You are on page 1of 9

Nama: Reva Amelia

Kelas: 1-F
NIM: 1231030229
Jurusan: Ilmu Qur’an Tafsir

MEMAHAMI KAJIAN ISLAM MELALUI PENDEKATAN FILOSOFIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, ajarannya pasti dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera secara lahir maupun batin. Di dalamnya
terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan
kehidupan di dunia ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya. Seiring
perubahan waktu dan perkembangan zaman , agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara
aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama tidak boleh
hanya sekedar menjadi lambang kebaikan atau hanya berhenti sekedar di sampaikan dalam
khutbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam
memecahkan masalah.

Melihat kenyataan semacam ini, maka diperlukan penyusunan pemikiran keagamaan,


khususnya berkaitan dengan berbagai pendekatan-pendekatan. Islam bagaikan sebuah bola
yang mengapung di atas air, permukaannya yang menyentuh air hanya sepersepuluh, kita
tidak bisa mengetahui bola itu secara utuh hanya dari sepersepuluh yang mengapung di atas
air tersebut. Begitu pula dengan Islam, Islam bukan monodimensi tapi multidimensi, jika
ingin memahaminya secara menyeluruh walau kelak tidak akan pernah mencapai finalitas
keimanan kita, tetapi usaha untuk memahaminya itu lebih penting, kita perlu memahami
Islam melalui berbagai dimensi dan dengan berbagai pendekatan. Salah satunya dengan
pendekatan filosofis. Menggunakan filsafat dalam mengkaji Islam ibarat menjadikan filsafat

1
sebagai pisau analisis untuk membedah Islam secara mendalam, integral dan komprehensif
untuk melahirkan pemahaman dan pemikiran tentang Islam.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada kerangka pemasalahan di atas, maka penulis dalam makalah ini mencoba
menjelaskan tentang:

1.. Bagaimana yang dimaksud dengan pendekatan filosofis ?


2.. Bagaimana pendekatan filsafat dalam kajian islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendekatan Filosofis

Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran,
ilmu dan hikmah. Selain itu, filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha
menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
(Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibani, 1979: hal 25)

Filsafat pada dasarnya adalah pertanyaan atas segala hal yang “ada”. Pertanyaan akan
muncul tentu dengan berpikir, berpikir pasti menggunakan akal. Dan filsafat juga bisa
dikatakan sebagai upaya menjelaskan inti, hakikat atau hikmah mengenai segala sesuatu yang
ada dengan memanfaatkan atau memberdayakan secara penuh akal budi manusia yang telah
dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran
agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan
dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis yang demikian sebenarnya sudah banyak
digunakan oleh para ahli. Misalnya dalam buku berjudul Hikmah Al-Tasyri’ wa Falsafatuhu
yang ditulis oleh Muhammad Al-Jurjawi, di dalam buku tersebut ia berusaha mengungkapkan
hikmah yang terdapat di balik ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran agama dalam mengajarkan
agar shalat berjamaah. Tujuannya antara lain agar seseorang merasakan hikmahnya hidup
secara berdampingan dengan orang lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya agar seseorang
dapat merasakan lapar dan menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba
kekurangan, dan berbagai contoh lainnya. ( Abudin Nata, 2010: hal 43)

Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya ditandai antara lain dengan tiga ciri,
diantaranya:

1. Kajian, telaah dan penelitian filsafat selalu terarah kepada pencarian atau perumusan ide-ide
dasar atau gagasan yang bersifat mendasar-fundamental (fundamental ideas) terhadap objek
persoalan yang dikaji. Ide atau pemikiran fundamental biasanya diterjemahkan dengan istilah

3
teknis kefilsafatan sebagai “al-falsafatu al-ula”, substansi, hakekat atau esensi. Pemikiran
fundamental biasanya bersifat umum (general), mendasar dan abstrak.
2. Pengenalan, pendalaman persoalan-persoalan dan isu-isu fundamental dapat membentuk cara
berpikir kritis (critical thought).
3. Kajian dan pendekatan falsafati yang bersifat seperti dua hal diatas, akan dapat membentuk
mentalitas, cara berpikir dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan intelektual
(intellectual freedom), sekaligus mempunyai sikap toleran terhadap berbagai pandangan dan
kepercayaan yang berbeda serta terbebas dari dogmatisme dan fanatisme.

