You are on page 1of 107
GKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN: REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: SK.975/MENLHK/SETJEN/REN.2/8/2023 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KINERJA ORGANISASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan yang baik, terukur, dan bertanggung jawab melalui sistem akuntabilitas kinerja_instansi__pemerintah merupakan bentuk pelindungan kepada masyarakat dan kewajiban bagi Pemerintah Republik Indonesia; bahwa pengaturan terhadap pelaksanaan evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja_ instansi pemerintah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi Kinerja Instansi Pemerintah perlu diatur agar dapat mengakomodir penyesuaian dalam evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi_ pemerintah lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; bahwa berdasarkan —_pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pedoman Pengelolaan Kinerja Organisasi di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat 10. 11. Pasal 17 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang; Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang- Undang; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang- Undang; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2020-2025; Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara; Presiden Nomor Nomor 92 Tahun 2020 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 15 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Menetapkan KESATU KEDUA 12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 89 Tahun 2021 tentang Penjenjangan Kinerja; 14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024; 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KINERJA ORGANISASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Kinerja Organisasi di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Pedoman pengelolaan kinerja organisasi merupakan acuan bagi seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan maupun seluruh unit kerja pelaksana anggaran Badan Anggaran 029 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pengelolaan kinerja organisasi. KETIGA : Dalam rangka mendukung pengelolaan kinerja organisasi dibentuk Tim Pengelola Kinerja di seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. KEEMPAT : Dalam rangka percepatan pelaksanaan pengelolaan kinerja organisasi, diterapkan mekanisme penghargaan dan sanksi atas kinerja organisasi_ di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 31 Agsutus 2023 Salinan sesuai dengan aslinya MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN ‘ KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SITI NURBAYA -5 LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR SK.975/MENLHK /SETJEN/REN.2/8/2023 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KINERJA ORGANISASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BABI. PENDAHULUAN A, Latar Belakang Nilai SAKIP Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selama 7 {tujuh) tahun terakhir bergerak dari 66,71 pada Tahun 2016 menjadi 71,98 pada Tahun 2022 atau peningkatannya setara dengan 6,07 poin selama 7 (tujuh) tahun atau hanya 0,87 poin setiap tahunnya. Meskipun tren pergerakan itu selalu menunjukkan angka positif, laju pergerakan sebesar itu. menunjukkan bahwa implementasi SAKIP KLHK masih perlu pengungkit agar dapat mendorong perbaikan tata kelola khususnya dalam menyelesaikan permasalahan nyata di masyarakat. Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perubahan Road Map Reformasi Birokrasi 2020—2024, maka diperlukan penyesuaian dalam melakukan Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dari sebatas pengukuran kinerja pada tingkat keluaran (output) menjadi berbasis pada penyelesaian permasalahan nyata di tengah masyarakat (outcome/impact). Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan budaya kerja dalam menyclesaikan tugas dan pencapaian target kinerja menjadi lebih berorientasi pada hasil dan responsif terhadap agenda prioritas nasional. Perubahan atas Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 tersebut mengamanatkan bahwa pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) harus dapat menyelesaikan permasalahan masyarakat sejak dari hulu hingga ke hilir. Hal inilah yang mendasari perubahan road map reformasi birokrasi sehingga menjadi 2 (dua) komponen utama yaitu: a) RB General atau RB secara umum sebagaimana telah dilaksanakan sebelumnya, diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan hulu, yaitu masalah-masalah tata kelola pemerintahan yang terjadi di internal birokrasi, dan b) RB Tematik menguji pelaksanaan RB general itu sendiri pada tingkatan hasil dan dampak (isu hilir) yaitu masalah-maselah yang muncul di masyarakat dan terkait dengan agenda prioritas Pembangunan Nasional. Dengan adanya pendekatan “double track” tersebut, diharapkan reformasi birokrasi berdampak dapat lebih dapat cepat diwujudkan. Salah satu komponen pembentuk reformasi birokrasi adalah SAKIP yang merupakan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja instansi pemerintah. Terdapat 4 (empat) komponen pembentuk SAKIP yaitu: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal. Dalam rangka mendukung peningkatan nilai SAKIP KLHK, diperlukan standardisasi dalam setiap komponen SAKIP tersebut, serta penyamaan standar evaluasi implementasinya dalam rangka peningkatan kinerja organisasi Dalam pelaksanaan AKIP tersebut, tentu tidak dapat terlepas dari kinerja anggaran. Nilai Kinerja Anggaran KLHK selama 5 (lima) tahun terakhir senantiasa berada di atas 90 atau berdasarkan kategori termasuk dalam Kategori “Sangat Baik”.Meskipun nilai kinerja anggaran tersebut termasuk tinggi, secara peringkat, KLHK belum pernah mendapatkan 3 (tiga) besar. Kondisi ini menjadi tantangan bagi KLHK untuk mengawal peningkatan NKA ke depan, terutama dengan Kementerian/Lembaga lain yang termasuk dalam kategori jumlah pagu yang satu kelompok dengan KLHK. Dalam rangka mendukung percepatan implementasi RB Tematik, maka diperlukan perubahan budaya kerja berorientasi pada penyelesaian masalah nyata di masyarakat, Oleh karena itu, dalam implementasinya, SAKIP sebagai pengawal kinerja instansi pemerintah juga perlu dilakukan penyesuaian dan modifikasi untuk lebih mengakselerasi perubahan budaya kerja dalam mendukung terukur dan tercapainya outcomes yang ditetapkan dalam logical framework RB Tematik. Untuk memastikan bahwa pengelolaan kinerja organisasi dalam menciptakan akuntabilitas kinerja yang baik serta mendukung langsung pencapaian RB Tematik KLHK dilaksanakan secara sinergi hingga unit organisasi terendah, maka perlu diterbitkan sebuah pedoman umum dalam melaksanakan pengelolaan kinerja organisasi di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tojuan Maksud disusunnya pedoman ini adalah sebagai pedoman pengelolaan kinerja organisasi dalam melakukan implementasi dan evaluasi SAKIP lingkup KLHK, serta dukungan kinerja terhadap RB Tematik sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri PAN&RB Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi AKIP dan Peraturan Menteri PAN&RB Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perubahan Road Map Reformasi Birokrasi 2020—2024. Tujuan dari disusunnya pedoman ini adalah: 1. Sebagai acuan bagi unit kerja di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan seluruh unit kerja pelaksana anggaran Badan Anggaran 029 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam melaksanakan pengelolaan kinerja organisasi untuk mewujudkan visi dan misi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2.Menjadi alat pengendali kinerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara berjenjang dari tingkat kantor pusat hingga Unit Pelaksana Teknis dan seluruh unit kerja pelaksana anggaran Badan Anggaran 029 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 3.Menciptakan budaya kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang profesional, efektif, efisien, dan akuntabel; dan 4.membantu meningkatkan ckualitas pengelolaan kinerja_lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan seluruh unit kerja pelaksana anggaran Badan Anggaran 029 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. C. Dasar Hukum 1, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 7. