Professional Documents
Culture Documents
Makalah Tipologi Belajar Anak Didik Dan Cara Memodifikasinya
Makalah Tipologi Belajar Anak Didik Dan Cara Memodifikasinya
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan atau persekolahan kita di Indonesia jenis – jenis belajar
sudah banyak dikenal. Akhir – akhir ini timbul pikiran baru pendidikan di sekolah yaitu
guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa. Pemikiran
itu timbul mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar mana yang paling
sesuai dalam mengajar, ternyata semuanya gagal karena setiap mengajar afektifitasnya
sangat tergantung pada cara atau gaya siswa belajar disamping sifat pribadi kesanggupan
intelektualnya.
Oleh karena itu, mengetahui gaya belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki
gaya belajar siswa yang kurang baik. Bagi seorang guru adalah suatu usaha yang sangat
penting artinya dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang
berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep
belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak
pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan
pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima
pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang
yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru
(pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi.
Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta
didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara
psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat
indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
1
Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting
adalah metodologi mengajar.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan
mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar
dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar
Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak
menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan,
sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya,
sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki
metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan
tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Dalam mencapai
tujuan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani
siswa
2. Faktor ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
Dengan memperhatikan beberapa factor di atas kita dapat melakukan berbagai
pendekatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tipologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tipologi adalah ilmu watak tentang bagian
manusia dalam golongan – golongan menurut corak watak masing – masing.[1] Tipologi
belajar yang dimaksud dalam pokok pembahasan ini diartikan dengan jenis – jenis belajar
dan gaya – gaya belajar.[2]
B. Tipologi Belajar
Beberapa Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :
1. Tipe Belajar Visual.
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata /
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya
lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang
berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
- Bicara agak cepat
- Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
- Tidak mudah terganggu oleh keributan
- Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
- Lebih suka membaca dari pada dibacakan
- Pembaca cepat dan tekun
- Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
- Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
- Lebih suka musik dari pada seni
- Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali
minta bantuan orang untuk mengulanginya
-
Mengingat dengan Asosiasi Visual.
2. Tipe Belajar Auditif.
3
Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke
alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli,
walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang
tepat.
Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :
- Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
- Penampilan rapi
- Mudah terganggu oleh keributan
- Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
- Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
- Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
- Biasanya ia pembicara yang fasih
- Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
- Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
- Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti
memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
- Berbicara dalam irama yang terpola
- Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.
4
- Menyukai permainan yang menyibukkan
- Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
- Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi
5
jenis proses atau hasil belajar yang harus dicapai siswa itu dapat dibagi dalam tiga kategori
yaitu jenis belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
Robert M. Gagne mengembangkan jenis – jenis belajar tersebut secara lebih luas menjadi
lima kategori, sebagaimana yang diuraikan dalam bukunya yang terkenal The Conditions of
Learning, yaitu:
1. Belajar Informasi Verbal
2. Belajar Kemahiran Intelektual
3. Belajar Pengaturan Kegiatan Kognitif atau Intelektual
4. Belajar Sikap
5. Belajar Keterampilan Motorik.[3]
6
b. Konsep
Konsep atau pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah objek atau benda
yang mempunyai ciri – ciri yang sama. Konsep ini dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Konsep Konkrit
Konsep konkrit ialah pengertian yang menunjuk kepada objek-objek dalam lingkungan
fisik. Konsep ini diperoleh melalui pengamatan terhadap lingkungan hidup yang berwujud
nyata.
2) Konsep yang harus didefinisikan
Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi
tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu
tidak berwujud dan tidak dapat diamati secara langsung.
c. Kaidah
Kaidah ialah pengungkapan dari hubungan antara beberapa konsep, ungkapan itu
biasanya dalam bentuk bahasa/kalimat.
d. Prinsip
Prinsip ini terjadi melalui kombinasi dari beberapa kaidah. Prinsip merupakan
kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih komplek. Berdasarkan prinsip yang dipegang
(sebagai landasan berpikir atau bertindak).
