainnya.

100

80
% Item Biaya

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
% Item Pekerjaan

Gambar 4. Kurva Hubungan % Item Pekerjaan dengan % Item Biaya

Dari alternatif tersebut didapatkan bahwa tipe rangka baja


merupakan alternatif terbaik dibandingkan alternatif lainnya

46 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
karena mempunyai nilai lebih unggul pada kriteria mutu
material, waktu pelaksanaan, kemudahan pelaksanaan,
sarana kerja, tenaga kerja, dan teknologi.

2. Studi Kasus-2

Penelitian yang dilakukan oleh Labombang (2007) yang


bertujuan untuk mencari solusi terbaik dan termurah yang
dapat dilaksanakan pada bagian konstruksi dapur (pantry)
Puskesmas Krembangan Baru Surabaya.

Tabel 6. Breakdown Biaya


Biaya Kumulatif
No Uraian Pekerjaan
Rp % Rp %
1 Fondasi 6.083.812,95 40,241 6.083.812,95 40,451
2 Dinding 2.993.850,74 19,803 9.077.663.69 60,043
3 Struktur 2.249.413,15 14,879 11.327.076,84 74,922
4 Pintu dan jendela 1.761.196,26 11,649 13.088.273,10 86,571
5 Plafon 1.046.226,80 6,92 14.134.499.90 93,491
6 Lantai 716.527,50 4,739 14.851.027,40 98,231
7 Instalasi listrik 267.483,00 1,769 15.118.510,40 100,000
Jumlah 15.118.510,40 100,000 15.118.510,40 100,000

Gambar 5. Kurva Hubungan Persentase Item Pekerjaan vs.


Persentase Item Biaya

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 47
Setelah dilakukan analisis Pareto maka diperoleh item
pekerjaan berbiaya tinggi yaitu pekerjaan fondasi, dinding
dan struktur. Selanjutnya mencari alternatif desain dengan
kriteria biaya yaitu Life Cycle Cost (LCC) dan Initial Cost serta
dengan kriteria non biaya matriks zero one dan matriks
berpasangan.

Tabel 7. Analisis Fungsi Fondasi


Tahap Informasi
Konstruksi Dapur Item Pekerjaan: Fondasi
Fungsi: Menahan beban bangunan
Fungsi
No Komponen Kata Cost Worth
Kata kerja
benda
1 Fondasi batu Menahan Beban 2.713.429,70 1.789.111,30
kali
2 Fondasi Menahan Beban 3.370.383,25 3.370.383,25
strauss pile
Jumlah 6.083.812,95 5.159.494,55
Cost/worth 1,2

Tabel 8. Analisis Fungsi Dinding


Tahap Informasi
Konstruksi Dapur Item Pekerjaan: Dinding
Fungsi: Pembatas Ruang
Fungsi
No Komponen Cost Worth
Kata kerja Kata benda
1 Dinding Pembatas Beban 1.748.140,14 1.748.140,14
batu bata
2 Dinding Pembatas Beban 431.571,60 431.571,60
bata
trasram
3 Plasteran Menutup Permukaan 216.891,00
4 Plasteran Menutup Permukaan 92.926,00
trasram
5 Cat Memperindah Permukaan 504.322,00
Jumlah 2.993.850,74 2.179.711,74
Cost/worth 1,4

48 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Tabel 9. Analisis Fungsi Struktur

Tahap Informasi
Item Pekerjaan: Struktur
Konstruksi Dapur
Fungsi: Menahan/menerima dan menyalurkan
beban bangunan atas
Fungsi
No Komponen Kata Cost Worth
Kata kerja
benda
1 Sloof 15/25 Menerima Beban 641.655,30 641.655,30
2 Kolom 20/20 Pengikat Dinding 966.102,55
3 Ringbalk Menerima Beban 641.655,30 641.655,30
15/25
Jumlah 2.249.413,15 1.283.310,60
Cost/worth 1,75

Hasil perhitungan Cost/Worth untuk ketiga analisis fungsi,


diperoleh rasio > 1. Maka terdapat biaya yang tidak
diperlukan pada pekerjaan fondasi, dinding dan struktur, dan
dapat dilanjutkan ke tahap kreativitas. Tahap kreativitas ini
menyajikan solusi alternatif masing-masing pekerjaan.

Tabel 10. Solusi Alternatif Pekerjaan Fondasi

No Solusi Alternatif
1 Memperkecil dimensi fondasi batu kali
2 Mengganti fondasi batu kali dengan fondasi plat dan strauss
pile h = 2 m
3 Memperkecil fondasi dan pasir urug di bawah aanstamping t =
10 cm

Tabel 11. Solusi Alternatif Pekerjaan Dinding

No Solusi Alternatif
1 Dinding yang berhubungan dengan sirkulasi dihilangkan diganti
dengan gypsum board, tetap dengan pintu desain awal
2 Dinding yang berhubungan dengan sirkulasi dihilangkan diganti
dengan multipleks, tetap dengan pintu desain awal dan cat
kapur gamping
3 Dinding batu bata dengan plasteran dan acian tanpa cat

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 49
Tabel 12. Solusi Alternatif Pekerjaan Struktur

No Solusi Alternatif
1 Menggunakan dinding batu bata dengan kolom praktis
campuran 1:2:3
2 Ringbalk ukuran 15/15 dengan campuran 1:2:3
3 Menggunakan dinding batu bata dengan kolom praktis dan
ringbalk 15/15 campuran 1:2:3

Tahap analisis yang dilakukan adalah:


a. Melakukan seleksi terhadap alternatif yang diajukan.
b. Melakukan analisis keuntungan dan kerugian dari
alternatif terpilih.
c. Pengukuran dan penilaian alternatif dengan
menggunakan kriteria biaya (Life Cycle Cost) dan
kriteria non biaya (matriks).

Tahapan seleksi alternatif dimulai dengan melakukan


penilaian terhadap solusi alternatif berdasarkan kriteria yang
ditetapkan yaitu:
a. Konstruksi aman ditempati (kuat dan kokoh).
b. Mempunyai nilai estetika.
c. Mudah perawatan.