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2020-2025; 8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80); 9. Peraturan Presiden Nomor Nomor 92 Tahun 2020 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 209); 10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 15 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 756); 11,Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 88 Tahun 2021 tentang Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1569); 12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 89 Tahun 2021 tentang Penjenjangan Kinerja Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1570); 13.Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020—2024; -10- 14.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62 Tahun 2023 tentang Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran serta Akuntansi dan Pelaporan Keuangan. D. Ruang Lingkup Pedoman ini mencakup hal-hal berkenaan dengan pengelolaan kinerja organisasi maupun entitas kinerja yang didanai dari badan anggaran BA.029 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang meliputi: 1. Sistem Akuntabilitas Kinerja yang terdiri atas: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal 2. Kinerja Anggaran yang meliputi kinerja perencanaan anggaran atau disebut Evaluasi Kinerja Anggaran dan kinerja pelaksanaan anggaran atau disebut Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran. 3. Dukungan kinerja terhadap pencapaian Reformasi Birokrasi Tematik lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pengertian Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan’ 1. Kinerja adalah hasil dari pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi selama periode tertentu. 2. Pengelolaan Kinerja adalah rangkaian kegiatan pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3, Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya disingkat AKIP adalah pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah melalui implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. 10. qd. 12. == Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Implementasi SAKIP adalah penyelenggaraan rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja__instansi pemerintah. Evaluasi AKIP adalah aktivitas analisis yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan, serta pemberian solusi atas masalah yang ditemukan guna peningkatan akuntabilitas dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Kementerian adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Unit Kerja Eselon I adalah Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal atau Badan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Unit Kerja Satuan Kerja adalah unit organisasi setingkat Eselon II dan MM yang menyelenggarakan sistem akuntabilitas kinerjanya secara mandiri. . Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu dari organisasi induknya. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. 13. 14. 16. 17. 18. 19, 20. -12- .Eselon I adalah Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang terdiri atas Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal atau Kepala Badan di lingkungan Kementerian. Sekretaris Jenderal adalah Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi kesekretariatan di lingxungan Kementerian. Inspektur Jenderal adalah Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi pengawasan intern di lingkungan Kementerian. Entitas Kinerja Kementerian yang selanjutnya disebut entitas kementerian adalah unit kerja kementerian yang melakukan pencatatan, pengolahan, pengikhtisaran, dan pelaporan data kinerja tingkat kementerian. Entitas Kinerja Unit Organisasi yang selanjutnya disebut entitas unit kerja eselon 1 adalah unit kerja eselon 1 yang melakukan pencatatan, pengolahan, pengikhtisaran, dan pelaporan data kinerja tingkat eselon i Entitas Kinerja Unit Kerja Satuan Kerja yang selanjutnya disebut entitas satuan kerja adalah unit kerja eselon 2 dan eselon 3 Unit Pelaksana Teknis maupun Organisasi Pemerintah Daerah yang melaksanakan anggaran Badan Anggaran 029 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang melakukan pencatatan, pengolahan, pengikhtisaran, dan pelaporan data kinerja yang bersifat mandiri. APIP adalah singkatan dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, yang memiliki tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian. . Rencana