MAKALAH
MASYARAKAT MADANI
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah: Pendidikan Agama
Dosen Pembimbing: Lumatul Arif, M.Pd
Disusun oleh
Trin nur azizah / 2383207014
Ahmad zaeni musthofa / 2383207028
PROGAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNERSITAS NURUL HUDA SUKARAJA BUAY MADANG
OKU TIMUR SUMATERA SELATAN
2023 / 2024KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
\gga kami dapat menyelesaikan makalah “MASYARAKAT MADANI” guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untukjunjungan nabiagung kami, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kami semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang
telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalab ini.
Kami menyadaribahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ni dapat berguna dan bemanfaat
untuk kita semua.
Sukaraja, September 2023
PenulisDAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR cc.
DAFTAR ISI.....cssssstssnssseststntiietnstiststiineinstistaessteseseseseessll
BAB I PENDAHULUAN.........
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penelitian 1
BAB II PEMBAHASAN ...
A. Pengertian masyarakat madani ...........0ccc00
B, Sejarah masyarakat madani dalam peradaban islam......3
C. Peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani 4
D. Strategi mewujudkan masyarakat madani.... 5
E. Kendala mewujud kan masyarakat madani ...... wd
F. Karakteristik masyarakat madani 6
BAB IIL PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
AETAR PUSTAKA i ccsotnsiineinninnnnnnnninennnninanistnaanennsannstnBABI
Pendahuluan
A. Latar belakang
Islam melahirkan konsep sempuma dengan menampilkan lima jaminan dasar yang diberikan
agama kepada warga masyarakat, baik secara perorangan ataupun kelompok. Pertama,
kesclamatan fisik warga masyarakat dari tindakan fisik di luar ketentuan hukum. Kedua,
kesclamatan keya-kinan agama masing-masing, tanpa ada paksaan untuk berpindah agama.
Ketiga, kesclamatan keluarga dan keturunan, Keempat, keselamatan harta benda dan milik
pribadi di luar prosedur hukum, Kelima, keselamatan profesi (intelektual). Kelima jaminan
dasar tersebut menampilkan universalitas pandangan hidup atau visi transformatis sosial
keagamaan yang utuh. Pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat yang berdasarkan hukum,
persamaan derajat dan sikap toleransi adalah unsur-unsur utama kemanusiaan. Namun, hal itu
sekedar menyajikan kerangka teoritik. Sehingga, harus diikuti dengan upaya
pengorganisasian dan penerapannya di lingkungan sosial secara empiris.
Makalah ini akan membahas berbagai konsep/pendapat/pemikiran tentang civil
society/masyarakat madani, yakni masyarakal yang egaliter dan sederajat, dimana setiap
orang berpartisipasi membangun dan mengembangkan diri dan lingkungan mereka
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pilihan kata dan
definisi, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa itu masyarakat madani
c. Tujuan
Adapun tujuan dan maksud pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Agama
2. Untuk agar lebih tahu sejarah masyarakat madaniBABII
PEMBAHASAN
A. Pengertian masyarakat madani
Mayarakat madani dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam
membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya, Masyarakat Madani akan terwujud
apabila suatu masyarakat telah menerapkan prinsip-prinsip demokrasi dengan baik. Di dalam
Al qur’an sudah dijelaskan tentang umat yang terbaik untuk membentuk peradaban manusia
‘yang lebih humanis dan toleran yaitu :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS Ali Imran [3]: 110)
Konsep “Masyarakat Madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman konsep
“civil society”. (Orang yang pertamakali mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim
dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.) Pemaknaan civil society sebagai
Masyarakat Madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah yang dibangun
Nabi Muhammad dengan menerapkan Piagam Madinah. Masyarakat Madinah dianggap
sebagai legitimasi historis pembentukan civil society dalam masyarakat muslim modern.