Tabel 13. RAB Desain Awal Fondasi


Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Harga (Rp)
Satuan (Rp)
1 Galian tanah 8,36 m3 14.073,00 117.650,30
2 Aanstamping 22,01 m3 38.364,00 844.400,80
3 Fondasi batu kali 4,84 m3 294.625,00 1.425.985,00
4 Urugan pasir 3,08 m3 79.700,00 245.476,00
5 Urugan tanah 11,36 m3 7.035,00 79.917,60
(40cm)
6 Galian tanah strauss 4,00 m3 27.200,00 108.800,00
pile
7 Fondasi strauss pile 1,98 m3 1.645.270,00 3.261.583,25
Jumlah 6.083.812,95

50 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Tabel 14. RAB Solusi Desain Alternatif Fondasi

Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Harga (Rp)
Satuan (Rp)
1 Galian tanah 7,03 m3 14.073,00 98.933,19
2 Aanstamping 22,01 m3 38.364,00 844.391,64
3 Fondasi batu kali 3,08 m3 294.625,00 907.445,00
4 Urugan pasir 1,13 m3 79.700,00 89.662,50
5 Urugan tanah 6,08 m3 7.035,00 42.772,80
6 Galian tanah 4,00 m3 27.200,00 108.800,00
strauss pile
7 Fondasi strauss 1,98 m3 1.645.270,00 3.257.634,60
pile
Jumlah 5.349.639,73

Tabel 15. RAB Desain Awal Pekerjaan Dinding

Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Satuan Harga (Rp)
(Rp)
1 Dinding batu 4,08 m3 428.781,00 1.748.140,14
bata
2 Dinding bata 1,01 m3 425.613,00 431.571,60
trasram
3 Plasteran 10,97 m2 19.780,00 216.891,00
4 Plasteran trasram 4,21 m2 22.098,00 92.926,00
5 Cat kapur 47,60 m2 1.000,00 504.322,00
gamping
Jumlah 2.993.850,74

Tabel 16. RAB Desain Solusi Alternatif Pekerjaan Dinding

Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Satuan Harga (Rp)
(Rp)
1 Dinding batu bata 3,29 m3 428.781,00 1.409.831,93
2 Dinding bata 0,88 m3 425.613,00 374.539,44
trasram
3 Gypsum board 5,28 m2 22.000,00 116.160,00
4 Plasteran 4,45 m2 19.780,00 88.021,00
5 Plasteran trasram 0,85 m2 22.098,00 18.672,81

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 51
6 Cat kapur 47,60 m2 1.000,00 47.600,00
gamping
Jumlah 2.054.825,18

Tabel 17. RAB Desain Awal Pekerjaan Struktur

Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Harga (Rp)
Satuan (Rp)
1 Sloof 15/25 0,39 m3 1.645.270,00 641.655,30
2 Kolom 20/20 0,59 m3 1.645.270,00 966.102,55
3 Ringbalk 15/25 0,39 m3 1.645.270,00 641.655,30
Jumlah 2.249.413,15

Tabel 18. RAB Solusi Alternatif Pekerjaan Struktur

Harga
No Pekerjaan Volume Harga (Rp)
Satuan Satuan (Rp)
1 Sloof 15/25 0,39 m3 1.325.000,00 516.750,00
2 Kolom 15/15 0,50 m3 1.325.000,00 394.850,00
3 Ringbalk 15/15 0,23 m3 1.325.000,00 310.050,00
Jumlah 1.221.650,00

Hasilnya diperoleh desain yang memenuhi syarat untuk


fondasi yaitu dengan mengecilkan dimensinya tetapi tetap
memenuhi persyaratan keamanan. Dinding dalam dibuat
gypsum board dan cat kapur gamping.

Tahap rekomendasi dipilih berdasarkan solusi alternatif


dengan pertimbangan efisiensi biaya, kemudahan
pelaksanaan, dan keawetan/kokoh. Maka diperoleh
penghematan biaya:
a. Pekerjaan fondasi : Rp6.083.812,95–Rp5.349.639,73 =
Rp734.173,22.
b. Pekerjaan dinding : Rp2.993.850,74–Rp2.054.825,18 =
Rp939.025,56.
c. Pekerjaan struktur : Rp2.249.413,15–Rp1.221.650,00 =
Rp1.027.763,15.

52 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Berdasarkan alternatif tersebut di atas, maka diperoleh
penghematan biaya keseluruhan sebesar Rp2.700.961,93
atau 17,865%.

3. Studi Kasus-3

Penelitian yang dilakukan oleh Pohan dan Utomo tentang


penerapan Rekayasa Nilai pada Proyek Apartemen Taman
Melati Margonda Depok. Proyek dengan luas bangunan
41.901,21 m2 merupakan proyek dengan biaya pengerjaan
total sebesar Rp56.136.394.000,00 atau Rp11.433.074,13/m2.
Jika dibandingkan harga per m2 dengan apartemen
sejenisnya yaitu Apartemen Season City yang memiliki harga
pembangunan sebesar Rp2.943.990,58/m2 dengan luas
bangunan 407.610,00 m2, maka Apartemen Taman Melati
Margonda Depok memiliki harga per m2 lebih besar. Dengan
demikian terdapat potensi untuk dilakukan efisiensi biaya.

1. Tahap informasi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan Breakdown Cost
Model dari biaya item-item pekerjaan, sebagaimana
yang disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 19. Breakdown Biaya

Biaya Kumulatif
No Item Pekerjaan
Rp % Rp %
1 Struktur balok 7.297.731.220,00 0,130 13,000 7,692
2 Shearwall 7.017.049.250,00 0,125 25,500 15,385
3 Finishes to cell 6.624.094.492,00 0,118 37,300 23,077
4 Struktur kolom 5.894.321.370,00 0,105 47,800 30,769
5 Dinding partisi 5.725.912.188,00 0,102 58,000 38,462
6 Persiapan 5.332.957.430,00 0,095 67,500 46,154
prasarana
7 Finishing lantai 4.490.911.520,00 0,080 75,500 53,846

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 53
Biaya Kumulatif
No Item Pekerjaan
Rp % Rp %
8 Plat lantai 4.097.956.762,00 0,073 82,800 61,538
9 Detailing 3.817.274.792,00 0,068 89,600 69,231
10 Struktur atap 3.087.501.670,00 0,055 95,100 76,923
11 Tangga utama 1.796.364.608,00 0,032 98,300 84,615
12 Tangga darurat 617.500.334,00 0,011 99,400 92,308
13 Tangga atap 336.818.364,00 0,006 100,000 100,000

Tahap selanjutnya adalah menganalisis item pekerjaan yang


berbiaya tinggi, seperti yang disajikan pada tabel di bawah
ini.
Tabel 20. Item Pekerjaan Berbiaya Tinggi

No Item Pekerjaan Rencana Biaya (Rp)


1 Struktur balok 7.297.731.220,00
2 Shearwall 7.017.049.250,00
3 Finishes to cell 6.624.094.492,00
4 Struktur kolom 5.894.321.370,00
5 Dinding partisi 5.725.912.188,00

Selanjutnya melakukan analisis fungsi dan menghitung rasio


antara biaya (cost) dan manfaat (worth). Dari Tabel 20
diperoleh rasio tertinggi pada pekerjaan dinding partisi dan
pekerjaan plafon. Cost/Worth untuk pekerjaan dinding partisi
sejumlah 2,2, dan untuk pekerjaan plafon sejumlah 1,69.
Dengan demikian kedua pekerjaan tersebut berpotensi besar
terhadap biaya yang tidak diperlukan.

2. Tahap kreatif
Berdasarkan hasil brainstorming didapatkan beberapa
alternatif untuk item pekerjaan terpilih yaitu pekerjaan
dinding partisi dan pekerjaan plafon.

