You are on page 1of 14

MINI RISET

MINI RISET MK. STIPF


PRODI S-1 DIK-FIS
MATA KULIAH STUDI TERKINI ISU PENDIDIKAN FISIKA FMIPA

“Menelusuri Beberapa Sumber Tentang Penerapan Good Governance Di Berbagai


Wilayah di Indonesia”

Skor Nilai :

DOSEN PENGAMPU :

Deo Demonta Panggabean, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. NOVITA RISKYKA SARI BUKIT (4183321023)


2. IRMA RAHMAWATI (4183321011)
3. MUHAMMAD ALI ALFATTAH (4183121025)
4. GILANG YUSUF MAULANA (4183321019)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia Nya, Kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini guna memenuhi tugas
perkuliahan dalam mata kuliah Studi Terkini Isu Pendidikan Fisika yang berjudul
“Menelusuri Beberapa Sumber Tentang Penerapan Good Governance Di Berbagai Wilayah
di Indonesia” dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen selaku dosen mata kuliah Studi
Terkini Isu Pendidikan Fisika, yang sudah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga
tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami juga menyadari bahwa di dalam Mini Riset ini masih banyak terdapat
kekurangan dalam hal penulisan maupun kata-kata yang belum tepat. Oleh karena itu, Kami
memohon maaf jika ada kesalahan, dan juga mengharapkan kritik serta saran yang
membangun agar kedepannya didapati Mini Riset yang lebih baik lagi.

Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih dan semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat
serta menambah pengetahuan bagi pembaca maupun penulis sendiri.

Medan, 25 Mei 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Good Governance...................................................................................... 2
2.2 Prinsip-Prinsip Dalam Good Governance ................................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 4
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................................ 4
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................... 5
4.1 Penerapan Good Governance Di Wilayah Sumatera Utara ........................................ 5
4.2 Penerapan Good Governance Di Kota Madiun Wilayah Jawa Timur ........................ 7
4.3 Penerapan Good Governance Di Wilayah Sumatera Barat ......................................... 8
BAB V PENUTUP .................................................................................................................. 10
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 10
5.2 Saran .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Good Governance sedang menjadi isu hangat dikalangan masyarakat, termasuk di

bidang akademis dan non-akademis. Penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat tidak

transparan, non partisipatif serta sentralisasi, menumbuhkan rasa tidak percaya

dikalangan masyarakat bahkan menimbulkan antipati terhadap pihak pemerintah.

Masyarakat sangat tidak puas terhadap kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya

sebagai penyelenggara urusan publik. Berbagai ketidakpuasan dan kekecewaan akhirnya

melahirkan tuntutan dari masyarakat untuk mengembalikan dan melaksanakan

penyelenggaraan pemerintah yang ideal, sehingga Good Governance tampil sebagai

upaya untuk menjawab berbagai keluhan masyarakat atas kinerja birokrasi yang telah

berlangsung.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu ditelusuri penerapan good governance

di berbagai wilayah Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu good governance?

2. Apa saja yang menjadi permasalahan terkait penerapan good governance?

3. Bagaimana penerapan good governance di berbagai wilayah Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menelusuri beberapa sumber tentang penerapan good governance di berbagai wilayah

Indonesia.

2. Sebagai pemenuhan tugas Rekayasa Ide mata kuliah Studi Terkini Isu Pendidikan

Fisika.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Good Governance


Lembaga internasional yang lebih awal mempopulerkan istilah governance adalah
Bank Dunia, melalui publikasinya yang diterbitkan tahun 1992 berjudul Governance and
Development (Sedarmayanti, 2007:3).

a) Menurut UNDP (United National Development Planning)


Good governance merupakan praktek penerapan kewenangan pengelolaan
berbagai urusan. Penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi dan administratif di
semua tingkatan.
Dalam konsep di atas, ada tiga pilar good governance yang penting, yaitu :

a. Kesejahteraan rakyat (economic governance).


