You are on page 1of 27

MAKALAH P

UUD 1945 DALAM KEHIDUPAN SOSIAL,POLITIK, EKONOMI


HUKUM, DAN BUDAYA SERTA PENDIDIKAN
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila
Dosen Pengampu : Edora, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
RESTU SAYIDINA AHMAD (312310431)
SHAFIRA NAYLA HIDAYAT (312310337)
NADIA PERTAMA PUTRI (312310432)
REVO FERMANA ADZI (312310371)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah Pancasila dengan materi “UUD 1945 dalam kehidupan
sosial, politik, ekonomi hukum, budaya serta pendidikan”.
Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah Pancasila di program studi teknik
informatika Fakultas teknik pada Universitas Pelita Bangsa.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Edora, S.PD,.
M.PD, selaku dosen mata kuliah Pancasila dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bekasi, 4 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian UUD 1945
2.2 UUD 1945 Dalam Kehidupan Sosial
2.3 UUD 1945 Dalam Politik
2.4 UUD 1945 Dalam Ekonomi Hukum
2.5 UUD 1945 Dalam Budaya
2.6 UUD 1945 Dalam Pendidikan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Undang-undang dasar 1945 memiliki peranan yang sangat penting dalam
pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia. Peranannya dapat dilihat dari kandungan
yang terdapat di dalamnya. UUD 1945 mengandung cita- cita dan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia, yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan diikat oleh pasal dan
ayat yang dijelaskan didalam batang tubuh UUD 1945.
Dalam perkembangannya, batang tubuh UUD 1945 telah diamandemen sebanyak
empat kali. Amandemen yang dilakukan bertujuan untuk memperjelas hukum-hukum
yang terkandung di dalamnya, atau untuk membentuk suatu hukum yang belum
dijelaskan, demi penyempurnaan UUD 1945. Dengan dilakukannya amandemen UUD
1945 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hukum dalam pelaksanaan
ketatanegaraan. Sehingga tidak ada celah untuk melakukan pelanggaran terhadapnya.
Pemikiran untuk melaksanakan amandemen didasarkan pada kenyataan yang
terjadi selama masa pemerintahan orde lama dan baru, sehingga kehidupan
ketatanegaraan berjalan secara sentralisasi kekuasaan sepenuhnya ditangan presiden.
Karena latar belakang inilah, UUD 1945 menjadi suatu peraturan dasar yang tidak dapat
diganggu gugat.
Amandemen UUD 1945 dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
amandemen pertama dilaksanakan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap 9 pasal UUD 1945. Selanjutnya amandemen kedua dilaksanakan pada tahun
2000, amandemen ketiga dilaksanakan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir
dilaksanakan pada tahun 2002 dan disahkano pada tanggal 10 Agustus 2002.
Amandemen UUD 1945 mengawali kehidupaan ketatanegaraan baru bagi rakyat
Indonesia yang diharapkan dapat meningkatkan kehidupan rakyat. Disamping itu,
Sebagai warga negara, kita hendaknya memahami UUD 1945. Sehingga kita dapat
menjalankan fungsi kita sebagi seorang intelek yang dapat mengkritik jalannya
pemerintahan. Untuk itu, penulis membahas makalah yang bertemakan UUD 1945,
yang berisi mengenai hukum dasar tertulis dan tidak tertulis,konstitsi, struktur
pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945, isi pokok batang tubuh UUD 1945,
hubungan antara lembaga-lembaga negara dan hak asasi manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian Undang Undang Dasas 1945?


2) Apa fungsi UUD 1945 dalam Kehidupan Sosial ?
3) Apa fungsi UUD 1945 dalam Kehidupan Politik ?
4) Apa fungsi UUD 1945 dalam Ekonomi Hukum ?
5) Apa fungsi UUD 1945 dalam Budaya ?
6) Apa fungsi UUD 1945 dalam Pendidikan?

1.3 Tujuan penulis


1) Mengetahui secara singkat tentang Undang-Undang Dasar 1945
dalam Konstitusi politik, sosial, dan ekonomi yang harus menjadi
acuan bernegara dan berpemerintahan.
2) Mengandung aspek pandangan hidup, cita-cita, dan falsafah yang
merupakan nilai-nilai luhur bangsa dan menjadi landasan dalam
penyelenggaraan negara.
3) Menunjukkan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang
mengadopsi konstitusionalisme, konsep negara hukum, dan prinsip
demokrasi.
4) Memberikan dasar dasar tentang perekonomian indonesia,
5) Mengatur tentang hak hak setiap warga negara indonesia untuk
mengembangkan dan memelihara budaya sendiri.
6) Mengatur tentang hak hak setiap warga indonesia untauk
mendapatkan pendidikan yang bermutu., Menjamin hak pendidikan
bagi setiap warga negara,
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian UUD 1945


Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi bernaskah dan hukum dasar
tertulis tertinggi yang dijadikan pedoman bagi penyelenggara sebuah negara.
Sebagai hukum dasar, isinya disusun secara sistematis mulai dari prinsip-prinsip
yang bersifat umum dan mendasar, dilanjutkan dengan perumusan prinsip-
prinsip kekuasaan dalam setiap cabangnya yang disusun secara berurutan.
Pasal-pasal dan ayatnya dirumuska dalam tingkat abstrasi yang sesuai dengan
hakekatnya sebagai hukum dasar serta bersifat terbuka yang memungkinkan
untuk menampung dinamika perkembangan zaman.
2.2 UUD dalam Kehidupan Sosial
2.2.1 Persamaan Atas pekerjaan dan Kehidupan yang Layak
Menurut Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 27 ayar (2) dengan tegas
menyebutkan: “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”, mengandung pengertian bahwa ketentuan itu dapat
memberikan jaminan kepada setiap warga negara untuk memperoleh pekerjaan
yang layak bagi kehidupannya. Konsekuensi yang harus dilaksanakan ialah
bahwa pasal itu mengharuskan negara untuk bersikap adil dalam memberikan
kesempatan untuk mendapat pekerjaan.
Maka untuk itu Pemerintah wajib menyediakan lapangan kerja dan melindungi
hak-hak tenaga kerja. Untuk melaksanakan kewajiban tersebut maka
Pemerintah lewat instansi terkait telah melakukan upaya-upaya untuk 11
mengatasi masalah-masalah, baik yang berhubungan dengan angkatan kerja
maupun dengan tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia cukup
banyak dan menyangkut berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial,
budaya, politik, hukum, dan lain sebagainya. Hal ini perlu penanganan khusus
dari pihak swasta maupun pemerintah.
Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah antara lain sebagai
berikut :
a) Meningkatkan mutu/kualitas tenaga kerja pemerintah untuk
meningkatkan mutu tenaga kerja dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya :
1. Melalui pemberian pelatihan-pelatihan bagi tenaga kerja,
meliputi dengan diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
produktivitas tenaga kerja;
2. Melalui pendidikan formal, seperti melaksanakan pendidikan dari
SD sampai Perguruan Tinggi;
3. Menyelenggarakan pelatihan manajemen di daerah;
4. Meningkatkan prasarana pelatihan untuk pencari kerja dan
pegawai pengawas ketenagakerjaan;
5. Melalui pendidikan non formal, seperti :
a) pelatihan kerja, kegiatan ini dapat dilakukan oleh Balai
Latihan Kerja (BLK) di kota/kabupaten setempat;
b) Pemagangan, yaitu latihan kerja yang dilakukan oleh
perusahaan itu sendiri;
c) Peningkatan kualitas mental spiritual tenaga kerja;
d) Peningkatan pemberian gizi dan kualitas kesehatan;
e) Pengembangan penelitian dalam bentuk seminar,
workshop, dan lainlain;
f) Mengirimkan tenaga kerja Indonesia yang berkualitas ke
luar negeri.
b) Memperluas kesempatan kerja beberapa upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, diantaranya :
1. Mendirikan industri atau pabrik yang bersifat padat karya;
2. Mendorong proyek-proyek yang bersifat padat karya dan usaha-
usaha kecil dan menengah;
3. Meningkatkan investasi (penanaman modal) asing;
4. Mendorong peningkatan investasi baik usaha negara, swasta
nasional, swasta asing maupun usaha perseorangan;
5. Mendirikan kemudahan-kemudahan (fasilitas) kepada para
investor;
6. Disevisikasi usaha dalam segala bidang/sektor ekonomi;
Menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha;
7. Mendorong dan memacu tumbuhnya lapangan kerja baru;
Menjalin kerjasama di bidang ketenagakerjaan dengan negara-
negara;
c) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, Pemerintah telah melakukan
berbagai upaya diantaranya :
Menetapkan upah minimum regional;
1. Mengikutkan setiap pekerja dalam Asuransi Jaminan Sosial Tenaga
Kerja;
2. Menganjurkan kepada setiap perusahaan untuk meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja;
3. Mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk memenuhi hak-hak
tenaga kerja selain gaji, seperti hak cuti, hak istirahat, dan lain-
lain;
d) Menyusun dan memonitor Pelaksanaan Peraturan Ketenagakerjaan
Pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja, dan lembagalembaga
terkait lainnya mengeluarkan undang-undang, keputusan dan regulasi-
regulasi lainnya untuk mengatur ketenagakerjaan di Indonesia dan
menyelenggarakan pelatihan pegawai pengawas ketenagakerjaan dan
mendeteksi pelanggaran ketenagakerjaan;
e) Perlindungan tenaga kerja program yang dilaksanakan pemerintah
diantaranya mensosialisasikan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan di seluruh Indonesia dan mensosialisasikan standar
pengupahan;
f) Membina hubungan industri dalam negeri dan internasional. Beberapa
upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya :
1. menyempurnakan undang-undang dan petunjuk ketenagakerjaan
dan mensosialisasikan kepada pelaku industri;
2. mengembangkan serikat pekerja dan pengusaha;
3. membantu penyelesaian perselisihan antar buruh dan pihak
management.
2.2.2 Kemerdekaan Berserikat
Hak kebebasan berbicara secara umum telah dijamin dalam UndangUndang
Dasar 1945 Pasal 28. Pasal ini menjelaskan bahwa kemerdekaan berserikat dan
berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang. Hal yang berkaitan dengan kebebasan
berbicara dari rumusan tersebut adalah bagian kalimat yang berbunyi
“mengeluarkan pikiran dengan lisan”. Pasal ini menerangkan bahwa setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 28F UUD 1945 menerangkan bahwa setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Walaupun dalam
kebebasan berbicara, bukan berarti bebas untuk berbicara seenaknya tanpa
memperhatikan orang lain dan bebas melakukan apa yang disukai sesuai
kehendak pribadi. Kebebasan tersebut tetap harus memperhatikan norma-norma
yang berlaku dan dijalankan dangan penuh tanggung jawab. Kemampuan
berinterakasi dan berkomunikasi antara lain prilaku dan sikap berbicara yang
harus dilandasi dengan etika komunikasi yang baik.
2.2.3 kebebasan Dalam Memeluk Agama
Dalam pasal 29 UUD 1945 dinyatakan:
1. Negara berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memilih
agamanya sendiri, dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yaitu negara menjamin setiap warga negara
untuk memilih dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
Konsekuensi logis dari jaminan diatas adalah negara tidak berhak untuk
membatasi dan apalagi melarang setiap warga negaranya untuk
memeluk agama yang diyakininya sejauh tidak berada dalam ruang
publik dan memaksakan aturan agama tertentu kepada pemeluk agama
lain. Dengan demikian, prinsip kebebasan beragama benar-benar
dijunjung tinggi. Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa di dunia
memiliki karakteristik, baik dalam konteks geopolitiknya maupun
struktur sosial budayanya, yang berbeda dengan bangsa lain di dunia ini.
Oleh karena itu para founding fathers Republik ini memilih dan
merumuskan suatu dasar filosofi, suatu kalimatun sawa yang secara
objektif sesuai dengan realitas bangsa ini, yaitu suatu dasar filsafat
bangsa dan negara Indonesia yang sila
Pasal 29 ayat 2 lebih memberi titik tekan pada hak warga negara. Kata
menjamin di dalamnya mengandung beberapa pengertian antara lain
melindungi, memelihara dan melayani. Oleh karena itu, negara tidak boleh
mendeskriminasi. Semuanya terpelihara berkat adanya jaminan dari negara
melalui Undang-Undang Dasar 1945 sebagai fundamen mendasar
kewarganegaraan Indonesia. Karenanya, semua agama dan aliran kepercayaan
di Indonesia tetap tumbuh subur bersamaan dengan semangat religiositas dan
realitas sosial keagamaan para pemeluknya. UUD 1945 itu ternyata sangat
ampuh menepis dugaan bahwa Indonesia adalah negara Islam atau negara
agama. Dalam penafsiran pasal 29 UUD 1945 itu, negara menjamin penduduk
untuk menjalankan ritual keagamaan masingmasing.
Faktor Penyebab Sulitnya Aliran Kepercayaan Mendapat Pengakuan Dari
Negara Berdasarkan Pasal 29 ayat 2 UUD 1945
a) Faktor Yuridis
Madrais di Cigugur Kuningan menuntut pengakuan pemerintah
sebagaimana pengakuan terhadap Konghucu sebagai agama resmi negara.
Anggapan mereka, “agama atau kepercayaan” lokal yang “asli” justru
dianak tirikan. Negara mulai dipertanyakan otoritas tunggal dalam
mendefinisikan agama resmi. Sebagai kepercayaan, agama pada dirinya
sendiri hanyalah sebuah ajakan yang menawarkan pilihan antara
mempercayai atau mengingkari. Ia sama sekali tidak memuat paksaan,
kecuali sebuah konsekuensi logis bagi pemeluknya Sebaliknya, terhadap
mereka yang tidak mempercayainya, agama tidak memiliki hak tuntutan
kepatuhan apapun, apalagi pemaksaan.
Yang diakui sebagai agama resmi yakni: Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konfusius (Khonghucu).
b) Faktor sosiologis
Dalam rangka menggalang integritas nasional, kiranya peranan agama
mendapat tantangan untuk menanggapinya dan ikut ambil bagian
didalamnya. Dalam hal ini apakah agama mau ikut arus saja dan pasif
ataukah mau menyumbangkan peranannya sembari menawarkan
alternatif-alternatif. Kalau agama tidak berperan dan hanya pasif serta
hanya ikut arus saja, berarti nilai agama kuranglah bermakna. Tetapi
kalau agama bisa berperan aktif serta menawarkan alternatif dan
menyumbangkan nilai-nilai dari ajarannya serta memberikan fungsi
kritisnya terhadap kemajuan zaman, maka agama benar-benar bermakna.