Pembicaraan konsepsi masyarakat madani dewasa ini sangat familiar dikalangan
cendekiawan, intelektual, bahkan dikalangan masyarakat umum sekalipun, baik dalam forum
seminar, diskusi, maupun dalam berbagai pertemuan non-formal. “Istilah masyarakat madani
memiliki padanan kata yang bermacam-macam, yaitu civil society, masyarakat sipil, masya-
rakat warga, masyarakat kewarga negaraan, dan masya-rakat yang berperadaban”. istilah
dimaksud, digulirkan oleh al-Attas pertama kali menggunakan tem al Mujtama’ al-Madani
yang memberi penegasan bahwa konsepsi masyarakat madani adalah: “mengandung dua
makna yaitu masyarakat kota dan masyarakat beradab”. Lebih lanjut ditegas-kan, bahwa
makna kota bukan sebatas kota kecil atau kota besar, namun lebih dari itu kota yang
menggambarkan suatu fenomena kehi-dupan sosial dan memiliki penguasa yang arif untuk
mengatur kehi-dupan manusia yang baik, tunduk, dan patuh, Dalam pengertian bahwa
masyarakat dimaksud harus tunduk dan patuh terhadap aturan-aturan atau perundang-
undangan yang telah ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
Di samping masyarakat yang memiliki sifat atau pola kehidupan yang dinamis,
inovatif, kreatif, praktis, tanggung jawab, berfikir maju, berwawasan luas, guna memper-oleh
kehidupan yang lebih sejahtera, Hal ini relevan dengan firman Allah Saw dalam Surat Yasin,
ayat 20-21.“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib an-Najjar) dengan
bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang yang
tiada minta lasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(QS. Yasin: 20-21).
Berdasarkan konteks di atas, maka historikal konsepsi masya-rakat madani bermula
merupakan tradisi pemikiran Barat yang kemu-dian banyak diadopsi para ilmuwan dan
cendikiawan di negara-negara berkembang. Masyarakat madani sendiri adalah merupakan
patsial dari sejarah Eropa Barat yang kemudian ditarik menjadi bangunan teori dan para-
digma yang digunakan sebagai kerangka untuk mencermati peru-bahan sosial di masa transisi
dari suatu masyarakat feodal ke masyarakat yang lebih kompleks dan modem. Konsepsi ini
dipertegas oleh analis Saltmarche, bahwa masyarakat madani (civil society) merupakan
impian Barat, dan setelah mewujud dalam format konkrit ia menjadi bagian dari sejarah
sosial Eropa Barat.
Konsepsi Masyarakat Madani merupakan sebuah paradigma teoritik, dan bahkan
setiap rumusan yang berbentuk pola, mampu menjelaskan setiap peristiwa yang terjadi.
Istilah tersebut sesungguhnya datang sebagai hasil dari sebuah kebutuhan untuk men-cermati
transisi dari masyarakat feodal menunju suatu masyarakat dalam interaksi politik dan
ekonomi yang lebih kompleks. Masyarakat Madani merupakan profil sederhana tentang
sebuah masyarakat yang tidak men-jadi bagian dari negara. Fokus atau lingkup operasional
masyarakat ma-dani adalah ekonomi, komunikasi, politik, pendidikan, ilmu pengeta-huan dan
Kebudayaan. Masyarakat Madani sangat menyambut pluralistik dan diversifikasi, sekaligus
bertindak sebagai motor bagi pemegang kekuasaan. Konsep masyarakat madani sesung-
guhnya telah lama ada, namun seolah-olah terlupakan dalam perdebatan wacana ilmu sosial
modem, terutama ketika Eropa Timur dilanda reformasi dan terjadi revitalisasi pada
pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an
Dalam konteks senada dikemukakan oleh Nurcholish Madjid melalui istilah al-
madinah atau al-tamaddun yang mengandung pengertian peradaban Islam atau peradaban
kota. Nurcholish Madjid senditi, dalam teorinya me-ngatakan bahwa Islam itu adalah agama
urban yang disimbolkan dengan negara kota, yaitu Madinah.
