You are on page 1of 254

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK, WARNA DAN

UKURAN MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL PROBLEM BASED


LEARNING, EXAMPLE NON EXAMPLE DENGAN MEDIA PUZZLE SHAPE
PADA KELOMPOK A TK IDHATA II BANJARMASIN

SKRIPSI

OLEH
DIAN EKAYUTI IRYANTI
NIM. 1910126220035

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BANJARMASIN
2023
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK, WARNA DAN
UKURAN MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL PROBLEM BASED
LEARNING, EXAMPLE NON EXAMPLE DENGAN MEDIA PUZZLE SHAPE
PADA KELOMPOK A TK IDHATA II BANJARMASIN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan


dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

OLEH

DIAN EKAYUTI IRYANTI


NIM. 1910126220035

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
BANJARMASIN
2023
ABSTRAK
Iryanti, Dian Ekayuti. 2023. “Mengembangkan Kemampuan Mengenal Bentuk,
Warna Dan Ukuran Menggunakan Kombinasi Model Problem Based
Learning, Example Non Example dengan Media Puzzle Shape Pada
Kelompok A Tk Idhata II Banjarmasin”. Skripsi Program Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Lambung Mangkurat. Dosen Pembimbing Maimunah, M.Pd.
Kata Kunci : Kognitif, Mengenal Bentuk, Warna dan Ukuran, Model Problem
Based Learning, Model Example Non Example, Media Puzzle Shape.
Penelitian ini dilaterbelakangi pada rendahnya kemampuan kognitif anak
dalam mengenal bentuk, warna, dan ukuran. Hal ini disebabkan pembelajaran
yang dilakukan satu arah dan bersifat abstrak, pembelajaran kurang bermakna dan
kurang menarik. Hal berdampak pada rendahnya kemampuan anak dalam
mengenal bentuk, warna dan ukuran. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan koginitif anak dalam
mengenal bentuk warna dan ukuran melalui kombinasi model Problem Based
Learning, Example Non Example dengan media Puzzle Shape.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dengan empat kali
pertemuan. Setting penelitian adalah anak kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin
berjumlah 12 orang anak. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi serta
penilaian aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil perkembangan kognitif anak.
Analisis data dilakukan dengan teknik deskrisptif kualitatif yang dijabarkan
dengan tabulasi dan grafik disajikan dengan indikator keberhasilan perkembangan
yang ditetapkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru pada pertemuan ke-
1 mendapat skor 23 kategori “Cukup”, pertemuan ke-2 mendapat skor 29 kategori
“Baik”, pertemuan ke-3 mendapat skor 30 kategori “Baik”, dan pertemuan ke-4
mendapat skor 37 kategori “Sangat Baik”. Aktivitas anak pada pertemuan ke-1
dengan presentase 25% kategori “Sebagian Kecil Anak Aktif”, pertemuan ke-2
dengan presentase 50% kategori “Sebagian Anak Aktif”, pertemuan ke-3 dengan
presentase 83% kategori “Hampir Seluruh Anak Aktif”, dan pertemuan ke-4
dengan presentase 100% kategori “Seluruh Anak Aktif”. Hasil perkembangan
kognitif pertemuan ke-1 presentase 33% hanya 4 anak yang berhasil berkembang
hingga pada pertemuan ke-4 mencapai 100% atau 12 anak berhasil berkembang
mendapatkan capaian perkembangan BSH dan BSB.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan kombinasi
model problem based learning, example non example dengan media puzzle shape
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil perkembangan kognitif dalam mengenal
bentuk, warna dan ukuran sesuai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Disarankan bagi guru dapat dijadikan referensi dalam membuat model dan media
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dapat dijadikan bahan untuk membina guru-
guru dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi peneliti lain dapat
dijadikan sebagai salah satu referensi dalam melaksanakan penelitian yang lebih
mendalam.

v
ABSTRACK
Iryanti, Dian Ekayuti. 2023. “Developing Ability to Recognize Shape, Color and
Size Using a Combination of Problem Based Learning Models, Example
Non Example with Puzzle Shape Media in Group A Kindergarten Idhata II
Banjarmasin”. Thesis for Early Childhood Education Teacher Education
Program. Faculty of Teacher Training and Education. Lambung Mangkurat
University. Advisor Maimunah, M.Pd.
Keywords: Cognitive, Recognizing Shapes, Colors and Sizes, Problem Based
Learning Models, Example Non Example Models, Puzzle Shape Media.
This research is motivated by the low cognitive abilities of children in
recognizing shapes, colors and sizes. This is due to learning that is done in one
direction and is abstract, learning is less meaningful and less interesting. This has
an impact on the low ability of children to recognize shapes, colors and sizes. The
purpose of this study was to determine teacher activity, child activity and the
results of children's cognitive development in recognizing shapes, colors and sizes
through a combination of Problem Based Learning, Example Non Example
models with Puzzle Shape media.
This study used a qualitative research approach with the type of Classroom
Action Research (CAR), which was carried out in four meetings. The research
setting was the children of group A2 TK Idhata II Banjarmasin totaling 12
children. Data collection techniques use observation and assessment of teacher
activities, children's activities, and the results of children's cognitive development.
Data analysis was carried out using qualitative descriptive techniques which were
described in tabulations and graphs presented with the indicators of success of
development that had been determined.
The results of this study indicate that the teacher's activity at the 1st meeting
got a score of 23 "Enough" categories, the 2nd meeting got a score of 29 "Good"
categories, the 3rd meeting got a score of 30 "Good" categories, and the 4th
meeting got score of 37 category “Very Good”. Children's activities at the 1st
meeting with a percentage of 25% in the category "Most of the Children are
Active", the 2nd meeting with a percentage of 50% in the category "Most of the
Children are Active", the 3rd meeting with a percentage of 83% in the category
"Almost All Children are Active", and the 4th meeting with a percentage of 100%
in the category "All Active Children". The results of the cognitive development
of the 1st meeting, the percentage of 33%, only 4 children who managed to
develop until the 4th meeting reached 100% or 12 children managed to develop
to get the developmental achievements of BSH and BSB.
Based on the results of the study it was concluded that the application of a
combination of problem based learning models, example non example with puzzle
shape media can increase activity and results of cognitive development in
recognizing shapes, colors and sizes according to the success indicators set. It is
recommended for teachers to be used as a reference in making learning models
and media. For school principals, it can be used as material to train teachers and
to improve the quality of learning. For other researchers, it can be used as a
reference in carrying out more in-depth research.

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, dengan memanjatkan puji dan syukur atas

kehadirat Allah SWT, atas izin, rahmat dan karunia-Nya sehinga penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mengambangkan Kemampuan Mengenal

Bentuk, Warna dan Ukuran Menggunakan Kombinasi Model Problem Based

Learning, Example Non Example dengan Media Puzzle Shape Pada Kelompok A

TK Idhata II Banjarmasin”.

Dalam kesempatan ini penulis dengan penuh hormat dan kerendahan hari

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya khusus nya

kepada Ibu Maimunah, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan waktu, tenaga dan arahan serta saran-saran yang sangat bermanfaat

untuk penulis, sehingga penulisan skripsi ini bisa terlaksana dan disempurnakan

dengan sebaik-baiknya.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setingi-tinggimya peneiti

sampaikan kepada semua pihak yang ikut serta membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini, yaitu kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Ahmad, SE., M.Si. selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat

2. Dr. Chairil Faif Pasani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

3. Prof. Dr. Hj. Atiek Winarti, M.Pd., M.S.Sc., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

vii
4. Prof. Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd., Ph.D. selaku Ketua Tim Pengembang

dan Penjamin Mutu Program Studi PGSD dan PG-PAUD Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

5. Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd. selaku Koordinator Program Studi PG-PAUD

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

6. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

7. Nuryadi, S.Pd., M.A, selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin

8. Kahfi Zuraida, S.Pd. selaku Kepala Sekolah TK Idhata II Banjarmasin

9. Gini Diartini, S.Pd. AUD. selaku Guru Kelompok A2 TK Idhata II

Banjarmasin

10. Seluruh dewan guru dan siswa-siwa TK Idhata II Banjarmasin

11. Sudartono dan Sri Hartuti Budi Asih selaku kedua orang tua saya, Dwi

Noviyanti dan Rahmad Bayu Syahputra selaku adding saya serta seluruh

keluarga yang selalu memberikan do’a yang tiada henti, semangat serta

motivasi hingga penulis dapat memasuki jenjang perkuliahan sampai tahap

penyusunan skripsi ini

12. Orang terdekat saya Nia Selvia, Ainun Ni’mah, Maulida Andryani, Farida,

Anisa Dia Sartika, Sari Wahdati selaku sahabat yang selalu membantu dan

memberikan dukungan, saran serta motivasi dalam proses penyusunan skripsi

ini

13. Seluruh teman-teman dari kelas B PG-PAUD 2019

14. Teman-teman mahasiswa satu bimbingan

viii
15. Semua pihak yang turut membantu baik, tenaga, doa serta pikiran selama

penyusunan skripsi ini.

Atas segala petunjuk, bimbingan, bantuan dan partisipasi yang telah

diberikan, semoga mendapat berkah dari Allah SWT. Semoga hasil penelitian ini

bermanfaat bagi saya dan bagi kita semua untuk meningkatkan keprofesionalan

guru dimasa yang akan datang. Kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya sebagai

acuan dalam penelitian yang akan datang. Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

Banjarmasin, 30 Mei 2023


Penulis

Dian Ekayuti Iryanti


NIM. 1910126220035

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN TIM PENGUJI .............................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DATAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
C. Rencana Pemecahan Masalah ................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 14
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 15
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 16
A. Kerangka Teori ....................................................................................... 16
1. Hakikat Anak Usia Dini .................................................................. 16
2. Karakteristik Anak Usia Dini .......................................................... 17
3. Fase-Fase Perkembangan Anak Usia Dini ...................................... 18
4. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ......................................... 23
5. Kemampuan Mengena Bentuk, Warna dan Ukuran ........................ 27
6. Model Problem Based Learning ..................................................... 32
7. Model Example Non Example ......................................................... 34
8. Media Puzzle Shape ......................................................................... 36
B. Penelitian Relevan .................................................................................. 41
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 44
D. Hipotesis ................................................................................................. 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 49
1. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 49
2. Jenis Penelitian ................................................................................ 50
3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 52
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ......................................... 53
5. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas................................................... 54
6. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 55
7. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 57
B. Setting Penelitian/Lokasi Penelitian ....................................................... 61
C. Faktor Yang Diteliti ................................................................................ 62

x
1. Faktor Aktivitas Guru ...................................................................... 62
2. Faktor Aktivitas Anak ..................................................................... 63
3. Faktor Hasil Perkembangan Anak ................................................... 63
D. Skenario Tindakan .................................................................................. 64
E. Data dan Sumber Data ............................................................................ 77
1. Sumber Data .................................................................................... 77
2. Jenis Data......................................................................................... 77
3. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 78
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 78
1. Aktivitas Guru ................................................................................. 78
2. Aktivitas Anak ................................................................................. 79
3. Aktivitas Hail Capaian Perkembangan Kognitif Anak.................... 80
G. Indikator Keberhasilan............................................................................ 81
1. Aktivitas Guru ................................................................................. 81
2. Aktivitas Anak ................................................................................. 82
3. Hasil Capaian Perkembangan Kognitif ........................................... 82
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN ................. 83
A. Deskripsi Setting/Lokasi Penelitian ........................................................ 83
1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................ 83
2. Sarana dan Prasarana Sekolah ......................................................... 84
3. Tenaga Pendidik .............................................................................. 85
4. Anak dan Peserta Didik ................................................................... 85
B. Persiapan Penelitian ................................................................................ 86
1. Persiapan Administrasi .................................................................... 86
2. Persiapan Penunjukkan Observer .................................................... 87
3. Persiapan Teknis .............................................................................. 87
C. Penelitian Tindakan Kelas ...................................................................... 87
D. Hasil Perbandingan Kecenderungan ...................................................... 196
1. Aktivitas Guru ................................................................................. 197
2. Aktivitas Anak ................................................................................. 198
3. Hasil Perkembangan Anak .............................................................. 200
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian ........................................................... 205
1. Aktivitas Guru ................................................................................. 205
2. Aktivitas Anak ................................................................................. 214
3. Hasil Perkembangan Anak .............................................................. 218
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 222
A. Kesimpulan ............................................................................................ 222
B. Saran ....................................................................................................... 223
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 224
LAMPIRAN .................................................................................................... 230

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru .................................................... 79


Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Individual................................... 80
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Secara Klasikal .......................... 80
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Kognitif Anak ..................................................... 81
Tabel 4.1 Nama-Nama Tenaga Pendidik ......................................................... 85
Tabel 4.2 Daftar Nama Anak Kelompok A2 ................................................... 85
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) .................................... 88
Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1 .................................. 94
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 1 .................................. 98
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 1 ........ 101
Tabel 4.7 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1 ........................... 102
Tabel 4.8 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1 .... 105
Tabel 4.9 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 1............................. 105
Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2 ................................ 120
Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 2 ................................ 124
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 2 ...... 128
Tabel 4.13 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2 ......................... 129
Tabel 4.14 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2 .. 132
Tabel 4.15 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 2........................... 132
Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3 ................................ 148
Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 3 ................................ 153
Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 3 ...... 156
Tabel 4.19 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3 ......................... 157
Tabel 4.20 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3 .. 160
Tabel 4.21 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 3........................... 161
Tabel 4.22 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 4 ................................ 176
Tabel 4.23 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 4 ................................ 180
Tabel 4.24 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 4 ...... 183
Tabel 4.25 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4 ......................... 185
Tabel 4.26 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4 .. 187
Tabel 4.27 Presentase Perkembangan Klasikal Pertemuan 4........................... 187
Tabel 4.28 Kecenderungan Aktivitas Guru ...................................................... 197
Tabel 4.29 Kecenderungan Aktivitas Anak ..................................................... 198
Tabel 4.30 Kecenderungan Hasil Perkembangan Kognitif Anak .................... 200

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ............................................................ 47


Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 60
Gambar 4.1 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 1 ....................................... 101
Gambar 4.2 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1 ....................... 104
Gambar 4.3 Hasil Perkembangan Anak Secara Klasikal Pertemuan 1 ............ 106
Gambar 4.4 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 2 ....................................... 127
Gambar 4.5 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2 ....................... 131
Gambar 4.6 Hasil Perkembangan Anak Secara Klasikal Pertemuan 2 ............ 133
Gambar 4.7 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 3 ....................................... 155
Gambar 4.8 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3 ....................... 160
Gambar 4.9 Hasil Perkembangan Anak Secara Klasikal Pertemuan 3 ............ 161
Gambar 4.10 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 4 ..................................... 183
Gambar 4.11 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4 ..................... 186
Gambar 4.12 Hasil Perkembangan Anak Secara Klasikal Pertemuan 4 .......... 188
Gambar 4.13 Hasil Aktivitas Guru Secara Klasikal......................................... 197
Gambar 4.14 Hasil Kecenderungan Aktivitas Anak Secara Klasikal .............. 199
Gambar 4.15 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal ................ 201
Gambar 4.16 Kecenderungan Hasil Aktivitas Guru, Aktivitas Anak Dan Hasil
Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1, 2, 3, 4 ......................................... 202

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sujiono (Dewi, 2019) mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

dasarnya meliputi seluruh upaya pengasuhan dan pendidikan anak dengan

menciptakan suasana dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi

pengalaman yang memberikan kesempatan untuk mengetahui dan memahami

pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara mengamati,

meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara langsung dan melibatkan

seluruh potensi dan kecerdasan anak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak

Dini, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu proses pembinaan tumbuh

kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup

pembinaan aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial

emosional, dan seni. Salah satu pembinaan tumbuh kembang anak di paud yaitu

aspek kognitif yang harus diberikan sesuai dengan tahapan-tahapan

perkembangan anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Sedangkan menurut Suyadi dan Ulfah (2013) mengatakan Pendidikan Anak

Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang didasarkan dengan

tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara

menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian

yang dimiliki anak. Seperti yang sudah tercantum dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (2003) pada pasal 1 ayat (14) menyatakan bahwa pendidikan

1
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

lebih lanjut.

Menurut Shofia dan Suryana (2021) pendidikan anak usia dini adalah suatu

upaya penstimulusan dan rangsangan yang dilakukan kepada anak yang baru lahir

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, baik jasmani

maupun rohani agar anak siap dalam memasuki pendidikan selanjutnya.

Sejalan dengan hal tersebut Paramita, Rintayati & Wahyuningsih (2019)

mengatakan bahwa aspek kemampuan kognitif termasuk salah satu aspek

perkembangan yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yang dimana

segala proses psikologi berkaitan dengan bagaimana anak mempelajari dan

memikirkan lingkungan nya.

Paramita, Rintayati & Wahyuningsih (2019) menjabarkan bahwa ruang

lingkup pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kognitif tidak hanya

mengenai mengenal bilangan, mengenal huruf, mengurutkan pola besar dan kecil,

dll. Tetapi juga mengajarkan anak untuk mengenal sebab dan akibat peristiwa

alam di lingkunganya, mengajarkan anak untuk aktif dan kreatif dalam

menyelidiki suatu peristiwa dan kejadian yang ditemui merupakan suatu

pengetahuan yang juga perlu diberikan dalam meningkatkan kognitif anak.

Kompetensi tersebut harus dapat dimiliki anak yang nantinya berguna sebagai

pengetahuan dasar anak dalam mengenal benda (ciri ciri, warna, pola, bentuk,

2
tekstur) dan peristiwa alam di lingkungan sekitar anak. Sedangkan menurut

Williams dalam Hijriati (2017), mengatakan ciri-ciri perilaku kognitif adalah

berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, berpikir terperinci (elaborasi).

Berdasarkan Permendikbud No. 146 tahun 2014 menyatakan bahwa

kompetensi dasar untuk aspek kognitif salah satunya yaitu mengenal benda-benda

disekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, fungsi dan

ciri-cirinya. Seperti yang tercantum pada Permendikbud No. 58 Tahhun 2009

mengungkapkan bahwa salah satu aspek perembangan koginitif yang perlu di

kembangkan adalah konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola.

Beaty (Nurjanah, Yudianto dan Karsono, 2015) menjelaskan konsep bentuk

merupakan salah satu konsep pertama yang muncul dalam perkembangan

kognitif. Belajar tentang bentuk dapat membuat anak untuk melakukan

pembedaan dan pengelompokkan. Bentuk-bentuk yang diajarkan pada anak usia

dini adalah bentuk-bentuk geomtri seperti lingkara, segitiga dan persegi.

Konsep warna menurut Beaty (Nurjanah, Yudianto dan Karsono, 2015)

adalah hal pertama yang dilihat seseorang karena dapat menentukan respons dari

orang tersebut. Anak usia dini perlu mengenal dan mempelajari konsep warna

karena saat bayi barusia 4-6 bulan mampu untuk membedakan warna. Berarti,

sejak anak berusia 4-6 bulan anak mampu mengenali warna merah, kuning, biru

hitam dan putih.

Menurut Montague-Smith & Price (Nurjanah, Yudianto dan Karsono, 2015)

ukuran meupakan syarat utama untuk perbandingan. Ukuran merupakan

kemampuan yang penting untuk dikembangkan karena dapat mengasah

3
pemahaman anak mengenai perbedaan seperti besar-kecil, panjang-pendek,

banyak-sedikit, dan tinggi-rendah.

Nurjanah, Yudianto dan Karsono (2015) menjelaskan bahwa kemampuan

matematika anak, khusus nya mengenai bentuk, warna dan ukuran perlu

dikembangkan sejak dini karena memiliki peran yang penting terhadap kehidupan

anak kelak. Hal ini sejalan dengan pendapat Ginsbrug, Lee & Boyd (Nurjanah,

Yudianto dan Karsono, 2015) mengemukakan bahwa kemampuan matematika

sejak memasuki taman kanak-kanak merupakan predictor yang kuat terhadap

kesuksesan dikemudian hari.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Idhata II Banjarmasin pada

Kelompok A2 kemampuan anak dalam mengenal bentuk, warna dan bentuk masih

belum berkembang, hali ni terlihat dari jumlah anak secara keseluruhan berjumlah

12 anak yang terdiri dari 6 perempuan dan 6 laki-laki. Dari 12 anak tersebut ada

5 anak memiliki presentase 42% dengan kategori Belum Berkembang (BB), 3

anak memiliki presentase 25% dengan kategori Mulai Berkembang (MB), 3 anak

memiliki presentase 25% dengan katergori Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

dan 1 anak memiliki 8% dengan kategori Berkembang Sangat Baik (BSB).

Dari hasil wawancara dengan wali kelas, ada anak yang masih harus

dibimbing saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Anak kurang

memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan yaitu anak masih ada yang

bercanda dengan temannya yang lain. Ketika ditanyai mengenai bentuk masih ada

anak yang salah dalam menjawabnya dan masih belum bisa membedakan bentuk

dan warna.

4
Penyebab belum berkembangnya kemampuan kognitif anak dalam mengenal

bentuk, warna dan ukuran, pembelajaran satu arah sehingga anak menjadi kurang

aktif ketika proses belajar mengajar tengah berlangsung. Pembelajaran kurang

bermakna hal ini terlihat dari masih ada anak yang bermain dengan teman nya

ketika guru sedang menjelaskan. Sehingga ketika melakukan tanya jawab dengan

anak, anak masih belum bisa mengenal dan membedakan bentuk, warna dan

ukuran serta harus dibimbing oleh gurunya untuk menjawab.

Materi/pembelajaran bersifat abstrak, ketika proses belajar belum ada contoh

langsung nya sehingga anak masih bingung. Pembelajaran kurang menarik,

pembelajaran menggunakan model/metode yang terasa mononton dan kurang

menarik, sehingga anak kurang antusis dan tertarik dalam mengikuti

pembelajaran.

Apabila permasalahan tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan akan

berdampak pada kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan

ukuran. Anak akan akan kesulitan dalam membedakan bentuk yang ada disekitar

meraka, seperti bentuk segitiga yang seperti atap rumah, bentuk persegi seperti

TV dan bentuk lingkaran seperti matahari. Tidak bisa membedakan warna-warna,

seperti warna merah, warna hijau serta warna kuning. Tidak mengetahui ukuran

seperti besar-kecil dan banyak-sedikit.