54 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Tabel 21. Tahap Kreatif Pekerjaan Dinding Partisi

Fungsi Membatasi ruangan


No Alternatif
1 Bata ringan hebel, perekat MU-380, bata Klinkers K24, rangka
metalstud, plesteran, finishing
2 Cover block pengganti bata hebel pada desain awal
3 Dinding PVS pada dinding interior
4 Dinding single panel M-sistem untuk lantai 1-3 dan quipanel
untuk lantai 4-22
5 Dinding plywood pada dinding interior
6 Bata merah sebagai pengganti bata ringan
7 Dinding panel alcoplate dengan dilapisi kayu teakwood
sebagai dinding interior
8 Quipanel sandwich wall pengganti bata hebel pada desain
awal
9 Multipleks lapis teakwood dengan rangka besi

Tabel 22. Tahap Kreatif Pekerjaan Plafon

Fungsi Menutupi dan melindungi langit-langit


No Alternatif
1 Papan acoustic panel 12 mm, rangka metal furing, plafon
plat beton exposed
2 Tempered glass 10 mm, rangka besi furing
3 Plafon gypsum dengan rangka hollow galvanis (0,35) 20 x 40
4 Plafon tripleks dengan rangka hollow galvanis (0,35) 20 x 40
5 Plafon PVC dengan rangka besi furing 6 mm
6 Plafon aluminium 100 x 100 x 40 dengan t = 0,5 m
7 Rangkaian kayu dengan anyaman rotan atau bambu

3. Tahap analisis
Setelah menemukan alternatif-alternatif dari tahap
sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan pemilihan
alternatif terbaik dengan menggunakan analisis
keuntungan dan kerugian.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 55
Tabel 23. Rekapitulasi LCC Pekerjaan Dinding Partisi
Desain Awal
No Cost Komponen Alternatif I (Rp) Alternatif II (Rp)
(Rp)
1 Biaya konstruksi 5.725.912.188,00 5.334.731.028,98 4.408.951.597,71
2 Biaya redesain 3.762.500,00 3.762.500,00
Initial cost
3 Total initial cost 5.338.493.528,98 4.412.714.097,71
(1+2)
4 Replacement Penggantian 93.431.548,78 93.431.548,78 93.431.548,78
cost karpet dinding
5 Salvage cost Seluruh - - -
komponen
tidak
memberikan
nilai sisa pada
akhir proyek
6 Operatio- Tidak ada - - -
ning cost biaya
operasional
pada alternatif
desain
7 Mainte- Present worth 3.812.016.092,09 1.687.433.573,02 1.687.433.574,02
nance of annual
cost maintenance
cost
8 Total Total Cost 9.631.359.828,87 7.119.358.650,78 6.193.579.220,51
Present Value
Jumlah penghematan (%) 0,00 26,08 35,69

Tabel 24. Rekapitulasi LCC Pekerjaan Plafon


Desain Awal
No Cost Komponen Alternatif I (Rp) Alternatif II (Rp)
(Rp)
1 Biaya konstruksi 6.624.094.492,00 6.144.471.239,83 4.789.843.549,83
2 Biaya redesain 3.762.500,00 3.762.500,00
Initial cost
3 Total initial cost 6.624.094.492,00 6.148.233.739,83 4.793.606.049,83
(1+2)
4 Replace- Penggantian 5.354.849,47 5.354.849,47 5.354.849,47
ment cost vinyl pada
desain awal
5 Salvage Seluruh - - -
cost komponen tidak
membe-rikan
nilai sisa pada
akhir proyek
6 Operatio- Tidak ada biaya - - -
ning cost operasi-onal
pada alternatif
desain

56 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Desain Awal
No Cost Komponen Alternatif I (Rp) Alternatif II (Rp)
(Rp)
7 Mainte- Present worth of 2.759.258.774,00 2.759.258.775,00 2.759.258.776,00
nance annual
cost maintenance
cost
8 Total Total Cost 9.388.708.115,47 8.912.847.364,30 7.558.219.675,30
Present Value
Jumlah penghematan (%) 0,00 5,07 19,50

4. Tahap pengembangan
Tahap ini, alternatif yang terpilih dikembangkan lagi
yaitu dengan membandingkan kepentingan tiap
alternatif sehingga didapatkan satu alternatif terbaik
dengan memiliki tingkat kepentingan tertinggi. Metode
yang digunakan dalam tahap ini adalah metode
Analytical Hierarchy Process (AHP).

Tabel 25. Sintesis Penilaian Pekerjaan Dinding Partisi


Alternatif
Sintesis Bobot
Desain Awal Alternatif I Alternatif II
Biaya 0,5582 0,04575248 0,129467691 0,243429827
Waktu 0,2672 0,01742436 0,128122638 0,054853001
Teknik 0,1329 0,01368415 0,023870927 0,062119925
Kriteria
Pelaksanaan
Tingkat 0,0415 0,00742931 0,020306187 0,007429309
Perawatan
Jumlah 0,08429030 0,301767443 0,367832062
Ranking 3 2 1

Tabel 26. Sintesis Penilaian Pekerjaan Plafon


Alternatif
Sintesis Bobot
Desain Awal Alternatif I Alternatif II
Biaya 0,4753 0,03895764 0,110240046 0,207277314
Waktu 0,3452 0,02251081 0,165523708 0,070865478
Teknik 0,1203 0,01238678 0,021607769 0,056230451
Kriteria
Pelaksanaan
Tingkat 0,059 0,00542041 0,015115591 0,023714002
Perawatan
Jumlah 0,07927564 0,312487114 0,358087245
Ranking 3 2 1

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 57
Dari tabel sintesis di atas diperoleh pekerjaan dinding partisi
dengan CR = 0,0613 < 1, dan pekerjaan plafon dengan CR =
0,0279 < 1.

5. Tahap rekomendasi
Tahap akhir dari Value Engineering adalah tahap
rekomendasi. Adapun rekomendasi yang diberikan
adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel 27 dan
Tabel 28.

Tabel 27. Rekomendasi Alternatif Pekerjaan Dinding Partisi

Tahap Rekomendasi
Proyek Pembangunan Taman Melati Margonda
Lokasi Jalan Margonda Raya No. 525 A, Pondok
Cina-Depok
Item Pekerjaan Dinding Partisi
Desain Awal Bata hebel 600 x 200 x 75, bata K24 Klinkers,
kolom praktis, plesteran, finishing (cat,
keramik, waterproof)
Usulan Bata hebel 600 x 200 x 75 pengganti bata
merah pada desain awal, bata K24 Klinkers,
kolom praktis, plesteran, finishing (cat,
keramik, waterproof)
Penghematan Biaya konstruksi Rp1.316.960.590,29
LCC Rp3.437.780.608,36
Dasar Berdasarkan Analisis pengambilan keputusan
Pertimbangan metode AHP dengan mempertimbangkan
kriteria biaya, waktu pelaksanaan, Teknik
pelaksanaan, dan tingkat perawatan.

