You are on page 1of 12

Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.

2, Desember 2016

Hubungan Psychological Well-Being dengan


Loneliness pada Mahasiswa yang Merantau

Relationship between Psychological Well-Being and


Loneliness among Overseas Student
Cindy Frencya Halim 1& Agoes Dariyo2
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
JL Letjen S Parman,No. 1 Jakarta Barat 11440
Email: cindy.frencya@ymail.com; agoesd@fpsi.untar.ac.id

KATA KUNCI kesejahteraan psikologis, kesepian, mahasiswa rantau


KEYWORDS psychological well-being, loneliness, overseas student
ABSTRAK Pada zaman sekarang, banyak mahasiswa merantau demi
menempuh pendidikan yang lebih baik. Hal tersebut terjadi
karena penyebaran pendidikan yang belum merata di Indonesia,
pendidikan yang baik banyak terdapat di Pulau Jawa.
Perpindahan ke lingkungan baru dapat menyebabkan mahasiswa
tersebut mengalami perasaan loneliness. Pada beberapa
penelitian sebelumnya, terlihat adanya hubungan pada
psychological well-being dengan loneliness. Jadi penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan antara psychological well-
being dengan loneliness pada subyek yang berbeda yaitu
mahasiswa rantau. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan teknik pengambilan data accidental sampling. Subyek
penelitian ini adalah mahasiswa rantau berusia 18-21 tahun di
Jakarta. Alat ukur penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuisioner psychological well-being berdasarkan skala Ryff dan
alat ukur loneliness. Kuisioner dibagikan kepada 405 orang
responden dengan laki-laki sebanyak 108 orang dan perempuan
297 orang yang mewakili mahasiswa yang merantau di Jakarta.
Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan SPSS 22.00
ditemukan bahwa korelasi antara psychological well-being
dengan loneliness (r= -0.659; p=0.000<0.005) yang berarti
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara psychological
well-being dengan loneliness. Setiap dimensi psychological well-
being juga memiliki hubungan yang negatif dan signifikan
terhadap loneliness.

ABSTRACT At recent days, many overseas students study in Java island


because education quality in Java is better than other islands in
Indonesia. Moving to the new place can possibly made someone
become loneliness. In previous research, there was relationship
between psychological well-being and loneliness. Hence, the aim
of this research was to investigate the relationship between
psychological well-being and loneliness especially among
overseas students. This research was quantitative research using
accidental sampling technique for the sample of research. The
170
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

sample of this research was 18-21 years old overseas students


who studied in Jakarta. Data were collected with standardized
questionnaire that contained psychological well-being scale by
Ryff and loneliness scale. The questionnaires were administrated
to 405 participants comprises 108 male and 297 female
respectively that were randomly selected across University in
Jakarta. The finding of this research indicated that psychological
well-being among overseas student had correlation with loneliness
(correlated range r= -0.659 and p=0.000<0.005). Hence,
psychological well-being has negative correlation with loneliness
and each dimension of psychological well-being also has negative
correlation with loneliness.

PENDAHULUAN dosen yang berkualitas di berbagai


Pada zaman globalisasi ini, banyak daerah. (“Dosen Berkualitas di NTT
mahasiswa yang menempuh Masih Kurang”, 2015).
pendidikan tinggi di luar kampung Data dari Badan Pusat Statistik
halamannya, sehingga mereka harus (2015) menunjukkan bahwa pada
tinggal di luar rumah atau luar daerah periode 2013/2014 Jakarta merupakan
dalam jangka waktu tertentu demi provinsi dengan mahasiswa terbanyak
menyelesaikan pendidikannya atau karena jumlah keseluruhan mahasiswa
disebut dengan istilah mahasiswa di perguruan tinggi negeri maupun
merantau. Mahasiswa adalah orang swasta adalah 1.154.966 mahasiswa.
yang belajar di perguruan tinggi. Untuk tenaga pendidik Badan Pusat
Menurut Kementrian Pendidikan dan Statistik (2015) menyatakan bahwa
Kebudayaan (2015), mahasiswa yang Jakarta menempati posisi ketiga setelah
merantau dapat diartikan sebagai orang provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat
yang belajar di perguruan tinggi yang dengan jumlah tenaga pendidik
terletak di luar daerah asalnya, sebanyak 26.903 orang. Tidak
sehingga mereka harus tinggal di luar meratanya kualitas perguruan tinggi di
rumah dalam jangka waktu tertentu Indonesia menyebabkan banyaknya
untuk menyelesaikan pendidikannya. mahasiswa yang pindah dari kota
. Salah satu alasan mahasiwa asalnya untuk menimba ilmu yang
merantau dikarenakan kualitas lebih baik di wilayah Pulau Jawa.
pendidikan yang belum merata pada Irawati (2013) juga mengatakan
setiap wilayah Indonesia, karena bahwa salah satu alasan merantau
perguruan-perguruan tinggi yang adalah untuk mendapatkan pendidikan
berkualitas masih didominasi oleh yang layak. Pendidikan yang layak
perguruan tinggi di Pulau Jawa (“PT merupakan hak masyarakat Indonesia.
Berkualitas Belum Merata”, 2008). Jika di daerahnya tidak memiliki
Selain itu, data sepuluh perguruan tempat pendidikan yang layak maka
tinggi negeri dan swasta terbaik di individu akan merantau untuk meraih
Indonesia ternyata semuanya terletak cita-citanya. Oleh karena itu, para
di Pulau Jawa. Salah satu penyebabnya perantau sering ditemukan di kampus-
masih kurangnya tenaga pendidik atau kampus di seluruh Indonesia yang