Mengkaji Islam secara filosofis, akan menjadikan segala sesuatu disandarkan kepada
konteks baik itu berupa kebaikan sosial, local wisdom, social impact, rasionalitas dan lain-
lain (‫)تكيف‬. Ia juga akan bersandar pada analisa rasio manusia, yang akan bersifat relatif.
Kegiatan berfilsafat menurut Louis O. Kattsoff adalah kegiatan berpikir secara:

· Mendalam: dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai ke batas akal tidak sanggup lagi.
· Radikal: sampai ke akar-akar nya sehingga tidak ada lagi yang tersisa.
· Sistematik: dilakukan secara teratur dengan menggunakan metode berpikir tertentu.
· Universal: tidak dibatasi hanya pada satu kepentingan kelompok tertentu, tetapi menyeluruh.
(Amin Muhammad Abdullah, 2000 :hal 83)

Filsafat untuk mengetahui berbagai hakikat dari segala sesuatu, begitu pula ketika ia
dipakai dalam mengkaji Islam, tidak selalu mencapai hasil yang maksimal, yang terpenting
adalah upaya (memanfaatkan hasil usaha), yang akan membuat suatu perubahan ke arah yang
lebih baik lagi atau kemajuan. Manfaat yang bisa didapat ketika seseorang menggunakan
pendekatan filosofis dalam kajian nya adalah Agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran
agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.

2. Pendekatan filosofis dalam kajian islam.

Pendekatan filosofis dapat diketahui dari objek formal filsafat terhadap agama.
Mereka adalah: sudut pandang yang menyeluruh, rasional, objektif, bebas, dan radikal
tentang pokok-pokok agama. Yang dimaksud dengan pendekatan menyeluruh adalah usaha

4
menjelaskan pokok-pokok ajaran agama secara umum, tidak mengenai ajaran agama tertentu
saja. Pendekatan menyeluruh juga berarti suatu proses untuk mendapatkan gambaran yang
utuh tentang suatu masalah yang dibahas.

Agama tidak dibahas secara parsial dan terpilah-pilah, tetapi mencakup semua
pemikiran dan ajaran. Pembahasan mengenai Tuhan misalnya, tidak saja dikemukakan
pendapat yang mendukung adanya Tuhan, tetapi juga pendapat yang meragukannya dan
bahkan juga yang menolaknya (Bakhtiar, 2009). Selain itu, Tuhan yang dibahas bukan hanya
Tuhan dalam tradisi agama Yahudi, Kristen, dan Islam saja, melainkan dari semua agama
(Armstrong, 1993).

Berikutnya, pendekatan objektif. Ia adalah pendekatan yang sesuai dengan realitas


objektif, dengan meminimalkan subjektivitas pengamat. Ini adalah pendekatan yang sangat
diperlukan dalam studi agama, karena pada dasarnya dimensi subjektivitas dalam agama
sangatlah kuat. Belum lagi, karena secara empiris, banyak pengamat dalam studi agama
adalah penganut salah satu agama.Kendati sulit menafikan subjektivitas ini, tetap saja
pembahasan filosofis atas agama perlu dilakukan dengan upaya objektivitas yang tinggi.
Demikian pendapat Kim Knott dalam Inside, Outside and the Space in-between: Territories
and Boundaries in the Study of Religion (2008).