Mengenalkan bentuk pada anak penting karena dengan mengenalkan bentuk

anak akan mengetahui bentuk-bentuk geometri yaitu ada persegi, segitiga, dan

lingkaran. Dengan mengetahui hal tersebut anak akan bisa membedakan

bagaimana bentuk-bentuk tersebut.

5
Mengenalkan warna pada anak juga penting karena dengan mengenalkan

warna pada anak akan memberikan manfaat, seperti yang di katakan Fitri (2021)

pengenalan warna sejak anak usia dini memiiki banyak manfaat, diantara nya

yaitu anak dapat mengembangkan dan mengasah kemampuan mengingat,

imajinatif, keterampilan kognitif, berpikir kreatif serta dapat membantu anak

memancing dan merangsang kepekaan penglihatan anak. Dijelaskan juga bahwa

warna sangat senitif terhadap penglihatan anak sehingga akan memberikan

dampak efektif terhadap perkembangan kemampuan membangun tingkat

kosentrasi penglihatan yang akan tersimpan dalam meori otaknya secara baik dan

tahan lama.

Mengenal ukuran pada anak usia dini juga sama pentingnya dengan mengenal

bentuk dan warna. Sejalan dengan pendapat Montague-Smith & Price (Nurjanah,

Yudianto dan Karsono, 2015) karena dengan mengenal ukuran dapat mengasah

pemahaman anak mengenai perbedaan, yaitu ada besar-kecil, panjang-pendek,

banyak-sedikit serta tinggi-rendah.

Perlu adanya pembelajaran yang lebih bermakna dalam mengenal bentuk,

warna dan ukuran pada anak lebih menyenangkan serta pembelajaran yang mudah

dimengerti oleh anak. Adapun solusi yang ditawarkan yaitu menggunakan model

dan media pembelajaran yang digunakan di harapkan anak menjadi lebih

memahami serta mengerti dan tujuan pembelajaran dapat tercapai di tambah

dengan dengan penyampaian yang menarik dan kreatif diharapkan anak akan lebih

merasa tertarik untuk mempelajarinya. Maka dari itu salah satu solusi yang dapat

digunakan yaitu ketika pembelejaran menggunakan kombinasi model problem

based learning, example non example dengan media puzzle shape.

6
Model problem based learning dipilih sebagai salah satu model karena pada

model problem based learning akan diharapkan memapu menjadi solusi dari

pembelajaran satu arah dan kurang bermakna kerana menurut teori (Poerwati,

Cahaya, & Suryaningsih, 2022) model problem based learning menyediakan

berbagai pengalaman belajar bagi anak dengan melatih memecahkan masalah

melalui berbagai teknik dan media yang mendukung .

Model problem based learning ini merupakan model pembelajaran yang

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak dan keterampilan untuk

memecahkan suatu permasalahan yang ada dengan berbagai teknik dan media

yang mendukung serta akan memperoleh pengetahuan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Strobel dan Van (Poerwati, Cahaya, & Suryaningsih, 2022) dengan

menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan

anak dalam berpikir kritis, analitis, logis dan sistematis untuk menemukan solusi

memecahkan masalah melalui kegiatan yang bersifat ilmiah. Sejalan dengan

pendapat Wahyuning (Setyo, Fathurahman dan Anwar, 2020) mengemukakan

bahwa model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran

yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta

didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta

memperoleh pengetahuan.

Model example non example dipilih sebagai salah satu model karena example

non example diharapkan mampu menjadi solusi dari pembelajaran satu arah,

pembelajaran kurang bermakna dan pembelajaran kurang menarik karena

menurut teori Maguoharjo (Hamdani, 2022) model example non example

menurut pengertian bahasa berarti contoh (dan) bukan contoh. Dengan cara

7
kerjanya menggunakan tekniik melihat gambar dan menyimpulkan atau

menjelaskan konsep apa yang diperoleh siswa dari gambar tersebut.

Model example non example menggunakan model pembelajaran yang dimana

anak akan membuat kelompok kecil sehingga nantinya anak dapat melihat secara

langsung mengenai apa yang akan dibahas melalui media gambar yang sudah di

siapkan terlebih dahulu oleh guru dan setiap anggota kelompok anak dapat

menyimpulkan dan memecahkan suatu permasalahan melalui media gambar

terserbut. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniasih (Hamdani, 2022) bahwa

model pembelajaran example non example ini menggunakan media gambar

sebagai media pembelajarannya, dengan tujuan untuk mendorong anak agar

belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang

terkandung dalam contoh-contoh gambar yang sudah dipersiapkan terlebih

dahulu. Dengan harapan anak dapat memusatkan perhatian terhadap gambar-

gambar dan materi yang dipelajari. Dan di rancang agar anak memiliki kompetensi

dalam menganalisis gambar dan memberikan deskripsi mengenai apa yang ada di

dalam gambar dengan bantuan media lainnya seperti OHP, proyektor ataupun

dengan menggunakan poster.

Untuk lebih mengetahui mengenai bentuk, warna dan ukuran, juga

menggunakan media puzzle shape. Media puzzle shape dipilih sebagai salah satu

media karena media puzzle shape diharapkan mampu menjadi solusi dari

pembelajaran kurang bermakna, materi/pembelajaran bersifat abstrak dan

pembelaaran kurang menarik karena menurut teori (Khatimah, 2017) mengatakan

media puzzle sangat sering digunakan di Taman Kanak-Kanak karena memiliki

nilai-nilai edukatif. Dengan puzzle, anak belajar memahami konsep bentuk,

8
warna, ukuran dan jumlah. Tentu bentuk puzzle yang digunakan lebih beragam

dan mempunyai warna yang lebih mencolok. Bentuk dan warna adalah dua hal

yang diperhatikan anak saat memasang puzzle. Dengan bermain puzzle dapat

melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika

mencocokkan kepingan-kepingan puzzle.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan Penelitian Tindakan

Kelas menggunakan model problem based learning, example non example dengan

media puzzle shape dengan harapan dapat membantu meningkatkan kemampuan

anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Dengan mengangkat judul

“Mengembangkan kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran

menggunakan kombinasi model problem based learning, example non example

dengan media puzzle shape pada Kelompok A TK Idhata II Banjarmasin”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas guru dalam pengembangan kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran meggunakan kombinasi model problem based

learning, example non example dengan media puzzle shape pada kelompok

A TK Idhata II Banjarmasin?

2. Bagaimana aktivitas anak dalam pengembangan kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran meggunakan kombinasi model problem based

learning, example non example dengan media puzzle shape pada kelompok

A TK Idhata II Banjarmasin?

9
3. Apakah terdapat peningkatan pada kemampuan mengenal bentuk, warna dan

ukuran meggunakan kombinasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape pada kelompok A TK Idhata II

Banjarmasin?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Permasalahan yang ditemukan di TK Idhata II Banjarmasin pada Kelompok

A2, kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran masih

belum berkembang. Permsalahan tersebut dilatar belakangi oleh berbagai faktor.

Faktor penyebab dari permaslahan diatas salah satunya pembelajaran satu

arah sehingga anak menjadi kurang aktif ketika proses belajar mengajar tengah

berlangsung. Pembelajaran kurang bermakna hal ini terlihat dari masih ada anak

yang bermain dengan teman nya ketika guru sedang menjelaskan. Sehingga ketika

melakukan tanya jawab dengan anak, anak masih belum bisa mengenal dan

membedakan bentuk, warna dan ukuran serta harus dibimbing oleh gurunya untuk

menjawab. Materi/pembelajaran bersifat abstrak, ketika proses belajar belum ada

contoh langsung nya sehingga anak masih bingung. Pembelajaran kurang

menarik, pembelajaran menggunakan model/metode yang terasa mononton dan

kurang menarik, sehingga anak kurang antusis dan tertarik dalam mengikuti

pembelajaran.

Apabila permasalahan tersebut dibiarkan maka dikhawatirkan akan

berdampak pada kemampuan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan

ukuran. Anak akan kesulitan dalam membedakan bentuk yang ada disekitar

meraka, seperti bentuk segitiga yang seperti atap rumah, bentuk persegi seperti

TV dan bentuk lingkaran seperti matahari. Tidak bisa membedakan warna-warna,

10
seperti warna merah, warna hijau serta warna kuning. Tidak mengetahui ukuran

seperti besar-kecil dan banyak-sedikit.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah rencana

pemecahan masalah yang bisa digunakan oleh guru dalam mengembangkan

kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pembelajaran

hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan

model pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar dan media yang menarik

dan mudah diikuti oleh anak. Maka pada penelitian ini bermaksud untuk

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape.

Model problem based learning dipilih sebagai salah satu model karena pada

model problem based learning akan diharapkan memapu menjadi solusi dari

pembelajaran satu arah dan kurang bermakna kerana menurut teori (Poerwati,

Cahaya, & Suryaningsih, 2022) model problem based learning menyediakan

berbagai pengalaman belajar bagi anak dengan melatih memecahkan masalah

melalui berbagai teknik dan media yang mendukung .

Model problem based learning ini merupakan model pembelajaran yang

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak dan keterampilan untuk

memecahkan suatu permasalahan yang ada dengan berbagai teknik dan media

yang mendukung serta akan memperoleh pengetahuan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Strobel dan Van (Poerwati, Cahaya, & Suryaningsih, 2022) dengan

menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan

anak dalam berpikir kritis, analitis, logis dan sistematis untuk menemukan solusi

memecahkan masalah melalui kegiatan yang bersifat ilmiah. Sejalan dengan

11
pendapat Wahyuning (Setyo, Fathurahman dan Anwar, 2020) mengemukakan

bahwa model pembelajaran problem based learning adalah model pembelajaran

yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta

didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta

memperoleh pengetahuan.

Model example non example dipilih sebagai salah satu model karena example

non example diharapkan mampu menjadi solusi dari pembelajaran satu arah,

pembelajaran kurang bermakna dan pembelajaran kurang menarik karena

menurut teori Maguoharjo (Hamdani, 2022) model example non example

menurut pengertian bahasa berarti contoh (dan) bukan contoh. Dengan cara

kerjanya menggunakan tekniik melihat gambar dan menyimpulkan atau

menjelaskan konsep apa yang diperoleh siswa dari gambar tersebut.

Model example non example menggunakan model pembelajaran yang dimana

anak akan membuat kelompok kecil sehingga nantinya anak dapat melihat secara

langsung mengenai apa yang akan dibahas melalui media gambar yang sudah di

siapkan terlebih dahulu oleh guru dan setiap anggota kelompok anak dapat

menyimpulkan dan memecahkan suatu permasalahan melalui media gambar

terserbut. Hal ini sejalan dengan pendapat Kurniasih (Hamdani, 2022) bahwa

model pembelajaran example non example ini menggunakan media gambar

sebagai media pembelajarannya, dengan tujuan untuk mendorong anak agar

belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang

terkandung dalam contoh-contoh gambar yang sudah dipersiapkan terlebih

dahulu. Dengan harapan anak dapat memusatkan perhatian terhadap gambar-

gambar dan materi yang dipelajari. Dan di rancang agar anak memiliki kompetensi

12
dalam menganalisis gambar dan memberikan deskripsi mengenai apa yang ada di

dalam gambar dengan bantuan media lainnya seperti OHP, proyektor ataupun

dengan menggunakan poster.

Untuk lebih mengetahui mengenai bentuk, warna dan ukuran, juga

menggunakan media puzzle shape. Media puzzle shape dipilih sebagai salah satu

media karena media puzzle shape diharapkan mampu menjadi solusi dari

pembelajaran kurang bermakna, materi/pembelajaran bersifat abstrak dan

pembelaaran kurang menarik karena menurut teori (Khatimah, 2017) mengatakan

media puzzle sangat sering digunakan di Taman Kanak-Kanak karena memiliki

nilai-nilai edukatif. Dengan puzzle, anak belajar memahami konsep bentuk,

warna, ukuran dan jumlah. Tentu bentuk puzzle yang digunakan lebih beragam

dan mempunyai warna yang lebih mencolok. Bentuk dan warna adalah dua hal

yang diperhatikan anak saat memasang puzzle. Dengan bermain puzzle dapat

melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika

mencocokkan kepingan-kepingan puzzle.

Adapun penggunaan langkah-langkah menggunakan model problem based

learning, example non example, dengan media puzzle shape untuk mengenal

bentuk, warna dan ukuran pada kelompok A TK Idhata II Banjarmasin:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan

(PBL)

2. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil (PBL, PS)

3. Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran (ENE)

13
4. Guru memberi kesempatan anak untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar (ENE)

5. Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan (PBL)

6. Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya (PS)

7. Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran(PBL, PS)

8. Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan memberi

kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan (PBL,

ENE, PS)

9. Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan (PBL, ENE).

10. Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan pembelajaran (ENE).

(Setyo, Fathurahman, & Anwar, 2020, Amin & Sumendap, 2022).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pemecahan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk:

1. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam pengembangan kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran meggunakan kombinasi model problem based

learning, example non example dengan media puzzle shape pada kelompok

A TK Idhata II Banjarmasin.

2. Mendeskripsikan aktivitas anak dalam pengembangan kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran meggunakan kombinasi model problem based

14
learning, example non example dengan media puzzle shape pada kelompok

A TK Idhata II Banjarmasin.

3. Menganalisis hasil perkembangan kognitif dalam kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran meggunakan kombinasi model problem based

learning, example non example dengan media puzzle shape pada anak

kelompok A TK Idhata II Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas maka manfaat yang diharapkan

yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru, sebagai rujukan dari salah satu strategi perbaikan yang efektif

dikelas, meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan kombinasi

model dan media pembelajaran, serta sebagai wahana untuk membangkitkan

kepekaan terhadap pengelolaan strategi pembelajaran melalui model dan

media yang mampu mengaktifkan anak belajar secara langsung sehingga

dapat meningkatkan motivsi belajar anak.

2. Bagi kepala sekolah, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan atau materi

dalam pembinaan guru-guru disekolah terutama dalam perbaikan dan inovasi

dalam pembelajaran dan komitmen atas kualitas program pembelajaran.

3. Bagi peneliti lainnya, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi dalam

melaksanakan penelitian yang lebih mendalam tentang penggunaan model-

model pembealajaran dan media yang digunakan dalam pembelajaran yang

berbeda, dan lokasi serta objek yang berbeda.

15
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Hakikat Anak Usia Dini

Menurut Surdirman (2021) NAEYC (National Association for The Education

of Young Children) anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8

tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak,

penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah

baik swasta maupun negeri, TK, dan SD.

Menurut Suryana (2021) mengatakan bahwa menurut beberapa ahli

pendidikan anak usia dini mengkategorikan anak usia dini sebagai berikut: (1)

kelompok bayi (infancy) berada pada usia 0-1 tahun; (2) kelompok awal berjalan

(toddler) berada pada rentang usia 1-3 tahun; (3) kelompok pra-sekolah

(preschool) berada pada rentang usia 3-4 tahun; (4) kelompok usia sekolah (kelas

awal SD) berada pada rentang usia 5-6 tahun; (5) kelompok usia sekolah (kelas

lanjut SD) berada pada rentang usia 7-8 tahun. Namun ada juga yang membagi

rentang masa anak usia dini didasarkan pada penelitian perkembangan motorik

halus, motorik kasar, sosial, dan kognitif serta terhadap perkembangan perilaku

bermain dan minat permainan.

Menurut Suryana (2021) anak usia dini jika dilihat dari rentang usia menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

ialah anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Rentang usia anak usia dini

menurut undang-undang ini berada pada rentang usia lahir sampai usia taman

kanak-kanak.

16
Menurut Bredecam dan Copple, Brener serta Kellough (Akbar, 2020) hakikat

anak usia dini khususnya anak TK di antaranya sebagai berikut:

a. Anak bersifat unik

b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan

c. Anak bersifat aktif dan enerjik

d. Anak itu egosentris

e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal

f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang

g. Anak umumnya kaya dengan fantasi

h. Anak masih mudah frustrasi

i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak

j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek

k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial

l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Sudarna (Retnaningsih & Rosa, 2022) menyatakan bahwa anak usia dini

memiliki beberapa karakteristik antara lain yaitu unik, egosentris, aktif dan

energik, rasa ingin tahu yang tinggi dan antusias terhadap banyak hal, eksploratif

dan berjiwa petualang, spontan, senang dan kaya akan fantasi, masih mudah

frustasi, masih kurang mempertimbangkan dalam melakukan sesuatu, daya

perhatian pendek, bergairah untuk belajar dari pengalaman dan semakin

menunjukkan minat terhadap teman.

Hal ini sejalan dengan pendapat Khomaeny dan Hamzah (2019) yang

mengatakan karakteristik anak yaitu anak usia dini memiliki sifat egosentris, anak

17
memiliki curiosity (rasa ingin tahu), anak memiliki daya imajinasi dan fantasi

tinggi, pembelajar ulung, anak adalah seorang pembelajar yang memiliki

konsentrasi pendek, anak usia dini merupakan individu penjelajah, ciri emosi yang

ada saat masa anak adalah kasing sayang, gembira, sedih, takut, iri hati dan marah.

3. Fase-Fase Pekembangan Anak Usia Dini

Menurut Susanto (2012) fase perkembangan dapat diartikan sebagai

penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang

diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah

periodisasi perkembangan ini para ahli berbeda pendapat. Pendapat-pendapat itu

secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu berdasarkan

analisis biologis, didaktis, dan psikologis.

a. Tahap perkembangan Periodisasi Biologis

Secara biologis tahapan perkembangan itu didasarkan kepada keadaan atau

proses pertumbuhan tertentu. Salah satu tokoh yang memberikan ulasan secara

terperinci mengenai tahap perkembangan ini adalah Aristoteles. Aristoteles

mengklasifikasikan tahap perkembangan menjadi tiga periode yang masing-

masing periode berlangsung selama tujuh tahun, dan antara periode yang satu dan

periode yang lain mengikutinya dibatasi oleh adanya perubahan jasmani yang

dianggap-nya penting. Perubahan jasmani tersebut antara lain yaitu terjadinya

pertukaran gigi pada umur tujuh tahun, dan tumbuhnya tanda-tanda pubertas

seperti perubahan suara, kumis, dan tanda-tanda kelamin sekunder lainnya yang

timbul pada umur 14 tahun. Pembagiannya dilakukan sebagai berikut:

1) Periode I: dari 0,0 -7,0 tahun (periode anak kecil)

2) Periode II: dari 7,0 - 14,0 tahun (periode sekolah)

18
3) Periode III: dari 14.0 21.0 tahun (periode pubertas, masa per- alihan dari usia

anak menjadi dewasa).

Kretscmer (Susanto, 2012) berpendapat bahwa sejak lahir sampai dewasa

individu melewati empat tahapan, yaitu:

1) Tahap I: dari 0,0 sampai kira-kira 3.0 tahun disebut dengan fullungs

(pengisian) periode-1, di mana pada periode ini anak kelihatan pendek gemuk

2) Tahap II: dari kira-kira 3.0 tahun sampai kira-kira 7.0 tahun; yang disebut

dengan streckungs (rentangan) periode-1, di mana pada periode ini anak

kelihatan langsing, memanjang, dan meninggi

3) Tahap III: dari kira-kira 7.0 sampai kira-kira 13.0 tahun; yang disebut dengan

fullungs periode-2, pada masa ini anak kelihatan pendek gemuk kembali

4) Tahap IV: dari kira-kira 13.0 sampai kira-kira 20.0 tahun; yang disebut

dengan masa streckungs periode-2, di mana pada masa ini anak kelihatan

langsing kembali.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (Susanto, 2012) pentahapan perkembangan

individu dibagi ke dalam lima tahap, yaitu:

1) Tahap I: fase prenatal (sebelum lahir), terhitung mulai masa konsepsi sampai

proses kelahiran, yaitu sampai sekitar sembilan bulan (280 hari).

2) Tahap II: infancy (bayi baru lahir, orok), terhitung sejak lahir sam- pai usia

10 atau 14 hari

3) Tahap III: babyhood (bayi), mulai dari 14 hari sampai 2 tahun.

4) Tahap IV: childhood (kanak-kakak), mulai dari 2 tahun sampai masa remaja

(puber)

19
5) Tahap V: adolesence/puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai 21 tahun.

Pada tahap adolescence ini terbagi tiga golongan, yaitu: preadolescence, pada

umumnya wanita usia 11-13 tahun, sedangkan pria lebih lambat dari itu, early

adolescence, pada usia 16-17 tahun, dan late adolescence, masa

perkembangan yang terakhir hingga masa usia kuliah.

Sumiati Ahmad (Susanto, 2012) membagi periodisasi biologis perkembangan

manusia kedalam tujuh tahap, yaitu:

1) Tahap I: mulai dari 0-1 tahun, disebut masa bayi

2) Tahap II: mulai dari 1-6 tahun, disebut masa prasekolah.

3) Tahap III: mulai dari 6-10 tahun, disebut masa sekolah.

4) Tahap IV: mulai dari 10-20 tahun, disebut masa pubertas.

5) Tahap V: mulai dari 20-40 tahun, disebut masa dewasa.

6) Tahap VI: mulai dari 40-65 tahun, disebut masa setengah umur (prasenium)

7) Tahap VII: mulai 60 tahun ke atas, disebut masa lanjut usia (senium).

b. Tahap perkembangan periodisasi Didaktis

Comenius dan JJ. Rosseau (Susanto, 2012) memandang dari sudut pandang

pendidikan penahapan perkembangan periodisasi didaktis bagi seseorang

berlangsung dalam empat jenjang yaitu:

1) Sekolah ibu (scola maternal), untuk anak-anak usia 0-6 tahun.

2) Sekolah bahasa ibu (scola pernaculan), untuk anak-anak usia 6-12 tahun

3) Sekolah latin (scola latina), untuk remaja usia 12-18 tahun

4) Akadem (akademica), untuk pemuda-pemudi usia 18-24 tahun.

20
c. Tahap perkembangan Periodisasi Psikologis

Menurut Susanto (2012) para ahli besepakat bahwa dalam perkembangan

psikologis, pada umumnya individu mengalami masa-masa kegoncangan.