171
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

kebanyakan adalah mahasiswa. beberapa dampak yaitu kesehatan fisik,


Awalnya mereka hanya merantau kesehatan mental, maupun fungsi
untuk menggapai cita-citanya dalam kognitif. Dampak pada kesehatan fisik
hal pendidikan, tetapi akhirnya mereka seperti peningkatan resiko kesehatan
tidak pulang ke daerah asal. Individu kardiovaskular terutama pada dewasa
yang merantau akan tetap tinggal di muda dan juga meningkatkan tekanan
tempat merantau untuk bekerja. darah sistol (keadaan dimana jantung
Pada tahun 2010, Mental Health berdetak atau kontraksi, lalu darah
Foundation menemukan bahwa akan terdorong melalui arteri ke
loneliness lebih banyak terjadi pada seluruh tubuh) pada dewasa tengah.
anak muda dibandingkan orang dewasa Loneliness diasosiasikan dengan
atau orang tua. Berdasarkan survei, gangguan kepribadian dan psikosis,
usia 18-34 tahun lebih sering penurunan performa kognitif,
mengalami kesepian, cemas akan meningkatkan kemungkinan penyakit
perasaan kesepian, dan merasa depresi alzheimer, menghilangkan kontrol
karena kesepian dibandingkan dengan eksekutif, dan meningkatkan gejala
kelompok usia diatas 55 tahun (dalam depresi (Hawkley & Cacioppo, 2010).
Gil, 2014). Selain itu, penelitian Loneliness dapat dialami oleh para
Perlman (dalam Taylor, Peplau, & mahasiswa merantau karena terkait
Sears, 2006) juga menyatakan bahwa dengan psychological well being
loneliness lebih banyak terjadi pada (Cecen dan Cenkseven, 2007; Nanda
remaja dan dewasa awal dibandingkan (2013). Berdasarkan uraian di atas,
individu dengan usia yang lebih tua. mahasiswa yang merantau
Penelitian dari Heinrich dan kemungkinan dapat merasakan
Gullone (Goossens, Klimstra, Luyckx, loneliness karena perubahan
Vanhalst, dan Teppers, 2014) lingkungan yang terjadi. Lalu pada usia
menyatakan bahwa remaja akhir yang emerging adult seperti mahasiswa,
sudah memasuki universitas, memiliki akan lebih rentan mengalami
tingkatan loneliness yang lebih tinggi. loneliness. Namun, faktanya tidak
Hal ini disebabkan karena dewasa awal semua mahasiswa merantau akan
banyak mengalami transisi sosial mengalami loneliness tersebut.
seperti meninggalkan rumah, tinggal Loneliness memiliki berbagai dampak
seorang diri, memasuki masa kuliah, negatif bagi seorang individu,
atau memasuki dunia kerja. Semakin sedangkan psychological well-being
bertambahnya usia maka kehidupan merupakan kehidupan yang positif dan
sosial lebih stabil, kemampuan sosial seimbang. Penelitian dengan kedua
juga lebih baik, dan lebih realistis variabel tersebut pada subyek
dalam ekspektasi tentang hubungan mahasiswa yang merantau masih
sosial (Taylor, Peplau, & Sears, 2006). belum pernah diteliti tepatnya di
Loneliness dapat terjadi di kalangan Indonesia. Oleh karena itu, peneliti
mahasiswa apalagi mahasiswa yang ingin mengetahui hubungan antara
merantau karena tinggal di luar psychological well-being dan
kampung halamannya dan jauh dari loneliness pada mahasiswa yang
orang tua. Loneliness memiliki merantau.