Tabel 28. Rekomendasi Alternatif Pekerjaan Plafon

Tahap Rekomendasi
Proyek Pembangunan Taman Melati Margonda
Lokasi Jalan Margonda Raya No. 525 A, Pondok
Cina-Depok
Item Pekerjaan Plafon

58 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Tahap Rekomendasi
Desain Awal Accoustic board, rangka metal furing 20 x 40,
plafon plat beton exposed, finishing (cat)
Usulan Tripleks t = 6 mm, rangka hollow galvanis
(0,35) 20 x 40, finishing (cat)
Penghematan Biaya konstruksi Rp1.834.250.942,17
LCC Rp1.835.843.289,64
Dasar Berdasarkan analisis pengambilan keputusan
Pertimbangan metode AHP dengan mempertimbangkan
kriteria biaya, waktu pelaksanaan, Teknik
pelaksanaan, dan tingkat perawatan.

4. Studi Kasus-4

Penelitian tentang Value Engineering juga dilakukan oleh


Kembuan, dkk. (2016) pada Proyek Pembangunan Gereja
GMIM Syaloom Karombasan.

Beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam upaya


mencari alternatif lain untuk mendapatkan material yang
lebih murah agar terjadi penghematan anggaran proyek,
yaitu:
a. Mendapatkan material yang lebih ringan tanpa
mengurangi nilai dan fungsi.
b. Mengganti material yang kurang perlu digunakan
karena adanya material pengganti yang memiliki fungsi
serta kekuatan yang sama namun dari segi biaya dan
waktu lebih efisien.
c. Meminimalisir biaya tanpa mengurangi mutu.
d. Mengefektifkan waktu sehingga pelaksanaan dapat
lebih cepat diselesaikan.

Item pekerjaan yang memiliki potensi Value Engineering


adalah:
a. Pekerjaan pasangan dinding.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 59
b. Pekerjaan plesteran dinding.
c. Pekerjaan acian dinding.
d. Pekerjaan plafon.

Alternatif material pada pekerjaan dinding yaitu bata merah


diganti dengan bata ringan. Pekerjaan plesteran dan acian
dinding yaitu semen tiga roda diganti dengan semen mortar
utama. Serta pekerjaan plafon yaitu plafon tripleks diganti
dengan plafon gypsum.

Dari tahapan analisis yang dilakukan, maka didapat alternatif


yang direkomendasikan pada pekerjaan pasangan dinding
adalah menggunakan bata ringan Falcon dengan biaya
sebesar Rp222.618.285,00. Pada perencanaan awal material
yang digunakan adalah bata merah dengan biaya sebesar
Rp258.163.704,56. Sehingga terdapat penghematan biaya
sebesar Rp35.545.419,56.

Pekerjaan plesteran dinding direkomendasikan


menggunakan semen mortar utama dengan biaya yang
didapat sebesar Rp227.843.945,00. Pada perencanaan awal
material yang digunakan adalah semen tiga roda dengan
biaya sebesar Rp323.079.089,26. Terdapat penghematan
biaya sebesar Rp95.235.139,53.

Rekomendasi untuk material pekerjaan acian dinding adalah


menggunakan semen mortar utama dengan biaya yang
didapat sebesar Rp128.836.899,00. Pada perencanaan awal
material yang digunakan adalah semen tiga roda dengan
biaya sebesar Rp202.095.753,33. Terdapat penghematan
biaya sebesar Rp73.258.853,95.

60 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Material pekerjaan plafon yang direkomendasikan adalah
menggunakan plafon gypsum dengan biaya yang didapat
sebesar Rp100.113.017,00. Pada perencanaan awal material
yang digunakan adalah tripleks dengan biaya sebesar
Rp.116.899.083,38. Terdapat penghematan biaya sebesar
Rp16.786.066,38.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode


Value Engineering memperoleh penghematan sebesar
Rp220.825.479,42 dari biaya awal atau presentasi
penghematan sebesar 24,5 %.

5. Studi Kasus-5

Pratiwi pada tahun 2014 juga melakukan penelitian analisis


Value Engineering pada Proyek Gedung Riset dan Museum
Energi dan Mineral Institut Teknologi Bandung. Value
Engineering dilakukan pada pekerjaan struktur atas
bangunan tersebut.

Pada tahap informasi diperoleh pekerjaan yang memiliki


biaya tinggi yaitu pekerjaan pelat lantai satu sampai dengan
lantai empat sebesar Rp1.301.369.134,00 dari total pekerjaan
struktur sebesar Rp7.726.313.874,50.

Pada tahap kreatif diperoleh alternatif material atau


pekerjaan yang dapat menghasilkan biaya terbaik, yaitu
steel floor deck system menggantikan pelat lantai dengan
sistem cor beton konvensional. Adapun beberapa
pertimbangan yang dilakukan adalah:

a. Steel floor deck system adalah suatu sistem pelat metal


baja berprofil khusus yang jika dikombinasikan dengan

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 61
campuran beton akan membentuk suatu sistem pelat
lantai komposit yang sempurna.
b. Steel floor deck memiliki bobot yang ringan, sehingga
tidak berpengaruh pada pembebanan yang telah
direncanakan sebelumnya.
c. Penggunaan steel floor deck dapat menghemat
pemakaian perancah, bekisting, dan semen dengan
jumlah yang cukup massive, sehingga lebih cepat
dalam proses pekerjaannya dan lebih menghemat
biaya yang dikeluarkan.
d. Steel floor deck juga sesuai digunakan pada bangunan-
bangunan bertingkat karena waktu pengerjaan dan
tenaga pemasangan dapat menghemat biaya.
e. Steel floor deck memiliki dimensi yang dapat diatur
sesuai kebutuhan sehingga pekerjaan pelat lantai lebih
cepat selesai dibandingkan pelat lantai cor beton
konvensional. Berdasarkan pengujian ComFlor New
Zealand, steel floor deck dapat tahan terhadap api
selama kurang lebih empat jam.
f. Penggunaan steel floor deck sebagai pengganti
tulangan pokok beton yang berada di sisi bawah
memang sangat menguntungkan dalam segi
kecepatan produksi. Dengan menggunakan steel floor
deck, maka pekerjaan menjadi sangat efektif dan
efisien tanpa mengurangi mutu dan fungsinya.

Tahap analisis biaya pekerjaan pelat lantai yang terdiri dari


pekerjaan bekisting, besi tulangan, dan beton pada alternatif
material yang terpilih yaitu union floor deck W-1000 dan
wiremesh M7 sebagai pengganti tulangan pada pelat lantai.
Rencana anggaran biaya awal berupa cor beton
konvensional sebesar Rp1.301.369.134,00, sedangkan apabila
menggunakan material alternatif steel floor deck system

62 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
berupa union floor deck W-1000 adalah sebesar
Rp1.180.380.798,88. Dengan demikian diperoleh
penghematan biaya sebesar Rp120.988.335,12, dan dapat
direkomendasikan.

Berdasarkan hasil analisis value engineering pelat lantai


dengan mengonversi sistem cor beton konvensional menjadi
sistem steel floor deck, maka diperoleh penghematan biaya
sebesar Rp120.988.335,12 atau 9,297 %.