Kegoncangan psikis itu dialami hampir oleh semua orang, karena dapat digunakan

sebagai acuan perpindagan dari masa yang satu ke masa yang lain dalam proses

perkembangan. Dan pada umumnya individu mengalami masa kegoncangan dua

kali, yaitu pada kira-kira tahun ke-3 atau 4 pada permulaan masa puber.

Berdasarkan dua masa kegoncangan tersebut, perkembangan individu

digambarkan melewati tiga periode atau masa, yaitu:

1) Sejak lahir sampai masa kegoncangan pertama (tahun ke-3 atau 4 yang biasa

disebut masa kanak-kanak)

2) Sejak masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang

disebut masa keserasian bersekolah

3) Sejak masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut

masa kematangan.

Yelon & Weinsten (Susanto, 2012) menyebutkan bahwa pola atau arah

perkembangan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Perkembangan dimulai dari kepala ke kaki, dan dari tengah seperti paru-paru,

jantung, dan sebagainya sampai ke pinggir seperti tangan. Arah ini disebut

dengan cephalocaudal & proximal-distal

b. Struktur mendahului fungsi, artinya bahwa anggota tubuh in- dividu akan

dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti mata akan dapat melihat

setelah otot-ototnya matang

21
c. Perkembangan berdiferensiasi. Perkembangan berlangsung dari umum ke

khusus. Dalam semua aspek perkembangan baik motorik maupun mental

respons anak pada mulanya bersifat umum. Seperti bayi menendang-

nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat

mengoordinasikannya untuk merangkak atau berjalan.

d. Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak, yaitu perkembangan

berproses dari suatu kemampuan berpikir yang kongkret menuju ke abstrak.

Seperti anak dapat berhitung dengan bantuan jari tangan

e. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme, yaitu

bahwa pada mulanya seorang anak hanya melihat atau memerhatikan dirinya

sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan harus memenuhi kebutuhan

dirinya

f. Perkembangan berlangsung dari outer control ke inner control, maksudnya,

pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain sehingga dia dalam

menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan

dari luar. Seiring bertambah nya pengalaman atau belajar dari pergaulan

sosial tentang norma atau nilai-nilai anak dapat mengembangkan kemampuan

untuk mengontrol dirinya

g. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik dan

mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda.

Contoh, otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8

tahun.

22
h. Setiap tahapan perkembangan mempunyai ciri yang khas. Sebagai contoh

pada usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya,

menguasai gerak gerik fisik dan belajar berbicara

i. Setiap individu mengalami semua fase perkembangan. Pada prinsip ini semua

manusia akan mengalami setiap fase perkembang- an dari mulai bayi, kanak-

kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.

4. Perkembangan Koginitif Anak Usia Dini

a. Pengertian perkembangan kognitif

Menurut Khadijah dan Amelia (2020) perkembangan adalah perubahan-

perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaanya

atau kematangannya (naturation) yang berlangsung secara sistematis, progresuf,

berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Menurut Mu’min (2013) perkembangan kognitif adalah tahapan-tahapan

perubahan yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia untuk memahami,

mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu.

Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi anak untuk berpikir. Seperti

pendapat Ahmadi (Sudirman, et al., 2023) kognitif adalah proses berpikir yaitu

kemampuan individu dalam menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan

suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses berpikir berhubungan dengan tingkat

kecerdesan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat

terutama sekali ditujukan kepada ide -ide belajar. Kognitif berperen penting dalam

keberhasilan anak dalam belajar karena pada proses belajar selalu berhubungan

dengan masalah berpikir.

23
Piaget (Chandrawaty, et al., 2020) kognitif adalah bagaimana anak

beradaptasi dan menginterpetasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya.

Piaget (Sudirman, et al., 2023) mengemukakan bahwa struktur kognitif tentang

bagaimana anak mengembangkan konsep dunia disekitar meraka. Anak dilahirkan

dengan beberapa skema sensorimotor, yang memberi kerangka bagi interaksi awal

anak dengan lingkungannya. Pengalaman anak itu nantinya akan ditentukan oleh

skema sensorimotor. Yang artinya hanya kejadian yang dapat diasimilasikan ke

skema itulah yang dapat direspon oleh anak. Melalui pengalaman skemata awak

ini dimodifikasi. Setiap pengalaman yang dilalui anak mengandung elemen unik

yang harus di akomodai oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan

lingkungannya struktur kognitif akan berubah dan memungkinkan perkembangan

pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut piaget proses ini lambat karena skema

itu selalu berkembang dari skema yang sudah ada sebelumnya.

Mutiara & Rahminawati (2022) kemampuan kognitif pada anak usia dini

sangatlah diperlukan bagi kehidupan anak hingga dewasa. Karena kemampuan

kognitif anak usia dini diperlukan anak dalam kehidupan sehari-harinya. Anak

usia dini memperoleh pengetahuan dan mengembangkan kemampuan kognitifnya

melalui pengalaman yang dilakukan secara langsung dan anak terlibat

didalamnya.

Berdasarkan permendikbud nomor 137 tahun 2014 Perkembangan kognitif

anak usia dini meliputi:

1) Belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan

masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan

24
diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam

konteks yang baru

2) Berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif,

berencana,dan mengenal sebab akibat

3) Berpikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan

menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu

merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

b. Tahapan perkembangan kognitif

Tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget ada 4 tahap yaitu:

1) Tahap sensorimotor (usia 0 – 1.5 tahun) :

Pada tahap ini bayi belajar mengenai diri mereka sendiri dan dunia mereka

melalui indera mereka yang sedang berkembang serta melalui aktivitas motor.

Artinya anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui

alat indera dirinya dan pergerakannya. Aktivitas sensori motor terbentuk melalui

proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya.

2) Tahap pra – operasional (usia 1.5 – 6 tahun) :

Pada tahap ini anak sudah mulai menunjukan aktivitas kognitif dalam

menghadapi hal diluar dirinya. Anak sudah dapat memahari realitas

dilingkungannya dengan menggunakan tanda-tanda dan symbol. Cara berpikir

anak pada tahap ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis.

Yang ditandai dengan ciri-ciri :

a) Transductive reasoning : cara berpikir yang bukan induktif atau deduktif

tetapi tidak logis

25
b) Ketidak jelasan hubungan sebab akibat : anak mengenal hubungan sebab

akibat secara tidak loigis

c) Animisme : menganggap semua benda itu hidup seperti dirinya

d) Artificialism : sebuah kepercayaan bahwa segala sesuatu dilingkungan itu

mempunyai jiwa seperti manusia

e) Perceptually bound : anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau

didengarnya

f) Mental experiment : anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan

jawaban dari persoalan yang dihadapinya

g) Centration : anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling

menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya

h) Egosentrisme: anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendaknya

sendiri (Sudirman, et al., 2023).

3) Tahap operasional konkrit (usia 6 – 12 tahun) :

Pada tahap ini anak sudah matang untuk menggunakan pemikiran logika nya

tetapi hanya untuk objek fisik yang adasaat ini. Tanpa objek fisik didepannya anak

akan merasa kesulitan untuk besar dalam menyelesaikan tugas yang menggunakan

logika karena anak pada tahap ini belum mampu berpikir hanya menggunakan

lambing – lambang.

4) Tahap operasional formal (usia 12 tahun keatas) :

Pada tahap ini timbul periode operasi baru. Pada periode ini anak dapat

menggunakan operasi – operasi konkrit nya untuk membentuk operasi yang

lebih kompleks. Pada tahap ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan

26
benda atau peristiwa konkrit, tetapi anak mempunyai kemampuan untuk berpikir

abstrak.

c. Pentingnya perkembangan kognitif

Menurut Sufa (2022) pemberian rangsangan kognitif sangat penting sebagai

modal dalam menguasai kemampuan dasar dan penguasaan kemampuan yang

lebih komplek pada saat dewasa nantinya sehinga anak akan memiliki potensi

pemecahan masalah, berfikir simbolik dan berfikir logis untuk dikembangkan

agar lebih optimal saat berada dimasa peka saat usia dini.

Sedangkan Veryawan (2022) menyatakan bahwa guru juga memiliki peran

penting dalam mengembangkan kemampuan kognitif pada anak, dengan

harapan:

1) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang

ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki pemahaman yang

utuh dan komprehensif

2) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian

yang pernah dialaminya

3) Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka

menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya

4) Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebat dilingkungan

sekitarnya.

5. Kemampuan Mengenal Bentuk, Warna dan Ukuran

Berdasarkan Permendiknas No. 58 tahun 2009 salah satu aspek

perkembangan kognitif yang perlu dikembangkan pada anak usia 4-5 tahun adalah

konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola. Konsep-konsep tersebut perlu untuk

27
diperkenalkan dan diajarkan kepada anak sebagai bekal untuk kehidupannya

kelak. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut merupakan konsep

dasar/fondasi dari pembelajaran matematika. Mempelajari konsep-konsep itu,

dapat membantu anak menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan

dihadapi oleh anak kelak.

Ranggiasanka (Nurjanah, Sujana, & Karsono, 2015) menagatakan salah satu

konsep pertama yang muncul dalam perkembangan kognitif anak adalah konsep

bentuk. Dengan belajar bentuk dapat membuat anak untuk melakukan perbedaan

dan pengelompokkan. Bentuk-bentuk yang diajarkan pada anak usia dini adalah

bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang.

Safira dan Fidesrinur (2018) mengatakan anak mulai mengenal atau

mengetahui ada bentuk-bentuk dasar (bentuk geometri) yang mempunyai nama

sendiri. Pada pembelajaran awal biasanya anak belajar nama setiap bentuk

seperti lingkaran persegi dan segitiga. Baru persegi panjang, belah ketupat dan

bentuk lainnya.

Rachmat dan Sumiati (2016) menjelaskan pembelajaran pengenalan

geometri anak diajarkan untuk mengenal beberapa bentuk seperti lingkaran,

bujur sangkar, segitiga, segilima, belah ketupat dan trapesium. Kegiatan

mengenal bentuk geometri dapat dilakukan dengan mengamati lingkungan

sekitar dan mencari bentuk-bentuk yang akan diperkenalkan pada saat belajar

mengenal bentuk dan diperkenalkanlah pada anak bentuk bujur sangkar,

segitiga, lingkaran dan aneka bentuk lainnya. kemudian beri kesempatan anak

untuk belajar mengamati bentuk geometri melalui kegiatan mengelompokkan

benda berdasarkan bentuk geometri yang sama,

28
Rachmat dan Sumiati (2016) menjelaskan pengenalan merupakan aspek

yang sangat penting, karena salah satu tujuan kegiatan pembelajaran adalah anak

mengenal apa yang telah anak pelajari. Pengenalan yang dimaksud berupa

konsep-konsep. Dengan mengenalkan geometri pada anak dapat memberikan

yaitu: anak akan mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, segitiga,

persegi dan persegi panjang, anak akan membedakan bentuk. Bentuk, anak akan

mampu menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan bentuknya, dan akan

akan memberi pengertian tentang ruang, bentuk, dan ukuran.

Jenis-jenis geometri secara umum salah satu nya yaitu geometri 2 dimensi

yang biasa di sebut juga bangun datar. Krisnawati, Rahmawati dan Susdarwati

(2020) memaparkan pengenalan bentuk bangun datar merupakan bagian dari

pembelajaran pengenalan bentuk yang meliputi kemampuan mengenal,

menunjuk, menyenbutkan serta mengelompokkan benda-benda yang ada

disekitar berdasarkan bentuk bangun datar. Mengenalkan bentuk bangun datar

pada anak usia dini dimulai dari membangun konsep bentuk yaitu

mengidentifikasi ciri-ciri bentuk bangun datar.

Nityanasari (2020) mengatakan kemampuan mengenal warna merupakan

salah satu aspek dari kemampuan kognitif karena pengenalan warna pada anak

adalah proses untuk memepelajari auditoy, visual dan memory dengan

perkembangan intelektual anak. Dengan mengenal warna, indera pengenalan

otak anak akan terangsang.

Hal ini sejalan dengan pendapat Hidayat, Robingatin dan Saugi (2020)

kemampuan mengenal warna merupakan bagian dari kemampuan kognitif.

Kemampuan ini sangat penting bagi perkembangan otak anak usia dini. Karena

29
warna dapat merangsang indera penglihatan otak. Warna dapat menstimulus

kepekaan penglihatan terutama pada saat warna benda terkena matahari

langsung.

Hidayati, Robngatin dan Saugi (2020) mengatakan kemampuan mengenal

warna adalah kemampuan pengetahuan anak tentang warna, seperti cara

menunjuk, menyebut, dan mengelompokkan warna sesuai instruksi guru dalam

kegiatan pengenalan warna.

Sari dan Imam (2021) memaparkan warna adalah tampilan fisik yang

terlihat dulu di mata berguna untuk membedakan sesuatau benda mati ataupun

benda hidup. Salah satu kemampuan anak usia dini di dalam perkembangnya

adalah mengenal warna. Mengenal warna merupakan hal yang sangat penting

bagi perkembangan otaknya, oleh sebab itu pengenalan warna pada anak usia

dini dapat merangsang indera penglihatan otak. Selain itu warna juga dapat

memancing kepekaan terhadap penglihatan yang terjadi karena warna yang ada

pada benda terkena sinar matahari baik secara langsung atau tidak langsung yang

kemudian dapat dilihat oleh mata.

Menurut Nugraha (Hidayati, Robingatin, & Saugi, 2020) memamarkan pada

teori Brewster warna primer adalah warna-warna dasar, yakni merah (seperti

darah), biru (seperti laut dan langit), kuning (seperti telur). Warna sekunder

adalah percampuran warna primer, seperti merah dengan biru menjadi ungu,

kuning dengan merah menjadi orange. Warna tersier adalah hasil dari

pencampuran warna primer dan warna sekunder, seperti biru dengan ungu

menjadi biru ungu. Warna kuarter merupakan hasil pencampuran warna dari

30
pencampuran dua warna tersier, biru tersier dengan kuning tersier menjadi

gokelat hijau.

Sari dan Imam (2021) lebih lanjut mengatakan fungsi mengenal warna

yaitu: sebagai media berekspresi, membantu mengenal perbedaan warna, warrna

sebagai media terapi, melatih kemampuan koordinasi, mengembangkan

kemampuan kognitif, meningkatkan konsentrasi.

Mutiara & Rahminawati (2022) mengatakan kemampuan mengenal konsep

ukuran adalah kemampuan konsep matematika anak dalam mempersepsikan

ciri-ciri benda berdasarkan banyak-sedikit, panjang-pendek, besar-kecil, tinggi-

rendah, dan berat-ringan. Dan juga merupakan sala satu bagian dari kemampuan

konsep matematika yang harus dikembangkan pada anak usia dini. Sedangkan

Jamaris (Fatdianti & Rianto, 2016) mengatakan konsep ukuran diperoleh dari

pengalaman anak pada waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya, khusus nya

pengalaman yang berhubungan dengan membandingkan, mengklasifikasikan

dan menyusun benda-benda.

Maulana dan Handayani (2022) menjelaskan ukuran adalah suatu konsep

yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam mempersepsikan suatu ciri-ciri

benda berdasarkan banyaksedikit, besar kecil, panjang pendek, tinggi-rendah,

berat ringan. Dengan mengenal konsep ukuran dapat memberikan pengalaman-

pengalaman yang memungkinkan anak-anak berfikir tentang dunia mereka.

Komara (Nurjanah, Sujana, & Karsono, 2015) kemampuan matematika

anak, terutama mengenai konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola perlu di

kembangkan sejak dini karena memiliki peranan yang penting terhadap

kehidupan anak kelak. Pendidikan matematika untuk anak usia dini penting

31
karena dapat memprediksi prestasi anak selanjutnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ginsburg, Lee, & Boyd (2008) yang menyatakan bahwa kemampuan

matematika sejak memasuki taman kanak-kanak merupakan predictor yang kuat

terhadap kesuksesan prestasi di kemudian hari.

6. Model Problem Based Learning

a. Pengertian model problem based learning

Menurut Utami dan Sri (Yustina & Mahadi, 2021) model pembelajaran

problem based learning adalah model pembelajran yang menekankan pada

penyelesaian masalah yang terjadi didunia nyata, dengan mendorong anak untuk

mengenal cara belajarnya serta cara bekerja sama dalam kelompok untuk

menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapainya.

Sanjaya (Kalsum, 2022) mengungkapkan model pembelajaran berbasis

masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.

Sejalan dengan pemaparan oleh Riesa & Mahendradhani (2021) bahwa

model pembelajaran problem based learning dikembangkan untuk memberikan

pengalaman belajar dikelas dengan mengutamakan kemampuan anak

menganalisis materi belajar sendiri. Dengan konteks pembelajaran nya yaitu

pembelajaran berbasis masalah. Memiliki ciri dengan adanya permasalahan nyata

sebagai konteks untuk para anak belajar berfikir kritis, mengembangkan

keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan sendiri

sehingga siswa terdorong untuk berperan aktif.

32
b. Langkah-langkah model problem based learning

Langkah-langkah model problem based learning menurut Setyo,

Fathurahman, & Anwar (2020) yaitu:

1. Penyampaian tujuan dan pengenalan masalah

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dalam kelompok

3. Memfasilitasi peserta didik dalam mengidentifikasi dan melakukan telaah

serta menyusun berbagai rencana penyelesaian masalah

4. Melakukan control dan pendampingan terhadap peserta didik untuk

mengunpulkan informasi dan juga data yang berhubungan dengan rencana

yang sudah ditetapkan

5. Memfasilitasi penyajian karya yang dilakukan peserta didik

6. Mengarahkan dan melakukan pendampingan kepada peserta didik untuk

memeriksa dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang sudah dilakukan.

c. Kelebihan model problem based learning

Menurut Vitasari (Masita & Nur, 2022) mengemukakan bahwa kelebihan

model problem based learning, terdiri dari:

1. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis anak dalam memecahkan suatu

masalah

2. Menumbuhkan kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran

3. Membuat anak terbiasa menghadapi masalah

4. Menumbuhkan motivasi, keberanian, rasa percaya diri, dan semangat anak

dalam proses pembelajaran sehingga anak dapat materi dengan baik

33
d. Kelemahan model problem based learning

Riesa & Mahendradhani (2021) mengungkapkan kelemahan dari model

pembelajaran problem based learning, yaitu:

1. Membutuhkan waktu belajar yang relatif lama

2. Menumbuhkan minat awal anak untuk menyelesaikan permasalahan dan

membangun kepercayaan diri mereka bahwa anak mampu menyelesaikan

berbagai masalah yang diberikan guru

3. Mengembangkan pemahaman anak pentingnya memecahkan masalah

mengenai materi pembelajaran melalui team work.

7. Model Example Non Example

a. Pengertian model example non example

Habibati (2017) mengatakan model pembelajaran example non example

adalah suatu rangkaian penyampaian materi ajar kepada anak dengan menunjukan

gambar-gambar yang relevan yang telah dipersiapkan dan diberikan kesempatan

kepada anak untuk menganalisisnya bersama teman dalam kelompoknya yang

kemudian dimintai hasil diskusi yang dilakukannya.

Sedangkan menurut Suyanti dan Nurdinah (Hidayatullooh, et al., 2020)

menyatakan bahwa model pembelajaran example non example adalah model

pembelajaran dengan menggunakan media gambar untuk dianalisis oleh anak dan

menghasilkan deskripsi singkat dari suatu materi pelajaran menekankan

kemampuan anak untuk menganalisis sebuah konsep dari contoh materi yang

dibahas.

Hal tersebut sama seperti yang dikatakan oleh Kurniawan, et al (2022)

bahwa example non example memamarkan melalui contoh-contoh dalam bentuk

34
gambar sebagai media pembelajarannya untuk menyampaikan pengetahuan.

Dengan tujuan agar anak dapat menganalisis melalui gambar sehingga anak lebih

maksmimal untuk memahami pengetahuan yang diberikan dan hasil belajar dapat

ditingkatkan.

b. Langkah-langkah model example non example

Langkah-langkah model example non example menurut Hanafiah dan

Suhana (Amin & Sumendap, 2022) yaitu:

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

2. Guru menempelkan gambar di papan tulis

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk

memerhatikan dan menganalisa gambar

4. Siswa membaca lembar peserta didik yang telah diberikan dan memberikan

keterangan example non example pada kolom yang telah disediakan

5. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi dari

analisa gambar tersebut dicatat. Siswa melakukan diskusi dengan

kelompoknya melalui gambar-gambar yang telah disediakan oleh guru pada

masing-masing kelompok

6. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil peserta didik, guru

mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

7. Kesimpulan. Peserta didik dan guru menyimpulkan pembelajaran

c. Kelebihan model example non example

Pulukadang (2021) yang mengatakan bahwa kelebihan model example non

example, diantaranya yaitu:

35
1. Anak lebih memahami dari sebuah defiini dan selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

lengkap

2. Model ini mengantarkan anak agar terlibat dalam sebuah penemuan dan

mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui

pengalaman dari gambar-gambar yang ada

3. Anak akan memperoleh dua konsep sekaligus, karena ada dua gambar yang

diberikan

4. Anak akan lebih kritis dalam menganalisis gambar

5. Anak memperoleh pengetahuan yang aplikatif dari materi berupa contoh

gambar

6. Anak memperoleh kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri.

d. Kelemahan model example non example

Menurut Panggabean, et al (2021) kelemahan dari model example non

example, yaitu:

1. Memerlukan waktu yang lumayan banyak

2. Tidak semua topik pelajaran bisa ditampilkan dalam bentuk gambar

8. Media Puzzle Shape

a. Pengertian Media Pembelajaran Puzzle Shape

Gerlach dan Ely (Nurfadillah, 2021) menjelaskan secara garis besar media

adalah manusia materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat

pebelajar (siswa) mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Yang artinya guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.

36
Sedangkan menurut Kustandi dan Darmawan (2020) menerangkan bahwa

media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada

sasaran atau penerima pesan tersebut, materi yang diterima adalah pesan

pengajaran atau pelajaran dan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses

belajar.

Istiqlal (2018) mengatakan penggunaan media dalam pembelajaran

merupakan salah satu soluasi dari berbagai masalah yang terkait dengan

keefektifan pembelajaran. Dengan menggunakan media yang tepat akan

meningkatkan perhatian anak pada materi yang akan dipelajari, dapat membuat

anak menjadi minat dan termotivasi, serta diharapkan dapat lebih konsentrasi dan

memahami terhadap materi pembelajaran.