Hal ini tentu saja mengingatkan kita pada konsep negara kota (city state) yang
dikemukakan oleh para filosof Yuna-ni, dengan pengertian bahwa kota adalah pusat
peradaban, sebagaimana dimengerti oleh Cicero, seorang orator dan filosof sosial pada zaman
Romawi Kuno di zaman Julius Cesar. Maksudnya adalah bahwa kota itu, berbeda dengan
daerah pedesaan yang merupakan pusat peradaban. Selanjutnya peradaban Islam diwujudkan
oleh Muhammad Saw dalam format kota, yaitu al-Madinah al-Munawwarah didirikan dari
agropolitan Yatsrib, dimana saat itu falsafat Yunani belum diketahui oleh Rasul dan para
sahabatnya, Dengan demikian, maka ide al-Madinah al- Munawwarah sebagai pusat budaya
dan peradaban adalah konsepsi orisinal yang landasannya dapat ditemukan dalam al-Qur’an
al-Karim, surat Ali Imran; 103 dan 104 serta dipertegas dalam ayat 110.B. Scjarah Masyarakat Madani dalam Peradaban Islam
‘Ada dua Masyarakat Madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai Masyarakat
Madani, yaitu:
1. Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman, Allah SWT memberikan
gambaran dari Masyarakat Madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
“Ses
ngguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada
mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan)
tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya, (Negerimu) adalah negeri yang baik
dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
2. Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara Rasullullah
SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan
beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi
kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian
dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan
Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-
keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama
serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya
Secara historis kita lebih mudah secara langsung merujuk kepada “masyarakat"nya Ibnu
Khaldun. Deskripsi masyarakatnya justru banyak mengandung muatan-muatan moral-
spiritual dan menggunakan agama sebagai landasan analisisnya. Pada kenyataannya
masyarakat sipil tidak sama dengan Masyarakat Madani, Masyarakat Madani merujuk kepada
sebuah masyarakat dan negara yang diatur oleh hukum agama, sedangkan masyarakat sipil
merujuk kepada komponen di luar negara. Syed Farid Alatas seorang sosiolog sepakat
dengan Syed M. Al Naquib Al Attas (berbeda dengan para sosiolog umumnya), menyatakan
bahwa faham Masyarakat Madani tidak sama dengan faham masyarakat Sipil. Istilah Madani,
Madinah (Kota) dan din (diterjemahkan sebagai agama) semuanya didasarkan dari akar kata
din, Kenyataan bahwa nama kota Yathrib berubah menjadi Madinah bermakna di sanalah din
berlaku. Secara historispun masyarakat Sipil dan Masyarakat Madani tidak memiliki
fhubungan sama sekali, Masyarakat Madani bermula dari perjuangan Nabi Muhammad SAW
menghadapi kondisi jahiliyyah masyarakat Arab Quraisy di Mekkah. Beliau
memperjuangkan kedaulatan, agar ummatnya leluasa menjalankan syari’at agama di bawah
suatu perlindungan hukum dan mewujudan cita-cita membentuk madaniyyah (beradab).C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakar Madani
Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan zaman, maka umat Islam harus
berperan aktif dalam mewujudkan Masyarakat Madani.
‘amu adalah umat yang terbaik yangdilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S.Ali Imron: 110).
Oleh karena itu maka Umat Islam harus menunjukan perannya dalam mewujudkan
Masyarakat Madani yaitu antara lain
Melakukan pembenahan kedalam tubuh umat Islam untuk menghapus kemiskinan,
Menciptakan keadilan sosial dan demokrasi
Merangsang tumbuhnya para intelcktual,
Mewujudkan tata sosial politik yang demokratis dan sistem ekonomi yang adil
Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan pendapatan dan
pendidikan rakyat
6. Sebagai advokasi bagi masyaraktyang “teraniaya”, tidak berdayamembela hak-hak
dan kepentinganmereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh,
TKI, TKW yang digaji atau di PHK secara sepihak, di siksa bahkan di bunuh oleh
majikannya dan lain-lain).
7. Sebagai kontrol terhadap negara
8. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok penekan (pressure
group) dalamrangka menegakkan kebenaran dan keadilan,
veers
Bangsa Indonesia berusaha untuk mewujudkan Masyarakat Madani yang pada
dasamya adalah masyarakat sipil yang demokratis dan agamis/religius, Dalam kaitannya
pembentukan Masyarakat Madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu
dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan
bersirikan imtag, kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jemih sesuai
dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan
bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara
kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis, berani dan mampu
menjadi saksi, memiliki wawasan yang luas, memiliki semangat toleransi mengerti cita-cita
nasional bangsa Indonesia yang demokratis, aman, adil dan makmur bagi seluruh rakyat
Indonesia.D. Strategi Mewujudkan Masyarakat Madani
1. Umat Islam harus mempunyai pandangan tentang integrasi nasional dan politi.
Pandangan ini menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung
dalam kenyataan hidup sehati-hari dalam masyarakat yang belum memiliki
kesadaran dalam hidup berbangsa dan bemegara
2, Umat Islam harus mereformasi sistem politik demokrasi, yakni pandangan yang,
menckankan bahwa untuk membangun demokrasi perlu ditekankan pada usaha
demokratisasi yang memberikan impak pada kesejahteraan ekonomi, Revitalisasi
bidang politik mesti sejajar dengan perbaikan ekonomi masyarakat.