6. Studi Kasus-6

Ardilla dan Nurcahyo (2013) melakukan penelitian mengenai


penerapan rekayasa nilai pada Proyek Pembangunan
Asrama “X” Provinsi Bali.

Pembangunan Asrama “X” Provinsi Bali ini terdiri dari 4 lantai


dengan luas bangunan sekitar 1.245 m² dan biaya sekitar 12,1
Miliar Rupiah. Jika dibandingkan dengan Pembangunan
Asrama Mahasiswa UI pada tahun 2012 dengan biaya sekitar
7,45 Juta Rupiah per m², maka Pembangunan Asrama “X” ini
menghabiskan lebih banyak biaya yaitu sekitar 9,7 Juta
Rupiah per m².

Analisis Value Engineering untuk studi kasus ini menggunakan


breakdown cost model, seperti yang disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 29. Breakdown Cost Model

Biaya Kumulatif
No Item Pekerjaan
Rp % Rp %
1 Struktur 3.690.263.025,53 34,964 34,964 9,091
2 Atap 2.069.099.375,07 19,604 54,567 18,182
3 Pelapis dinding & 978.040.303,52 9,266 63,834 27,273

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 63
Biaya Kumulatif
No Item Pekerjaan
Rp % Rp %
lantai
4 Pasangan bata, 856.491.870,79 8,115 71,949 36,364
plester & acian
5 Pintu 779.890.840,00 7,389 79,338 45,455
6 Sanitary & fixture 555.297.200,00 5,261 84,599 54,545
7 Facade 449.163.119,08 4,256 88,855 63,636
8 Jendela 407.729.860,00 3,863 92,718 72,727
9 Pengecatan 395.573.342,77 3,748 96,465 81,818
10 Kayu 195.208.612,62 1,850 98,315 90,909
11 Rangka metal 177.850.056,12 1,685 100,000 100,000
hollow
Total Biaya 10.554.607.605,4

Setelah mendapatkan item pekerjaan yang berbiaya tinggi,


maka dilakukan analisis fungsi yaitu menghitung Cost/Worth,
untuk mengetahui seberapa besar fungsi komponen-
komponen dalam setiap item pekerjaan.

Tabel 30. Cost/Worth

No Item Pekerjaan Cost/Worth


1 Struktur 3,88
Pelat 3,96
Balok & ring balk 4,69
Kolom 3,84
Tangga 3,01
2 Atap 2,45
3 Pelapis dinding & lantai 1,31
Pelapis dinding keramik lokal 20 x 25 cm 1,05
Pelapis dinding granit 1,40
Pelapis dinding keramik lokal 20 x 20 cm 1,82
Pelapis lantai skirting granit 1,11
Pelapis lantai waterproofing 1,16
4 Pasangan bata, plesteran & acian 1,93

Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa item pekerjaan


berbiaya tinggi pada Proyek Pembangunan Asrama “X”

64 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Provinsi Bali adalah pekerjaan struktur, pekerjaan atap, dan
pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian.

Analisis selanjutnya yaitu menggunakan Analytical Hierarchy


Process (AHP). Hasil analisis AHP untuk pekerjaan struktur pelat
adalah:
a. Ranking 1: Pelat lantai ceiling brick (daag keraton).
b. Ranking 2: Pelat lantai konvensional beton bertulang.
c. Ranking 3: Pelat lantai metal komposit (floor deck).

Total penghematan biaya yang didapat adalah sebesar


Rp633.152.727,23.
Berikut ini beberapa alternatif terbaik yang didapat yaitu:
a. Pekerjaan struktur pelat konvensional beton bertulang
diganti dengan pelat lantai ceiling brick.
b. Pekerjaan atap bagian listplank yang terbuat dari kayu
jati diganti dengan kalsiplank.
c. Pekerjaan penutup atap genting keramik digantikan
dengan genting tanah liat (plentong pejaten).
d. Pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian yang
menggunakan bata ringan hebel dengan plesteran dan
acian dengan spesi instan dari mortar utama digantikan
dengan batu bata merah dengan plesteran 1 PC: 4 PS
dan acian menggunakan semen portland.
Dari hasil penerapan rekayasa nilai pada Proyek
Pembangunan Asrama “X” Provinsi Bali, didapat item
pekerjaan berbiaya tinggi yaitu pekerjaan struktur pelat,
pekerjaan listplank atap, pekerjaan penutup atap (genting),
dan pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian.

Hasil rekayasa nilai pekerjaan struktur diperoleh


penghematan biaya sebesar Rp120.029.466,57 (6,846 %),
pekerjaan listplank sebesar Rp25.186.468,07 (45,210%),

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 65
pekerjaan penutup atap (genting) sebesar Rp408.640.032,48
(44,381 %), pekerjaan pasangan bata, plesteran, dan acian
sebesar Rp79.296.760,10 (9,258%). Dengan demikian total
penghematan biaya diperoleh sebesar Rp633.152.727,23
atau 5,228 % dari total biaya proyek yaitu
Rp12.110.923.724,44.

7. Studi Kasus-7

Pontoh, dkk. (2013) meneliti tentang aplikasi rekayasa nilai


pada proyek konstruksi perumahan dengan studi kasus di
Perumahan Taman Sari Metropolitan Manado PT Wika Realty.
Tujuannya adalah untuk dapat dilakukan penghematan
biaya tanpa mengurangi mutu atau kualitas serta fungsi
bangunan dan anggaran biaya dapat digunakan secara
optimal dan efisien.

Pekerjaan yang dilakukan rekayasa nilai adalah pekerjaan


rangka atap dan pekerjaan penutup atap, dengan
menggunakan tahap informasi, tahap kreatif, tahap analisis,
tahap pengembangan dan tahap penyajian. Sedangkan
kriteria-kriteria yang dievaluasi adalah aspek biaya, waktu
pelaksanaan, kekuatan, efisiensi dan kemudahan pekerjaan.

Hasil analisis dari tahapan tersebut didapat satu alternatif


penggunaan material baja ringan giga steel pada rangka
atap dan material penutup atap genting metal surya roof.

Berdasarkan hasil analisis rekayasa nilai yang dilakukan,


didapatkan penghematan biaya pada dua pekerjaan yang
ditinjau. Pekerjaan rangka atap menghasilkan penghematan
biaya sebesar Rp4.347.000,00 dari biaya awal sebesar
Rp21.627.000,00 atau 20,09 %. Pekerjaan penutup atap

66 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
menghasilkan penghematan biaya sebesar Rp5.250.019,00
dari biaya awal sebesar Rp18.172.797,00 atau 28,88 %. Dari
kedua item pekerjaan tersebut dihasilkan penghematan total
untuk 1 unit rumah sebesar Rp9.597.019,00 atau 2,23 % dari
RAB awal. Dalam hal ini rumah tipe 155 yang dibangun 33
unit, jadi total penghematan seluruhnya adalah
Rp316.701.627,00.