2.2.4 Hak dan Kewajiban dalam mempertahankan Keamanan


Berdasarkan pasal 30, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Isi pasal 30
tersebut memang menyiratkan tekad yang dapat dilakukan semua
warga negara dalam kerangka pertahanan nasional.
Bela negara yang terdapat dalam pasal 30 UUD 1945 dapat diuraikan
dalam dua pengertian yaitu bela negara secara :
a) Non-fisik
dititikberatkan kepada tumbuhnya kesadaran untuk menangkal
berbagai potensi ancaman, baik dari luar maupun dari dalam. Hal
ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan
dalam segala situasi, misalnya dengan cara :
1. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara
2. menanamkan kecintaan terhadap tanah air;
3. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan
berkarya nyata;
4. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap
hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia;
5. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat
menangkal pengaruhpengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia.
b) Fisik
mengandung pengertian bahwa keterlibatan warga negara sipil
dalam upaya pertahanan negara dilakukan melalui keterlibatan
langsung. Pelibatan warga negara dalam upaya bela negara lazim
dikenal dengan istilah mobilisasi. Dalam Dictionary of the
International Law of Armed Conflict7 , istilah mobilisasi
dijabarkan sebagai the transition from the state of peace to of a
war footing of some or all units of the armed forces. Mobilization
is effected by reinforcing the number of personnel, increasing
supplies of equipment, reinforcing commands, and setting up new
commands and forming new units placed on a war footing. Dari
pengertian tersebut, mobilisasi dapat terjadi karena terdapatnya
suatu perubahan situasi dari suatu keadaan yang damai menuju
pada suatu kondisi yang genting dalam konsep pertahanan dan
keamanan, sehingga memaksa negara untuk mengerahkan sejumlah
personil meningkatkan cadangan perlengkapan bagi keperluan
pertahanan dan keamanan, serta segala sesuatu yang berkaitan
dengan hal tersebut. Sedang kondisi sebaliknya dari mobilisasi
adalah demobilisasi, yaitu demobilization returns units of the
armed forces put on a war footing to peacetime organization.
2.2.5 Kesejahteraan Sosial
Secara legal formal, fungsi negara terhadap memelihara anak-anak
terlantar serta kepedulian terhadap masa depan mereka telah ada
dalam Pasal 34 Ayat (1) UUD 1945 disebutkan: “Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.” Berdasarkan pada pasal
ini maka anak-anak terlantar merupakan tanggung jawab negara.
Dalam pelaksanaannya perundang-undangan mengatur berbagai
programprogram kebijakan dalam mengatasi permasalahan sosial
termasuk anak-anak terlantar. mempunyai makna bahwa anak-anak
terlantar, gepeng dan anak - anak jalanan dipelihara atau diberdayakan
oleh negara yang dilaksanakan oleh pemerintah, dan sudah jelas pada
pembukaan UUD 1945. yaitu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan mensejahterakan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia, hal ini seharusnya dilaksanakan oleh pemerintah bukan hanya
sebagai kiasan saja
.
2.2.6 Menerapkan prinsip persamaan dalam Hak Asasi Manusia
Wajib menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi pembatasan yang terutang
dalam peraturan (pasal 28).
Berbicara kedilan sosial, tdak ada pemisahan antara hak sipil politk dengan hak ekonomi
sosial dan budaya. Kedua induk HAM ini harus sejalan beriringan. Tidak ada yang
diprioritaskan dalam pelaksanaannya. Tentang equality before the law bukan hanya
dalam satu sisi diatas. Hak dibidang politk misalnya; hak dasar dibidang politk tercermin
dalam Pasal 28 UUD 1945 yaitu ”kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan tulisan maupun lisan ditetapkan dalam undang-undang”. Selanjutnya
Pasal 27 ayat (1), ”segala warga negara bersamaan kedudukannya didepan hukum dan
pemerintah tdak ada kecualinya”. Penjelasan pasal itu menegaskan prinsip pentng
bahwa Indonesia adalah negara hukum dan diperkuat dalam amandemen Pasal 1 Ayat
(3) berbunyi ”Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya untuk melakukan pemenuhan, penegakan
dan perlindungan HAM kelompok minoritas. Itu bisa dilihat dari berbagai regulasi dan
kebijakan yang diterbitkan. Perlindungan hukum terhadap hak asasi kelompok minoritas
di Indonesia diatur, dalam kerangka prinsip kesetaraan di hadapan hukum dan non
diskriminasi, diatur dalam Pasal 28 D dan Pasal 28 I UUD 1945.

