You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan atau persekolahan kita di Indonesia jenis – jenis belajar
sudah banyak dikenal. Akhir – akhir ini timbul pikiran baru pendidikan di sekolah yaitu
guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa. Pemikiran
itu timbul mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar mana yang paling
sesuai dalam mengajar, ternyata semuanya gagal karena setiap mengajar afektifitasnya
sangat tergantung pada cara atau gaya siswa belajar disamping sifat pribadi kesanggupan
intelektualnya.

Oleh karena itu, mengetahui gaya belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki
gaya belajar siswa yang kurang baik. Bagi seorang guru adalah suatu usaha yang sangat
penting artinya dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang
berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep
belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak
pendidik.
Dalam proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan
pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima
pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang
yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru
(pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi.
Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta
didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara
psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat
indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

1
Tujuan pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut penulis penting
adalah metodologi mengajar.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan
mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar
dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar
Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak
menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan,
sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya,
sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Metodologi mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki
metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan
tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan
pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat terwujud/tercapai. Dalam mencapai
tujuan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani
siswa
2. Faktor ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.
Dengan memperhatikan beberapa factor di atas kita dapat melakukan berbagai
pendekatan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tipologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tipologi adalah ilmu watak tentang bagian
manusia dalam golongan – golongan menurut corak watak masing – masing.[1] Tipologi
belajar yang dimaksud dalam pokok pembahasan ini diartikan dengan jenis – jenis belajar
dan gaya – gaya belajar.[2]

B. Tipologi Belajar
Beberapa Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :
1. Tipe Belajar Visual.
Bagi siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata /
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya
lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang
berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung
pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
- Bicara agak cepat
- Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
- Tidak mudah terganggu oleh keributan
- Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
- Lebih suka membaca dari pada dibacakan
- Pembaca cepat dan tekun
- Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
- Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
- Lebih suka musik dari pada seni
- Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali
minta bantuan orang untuk mengulanginya
-
Mengingat dengan Asosiasi Visual.
2. Tipe Belajar Auditif.

3
Siswa yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke
alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan kepada siswa tuli,
walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas dan dengan intonasi yang
tepat.
Ciri-ciri Tipe Belajar Auditif :
- Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
- Penampilan rapi
- Mudah terganggu oleh keributan
- Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
- Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
- Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
- Biasanya ia pembicara yang fasih
- Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
- Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
- Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti
memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
- Berbicara dalam irama yang terpola
- Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.

3. Tipe Belajar Kinestetik.


Siswa yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri Tipe Belajar
Kinestetik :
- Berbicara perlahan
- Penampilan rapi
- Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
- Belajar melalui memanipulasi dan praktek
- Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
- Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
- Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
- Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

4
- Menyukai permainan yang menyibukkan
- Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
- Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi

4. Tipe Belajar Taktil.


Taktil artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil pendidikannya
melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.
Contoh : mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk).

5. Tipe Belajar Olfaktoris.


Keberhasilan siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa
ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan.
Siswa tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium

6. Tipe Belajar Gustative.


Siswa yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan
belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami apa
yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.

7. Tipe Belajar Kombinatif.


Siswa bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan
menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata dan
telinga sekaligus ketika belajar.

C. Jenis – Jenis Belajar


Dalam dunia pendidikan atau persekolahan kita di Indonesia, jenis – jenis belajar yang
sudah banyak dikenal atau ditekankan dalam kurikulum sekolah ialah jenis-jenis belajar
yang dikemukakan oleh Bloom yang dikenal dengan “Taksonomi Bloom”. Menurut Bloom

5
jenis proses atau hasil belajar yang harus dicapai siswa itu dapat dibagi dalam tiga kategori
yaitu jenis belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
Robert M. Gagne mengembangkan jenis – jenis belajar tersebut secara lebih luas menjadi
lima kategori, sebagaimana yang diuraikan dalam bukunya yang terkenal The Conditions of
Learning, yaitu:
1. Belajar Informasi Verbal
2. Belajar Kemahiran Intelektual
3. Belajar Pengaturan Kegiatan Kognitif atau Intelektual
4. Belajar Sikap
5. Belajar Keterampilan Motorik.[3]