Aghni (2018) memaparkan pemilihan jenis media sering kali dipengaruhi

oleh kemampuan guru dalam menggunakan media tersebut. Apabila guru

memiliki keterbatasan kemampuan menggunakan jenis media tertentu akan

membuat guru menghindari menggunakan media tersebut dan akan berdampak

pada keberagaram jenis media yang digunakan oleh guru menjadi semakin

berkurang juga.

Bintang dan Awangga (2022) menyatakan bahwa puzzle berasal dari bahasa

inggris yang berarti teka-teki. Jadi puzzle merupakan media sederhana yang

dimainkan dengan menebak, mencocokkan dan mencari dengan tujuan

memecahkan suatu masalah tertentu.

Khatimah (2019) mengatakan media puzzle sangat sering digunakan di

Taman Kanak-Kanak karena media puzzle adalah salah satu bentuk permainan

yang memiliki nilai-nilai edukatif. Dengan puzzle, anak belajar memahami konsep

37
bentuk, warna, ukuran dan jumlah. Tentu bentuk puzzle yang digunakan lebih

beragam dan mempunyai warna yang lebih mencolok. Memasang kepingan puzzle

bearti mengingat gambar utuh, kemudian menyusun komponennya menjadi

sebuah gambar benda. Bentuk dan warna adalah dua hal yang diperhatikan anak

saat memasang puzzle. Dengan bermain puzzle dapat melatih anak memusatkan

pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika mencocokkan kepingan-kepingan

puzzle. Dan juga dengan bermain ini dapat meningkatkan keterampilan anak

dalam menyelesaikan masalah sederhana.

Menurut Ratnayanti (2021) dengan bermain puzzle dapat membantu anak

untuk meningkatkan dan mengembangkan kepribadian yang utuh, baik fisik,

intelektual, sosial, moral, dan emosional serta dapat mendorong anak untuk

belajar sekaligus bermain dengan nyaman mengasyikkan.

Menurut Shoimin (Kasri, 2018) manfaat media puzzle dalam pembelajaran

yaitu dapat meningkatkan keterampilan kognitif berhubungan dengan

kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Anak akan mencoba

memecahkan masalah yaitu menyusun gambar menjadi utuh, mengembangakn

kemampuan kognitifnya dengan mencoba menyesuaikan bentuk, warna atau

logika, meningkatkan keterampilan motorik halus, melatih kemampuan nalar dan

daya ingat serta konsentrasi, melatih kesabaran, pengetahuan dan meningkatkan

keterampilan sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Purwati, Sumaryati dan

Ardiansyah (2019) permainan puzzle mudah dilakukan oleh anak-anak dan sangat

efisien karena permainan tersebut tidak habis dipakai yang artinya bisa untuk

bermain lain kali lagi.

38
Zubaidi, Astini, Astawa & Fahruddin (2022) menyatakan dengan

menggunakan puzzle anak secara langsung mengamati, melakukan aktivitas

bermain dalam memecahkan masalah, berfikir logis dan sistematis serta ketepatan

anak dalam menyusun beberapa kepingan menjadi kesatuan yang utuh. Puzzle

tersebut dibuat dalam bentuk yang menarik sehingga dapat menarik daya belajar

anak.

Shape diambil dari bahasa inggris yang berarti bentuk. Bentuk ini mengacu

pada bentuk bangun datar dalam geometri. Amalia dan Wahyudi (2019)

mengatakan bangun datar adalah benda atau bidang datar atau rata dan hanya

memiliki dua ukuran (dua dimensi). Sudut pada bangun datar yaitu pertemuan

antar garis yang membentuk sehingga terbentuk daerah. Pendapat dari Suganda,

Toybah dan Hawa (2021) bangun datar adalah bangun dua dimensi (panjang dan

lebar), yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung. Kusumaningsih (2022)

mengatakan bangun datar hanya memiliki luas dna keliling karena hanya memiliki

ukuran panjang dan lebar. Bentuk bangun datar terdiri dari persegi, persegi

panjang, segitiga dan lingkaran.

Media pembelajaran puzzle shape adalah sebuah media yang digunakan

oleh guru dalam sebagai perantara penyampaian informasi kepada anak yang

berbentuk puzzle yang berisikan beberapa kepingan puzzle berbentuk bangun

datar yaitu persegi, segitiga dan lingkaran. Media puzzle shape ini merupakan

pengembangan dari media puzzle geometri. Media puzzle shape ini terbuat dari

bahan kardus yang dibuat semenarik mungkin agar anak memiliki minat untuk

mempelajari nya. Dan yang pastinya media puzzle shape ini aman digunakan oleh

anak dan dapat dimainkan kembali.

39
Dalam media puzzle shape ini tidak hanya terdiri dari bentuk bangun datar

saja, tetapi juga ada warna-warna yang dapat menarik minat anak, serta terdapat

2 jenis ukuran bangun datar yang berbeda yaitu ada yang besar dan kecil. Sehingga

dapat melatih anak untuk memecahkan permasalahan kepingan puzzle agar

menjadi gambar kepingan puzzle shape dapat terisi dan akan menjadi gambar yang

utuh. Dari media puzzle shape ini dapat melatih anak untuk bersabar saat

memecahkan permasalahan menyelesaikan kepingan puzzle, melatih anak untuk

mau bekerja sama dengan teman nya untuk menyusun puzzle. Dan juga melatih

koordinasi mata dan tangan anak dalam menyusun kepingin puzzle.

b. Cara Membuat Media Puzzle Shape

1) Alat dan bahan :

a) Duplek

b) Gunting

c) Cutter

d) Pensil

e) Lem

f) Penggaris

g) Spidol

2) Cara membuat :

a) Potong duplek dengan bentuk persegi panjang untuk alas puzzle

b) Potong lagi duplek dengan bentuk persegi panjang, tetapi ditengahnya gunting

sesuai dengan potongan puzzle nya

c) Buatlah pola kepingan puzzle menggunakan duplek dengan bentuk segitiga,

persegi, lingkaran setelah itu gunting sesuai pola

40
d) Warnai potongan puzzle yang sudah dipotong menggunakan spidol

e) Hias lah alas puzzle agar semakin menarik dimata anak bisa dengan

melapisinya menggunakan kertas origami

c. Langkah-langkah Media Puzzle Shape

1) Guru membagi anak menjadi kelompok kecil yang beranggotakan 2-3 orang

2) Guru menjelaskan cara kerja media puzzle shape

3) Tiap kelompok mendapat 1 media puzzle shape beserta dengan potongan

puzzle nya

4) Anak mulai bekerja sama memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran nya

5) Guru mengumpulkan hasil kerja tiap kelompok

6) Guru dan anak bersama-sama membuat kesimpulan mengenai pembelajaran

hari ini

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tindakan kelas mengenai kombinasi model Problem Based

Learning, Example Non Example dengan media Puzzle Shape juga sejalan dengan

beberapa jurnal serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan model Problem

Based Learning, Example Non Example dengan media Puzzle Shape, yaitu:

Diataranya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Made Ari Puspa

Pramestya, I Made Suara dan I Komang Ngurah Wiyasa (2015) dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media

Gambar Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Kelompok A Tk

Kumara Adi I Denpasar Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada

siklus I diketahui pencapaian perkembangan kognitif yaitu 58.66% yang berada

41
pada kriteria rendah dan pada siklus II yaitu 80.64% dengan kriteria tinggi. Dan

analisis data menunjukkan bahwa perkembangan kognitif anak meningkat dari

siklus I ke siklus II mencapai 21.98%. Persamaan penelitian diatas dengan skripsi

penulis yaitu, sama sama membahas judul mengenai mengembangkan

perkembangan kognitif pada kelompok A dengan menggunakan model example

non example.

Hasil penelitian oleh Luh Inten Cahya Wulan, Nyoman Wirya & I Nyoman

Jampel (2014) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Example Non

Example Berbantuan Media Papan Planel Untuk Meningkatkan Perkembangan

Kognitif Anak Di TK Paradnya Pramita Kecamatan Tabanan”. Hasil penelitian

menunjukkan terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan penerapan

model pembelajaran example non example berbantuan media papan planel pada

siklus 1 sebesar 40.2% yang berada pada kategori sangat rendah ternyata

mengalami peningkatan pada silkus 2 menjadi 84.4% tergolong pada kategori

tinggi. Jadi terjadi peningatan pekembangan kognitif anak sebesar 44.2%.

Persamaan penelitian diatas dengan skripsi penulis yaitu, sama sama membahas

judul mengenai mengembangkan perkembangan kognitif pada kelompok A

dengan menggunakan model example non example.

Hasil penelitian oleh Sugiyanto & Ramang (2021) dengan judul “Model

Pembelajaran Penerapan Problem Based Learning Pada Anak Usia Dini”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan pada aspek kognitf anak setelah

digunakan model tersebu meliputi sikap ingin tahu, berpikir kritis dan sikap kreatif

mengalami perubahan yang sangat baik diantaranya berkembang sangat baik yang

semula 0% berubah secara rata rata menjadi 40%. Persamaan penelitian diatas

42
dengan skripsi penulis yaitu, sama sama membahas judul mengenai

mengembangkan perkembangan kognitif pada kelompok A dengan menggunakan

model problem based learning.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitti Aisyah Mu’min dan Nova

Sarfadillah (2019) dengan judul “Efektifitas Penerapan Metode Bermain dengan

Media Puzzle dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan media puzzle terbukti efektif meningkatkan

kemampuan kognitif anak dengan pencapaian 75% dari hasil penilaian dan

menunjukkan kemampuan minimal berkembang sesuai harapan (BSH). Dan

secara klasikal kemampuan anak mencapai 36% pada kriteria BSH. Setelah

tindakan siklus 1, keberhasilan secara klasikal menjadi 55% dan berada pada

kriteria berkembang sangat baik (BSB) dan 45% BSH. Hasil tindakan setelah

siklus 2 menunjukkan perkembangan kognitif anak mengalami peningkatan

menjadi 82% pada kriteria BSH dan 18% pada kriteria BSB. Persamaan penelitian

diatas dengan skipsi penulis, yaitu sama sama menggunakan media puzzle untuk

meningkatkan kemampuan kognitif anak.

Hasil penelitian yang dilakuakan oleh Rahima (2017) dengan judul

“Pengaruh Permainan Edukatif dengan Media Puzzle Terhadap Perkembangan

Kognitif dalam Mengenal Bentuk dan Warna Pada Anak Prasekolah di TK

Aisyiyah IV Kota Jambi”. Hasil penelitian mengatakan bahwa perkembnagan

kognitif setelah diberikan permainan eduktif dengan media puzzle terjadi

peningkatan sebesar 66.7 % mengalami sesuai perkembangan kognitif. Persamaan

penelitian diatas dengan skripsi penulis, yaitu sama sama menggunakan media

puzzle untuk mengembangkan aspek kognitif.

43
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zubaidi, Baik Nilawati Astini,

I Made Suwasa Astwa & Fahruddin (2022) dengan judul “Pengaruh Media Puzzle

Terhadap Pekembangan Kognitif Anak Bahwa Hasil Penelitian Dengan

Menggunakan Media Puzzle”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perkembangan kognitif anak kelompok B di TK Dharma Wanita Siti Aisyah

Kabul dengan menggunakan media puzzle terjadi peningkatkan dengan skor

76.5% dengan kategori cukup berkmbang. Persamaan penelitian diatas dengan

skipsi penulis, yaitu sama sama menggunakan media puzzle untuk meningkatkan

kemampuan kognitif anak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Husnul Khatimah (2017) dengan judul

“Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media Puzzle Pada

Kelompok B TK Tunas Harapan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan kemampuan kognitif anak melalui media puzzle yang terlihat pada

siklus 1 47% berada kategori mulai berkembang dan pada siklus 2 meningkat lagi

menjadi 87%. Persamaan penelitian diatas dengan skipsi penulis, yaitu sama sama

menggunakan media puzzle untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan anak usia dini tidak hanya tempat bagi anak untuk menuntut

ilmu tetapi juga merupakan wadah bagi anak untuk merangsang segala aspek

perkembangan yang dimiliki nya agar anak bisa mencapai ketahap berikutnya dan

bisa melanjutkan ke sekolah jenjang berikut nya. Salah satu aspek yang harus dan

perlu diberi rangsangan atau stimulasi adalah aspek perkembangan kognitif.

Karena merupakan aspek yang dapat mempengaruhi tingkat intelegensi anak dan

tentunya dapat mempengaruhi aspek-aspek perkembangan yang lainnya.

44
Salah satu kemampuan yang termasuk dalam aspek perkembangan kognitif

adalah kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran. Dengan mengenal

bentuk anak akan mengetahui mengenai bentuk geometri seperti persegi,

lingkaran, dan segitiga. Dengan mengenal warna dapat merangsang indera

penglihatan otak serta dapat menstimulus kepekaan penglihatan terutama pada

saat warna benda terkena matahari langsung maupun tidak langsung. Dan dengan

mengenal ukuran akan menambah pengetahuan yang dimiliki nya mengenai

ukuran seperti panjang-pendek, besar-kecil, dan tinggi-rendah.

Perkembangan kognitif anak dalam mengenal warna di TK Idhata II masih

belum berkembang. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan yang terjadi dilapangan

yaitu anak masih belum terlalu mengetahui mengenai bentuk, warna dan ukuran

yang dilatar belakangi oleh berbagai faktor.

Pembelajaran dalam perkembangan kognitif anak akan berhasil dengan

baik jika saja guru merancang proses mengajar dengan kreatif dan dapat membuat

anak menjadi lebih aktf. Hasil dari wawancara dengan wali kelas Kelompok A di

TK Idhata II Banjarmasin, permasalahan yang terjadi dikarenakan ada anak yang

masih harus dibimbing saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.

Anak kurang memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan yaitu anak masih

ada yang bercanda dengan temannya yang lain. Ketika ditanyai mengenai bentuk

masih ada anak yang salah dalam menjawabnya dan masih belum bisa

membedakan bentuk dan warna.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada penelitian ini memberikan solusi

untuk memecahkan masalah yang terjadi pada anak kelompok A TK Idhata II

Banjarmasin menggunakan kombinasi model problem based learning, example

45
non example dengan media puzzle shape agar kegiatan pembelajaran bisa

membuat anak menjadi lebih aktif, menyenangkan dan dapat membuat anak

merasa tertarik.

Model dan media pembelajaran yang sudah dijelaskan diatas dapat

meningkatkan prestasi belajar anak, membangkitkan aktivitas anak, dan

mengembangkan kreativitas anak. Dari penggunaan model dan media diatas

diharapkan bisa mendapatkan hasil akhir yang baik; (1) anak mulai bisa mengenal

bentuk, warna dan ukuran; (2) suasana kelas menjadi lebih kondusif dan

menyenangkan; (3) anak bisa lebih mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan

apa saja yang sudah dilakukan oleh gurunya.

Dengan hasil akhir tersebut, maka pengembangan kognitif anak dalam

mengenal bentuk, warna dan ukuran akan berkembang sesuai dengan harapan

yaitu anak dapat mengenal bentuk, warna dan ukuran dengan benar dan tepat.

46
KONDISI IDEAL REALITA

Salah satu perkembangan aspek 67% anak kelompok A TK Idhata II


kognitif anak usia 4-5 tahun adalah Banjarmasin perkembangan aspek
mampu mengenal bentuk, warna dan kognitif dalam mengenal bentuk,
ukuran (Permendikbud no 146 tahun warna dan ukuran belum berkembang
2014) sesuai harapan

MASALAH

Rendahnya perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk,


warna dan ukuran kelompok A TK Idhata II Banjarmasin.

PENYEBAB
DAMPAK
1. Pembelajaran satu arah
2. Pembelajaran kurang bermakna Rendahnya kemampuan anak dalam
3. Materi/pembelajaran bersifat abstrak mengenal bentuk, warna dan ukuran
4. Pembelajaran kurang menarik

SOLUSI

Pembelajaran satu arah Problem Based Learing

Pembelajaran kurang bermakna


Example Non Example
Materi/pembelajaran bersifat abstrak
Media Puzzle Shape
Pembelajaran kurang menarik
I

HASIL
Perkembangan kognitif anak Kelompok A TK Idhata II
Banjarmasin dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran dapat
Berkembang Sesuai Harapan

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

47
D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dalam kerangka berpikir yang telah dipaparkan pada

bagian sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian tindakan ini dirumuskan

sebagai berikut: “Jika menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape pada kelompok A TK Idhata II

Banjarmasin maka kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran akan

Berkembang Sesuai Harapan”.

48
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menelaah suatu masalah dengan metode ilmiah secara terancang dan sistematis

untuk menemukan pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (obyektif)

mengenai dunia alam atau dia social (Rukin, 2021).

Sedangkan menurut Menurut Denzin & Lincoln (Anggito & Setiawan, 2018)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan

dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif berusaha

untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif kegiatan yang dilakukan

dan dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap kehidupan mereka.

Menurut Bogdan and Biklen (Anggito & Setiawan, 2018) karakteristik

penelitian kualitatif yaitu:

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen).

Langsung ke sumber data dan peneliti adalah iristrument kunci

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk

kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif

49
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Secara

etimologis Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga istilah yaitu penelitian,

tindakan dan kelas. Penelitian diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang

dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol.

Sanjaya (Sanjaya, 2016) peneltian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses

pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dan upaya

untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana

dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.

Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2021) Penelitian Tindakan

Kelas terdiri dari 3 (tiga) kata yang memiliki makna masing-masing, diantaranya

yaitu:

a. Penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data

atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang

menarik minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan maksudnya adalah menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Jadi makna Penelitian

Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersama

50
Sanjaya (2016) menjelaskan bahwa PTK oleh pelaku tindakan (guru) dan

dirancang, dilaksanakan dianalisis oleh guru yang melaksanakan pembelajaran

guna memecahkan permasalahan pembelajaran yang ada didalam kelas nya

harapannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, harapan nya dengan PTK

ini dapat meningkatkan kualitas sebagai aspek pembelajaran sehingga kompetensi

yang menjadi target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal, efektif dan

efisien.

Sanjaya (2016) mengatakan PTK dilaksanakan secara sistematis, terencana

dan dengan sikap mawas diri. Yang artinya dilakukan secara terpogram dan penuh

kesadaran dalam setiap tahapan-tahapannya sehingga dapat diketahui aspek-aspek

mana yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki demi ketercapaian kompetensi yang

ditargetkan.

Terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK)

menurut Subakti (2022) yakni sebagai berikut:

a. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang mengikutsertakan

secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

b. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, dan evaluasi) dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap

dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan

masalah yang terjadi.

c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan

dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik

pembelajaran)

51
3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Aqib (Dewi, 2019) tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan yang

melekat pada diri guru dalam penuaian misi profesional kependidikannya. Dengan

diperbaikinya kegiatan belajar mengajar yang lebih baik di dalam kelas akan dapat

meningkatkan hasil pembelajaran peserta didik secara terus menerus. Dan ini akan

berdampak positif bagi ketercapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan yang

sudah ditetapkan.

Sedangkan menurut Subakti (2022) tujuan akhir dari pelaksanaan PTK

adalah meningkatkan profesional guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

Secara rinci tujuan PTK adalah sebagai berikut:

1. Merevisi dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran yang dilaksanakan

oleh guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja proses pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru.

3. Agar hasil pembelajaran bermutu, maka perlu mengidetifikasi, memberikan

solusi serta mengatasi masalah yang terjadi di kelas

4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan

masalah dalam pelaksanaan pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat

bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

5. Mengekplorasi dan menghasilkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi seperti:

pendekatan pembelajaran. metode pembelajaran pembelajaran, strategi

pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru

untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

52
6. Selain kemampuan inovatif guru, mencoba gagasan, pikiran, kiat cara dan

strategi baru dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

7. Agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris dan bukan semata-

mata bertumpu pada kesan asumsi saja, maka mengeksplorasi pembelajaran

yang berbasis penelitian dapat juga dilaksanakan.

4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Parnawi (2020) terdapat beberapa karakteristik yang merupakan

keunikan dari penelitian tindakan kelas dibandingkan dengan penelitian lainnya,

anatara lain sebagai berikut :

a. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah

pembelajaran, dengan dukungan ilmiah.

b. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui

aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk

menulis dan membuat catatan.

c. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya

permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di

kelas.

d. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam

mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru dan kepala sekolah)

dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,

pengambilan keputusan akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action).

53
5. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Parnawi (2020) terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan

oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan PTK, yaitu sebagai berikut:

a. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak

boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru

tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.

mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan.

Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan

yang ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan

data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian

kualitatif.

b. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup

merisaukannya dan berpijak dari tanggung jawab profesional guru di kelas.

c. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang luma,

sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajuran.

d. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat asas PTK.

e. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar-benar nyata, mendesak,

menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti

untuk melakukan perubahan.

f. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta

rambu-rambu pelaksanaan yang berlaku umum.

g. Kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang menggunakan siklus

berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan

proses pembelajaran akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

54
6. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Parnawi (2020) manfaat dari penelitian tindakan kelas yaitu:

a. Inovasi pembelajaran: guru selalu perlu mencoba mengembangkan, dan

meningkatkan gaya mengajamya agar ia mampu melahirkan model

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan

dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh sebab itu kalau guru

mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang

dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi terhadap masalahnya. Dengan

proses belajar di kelas seperti itu guru tersebut telah melakukan inovasi

pembelajaran.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas: guru dengan idenya

dapat mengembangkan kurikulum yang ada untuk menjadi panduannya

dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas lebih

menantang. Guru kelas harus bertanggung jawab terhadap pengembangan

kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas, penelitian tindakan kelas

akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan.

c. Peningkatan profesional guru: dimana guru terus menerus mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya untuk meningkatkan kompetensinya dalam

bidang keilmuan yang diajarkannya kepada peserta didik. Guru yang

profesional tentu tidak enggan untuk melakukan perubahan-perubuhan dalam

praktik pembelajarannya sesuai dengan kondisi kelasnya. Penelitian tindakan

kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan olch guru untuk

memahami apa yang terjadi di kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah

perbaikan secara profesional.