Beberapa contoh penerapan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari


antara lain:
a) Bela Negara: Mempertahankan kedaulatan negara dengan bela negara.
b) Melawan Penjajahan: Melawan segala bentuk penjajahan yang tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
c) Kesejahteraan Sosial: Undang-Undang Dasar 1945 merumuskan, bahwa
perjuangan bangsa Indonesia antara lain bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d) Hak dan Kewajiban Warga Negara: UUD 1945 menetapkan hak dan
kewajiban warga negara, seperti hak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan, hak untuk hidup dan mempertahankan
hidup, hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah, hak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
di depan hukum, dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
e) UUD 1945 juga memiliki peran sebagai konstitusi politik, ekonomi, dan
sosial yang harus menjadi acuan dan landasan secara politik, ekonomi,
dan sosial, baik oleh negara, masyarakat, ataupun pasar.
2.3 UUD dalam Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 memiliki peran
penting dalam menentukan hak dan kewajiban warga negara, serta mengatur
hubungan antara pemerintah dan rakyat.
Warga Masyarakat tidak menjadi objek, melainkan subjek yang aktif terlibat dalam penyelenggaraan
Pemerintahan. Dalam rangka memberikan jaminan pelindungan kepada setiap Warga Masyarakat,
maka UndangUndang ini memungkinkan Warga Masyarakat mengajukan keberatan dan banding
terhadap Keputusan dan/atau Tindakan, kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau Atasan
Pejabat yang bersangkutan. Warga Masyarakat juga dapat mengajukan gugatan terhadap Keputusan
dan/atau Tindakan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan kepada Peradilan Tata Usaha Negara,
karena Undang-Undang ini merupakan hukum materiil dari sistem Peradilan Tata Usaha Negara.

Beberapa aspek UUD 1945 yang relevan dengan kehidupan politik antara lain:
a) Hak politik warga negara:
UUD 1945 menjamin hak politik warga negara, termasuk hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan, baik dalam hal hak memilih maupun dipilih.
Hal ini berarti setiap warga negara memiliki hak untuk berpartisipasi
dalam proses politik, seperti pemilihan umum dan pencalonan dalam
jabatan politik.
1. Pasal 27 Ayat 1.
Berbunyi “segala WARGA NEGARA BERSAMAAN
KEDUDUKANNYA DI DALAM HUKUM DAN PEMERINTAH
DAN WAJIB MENJUNJUNG HUKUM DAN PEMERINTAH ITU
DENGAN TIDAK ADA KECUALINYA”. Implementasi dari Pasal
27 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tentang persamaan
kedudukan dihadapan hukum dan pemerintahan akan dirasakan oleh
masyarakat pada waktu penegakan hukum. Penegakan hukum sebagai
cerminan dari hukum itu sendiri oleh karena itu penegakan hukum
harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah.
Diskriminatif hukum bisa muncul pada sisi substansi hukum maupun
penegakan hukum. Pada sisi substansi maka pemerintah diharapkan
dalam membuat aturan hukum harus mengandung unsur kepastian
hukum dan kemanfaatan hukum serat keadilan. Perlakuan yang
diskriminatif akan memunculkan rasa ketidak adilan, rasa ketidak
adilan yang dirasakan oleh masyarakat yang berlangung terus menerus
dan meningkat maka akan bisa menjadi pemicu kehancuran suatu
negeri. Kebijakan pemerintah pada bidang hukum, ekonomi,
pelayanan public, pembangunan sebaiknya mengacu pada asas
proporsionalitas, pemerataan, keadilan dan kesejahteraan sosial tanpa
diskriminatif.
2. Pasal 28D ayat (1)
Berbunyi “ Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum”. Seperti yang tercantum dalam UUD 1945,
Pasal 28d ayat (1) “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum”.
3. Pasal 28D ayat (3)
Berdasarkan Pancasila Pasal 28 D ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia (UUD RI) Tahun 1945 yaitu ”Setiap
warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan”. sudah jelas bahwa setiap warga negara Indonesia baik
dari Sabang sampai ke Merauke mempunyai hak yang sama dalam
pemerintahan yang semestinya tidak dibatasi karena mempunyai
kekuatan hukum, Seperti diketahui, Indonesia sendiri merupakan
negara hukum yaitu dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Mengkaji lebih
lanjut, tentang hak asasi manusia dalam persamaan hak dalam
Pemerintahan ini harus balance artinya seimbang dalam prakteknya
melihat secara luas hak asasi manusia itu meliputi berbagai aspek
kehidupan, dan akan digali secara mendalam apakah kesamaan hak
asasi manusia dalam pemerintahan Indonesia sudah balance.
4. Pasal 28D ayat (4)
Berbunyi “ stiap orang berhak atas status kewarganegaraan”. Secara
keseluruhan warga negara indonesia masuk dalam ruang lingkup
konsep pancasila, yakni setiap warga negara dijamin dalam memiliki
status kewarganegaraan yang diakui, kebebasan dalam berwarga
Negara merupakan Hak yang paling harus dilindungi. Dalam
konstitusi Indonesia, yaitu UUD 1945, status kewarganegaraan
termasuk salah satu hak asasi. Setiap orang berhak mendapatkan status
WNI. Termaktub dalam Pasal 28D ayat 4 "Setiap orang berhak atas
status kewarganegaraan." Amanat konstitusi itu lalu dituangkan ke
dalam UU Nomor 12 tahun 2006 beserta turunannya, yaitu PP Nomor
2 tahun 2007.