b. Proses pengambilan keputusan (political governance).
c. Tata laksana pelaksanaan kebijakan (administrative governance)

b) Menurut Bank Dunia (World Bank)


Good governance merupakan cara kekuasaan yang digunakan dalam
mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan
masyarakat.

c) Robert Charlick dalam Pandji Santosa (2008:130)


Mendefinisikan good governance sebagai pengelolaan segala macam urusan
publik secara efektif melalui pembuatan peraturan dan atau kebijakan yang baik demi
untuk mempromosikan nilai-nilai kemasyarakatan.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa good
governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan
bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergian interaksi yang
konstruktif diantara berbagai sumber daya dalam negara, sektor swasta, dan masyarakat.

2
2.2 Prinsip-Prinsip Dalam Good Governance
Konsep good governance telah terselenggara apabila memenuhi prinsip-prinsip
tertentu. Dalam buku Kewarganegaraan & Masyarakat Madani (2019) karya Heri
Herdiawanto dan kawan-kawan, dijelaskan prinsip-prinsip penyelenggarakan good
governance, yaitu:

1. Partisipasi masyarakat adalah semua masyarakat memiliki hak suara dalam


pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Penegakan hukum yang bersifat adil dan berlaku pada semua masyarakat tanpa
pandang bulu. Termasuk penegakan hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi adalah seluruh informasi tentang proses pemerintahan harus memadai
dan jujur sehingga dapat dimengerti, diakses, dan dipantau oleh seluruh masyarakat.
4. Daya tangkap adalah lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayano semua pihak yang berkepentingan tanpa diskriminasi.
5. Berorientasi konsensus adalah menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda
demi terbangunnya suatu konsensus yang menyeluruh tentang apa yang terbaik bagi
masyarakat dan tentang kebijakan-kebijakan serta prosedur-prosedur.
6. Berkeadilan adalah semua masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperbaiki dan mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektivitas dan efisiensi adalah seluruh proses lembaga dan pemerintahan harus
mampu menggunakan sumber daya yang ada seoptimal mungkin sehingga tercipta
efektivitas dan efisiensi kerja.
8. Akuntabilitas adalah seluruh pengambil keputusan harus bertanggungjawab kepada
masyarakat dan lembaga-lembaga yang berkepentingan.
9. Bervisi strategis adalah para pemimpin harus memiliki prospektif luas dan jauh ke
depan tentang tata pemerintahan dan pembangunan manusia. Selain itu, para
pemimpin juga harus memiliki kepekaan tentang apa yang dibutuhkan untuk
mewujudkan perkembangan tersebut serta harus mempunyai pemahaman atas
kesejahteraan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
10. Saling berkaitan adalah seluruh prinsip good governance yang telah disebutkan di atas
saling memperkuat dan saling terkait serta tidak dapat berdiri sendiri.

3
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan
yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa
adanya.

Menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian
tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Whitney (1960: 160) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat.

Dengan data pada Mini Riset ini berupa Beberapa Sumber Tentang Penerapan Good
Governance Di Berbagai Wilayah di Indonesia, hal-hal yang menjadi kendala, dan
penyelesaian masalahnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

4
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Good Governance Di Wilayah Sumatera Utara


Beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan antara lain
pengimplementasian kurikulum 2013, peningkatan akses dari jenjang pendidikan anak
usia dini sampai jenjang pendidikan menengah, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan ujian nasional yang
lebih berkualitas, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, penyediaan
sarana dan prasanana pendidikan khususnya penyediaan sarana dan prasana di daerah
tertinggal, terdepan dan terpencil, penyebaran guru yang belum merata, pelestarian dan
pengembangan budaya dan bahasa.

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan mengambil langkah-langkah strategis, baik


berupa perubahan, penyesuaian, dan pembaharuan dalam rangka menjamin tercapainya
kinerja yang lebih baik di masa datang. Dengan ketercapaian tersebut diharapkan visi
terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan untuk membentuk insane
Indonesia yang cerdas dan beradab dapat terealisasi.

