Professional Documents
Culture Documents
Model Model Kurikulum-87949407
Model Model Kurikulum-87949407
Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Model – Model Kurikulum. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kurikulum
Dalam penulisan dan menyusun makalah, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum Bapak
Ferizal, M.Pd , yang telah memberikan nasihat dan bimbingan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Saya menyadari bahwa dalam penuliasan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu Saya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian model kurikulum?
2. Apa saja macam-macam model kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mngetahui pengertian model kurikulum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam model-model
kurikulum.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dakir, Perencanan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.95
2
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2013), cet. ke-1, h.149
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 82
5
alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.4
Dalam pengembangan kurikulum, hendaknya sebisa mungkin didasarkan
pada faktor-faktor yang konstan sehingga ulasan mengenai hal yang dibahas
dapat dilakukan secara konsisten. Faktor-faktor konstan yang dimaksud adalah
dalam pengembangan kurikulum perlu didasarkan pada tjuan, bahan pelajaran,
proses belajar mengajar, dan evaluasi yang menggambarkan dalam
pengembangan tersebut.5
Faktor-faktor konstan tersebut, yang terdiri dari beberapa komponen
tersebut harus saling bertalian erat. Misalnya evaluasi harus sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai, begitu juga dengan bahan ajar harus sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai, demikian pula dengan bahan ajar dan proses belajar
mengajar.6
Jadi yang dimaksud model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau
prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan
memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif
model pengemangan kurikulum para pengembang kurikulum diharapkan akan
bisa bekerja secara sistematis serta optimal dalam berbagai kepentingan, teori
dan praktik bisa diwujudkan.
4
Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali
Press, 2013), h. 78
5
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), h. 177
6
Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993), h. 139
6
orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang
diberikan atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan diambil dari setiap
disiplin ilmu. Para pengembang kurikulum tidak perlu susah-susah
menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Meraka tinggal
memilih bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin
ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan
tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan
mempelajarinya. Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya
secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa.
Proses belajar dipilih sangat bergantung pada segi apa yang
dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis :
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum
subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta
melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ada beberapa pola
organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis, yaitu :
correlated curriculum, unified atau concentrated curriculum,
integrated curriculum, dan problem solving curriculum. Tentang
kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk
evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata
pelajarannya.
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan
pribadi (personalized education) yaitu John Dewey dan J.J Rousseau
(Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama
kepada siswa. Mereka berasumsi bahwa anak atau siswa adalah yang
7
pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep
Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepeda membina manusia yang
utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan
afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Pendidikan humanistik
menekankan peranan siswa. Pendidikan mereka lebih menekankan
bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana
merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.
Ciri-ciri kurikulum humanistik :
Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan
pengalaman (pengetahuan) berharga untuk membantu perkembangan
pribadi murid. Pengajaran humanistik memfokuskan proses aktualisasi
diri (self actualization). Metode guru diharapkan mengembangkan
kreasi sendiri. Namun, yang penting guru memahami tujuan dan
kegunaan kegiatan yang mereka ciptakan.
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada
umumnya yang lebih menekankan pada hasil akhir atau produk.
Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih memberi penekanan
pada proses yang dilakukan.
8
terjadi bukan hanya guru dan siswa, tetapi juga antara siswa dengan
siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya dan dengan
sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa
berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan
kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan
ekonomi. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan
yang muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja,
tetapi oleh setiap disiplin ilmu, termasuk ekonomi, kimia, matematika,
dll. Dalam kurikulum ini, guru berperan menghubungkan tujuan
peserta didik dengan manfaat lokal, nasional, dan internasional.
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional antara guru dan
murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat
dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus menciptakan
materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang
memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan dorongan
kepada murid atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan saja
dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid. Guru tidak memaksakan
sesuatu yang tidak disenangi murid. Kurikulum humanistik
menekankan integrasi yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat
intelektual tetapi juga emosional dan tindakan dan juga menekankan
keseluruhan, kurikulum harus memberikan pengalaman yang
menyeluruh bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Pandangan
rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinannya pada kemapuan
manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya
tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. .
Ciri-ciri kurikulum rekonstruksi sosial :
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan
para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang dihadapi (masalah-masalah masyarakat
yang dapat dikaji dalam kurikulum) dan membangun kembali dunia
9
ekonomi politik. Metodenya kooperatif atau kerja sama. Evaluasi
dalam kurikulum rekonstruksi sosial mencakup segala hal yang luas
yaitu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan permasalahan,
kemungkinan pemecahan masalah, pendefinisian kembali pandangan
mereka tentang dunia, dan kemauan mengambil tindakan atas suatu
ide. Di samping itu, peserta didik diharapkan dapat menilai
pembelajaran mandiri yang sudah dilakukan untuk melihat apa yang
sudah mereka pelajari.
4. Kurikulum Teknologi
Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek
kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah
diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi
sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta,
sabak dan grip, dll. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya
yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video
cassette, overhead projector, film slide, motion film, komputer,
internet, dll. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di
bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini
ada persamaannya dengan pendidikan klasik yaitu menekankan isi
kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan
ilmu tersebut melainkan pada penguasaan kompetensi. Perspektif
teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program,
metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum
adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras
dalam pendidikan dikenal dengan teknologi alat (tools technology),
sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga
teknologi sistem (system technology).
Ciri-ciri kurikulum teknologi :
10
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku. Metode pengajaran bersifat individual dan
kelompok. Organisasi bahan ajar, banyak diambil dari berbagai
disiplin ilmu yang telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung
penguasaan suatu kompetensi. Evaluasi formatif (umpan balik bagi
siswa dalam penyempurnaan dan penguasaan suatu satuan pelajaran)
dan sumatif (umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau
semester).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik sesuatu kesimpulan bahwa:
Kurikulum dapat dikategorikan ke dalam empat kategori umum, yaitu
subjek akademis, humanistik, rekonstruksi sosial, dan teknologi. Masing-
masing kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh
siapa diajarkan, kapan dan bagaimana diajarkan.
Titik pandang model adalah berbeda-beda dengan berbagai macam
modelnya. Kita tidak dapat mengatakan suatu model lebih ampuh dan lebih
bagus diterapkan untuk sekolah ini dan satunya lagi tidak lebih baik untuk
diterapkan di sekolah ini, karena masing-masing model memiliki kelebihan
dan kekurangnnya. Apabila kita ingin menerapkan suatu model, sebaiknya
dikaji terlebih dahulu disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada serta
kepentingan kita, lalu menentukan model manakah yang dapat diterapkan
dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan beberapa model.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya makalah ini jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Karena hal ini akan menjadikan motivasi bagi kami untuk menciptakan karya
yang lebih baik lagi
12
DAFTAR PUSTAKA
13