172
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

disebabkan karena individu sedang


Psychological well-being sendiri melainkan karena kurangnya
Ryff (1989) memaparkan bahwa hubungan atau rangkaian hubungan
psychological well-being (atau yang yang dibutuhkan. Loneliness
sering disingkat PWB), merupakan merupakan sebuah respon dari
konstruksi multidimensional yang hilangnya atau ketidakhadirannya
terbentuk dari sikap terhadap hidup sebuah hubungan yang dekat. Definisi
seseorang. Gambaran tentang lain dari loneliness adalah perasaan
karakteristik orang yang memiliki kegelisahan psikologis yang inidividu
kesejahteraan psikologis merujuk pada rasakan ketika hubungan sosial
pandangan Rogers tentang orang yang mengalami kekurangan dalam
mampu berfungsi secara penuh (fully- beberapa aspek penting. Kekurangan
functioning person), pandangan ini dapat berupa secara kuantitatif yaitu
Maslow tentang aktualisasi diri (self kurangnya hubungan atau kualitatif
actualization), pandangan Jung tentang seperti hubungan yang tidak
individuasi, konsep Allport tentang menyenangkan (Taylor, Peplau, &
kematangan, juga sesuai dengan Sears, 2006). Selain itu, menurut
konsep Erikson dalam menggambarkan Myers (2010) loneliness walaupun
individu yang mencapai integrasi kronik atau temporer, adalah kesadaran
dibanding putus asa (integrity versus yang menyakitkan bahwa hubungan
despair). Ryff (1989) menjelaskan sosial yang dimiliki kurang berarti atau
bahwa psychological well-being bermakna dibandingkan yang
merupakan suatu konsep yang diharapkan. Weiss (dalam Taylor,
berkaitan dengan apa yang dirasakan Peplau, & Sears, 2006) membagi
individu mengenai aktivitas dalam loneliness menjadi dua tipe, yaitu
kehidupan sehari-hari, serta mengarah emotional loneliness dan social
pada pengungkapan perasaan-perasaan loneliness. Emotional loneliness adalah
pribadi atas apa yang dirasakan oleh kesepian yang disebabkan oleh
individu sebagai hasil dari pengalaman kurangnya atau tidak adanya kelekatan
hidupnya. Enam dimensi intim pada suatu tokoh atau sosok
psychologcical well-being menurut seperti anak kecil dengan orangtuanya
Ryff (dikutip dalam Compton, 2005) atau seorang individu dewasa dengan
adalah self-acceptance (penerimaan pasangannya atau teman dekat.
diri), personal growth (pertumbuhun Sedangkan social loneliness terjadi
diri), positive relations with others ketika individu mengalami perasaan
(relasi yang positif dengan orang lain), kurang dalam integrasi atau
autonomy (otonomi), purpose in life keterlibatan sosial yang dapat
(tujuan dalam hidup), dan diperoleh dari teman atau teman kerja
environmental mastery (penguasaan (Taylor, Peplau, & Sears, 2006).
diri). Miller, Pelpman, dan Brehm (2007)
Loneliness menyebutkan bahwa terdapat empat
Weiss (dalam Sønderby & penyebab loneliness yaitu kekurangan
Wagoner, 2013) menyatakan bahwa dalam hubungan, perubahan yang
loneliness adalah suatu kondisi bukan diinginkan dari sebuah hubungan,

173
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

atribusi kausal, dan perilaku berjenis kelamin perempuan sebanyak


interpersonal. 297 orang (73,3%). Dengan demikian
Emerging adulthood jumlah keseluruhan responden pada
Menurut Arnett (dalam Santrock, penelitian ini adalah sebanyak 405
2008) transisi dari masa remaja ke responden.
masa dewasa disebut dengan emerging
adulthood, yang terjadi pada usia 18- Teknik Pengambilan Data
25 tahun. Pada masa perkembangan Penelitian ini menggunakan teknik
ini, individu sedang mengeksplorasi pengambilan sampel non-probabilitas
jalan karir, identitas, dan gaya hidup. sampling. Jenis penarikan sampel yang
Begitupun menurut Kail dan digunakan adalah accidental sampling
Cavanaugh (2013) yang menjelaskan yaitu sampel diambil secara kebetulan
juga bahwa emerging adulthood adalah tanpa direncanakan oleh peneliti. Jadi,
periode antara remaja akhir dan usia siapapun yang ditemukan peneliti
20-an ketika individu bukan lagi dapat dijadikan sampel jika sesuai
remaja namun juga bukan dewasa. dengan kriteria subyek penelitian.
Pada masa ini, selain mengeksplor
karir dan dentitas diri, individu juga Alat Ukur Penelitian
mengeksplor komitmen. Lima Dalam penelitian ini digunakan dua
karakteristik emerging adulthood alat ukur yaitu untuk mengukur tingkat
menurut Arnett (dalam Santrock, 2008) loneliness dan psychological well-
yaitu eksplorasi identitas, instability, being. Alat ukur loneliness dibuat
self-focused, feeling in-between, dan sendiri oleh peneliti agar sesuai dengan
age of possibilities. konteks penelitian. Alat ukur memiliki
27 butir pertanyaan yang mewakili
Hipotesis perasaan loneliness. Sedangkan alat
Hipotesis dari penelitian ini adalah ukur psychological well-being
terdapat hubungan antara menggunakan alat ukur dari Ryff
psychological well-being dengan (1989) dengan 42 butir pernyataan
loneliness pada mahasiswa yang yang juga diterjemahkan ke bahasa
merantau. Indonesia. Alat ukur PWB mengukur
enam dimensi PWB yaitu self-
METODE PENELITIAN acceptance, personal growth, relasi
Karakteristik dan Jumlah Subyek yang positif dengan orang lain,
Penelitian autonomy, tujuan dalam hidup, dan
Subyek penelitian ini memiliki environmental mastery. Pengukuran
karakteristik, yaitu mahasiswa rantau, dilakukan pada mahasiswa rantau
berjenis kelamin pria atau wanita tahun pertama sesuai dengan metode
dengan rentang usia kira-kira 18-21 penelitian kuantitatif. Penulis memakai
tahun yang sedang menempuh masa skala likert untuk melakukan proses
studi di sebuah universitas di Jakarta. penelitian. Skala likert sendiri adalah
Jumlah responden yang berjenis skala dengan lima pilihan jawaban
kelamin laki-laki sebanyak 108 orang yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), AS
(26,7%) dan jumlah responden yang (agak sesuai), TS (tidak sesuai), STS