7
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian
gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan
anggota tubuh secara terpadu.
5. Belajar Sikap
Sikap merupakan faktor internal yang sangat berperan dalam mengambil tindakan atau
perbuatan, apalagi bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau berbuat.[4]
D. Gaya Belajar
Akhir-akhir ini timbul pikiran baru dalam pendidikan di sekolah, yaitu guru dalam
mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa. Pemikiran itu timbul
mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar mana yang paling sesuai untuk
mengajar efektifitasnya akan sangat tergantung pada cara atau gaya siswa belajar di
samping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya.[5]
Oleh karena itu mengetahi gaya belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki gaya
belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah merupakan suatu usaha yang
sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.
8
konsep-konsep dari informasi yang diterimanya agar dapat dikenali atau dipahami secara
bulat atau utuh.
Sedangkan pada gaya belajar Receptive, kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran
dilakukan dengan menerima informasi (yang disampaikan guru atau disajikan oleh buku)
secara detail, tanpa berusaha untuk membulatkan atau mengorganisir konsep-konsep
informasi yang diterimanya.
9
a. Memperbaiki Gaya Belajar Field Dependence
Tujuan modifikasi gaya belajar Field Dependence ini ialah agar siswa secara berangsur-
angsur mau belajar sendiri atau mandiri tidak harus diperintah atau disuruh untuk belajar
oleh guru atau oleh orang tua.
Cara yang harus dilakukan guru adalah:
1) Dalam setiap mengajar guru harus selalu membangkitkan mitivasi intrinsik kepada diri
siswa.
2) Setiap selesai mengajar guru harus memberikan tugas resitasi atau pekerjaan rumah.
3) Upayakanlah performance dan tindakan atau perlakuan guru dalam mengajar dapat
membantu membangkitkan minat siswa kepada pelajaran.
4) Usahakanlah agar setiap siswa dalam belajar memperoleh kepuasan melalui prosedur
didaktis pedagogis yang memungkinkan.
10
1) Ingatkan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa dalam menyerap pelajaran.
2) Dengarkan dulu baik-baik informasi atau penjelasan guru kemudian disusun dan dipikirkan
dengan baik untuk dipahami.
3) Seperti halnya cara memperbaiki gaya Receptive, dalam memperbaiki gaya Impulsive iini
guru dalam mengajar harus membuat kerangka atau skema uraian dipapan tulis dan setiap
selesai mengajar bagian – bagian pelajaran harus disusul dengan mengajukan pertanyaan
untuk mencek kemampuan/keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran.
Semua cara modifikasi yang disarankan di atas apabila dapat dilaksanakan secara
kontinyu dan terorganisir secara integral dalam pelaksanaannya dapat diharapkan akan
mampu memperbaiki gaya belajar tidak baik pada diri siswa.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat
mengajar.
2. Tipe belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik, melalui observasi agar pendidik
dapat menyesuaikan metode apa yang akan diterapkan pada saat mengajar.
3. Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya :
lingkungan tempat tinggal, keluarga, orang tua, dan sebagainya.
4. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran (pembelajaran) selalu berfikir
bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan,
apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan
kematangan anak, dan sebagainya.
B. Saran
1. Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan tipe belajar siswa agar apa yang
disampaikan dapat dicerna, dikuasai, dan dimengerti oleh peserta didik.
2. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.
3. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.
4. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara antusias untuk
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan , khususnya yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan.
12
DAFTAR PUSATAKA
Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Karya Agung, 1996.
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1997.
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008.
http://mrgzone.blogspot.com/2014/10/tipologi-belajar-dan-cara.html
[1] Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Agung, 1996), h. 539.
[2] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. III, h. 95.
[3] Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet. III, h. 122
[4] Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 124.
[5] H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan...h. 101
[6] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. II,
h. 232.
[7] H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Aksara Baru, 1978), h. 224.
13