3. Umat Islam harus mempunyai paradigma membangun Masyarakat Madani yang,
lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara,
khususnya kalangan kelas menengah (middle class) yang terdiri para akademisi,
intelektual, budayawan, para pengusaha, dan para mahasiswa sebagai kelompok
kritis),
E. Kendala Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam hal ini, Robert Hefner (1998: 1) menyatakan bahwa Masyarakat Madani
adalah sebuah impian (dream) suatu komunitas tertentu, Oleh karena itu, Hefner meragukan
upaya bangsa Indonesia dalam mewujudkan Masyarakat Madani yang diharapkannya, karena
formatnya pun belum jelas. Pendapat Hefner tersebut, memberikan dugaan bahwa Indonesia
masih akan jauh dari pembentukan Masyarakat Madani
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia
diantaranya :
1. Posisi Umat Islam yang berjumlah 85% tapi kondisinya SDM nya tangat rendah,
karena pendidikan yang belum merata,
2. Sistem ekonomi dan kesejahteraan umat. Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip
uutama, yakni pertama, tidak seorangpun atau sekelompok orangpun yang berhak
mengeksploitasi orang lain; lihat Q.S. As-Syu’ara ayat 183 dan kedua, komitmen
Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan, keadilan ekonomi dan sosial,
maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan bertentangan dengan
Islam.(lihat, Q.S QS. An-Nahl ayat 71).
3. Management Zakat dan Wakaf yang belum professional (lihat Q.$ Al- Bagagarah
110.)
Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat,
Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter.
Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja yang terbatas.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar dan Penanganan
TKI yang masih belum maksimal
Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi,
9. Pemerintah yang belum bebas dari KKN.
we
nS10, Demokrasi pendidikan belum berjalan dengan lancar. (lihat. httpy/www.Usman,
Husaini Dosen FIS UN Yogya, “Menuju Masyarakat Madani melalui demokrasi
Pendidikan” Makalah seminar, 18 Juli 2007.).
F, Karakteristik Masyarakat Madani
Masyarakat madani secara general bisa diterjemahkan sebagai suatu masyarakat atau
institusi sosial yang memiliki karakteristik, antara lain: "kemandirian, toleransi,
keswadayaan, kerelaan menolong satu sama lain, dan menjunjung tinggi norma dan etika
yang disepa-katinya secara bersama-sama {kolektif}", Lebih jauh, paparan tentang karak-
teristik masyarakat madani sebagaimana diekspresikan Dede Rosyada, et.al., adalah
free public sphere.
Demokratis.
Toleransi.
plu-ralisme.
keadilan sosial {social justice}
berkeadaban.
Peay
Pengertian pertama, free public sphere, eksisnya ruang publik yang bebas sebagai
sarana dalam mengemukakan pendapat, Pada ruang publik yang bebaslah individu dalam
posisinya yang setara mampu melakukan transaksi-transaksi wacana dan praktis politik tanpa
mengalami distorsi dan kekhawatiran, Di sisi lain, masyarakat sebagai warga negara memi-
liki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, di samping berhak melakukan aktifitas
secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta
‘mempublikasikan informasi kepada publik. Kedua, demokrasi merupakan satu entitas yang
menjadi penegak wacana masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga
negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktifitas sehari-hari, ter-masuk dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun
dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitamya tanpa mempertimbangkan
suku, ras dan agama. Pene-kanan demokratis di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek
kchidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Ketiga,
toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan
sikap saling menghargai dan menghormati aktifitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi
ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan
menghormati pendapat serta aktifitas yang dilakukan oleh kelompok. Keempat, pluralisme
sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka ia harus dipahami secara
mengakar dengan mencip- takan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan mene-rima
kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari, Pluralisme tidak bisa dipahami hanya
dengan sikap mengakui dan menerima kenya-taan masyarakat yang majemuk, tetapi harus
disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan plularisme dimaksud sebagai
nilai posi-tif, bahwa ia merupakan rahmat Tuhan. Kelima, keadilan sosial {social justice}
adalah untuk menycbutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak
jiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan, Term ini
an hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satukelom-pok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama dalam
memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerin-tah (penguasa).Keenam,
keberadaban artinya sikap menghargai dan me-nerima pendapat orang lain dalam berbagai
aspek.
Term senada diekspresikan oleh Hujair bahwa karakteristik masyarakat madani terdiri dari:
Pertama, masyarakat beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki
pemahaman mendalam akan agama serta hidup berdampingan dan saling menghargai
perbedaan agama masing masing. Kedua, masyarakat demokratis dan beradab yang
menghargai adanya perbedaan pendapat. Memberi tempat dan penghargaan perbedaan
pendapat serta mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan individu, kelompok
dan golongan. Ketiga, masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia, mulai dari hak
untuk mengeluarkan pendapat, berkumpul, berserikat, hak atas kehidupan yang layak, hak
memilih agama, hak atas pendidikan dan pengajaran, serta hak untuk memperoleh pelayanan
dan perlindungan hukum yang adil. Keempat, masyarakat tertib dan sadar hukum yang
direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum. Kelima, masyarakat yang
kreatif, mandiri dan percaya diri, Masyarakat yang memiliki orientasi kuat pada penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Keenam, masyarakat yang memiliki_ semangat kompetitif
dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain serta semangat
kemanusiaan universal (pluralistik). Lebih tegas, Mufid memaparkan bahwa karakteristik
masyarakat madani adalah:
1. seba-gai perimbangan kebijakan umum, masyarakat madani juga memperhatikan
kebijakan perorangan dengan cara memberikan alokasi kesempatan kepada setiap
anggotanya meraih kebajikan.