b) Partai Politik (Parpol)


memiliki peran penting dalam kehidupan politik Indonesia. Parpol
bertugas melaksanakan pendidikan politik, menyalurkan dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat, serta mempersiapkan anggota
masyarakat untuk mengisi jabatan-jabatan politik sesuai dengan
mekanisme demokrasi. Parpol juga berfungsi sebagai wahana untuk
menyatakan dukungan dan tuntutan dalam proses politik .
c) Hubungan antara politik dan hukum:
Dalam konteks politik, hukum memiliki peran sebagai arah dan
pengendali semua kegiatan politik. Sebaliknya, politik juga memiliki
pengaruh terhadap hukum. Hubungan antara politik dan hukum saling
bergantung, karena politik tanpa hukum dapat menimbulkan kesewenang-
wenangan, sementara hukum tanpa politik akan menjadi lumpuh.
d) Konstitusi politik, ekonomi, dan sosial:
UUD 1945 tidak hanya mengatur kehidupan politik, tetapi juga
kehidupan ekonomi dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa UUD 1945
memiliki peran yang luas dalam mengatur berbagai aspek kehidupan
masyarakat, termasuk dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Dalam
konteks politik, UUD 1945 memberikan landasan hukum yang penting
dalam menjalankan sistem pemerintahan dan menjamin hak-hak warga
negara. UUD 1945 juga terus mengalami perkembangan dan
penyempurnaan sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan
Masyarakat.
2.4 UUD dalam Kehidupan Ekonomi berdasarkan pasal 33
a) Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan
dasar sistem perekonomian nasional di Indonesia. Pasal ini menegaskan bahwa
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Makna dari asas kekeluargaan ini adalah bahwa sistem perekonomian yang
digunakan dan dijalankan harus memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan
seluruh rakyat Indonesia. Penerapan Pasal 33 UUD 1945 dalam kehidupan
ekonomi Indonesia memiliki beberapa implikasi, antara lain:
1. Demokrasi ekonomi: Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasarkan demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan ekonomi harus
melibatkan partisipasi masyarakat dan mengutamakan keadilan serta
keberlanjutan.
2. Pengembangan sektor keuangan: Sektor keuangan, baik bank maupun
lembaga keuangan bukan bank, memiliki peran penting dalam
mendorong peningkatan perekonomian nasional dan ekonomi
masyarakat. Dalam aspek kelembagaan, organisasi, regulasi (kebijakan),
dan sumber daya manusia (SDM), perlu adanya peningkatan dan
perbaikan, khususnya pada lembaga keuangan bukan bank.
3. Lembaga Keuangan Mikro (LKM): LKM, seperti Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) dan Koperasi Serba Usaha (KSU), dibentuk berdasarkan
semangat yang terdapat dalam Pasal 27 ayat (2) serta Pasal 33 ayat (1)
dan ayat (4) UUD 1945[4]. Keberadaan LKM bertujuan untuk
menyediakan jasa simpanan dan pembiayaan skala mikro kepada
masyarakat, memperluas lapangan kerja, serta berperan sebagai
instrumen pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, dan/atau mengurangi
kesenjangan ekonomi.
4. Pembangunan hukum ekonomi: Pasal 33 UUD 1945 memiliki makna
sebagai pesan moral dan pesan budaya dalam konstitusi Republik
Indonesia di bidang kehidupan ekonomi. Dalam era globalisasi,
pembangunan ekonomi akan berimbas pada pembangunan hukum,
khususnya di bidang pembangunan hukum ekonomi. Oleh karena itu,
penerapan Pasal 33 UUD 1945 secara imperatif menjadi dasar dalam
pembangunan hukum ekonomi Indonesia.

2.5 UUD dalam Kehidupan Budaya


Pengaturan mengenai kearifan lokal secara hukum terdapat pada UUD NKRI
1945 Pasal 18 B ayat (2), Pasal 32 (1) , Pasal 28 I ayat (3), serta terdapat pada
UU No. 32 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (1) huruf t, Pasal 63 ayat (2) huruf n dan
Pasal 63 ayat (3) huruf k, bahwa dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup (selanjutnya disebut PPLH) Pemerintah dan Pemerintah
Daerah bertugas dan berwenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan
lokal, dan masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Pemajuan Kebudayaan merupakan acuan legal-formal pertama untuk mengelola
kekayaan budaya di Indonesia. UU ini didasarkan pada Pasal 32 UUD 1945
yang menyatakan bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Pemajuan kebudayaan dalam kehidupan budaya Indonesia memiliki beberapa
aspek penting, antara lain:
a) Pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman budaya: UU Pemajuan
Kebudayaan mengakui dan menghargai keragaman budaya masyarakat
Indonesia, yang terdiri dari lebih dari 700 suku bangsa, bahasa, dan adat
istiadat. Perspektif yang adil dan tidak mengkotak-kotakkan dalam
melihat budaya masyarakat kita diperlukan, di mana setiap unsur
kebudayaan perlu dipertimbangkan untuk dilindungi, dikelola, dan
diperkuat.
b) Pemeliharaan bahasa daerah: Negara menghormati dan memelihara
bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Bahasa daerah yang
terpelihara akan menjadi pendukung bagi pengembangan budaya daerah
dan sekaligus sumber perkayaan Bahasa.
c) Peran strategis kebudayaan dalam pembangunan: Pemajuan kebudayaan
di Indonesia dianggap memiliki peran strategis dalam pembangunan
nasional. Indonesia sebagai negara adidaya di bidang kebudayaan
berpotensi besar dalam mempengaruhi peradaban dunia.
d) Pengembangan budaya daerah: Budaya daerah memiliki sejarah panjang,
kearifan, dan keunggulannya masing-masing. Budaya-budaya daerah
yang dikembangkan secara sadar dalam suasana keterbukaan akan
dinamis dan mampu mencari pengungkapan sesuai dengan lingkungan
yang berubah, serta menjadi penyumbang bagi pembentukan pola
kemasyarakatan di mana masyarakat Indonesia yang amat majemuk dapat
hidup Bersama.
e) Pengembangan strategi pemajuan kebudayaan: Strategi pemajuan
kebudayaan yang disusun dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga
tingkat nasional dalam bentuk Strategi Kebudayaan akan memainkan
peranan penting dalam implementasi pemajuan kebudayaan di lapangan.