8. Studi Kasus-8

Penelitian yang dilakukan oleh Rompas, dkk. (2013) dalam


analisis penerapan Value Engineering pada Proyek
Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado, diperoleh satu
alternatif pekerjaan dinding yaitu mengganti material awal
bata merah menjadi bata ringan.

Adapun kriteria-kriteria yang dipertimbangkan adalah


sebagai berikut:
a. Penggunaan teknologi, mencakup: teknologi yang
digunakan sudah biasa atau belum, peralatan di
lapangan, dan personil di lapangan.
b. Biaya pengembangan, mencakup: biaya perencanaan
kembali, dan biaya pemesanan kembali/pembuatan
kembali.
c. Kemungkinan penyajian, mencakup: kemungkinan
diterima oleh pemilik proyek, dan kemungkinan
diproduksi di lapangan disesuaikan dengan
kemampuan kontraktor.
d. Waktu penyajian, mencakup: waktu perancangan
kembali, dan waktu pelaksanaan di lapangan.
e. Keuntungan biaya potensial, mencakup: penghematan
biaya awal, dan penghematan biaya siklus hidup.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 67
Kriteria yang terdapat pada analisis matriks adalah:
a. Keamanan, meliputi: keamanan struktural, dan
keamanan teknis pelaksanaan.
b. Biaya awal, meliputi: biaya konstruksi.
c. Biaya operasi dan pemeliharaan, meliputi: biaya
pengoperasian fasilitas, biaya perawatan selama siklus
hidup, dan biaya penggantian.
d. Waktu pelaksanaan, meliputi: waktu pembuatan, dan
waktu di lapangan.
e. Kemudahan pelaksanaan, meliputi: kemudahan
pelaksanaan pembuatan, dan kemudahan
pelaksanaan di lapangan.
f. Potensial penghematan, meliputi: penghematan biaya
awal, dan penghematan biaya siklus hidup.

Tahap analisis terhadap alternatif penggunaan material bata


ringan pada pekerjaan pasangan dinding diperoleh biaya
sebesar Rp132.152.058,00. Material awal yang digunakan
adalah batu bata dengan jumlah biaya sebesar
Rp145.864.925,00. Terdapat penghematan biaya sebesar
Rp13.712.867,00.

Sedangkan pekerjaan plesteran dan acian dengan jumlah


biaya awal adalah Rp146.897.164,00, dan bila menggunakan
material pengganti semen mortar utama (MU) maka jumlah
biaya menjadi Rp123.659.660,00. Terdapat penghematan
biaya sebesar Rp23.237.504,00, dengan demikian dapat
direkomendasikan.

Setelah dilakukan analisis rekayasa nilai maka didapat jumlah


penghematan biaya keseluruhan adalah Rp36.950.371,00
dari biaya awal sebesar Rp297.732.062,00 menjadi

68 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Rp255.811.718,00. Dengan demikian terdapat penghematan
biaya sebesar 12,41 %.

9. Studi Kasus-9

Tahun 2012, Wicaksono dan Utomo melakukan penelitian


tentang penerapan Value Engineering pada Proyek
Pembangunan Universitas Katolik Widya Mandala Pakuwon City
Surabaya, dengan luas bangunan 37.000 m2 dan biaya sebesar
Rp71.170.000.000,00 atau Rp1.923.513,51 harga per m2.

Jika dibandingkan dengan gedung yang memiliki fungsi


sejenis yaitu Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma yang bernilai sebesar Rp12.397.551.715,00 dengan
luas bangunan 6.800 m2 sehingga memiliki harga per m2
yaitu sebesar Rp1.823.169,37. Maka harga per m2 gedung
Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala lebih
tinggi dari pada Gedung Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma. Dengan demikian terdapat potensi untuk
dilakukan efisiensi biaya dengan metode Value Engineering.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini


meliputi beberapa tahap yaitu tahap informasi, tahap kreatif,
tahap analisis, tahap pengembangan, dan tahap pelaporan.
Identifikasi item pekerjaan yang berbiaya tinggi dilakukan
dengan penyusunan breakdown cost model, seperti yang
disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 31. Breakdown Cost Model

Biaya Kumulatif
No Item Pekerjaan
Rp % Rp %
1 Beam structure 7.095.039.063,53 13,620 13,620 3,571
2 Enclosing walls 5.842.027.454,11 11,859 25,479 7,143

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 69
Biaya Kumulatif
No Item Pekerjaan
Rp % Rp %
3 Upper floors 4.665.822.330,00 8,957 34,435 10,714
4 Finishes to floors 4.107.469.796,74 7,885 42,320 14,286
5 Coloumn 4.098.564.695,88 7,868 50,188 17,857
structure
6 Internal doors 3.713.667.130,00 7,129 57,317 21,429
7 Finishes to 2.979.946.020,44 5,720 63,037 25,000
ceiling
8 Pile cap 2.605.865.918,97 5,583 68,621 28,571
9 External 2.108.184.522,82 5,002 73,623 32,143
windows
10 Cladding 2.028.041.544,65 3,893 77,516 35,714
11 Shear wall/core 1.953.337.001,53 3,750 81,266 39,286
wall structure
12 Equipment 1.730.269.610,00 3,321 84,587 42,857
13 GWT 1.458.188.800,00 2,799 87,387 46.429
14 Wall curtain 1.279.151.629,60 2,455 89,842 50,000
15 Lowest floor 1.199.785.562,80 2,303 92,145 53,571
bed/ slab
16 Roof structure 709.210.937,69 1,361 93,507 57,143
17 Balustrades and 651.262.082,22 1,250 94,757 60,714
handrails
18 Sanitaryware 641.945.040,00 1,232 95,989 64,286
19 Stair structure 638.529.813,41 1,226 97,215 67,857
20 Stair balustrades 521.560.511,32 1,001 98,216 71.429
and handrails
21 STP 256.367.400,00 0,492 98,708 75,000
22 Internal 246.750.950,00 0,474 99,182 78,571
windows
23 Tie beam 176.166.129,14 0,338 99,520 82,143
24 Basement walls 91.916.935,38 0,176 99,697 85,714
25 Stair finish 67.428.186,00 0,129 99,826 89,286
26 Sump pit 57.767.125,13 0,111 99,937 92,857
27 External doors 31.732.740,00 0,061 99,998 96,423
28 Gutter 1.114.065,00 0,002 100,000 100,000
Total Biaya 52.092.830.963,61100,000

Berdasarkan breakdown cost model tersebut dilakukan analisis


untuk menemukan batasan item kerja berbiaya tinggi dengan

70 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
menggunakan dasar hukum distribusi pareto. Maka didapat 11
item pekerjaan berbiaya tinggi yaitu beam structure, enclosing
walls, upper floors, finishes to floors, coloumn structures, internal
doors, finishes to ceiling, external windows, pile cap, cladding,
dan shearwall/corewall structures.