Sikap keberagamaan mewajibkan pengikutnya untuk memahami dua hal yaitu aspek
normatif (wahyu) dan aspek historis ( bagaimana wahyu tersebut hadir) jika ingin keagamaan
yang sempurna. pemahaman sepihak tidak memungkinkan karena akan menjadikan
keberagamaan bersifat ekstrem. aspek normatif mengharuskan dan terkait erat dengan
historisitas, karena kehadirannya berhubungan dengan waktu, tempat dan sasaran yang semua
itu berdemensi sejarah. sementara aspek historis tidak mungkin meninggalkan wahyo
terutama ketika berkaitan dengan perilaku keagamaan pemeluknya.maka salah satu unsur
pokok yang berfungsi sebagai penghubung di antara keduanya daalah pendekatan filosofis
dalam pemahaman dan studi keagamaan. (Muhammad Solikhin, 2008: hal 75)

Selanjutnya, pendekatan bebas. Harun Nasution, dalam Falsafat Agama (1991)


mengatakan bahwa pendekatan ini mengambil dua bentuk. Pertama, membahas dasar-dasar
agama secara analitis dan kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran dan tanpa ada tujuan untuk
menyatakan kebenaran suatu agama.

5
Kedua, membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk
menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agama, atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan
bahwa apa yang diajarkan agama tidak bertentangan dengan logika. Dalam pembahasan
semacam ini seseorang masih terikat pada ajaran agama.

Terakhir, pendekatan radikal. Ia merupakan pembahasan yang mendalam tentang


sesuatu, dengan tujuan sampai ke akar dan hakikat objeknya. Misalnya, pembahasan tentang
yang gaib, dikaji dari awal proses timbulnya kepercayaan itu dalam sejarah umat manusia,
dan mengapa kepercayaan itu muncul; faktor-faktor apa yang membuat seseorang memeluk
agama, dan apa juga yang membuat seseorang tidak beragama. Buku Yuval Noah
Harari, Sapiens: A Brief History of Humankind (2014) adalah contoh bagus untuk penelitian
yang menggunakan pendekatan radikal ini.Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa filsafat
agama pada dasarnya adalah pembahasan yang mendalam tentang ajaran dasar agama. Ajaran
dasar yang paling pokok adalah tentang Tuhan. Karena itu, Tuhan merupakan pembahasan
paling penting dalam filsafat agama (Aslan, 2015).

Membawa pendekatan filosofis dalam tataran aplikasi kita tidak bisa lepas dari
pengertian pendekatan filosofis yang bersifat mendalam, radikal, sistematik dan universal.
Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis rasio, maka untuk melakukan kajian dengan
pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.

Jamali Sahrodi menyebutkan ada tiga jenis pendekatan filsafat modern yang digunakan
dalam kajian studi Islam yaitu : Pendekatan Hermeneutika, Pendekatan Teologi-Filosofis, dan
Pendekatan Tafsir Falsafi.

a. Pendekatan Hermeneutik

Di samping itu, juga harus memahami berbagai macam metode dalam memahami Al-
Qur’an, di antaranya dengan pendekatan hermeneutik. Hermeneutika sebagai metode
membaca teks telah dikenal luas dalam pelbagai bidang keilmuan Islam tradisional, terutama
dalam tradisi fikih dan tafsir Al-Qur’an. Sementara itu, hermeneutika modern dalam

6
pemikiran Islam pada dasarnya dapat disebut lompatan besar dalam perumusan metodologi
pemikiran Islam pada umumnya dan metode penafsiran Al-Qur’an pada khususnya.Oleh
karena itu, pendekatan hermeneutika dalam kajian Islam juga perlu dipelajari untuk
menambah khazanah keilmuan dan dapat memberikan pengetahuan baru terhadap bagaimana
memahami teks serta penafsiran terhadap teks yang akan diteliti. (Elook Nur Farida,
2013)