Tenaga kependidikan perlu diberdayakan melalui peningkatan kompetensi guru


secara holistik sehingga ada kesamaan persepsi dan tindakan dalam usaha peningkatan
mutu proses pembelajaran. Keikutsertaan dinas pendidikan (pembina dan pengawas) dan
komite sekolah sebagai wakil dari unsur masyarakat merupakan prasyarat untuk
keberhasilan peningkatan mutu pendidikan.

Penyelenggara pendidikan yang baik, pada dasarnya menuntut keterlibatan seluruh


komponen pemangku kepentingan, baik di lingkungan pendididkan/sekolah maupun di
lingkungan masyarakat. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan/sekolah, sangat
dipengaruhi oleh kepedulian dan komitmen Kepala Sekolah dan aparat penyelenggara
pendidikan/sekolah untuk menyelengarakan kependidikan/sekolah yang baik.

Good governance and education yang diartikan sebagai kepemerintahan dan


pendidikan yang baik, adalah pemerintah dan pendidikan yang dekat dengan masyarakat
dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

5
Ada tiga faktor rendahnya mutu pendidikan yaitu : 1) kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production atau input-input
analisis yang tidak consisten; 2) penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik;
3) peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelnggaraan pendidikan
sangat minim (Usman, 2002)

Sesuai UU No.20 Tahun 2003 dalam pasal 9 dinyatakan bahwa ”Masyarakat berhak
berperan serta dalam perencanaan, palaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan”. Keikut sertaan masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk keterlibatan
mereka dalam komite sekolah atau dewan pendidikan daerah. Komite sekolah berhak ikut
serta dalam merumuskan perencanaan pendidikan, kebijakan rektruktutrisasi kurikulum
dalam batas-batas garis besar. Berhak juga mengevaluasi terhadap program dan kebijakan
pengembangan sekolah.

Karakteristik Good governance and education sebagai berikut :

a) Tata pendidikan/sekolah yang berwawasan ke depan (visionary).


b) Tata pendidikan/sekolah yang bersifat terbuka (openness and transparency)
c) Tata pendidikan/sekolah yang mendorong partisipasi masyarakat (participation)
d) Tata pendidikan/sekolah yang bertanggung jawab / bertanggung gugat
(accountability)
e) Tata pendidikan/sekolah yang menjunjung supremasi hukum (rule of law)
f) Tata pendidikan/sekolah yang demokratis dan berorientasi pada konsesnsus
(democracy)
g) Tata pendidikan/sekolah yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi
(profesinalism and competency)
h) Tata pemerintah yang cepat tanggap (responsiveness)
i) Tata pemerintahan yang menggunakan struktur dan sumber daya secara efisien dan
efektif (efficiency and effectiveness)
j) Tata pendidikan/sekolah yang desentralisasi (decentralizations)
k) Tata pendidikan/sekolah yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta dan
masyarakat (private sector and civil society)
l) Tata pendidikan/sekolah yang memiliki komitmen pada pengurangan kesenjangan
(commitment to reduce inequality)

6
m) Tata pendidikan/sekolah yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup
(commitment to environmentsl protection)
n) Tata pendidikan/sekolah yang memiliki komitmen pada pasar (commitment to fair
market).

4.2 Penerapan Good Governance Di Kota Madiun Wilayah Jawa Timur


Dinas Pendidikan Kota Madiun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan Dinas
Pendidikan yang lain yaitu untuk melayani masyarakat, namun bukan berarti program-
program yang dibuat selalu sama dengan Dinas Pendidikan yang lain. Pelaksanaan kebijakan
Dinas Pendidikan Kota Madiun ini tentu tidak lepas dari visi yang telah disusun yaitu
“Terwujudnya Insan yang Cerdas, Sehat dan Berakhlak Mulia”. Visi tidak dapat berjalan
sendiri tanpa adanya misi, untuk mendukung terlaksananya visi Dinas Pendidikan Kota
Madiun maka disusun misi sebagai berikut. (1) Peningkatan perluasan akses pelayanan
pendidikan yang merata dan berkualitas (2) Mewujudkan masyarakat gemar belajar, bekerja
dan berusaha (3) Meningkatkan peran serta generasi muda dalam pembangunan dan prestasi
olahraga (4) Mewujudkan pelestarian nilai-nilai seni dan budaya

Penerapan prinsip-prinsip good governance merupakan bagian dari implementasi dari


keempat misi yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kota Madiun. Penerapan prinsip good
governance ini di perlukan untuk mencapai misi yang telah di tetapkan secara maksimal.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, pelayanan perluasan pendidikan akan
berjalan lebih maksimal.