Selanjutnya melakukan identifikasi item berbiaya tidak


diperlukan yaitu dengan analisis fungsi, untuk
mengklasifikasikan fungsi utama dan fungsi sekunder, serta
untuk mendapatkan perbandingan antara biaya (cost) dan
manfaat (worth). Rekapitulasi hasil analisis fungsi dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 32. Rekapitulasi Analisis Fungsi


Cost/
No Item Pekerjaan Cost (Rp) Worth (Rp)
Worth
1 Beam structure 7.095.039.063,53 6.569.808.922,46 1,08
2 Enclosing walls 5.842.027,454,11 2.195.889.136,29 2,66
3 Upper floors 4.665.822.330,00 4.262.458.748,60 1,09
4 Finishes to floors 4.107.469.796,74 3.445.664.168,91 1,19
5 Column structure 4.098.564.695,88 3.774.074.426,44 1,06
6 Internal doors 3.745.399.870,00 3.043.101.918,73 1,23
7 Finishes to ceiling 2.979.946.020,44 1.409.053.225,12 2,11
8 Pile cap 2.605.865.918,97 2.349.653.245,74 1,11
9 External windows 2.108.184.522,82 1.060.445.797,51 1,99
10 Cladding 2.028.041.544,65 1.079.674.673,70 1,88
11 Shear wall/core wall 1.953.337.001,53 1.785.314.206,07 1,09
structure

Hasil analisis terhadap 11 item pekerjaan berbiaya tinggi


didapat bahwa enclossing walls dan finishes to ceiling
mempunyai nilai Cost/Worth > 2, artinya terdapat potensi
biaya yang tidak diperlukan yang sangat besar.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 71
Tahap kreatif berdasarkan hasil brainstorming didapatkan
beberapa alternatif untuk item pekerjaan terpilih yaitu
enclosing wall dan finishes to ceiling yang disajikan pada
Tabel 33 dan Tabel 34 di bawah ini.

Tabel 33. Alternatif Pekerjaan Enclosing Walls

Item Pekerjaan: Enclosing Walls


Fungsi: Membatasi Ruangan

No Alternatif
A0 Bata merah, Hebel 600 x 200 x 75, Bata Klinkers K24, Gypsum
board 12 mm, Rangka metalstud, Kolom/balok praktis,
Plesteran, Finishing (cat, keramik, batuan)
A1 Modular panel hebel pada bagian dinding eksterior
A2 Dinding woven pada dinding interior
A3 Dinding sistem insulating concrete forms sebagai pengganti
bata merah dan hebel pada desain awal
A4 Dinding clover block 10 x 40 x 60 sebagai pengganti bata
merah dan hebel pada desain awal
A5 Dinding PVC pada dinding interior
A6 Dinding louvers pada dinding eksterior
A7 Dinding plywood pada dinding interior
A8 Operable wall system/folding doors pada ruangan perkuliahan
dan rapat
A9 Gypsum cooling wall system pada dinding interior
A10 Quipanel sandwich wall sebagai pengganti bata merah dan
hebel pada desain awal
A11 Dinding single panel M-System pada lantai dasar hingga
lantai 3 dan dinding qui panel
A12 Bata ringan Hebel 600 x 200 x 75 sebagai pengganti bata
merah pada desain awal

Tabel 34. Alternatif Pekerjaan Finishes to Ceiling

Item Pekerjaan: Finishes to Ceiling


Fungsi: Menutup Langit-langit

No Alternatif
A0 Plafon gypsum 9mm, calcium silicate 4,5 mm, rangka
metal furing, plafon plat beton ekspos

72 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
No Alternatif
A1 Kaca tempered 10mm, rangka metal furing
A2 Plafon PVC tebal 8mm, metal furing channel 23 mm
A3 Acoustic panel ceiling 12mm, rangka metal furing
A4 Tanaman rambat, rangka kayu
A5 Plywood tebal 9 mm, rangka hollow galvanis (0,35) 20 x 40
A6 Plafon GRC tebal 4 mm, rangka metal furing
A7 Aluminium cell 100 x100 mm tinggi 40 mm tebal 0,5m,
suspender
A8 Gypsum cooling ceiling system
A9 Aluminium baffle 50 x 25 mm tebal 0,5 mm, steel carrier,
suspender
A10 Anyaman bambu

Tahap Analisis dilakukan pemilihan alternatif terbaik dari


alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan analisis
keuntungan dan kerugian.

Alternatif-alternatif enclosing walls dengan nilai keuntungan


dan kerugian terbaik adalah sebagai berikut:
a. Alternatif 1: Dinding quipanel tebal 75mm, bata klinkers
K24, acian, finishing (cat, keramik, karpet, batuan).
b. Alternatif 2: Clover block 10 x 40 x 60, perekat MU-380,
plester MU-200, bata klinkers K24, gypsum board 12 mm,
rangka metalstud, finishing (cat, keramik, karpet,
batuan).
c. Alternatif 3: M-System light weight sandwich tebal 90
mm, Dinding quipanel tebal 75 mm, Bata klinkers 24,
finishing (cat, keramik, karpet, batuan).
d. Alternatif 4: Bata ringan 600 x 200 x 75, bata klinkers K24,
kolom/balok praktis, plesteran, finishing (cat, keramik,
karpet, batuan).

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 73
Sedangkan alternatif-alternatif finishes to ceiling dengan nilai
keuntungan dan kerugian terbaik adalah sebagai berikut:
a. Alternatif 1: Aluminium baffle 50 x 25 mm tebal 0,5 mm,
steel carrier, suspender.
b. Alternatif 2: Plafon PVC tebal 8mm, metal furing channel
23 mm.
c. Alternatif 3: Aluminium cell 100 x 100 mm tinggi 40 mm
tebal 0,5 m, suspender.
d. Alternatif 4: Plywood tebal 9mm, rangka hollow galvanis
(0,35) 20 × 40.

Tahap pengembangan dilakukan dengan perhitungan LCC


sebagai salah satu kriteria pada pemilihan alternatif yaitu
sebagai kriteria biaya. Dalam perhitungan LCC masing-
masing alternatif terdiri dari initial cost,
operational/maintenance cost, replacement cost dan
salvage cost.

Analisis pengambilan keputusan dilakukan dengan metode


Analytical Hierarchy Process (AHP). Kriteria yang digunakan
untuk pekerjaan enclosing walls adalah biaya, waktu
pelaksanaan, kemudahan pelaksanaan, keprivasian, dan
keawetan. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk
pekerjaan finishes to ceiling adalah biaya, estetika,
keawetan, perawatan, dan kemudahan pelaksanaan.

Berdasarkan hasil dari sintesis maka diperoleh prioritas


alternatif. Alternatif yang dipilih sebagai pengganti pekerjaan
enclosing walls adalah:
a. Penggunaan clover block 10 x 40 x 60 dengan perekat
MU-380 dan plester MU-200 pada dinding eksterior,
ruang pembelajaran, pertemuan, dan ruang privat
lainnya.