2.7 UUD dalam Kehidupan Pendidikan


Undang-Undang Dasar 1945 memiliki peran penting dalam kehidupan
pendidikan di Indonesia. Pasal 31 ayat 1-5 UUD 1945 mengatur tentang
kewajiban dan hak warga negara Indonesia dalam pendidikan, kewajiban
pemerintah di bidang pendidikan dasar dan sistem pendidikan, serta anggaran
pendidikan nasional.
Berikut ini adalah poin-poin utama yang diatur oleh Pasal 31 UUD 1945:
a) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
b) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
c) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang diatur dengan undang-undang.
d) Pendidikan yang dimaksud harus diusahakan dan diselenggarakan oleh
pemerintah.
e) Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa.

Sistem pendidikan nasional di Indonesia diatur oleh Undang Undang No.20


Tahun 2003 dan diusahakan oleh pemerintah. Pendidikan kewarganegaraan juga
menjadi bagian penting dalam pendidikan, dengan tujuan membekali peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar tentang hubungan antara
warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara.
Pendidikan merupakan hak asasi manusia setiap warga negara yang dijamin
dengan UUD 1945. Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan.” Pentingnya pendidikan menjadikan pendidikan
dasar bukan hanya menjadi hak warga negara, namun juga kewajiban negara.
UUD 1945 melalui Pasal 31 Ayat 2 bahkan mewajibkan pemerintah untuk
membiayai pendidikan dasar. Pasal 31 Ayat 2 berbunyi, “Setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.”
Dalam Pasal 31 Ayat 3, pemerintah wajib mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang bertujuan
meningkatkan keimanan dan ketakwaan, serta akhlak mulia untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan dasar Indonesia telah
didesentralisasikan sejak tahun 2001 (Pujiastuti, Sujarwoto, & Hidayati, 2017).
Desentralisasi memberikan otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah
dalam mengelola beberapa sektor termasuk pendidikan dasar. Pemerintah
daerah telah ditugaskan untuk mengelola pendapatan daerah dan belanja daerah,
membuat kebijakan dan program dengan beberapa peraturan tertentu
(Dolonseda, Tokio, Kaempe, & Mesra, 2022). Mereka juga telah diberi
tanggung jawab untuk mengelola sekolah dasar dan sekolah menengah pertama
di yurisdiksi mereka seperti mendanai sekolah, mempekerjakan guru, dan
melaksanakan program, sedangkan pemerintah pusat masih bertanggung jawab
atas perumusan kebijakan nasional, kurikulum, dan penjaminan mutu secara
keseluruhan (Mesra, Hidayat, Salem, & Tanase, 2022). Desentralisasi
pendidikan ini seharusnya memungkinkan pemerintah daerah untuk
meningkatkan akses, kualitas, dan pemerataan layanan pendidikan, jika mereka
memahami dengan baik faktor-faktor yang mendasari desentralisasi dan
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya (Hastuti, 2018).
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Defenisi di atas memberi penegasan
bahwa: Pertama, usaha yang tidak terencana, apalagi tidak disengaja, bukanlah
pendidikan. Kedua, pencipta suasana belajar dan upaya membelajarakan peserta
didik merupakan key concept dari aktivitas pendidikan. Ketiga, aktivitas yang
disadari dan rencanakan tersebut harus diarahkan untuk mengembangkan
potensi peserta didik. Keempat, aspek-aspek yang tercakup dalam potensi diri
peserta didik meliputi dimensi: spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan prakis. Pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.\
Pendidikan Nasional berorientasi pada perwujudan tatanan baru kehidupan
masyarakat dan bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat madani
Indonesia (civil society). Masyarakat baru yang bersifat pluralistik yang
berkepribadian Indonesia diharapkan mampu mendorong semangat kesatuan
dan persatuan bangsa dalam rangka mengejar cita-cita dan harapan masa depan
yang cerah. Pendidikan di masa depan harus mampu mempercepat terbentuknya
tatanan masyarakat yang Pertama, menghargai perbedaan pendapat sebagai
manifestasi dari rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara serta pemantapan kehidupan demokrasi di semua
bidang kehidupan. Kedua, tertib sadar hukum, memiliki budaya malu, dan
mampu menciptakan keteladanan. Ketiga, memiliki rasa percaya diri, mandiri
dan kreatif, memiliki etos kerja yang tinggi, serta berorientasi terhadap
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam memacu keunggulan
bangsa dalam kerangka persaingan dunia. Adanya tuntutan Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”, maka diberlakukan UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional
bertujuan untuk membentuk karakter bangsa, seperti menambah ilmu
pengetahuan, kreativitas, keterampilan, kepercayaan diri, motivasi, serta
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan-tujuan tersebut dapat
dipantau sejak anak atau seseorang memulai pendidikan dari awal hingga akhir,
dengan adanya suatu penilaian selama menjalani masa pendidikan. Mencermati
pendidikan nasional yang ada di Indonesia menggunakan sistem pendidikan
yang diberikan dengan memberikan pembelajaran atau mengajarkan materi
tertentu, dan pada akhir materi akan diberikan suatu penilaian untuk mengukur
kemampuan siswa. Dengan adanya penilaian maka dapat dipantau seberapa
besar kemajuan, kemampuan dan tingkat pemahaman dari peserta didik. Salah
satunya yang selalu dijadikan penilaian dari pendidikan nasional Indonesia
adalah melalui Ujian Nasional (UN). Namun, sebenarnya dengan Ujian
Nasional belum dapat dijadilkan sebagai cara untuk mengukur tujuan
pendidikan lainnya, seperti membentuk akhlak, spiritual keagamaan,
kepribadian, dan lain-lain. Dengan ujian nasional di akhir pendidikan, yang
dapat dinilai hanyalah yang berhubungan dengan penyampaian materi selama
masa pendidikan saja, bukan karakter kepribadian.

BABIII
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
merupakan konstitusi politik, sosial, dan ekonomi yang harus menjadi acuan
dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, dan pendidikan di
Indonesia[1][2][3][4][5]. Berikut adalah beberapa saran tentang UUD 1945
dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, dan pendidikan:

### Kehidupan Sosial


- Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia[1].
- Memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya[2].
- Menjalankan hak dan kewajiban dengan seimbang, dengan memperhatikan
rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak
mendapatkan hak-haknya[4].

### Kehidupan Politik


- Menetapkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi, di mana hak
warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan
diatur dalam undang-undang[4].
- Memperkuat pertahanan siber dalam rangka meningkatkan ketahanan
nasional[5].
- Pelaksanaan prinsip demokrasi untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia[5].