1. Belajar Informasi Verbal


Belajar Informasi Verbal ialah belajar untuk memperoleh pengetahuan yang dimiliki
dengan menggunakan bentuk bahasa lisan atau tertulis. Informasi verbal merupakan
pengetahuan yang penting artinya bagi kehidupan manusia dengan informasi verbal inilah
kita dapat berkomunikasi dengan orang lain dan dapat mengatur kehidupan sehari – hari.
Apabila dihubungkan dengan konsep Bloom, informasi verbal ini termasuk aspek
kognitif: pengetahuan fakta atau ingatan. Di sekolah, pengetahuan fakta atau informasi
verbal ini dapat dipelajari atau diperoleh dari berbagai bidang studi, sehingga siswa
memiliki seperangkat pengetahuan yang berguna untuk hidupnya.

2. Belajar Kemahiran Intelektual


Lemahiran intelektual ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
disekitarnya dan dengan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep
dan berbagai lambang atau simbol (huruf, angka, kata, gambar) ada 4 sub kemampuan
intelektual yang diturutkan secara hierarkis sebagai berikut :
a. Persep
Persep ialah hasil mental dari pengamatan. Persep ini berupa kemampuan
mengadakan diskriminasi. Dengan pengamatan orang mengadakan diskriminasi antara
benda – benda baik dari segi bentuk, warna, ukuran dan sebagainya, sehingga orang dapat
membedakan berbagai benda atau hal dari ciri-ciri fisiknya yang berlainan.

6
b. Konsep
Konsep atau pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah objek atau benda
yang mempunyai ciri – ciri yang sama. Konsep ini dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Konsep Konkrit
Konsep konkrit ialah pengertian yang menunjuk kepada objek-objek dalam lingkungan
fisik. Konsep ini diperoleh melalui pengamatan terhadap lingkungan hidup yang berwujud
nyata.
2) Konsep yang harus didefinisikan
Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi
tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu
tidak berwujud dan tidak dapat diamati secara langsung.
c. Kaidah
Kaidah ialah pengungkapan dari hubungan antara beberapa konsep, ungkapan itu
biasanya dalam bentuk bahasa/kalimat.

d. Prinsip
Prinsip ini terjadi melalui kombinasi dari beberapa kaidah. Prinsip merupakan
kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih komplek. Berdasarkan prinsip yang dipegang
(sebagai landasan berpikir atau bertindak).

3. Belajar pengaturan Kegiatan Kognitif/Intelektual


Pengaturan kegiatan intelektual ialah kemampuan untuk mengatur aktifitas inteleknya
sendiri. Gagne menyebut kegiatan intelektual atau kognitif dengan “Cognitive strategy”
yaitu sebagai cara menangani aktifitas belajar dan berfikir sendiri. Kemampuan mengatur
kegiatan kognitif pada diri sendiri ini mempunyai kegunaan yang luas sekali. Makin mampu
seseorang dalam hal ini, akan makin baik pula hasil pemikiran mereka dalam
menghadapi/memecahkan setiap masalah.

4. Belajar Keterampilan Motorik


Keterampilan ini disebut “ motorik” karena keterampilan ini melibatkan secara langsung
otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian.

7
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan serangkaian
gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan
anggota tubuh secara terpadu.

5. Belajar Sikap
Sikap merupakan faktor internal yang sangat berperan dalam mengambil tindakan atau
perbuatan, apalagi bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau berbuat.[4]

D. Gaya Belajar
Akhir-akhir ini timbul pikiran baru dalam pendidikan di sekolah, yaitu guru dalam
mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa. Pemikiran itu timbul
mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar mana yang paling sesuai untuk
mengajar efektifitasnya akan sangat tergantung pada cara atau gaya siswa belajar di
samping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya.[5]
Oleh karena itu mengetahi gaya belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki gaya
belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah merupakan suatu usaha yang
sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.