74 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
b. Bata klinkers K24 pada dinding eksterior yang juga
berfungsi sebagai fasad khas Universitas Kristen Widya
Mandala.
c. Gypsum board 12 mm dengan rangka metalstud pada
ruang interior non-privat seperti ruang Organisasi
Himpunan, ATM Centre, dan lainnya.
d. Finishing berupa cat dinding, keramik, karpet, dan
batuan.

Sedangkan alternatif yang dipilih sebagai pengganti


pekerjaan finishes to ceiling adalah:
a. Penggunaan aluminium cell 100 x100 mm tinggi 40 mm
tebal 0,5 mm.
b. Suspender pada ruangan.
c. Plafon plat beton ekspos pada lantai semi basement.

Penghematan yang didapat dari pekerjaan enclosing walls


adalah sebesar Rp159.138.100,25 atau 1,11 % dan pekerjaan
finishes to ceiling sebesar Rp2.104.255.876,62 atau 14,68 %.
Sehingga total penghematan yang didapat pada proyek ini
adalah sebesar Rp2.263.393.976,87 atau 15,79 % dari total
rencana LCC pekerjaan terpilih.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 75
DAFTAR PUSTAKA

Ardila, T. & Nurcahyo, C. B. 2013. Penerapan Rekayasa Nilai


pada Proyek Pembangunan Asrama “X” Provinsi Bali.
Jurnal Teknik Pomits, Vol. 1, No. 1, pp. 1-8.
Azis, S., Purwanto, G., Iskandar, T. 2016. Penerapan Rekayasa
Nilai (Value Engineering) pada Pekerjaan Struktur Balok
dan Kolom Gedung Poliklinik Universitas Brawijaya
Malang. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, pp. 121-128.
Barrie, S. & Paulson, B. C. 1992. Professional Construction
Management (3rd Ed.). New York: McGraw-Hill.
Berawi, M. A. 2014. Aplikasi Value Engineering pada Industri
Konstruksi Bangunan Gedung. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Chandra, S. 2014. Maximizing Construction Project and
Investment Budget Efficiency with Value Engineering.
Jakarta: Elex Media Komputindo Kompas Gramedia.
Crum, L. W. 1971. Value Engineering, the Organized Search for
Value. Harlow: Longman.
Daddow, T. & Skitmore, M. 2003. Value Management in
Practice: An Interview Survey. Australian Journal of
Construction Economics and Building.
Dell’Isola P. E. 1997. Value Engineering Practical Aplikasi for
Design Construction. RS Means Company, Inc.
Dewobroto, W. 2008. Perkembangan Jembatan di Indonesia.
http://wiryanto.wordpress.com/

76 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Ervianto, W. I. 2004. Teori-Aplikasi Manajemen Proyek
Konstruksi. Jakarta, Indonesia: Andi.
Hammersley, H. 2002. Value Management in Construction.
Association of Local Authority Business Consultants,
Coventry.
Himawan, D. & Nugroho, W. P. 2008. Value Engineering
Analysis Planning of Blimbing Bridge Sukoharjo, Jawa
Tengah. Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.
Husen, A. 2011. Manajemen Proyek–Perencanaan,
Penjadwalan & Pengendalian Proyek. Yogyakarta:
Andi.
Kembuan, A. S., Tjakra, J., Walangitan, D. R. O. 2016.
Penerapan Value Engineering pada Proyek
Pembangunan Gereja GMIM Syaloom Karombasan,
Manado. Jurnal Sipil Statik, Vol. 4, No. 2.
Kodoatie, R. J. 2003. Pengantar Manajemen Infrastruktur.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Labombang, M. 2007. Penerapan Rekayasa Nilai (Value
Engineering) pada Konstruksi Bangunan. Jurnal
Smartek, Vol. 5, No. 3.
Mahendra, S. 2004. Manajemen Proyek. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Miles, L. D. 1972. Techniques of Value Analysis and
Engineering, Second Edition. New York: McGraw-Hill
Book Company.
Nakagami, Y. 1996. VE Application and Management in
Japanese Construction Sector. SAVE International
Conference.
Nur, M. A. 2013. Perkembangan Jembatan dalam Zaman
Modern. Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 77
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara.
Pohan, D. A. & Utomo. Penerapan Rekayasa Nilai pada
Proyek Apartemen Taman Melati Margonda Depok.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-27686-
3107100080-Paper.pdf
Pontoh, M. M., Tarore, H., Mandagi, R. J. M., Malingkas, G. Y.
2013. Aplikasi Rekayasa Nilai pada Proyek Konstruksi
Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Taman Sari
Metropolitan Manado PT Wika Realty). Jurnal Sipil
Statik, Vol.1 No.5, pp. 328-334.
Pratiwi, N. A. 2014. Analisis Value Engineering pada Proyek
Gedung Riset dan Museum Energi dan Mineral Institut
Teknologi Bandung. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan,
Vol. 2, No. 1.
Rani, H. A. 2016. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta:
Deepublish.
Rani, H. A., Isya, M., Fazil, M. 2017. Optimization and
Effectiveness of Bridge Construction Development
Based on Value Engineering. International Journal of
Civil, Structural, Environmental and Infrastructure
Engineering Research and Development, Vol. 7, Issue 2,
pp. 15-22.
Robinson, J. L. 2008. Value Added Strategies to Sustain a
Successful Value Improvement Program. Value World,
Vol. 31, No. 3.
Rompas, A. N., Tarore, H., Mandagi, R. J. M., Tjakra, J. 2013.
Penerapan Value Engineering pada Proyek
Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal
Sipil Statik, Vol. 1, No. 5.
Saptono, A. 2007. Analisis Penentuan Bangunan Atas
Jembatan dengan Metode Rekayasa Nilai.

78 | K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g
Yogyakarta: Manajemen Konstruksi, Teknik Sipil,
Universitas Islam Indonesia.
SAVE International Value Standard. 2007. Value Standard and
Body of Knowledge.
Shen, Q. & Liu, G. 2007. The Selection Benchmarking Partners
for Value Management: An Analytic Approach.
International Journal of Construction Management.
Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek–Dari Konseptual Sampai
Operasional. Jakarta: Erlangga.
Sukmana, F. & Vaza, H. 2008. Jembatan Indonesia: Sekarang
dan Mendatang. Direktorat Bima Teknik, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
Untoro. 2009. Penerapan Value Engineering dalam
Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Ke-PU-an di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dalam
Usaha Meningkatkan Efektivitas Penggunaan
Anggaran. Universitas Indonesia, Indonesia.
Wicaksono, A. Y. & Utomo, C. 2012. Penerapan Value
Engineering pada Pembangunan Proyek Universitas
Katolik Widya Mandala Pakuwon City–Surabaya. Jurnal
Teknik ITS, Vol. 1, No. 1, pp. 56-62.
Zimmerman, P. E. & Hart G. D. 1982. Value Engineering A
Practical Approach for Owners, Designers and
Contractors. New York: Van Nostrand Reinhold
Company.

K o n s e p V a l u e E n g i n e e r i n g | 79
View publication stats

You might also like