### Kehidupan Ekonomi


- Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan melalui program “Indonesia Pintar” dan
wajib belajar 12 tahun bebas pungutan serta melakukan revolusi karakter
bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional
dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran
sejarah pembentukan bangsa[2].

### Kehidupan Hukum


- Menjamin setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya[2].
- Menegaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang[2][3].

### Kehidupan Budaya


- Memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya[2].
- Antisipasi pengaruh produk buatan Tiongkok terhadap perekonomian
Indonesia[5].

Dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum, budaya, dan pendidikan,


UUD 1945 harus dijadikan acuan dalam mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, memajukan kebudayaan nasional Indonesia,
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dan menjalankan hak dan
kewajiban dengan seimbang.

3.2Saran
DAFTAR PUSTAKA

Arafat Lubis, Maulana.2019. Pembelajaran PPKN MI/SD. Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari.

(Akhiruddin, 2015)(Affandi Hernadi, 2017; Ambat, 2013; Hakim, 2016; Handri, 2015; Kemendikbud,
2019; Khakim, 2017; Rahmani, 2022; Supangat et al., 2018; Wartoyo, 2022)Affandi Hernadi.
(2017). Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Menurut Undang-
Undang Dasar Tahun 1945. Jurnal Hukum POSITUM, 1(TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM
PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR TAHUN 1945),
218–243.
Akhiruddin. (2015). Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara. TARBIYA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,
1(1), 195–219. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jurnal-tarbiya/article/view/143
Ambat, T. (2013). Fungsi Negara Memelihara Anak-Anak Terlantar Menurut Undang-Undang Dasar
1945. Lex Administratum, 1(2), 42–46.
Hakim, L. (2016). Pemerataan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 2(1), 53–64.
Handri, M. (2015). Penerapan Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 Ayat 4 Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Di Sulawesi Tengah Tahun 2012.
Legal Opinion, 3(4), 145344. https://www.neliti.com/publications/145344/penerapan-pasal-31-
undang-undang-dasar-1945-ayat-4-dalam-undang-undang-nomor-20
Hastuti, L. (2017). Wajib Bela Negara Dan Prinsip Pembedaan Dalam Hukum Humaniter Internasional
(Kajian Pasal 30 UUD 1945). Journal of Arts \&Humanities, 1–21.
https://www.academia.edu/download/31958069/508-1463-1-PB.pdf
Kemendikbud. (2019). Undang-Undang Dasar. In News.Ge (Issue d, p. https://news.ge/anakliis-porti-
aris-qveynis-momava).
Khakim, M. (2017). Penegakan Hukum dan Implementasi Pasal Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 tentang Persamaan Kedudukan di Hadapan Hukum. Prosiding Konferensi Nasional
Kewarganegaraan III 11 November 2017, November, 353–357.
Rahmani, I. (2022). Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia di Dalam Bidang
Pendidikan Tinjauan Dari Pasal 31 Undang-undang Dasar Tahun 1945. Pamulang Law Review,
5(1), 77. https://doi.org/10.32493/palrev.v5i1.23611
Sujatmoko, E. (2016). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Konstitusi, 7(1),
181. https://doi.org/10.31078/jk718
Supangat, Saputra, H., Putera, R. P., Nurroh, S., Ansori, Hidayat, R., Ag, S., Pd, M., Belakang, A. L.,
Yudhistira, R., Rifaldi, A. M. R., Satriya, A. A. J., Nugraha, T. S., Khoiruddin, M., Nafrin, I. A.,
Hudaidah, H., Manubey, J., Koroh, T. D., Dethan, Y. D., … Cahyono, E. A. (2018). Dep. Agama RI,
Undang-Undang dan Peraturan tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama RI, 2006). Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 13. https://e-
journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jk/article/view/96%0Ahttps://sdip.dpr.go.id/search/
detail/category/Jurnal Kajian/id/126%0Afile:///C:/Users/Andry
Priyanto/Downloads/Filsafat_Ilmu__Prof_Sunarto_-with-cover-page-v2.pdf
Wartoyo, F. X. (2022). Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar Dengan Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila. Widya Pranata Hukum : Jurnal Kajian
Dan Penelitian Hukum, 4(2), 140–153.
https://ejournal.widyamataram.ac.id/index.php/pranata/article/view/682
Yanzi, H., & Berbicara, K. (1945). Hubungan Tingkat Pemahaman Pasal 28 UUD 1945 terhadap
Kebebasan Berbicara dengan Etika Berkomunikasi Peserta Didik The Correlation Between Level
of Understanding of Article 28 of the 1945 Constitution Towards Freedom of Speech With Ethics
of Communicating.
(Hastuti, 2017; Yanzi & Berbicara, 1945)Affandi Hernadi. (2017). Tanggung Jawab Negara Dalam
Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Jurnal Hukum
POSITUM, 1(TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN
MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR TAHUN 1945), 218–243.
Akhiruddin. (2015). Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara. TARBIYA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,
1(1), 195–219. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jurnal-tarbiya/article/view/143
Ambat, T. (2013). Fungsi Negara Memelihara Anak-Anak Terlantar Menurut Undang-Undang Dasar
1945. Lex Administratum, 1(2), 42–46.
Hakim, L. (2016). Pemerataan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 2(1), 53–64.
Handri, M. (2015). Penerapan Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 Ayat 4 Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Di Sulawesi Tengah Tahun 2012.
Legal Opinion, 3(4), 145344. https://www.neliti.com/publications/145344/penerapan-pasal-31-
undang-undang-dasar-1945-ayat-4-dalam-undang-undang-nomor-20
Hastuti, L. (2017). Wajib Bela Negara Dan Prinsip Pembedaan Dalam Hukum Humaniter Internasional
(Kajian Pasal 30 UUD 1945). Journal of Arts \&Humanities, 1–21.
https://www.academia.edu/download/31958069/508-1463-1-PB.pdf