b. Pendekatan Teologis-Filosofis

Kajian keislaman dengan menggunakan pendekatan teologi-filosofis bermula dari


kemunculan pemahaman rasional di kalangan mutakallimin (ahli kalam) di kalangan umat
islam, yakni Mazhab Mu’tazilah. Kemunculan gerakan mu’tazila merupakan tahap yang
teramat penting dalam sejarah perkembangan intelektual Mu’tazilah menyodorkan konsep –
konsep teologi (ilmu kalam) dengan berbasiskan metodologi dan epistemologi. Kehadiran
mazhab teologi rasional ini berupaya memberikan jawaban-jawaban dengan pendekatan
filosofis atas doktrin-doktrin pokok Tauhid yang pada saat itu tengah menjadi materi-materi
perdebatan dalam blantika pemikiran Islam.

c. Pendekatan Tafsir Falsafi

Al-Dzahabi, sebagaimana dikutip Jamali Sahrodi, menjelaskan bahwa tafsir falsafi


adalah penafsiran ayat-ayat al- Qur`an berdasarkan pendekatan-pendekatan filosofis, baik
yang berusaha untuk mengadakan sintesis dan sinkretisasi antara teori-teori filsafat dengan
ayat-ayat al- Qur`an maupun yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang dianggap
bertentangan dengan ayat-ayat al- Qur`an. Timbulnya tafsir jenis ini tidak terlepas dari
perkenalan umat Islam dengan filsafat Hellenisme yang kemudian merangsang mereka untuk
menggelutinya kemudian menjadikannya sebagai alat untuk menganalisis ajaran-ajaran
Islam, khususnya al- Qur`an.Tafsir filsafi juga diartikan sebagai suatu tafsir yang bercorak
filsafat.

Selain tiga model pendekatan filsafat dalam kajian Islam yang telah disebut di atas,
Tasawuf Falsafi juga bisa disebut sebagai disiplin kajian berpendekatan filsafat. Tasawuf
falsafi, atau biasa juga disebut tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antar visi misi dan visi rasional sebagai pengasasannya. Tasawuf falsafi

7
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut
berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

Berpikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memahami


ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat
dimengerti dan dipahami secara seksama. Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya
ditandai antara lain dengan tiga ciri, diantaranya: Kajian, Pengenalan, Kajian dan pendekatan
falsafati. Membawa pendekatan filosofis dalam tataran aplikasi kita tidak bisa lepas dari
pengertian pendekatan filosofis yang bersifat mendalam, radikal, sistematik dan universal.
Karena sumber pengetahuan pendekatan filosofis rasio, maka untuk melakukan kajian dengan
pendekatan ini akal mempunyai peranan yang sangat signifikan.

Terdapat tiga jenis pendekatan filsafat modern yang digunakan dalam kajian studi
Islam yaitu: Pendekatan Hermeneutika, Pendekatan Teologi-Filosofis, dan Pendekatan Tafsir
Falsafi. Selain tiga model pendekatan filsafat dalam kajian Islam yang telah disebut di atas,
Tasawuf Falsafi juga bisa disebut sebagai disiplin kajian berpendekatan filsafat. Tasawuf
falsafi, atau biasa juga disebut tasawuf nazhari, merupakan tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antar visi misi dan visi rasional sebagai pengasasannya. Tasawuf falsafi
menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut
berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. 2000. Antologi Studi Islam: Teori & Metodologiii. Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press.
Nata, abudin. 2010. Metodologi Studi islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Omar mohammad AL-Toumy al-syaibani, filsafah pendidikan islam, (terj.) Langgulung dari
judul asli falsafah al-tarbiyah al-islamiyah,(jakarta: bulan bintang ,1979), cet.1 hlm.25
Farida, Elook Nur. 2013. Studi Islam Pendekatan Hermeneutik. Jurnal Penelitian Vol. 7 No. 2
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat Dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta:Narasi.
Kim Knott dalam Inside, Outside and the Space in-between: Territories and Boundaries in
the Study of Religion (2008).

You might also like