55
Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Subakti (2022) dibagi menjadi

tigas komponen pendidikan yaitu guru, peserta didik, dan sekolah. Lebih jelas nya

dijabarkan sebagai berikut:

a. Manfaat bagi guru

1) Guru akan lebih berkembang dalam meningkatkan kinerja profesionalnya.

2) Menantang guru untuk berpikir inovatif dan kreatif dalam mengatasi masalah

yang terjadi di kelas.

3) Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan sendiri.

4) Guru dapat menemukan bagaimana cara mengatasi kelebihan dan kelemahan

pada saat pembelajaran berlangsung.

5) Rasa percaya diri guru akan meningkat karena akan selalu merefleksi dan

mengevaluasi kinerjanya sendiri.

b. Manfaat bagi peserta didik

1) Peserta didik dapat mengetahui kelemahannya pada saat pembelajaran.

2) Peserta didik mendapatkan pelayanan pembelajaran sebaik mungkin dengan

metode-metode pembelajaran yang bervariasi.

3) Adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil

belajar peserta didik

c. Manfaat bagi sekolah

1) Sekolah dapat berkembang pesat

2) Mencerminkan kualitas Pendidikan di sekolah tersebut.

56
7. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Parnawi (2020) langkah-langkah dari desain prosedur PTK antara

sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini guru merencanakan hal-hal yang akan diajarkan

serta permasalahan yang ada, dan cara pemecahannya. Adapun hal-hal yang

dilakukan dalam pada tahap perencanaan antara lain:

1) Guru melakukan analisis standar isi untuk mengetahui standar kompetensi

dan kompetensi dasar.

2) Penyusunan program pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar.

3) Menentukan tempat atau lingkungan sebagai sumber belajar, serta

menentukan waktu yang dibutuhkan

4) Membentuk kelompok belajar.

5) Peneliti menyusun skenario pembelajaran.

6) Peneliti mengundang narasumber jika dibutuhkan.

7) Peneliti membuat lembar kerja siswa sesuai dengan kompetensi dasar

8) Menyiapkan alat penilaian untuk proses pembelajaran dan sejauh mana

pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran di luar kelas terhadap

objek langsung.

57
b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti

sebagai upaya perbaikan atau perubahan yang diinginkan. Peran peneliti pada

pelaksanaan tindakan yaitu ikut terlibat dalam proses pembelajaran yang telah

direncanakan yaitu sesuai judul yang di angkat. Adapun tindakan yang

dilaksanakan pada tahap ini adalah:

1) Peneliti membawa siswa yang telah membentuk kelompok ke tempat atau

objek yang dikunjungi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

2) Peneliti menjelaskan tentang objek yang dikunjungi sesuai dengan

kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

3) Peneliti memberikan kesempatan pada kelompok siswa untuk mengadakan

pengamatan sesuai dengan objek yang dipelajari dan topik masing-masing.

4) Siswa mengadakan pengamatan pada objek yang dipelajari sesuai dengan

tugas masing-masing.

5) Peneliti membimbing siswa untuk mengadakan praktik langsung terhadap

objek yang dipelajari jika memungkinkan.

6) Peneliti membimbing siswa untuk mengadakan diskusi kelompok terhadap

hasil pengamatannya untuk melengkapi dan lebih memahami materi yang

dipelajari.

7) Setelah pelajaran selesai Peneliti mengajak siswa kembali ke kelas untuk

melanjutkan diskusi dari hasil temuannya.

8) Peneliti meminta siswa mewakili kelompoknya untuk memberikan laporan

hasil belajar dari lingkungun untuk dibahas bersama.

58
9) Peneliti menyimpulkan materi pembelajaran, selanjutnya siswa untuk

menyampaikan kesannya setelah mengadakan pembelajaran di luar kelas.

c. Observasi (Pengamatan)

Observasi sebagai pengumpulan data yang sistematis artinya teknik

observasi secara pencatatannya dilakukan untuk menafsirkan secara ilmiah.

Pada tahap observasi ini guru merekam kegiatan siswa untuk mendapatkan data-

data dari hasil pembelajaan, memilih teman atau guru lain sebagai observer

untuk melihat apakah sesuai dengan pedoman atau lembar observasi yang telah

disiapkan agar data yang didapat valid. Dalam observasi ini guru sejawat atau

observer mengamati secara langsung tentang:

1) Kesiapan guru dalam hal instrumen pengajaran, materi dan mentalsiswa

dalam mengawali pembelajaran

2) Motivasi siswa dalam proses belajar mengajar

3) Keaktifan siswa dalam pembelajaran

4) Kemampuan guru dalam menyajikan lingkungan sebagai sumber belajar

yang menyenangkan bagi siswa

5) Kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar

6) Kemampuan guru untuk menumbuhkan minat belajar siswa.

Untuk mendapatkan data tentang kinerja guru, kinerja siswa dan minat

belajar siswa instrumen yang digunakan yaitu skala sikap dan lembar observasi.

d. Refleksi

Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

telah dilakukan, berdasarkan data yang telah berkumpul, kemudian dilakukan

evaluasi guna untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Pada tahap refleksi

59
ini guru dan observer berdiskusi untuk menganalisis skala sikap dari hasil pre-

test dan post-test, dari hasil pengamatan kinerja siswa dan guru serta keaktifan

siswa dalam pembelajaran. Hasil dari refleksi ini oleh guru dijadikan acuan

untuk mengadakan perbaikan-perbaikan, dan selanjutnya direncanakan kembali

pada pelaksanaan siklus II. Apabila pada Siklus I prestasi belajar siswa belum

mencapai target, yang telah ditentukan, maka penelitian belum bisa dikatakan

berhasil, sehingga peneliti harus melanjutkan ke siklus II. Apabila pada siklus II

prestasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan dengan menggunakan

langkah-langkah yang benar sesuai dengan target yang telah direncanakan maka

penelitian baru dikatakan berhasil.

Perencanaann

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaann

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

(Arikunto, Suhardjono, & Supardi, 2021)


Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas

60
B. Setting Penelitian/Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian tindakan kelas dilakukan di TK Idhata II

Banjarmasin yang dilaksanakan pada tahun ajaran 2022/2023. Jumlah anak yang

menjadi subyek pada kelompok A2 di TK Idhata II Banjarmasin sebanyak 12 anak

yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Lokasi ini beralamat di

Jl. Benua Anya RT.23 No.5 Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Alasan dipilihnya kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin

adalah untuk meningkatkan aspek perkembangan kognitif yaitu kemampuan

mengenal bentuk, warna dan ukuran di kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada aspek perkembangan kognitif

mengenal bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi model problem

based learning, example non example dengan media puzzle shape. Penelitian

tindakan kelas ini dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas.

Pada pembelajaran mengenal bentuk anak masih belum mengerti mengenai

bentuk. Dan saat mengenal warna di Kelompok A2 anak-anak masih belum

mampu untuk menyebutkan warna dengan benar dan tepat, masih harus di

arahkan. Serta ketika pembelajaran mengenal ukuran juga anak masih diarahkan

mengenai ukuran, seperti mana besar kecil, dan panjang pendek.Pembelajaran

hanya berpusat satu arah serta kurang menarik minat anak. Media pembelajaran

kurang bervariasi.

Dengan demikian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan

pada kegiatan mengenal warna untuk memberikan solusi mengenai permasalahan

di TK Idhata II Banjarmasin dengan menggunakan kombinasi model problem

based learning, example non example dengan media puzzle shape.

61
C. Faktor yang Diteliti

1. Faktor Aktivitas Guru

Faktor aktivitas guru bertujuan untuk mengetahui capaian seorang guru dalam

keberhasilan melaksanakan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran

dalam menggunakan kombinasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape di kelompok A TK Idhata II Banjarmasin.

Adapun kriteria penilaiannya adalah sangat baik, baik, kurang dan cukup. Adapun

langkah aktvitas guru dalam pembelajaran ini menggunakan langkah kombinasi

dari model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape, diantaranya yaitu:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan

b. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil

c. Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran

d. Guru memberi kesempatan pada anak untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar

e. Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan

f. Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya

g. Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran

h. Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan memberi

kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan

62
i. Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan

j. Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan pembelajaran.

(Setyo, Fathurahman, & Anwar, 2020, Amin & Sumendap, 2022).

2. Faktor Aktivitas Anak

Faktor aktivitas anak saat proses kegiatan pembelajaran menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle sebagai berikut:

a. Anak menyimak penjelasan guru

b. Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi

c. Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru

d. Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran

e. Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna dan

ukuran

f. Anak bersama guru menyimpulkan pembelajaran pada hari ini

3. Faktor Hasil Perkembangan Anak

Faktor hasil perkembangan kognitif anak dalam kegiatan mengenal bentuk,

warna dan ukuran menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape dibagi menjadi beberapa

indikator penilaian. Adapun faktor hasil perkembangan yang diteliti dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Anak mampu mengenal bentuk

b. Anak mampu mengenal warna

c. Anak mampu mengenal ukuran

63
d. Anak mampu menganalisa gambar yang disiapkan guru

e. Anak mampu mengelompokkan potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran (Permendikbud No 146 Tahun 2014).

D. Skenario Tindakan

Skenario peneltian tindakan kelas ini direncanakan dalam 4 kali pertemuan

dan setiap pertemuan memuat 4 langkah yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi (pengamatan) dan refleksi. Maka dari itu langkah-lagkah

penelitian ini dilakukan dengan prosedur atau ketentuan penelitian sebagai

berikut:

1. Pertemuan 1
a. Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan penelitian ini melakukan berbagai persiapan dianataranya
yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema dan subtema, indikator kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan

dengan menyesuaikan kombimasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape.

2) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak dan rubrik penilaian capaian

perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif dalam kegiatan

pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape.

3) Menyusun lembar observasi untuk aktivitas guru, aktivitas anak dan lembar

observasi penilian hasil perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif

pada kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran

64
menggunakan kombimasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape.yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

4) Menyiapkan alat dan media pembelajaran seperti puzzle shape yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran.

5) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi yaitu:
1) Kegiatan Awal

a) Guru mengajak anak duduk rapi.

b) Guru mengucapkan salam.

c) Guru dan anak membaca do’a sebelum belajar secara bersama-sama.

d) Guru menanyakan kabar.

e) Guru melakukan presensi.

f) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

g) Guru menjelaskan tema, sub tema pembelajaran dan menetapkan aturan main

dalam mengejakan kegiatan hari ini.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan.

b) Guru membagi anak menjadi kelompok kecil.

c) Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

d) Guru memberi kesempatan anak pada untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar.

65
e) Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan.

f) Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya.

g) Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran.

3) Istirahat

a) Berdo’a sebelum makan

b) Mencuci tangan

c) Memakan bekal

d) Bermain bebas

e) Berdo’a sesudah makan

4) Kegiatan Akhir

a) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok membacakan hasil

diskusinya.

b) Guru membimbing anak melakukan evaluasi kegiatan pada hari ini.

c) Guru menanyakan pengalaman selama berkegiatan tadi.

d) Guru bersama anak menyimpulkan pembelajaran hari ini.

e) Guru memberikan pesan moral pada anak untuk selalu menghargai dan

bersyukur.

f) Guru menginformasikan kegiatan esok hari.

g) Guru penutup pembelajaaran hari ini dengan bernayanyi dan membaca do’a

setelah belajar, mengucapkan salam dan pulang.

66
c. Observasi (Pengamatan)
Pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas

guru, aktivitas anak dalam penerapan model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas guru oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi

hasil capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

d. Refleksi
Pada tahap ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan anak dalam memahami materi pembelajaran mengenal bentuk,

warna dan ukuran. Dilakukan tindakan mengkaji, melihat kembali hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan, dicatat dalam lembar observasi.

Hasil dari setiap pelaksanaan penelitian dianalisis, direfleksikan dan

disimpulkan kembali agar dapat dilaksanakan perbaikan terhadap kelemahan

yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik untuk melaksanakan pembelajaran

berikutnya

2. Pertemuan 2
a. Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan penelitian ini melakukan berbagai persiapan dianatara yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema dan subtema, indikator kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan

dengan menyesuaikan kombimasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape.

2) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak dan rubrik penilaian hasil

perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif dalam kegiatan

pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi

67
model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape.

3) Menyusun lembar observasi untuk aktivitas guru, aktivitas anak dan lembar

observasi penilian hasil perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif

pada kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran

menggunakan kombimasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape.yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

4) Menyiapkan alat dan media pembelajaran seperti puzzle shape yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran.

5) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi yaitu:
1) Kegiatan Awal

a) Guru mengajak anak duduk rapi.

b) Guru mengucapkan salam.

c) Guru dan anak membaca do’a sebelum belajar secara bersama-sama.

d) Guru menanyakan kabar.

e) Guru melakukan presensi.

f) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

g) Guru menjelaskan tema, sub tema pembelajaran dan menetapkan aturan

main dalam mengejakan kegiatan hari ini.

68
2) Kegiatan Inti

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan.

b) Guru membagi anak menjadi kelompok kecil.

c) Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

d) Guru memberi kesempatan anak pada untuk memperhatikan dan

menganalisa gambar.

e) Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan.

f) Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya.

g) Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran.

3) Istirahat

a) Berdo’a sebelum makan

b) Mencuci tangan

c) Memakan bekal

d) Bermain bebas

e) Berdo’a sesudah makan

4) Kegiatan Akhir

a) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok membacakan hasil

diskusinya.

b) Guru membimbing anak melakukan evaluasi kegiatan pada hari ini.

c) Guru menanyakan pengalaman selama berkegiatan tadi.

69
d) Guru bersama anak menyimpulkan pembelajaran hari ini.

e) Guru memberikan pesan moral pada anak untuk selalu menghargai dan

bersyukur.

f) Guru menginformasikan kegiatan esok hari.

g) Guru penutup pembelajaaran hari ini dengan bernayanyi dan membaca do’a

setelah belajar, mengucapkan salam dan pulang.

c. Observasi (Pengamatan)
Pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas

guru, aktivitas anak dalam penerapan model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas guru oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi

hasil capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

d. Refleksi
Pada tahap ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan anak dalam memahami materi pembelajaran mengenal bentuk,

warna dan ukuran. Dilakukan tindakan mengkaji, melihat kembali hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan, dicatat dalam lembar observasi.

Hasil dari setiap pelaksanaan penelitian dianalisis, direfleksikan dan

disimpulkan kembali agar dapat dilaksanakan perbaikan terhadap kelemahan

yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik untuk melaksanakan pembelajaran

berikutnya.

70
3. Pertemuan 3
a. Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan penelitian ini melakukan berbagai persiapan diantaranya
yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema dan subtema, indikator kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan

dengan menyesuaikan kombimasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape.

2) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak dan rubrik penilaian hasil

perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif dalam kegiatan

pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape.

3) Menyusun lembar observasi untuk aktivitas guru, aktivitas anak dan lembar

observasi penilian hasil perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif

pada kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran

menggunakan kombimasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape.yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

4) Menyiapkan alat dan media pembelajaran seperti puzzle shape yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran.

5) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan penelitian.

71
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi yaitu:
1) Kegiatan Awal

a) Guru mengajak anak duduk rapi.

b) Guru mengucapkan salam.

c) Guru dan anak membaca do’a sebelum belajar secara bersama-sama.

d) Guru menanyakan kabar.

e) Guru melakukan presensi.

f) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

g) Guru menjelaskan tema, sub tema pembelajaran dan menetapkan aturan main

dalam mengejakan kegiatan hari ini.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan.

b) Guru membagi anak menjadi kelompok kecil.

c) Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

d) Guru memberi kesempatan anak pada untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar.

e) Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan.

f) Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya.

g) Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran.

72
3) Istirahat

a) Berdo’a sebelum makan

b) Mencuci tangan

c) Memakan bekal

d) Bermain bebas

e) Berdo’a sesudah makan

4) Kegiatan Akhir

a) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok membacakan hasil

diskusinya.

b) Guru membimbing anak melakukan evaluasi kegiatan pada hari ini.

c) Guru menanyakan pengalaman selama berkegiatan tadi.

d) Guru bersama anak menyimpulkan pembelajaran hari ini.

e) Guru memberikan pesan moral pada anak untuk selalu menghargai dan

bersyukur.

f) Guru menginformasikan kegiatan esok hari.

g) Guru penutup pembelajaaran hari ini dengan bernayanyi dan membaca do’a

setelah belajar, mengucapkan salam dan pulang.

c. Observasi (Pengamatan)
Pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas

guru, aktivitas anak dalam penerapan model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas guru oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi

hasil capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

73
d. Refleksi
Pada tahap ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan anak dalam memahami materi pembelajaran mengenal bentuk,

warna dan ukuran. Dilakukan tindakan mengkaji, melihat kembali hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan, dicatat dalam lembar observasi.

Hasil dari setiap pelaksanaan penelitian dianalisis, direfleksikan dan

disimpulkan kembali agar dapat dilaksanakan perbaikan terhadap kelemahan

yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik untuk melaksanakan pembelajaran

berikutnya.

4. Pertemuan 4
a. Tahap Perencanaan
Dalam perencanaan penelitian ini melakukan berbagai persiapan diantara yaitu:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) sesuai dengan

tema dan subtema, indikator kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan

dengan menyesuaikan kombimasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape.

2) Menyiapkan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak dan rubrik penilaian hasil

perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif dalam kegiatan

pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape.

3) Menyusun lembar observasi untuk aktivitas guru, aktivitas anak dan lembar

observasi penilian hasil perkembangan kemampuan anak pada aspek kognitif

pada kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran

menggunakan kombimasi model problem based learning, example non

74
example dengan media puzzle shape.yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

4) Menyiapkan alat dan media pembelajaran seperti puzzle shape yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran.

5) Menyiapkan media elektronik untuk mendokumentasikan penelitian.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi yaitu:
1) Kegiatan Awal

a) Guru mengajak anak duduk rapi.

b) Guru mengucapkan salam.

c) Guru dan anak membaca do’a sebelum belajar secara bersama-sama.

d) Guru menanyakan kabar.

e) Guru melakukan presensi.

f) Guru menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun kepada anak.

g) Guru menjelaskan tema, sub tema pembelajaran dan menetapkan aturan main

dalam mengejakan kegiatan hari ini.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan.

b) Guru membagi anak menjadi kelompok kecil.

c) Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

d) Guru memberi kesempatan anak pada untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar.

e) Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan.

75
f) Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya.

g) Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran.

3) Istirahat

a) Berdo’a sebelum makan

b) Mencuci tangan

c) Memakan bekal

d) Bermain bebas

e) Berdo’a sesudah makan

4) Kegiatan Akhir

a) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok membacakan hasil

diskusinya.

b) Guru membimbing anak melakukan evaluasi kegiatan pada hari ini.

c) Guru menanyakan pengalaman selama berkegiatan tadi.

d) Guru bersama anak menyimpulkan pembelajaran hari ini.

e) Guru memberikan pesan moral pada anak untuk selalu menghargai dan

bersyukur.

f) Guru menginformasikan kegiatan esok hari.

g) Guru penutup pembelajaaran hari ini dengan bernayanyi dan membaca do’a

setelah belajar, mengucapkan salam dan pulang.

76
c. Observasi (Pengamatan)
Pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas

guru, aktivitas anak dalam penerapan model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas guru oleh observer, lembar observasi aktivitas anak, lembar observasi

hasil capaian perkembangan anak yang dilakukan oleh peneliti.

d. Refleksi
Pada tahap ini digunakan sebagai acuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan anak dalam memahami materi pembelajaran mengenal bentuk,

warna dan ukuran. Dilakukan tindakan mengkaji, melihat kembali hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan, dicatat dalam lembar observasi. Hasil

dari setiap pelaksanaan penelitian dianalisis, direfleksikan dan disimpulkan

kembali agar dapat dilaksanakan perbaikan terhadap kelemahan yang terjadi dan

mencari solusi yang terbaik untuk melaksanakan pembelajaran berikutnya.

E. Data dan Sumber Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah terdiri dari guru dan anak

kelompok A2 di TK Idhata II Banjarmasin yang diteliti dengan jumlah 12 anak

yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak perempuan pada tahun ajaran

2022/2023.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan

jenis data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau

gambar, sehingga tidak menekankan dalam bentuk angka. Yaitu berupa hasil

observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil capaian perkembangan aspek

77
kognitif anak dalam mengenal bentuk warna dan ukuran menggunakan kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape,, yang didapat dari hasil pengamatan (observasi) setiap kali pertemuan yang

digambarkan dengan deskripsi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperolah data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

a. Data tentang aktivitas guru diperoleh melalui pengamatan selama kegiatan

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

guru berdasarkan langkah-langkah kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape.

b. Data tentang aktivitas anak diperoleh dari pengamatan selama proses

pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

anak menggunakan kombinasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape.

c. Data tentang hasil capaian perkembangan kognitif anak diperoleh dari

observasi kegiatan pembelajaran hasil perkembangan anak.