Kemendikbud. (2019). Undang-Undang Dasar. In News.Ge (Issue d, p. https://news.ge/anakliis-porti-
aris-qveynis-momava).
Khakim, M. (2017). Penegakan Hukum dan Implementasi Pasal Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 tentang Persamaan Kedudukan di Hadapan Hukum. Prosiding Konferensi Nasional
Kewarganegaraan III 11 November 2017, November, 353–357.
Rahmani, I. (2022). Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia di Dalam Bidang
Pendidikan Tinjauan Dari Pasal 31 Undang-undang Dasar Tahun 1945. Pamulang Law Review,
5(1), 77. https://doi.org/10.32493/palrev.v5i1.23611
Sujatmoko, E. (2016). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Konstitusi, 7(1),
181. https://doi.org/10.31078/jk718
Supangat, Saputra, H., Putera, R. P., Nurroh, S., Ansori, Hidayat, R., Ag, S., Pd, M., Belakang, A. L.,
Yudhistira, R., Rifaldi, A. M. R., Satriya, A. A. J., Nugraha, T. S., Khoiruddin, M., Nafrin, I. A.,
Hudaidah, H., Manubey, J., Koroh, T. D., Dethan, Y. D., … Cahyono, E. A. (2018). Dep. Agama RI,
Undang-Undang dan Peraturan tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama RI, 2006). Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 13. https://e-
journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jk/article/view/96%0Ahttps://sdip.dpr.go.id/search/
detail/category/Jurnal Kajian/id/126%0Afile:///C:/Users/Andry
Priyanto/Downloads/Filsafat_Ilmu__Prof_Sunarto_-with-cover-page-v2.pdf
Wartoyo, F. X. (2022). Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar Dengan Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila. Widya Pranata Hukum : Jurnal Kajian
Dan Penelitian Hukum, 4(2), 140–153.
https://ejournal.widyamataram.ac.id/index.php/pranata/article/view/682
Yanzi, H., & Berbicara, K. (1945). Hubungan Tingkat Pemahaman Pasal 28 UUD 1945 terhadap
Kebebasan Berbicara dengan Etika Berkomunikasi Peserta Didik The Correlation Between Level
of Understanding of Article 28 of the 1945 Constitution Towards Freedom of Speech With Ethics
of Communicating.
(Sujatmoko, 2016)Affandi Hernadi. (2017). Tanggung Jawab Negara Dalam Pemenuhan Hak Atas
Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Jurnal Hukum POSITUM,
1(TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN MENURUT
UNDANG-UNDANG DASAR TAHUN 1945), 218–243.
Akhiruddin. (2015). Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara. TARBIYA: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,
1(1), 195–219. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jurnal-tarbiya/article/view/143
Ambat, T. (2013). Fungsi Negara Memelihara Anak-Anak Terlantar Menurut Undang-Undang Dasar
1945. Lex Administratum, 1(2), 42–46.
Hakim, L. (2016). Pemerataan akses pendidikan bagi rakyat sesuai dengan amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 2(1), 53–64.
Handri, M. (2015). Penerapan Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 Ayat 4 Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Di Sulawesi Tengah Tahun 2012.
Legal Opinion, 3(4), 145344. https://www.neliti.com/publications/145344/penerapan-pasal-31-
undang-undang-dasar-1945-ayat-4-dalam-undang-undang-nomor-20
Hastuti, L. (2017). Wajib Bela Negara Dan Prinsip Pembedaan Dalam Hukum Humaniter Internasional
(Kajian Pasal 30 UUD 1945). Journal of Arts \&Humanities, 1–21.
https://www.academia.edu/download/31958069/508-1463-1-PB.pdf
Kemendikbud. (2019). Undang-Undang Dasar. In News.Ge (Issue d, p. https://news.ge/anakliis-porti-
aris-qveynis-momava).
Khakim, M. (2017). Penegakan Hukum dan Implementasi Pasal Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 tentang Persamaan Kedudukan di Hadapan Hukum. Prosiding Konferensi Nasional
Kewarganegaraan III 11 November 2017, November, 353–357.
Rahmani, I. (2022). Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia di Dalam Bidang
Pendidikan Tinjauan Dari Pasal 31 Undang-undang Dasar Tahun 1945. Pamulang Law Review,
5(1), 77. https://doi.org/10.32493/palrev.v5i1.23611
Sujatmoko, E. (2016). Hak Warga Negara Dalam Memperoleh Pendidikan. Jurnal Konstitusi, 7(1),
181. https://doi.org/10.31078/jk718
Supangat, Saputra, H., Putera, R. P., Nurroh, S., Ansori, Hidayat, R., Ag, S., Pd, M., Belakang, A. L.,
Yudhistira, R., Rifaldi, A. M. R., Satriya, A. A. J., Nugraha, T. S., Khoiruddin, M., Nafrin, I. A.,
Hudaidah, H., Manubey, J., Koroh, T. D., Dethan, Y. D., … Cahyono, E. A. (2018). Dep. Agama RI,
Undang-Undang dan Peraturan tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama RI, 2006). Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 13. https://e-
journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jk/article/view/96%0Ahttps://sdip.dpr.go.id/search/
detail/category/Jurnal Kajian/id/126%0Afile:///C:/Users/Andry
Priyanto/Downloads/Filsafat_Ilmu__Prof_Sunarto_-with-cover-page-v2.pdf
Wartoyo, F. X. (2022). Menakar Korelatifitas Merdeka Belajar Dengan Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Pancasila. Widya Pranata Hukum : Jurnal Kajian
Dan Penelitian Hukum, 4(2), 140–153.
https://ejournal.widyamataram.ac.id/index.php/pranata/article/view/682
Yanzi, H., & Berbicara, K. (1945). Hubungan Tingkat Pemahaman Pasal 28 UUD 1945 terhadap
Kebebasan Berbicara dengan Etika Berkomunikasi Peserta Didik The Correlation Between Level
of Understanding of Article 28 of the 1945 Constitution Towards Freedom of Speech With Ethics
of Communicating.

Internet

1] https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5895945/isi-pasal-31-ayat-1---5-uud-1945-dan-hak-
warga-negara-indonesia
[2] https://www.kompas.com/skola/read/2021/10/05/140000269/isi-uud-1945-pasal-31-dan-
maknanya

[3] https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1989/2tahun~1989uupenj.htm

[4] https://nasional.sindonews.com/read/756409/12/pasal-31-uud-1945-tentang-masalah-
pendidikan-ini-isi-lengkapnya-1651082675

[5] https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/JKRPq0Ob-penjelasan-pasal-31-ayat-1-5-
uud-1945-tentang-hak-warga-negara-indonesia

You might also like