1. Gaya Belajar Siswa pada Permulaan Belajar


Gaya belajar ini ada dua macam, yaitu: Field Dependence dan Field Independence. Gaya
belajar Field Dependence ialah gaya belajar siswa yang mau memulai belajar apabila ada
pengaruh atau perintah dari orang lain (guru atau orang tua). Sebaliknya, pada gaya belajar
Field Independence, siswa mau belajar secara mandiri tanpa harus disuruh atau dipengaruhi
orang lain. Gaya belajar independence inilah yang sebaiknya terjadi pada setiap permulaan
belajar.

2. Gaya Belajar Siswa dalam Menerima Pelajaran


Ada dua macam gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran, yaitu: gaya Preceptive
dan gaya Receptive. Gaya belajar Preceptive ialah kecenderunga siswa dalam menerima
pelajaran atau informasi atau dalam mengumpulkan informasi dalam belajar dilakukan
dengan beraturan yaitu dengan mengadakan organisasi atau hubungan terhadap hal-hal atau

8
konsep-konsep dari informasi yang diterimanya agar dapat dikenali atau dipahami secara
bulat atau utuh.
Sedangkan pada gaya belajar Receptive, kecenderungan siswa dalam menerima pelajaran
dilakukan dengan menerima informasi (yang disampaikan guru atau disajikan oleh buku)
secara detail, tanpa berusaha untuk membulatkan atau mengorganisir konsep-konsep
informasi yang diterimanya.

3. Gaya Belajar Siswa dalam Menyerap Pelajaran


Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua macam, yaitu gaya Impulsive
dan gaya Reflective. Gaya belajar Impulsive ialah gaya siswa dalam menyerap pelajaran
cenderung untuuk cepat – cepat mengmbil keputusan tanpa memikirkan secara mendalam
untuk memahami konsep – konsep informasi yang telah diterimanya. Sebaliknya siswa yang
bergaya Reflective dalam menyerap pelajaran mereka akan mempertimbangkan atau
memikirkan semua konsep informasi yang telah diterimanya terlebih dahulu sebelum
diambil keputusan atau dipahami.

4. Gaya Belajar Siswa dalam Memecahkan Masalah


Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab soal/permasalahan yang diajukan
guru, ada dua macam, yaitu; gaya Intuitive dan gaya Sistimatis. Pada gaya intuitif siswa
dalam memecahkan atau menjawab soal dilakukan hanya secara intuisi atau menutup
perasaannya saja. Sedangkan bagi siswa yang sistimatis gaya belajarnya dalam menjawab
permasalahan tidak dilakukan secara trial and error, tetapi dengan cara sistematis yaitu
dimulai dengan melihat stuktur masalahnya, kemudian jawaban yang paling tepat untuk
menjawab masalah.[6]

E. Modifikasi Gaya Belajar Siswa


Sebagaimana telah diuraikan di atas, ada beberapa gaya belajar yang baik yang perlu
dipupuk dan dilestarikan serta ada pula gaya belajar siswa yang kurang baik yang perlu
segera dimodifikasi oleh guru.
Gaya belajar siswa yang perlu diperbaiki atau dimodofikasi tersebut adalah gaya
belajar: Field Dependence dalam memulai belajar; gaya belajar Receptive dalam menerima
pelajaran, gaya belajar intuitive dalam menjawab atau memecahkan masalah.

9
a. Memperbaiki Gaya Belajar Field Dependence
Tujuan modifikasi gaya belajar Field Dependence ini ialah agar siswa secara berangsur-
angsur mau belajar sendiri atau mandiri tidak harus diperintah atau disuruh untuk belajar
oleh guru atau oleh orang tua.
Cara yang harus dilakukan guru adalah:
1) Dalam setiap mengajar guru harus selalu membangkitkan mitivasi intrinsik kepada diri
siswa.
2) Setiap selesai mengajar guru harus memberikan tugas resitasi atau pekerjaan rumah.
3) Upayakanlah performance dan tindakan atau perlakuan guru dalam mengajar dapat
membantu membangkitkan minat siswa kepada pelajaran.
4) Usahakanlah agar setiap siswa dalam belajar memperoleh kepuasan melalui prosedur
didaktis pedagogis yang memungkinkan.