2. masyarakat madani, memerlukan piranti eksternal untuk mewujudkan tujuannya.
Piranti eksternal itu adalah masyarakat eksterna,
3. Masyarakat bukanlah sebuah kekuatan yang berorientasi pada keuntungan
{seigniorial or profit}. Masyarakat madani lebih merupakan kekuatan yang justru
memberi manfaat {abeneficial power}
4, kendati masyarakat madani memberi kesempatan yang sama dan merata kepada setiap
warganya, tidak berarti bahwa ia harus seragam, sama dan sebangun serta homogen,
Masyarakat madani terdiri dari berbagai warga beraneka wama bakat dan potensi.
Karena itulah masyarakat madani disebut sebagai masyarakat multi kuota {a multi
gouta sociaty}
Masyarakat madani yang memerlukan piranti ekstenal adalah masyarakat yang
demokratis, dalam pengertian kedaulatan berada di tangan masyarakat, kekuasaan tertinggi
berada dalam keputusan ber-sama masyarakat, pemerintahan masyarakat dan kekuasaan oleh
masya-rakat. Penegasan konteks ini bahwa masyarakat demokratis adalah me-rupakan suatu
masyarakat yang memiliki perencanaan institusional ke-masyarakatan untuk mencapai
sebuah keputusan tertentu di mana masing-masing individu masyarakat dapat memperoleh
kekuasaan un-tuk memutuskan sebuah perjuangan melalui proses kompetitif atas suara
masyarakat dimaksud. Dasar inilah, piranti ekstemal dalam sebuah masyarakat madani sangat
dibutubkan eksistensinya, karena ia meru-pakan parsial dari karakteristik masyarakat madani,
“dibangun di atas fondasi sosial yang kokoh dan etis disatu sisi, dan fondasi politik yang adil
dan demokratis disisi yang lain".BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep Masyarakat Madani menurut Islam adalah bangunan politik yang: demokratis,
partisipatoris, menghormati dan menghargai publik seperti: kebebasan hak asasi, partisipasi,
keadilan sosial, menjunjung tinggi etika dan moralitas. Ciri utama Masyarakat Madani
Indonesia adalah demokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat
yang mempunyai faham keagamaan yang berbeda-beda, penuh toleransi, menegakkan hukum
dan peraturan yang berlaku secara konsisten dan berbudaya.
Manfaat yang diperoleh dengan terwujudnya Masyarakat Madani ialah terciptanya tatanan,
masyarakat yang lebih terbuka. Di samping itu, dengan terwujudnya Masyarakat Madani,
maka persoalan-persoalan besar bangsa Indonesia seperti: konflik-konflik suku, agama, ras,
etnik, golongan, kesenjangan sosial, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan pembagian "kue
bangsa" antara pusat dan daerah, diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan lahir batin
bagi seluruh rakyat, sehingga kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi bangsa dapat
dicegah.
Strategi membangun Masyarakat Madani di Indonesia dapat dilakukan dengan integrasi
nasional dan politik, reformasi sistem politik demokrasi, pendidikan dan penyadaran politik,
melalui masyarakat sipil yang mengejewantah dalam berbagai wadah sosial politik di
masyarakat, seperti organisasi keagamaan, organisasi profesi, organisasi komunitas, media
dan lembaga pendidikan, dan sejenisnya. Dalam konteks ini, maka peran umat Islam amat
menentukan dalam artian memberikan Kontribusi nyata bagi pembentukan tatanan yang
kondusif.DAFTAR PUSTAKA
Hamim, Thoha. 2000. Islam dan Civil society (Masyarakat Madani): Tinjauan tentang
Prinsip Human Rights, Pluralism dan Religious Tolerance. Dalam Ismail SM dan
Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hartono, 1999, :Perubahan Orientasi Pendidikan Menuju Masyarakat Madani,” Cakrawala
Pendidikan. Edisi Khusus Mei Th. XVIII No. 2.