You are on page 1of 2

PENINGGALAN SEJARAH KERAJAAN YANG ADA DI NUSANTARA

Masjid Raya Baiturrahman, Aceh

Masjid Raya Baiturrahman merupakan


peninggalan Kerajaan Aceh yang menjadi
simbol agama, budaya, dan perjuangan
masyarakat Aceh. Pasalnya, masjid ini
tidak hanya menjadi pusat kegiatan
keagamaan dan saksi kejayaan Kerajaan
Aceh, tetapi juga pernah dijadikan markas
pertahanan terhadap serangan para
penjajah. Masjid Raya Baiturrahman
dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, raja
Aceh periode 1607-1636, pada 1612 M. Dalam sejarahnya, masjid ini sempat dibakar
Belanda, tetapi dapat selamat ketika diterjang dahsyatnya tsunami 2004. Sejarah Masjid Raya
Baiturrahman Beberapa sumber sejarah menyebut bahwa Masjid Raya Baiturrahman
didirikan pada 1612, semasa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-
1636 M). Akan tetapi, ada pula yang meyakini bahwa masjid ini telah dibangun lebih awal,
yakni oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada 1292. Terlepas dari perbedaan tahun
pembangunannya, bangunan asli Masjid Raya Baiturrahman sempat terbakar pada masa
pemerintahan Sultan Nurul Alam (1675-1678). Sebagai gantinya, dibangunlah masjid baru di
lokasi yang sama. Karena posisinya yang sangat strategis, sebagian bangunan Masjid Raya
Baiturrahman pernah dibakar Belanda pada 10 April 1873. Untuk meluluhkan hati rakyat
Aceh yang murka, Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali
masjid agung yang baru.

Peletakan batu pertama pembangunan kembali masjid ini dilakukan pada 9 Oktober 1879
oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Pembangunan Masjid Raya Baiturrahman selesai pada 27
Desember 1881 dan diresmikan saat itu juga. Sejak diresmikan, tidak sedikit rakyat Aceh
yang menolak untuk beribadah di masjid ini karena dibangun oleh Belanda. Kendati
demikian, kini Masjid Raya Baiturrahman menjadi kebanggaan tersendiri bagi Banda Aceh.
Ketika selesai dibangun oleh Belanda pada 1881, masjid ini memiliki satu kubah dan satu
menara. Kubah dan menara lainnya ditambahkan pada 1935, 1958, dan 1982. Saat ini, Masjid
Raya Baiturrahman memiliki tujuh kubah dan delapan menara. Pasca tsunami Aceh 2004,
masjid ini kembali direnovasi karena mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah pada
beberapa bangunannya. Fungsi Masjid Raya Baiturrahman Sepanjang sejarahnya, kegunaan
Masjid Raya Baiturrahman sangat banyak, tidak terbatas untuk kegiatan keagamaan saja.
Pada periode pemerintahan Sultan Iskandar Muda misalnya, masjid ini digunakan sebagai
tempat menyiarkan agama Islam. Bahkan pada masa itu, tidak hanya penuntut ilmu dari
warga lokal yang datang ke masjid ini, tetapi juga para pendatang dari Melayu, Persia, Arab,
dan Turki. Pada masa penjajahan, Masjid Raya Baiturrahman digunakan sebagai tempat
ibadah dan markas pertahanan terhadap serangan musuh. Fungsi tersebut sangat terasa
semasa Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah (1870-1874 M).

Di masjid ini sering pula diadakan musyawarah besar untuk membicarakan strategi
penyerangan dan kemungkinan serangan Belanda terhadap Kerajaan Aceh. Oleh karena itu,
Masjid Raya Baiturrahman menjadi sasaran serangan Belanda hingga akhirnya terbakar.
Ketika terjadi bencana tsunami 2004, masjid ini digunakan sebagai tempat penampungan
sementara bagi para pengungsi. Saat ini, Masjid Raya Baiturrahman mempunyai beragam
fungsi selain digunakan untuk shalat, yakni sebagai tempat mengadakan pengajian,
perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram,
dan salah satu obyek wisata religi di Aceh. Arsitektur Masjid Raya Baiturrahman Arsitek
yang merancang Masjid Raya Baiturrahman yang baru adalah seorang kapten angkatan darat
Belanda bernama Gerrit van Bruins. Untuk menentukan arsitektur masjid, ia juga
berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid Bandung. Ciri khas Masjid
Raya Baiturrahman adalah memakai gaya arsitektur Mughal, ditandai dengan bangunanya
yang memiliki menara dan kubah besar, seperti Taj Mahal di India. Keunikan lain masjid ini
terlihat pada pintunya, yaitu berupa tiga pintu besar yang terbuat dari kayu dan dihiasi banyak
ornamen. Selain itu, interior ciri khas Masjid Raya Baiturrahman dihiasi dengan dinding dan
pilar ber-relief, tangga marmer dan lantai dari China, serta kaca patri dari Belgia.

You might also like