b. Mempengaruhi Gaya Belajar Receptive


Tujuan memodifikasi gaya belajar Receptive ini ialah agar siswa dalam menerima
pelajaran jangan diingat secara detail, tetapi harus diorganisir agar dapat dikenali atau
dipahami secara bulat.
Cara memodifikasinya adalah:
1) Dalam setiap mengajar guru harus membuat kerangka uraian atau skema pelajaran yang
akan disampaikan.
2) Perlu diingatkan kepada siswa agar jangan menerima pelajaran secara detail, tetapi
diorganisir atau dibulatkan.
3) Uraikanlah penjelasan-penjelasan guru dengan lambat-lambat agar dapat diikuti de ngan
baik oleh siswa.
4) Setiap selesai menguraikan bagian-bagian inti pelajaran guru harus mengajukan pertanyaan
untuk mencek penguasaan atau pemahaman informasi yang telah disampaikan.

c. Memperbaiki Gaya Belajar yang Impulsive


Tujuan memperbaiki gaya belajar ini ialah agar siswa dalam menyerap pelajaran
jangan dihafal seluruhnya tetapi harus dipahami.Cara yang harus dilakukan oleh guru dalam
memperbaiki gaya impulsive ini ialah:

10
1) Ingatkan kepada siswa agar jangan tergesa-gesa dalam menyerap pelajaran.
2) Dengarkan dulu baik-baik informasi atau penjelasan guru kemudian disusun dan dipikirkan
dengan baik untuk dipahami.
3) Seperti halnya cara memperbaiki gaya Receptive, dalam memperbaiki gaya Impulsive iini
guru dalam mengajar harus membuat kerangka atau skema uraian dipapan tulis dan setiap
selesai mengajar bagian – bagian pelajaran harus disusul dengan mengajukan pertanyaan
untuk mencek kemampuan/keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran.

d. Memperbaiki Gaya Belajar Intuitif


Tujuan memperbaiki gaya belajar intuitif ini ialah agar siswa dalam memecahkan
atau menjawab permasalahan jangan secara trial and error, tetapi terbiasa untuk menjawab
masalah secara sistematis. Cara memperbaikinya ialah:
1) Ingatkan kepada siswa agar jangan menjawab pertanyaan menurut perasaann atau bisikan
hati saja.
2) Dengar, simak dulu permasalahan yang diajukan dengan sebaik – baiknya, perhatikan
stuktur masalahnya yang perlu dijawab.
3) Kumpulkan data atau alternatif jawaban yang mungkin berkaitan dengan struktur
permasalahan.
4) Tentukan jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang paling tepat.[7]

Semua cara modifikasi yang disarankan di atas apabila dapat dilaksanakan secara
kontinyu dan terorganisir secara integral dalam pelaksanaannya dapat diharapkan akan
mampu memperbaiki gaya belajar tidak baik pada diri siswa.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktekkan pada saat
mengajar.
2. Tipe belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik, melalui observasi agar pendidik
dapat menyesuaikan metode apa yang akan diterapkan pada saat mengajar.
3. Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya :
lingkungan tempat tinggal, keluarga, orang tua, dan sebagainya.
4. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran (pembelajaran) selalu berfikir
bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan,
apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan
kematangan anak, dan sebagainya.

B. Saran
1. Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan tipe belajar siswa agar apa yang
disampaikan dapat dicerna, dikuasai, dan dimengerti oleh peserta didik.
2. Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta didiknya.
3. Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar yang bervariasi.
4. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara antusias untuk
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan , khususnya yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan.

12
DAFTAR PUSATAKA

Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Karya Agung, 1996.

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007.

Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1997.

Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008.

H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Aksara Baru, 1978.

http://mrgzone.blogspot.com/2014/10/tipologi-belajar-dan-cara.html

[1] Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Karya Agung, 1996), h. 539.
[2] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. III, h. 95.
[3] Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet. III, h. 122
[4] Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 124.
[5] H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan...h. 101
[6] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. II,
h. 232.
[7] H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Aksara Baru, 1978), h. 224.

13

You might also like