Strategis, yang selanjutnya disebut Renstra, adalah suatu dokumen perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dan disusun dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 21 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. -13- Rencana Kerja, yang selanjutnya disebut Renja, adalah dokumen perencanaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk periode 1 (satu) tahun. Sasaran Strategis, yang selanjutnya disebut SS, adalah pernyataan mengenai apa yang harus dimiliki, dijalankan, dihasilkan atau dicapai organisasi. Indikator Kinerja Utama, yang selanjutnya disebut IKU adalah tolok ukur keberhasilan pencapaian SS atau kinerja. Indikator Kinerja Program, yang selanjutnya disebut IKP adalah tolok ukur keberhasilan pencapaian Sasaran Program pada tingkat entitas unit kerja eselon 1. Indikator Kinerja Kegiatan, yang selanjutnya disebut IKK adalah tolok ukur keberhasilan pencapaian Sasaran Kegiatan pada tingkat entitas unit kerja satuan kerja. Perjanjian Kinerja, yang selanjutnya disingkat PK adalah dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan unit kerja yang lebih tinggi kepada pimpinan unit kerja yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja dan target yang harus dicapai dalam periode tertentu. Kontrak Kinerja adalah dokumen yang berisikan penugasan pimpinan unit kerja kepada penanggung jawab program/kegiatan yang mengelola anggaran atas suatu program/kegiatan, untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja dan target yang harus dicapai dalam periode tertentu. Target adalah standar minimal pencapaian kinerja yang ditetapkan untuk periode tertentu. -14- BAB 2. KELEMBAGAAN PENGELOLA KINERJA A. Tim Pengelola Kinerja Dalam rangka internalisasi dan implementasi kinerja organisasi, diperlukan sebuah tim pengelola kinerja pada setiap entitas dengan sumber daya manusia yang kompeten, ‘Tim Pengelola Kinerja merupakan tim yang ditugaskan atau ditetapkan oleh setiap pimpinan entitas. Tim Pengelola Kinerja pada setiap entitas terdiri atas: Penanggung Jawab, Supervisor (Pengawas), Ketua Tim dan Anggota Tim. Dalam pelaksanaannya, maka diperlukan standardisasi pejabat yang ditunjuk dengan konfigurasi sebagai berikut: 1, Entitas unit kerja kementerian ditetapkan/ditugaskan oleh Menteri atau Sekretaris Jenderal a.n. Menteri, dengan susunan tim terdiri atas: a, Penanggung jawab: Sekretaris Jenderal; b. Supervisor (Pengawas): Inspektur Jenderal; c. Ketua Tim: Pejabat Eselon 2 yang membidangi akuntabilitas kinerja atau yang membidangi pengawasan intern lan d. Anggota Tim: terdiri atas pejabat struktural dan/atau pejabat fungsional yang membidangi antara lain: program, anggaran, evaluasi kinerja, pengawasan internal. 2. Entitas unit kerja eselon 1 ditetapkan/ditugaskan oleh Direktur Jenderal/Inspektur Jenderal/Kepala Badan, dengan susunan tim terdiri atas: a. Penanggung Jawab: Sekretaris Direktorat_ Jenderal/Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Badan/Kepala Biro; b. Supervisor: salah satu anggota tim SPIP Eselon 1 sebagai supervisor; = 1516 c. Ketua Tim: Pejabat eselon 3 yang membidangi program, anggaran dan evaluasi kinerja; dan d. Anggota Tim: Pegawai yang membidangi antara lain: program, anggaran, evaluasi kinerja, organisasi dan tata laksana. 3. Entitas satuan kerja ditetapkan/ditugaskan oleh pimpinan entitas (Kepala Biro/Kepala Pusat/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Badan/Direktur/ Kepala Balai Besar/ Kepala Balai), dengan susunan tim terdiri atas: a. Penanggung jawab: Kepala Biro/Kepala Pusat/Sekretaris Direktorat Jenderal/Sekretaris Inspektorat Jenderal/Sekretaris Badan/Direktur/ Kepala Balai Besar/ Kepala Balai; b. Supervisor: salah satu anggota tim pengawasan internal (tim SPIP) satker; c. Ketua Tim pada entitas satuan kerja eselon 2: Pejabat Eselon 3 yang membidangi program, anggaran dan evaluasi kinerja; d. Ketua Tim pada entitas satuan kerja eselon 3: Pejabat Eselon 4 yang membidangi program, anggaran dan evaluasi kinerja; dan e. Anggota Tim: pegawai yang membidangi antara lain: program, anggaran, evaluasi kinerja, organisasi dan tata laksana. ‘Tim Pengelola Kinerja bertugas untuk menyelenggarakan pengelolaan kinerja organisasi sesuai dengan entitas masing-masing. Rincian