F. Teknik Analisis Data

1. Aktivitas Guru
Analisis aktivitas guru dilakukan dengan cara mengamati aktivitas guru saat

proses belajar mengajar tengah berlangsung menggunakan lembar observasi

aktivitas guru yang dilihat dari jumlah indicator-indikator yang tepenuhi dari

aktivitas guru, kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria kurang, cukup, baik

dan sangat baik. Skala penilian dapat diperoleh dengan cara perhitungan berikut

ini:

78
Jumlah Skor Perolehan
Aktivitas Guru = X 100
Jumlah Skor Maksimal
Item yang diteliti: 10 (jumlah komponen dalam rubrik)

Kriteria: 4
Skor maksimal : 10 x 4 = 40
Skor minimal : 10 x 1 = 10
Range : 40 – 10 = 30
Interval : 30/4 = 7.5 = 7
Presentase maksimal : 40/40 x 100% = 100%
Presentase minimal : 10/40 x 100% = 25%
Rentang Skor : 100% - 25% = 75%
Interval : 75%/4 = 18.75% = 19%

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru


Skor Kriteria
31 – 37 Sangat Baik
24 – 30 Baik
17 – 23 Cukup
9 – 16 Kurang
(Rahmawati, 2021)

2. Aktivitas Anak
Analisis hasil aktivitas anak diperoleh melalui lembar observasi aktivitas

anak selama mengikuti proses belajar mengajar. Yang terdiri dari 4 kriteria yaitu

kurang, cukup, aktif, dan sangat aktif. Cara penghitungannya adalah sebagai

berikut:
Skor Perolehan X 100
Aktivitas Anak =
Skor Maksimal

Jumlah anak (Aktif + Sangat Aktif) X 100%


Ketentuan Klasikal = Jumlah anak
Jumlah item: 6 (aspek yang diamati)
Kategori: 4
Skor maksimal : 6 x 4 = 24
Skor minimal :6x1=6
Range : 24 – 6 = 18
Interval : 18/4 = 4.5 = 4
Presentase maksimal : 24/24 X 100% = 100%
Presentase minimal : 6/24 X 100% = 25%
Range : 100% – 25% = 75%
Interval : 75% / 4 = 18.75% = 19%

79
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Individual

Skor Kategori
18 – 21 Sangat Aktif
14 – 17 Aktif
10 – 13 Cukup
5– 9 Kurang
(Rahmawati, 2021)

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Aktivitas Anak Secara Klasikal

Presentase Kategori
100% Seluruh anak aktif
82% - 99% Hampir seluruh anak aktif
63% - 81% Sebagian besar anak aktif
44% - 62% Sebagian anak aktif
25% - 43% Sebagian kecil anak aktif
≤25% Tidak ada anak aktif
(Rahmawati, 2021)

3. Aktivitas Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Anak

Teknik ini digunakan untuk mengetahui perkembangan kognitif anak dalam

mengenal bentuk, warna dan ukuran secara individual dan juga secara klasikal.

Untuk analisis data hasil perkembangan kognitif anak dirumuskan sebagai

berikut:
Jumlah perolehan skor
Hasil Perkembangan (Individu) = X 100 %
Jumlah aspek yang diamati

Jumlah anak (BSH+BSB)


Hasil Perkemhangan Klasikal = X 100 %
Jumlah seluruh anak
Jumlah item : 5 (aspek yang diamati)
Kategori :4
Skor maksimal : 5 x 4 = 20
Skor minimal :5x1=5
Range : 20 – 5 = 15
Interval : 15/4 = 3.75 = 4
Presentase maksimal : 20/20 X 100% = 100%
Presentase minimal : 5/20 X 100% = 25%
Range : 100% – 25% = 75%
Interval : 75% / 4 = 18.75% = 19%

80
Tabel 3.4 Kriteria Perkembangan Kognitif Anak
Skor Presentase Kategori Keterangan
Mampu mengerjakan
Berkembang Sangat
4 82% - 100% melebihi tugas dari guru
Baik (BSB)
dalam melaksanakan kegiatan
Mampu mengerjakan tugas
Berkembang Sesuai
3 63% - 81% dari guru dalam melaksanakan
Harapan (BSH)
kegiatan
Mulai mampu mengerjakan
Mulai Berkembang
2 44% - 62% tugas dari guru tetapi masih
(MB)
dibantu
Belum mampu mengerjakan
Belum Berkembang
1 25% - 43% tugas dari guru dalam
(BB)
melaksanakan kegiatan
(Dirjen PAUD, 2018).

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dilihat dari tiga aspek

yaitu dilihat dari aktivitas guru, aktivitas anak, dan perkembangan kognitif dalam

mengenal bentuk, warna dan ukuran yang dilaksanakan dengan menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzle shape:

1. Aktivitas Guru

Aktivitas guru pada penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika

telah melaksanakan pembelajaran yang berkenaan dengan perkembangan aspek

kognitif mengenal bentuk, warna dan ukuran dengan menggunakan kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle

shape observasi aktivitas guru mencapai skor minimal 24 dengan kriteria

penilaian Baik.

81
2. Aktivitas Anak

Aktivitas anak dinyatakan berhasil apabila pengembangan kemampuan

kognitif anak dalam kegiatan pembelajaran mengenal bentuk, warna dan ukuran

menggunakan kombinasi model problem based learning, example non example

dengan media puzzle shape apabila aktivitas anak masing-masing aspek dilihat

dari:

a. Secara individual memperoleh minimal 14 atau dengan presentase minimal

81% dengan ketegori Aktif.

b. Secara klasikal diperoleh dari kegiatan ≥82% dengan kategori hampir

seluruh anak aktf.

3. Hasil Capaian Perkembangan Kognitif

Indikator keberhasilan perkembangan kemampuan kognitif dalam hal

mengenal bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi model problem

based learning, example non example dengan media puzzle shape dikatakan

berhasil apabila secara individual minimal anak mendapat skor 3 dengan kateori

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan secara klasikal mencapai lebih dari

≥80% anak memperoleh minimal skor 3 atau Berkembang Sesuai Harapan

(BSH).

82
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting atau Lokasi Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Idhata II Banjarmasin pada

tahun ajaran 2022/2023. Lokasi TK Idhata II Banjarmasin beralamat di Jl. Benua

Anyar RT.23 No.5 Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin,

Kalimantan Selatan. Adapun data sekolah secara lengkap sebagai berikut:

Nama Sekolah : TK Idhata II


Nomor Statistik/NIS : 002156002001
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jl. Benua Anya RT.23 No.5 Kecamatan
Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan
Telepon : 05113254419
Akreditasi :A
Keputusan/SK : A-323/PKKBT/I/IC/77
Tahun Berdiri : 1977

Letak TK Idhata II Banjarmasin berada di sekitar lingkungan masyarakat

dan letakknya dipinggir jalan, dengan akses jalan yang baik, baik untuk jalan

pengendara sepeda dan sepeda motor serta pejalan kaki dan secara umum keadaan

sekolah cukup baik.

Kegiatan belajar mengajar di TK Idhata II Banjarmasin dilaksanakan setiap

hari Senin sampai Sabtu yang dimulai dari pukul 08.00 WITA sampai 10.30

WITA untuk hari Senin sampai Kamis. Sedangkan pada hari Jum’at dan Sabtu

dari pukul 08.00 WITA sampai 10.00 WITA.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu masih

banyak terdapat anak kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin yang masih rendah

dalam perkembangan kognitif khusus nya pada kemampuan mengenal bentuk,

83
warna dan ukuran. Maka dari itu dilakukan penelitian tindakan kelas ini pada

anak kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin agar perkembangan kognitif anak

dapat berkembang sesuai harapan.

2. Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana di Sekolah TK Idhata II Banjamasin memiliki 2 ruangan kelas yaitu

untuk kelompok A dan Kelompok B, 1 toilet di dalam, 1 kamar mandi, 1 dapur,

dan tempat khusus cuci tangan.

Keadaan ruang kelas anak kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin

mendukung untuk proses berlangsungnya belajar mengajar. Di dalam kelas juga

terdapat meja dan kursi untuk anak belajar, papan tulis, rak untuk meletakkan tas

dan alat tulis anak, rak untuk menyimpan mainan anak dan meja untuk

menyimpan buku pembelajaran. Sedangkan di dinding kelas terdapat hiasan

beruapa beberapa hasil karya yang sudah pernah dibuat oeh anak, da nada

beberapa hiasan berupa gambar-gambar hewan/binatang, buah-buahan, alat

transportasi, angka dan lain-lainnya serta dilengkapi juga dengan 1 buah kipas

angina. Di dinding atas lainnya terdapat jendela sehingga terdapat cahaya yang

masuk dalam kelas.

84
3. Tenaga Pendidik

Adapun tenaga pengajar/pendidik berjumlah 5 (lima) orang termasuk

kepala sekolah.

Tabel 4.1 Nama-Nama Tenaga Pendidik


No. Nama Tempat Tanggal Lahir Jabatan
Banjarmasin, 16 Oktober
1. Hj. Kahfi Zuraida, S.Pd. Kepala Sekolah
1975
Bandung, 31 Januari
2. Tina Sarinah, S.Pd.I Guru Kelas
1987
Banjarmasin, 21 Mei
3. Siti Muliana Sari, S.Pd Guru Kelas
1992
Banjarmasin 07 Januari
4. Dian Setianingsih, S.Pd Guru Kelas
1980
Kapuas, 11 Oktober
5. Gini Diartini, S.Pd. AUD Guru Kelas
1978

4. Anak dan Peserta Didik

TK Idhata II Banjarmasin terdiri dari kelompok A1, A2 dan Kelompok B1,

B2. Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A2 pada TK Idhata II

Banjarmasin dengan jumlah 12 anak, yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak

perempuan.

Tabel 4.2 Daftar Nama Aanak Kelompok A2


No. Nama Anak Nama Panggilan L/P
1. Akifa Akifa P
2. Aisya Rahima Aisya P
3. Arka Suryatama Arka L
4. Fahri Fahri L
5. Putri Ramasari Putri P
6. Muhammad Nawa Syarif Nawa L
7. Muhammad Adip Adip L
8. Mikhayla Zahira Mikhyala P
9. Zahratul Azkadina Zahra P
10 April Hilya Ayesha April P
11. Zulwafa Wafa L
12. Muhammad Zaini An-Nabhani Zaini L

85
B. Persiapan Penelitian

1. Persiapan Administrasi

Adapun alasan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dilaksanakan penelitian terlebih dahulu membuat rencana penelitian dengan judul

“Mengembangkan Kemampuan Mengenal Bentuk, Warna dan Ukuran

Menggunak Kombinasi Model Problem Based Learning, Example Non Example

Dengan Media Puzzle Shape pada Kelompok A TK Idhata II Banjarmasin yang

diajukan kepada dosen pembimbing. Setelah proposal disetujui oleh dosen

pembimbing langkah selanjutnya yaitu membuat izin penelitian:

a. Penyusun proposal, meminta persetujuan kepada dosen pembimbing Ibu

Maimunah, M.Pd, dan ketua program studi PG-PAUD Ibu Dr. Novitawati

S.Psi., M.Pd apabila proposal telah disetujui kemudian langkah selanjutnya

yaitu mempersiapkan izin penelitian secara tertulis.

b. Mengajukan permohonan izin penelitian dengan berbagai macam berkas

untuk memenuhi syarat guna melakukan penelitian yang diajukan Kepada

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yaitu Ibu

Dr. Novitawati S.Psi., M.Pd yang selanjutnya diajukan kepada Wakil Dekan

FKIP ULM Ibu Prof. Dr. Hj. Atiek Winarti, M.Pd., M.Sc.

c. Berdasarkan surat pengantar dari Wakil Dekan FKIP ULM Banjarmasin,

maka keluarlah rekomendari dari Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin Nomor

423.4/1800-Sekr/Dipendik/2023 pada tanggal 23 Februari 2023.

d. Surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan tersebut menjadi pengantar atau

sebagai tembusan untuk melaksanakan penelitiannya di TK Idhata II

Banjarmasin.

86
2. Persiapan Penunjukan Observer

Sebagai proses Penelitian Tindakan Kelas ini, maka diperlukan seorang

observer sebagai pengamat pelaksana kegiatan pembelajaran. Maka Ibu Gini

Diartini, S.Pd. AUD yang merupakan guru kelas kelompok A2 untuk bersedia

menjadi observer (pengamat). Dengan pertimbangan bahwa beliau adalah guru

kelas kelompok A2 yang sudah mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya dan

sudah berpengalaman dalam memahami bagaimana karakteristik masing-masing

anak kelompok A2.

3. Persiapan Teknis

Pelaksanaan tindakan kelas ini direncakan dengan 4 kali pertemuan yaitu

terdiri dari pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4. Adapun

persiapan yang dilakukan sebelum dilakukannya penelitian tindakan kelas yaitu:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

b. Membuat rubrik dan lembar observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

lembar hasil perkembangan kognitif.

c. Menyiapkan media, alat dan bahan yang akan digunakan.

d. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Pelaksanaan Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin yang berjumlah 12 anak. Penelitian tindakan kelas ini

direncanakan 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Adapun jadwal pelaksanaan

kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan adalah sebagai berikut:

87
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK)

Pelaksanaan
Hari/Tanggal Waktu Tema/Subtema/Topik
Penelitian
Alat Komunikasi/Alat
Selasa, 28 Februari 08.00-10.30
Pertemuan 1 Komunikasi
2023 WITA
Elektronik/Handphone
Alat Komunikasi/Alat
08.00-10.30
Pertemuan 2 Senin, 6 Maret 2023 Komunikasi
WITA
Elektronik/Televisi
Alat Komunikasi/Alat
Sabtu, 11 Maret 08.00-10.30
Pertemuan 3 Komunikasi
2023 WITA
Cetak/Majalah
Alat Komunikasi/Alat
Senin, 13 Maret 08.00-10.30
Pertemuan 4 Komunikasi
2023 WITA
Cetak/Koran

1. Penelitian Pertemuan 1

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari 2023. Skenario

tindakan pembelajaran terdari dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

(pengamatan) dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema dan subtema yang

disesuaikan untuk kegiatan eksploratif dan menyelidiki dengan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape.

Mempersiapkan media, bahan, alat pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran, membuat lembar observasi serta rubrik yang akan digunakan untuk

mengamati aktivitas guru dan anak dalam proses belajar mengajar serta membuat

lembar observasi berserta rubrik nya untuk mengamati hasil capaian

perkembangan anak.

88
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema

alat komunikasi dan subtema alat komunikasi elektronik dengan topik

handphone.

2) Menyiapkan media, bahan dan alat pembelajaran yang akan digunakan.

3) Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil

perkembangan anak.

4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD)

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas pada pertemuan pertema dilaksanakan pada hari

Selasa, 28 Februari 2023 mulai pukul 08.00-10.30 WITA di kelompok A2 TK

Idhata II Banjarmasin. Tema pembelajaran pada pertemuan pertama alat

komunikasi, sub tema alat komunikasi elektronik dan dengan topik pembelajaran

yaitu handphone.

1) Kegiatan awal

Pada awal kegiatan di pertemuan pertama ini guru memasuki kelas

kelompok A2 kemudian merapikan meja dan kursi yang akan digunakan, menata

dan menyiapkan tempat untuk bermain jika anak sudah selesai mengerjakan

tugasnya, mempersiapkan media, alat dan bahan pembelajaran yang akan

digunakan ketika belajar mengajar nanti. Kemudian guru mengajak anak untuk

duduk rapi dan mengucapkan salam kepada anak lalu mempersiapkan anak untuk

berdo’a sebelum memulai kegiatan belajar dan membaca surah Al-Fatihah beserta

artinya, surah-surah pendek dan do’a harian yaitu do’a sebelum tidur dan do’a

bangun tidur.

89
Kemudian guru menanyakan kabar anak, dan melakukan presensi

kehadiran, setelah itu menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun. Guru

menyampaikan tema, subtema dan topik yang akan dipelajari hari ini yaitu tema

alat komunikasi, subtema alat komunikasi elektronik dan topik nya adalah

handphone. Selanjutnya guru menetapkan aturan main dan menyepakati aturan

saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memunculkan masalah mengenai bentuk, warna dan ukuran. Dengan memancing

anak untuk berpikir benda apa yang berbentuk persegi panjang, sambil

memperagakan bentuk persegi panjang. Setelah itu guru membagi anak menjadi

kelompok kecil. Dan memperlihatkan gambar 2 buah handphone yang berbeda.

Dan meminta anak untuk memperhatikan dan menganalisa gambar tersebut.

Sambil anak menganalisa gambar guru menjelaskan mengenai handphone, seperti

kegunaanya, bentuknya.

Setelah itu guru melakukan Tanya jawab mengenai handphne sebagai alat

komunikasi elektronik. Contohnya seperti “ada yang tau ini gambar apa?”, “siapa

yang pernah melihat handphone?”, “seperti apakah bentuk handphone, apakah

segitiga?atau lingkaran seperti bentuk kipas yang ada dinding?”, “ada yang tau

handphone ini berwarna apa?”, “apakah berwarna biru seperti air laut, atau

kuning?seperti matahari?”. Membandingkan ukuran handphone seperti “antara

gambar handphone ini dengan ini yang mana yang lebih besar?”.

Melalui beberapa pertanyaan dari guru tanyakan tadi, anak mendapat dan

mengumpulkan informasi. Kemudian guru mendorong anak untuk bertanya

90
mengenai gambar dan pembelajaran hari ini serta memastikan anak paham

mengenai gamabar tersebut.

Kemudian guru mendampingi anak untuk mengumpulkan informasi yang

diperlukan mengenai bentuk, warna dan ukuran yang akan digunakan untuk

kegiatan selanjutnya. Selanjutnya guru mendampingi semua kelompok untuk

menyusun pemecahan masalah untuk kegiatan selanjutnya.

Setelah itu masing-masing kelompok mengerjakan LKPD yang sudah

disiapkan. Ada kelompok yang mengerjakan LKPD dan ada juga ada kelompok

yang memainkan media puzzle shape yang sudah disiapkan dan dibeirkan kepada

tiap kelompok. Untuk kelompok yang mengerjakan LKPD bisa langsung

mengerjakannya. Dan bagi kelompok yang memainkan media akan didampingi

oleh guru.

Setelah memastikan kelompok mendapat media nya guru menjelaskan cara

penggunaan nya. Memasang potongan puzzle nya dilakukan secara individu

terlebih dahulu, setelah itu kelompok anak memasang potongan puzle dengan cara

bekerja sama untuk memasangnya. Guru menjelaskan cara menggunakan media

puzzle shape pada anak yaitu ambil potongan puzzle misal yang berbentuk

lingkaran dengan warna kuning dan ukuran nya yang besar maka susun juga di

tempat yang berbentuk lingkaran dengan warna kuning dan ukuran yang besar.

Lakukann hal tersebut beberapa kali tetapi dengan menggunakan potongan puzzle

yang berbeda-beda. Dan beri tahukan pada anak bahwa semuaa potongan puzzle

terpasang dengan benar sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya.

Setelah itu pastikan anak mengengerti cara mainnya, dan anak paham

bagaimana cara memasangnya. Kemudian guru membiarkan masing-masing anak

91
di dalam kelompok untuk memasang potongan puzzle secara bergiliran. Jika

semua anak di dalam kelompok sudah mencoba memasang potongan puzzle maka

biarkan kelompok tersebut menyusun potongan puzzle dengan cara bekerja sama.

Saat anak bekerja sama untuk memasang potongan puzzle guru

mendampingi, dan mengontrol anak dalam memasang potongan puzzle. Dan jika

ada anak yang mengalami kesulitan guru bisa langsung membantu anak terebut

dalam memasang potongan puzzle. Dan juga guru memastikan anak untuk

mengerjakan tugas nya dengan baik.

Kelompok anak yang sudah memainkan puzzle shape bisa bergantian

dengan kelompok yang mengerjakan LKPD, jadi bertukar kegiatan. Kelompok

yang sebelum nya mengejakan LKPD maka bertukar dengan kelompok yang

sudah memainkan media puzzle shape.

Selama anak mengerjakan LKPD dan memasang potongan puzzle, guru

memberikan motivasi untuk menyelesaikan sampai akhir. Jika semua kelompok

sudah memainkan media puzzle shape dan mengerjakan LKPD nya maka boleh

bermain ditempat yang sudah ditata dan disiapkan oleh guru.

3) Istirahat

Guru mengajak anak untuk membereskan mainan nya, setelah itu mengajak

anak untuk duduk rapi kemudian bernyanyi bersama-sama dan berdo’a bersama-

sama sebelum makan dan minum. Setelah itu masing-masing anak mencuci

tangan mereka dan memakan bekal yang sudah dibawa dari rumah. Setelah semua

anak selesai makan dan bermain bebas diluar, guru mengajak anak untuk duduk

dan membaca do’a setelah makan dan minum.

92
4) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, guru memastikan anak sudah duduk dengan rapi.

Secara tertib guru membimbing masing-masing tiap kelompok untuk maju

kedapan kelas secara bergiliran dan bergantian untuk menunjukan hasil ketika

memasang potongan puzzle shape yang sudah dikerjakan secara bekerja sama tadi

lalu membacakan hasilnya. Tiap kelompok yang maju guru memberikan apresiasi

dan pujian pada anak karena sudah berani maju dan mau membacakan hasil

kejaannya tadi. Setelah guru memastikan semua kelompok anak sudah maju

kedepan kelas dan menunjukkan hasil kerjaan memasang media puzzle shape serta

membacakan hasil kerjanya guru mengumpulkan semua media puzzle shape yang

sudah dikerjakan oleh anak.

Guru mengarahkan anak untuk duduk rapi lagi lalu membimbing anak

melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi. Dan bertanya pada anak bagaimana

perasaaan nya ketika mengerjakan media tadi secara kerja sama dengan teman

nya.

Lalu guru mengajak anak untuk berdikusi menegnai pembelajaran hari ini

dan guru bersama anak membuat kesimpulan pembelajaran hari ini. Guru

menginformasikan kegiatan esok hari dan mengakhiri kegiatan pada hari ini

setelah itu berdo’a bersama anak seblum pulang dan menyanyikan lagu-lagu

secara bersama-sama dan mengucapkan salam.

93
c. Hasil observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer terhadap aktivitas

guur yang dilaksanakan di TK Idhata II Banjarmasin pada Kelompok A2 pada

pertemuan pertama dengan kegiatan pembelajaran memggunakna kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle shape

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1

Skor/Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
1. 2
memunculkan permasalahan
2. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil 3
Guru mempersiapkan & menempel gambar di papan tulis
3. 3
sesuai tujuan pembelajaran
Guru memberi kesempatan pada anak untuk
4. 2
memperhatikan dan menganalisa gambar
Guru mendampingi anak menyusun rencana
5. penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi 1
serta data yang diperlukan
Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok
6. 2
dan mencontohkan cara penggunaannya
Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang
7. 3
potongan puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran
Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya
8. dengan memberi kesempatan tiap kelompok membaca 4
hasil diskusi dan dikumpulkan
Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk
9. memeriksa dan mengevaluasi kegiatan yang sudah 1
dilakukan
Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan
10. 2
pembelajaran
JUMLAH TIAP SKOR 2 8 9 4
JUMLAH SKOR KESELURUHAN 23
KRITERIA Cukup

94
Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 1 dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dalam mengembangkan kognitif anak

pada kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran di Kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin mendapatkan skor 23 dengan kriteria “Cukup”. Hasil pengamatan

terhadap aktivitas guru dengan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape, yaitu:

Aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup karena pada saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung guru lupa belum menyampaikan tujua

pembelajaran dan memunculkan permasalahan dengan jelas dan mudah dipahami

anak. Hal ini bearti guru masih belum mencapai skor maksimal (4) karena belum

melaksanakan secara keseluruhan komponen yang terdapat dalam rubrik aktivitas

guru.

Aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil, memperoleh skor 3

dengan kriteria baik. Guru telah membagi kelompok anak secara heterogen dan

memastikan semua anak mendapatkan kelompoknya serta membimbing anak

untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Tetapi pada aspek ini

guru belum membagi kelompok anak sesuai dengan susunan duduk nya. Hal ini

berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam

rubrik aktivitas guru.

Aspek mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Karena saat proses

pembelajaran guru tidak menempelkan gambar di papan tulis tetapi hanya

95
dipegang saja dan disenderkan di papan tulis tidak ditempel, maka dari itu pada

aspek ini guru belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam

rubrik aktivitas guru.

Aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan dan

menganalisa gambar, memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup karena guru hanya

mengarahkan anak untuk menganalisa gambar, tidak mengajak anak terlebih

dahulu dan tidak memastikan apakah anak memahami gambar tersebut. Hal ini

berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam

rubrik aktivitas guru.

Aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah

dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh skor 1

dengan kriteria kurang karena pada aspek ini guru hanya melaksanakan 1

indikator yaitu mendampingi semua anak untuk mengumpulkan informasi serta

data yang diperlukan. Hal ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal

(4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup

karena pada aspek ini guru hanya malaksanakan 2 indikator yaitu membagikan

media puzzle shape kepada tiap kelompok dan guru menjelaskan cara penggunaan

media puzzle shape pada anak dan menconthkannya. Hal ini berarti guru masiih

belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas

guru.

Aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle

sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik.

96
Pada aspek ini guru sudah melaksanakan 3 indikator yaitu mengontrol dan

mendampingi anak memasang potongan puzzle, serta membantu anak yang

kesulitan. Guru belum memastikan bahwa anak mengerjakan tugas dengan baik.

Hal ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan

dalam rubrik aktivitas guru.

Aspek guru (memperilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 4 dengan krteria sangat baik. Pada aspek ini guru sudah

melaksanakan semua indikator yang ada di dalam rubrik aktivitas guru.

Aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 1 dengan kriteria

kurang karena guru hanya melaksanakan 1 indikator yang ada di rubrik aktivitas

guru yaitu mendampingi anak melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi. Hal ini

berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam

rubrik aktivitas guru.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup. Hal ini terjadi karena

guru belum mengajak anak untuk berdiskusi dan berbagi pendapat mengenai

pembelajaran pada hari ini. Dan juga hal ini berarti guru masih belum mencapai

skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 23 dengan kriteria “Cukup”. Hal ini dikarenakan masih ada

tahapan-tahapan mengajar yang belum terlaksana secara maksimal oleh guru.

97
Kekurangan tersebut perlu untuk diperbaiki sebagai tindak lanjut dalam rangka

peningkatan aktivitas guru dalam pembelaaran pada pertemuan selanjutnya.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak

mengikuti proses belajar mengajar dikelas menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape pada

pertemuan 1 dapat disajikan pada table berikut:

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 1

Kriteria
Aspek yang Sangat
No Kurang/1 Cukup/2 Aktif/3
Diamati Aktif/4
F % F % F % F %
1. Aspek 1 8 67% 4 33% 0 0 0 0
2. Aspek 2 6 50% 5 42% 0 0 0 25%
3. Aspek 3 5 42% 6 50% 1 8% 0 0
4. Aspek 4 3 25% 6 50% 1 8% 2 17%
5. Aspek 5 5 42% 4 33% 0 0 3 25%
6. Aspek 6 9 75% 3 25% 0 0 0 0

Keteranagan:
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini

Berdasarkan dari hasil data pengamatan terhadap aktivitas anak kelompok

A2 TK Idhata II Banjarmasin pada pertemuan 1 dapat dilihat dari:

Aktivitas anak menyimak penjelasan guru, dapat dilihat pada tabel diatas

masih banyak anak yang mendapat presentase nilai kurang dan cukup. Hal ini

tidak akan terjadi jika guru melaksanakan kegiatan tersebut dengan maksimal.

98
Dalam hasil perkembangan aktivitas anak berhasil mendapatkam kriteria “Aktif”

apabila anak telah mampu melaksanakan keempat indikator yang terdapat pada

rubrik aktivitas anak. Namun belum ada anak yang mencapai kriteria Aktif.

Aspek kedua yang diamati yaitu aktivitas anak menyusun rencana

penyelesaian maslah dan mengumpulkan informasi, memperoleh skor kurang

sebanyak 50%, cukup sebanyak 42% dan aktif sebanyak 25%. Hal in terjadi

karena guru masih kurang dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana

penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi. Guru lebih terfokus dalam

menyampaikan informasi pada anak saja sehingga anak kurang aktif ketika proses

belajar mengajar. Jadi, dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan

menjadi kurang aktif karena kurangnya aktivitas guru itu sendiri dalam

melaksanakan pembelajaran.

Aspek ketiga yang diamati yaitu aktivitas anak menganalisa gambar yang

disiapkan guru, memperoleh skor kurang sebanyak 42%, cukup sebanyak 50%

dan aktif 8%. Pada tabel diatas ditujukkan bahwa kriteria aktif hanya 8% karena

pada aktivitas guru, guur hanya berfokus apakah anak dapat melihat gambar

dengan jelas dan mengajak anak untuk menganalisa gambar tersebut, dan kurang

memperhatikan pemahaman anak terhadapap gambar tersebut.

Aspek keempat yang diamati yaitu aktivitas anak mengenal bentuk, warna

dan ukuran, memperoleh skor kuirang sebanyak 25%, cukup sebanyak 50%, aktif

sebanyak 8% dan sangat aktif 25%. Jika diperhatikan tabel diatas untuk kriteria

sangat aktif ada 2 orang anak sebanyak 25%. Hal ini masih kurang dari kriteria

yang diharapkan, karena anak masih belum terlalu paham mengenal bentuk, warna

99
dan ukuran, selain itu anak masih lumayan banyak yang dibantu oleh guru. Maka

dari itu aspek ini perlu dikembangkan lagi pada pertemuan berikurnya.

Aspek kelima yang diamati yaitu aktivitas anak memasang potongan puzzle

sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor kurang sebanyak 42%,

cukup sebanyak 33% dan sangat aktif sebanyak 25%. Pada aspek ini hanya tiga

anak saja yang memperoleh skor aktif, yang artinya aspek ini perlu dikembangkan

lagi pada pertemuan berikutya. Hal ini dikarenakan anak masih lumayan banyak

yang salah dalam memasang potongan puzzle nya, ada anak yang memasang

bentuk segitiga merah di tempat segitiga merah, ada anak yang padahal puzzle

sudah terisi tetapi masih ditumpuk diatas nya dengan warna yang berbeda dari

yang seharusnya.

Aspek terakhir yang diamati yaitu aktivitas anak bersama guru melakukan

evaluasi dan menyimpulkan pembelajaran pada hari ini, memperoleh skor kurang

sebanyak 75% dan cukup sebanyak 25%. Hal ini terlihat bahwa masih lumayan

banyak anak yang belum mau mengungkapkan apa yang ingin dia katakan sendiri,

guru harus selalu memancing anak untuk selalu menanyakan pertenyaan-

pertanyaan pada anak yang berkaiatan dengan kegiatan pembelajaran hari ini agar

anak mau menjawab nya. Hal ini juga terjadi karena aktivitas guru pada aspek 9

memp eroleh skor 1. Tentunya hal tersebut akan berdampak pada aktivitas anak.

Dapat dilihat bahwa pada aspek ini perlu ditingkatkan lagi dalam aktivitas guru

melakukan evaluasi dan menyimpulkan pembelajaran dan akan memberikan

pengaruh pada perkembangan aktivitas anak pada pmbelajaran selanjutnya.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa aspek-aspek dalam

pertemuan pertema masih sangat perlu ditingkatkan lagi dalam setiap aspeknya

100
agar dapat mencapai kriteria yang lebih baik lagi dan mendapat rata-rata skor 3

yatitu kategori “Aktif”.

Berdasarkan hasil rata-rata dalam hasil observasi aktivitas anak pada tabel

diatas dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.1 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 1

80% 75%
67%
70%
60% 50% 50% 50%
50% 42% 42% 42%
40% 33% 33%
30% 25% 25% 25%
17%
20%
8% 8%
10% 0%0% 0%0% 0% 0% 0%0%
0%
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini.

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 1

No. Kriteria Frekuensi Presentase


1. Sangat Aktif 0 0%
2. Aktif 3 25%
3. Cukup 2 17%
4. Kurang 7 58%
Presentase Klasikal (SA+A) 25%
Kriteria Sebagian Kecil Anak Aktif

101
Berdasrkan tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase aktivitas anak secara

klasikal dalam kegiatan pembelajaran pada permuan 1 hanya 25% dengan capaian

kriteria “sebagian kecil anak aktif”, jika presentase ini dibandingkan dengan

indikator keberhasilan aktivitas anak yang telah ditetapkan guru, maka kegiatan

pembelajaran pada pertemyan 1 ini masih dikatakan belum berhasil. Hal ini

dikarenakan indikator keberhasilan aktivitas anak secara klasikal yang telah

ditetapkan yaitu ≥82% berada pada kategori “hampir seluruh anak aktif”.

3) Hasil Observasi Capaian Perkembangan Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak mengikuti

proses pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape pada pertemuan 1 dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1

Aspek yang BB MB BSH BSB Jumlah


No
Diamati F % F % F % F % %
Anak mampu
1. 6 50% 3 25% 3 25% 0 0 100%
mengenal bentuk
Anak mampu
2. 6 50% 4 33% 2 17% 0 0 100%
mengenal warna
Anak mampu
3. 5 42% 4 33% 3 25% 0 0 100%
mengenal ukuran
Anak mampu
4. menganalisa gambar 7 58% 5 42% 0 0 0 0 100%
yang disiapkan guru
Anak mampu
mengelompokkan
5. potongan puzzle 6 50% 4 33% 2 17% 0 0 100%
sesuai bentuk, warna
dan ukuran

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan mengenal bentuk, warna dan ukuran yang

dilakukan pada pertemuan 1.

102
Pada aspek mengenal bentuk, 3 anak memperoleh presentase 25% pada

kriteria (MB) karena anak mulai mampu mengelompokkan bentuk, namum masih

dalam bimbingan guru dan perlu diberikan rangsangan lagi. Karena pada aktivitas

guru dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah

kriteria guru masih kurang, dan belum maksimal lagi karena guru belum mampu

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat 3 anak

memperoleh presentase 50% pada kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah

mampu untuk mengelompokkan bentuk yang sesuai.

Pada aspek mengenal warna, 4 anak memperoleh presentase 33%,

dikarenakan anak belum mampu dalam mengelompokkan warna dengan benar

namun masih perlu stimulas oleh guru. Hal ini karena aktivitas guru dalam

mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kriteria guru

masih kurang, dan belum maksimal lagi karena guru belum mampu menggunakan

bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat 2 anak dengan

presentase 17% yang memperoleh kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah

mampu dalam mengelompokkan warna dengan benar.

Pada aspek mengenal ukuran terdapat 4 anak dengan presentase 33% yang

berkriteria (MB) karena ketika mengelompokkan ukuran besar dan kecil anak

masih belum mampu dalam membedekannya. Aktivitas guru dalam mendampingi

anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kriteria guru masih kurang,

dan belum maksimal lagi karena guru belum mampu menggunakan bahasa yang

jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Ada 3 anak dengan presentase 25% yang

memperoleh kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah mampu dalam

mengelompokkan ukuran besar dan kecil dengan benar.

103
Pada aspek menganalisa gambar yang disiapkan guru, terdapat 5 anak yang

memperoleh presentase 42% dengan ktriteria (MB) hal ini karena ketika

menganalisa gambar anak masih belum teralu fokus, dan masih ada yg bercanda

dengan temannya. Hal itu terjadi karena aktivitas guru belum mampu dalam

memastikan apakah anak sudah mengerti dan paham mengenai gambar tersebut.

Pada aspek ini belum ada anak yang mencapai kriteria (BSH), maka dari itu aspek

ini perlu dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Pada aspek terakir anak mengelompokkan potongan puzzle sesuai bentuk,

warna dan ukuran, ada 4 anak memperoleh presentase 33% yang berkriteria (MB)

dikarenakan anak masih perlu bimbingan guru ketika menyusun puzzle. Hal ini

juga dikarenakan aktivitas guru dengan kategori baik namun masih belum

maksimal karena guru belum memastikan anak apakah sudah mengerjakan

tugasnya dengan baik.

Berikut adalah grafik hasil perkembangan kognitif anak pertemuan 1.

Gambar 4.2 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1

70%
58%
60%
50% 50% 50%
50% 42% 42%
40% 33% 33% 33%
30% 25%25% 25%
20% 17% 17%

10%
0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%
Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu
mengenal bentuk mengenal warna mengenal ukuran menganalisa mengelompokkan
gambar yang potongan puzzle
disiapkan guru sesuai bentuk,
warna dan ukuran

MB BB BSH BSB

104
Tabel 4.8 Data Evaluasi Hasil Perkembngan Kognitif Anak Pertemuan 1

Jumlah
No Hasil Perkembangan Presentase
Anak
1. Belum Berkembang (BB) 3 25%
2. Mulai Berkembang (MB) 5 42%
3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 17%
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 2 17%
Jumlah 12 100%
Jumlah Kriteria BSH dan BSB 4
Presentase 33%
Kriteria Belum Berkembang

Berdasarkan tabel tersebut hasil perkembangan kognitif anak yang

dilaksanakan pada pertemuan 1 belum berhasil karena masih belum mencapai

indikator keberhasilan ≥80%, 3 anak dengan presentase 25% belum berkembang

(BB), 5 anak dengan presentase 42% mulai berkembang (MB), 2 anak dengan

presentase 17% berkembang sesuai harapan (BSH) dan 2 anak dengan presentase

17% berkembang sangat baik (BSB).

Tabel 4.9 Presentse Perkembangan Klasikal Pertemuan 1

Pertemuan 1
Tingkat Capaian Perkembangan
No Jumlah
Perkembangan % Kognitif
Anak
1. ≤ MB 8 67% Mulai Berkembang
Berkembang Sesuai
2. ≥ BSH 4 33%
Harapan

105
Berikut disajikan diagaram hsil perkembangan anak dalam bidang

kemampuan kognitif secara klasikak:

Gambar 4.3 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 1

HASIL PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SECARA


KLASIKAL
Berkembang
Sesuai Harapan
33%

Mulai Berkembang
67%

d. Refleksi Pertemuan 1

Berdasarkan hasil temuan data observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

hasil capaian perkembangan kognitif anak pada pertemuan 1 menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shpe direfleksikan sebagai berikut:

1) Aktivitas Guru

Aktivitas guru pada pertemuan 1 memperoleh skor 23 dengan capaian

kriteria “Cukup”. Tetapi perolehan skor ini masih belum mencapai kriteria yang

diharapkan yaitu “Baik” atau perolehan skor pada rentang 24-30.

Pada pertemuan pertama ini belum semua indikator pada rubrik ini tercapai

hal ini karena merupakan suatu pengalaman pertama kali mengajaar

menggunakan kombinasi model problem based learning, example non example

dengan media puzzle shape. Aktivitas guru pada pertemuan 1 ini masih belum

memenuhi kriteria yang diinginkan karena dari semua aktivitas guru yang

dilaksanakan masih mendapatkan skor 1 dan 2, seperti:

106
Pada aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

masalah, memperoleh skor 2 kriteria “cukup” guru belum menyampaikan tujan

pembelajaran dan memunculkan permasalahan dengan jelas dan mudah dipahami

oleh anak. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan oleh guru pada pertemuan

berikutnya adalah guru dapat membuat persiapan yang lebih matang dengan

menyiapkan beberapa catatan dan mengingatnya agar pertemuaan berikutnya

tidak terlupakan lagi dan menggunakan tata bahasa yang mudah di mengerti oleh

anak.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil guru masih

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru telah membagi kelompok anak

secara heterogen dan memastikan semua anak mendapatkan kelompoknya serta

membimbing anak untuk duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Tetapi pada aspek ini guru belum membagi kelompok anak sesuai dengan susunan

duduk nya. Maka dari itu upaya yang dapat dilakukan guru pada pertemuan

berikutnya adalah guru dapat membagi kelompok anak sesuai dengan duduk

kelompoknya serta memastikan anak sudah duduk sesuai dengan kelompoknya.

Pada aspek guru memberi kesempatan pada anak untuk memperhatikan dan

menganalisa gambar, memperoleh skor 2 kriteria cukup, karena pada aspek ini

penjelasan dari guru masih belum bisa mengontrol anak untuk focus pada gambar

dan ketika guru menjelaskan mengenai gambar masih belum menggunakan

bahasa yang mudah dipahami anak sehingga anak kurang bisa mengerti apa

maksud dari guru. Upaya yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya

adalah guru menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh anak dan juga

107
ketika guru meminta anak untuk fokus menganalisa gambar bisa dengan

menggunakan nyanyian.

Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, hanya

memperoleh skor 1. Hal ni dikarenakan guru kesulitan untuk bisa mendampingi

semua anak dalam menyusun rencana penyelesaian masalah nya dan

mengumpulkan informasi. Upaya yang dapat dilakukan guru pada pertemuan

berikutnya adalah dengan dari mengatur posisi duduk anak lebih tertata agar

semua anak dapat pendampingan guru ketika meraka mengalami kesulitan.

Pada aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 2 dnegan kriteria “cukup”,

karena pada aspek ini ketika guru mencontohkan cara penggunaanya masih belum

menggunakan suara yang lantang dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh

anak. Upaya yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah dengan

guru bisa menjelaskan cara penggunaan media puzzle shape dengan suara lantang

agar bisa didengar dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh

anak agar anak mengerti bagamaina cara penggunananya.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 3 dengan

kriteria baik. Pada aspek ini guru sudah melaksanakan 3 indikator yaitu

mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle, serta membantu

anak yang kesulitan. Guru belum memastikan bahwa anak mengerjakan tugas

dengan baik. Maka dari itu upaya yang dapat dilakukan guru pada pertemuan

berikutnya adalah guru harus mengontrol dan mendampingi anak sampai anak

108
selesai mengerjakan tugasnya dan memastikan bahwa anak sudah mengerjakan

tugas yang diberikan dengan baik.

Pada aspek guru (memperilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 4 dengan krteria sangat baik. Pada aspek ini guru sudah

melaksanakan semua indikator yang ada di dalam rubrik aktivitas guru. karena

pada aspek ini guru sudah mendapatkan skor 4 dengan kriteria sangat baik jadi

guru hanya harus mempertahankan skor tersebut agar tidak menurun.

Pada aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 1 dengan kriteria

“kurang”, hal ini dikarenakan anak kurang fokus dan guru salah menempatkan

posisi duduk anak, dan guru belum memberikan ruang pada anak untuk

memberikan kesan nya ketika pembelajaran yang dilakukan tadi. Upaya yang

dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah dengan guru bisa

menanyakan dan memberi ruang pada anak untuk dapat mengungkapkan

bagaimana perasaan nya ketika mengerjakan kegiatan yang sudah dilaksanakan

tadi.

Pada aspek guru dan anak bersama-sama menyimpulkan pembelajaran,

memperoleh skor 2 dengan kriteria “cukup”. Karena pada aspek ini guru sebelum

membuat kesimpulan bersma belum mengajak anak untuk berdiskusi terlebih

dahulu dan menanyakan pendapat anak setalah melaksanakan kegiatan pada hari

ini. Upaya yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah dengan

guru mengajak dan membimbing anak untuk berdiskusi bersama mengenai

kegiatan yang sudah dilaksanakan.

109
Berdasarkan hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 23 dengan kriteria “cukup”. Hal ini dikarenakan masih ada

tahapan-tahapan yang belum terlaksana secara maksimal yang dilakukan oleh

guru, kekurangan tersebut perlu untuk diperbaiki sehingga pada pertemuan

berikutnya aktivitas guru terjadi peningkatan. Upaya dalam meningkatkan

aktivitas guru kedepannya adalah guru harus lebih mempersiapkan segalanya

mulai dari kesiapan diri sendiri, kesiapan bahan, alat dan media yang akan

digunakan, mengingat betul apasaja tahapan langkah mengajar sehingga semua

tahapan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, guru juga harus lebih

memperhatikan setiap kalimat yang diucapkan agar menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh anak.

2) Aktivitas Anak

Berdasarkan hasil observasi ktivitas anak saat mengikuti proses

pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti sampai dengan akhir pada pertemuan

1 masih belum bisa dikatakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat

terlihat dari keaktifan anak secata klasikal yang hanya mencapai 25%. Hal tersebut

tentu masih belum mencapai indikator keberhasilan aktivitas anak yang

diharapkan. Belum tercapainya aspek aktivitas anak karena masih ada beberapa

aspek yang diperoleh anak dengan capaian “kurang”.

Pada aspek pertama anak menyimak penjelasan guru, ada 8 anak

memperoleh skor 1 presentase 67% dengan kriteria “kurang” dan 4 anak

memperoleh skor 2 presentase 33% dengan kriteria “cukup” dikarenakan ketika

guru sedang menjelaskan materi pembelajaran masih ada beberapa anak yang

kurang fokus dan asik sendiri bermain dengan temannya yang lain. Hal ini terjadi

110
karena guru salah menempatkan posisi duduk anak, sehingga anak yang lumayan

aktif akan mengajak temannya yang sama juga aktif sehingga meraka kurang

fokus mendengarkan penjelasan guru. Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan aktivitas anak pada pertemuan berikutnya yaitu sebaiknya guru

dapat mengatur posisi duduk anak dengan baik.