174
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

(sangat tidak sesuai), yang digunakan ANALISIS DAN HASIL


untuk mengukur sikap, pendapat, atau Sebelum melakukan analisis data
persepsi seseorang atau sekelompok utama, yang pertama dilakukan
individu mengenai suatu fenomena. terlebih dahulu uji normalitas dan uji
Adapun reliabilitas kuisioner linearitas. Untuk uji normalitas
psychological well-being: dimensi 1 menggunakan uji Kolmogorov-smirnov
(otonomi) dengan alpha cronbach () dengan nilai z=0.614 dan
= 0.726; dimensi 2 (pertumbuhan diri) p=0.846>0.05 yang menunjukkan data
dengan alpha cronbach () = 0.601; terdistribusi normal. Sedangkan, uji
dimensi 3 (tujuan hidup) alpha linearitas didapatkan data F=0.895 dan
cronbach () = 0.730; dimensi 4 p=0.708>0.05 yang menunjukkan data
(relasi positif) alpha cronbach () = linear. Setelah uji asumsi terpenuhi
0.649; dimensi 5 (penerimaan diri) dengan baik, dilakukan uji data utama
alpha cronbach () = 0.712; dimensi 6 untuk menguji hipotesis penelitian. Uji
(penguasaan lingkungan) alpha korelasi menggunakan uji Pearson
dengan program SPSS versi 22.00.
cronbach () = 0.571. Salah satu item
Pengujian korelasi antara
adalah “Saya berani memberikan
psychological well-being dengan
pendapat saya, walaupun berbeda
loneliness dilakukan dengan
dengan kebanyakan orang”. Lalu
menggunakan perhitungan korelasi
untuk reliabilitas kuisioner loneliness
Pearson. Hasil perhitungan
dengan alpha cronbach () = 0.943.
menunjukkan bahwa r= -0.659 dan
Salah satu item adalah “Saya sulit
p=0.000<0.05. Dengan demikian
mempunyai teman yang cocok dengan
terdapat hubungan negatif dan
saya”.
signifikan antara psychological well-
being dengan loneliness. Hal ini berarti
Pengolahan dan Teknik Analisis
semakin tinggi psychological well-
Data
being maka kecenderungan mahasiswa
Sebelum dilakukan analisis data
untuk memiliki perasaan loneliness
utama, perlu dilakukan uji asumsi,
semakin rendah. Demikian pula
yaitu: uji normalitas dan uji linearitas
sebaliknya semakin rendah
terlebih dahulu. Bila terpenuhi uji
psychological well-being semakin
asumsi, maka dilanjutkan dengan uji
tinggi mahasiswa untuk memiliki
hipotesis. Analisis data menggunakan
perasaan loneliness.
program komputer SPSS versi 22.00
Selanjutnya dilakukan uji korelasi
dengan jenis penelitian korelasi untuk
antara setiap dimensi psychological
mengetahui apakah terdapat hubungan
well-being dengan loneliness.
loneliness dengan psychological well-
Pengujian korelasi menggunakan
being secara signifikan atau tidak.
perhitungan korelasi Pearson. Hasil
Metode yang digunakan adalah metode
analisa data menunjukkan bahwa
korelasi Pearson.
seluruh dimensi dalam psychological
well-being mempunyai hubungan
negatif dan signifikan dengan perasaan
loneliness. Dimensi otonomi