tugas dalam melaksanakan pengelolaan kinerja meliputi: a, Merumuskan kinerja dan target kinerja yang jelas dan menggambarkan hubungan yang berkesinambungan serta selaras secara_berjenjang (cascading) dan menggambarkan kontribusi antar bidang dengan tugas dan fungsi lain (crosscutting); b. Menyusun perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran yang berkualitas dan dilakukan pemantauan berkala serta mengevaluasi hasil -16- dari implementasi dari perencanaan tersebut agar selaras mencapai Nilai Kinerja Anggaran (NKA) dan Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) yang tinggi; . Mengoptimalkan perumusan target kinerja yang berorientasi pada outcome dan dampak dengan penyusunan perencanaan, penganggaran, pengukuran dan pelaporan yang berkualitas. Menyusun dokumen perencanaan yang meliputi rencana strategis (Renstra) dan rencana kerja (Renja) pada tingkat kementerian, entitas eselon 1, entitas satuan kerja (eselon 2 dan UPT); Menyusun perjanjian kinerja (PK) dan rencana aksi kinerja (Renaksi); Mempublikasikan dokumen perencanaan kinerja; g. Merumuskan dan menerapkan pedoman pengukuran kinerja; Merumuskan sasaran strategis; Menentukan indikator kinerja utama, indikator kinerja program, dan indikator kinerja kegiatan yang selaras (cascading); Melakukan mekanisme pengukuran yang dapat diandalkan sesuai dengan metode yang ditetapkan; Menyusun dokumen laporan kinerja setiap entitas sesuai batas waktu yang telah ditentukan; Menyampaikan pelaporan kinerja dengan data yang diperoleh dari entitas terbawah lalu dikumpulkan di entitas di atasnya; .Memanfaatkan laporan kinerja sebagai bahan evaluasi pencapaian keberhasilan kinerja dan penyesuaian perencanaan kinerja baik pada rencana strategis (Renstra) maupun rencana kerja (Renja); Melakukan Penilaian Mandiri di setiap entitas terhadap implementasi SAKIP; ae ©. Melakukan konfirmasi dan penjaminan kualitas atas penilaian mandiri entitas di bawahnya. p. Mendokumentasikan, menganalisis dan menginterpretasikan data dan informasi lembar kerja evaluasi (LKE); q. Melakukan penilaian implementasi dalam LKE; r. Menyimpulkan data dan informasi setelah pengisian LKI s. Melakukan pembahasan dan penyusunan rancangan laporan hasil evaluasi (LHE); dan t. Mengendalikan evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) agar berjalan sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan evaluasi. u, Melakukan penyesuaian terhadap perencanaan kinerja atas hasil evaluasi kinerja v. Menyampaikan hasil evaluasi kepada evaluatan. w. Menyusun tindak lanjut atas rekomendasi pada laporan hasil evaluasi. B. Kompetensi SDM Pengelola Kinerja Dalam menentukan individu sebagai bagian dari tim pengelola kinerja, dipertukan SDM yang memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman dalam bidang penyusunan program dan anggaran, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, maupun pelaksanaan evaluasi kinerja. Dalam mewujudkan SDM yang kompeten, maka diperlukan standardisasi kualitas tim pengelola SAKIP dari entitas kementerian, entitas unit kerja eselon 1, hingga entitas satuan kerja. Standardisasi tersebut dapat dilakukan melalui beberapa hal antara lain: Coaching Clinic, Bimbingan Teknis (Bimtek), Lokalatih ataupun pelatihan-pelatihan dalam bidang Perencanaan, Penganggaran, Pengukuran Kinerja, Pelaporan, dan Evaluasi Kinerja. -18- BAB 3. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan kebijakan, sasaran, program, kegiatan dan indikator kinerja dalam periode tertentu. Perencanaan Kinerja merupakan hal penting bagi terselenggarannya manajemen kinerja yang baik. Untuk itu perencanaan harus dijadikan acuan oleh manajemen dalam melaksanakan suatu program dan kegiatan untuk mencapai sasaran strategis dan atau sasaran program. Dokumen perencanaan berupa: Rencana Strateis (Renstra); Rencana Kinerja (Renja); Perjanjian Kinerja (PK); Rencana Aksi (Renaksi) dan Kegiatan-kegiatan tematik. Setiap entitas akuntabilitas kinerja menyusun dokumen-dokumen tersebut secara berjenjang, dimulai dari entitas tertinggi kemudian sampai dengan entitas terendah. Dokumen-dokumen tersebut memuat penjenjangan Kinerja dari entitas tertinggi yang didistribusikan hingga entitas terendah. Dalam melakukan penjenjangan