Prinsip-prinsip good governance menekankan kepada partisipasi masyarakat dan


pertanggung jawaban atas kebijakan yang dikeluarkan. Misi Dinas Pendidikan Kota Madiun
yang ingin meningkatkan peran serta generasi muda dalam pembangunan ini merupakan
bentuk penerapan prinsip-prinsip good governance.

Dinas Pendidikan dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat melakukan berbagai


upaya. Upaya yang dilakukan ini seperti memberikan sarana atau media bagi masyarakat
untuk memberikan masukan, kritik ataupun saran bagi Dinas Pendidikan Kota Madiun.
Sarana atau media yang bisa di gunakan oleh masyarakat adalah telpon, e-mail dan kotak
saran. Selain itu masyarakat juga bisa datang langsung ke Dinas Pendidikan Kota Madiun.
Masukan yang di berikan masyarakat ini akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan
kebijakan dan bahan evaluasi dalam hal pengawasan. Perkembangan zaman membuat Dinas
Pendidikan semakin berinovasi untuk memberikan pelayanan yang baik. Salah satu hal yang

7
dituntut masyarakat di era modern ini adalah transparansi. Salah satu unsur penting dalam
transparansi adalah kemudahan mengakses informasi.

Kemudahan mengakses informasi akan mebuat masyarakat juga mudah untuk mengakses
dasar hukum sebuah kebijakan. Selain kemudahan menyajikan dasar hukum dan
pertimbangan dalam mengambil sebuah kebijakan. Dinas Pendidikan Kota Madiun juga
transparan di sektor program dan kegiatan yang disertai rincian anggaran. Transparansi
anggaran menjadi sangat penting karena merupakan hal yang sangat sensitif dan sering di
curigai atau di pertanyakan oleh banyak pihak apabila tidak transparan.

4.3 Penerapan Good Governance Di Wilayah Sumatera Barat


Menghadapi Implementasi Otonomi Daerah Pemerintah Daerah Sumatera Barat telah
mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melanjutkan pelaksanaan sosialisasi dalam rangka menyamakan visi dan persepsi


tentang penyelenggraan Otonomi Daerah yang diikuti oleh pejabat propinsi,
Kabupaten/Kota dan masyarakat dengan menghadirkan Nara Sumber dari
Pemerintah Pusat.
2. Mengikuti dan menyelenggrakan seminar/lokakarya/rapat koordinasi dan rapat
kerja baik di tingkat pusat, Propinsi, dan Kabupaten dan Kota.
3. Merumuskan substansi penataan kewenangan kelembagaan (postur organisasi) 3P
(Personil,Perlengkapan, dan Pembiayaan).
4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah, baik di bidang pemerintahan
daerah, pembangunan, maupun kemasyarakatan sesuai dengan potensi dan
kepentingan daerah.
5. Peningkatan kualitas sumber daya kelembagaan pemerintah daerah dan
masyarakat yang berbasis adat istiadat sebagai karakteristik budaya masyarakat
Minangkabau di Sumatera Barat.
6. Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan terhadap lembaga-
lembaga ekonomi, (Koperasi, Pedagang kecil dan besar) lembaga politik, lembaga
hukum, lembaga adat, dan lembaga swadaya masyarakat yang tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Barat.
7. Menjalin dan membangun hubungankerjasama dengan berbagai pihak dalam
rangka mempercepat pertumbuhan pembangunan daerah. Setelah berjalan