175
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

berkorelasi dengan loneliness 0.000<0.05, dimensi penerimaan diri


dibuktikan dari data r = -0.162 dan p= dengan loneliness dibuktikan dari data
0.001<0.05, dimensi pertumbuhan diri r = -0.520 dan p= 0.000<0.05, dan
berkorelasi loneliness dibuktikan dari dimensi penguasaan lingkungan
data dengan r = -0.471 dan p= berkorelasi dengan loneliness
0.000<0.05, dimensi relasi positif dibuktikan dari data r = -0.454 dan p=
berkorelasi dengan loneliness 0.000<0.05. Tabel 1 menunjukan data
dibuktikan dari data r = -0.689 dan p= hasil korelasi setiap psychological
0.000<0.05, dimensi tujuan hidup well-being dengan loneliness.
berkorelasi dengan loneliness
dibuktikan dari data r = -0.503 dan p=

Tabel 1. Korelasi Loneliness dengan Dimensi Psychological Well-Being


1 2 3 4 5 6 7 8
1. Loneliness -
2. Psychological Well-Being -0.659 -
3. Otonomi -0.162 0.538 -
4. Pertumbuhan Diri -0.471 0.728 0.316 -
5. Relasi Positif -0.689 0.764 0.216 0.514 -
6. Tujuan Hidup -0.503 0.805 0.340 0.519 0.533 -
7. Penerimaan Diri -0.520 0.771 0.332 0.399 0.494 0.508 -
8. Penguasaan Lingkungan -0.454 0.777 0.391 0.462 0.483 0.581 0.573 -
negatif antara psychological wel-being
DISKUSI dengan loneliness.
Hasil penelitian menunjukan adanya Pada uji korelasi setiap dimensi
hubungan negatif yang signifikan psychological well-being dengan
antara psychological well-being loneliness, ditemukan bahwa dimensi
dengan loneliness (r= -0.659, p= 0.000 relasi positif mempunyai korelasi yang
<0.05). Artinya jika psychological paling tinggi dengan loneliness
well-being mahasiswa tinggi maka (r = -0.650 dan p=0.000<0.05) Bentuk
perasaan loneliness yang dirasakan hubungan yang muncul antara kedua
mahasiswa rendah. Sebaliknya, jika variabel ini adalah hubungan yang
psychological well-being mahasiswa negatif. Hal tersebut sama dengan teori
rendah maka perasaan loneliness yang Myers (2010) yang menyatakan
dirasakan mahasiswa tinggi. Penelitian loneliness adalah keadaan hubungan
ini sejalan dengan penelitian sosial yang dimiliki kurang bermakna
sebelumnya oleh Nanda (2013), Kua dibandingkan yang diharapkan. Jadi
dan Lim (2011), serta Cecen dan tentunya individu tersebut tidak
Cenkseven (2007) yang menyatakan memiliki relasi positif yang baik
jika individu memiliki psychological dengan orang lain karena hubungan
well-being yang baik, maka tingkat sosial yang tidak bermakna tersebut.
loneliness juga menjadi rendah. Jika relasi positif yang dimiliki
Dengan kata lain, terdapat hubungan individu dengan orang lain yang tinggi
maka dapat meredam perasaan