kinerja, disusun indikator kinerja dan target kinerja. Penentuan indikator kinerja mengikuti kriteria sebagai berikut: a. spesifik (specifi; b. dapat diukur (measurable); c. dapat dicapai (attainable); d. relevan (relevant); dan e. berjangka waktu tertentu (time bound). Kualitas Perencanan Kineria Tahunan Perencanaan Kinerja Tahunan 2 adairersan meiesloon Ser cea cme - eee SE pereneanaan Kes. Enna Tehunan a Gambar 1. kriteria dokumen perencanaan dalam LKE SAKIP Jenis Dokumen Perencanaan Dokumen perencanaan dapat diartikan naskah yang tertuang sebagai proses untuk menentukan tindakan masa depan yang terukur dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Jenis-jenis dokumen perencanaan meliputi: a. Rencana Strategis b. Rencana Kerja c, Perjanjian Kinerja d. Rencana Aksi Perjanjian Kinerja -20- Setiap entitas pengelolaan kinerja menyusun rencana strategis sebagai dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan. Dokumen ini yang menjadi landasan setiap entitas akuntabilitas kinerja dalam menyusun rencana kerja (Renja) dan rencana kerja dan anggaran (RKA) yang ditetapkan dalam dokumen daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) sebagai dasar pelaksanaan kegiatan, serta dikontrakkerjakan sebagai perjanjian kinerja (PK). Selain itu, entitas pengelola kinerja juga menyusun rencana tematik untuk kegiatan-kegiatan strategis dan prioritas seperti Janji Presiden, Direktif Presiden, maupun Prioritas Nasional yang dilakukan pemantauan khusus oleh tim Kepresidenan melalui Kantor Staf Presiden atau entitas Kementerian Koordinator. Rencana tematik ini bersifat tentatif dengan tema dan masa periode pemantauan yang ditentukan secara dinamis. ee sees ron) FN Giese Gambar 2. Jenis-jenis dokumen perencanaan -21- Penyusunan Dokumen Perencanaan Setiap entitas wajib menyusun dokumen perencanaan sesuai dengan entitas masing-masing. Level nasional disuoun ole tien pengelola ‘einerja ementerian Setiap centitas Setiap entitas selon 2 tselon 1 isusun oleh disusun oleh. tim ‘tim pengelela inetinexelon Setiap centites ceelon 3 Level mandisi ementerian disueun disusin oleh tim“ oleh tim pengelola kinerja Pengeloia iineria Gambar 3. Tim Penyusun pada setiap level entitas ‘Tata Waktu Perencanaan sevew ' sia Renstra SS? rpmn @) ven ; rea, © Ma Cd e a ae a, wenn co Renja, Pie. T Tebua. = Gambar 4. Tata waktu perencanaan. 1, Dokumen Rencana Strategis Dokumen Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan yang disusun untuk periode 5 (lima) tahunan baik level Kementerian, entitas eselon I dan entitas eselon Il serta UPT. Penyusunan rencana strategis -22- berpedoman pada peraturan menteri Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.63/MENLHK/SETJEN/SET.1/10/2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020 - 2024. a. Dokumen Renstra harus memuat: b. Visi, Misi, Tujuan, Program dan Sasaran Program Unit Kerja Eselon c. Arah Program dan Indikator Kinerja Program d, Arah Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan Peta Strategi Pencapaian (Cascading) pm Po ‘Target Kinerja Program 1.1, Renstra Kementerian Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2020- 2024. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan tersebut, Rancangan Renstra- K/L paling sedikit memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, arah kebijakan dan Strategi nasional, arah kebijakan dan Strategi K/L, Kerangka Regulasi, Kerangka Kelembagaan, Pengarusutamaan, Target kinerja beserta Indikator Kinerja Kegjatan dan kerangka pendanaan. 1.2. Renstra Unit Kerja Eselon I Penyusunan Renstra Unit Kerja Esclon I berpedoman pada Renstra Kementerian. Teknis penyusunan Rencana Strategis tersebut, berti ik-tolak dari uraian tugas, fungsi dan kewenangan, serta hasil evaluasi kinerja selama tahun 2015-2019 yang lalu, dan aspirasi stakeholders terkait dengan pemenuhan kebutuhan barang dan layanan publik, Kesetaraan Gender serta prediksi kondisi yang ingin diubah untuk lima tahun yang akan datang dalam lingkup Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan. -23- Rancangan Renstra Unit Kerja Eselon I, memuat rumusan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, kemudian arah kebijakan dan Strategi, program dan Kegiatan, Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan beserta masing-masing indikator kinerjanya, Untuk itu, perlu ditentukan juga kerangka regulasi, Kerangka Kelembagaan, dan Pengarusutamaan yang diperlukan untuk merealisasikan hal-hal tersebut, kemudian target kinerja dan kerangka pendanaannya. Metode yang digunakan untuk menentukan rumusan dari komponen- komponen Renstra Unit Kerja Eselon I dimaksud yaitu dengan metode “cascading”, yaitu diawali dengan cara menurunkan apa yang terkandung dalam ramusan Sasaran Strategis Renstra Kementerian, kemudian dipilih yang sesuai dan relevan dengan tugas, fungsi dan kewenangannya, dan selanjutnya dirumuskan Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan untuk lingkup Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan. Metode yang sama digunakan juga untuk merumuskan komponen- komponen lainnya dari Rencana Strategis dengan urutan sebagai berikut: a. Pernyataan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Kementerian hendaknya diadopsi langsung oleh Unit Kerja Eselon I. b.Rumusan Visi untuk Unit Kerja Eselon I ditentukan dengan cara menurunkan apa yang terkandung dalam salah satu Misi dari Renstra Kementerian disertai dengan prediksi kondisi umum yang ingin dicapai atau akan diubah oleh Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan selama tahun 2020-2024. c. Rumusan Misi dari Unit Kerja Eselon I dirumuskan setelah rumusan Visi telah ditentukan dan disepakati terlebih dahulu oleh jajaran Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan, Misi harus mencerminkan upaya- upaya yang akan diemban oleh Unit Kerja Eselon I untuk 5 (lima) tahun yang akan datang. d. Rumusan Tujuan dan Sasaran Strategis Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan, dilakukan dengan cara menelaah apa-apa yang ingin -24- dicapai oleh Unit Kerja Eselon I sejalan dengan rumusan Misi Unit Kerja Eselon I. e. Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan beserta Indikator Kinerjanya disusun dengan mengacu pada substansi dari rumusan Sasaran Strategis Renstra Kementerian, kemudian diturunkan dan dipersempit lingkupnya sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan. f, Untuk mengetahui konsistensi antara rumusan Sasaran Strategis Unit Kerja Eselon I, dengan Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan, maka hasil ramusannya diringkaskan kedalam peta cascading sesuai dengan kerangka seperti gambar Struktur Program K/L dalam Renstra Kementerian. Pada gambar di bawah, tampak bahwa substansi dari Renstra Unit Kerja Eselon I adalah miniatur dari Renstra Kementerian, hanya saja lingkupnya adalah sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan yang sudah ditentukan bagi Unit Kerja Esclon I yang bersangkutan atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk itu, cakupan dari Renstra Unit Kerja Eselon I adalah sejak dari rumusan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis, arah kebijakan dan Strategis, program generik dan program teknis hingga Kegiatan. Cakupan yang harus tercakup juga dalam Renstra tersebut adalah rumusan sasaran strategis, Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan, yang diturunkan secara khusus dengan metode cascading, sehingga terlihat keterkaitan antara rumusan Sasaran Strategi pada tingkat Menteri, dengan Sasaran Program pada tingkat Esclon I serta Sasaran Kegiatan pada tingkat Eselon II dan UPT dari masing-masing Unit Kerja Eselon I yang bersangkutan. -25- ‘Struktur Program K/L dalam Renstra Kementerian 1.3, Renstra Unit Kerja eselon Il dan UPT Penyusunan Renstra Unit Kerja Eselon II dan Renstra UPT pada prinsipnya hampir sama dengan penyusunan Renstra Unit Kerja Eselon I, hanya saja lingkupnya lebih sempit dan diturunkan dari uraian tugas, fungsi dan kkewenangan yang khusus terkait dari masing-masing Unit Kerja Eselon II dan UPT. Oleh karena itu, penyusunannya tetap berpedoman pada Renstra Unit Kerja Eselon I yang berada di atasnya. Kemudian dalam teknis penyusunannya, metode yang digunaken untuk menentukan rumusan dari komponen-komponen Renstra Unit Kerja Eselon I dan Renstra UPT yaitu dengan metode cascading atau dengan menurunkan apa yang terkandung dalam rumusan Indikator Kinerja Kegiatan dari Renstra Unit Kerja Eselon I,

You might also like