8
implementasi Undangundang nomor 22 dan 25 tahun 1999, dipropinsi Sumatera
Barat terdapat berbagai permasalahan, antara lain:
a) Masih kelihatan adanya proses of political interaction, yaitu tarik menarik
kepentingan pusat dan daerah.
b) Munculnya penafsiran sempit yang mengganggap semua kewenangan
pemerintah dapat didesentralisasikan seluruhnya ke daerah, sehingga
munculnya euphoria kekuasaan yang berlebihan yang mengarah kepada
regionalism, ketertutupan dan bahkan individualism.
c) Penafsiran pasal 4 (UU 22/99) yang masih sempit, membuat kurang
seimbangnya hubungan Propinsi dan Kabupaten/kota. Sehingga kurang
terjalin work in partnership, kompatibilitas, etika administras dan sistem
manajemen pemerintahan yang terbuka.
d) Masih kurang terjalinnya hubungan yang bersifat kemitraan anatara
legislative dan eksekutif, yaitu suatu hubungan horizontal dan bukan
vertical, dan terabaikannya check and balance dalam penyelenggaraan
pemerintah.
e) Banyak daerah yang menerapkan daerhisme dalam penempatan personil,
terkadang dalam penempatan personil, dan juga dalam penempatan pejabat
eselonering kurang memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
f) Perkembangan situasi ekonomi yang tidak kondusif, sehingga pendapatan
dan daya beli masyarakat rendah.
g) Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembanguan.

Konsep otonomi atau desentralisasi tidak hanya sekedar penyerahan dan


pelaksanaan urusan, tetapi lebih mendekati makna sesungguhnya ialah pemberian
kewenangan pemerintah. Otonomi daerah merupakan proses desentralisasi
kewenangan yang semula berada di pusat, kemudian diberikan ke daerah secara utuh
dengan tujuan supaya pelayanan lebih dekat kepada masyarakat,, dapat mempercepat
pertumbuhan pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta
mempercepat proses demokratisasi. Inti dari otonomi daerah adalah kebebasan
masyarakat setempat untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri yang bersifat
lokalitas untuk terselenggaranya kesejahteraan. Sistem desentralisasi ini diharapkan
dapat menuju pemerintahan yang baik (good governance).

9
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Mini Riset ini adalah :

Beberapa permasalahan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan antara lain


pengimplementasian kurikulum 2013, peningkatan akses dari jenjang pendidikan anak
usia dini sampai jenjang pendidikan menengah, peningkatan mutu pendidikan,
peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan, pengelolaan ujian nasional yang
lebih berkualitas, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, penyediaan
sarana dan prasanana pendidikan khususnya penyediaan sarana dan prasana di daerah
tertinggal, terdepan dan terpencil, penyebaran guru yang belum merata, pelestarian dan
pengembangan budaya dan bahasa.

5.2 Saran

Selaku penulis Mini Riset ini, kami menyadari masih banyaknya kesalahan baik
dalam penyampaian atau pun pada format penulisan Mini Riset ini. Maka dari itu kami
mengharapkan saran yang bersifat membangun agar kedepannya didapati Mini Riset
yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dasor, Y.W. (2018) IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM MANAJEMEN


BERBASIS SEKOLAH. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio. 10 (02) 137-
273

Dewirahmadanirwati,. (2017) IMPLEMENTATION OF REGIONAL AUTONOMY IN


REALIZING GOOD GOVERNANCEIN THE WEST SUMATERA REGION.
Padang : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) ADABIAH., Jurnal JIPS (Jurnal
Ilmiah Pendidikan Scholastic). Vol. 2 No. 3 (2018) ISSN : 2579-5449

Hasibuan, A. (2017) KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN


KUALITAS PENDIDIKAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Medan : Balitbang
Provsu

Ma’ruf, A., Harmanto (2020) PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI


DINAS PENDIDIKAN KOTA MADIUN. Jurnal Kajian Moral dan
Kewarganegaraan. 08 (03) 1052-1065.

11

You might also like