176
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

loneliness yang akan muncul pada dengan keinginan dan nilai yang
individu. dimiliki individu tersebut. Individu
Dimensi penerimaan diri juga mengerjakan sesuatu sendiri dengan
memiliki hubungan dengan loneliness integrasi antara motivasi intrinsik (dari
(r=-0.520 dan p=0.000<0.05). Jika dalam diri individu) dan motivasi
seseorang dapat menerima dirinya ekstriksik (dari luar
dengan baik, tentu individu tidak akan individu/lingkungan) yang baik.
mengalami loneliness. Hal ini sejalan Individu yang memiliki motivasi
dengan penelitian Basiroh (2007) yang intrinsik dan ekstrinsik dalam otonomi
menyatakan hal yang serupa yaitu yang baik akan memiliki kesehatan
memang penerimaan diri memiliki psikologi yang baik. Sebaliknya, jika
hubungan yang negatif dengan individu tidak memiliki motivasi
loneliness. Selanjutnya dimensi tujuan otonomi yang baik akan memiliki
hidup memiliki hubungan yang negatif psychological well-being yang rendah
juga dengan r=-0.503 dan (Roth & Deci, 2009). Berdasarkan
p=0.000<0.05. Loneliness memang paparan di atas, dapat dilihat bahwa
dapat menyebabkan individu tidak jika individu tidak otonom akan
memiliki tujuan hidup. Hal ini sejalan menyebabkan psychological-well being
dengan Killeen (1998) yang yang rendah. Psychological well-being
menyatakan bahwa loneliness memiliki hubungan yang negatif
berkaitan dengan individu merasa tidak dengan loneliness. Jadi jika otonomi
berguna dan terisolasi bahkan rendah maka loneliness cenderung
menyebabkan hidup individu tidak tinggi begitupun sebaliknya.
memiliki tujuan. Pisca dan Feldman Dimensi selanjutnya yaitu
(2009) menyatakan bahwa individu pertumbuhan diri juga memiliki
yang memiliki tujuan hidup akan aktif hubungan yang negatif dengan
dalam mencapai tujuan tersebut seperti loneliness (r= -0.471 dan p=
mengatur lingkungan sekitar agar dapat 0.000<0.05). Individu yang memiliki
mencapai tujuan dan arti dari makna pertumbuhan diri artinya sadar dengan
hidupnya. Setelah individu memiliki pertumbuhan dan perubahan yang
tujuan, nilai, kepercayaan diri, dan terjadi dalam dirinya (Robitschek &
keberhargaan diri, individu akan Spering, 2009). Individu yang sadar
terhindar dari munculnya perasaan dengan perubahan dalam dirinya akan
frustasi, perasaan tidak enak, terbuka dan merespon positif pada
ketidakpuasan, atau ketidakstabilan. perubahan lingkungan yang terjadi
Dari paparan di atas, dapat dilihat karena hal tersebut dapat mebuat
bahwa memang ada hubungan yang individu tersebut dapat bertumbuh
negatif antara tujuan hidup dengan juga. Respon positif yang diberikan
loneliness. individu akan meminimalkan
Pada dimensi otonomi juga munculnya perasaan loneliness. Jadi
memiliki hubungan yang negatif jika pertumbuhan diri tinggi maka
dengan loneliness (r= -0.162 dan p= loneliness rendah begitupun
0.001<0.05). Individu yang otonom sebaliknya.
tentunya melakukan sesuatu sesuai

177
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

Dimensi yang terakhir yaitu growth, purpose in life, positive


penguasaan lingkungan juga memiliki relation with others, self-acceptance,
hubungan yang negatif dengan dan environmental mastery juga
loneliness (r= -0.454 dan p= memiliki hubungan yang negatif dan
0.000<0.05). Individu yang memiliki signifikan dengan loneliness. Artinya
penguasaan lingkungan yang baik akan jika dimensi pada psychological well-
dapat menciptakan lingkungan yang being mahasiswa tinggi maka perasaan
sesuai dengan dirinya untuk mencapai loneliness yang dirasakan mahasiswa
suatu tujuan. Individu yang memiliki rendah. Sebaliknya, jika dimensi pada
lingkungan yang sesuai dengan dirinya psychological well-being mahasiswa
akan menjadi lebih senang, produktif, rendah maka perasaan loneliness yang
dan secara psikologis lebih sehat dirasakan mahasiswa tinggi.
dibandingkan dengan individu yang
tidak memiliki lingkungan yang sesuai SARAN
dengan dirinya. Oleh karena itu, ada Saran secara praktis diberikan
keterkaitan antara individu dengan kepada mahasiwa maupun orang tua
lingkungannya untuk mencapai suatu agar terhindar dari munculnya perasaan
tujuan (Walsh, 2009). Berdasarkan loneliness pada mahasiswa yang
paparan di atas, individu yang merantau dengan memiliki
memiliki penguasaan lingkungan yang psychological well-being yang baik.
baik juga memiliki kesehatan Saran bagi mahasiswa rantau untuk
psikologis yang baik sedangkan mengetahui tentang loneliness yang
hubungan psychological well-being memang dapat muncul jika berada
dengan loneliness adalah negatif. Jadi pada suatu lingkungan yang baru dan
secara tidak langsung, jika penguasaan penyebab lainnya sehingga tidak
lingkungan tinggi maka loneliness mengalami perasaan loneliness
rendah dan begitupun sebaliknya. tersebut. Salah satu caranya adalah
dengan memiliki psychological well-
SIMPULAN being yang baik, terutama pada
Dari analisis penelitian yang telah dimensi relasi positif dengan orang
dipaparkan di atas, dapat ditarik lain. Dengan memiliki relasi yang baik
simpulan bahwa terdapat hubungan dengan orang sekitar, dapat membantu
negatif yang signifikan antara untuk mencegah terjadinya perasaan
psychological well-being dengan loneliness.
loneliness pada mahasiswa yang Saran selanjutnya adalah untuk
merantau. Artinya jika psychological mahasiswa lainnya yang tidak
well-being mahasiswa tinggi maka merantau agar dapat memberikan
perasaan loneliness yang dirasakan dukungan agar tidak terjadi loneliness
mahasiswa rendah. Sebaliknya, jika pada mahasiswa rantau. Seperti yang
psychological well-being mahasiswa telah didipaparkan sebelumnya bahwa
rendah maka perasaan loneliness yang dengan memiliki relasi positif dengan
dirasakan mahasiswa tinggi. Selain itu orang lain dapat mengurangi terjadinya
untuk setiap dimensi psychological perasaan loneliness. Bagi orangtua
well-being yaitu autonomy, personal diharapkan mengetahui kondisi anak

178
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

apalagi yang tidak tinggal bersama Selain itu, variabel seperti dukungan
agar psychological well-being anak sosial dapat menjadi moderator antara
pun tetap baik. Salah satu yang psychological well-being dengan
dimaksud dengan relasi positif dengan loneliness. Pengaruh budaya maupun
orang lain juga berarti dengan orang etnis juga dapat menjadi variabel
tua walau tinggal berjauhan. Namun kontrol agar hasil penelitian lebih
dengan adanya relasi yang baik dengan lengkap.
orang tua setidaknya membantu Secara metode penelitian, penelitian
mengurangi perasaaan loneliness yang secara kuantitatif yang dilakukan oleh
dapat dirasakan mahasiswa rantau. peneliti kurang dapat menggali lebih
Saran untuk penelitian selanjutnya dalam mengenai fenomena loneliness
adalah dapat menambahkan uji dan psychological well-being yang
pengaruh pada psychological well- dimiliki responden. Dengan demikian,
being terhadap loneliness. Lalu, nampaknya penelitian secara kualitatif
variabel loneliness dapat ditinjau lebih seperti wawancara secara terstruktur
dalam pada beberapa dimensinya dapat ditambahkan agar membantu
seperti sosial atau emosional serta melihat dan menggali lebih dalam
temporer atau kronis agar lebih mengenai fenomena psychological
tergambar lebih jelas dan mendalam. well-being dengan loneliness tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, I. M. (2009). Studi deskriptif http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vi
mengenai derajat psychological well- ew/id/1839
being pada mahasiswa fakultas Basiroh, L. (2007). Hubungan antara
psikologi universitas 'X’ Bandung. penerimaan diri dengan kesepian pada
(Skripsi, Universitas Maranatha). lanjut usia. (Skripsi tidak dipublikasi).
Diunduh dari Universitas Ahmad Dahlan,
http://repository.maranatha.edu/8671/ Yogyakarta.
Aprianti, I. (2012). Hubungan antara Cecen, A. R., & Cenkseven, F. (2007).
perceived social support dan Psychological well-being in predicting
psychological well-being pada loneliness among university students.
mahasiswa perantau tahun pertama di Ç.Ü. Sosyal Bilimler Enstitüsü Dergisi,
Universitas Indonesia. (Skripsi, 16(2), 109-118.
Universitas Indonesia). Diunduh dari Cohen, R. J., Swerdlik, M. E., & Sturman,
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320 E. D. (2010). Psyhological testing and
186-S-Indah%20Aprianti.pdf assessment: An introduction to tests
Arnett, J. J. (2004). Emerging adulthood: and measurement. New York, NY:
The winding road from the late teens McGraw-Hill.
through the twenties. New York, NY: Compton, W.C. (2005). An introduction to
Oxford University Press. positive psychology. Belmont, CA:
Badan Pusat Statistik. (2015). Jumlah Thomson Wadsworth.
perguruan tinggi, mahasiswa, dan Dewa, A. R. (2015). Dukungan sosial
tenaga edukatif (negeri dan swasta) di dengan subjective well being pada
bawah kementrian pendidikan dan mahasiswa perantau dari luar jawa
kebudayaan menurut provinsi tahun pertama. (Skripsi, Universitas
2013/2014. BPS. Diunduh dari Gajah Mada). Diunduh dari

179
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.ph (6th ed.). Belmont, CA: Wadsworth


p?act=view&buku_id=79320&mod=pe Cengage Learning.
nelitian_detail&sub=PenelitianDetail&t Kua, E. H., & Lim, L. L. (2011). Living
yp=html alone, loneliness, and psychological
Dosen Berkualitas di NTT Masih Kurang. well-being of older persons in
(2015, Juni 8). Okezone. Diunduh dari Singapore. Current Gerontology and
http://news.okezone.com/read/2015/06/ Geriatrics Research, 2011, 1-9. doi:
08/65/1161845/dosen-berkualitas-di- 10.1155/2011/673181
ntt-masih-kurang Killeen, C. (1998). Loneliness: An
Franzoi, S. (2012). Social psychology (6th epidemic in modern society. Journal of
ed.). Redding, CA: BVT Publishing. Advanced Nursing, 28(4), 762-770. doi:
Gil, N. (2014, 20 Juli). Loneliness: A 10.1046/2Fj.1365-2648.1998.00703.x
silent plague that is hurting young Miller, R. S., Perlman, D., & Brehm S. S.
people most. Theguardian. Diunduh (2007). Intimate relationship (4th ed.).
dari New York, NY: McGraw-Hill.
http://www.theguardian.com/lifeandsty Moustakas, C. E. (1961). Loneliness.
le/2014/jul/20/loneliness-britains- Upper Saddle River, NJ: Pentrice-Hall,
silent-plague-hurts-young-people-most Inc.
Goossens, L., Klimstra, T., Luyckx, K., Myers, D. G. (2010). Social psychology
Vanhalst, J., & Teppers, E. (2014). (10th ed.). New York, NY: McGraw-
Reliability and validity of the roberts Hill.
UCLA loneliness scale (RULS-8) with Nanda, D. I. (2013). Hubungan loneliness
dutch-speaking adolescents in Belgium. dan psychological well-being pada
Psychologica Belgica, 54(1), 5-18, doi: dewasa muda lajang yang berkarir.
http://dx.doi.org/10.5334/pb.ae (Skripsi, Universitas Bina Nusantara).
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. Diunduh dari
(2004). Psikologi praktis: Anak, http://thesis.binus.ac.id/Doc/Lampiran/
remaja, dan keluarga. Jakarta: BPK 2012-1-00407-PS%20Lampiran001.pdf
Gunung Mulia. Pisca, N. E., & Feldman, D. B. (2009).
Hawkley, L. C., & Cacioppo, J. T. (2010). Purpose in life. In S. J. Lopez (Eds.),
Loneliness matters: A theoretical and The encyclopedia of positive
empirical review of consequences and psychology (pp. 812-815). West
mechanisms. Annals of Behavioral Sussex, UK: Blackwell Publishing.
Medicine, 40(2), 218-227. doi: PT berkualitas belum merata. (2008, Juni
10.1007/s12160-010-9210-8. 17). Kompas.com. Diunduh dari:
Heinrich, L. M., & Gullone, E. (2006). http://nasional.kompas.com/read/2008/
The clinical significance of loneliness: 06/17/17241053/pt.berkualitas.belum.
A literature review. Clinical merata
Psychology Review, 26, 695-718. doi: Robitschek, C., & Spering, C. (2009).
10.1016/j.cpr.2006.04.002 Peronal Growth Initiative. In S. J.
Irawati, S. D. (2013, 22 September). 6 Lopez (Eds.), The encyclopedia of
alasan mereka merantau. Kompasiana. positive psychology (pp. 682-685).
Diunduh dari West Sussex, UK: Blackwell
http://www.kompasiana.com/suciana/6- Publishing.
alasan-mereka- Roth, G., & Deci, E. L. (2009). Autonomy.
merantau_5528f9986ea834b15b8b4590 In S. J. Lopez (Eds.), The encyclopedia
Kail, R. V., & Cavanaugh, J. C. (2013). of positive psychology (pp. 78-82).
Human development: A life-span view

180
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.2, Desember 2016

West Sussex, UK: Blackwell psychological well-being pada


Publishing. mahasiswa tingkat akhir Universitas
Ryff, C. D. (1989). Happiness is Indonesia. Skripsi. Diunduh dari
everything, or is it? Explorations on the http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20357
meaning of psychological well-being. 884-S-Blanca.pdf
Journal of Personality and Social Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D.
Psychology, 57(6), 1069-1081. O. (2006). Social psychology (12th
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. M. (1995). ed.). New Jersey, NJ: Pearson
The structure of psychological well- Education Inc.
being revisited. Journal of Personality Walsh, W. B. (2009). Person-environment
and Social Psychology, 69(4), 719-727. fit. In S. J. Lopez (Eds.), The
Santrock, J. W. (2005). Psychology (7th encyclopedia of positive psychology
ed.). New York, NY: Mc-Graw Hill. (pp. 691-693). West Sussex, UK:
Santrock, J. W. (2008). Essentials of life- Blackwell Publishing.
span development. New York, NY: Wikanestri, W., & Prabowo, A. (2015).
Mc-Graw Hill. Psychological well-being pada pelaku
Sønderby, L. C., & Wagoner, B. (2013). wirausaha. Seminar Psikologi dan
Loneliness: An integrative approach. Kemanusiaan, 431-439. Diunduh dari
Journal of Integrated Social Sciences, http://mpsi.umm.ac.id/files/file/431-
3(1), 1-29. Diunduh dari www.jiss.org. 439%20Winilis.pdf
Talamati, B. P. (2012). Hubungan antara
trait kepribadian neuroticism dan

181

You might also like