Pada aspek kedua anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi, memperoleh skor kurang sebanyak 50%, cukup

sebanyak 42% dan aktif sebanyak 25%. Hal in terjadi karena guru masih kurang

dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi. Guru lebih terfokus dalam menyampaikan informasi

pada anak saja sehingga anak Upaya yang dapat dilakuakan untuk meningkatkan

aktivitas anak pada pertemuan berikutnya guru bisa lebih maksimal lagi dalam

mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi, dan guru bisa dapat berinteraksi lebih dengan anak

sehingga guru tidak hanya berfokus dalam menyampaikan informasi tetapi juga

berfokus pada anak.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar, memperoleh memperoleh skor

kurang sebanyak 42%, cukup sebanyak 50% dan aktif 8%. Karena pada aktivitas

guru, guru hanya berfokus apakah anak dapat melihat gambar dengan jelas dan

mengajak anak untuk menganalisa gambar tersebut, dan kurang memperhatikan

pemahaman anak terhadapap gambar tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan aktivitas anak pada pertemuan beriktnya dengan guru dapat

memperhatikan apakah anak sudah memahami gabar yang disediakan guru, dan

lebih mengajak anak untuk bersam-sama dalam menganalisa gambar.

111
Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran, memperoleh

skor kuirang sebanyak 25%, cukup sebanyak 50%, aktif sebanyak 8% dan sangat

aktif 25% karena anak masih belum terlalu paham mengenal bentuk, warna dan

ukuran, selain itu anak masih lumayan banyak yang dibantu oleh guru. Upaya

yang dapat dilakukan untuk menigkatkan aktivitas anak pada pertemuan

berikutnya guru harus lebih aktif lagi ketika menjelaskan mengenai bentuk, warna

dan ukuran dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan

menggunakan suara yang lantang agar anak dapat lebih mendengar dan

memahaminya.

Pada aspek kelima memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran, memperoleh skor kurang sebanyak 42%, cukup sebanyak 33%

dan sangat aktif sebanyak 25%. Pada aspek ini hanya tiga anak saja yang

memperoleh skor aktif. Hal ini dikarenakan anak masih lumayan banyak yang

salah dalam memasang potongan puzzle nya, ada anak yang memasang bentuk

segitiga merah di tempat segitiga merah, ada anak yang padahal puzzle sudah terisi

tetapi masih ditumpuk diatas nya dengan warna yang berbeda dari yang

seharusnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak pada

pertemuan berikutnya sebaiknya guru lebih membimbing dan mengarahkan anak

ketika memasang puzzle dan memberikan kata motivasi bahwa anak pasti bisa

untuk memasang puzzle tersebut dengan benar.

Pada aspek anak terakhir bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini, memperoleh skor kurang sebanyak

67% dan cukup sebanyak 25%. Dikarenakan masih lumayan banyak anak yang

belum mau mengungkapkan apa yang ingin dia kata sendiri, guru harus selalu

112
memancing anak untuk selalu menanyakan pertenyaan-pertanyaan pada anak

yang berkaiatan dengan kegiatan pembelajaran hari ini agar anak mau menjawab

nya. Hal ini juga terjadi karena aktivitas guru pada aspek 9 memperoleh skor 1.

Tentunya hal tersebut akan berdampak pada aktivitas anak. Upaya yang dapat

dilakuakan untuk meningkatkan aktivitas anak pada pertemuan berikutnya guru

bisa lebih mengarahkan posisi duduk anak yang baik ahar terhindar dari hal yang

tidak diinginkan dan melakukan evaluasi nya menggunakan cara yang menarik

dan bahasa yang mudah dipahami oleh anak.

3) Hasil Pekembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan kognitif anak yang dilaksanakan pada

pertemuan 1 belum berhasil karena belum mancapai indikator keberhasilan ≥80%

dengan tingkat capaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH). Hal ini dikarenakan

hanya 2 anak yang mendapat tingkat capaian Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

dan 2 anak yang mendapat tingkat capaian Berkembang Sangat Baik. Oleh karena

itu, perlu adanya usa untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi dipertemuan

selanjutnya agar bisa mendapatkan hasil yang diharapkan.

Secara umum penyebab belum tercapainya tingkat capaian perkembangan

anak yang mndapat tingkat perkembanga Berkembang Sangat Baik (BSB) pada

pertemuan 1 ini adalah karena kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh anak ketika sedang menjelaskan materi

pembelajaran, kurangnya guru dalam bisa mengontrol fokus anak agar selalu

memperhatikan guru ketika menjelaskan, kurang terlaksananya langkah saat

mengajar, belum memastikan anak apakah tugas nya sudah terlaksana dengan

baik.

113
Berdasarkan penjelasan diatas, upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan hasil perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna

dan ukuran pada pertemuan berikutnya sehingga kegiatan dapat berjalan secara

efektif dan memberikan hasil yang optimal, yaitu sebagai berikut:

a) Guru harus menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak

b) Guru harus bisa mengontrol anak dengan cara sebelum berkegiatan diawali

dengan nyanyi bersama-sama.

c) Guru harus benar-benar menyiapkan dan mempersiapkan apa saja langkah-

langkah kegiatan pembelajaran

d) Guru harus memperhatikan apakah anak sudah mengerjakan tugas nya

dengan baik.

2. Penelitian Pertemuan 2

Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Senin, 6 Maret 2023. Skenario tindakan

pembelajaran terdari dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

(pengamatan) dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema dan subtema yang

disesuaikan untuk kegiatan eksploratif dan menyelidiki dengan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape.

Mempersiapkan media, bahan, alat pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran, membuat lembar observasi serta rubrik yang akan digunakan untuk

mengamati aktivitas guru dan anak dalam proses belajar mengajar serta membuat

114
lembar observasi berserta rubrik nya untuk mengamati hasil capaian

perkembangan anak.

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema

alat komunikasi dan subtema alat komunikasi elektronik dengan topik

televisi.

2) Menyiapkan media, bahan dan alat pembelajaran yang akan digunakan.

3) Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil

perkembangan anak.

4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Senin, 6 Maret 2023 mulai pukul 08.00-10.30 WITA di kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin. Tema pembelajaran pada pertemuan kedua alat komunikasi, sub

tema alat komunikasi elektronik dan dengan topik pembelajaran yaitu televisi.

1) Kegiatan awal

Pada awal kegiatan di pertemuan kedua guru memasuki kelas kelompok A2

kemudian merapikan meja dan kursi yang akan digunakan, menata dan

menyiapkan tempat untuk bermain jika anak sudah selesai mengerjakan tugasnya,

mempersiapkan media, alat dan bahan pembelajaran yang akan digunakan ketika

belajar mengajar nanti. Kemudian guru mengajak anak untuk duduk rapi dan

mengucapkan salam kepada anak lalu mempersiapkan anak untuk berdo’a

sebelum memulai kegiatan belajar dan membaca surah Al-Fatihah beserta artinya,

surah-surah pendek dan do’a harian yaitu do’a sebelum tidur dan do’a bangun

tidur.

115
Kemudian guru menanyakan kabar anak, dan melakukan presensi

kehadiran, setelah itu menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun. Guru

menyampaikan tema, subtema dan topik yang akan dipelajari hari ini yaitu tema

alat komunikasi, subtema alat komunikasi elektronik dan topik nya adalah televisi.

Selanjutnya guru menetapkan aturan main dan menyepakati aturan saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memunculkan masalah mengenai bentuk, warna dan ukuran. Dengan memancing

anak untuk berpikir benda apa yang berbentuk persegi, sambil memperagakan

bentuk persegi. Setelah itu guru membagi anak menjadi kelompok kecil. Dan

memperlihatkan gambar 2 buah televisi yang berbeda bentuk dan warna. Dan

meminta anak untuk memperhatikan dan menganalisa gambar tersebut. Sambil

anak menganalisa gambar guru menjelaskan mengenai televisi, seperti

kegunaanya, bentuknya.

Setelah itu guru melakukan tanya jawab mengenai televisi sebagai alat

komunikasi elektronik. Contohnya seperti “ada yang tau ini gambar apa?”, “siapa

yang pernah melihat televisi?”, “seperti apakah bentuk televisi, apakah

segitiga?atau lingkaran seperti bentuk kipas yang ada dinding?”, “ada yang tau

televisi ini berwarna apa?”, “apakah berwarna biru seperti air laut, atau

kuning?seperti matahari?”. Membandingkan ukuran televisi seperti “antara

gambar televisi ini dengan ini yang mana yang lebih besar?”.

Melalui beberapa pertanyaan dari guru tanyakan tadi, anak mendapat dan

mengumpulkan informasi. Kemudian guru mendorong anak untuk bertanya

116
mengenai gambar dan pembelajaran hari ini serta memastikan anak paham

mengenai gamabar tersebut.

Kemudian guru mendampingi anak untuk mengumpulkan informasi yang

diperlukan mengenai bentuk, warna dan ukuran yang akan digunakan untuk

kegiatan selanjutnya. Selanjutnya guru mendampingi semua kelompok untuk

menyusun pemecahan masalah untuk kegiatan selanjutnya.

Setelah itu masing-masing kelompok mengerjakan LKPD yang sudah

disiapkan. Ada kelompok yang mengerjakan LKPD dan ada juga ada kelompok

yang memainkan media puzzle shape yang sudah disiapkan dan dibeirkan kepada

tiap kelompok. Untuk kelompok yang mengerjakan LKPD bisa langsung

mengerjakannya. Dan bagi kelompok yang memainkan media akan didampingi

oleh guru.

Setelah memastikan kelompok mendapat media nya guru menjelaskan cara

penggunaan nya. Memasang potongan puzzle nya dilakukan secara individu

terlebih dahulu, setelah itu kelompok anak memasang potongan puzle dengan cara

bekerja sama untuk memasangnya. Guru menjelaskan cara menggunakan media

puzzle shape pada anak yaitu ambil potongan puzzle misal yang berbentuk

lingkaran dengan warna kuning dan ukuran nya yang besar maka susun juga di

tempat yang berbentuk lingkaran dengan warna kuning dan ukuran yang besar.

Lakukann hal tersebut beberapa kali tetapi dengan menggunakan potongan puzzle

yang berbeda-beda. Dan beri tahukan pada anak bahwa semuaa potongan puzzle

terpasang dengan benar sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya.

Setelah itu pastikan anak mengengerti cara mainnya, dan anak paham

bagaimana cara memasangnya. Kemudian guru membiarkan masing-masing anak

117
di dalam kelompok untuk memasang potongan puzzle secara bergiliran. Jika

semua anak di dalam kelompok sudah mencoba memasang potongan puzzle maka

biarkan kelompok tersebut menyusun potongan puzzle dengan cara bekerja sama.

Saat anak bekerja sama untuk memasang potongan puzzle guru

mendampingi, dan mengontrol anak dalam memasang potongan puzzle. Dan jika

ada anak yang mengalami kesulitan guru bisa langsung membantu anak terebut

dalam memasang potongan puzzle. Dan juga guru memastikan anak untuk

mengerjakan tugas nya dengan baik.

Kelompok anak yang sudah memainkan puzzle shape bisa bergantian

dengan kelompok yang mengerjakan LKPD, jadi bertukar kegiatan. Kelompok

yang sebelum nya mengejakan LKPD maka bertukar dengan kelompok yang

sudah memainkan media puzzle shape.

Selama anak mengerjakan LKPD dan memasang potongan puzzle, guru

memberikan motivasi untuk menyelesaikan sampai akhir. Jika semua kelompok

sudah memainkan media puzzle shape dan mengerjakan LKPD nya maka boleh

bermain ditempat yang sudah ditata dan disiapkan oleh guru.

3) Istirahat

Guru mengajak anak untuk membereskan mainan nya, setelah itu mengajak

anak untuk duduk rapi kemudian bernyanyi bersama-sama dan berdo’a bersama-

sama sebelum makan dan minum. Setelah itu masing-masing anak mencuci

tangan mereka dan memakan bekal yang sudah dibawa dari rumah. Setelah semua

anak selesai makan dan bermain bebas diluar, guru mengajak anak untuk duduk

dan membaca do’a setelah makan dan minum.

118
4) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, guru memastikan anak sudah duduk dengan rapi.

Secara tertib guru membimbing masing-masing tiap kelompok untuk maju

kedapan kelas secara bergiliran dan bergantian untuk menunjukan hasil ketika

memasang potongan puzzle shape yang sudah dikerjakan secara bekerja sama tadi

lalu membacakan hasilnya. Tiap kelompok yang maju guru memberikan apresiasi

dan pujian pada anak karena sudah berani maju dan mau membacakan hasil

kejaannya tadi. Setelah guru memastikan semua kelompok anak sudah maju

kedepan kelas dan menunjukkan hasil kerjaan memasang media puzzle shape serta

membacakan hasil kerjanya guru mengumpulkan semua media puzzle shape yang

sudah dikerjakan oleh anak.

Guru mengarahkan anak untuk duduk rapi lagi lalu membimbing anak

melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi. Dan bertanya pada anak bagaimana

perasaaan nya ketika mengerjakan media tadi secara kerja sama dengan teman

nya.

Lalu guru mengajak anak untuk berdikusi menegnai pembelajaran hari ini

dan guru bersama anak membuat kesimpulan pembelajaran hari ini. Guru

menginformasikan kegiatan esok hari dan mengakhiri kegiatan pada hari ini

setelah itu berdo’a bersama anak seblum pulang dan menyanyikan lagu-lagu

secara bersama-sama dan mengucapkan salam.

c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer terhadap aktivitas

guru yang dilaksanakan di TK Idhata II Banjarmasin pada Kelompok A2 pada

119
pertemuan kedua dengan kegiatan pembelajaran memggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape

sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2

Skor/Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
1. 3
memunculkan permasalahan
2. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil 2
Guru mempersiapkan & menempel gambar di papan
3. 4
tulis sesuai tujuan pembelajaran
Guru memberi kesempatan pada anak untuk
4. 2
memperhatikan dan menganalisa gambar
Guru mendampingi anak menyusun rencana
5. penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi 2
serta data yang diperlukan
Guru membagikan media puzzle shape di tiap
6. 3
kelompok dan mencontohkan cara penggunaannya
Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang
7. potongan puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan 4
ukuran
Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian
8. karya dengan memberi kesempatan tiap kelompok 4
membaca hasil diskusi dan dikumpulkan
Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk
9. memeriksa dan mengevaluasi kegiatan yang sudah 2
dilakukan
Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan
10. 3
pembelajaran
JUMLAH TIAP SKOR 0 8 9 12
JUMLAH SKOR KESELURUHAN 29
KRITERIA Baik

Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 2 dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dalam mengembangkan kognitif anak

pada kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran di Kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin mendapatkan skor 29 dengan kriteria “Baik”. Hasil pengamatan

120
terhadap aktivitas guru dengan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape, yaitu:

Aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru telah menyiapkan

anak duduk rapi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalaha. Namun pada aspek ini guru belum mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru karena masih ada satu indicator

yang belum terlaksana oleh guru.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil mendapat skor 2

dengan kriteria “cukup”, karena saat membagi kelompok anak guru hanya

membagi nya secara heterogen dan tidak sesuai susunan duduk kelompok. Namun

pada aspek ini guru belum bisa membagi anak sesuai susun duduk kelompok

karena agar anak dapat berteman dengan siapa saja tanpa memandang status dan

lain hal. Pada aspek ini guru belum mencapai skor maksimal (4) secara

keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru karena masih ada satu indicator yang

belum terlaksana oleh guru.

Pada aspek mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai

dengan tujuan pembelajaran, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Hal

ini terjadi karena guru dapat memperbaiki kekurangan pada pertemuan 1, maka

dri itu pada aspek ini guru mendapat skor 4 secara keseluruan dalam rubric

aktivitas guru.

Pada aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan

dan menganalisa gambar, memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup karena guru

hanya mengarahkan anak untuk menganalisa gambar dan memastikan anak

121
memahami gambar tersebut. Hal ini terjadi karena ada beberapa anak yang kurang

jelas melihat gambar yang ditempel oleh guru. Karena gambar tersbut kurang

besar sehingga anak kurang melihat dan juga tertutupi dengan temannya yang juga

sama ingin melihat. Hal ini berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh

skor 2 dengan kriteria cukup karena pada aspek ini guru hanya melaksanakan 2

indikator yaitu mengajak semua anak menyusun rencana penyelesaian masalah

dan mengumpulkan informasi serta mendampingi semua anak untuk rencana

penyelesaian masalah. Pada aspek ini guru belum memberikan motivasi pada anak

saat proses kegiatan pembelajaran tengah berlangsung. Hal ini berarti guru masiih

belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas

guru.

Aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik

karena pada aspek ini guru hanya malaksanakan 3 indikator. Pada aspek ini guru

belum menjelaskan cara penggunaan media puzzle shape dengan suara yang

lantang. Hal ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara

keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 4 dengan

kriteria sangat baik. Pada aspek ini guru sudah melaksanakan semua indicator

122
yang ada di rubric aktivitas guru maka dari itu guru mendapatkan skor maksimal

(4).

Aspek guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 4 dengan krteria sangat baik. Pada aspek ini guru sudah

melaksanakan semua indikator yang ada di dalam rubrik aktivitas guru.

Aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 2 dengan kriteria

cukup karena guru hanya melaksanakan 2 indikator. Pada aspek ini guru sudah

mengarahkan anak untuk duduk rapi pada tempatnya dan mendampingi anak

melakukan evaluasi mengenai kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan tadi.

Tetapi masih ada indikator dalam rubric aktivitas guru yang belum terpenuhi. Hal

ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan

dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini terjadi karena guru

sudah melaksanakan hampir semua indikator yang ada pada rubrik aktivitas guru,

serta sudah memperbaiki dari pertemuan yang sebelumnya. Walaupun masih ada

indicator yang belum terpenuhi, tetapi ada sedikit peningkatan. Hal ini berarti guru

masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik

aktivitas guru.

Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 29 dengan kriteria “Baik”. Hal ini berarti perolehan yang

didapatkan guru sudah memberikan hasil yang sesuai dan mencapai indicator

123
keberhasilan yang ditetapkan yaitu “Baik”. Namun alangkah baiknya lagi jika

melebihidari hasil yang ditetapkan. Agar aktivitas guru menjadi lebih baik.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak

mengikuti proses belajar mengajar dikelas menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape pada

pertemuan 2 dapat disajikan pada table berikut:

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 2

Kriteria
Aspek yang Sangat
No Kurang/1 Cukup/2 Aktif/3
Diamati Aktif/4
F % F % F % F %
1. Aspek 1 9 75% 1 8% 2 17% 0 0
2. Aspek 2 3 25% 9 75% 0 0 0 0
3. Aspek 3 5 42% 3 25% 4 33% 0 0
4. Aspek 4 0 0 5 42% 5 42% 2 17%
5. Aspek 5 3 25% 1 8% 3 25% 5 42%
6. Aspek 6 3 25% 5 42% 4 33% 0 0

Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini

Berdasarkan pengamatan pada tabel observasi aktivitas anak pada

pertemuan 2 yakni pada aspek petama yakni aktivitas anak menyimak penjelasan

guru, dapat dilihat pada tabel diatas masih ada beberapa anak yang mendapatkan

presentase nilai dengan kriteria kurang dan cukup. Hal ini terjadi karena guru

kesulitan dalam mengkondisikan agar anak fokus ketika guru sedang menjelaskan

124
pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang kurang masimal dengan skor 3.

Hasil aktivitas guru terbut menyebab kan lumayan banyak anak yang mendapat

kriteria kurang dan cukup pada pertemuan kedua ini. Sehingga masih banyak

kriteria yang harus diperhatikan agar anak dapat mencapai indicator keberhasilan

sesuai dengan yang ditetapkan. Dalam hasil aktivitas anak berhasil mendapatkan

kriteria “Aktif” apabila anak mampu melaksanakan seluruh komponen yang ada

di aspek pertama yaitu anak menyimak penjelasan guru dengan mendapatkan skor

3 yang berkriteria “Aktif”. Akan tetapi dapat dilihat pada bahwa masih lumayan

banyak anak yang mendapatkan skor kurang dan cukup. Jadi dapat dikatakan

bahwa hal ini terjadi karena kurang maksimalnya guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

Pada aspek kedua anak menyusun rencana pemecahan masalah dan

mengumpukan informasi. Pada aspek ini masih lumayan banyak anak yang

mendapat skor 25% dengan kriteria kurang dan 75% kriteria cukup. Dan belum

ada anak yang mendapat kriteria aktif. Hal ini terjadi karena masih kurangnya

interaksi guru pada saat membimbing anak dalam menyusun rencana dan

mengumpulkan informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan yang

dilaksanakan menjadi kurang aktif karena kurang nya aktivitas guru dalam

mendampingi anak menyusun rencana dan mengumpulkan informasi dalam

melaksanakan pembelajaran.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar yang sudah disiapkan guru.

Pada aspek ini sudah ada anak yg mendapat kriteria aktif sebanyak 33%.

Walaupun skor tersebut tidak banyak, tetapi terjadi peningkatan dari pada saat

pertemuan sebelumnya. Tetapi masih ada anak yang mendapat kriteria kurang

125
sebanyak 42%. Dan kriteria cukup sebanyak 25%. Hal ini dikarenakan ada

beberapa anak yang kurang melihat gambar yang sudah disediakan guru karena

tertupi dengan temannya. Dan juga gambar tersebut terlihat kecil. Maka dari itu

pada aspek ini perlu dikembangkan lagi pada pertemuan berikutnya.

Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pada aspek

ini sudah tidak anak yang mendapatkan kriteria kurang tetapi hampir semua anak

mendapatkan kriteria cukup dan aktif sebanyak 42% dan sangat aktif sebanyak

17%. Walaupun sudah ada anak yang mendapatkan kriteria aktif, tetapi hal itu

masih belum sesuai dengan kriteria aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka

dari itu aspek ini perlu dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan

kriteria yang sudah ditetapkan.

Pada aspek kelima anak memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran. Pada aspek ini anak yang mendapatkan kriteria kurang dan

aktif sebanyak 25%, dan kriteria sangat aktif sebanyak 42%. Walaupun sudah ada

anak yang mendapatkan kriteria aktif dan sangat aktif, tetapi hal itu masih belum

sesuai dengan kriteria aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek

ini perlu dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan.

Pada aspek terakhir anak bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Aspek ini lumayan banyak anak

mendapatkan kriteria kurang sebanyak 25% dan kriteria cukup sebanyak 42%

serta anak yang mendapatkan kriteria aktif sebanyak 33%. Walaupun sudah ada

anak yang mendapatkan kriteria aktif, tetapi hal itu masih belum sesuai dengan

kriteria aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek ini perlu

126
dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa aspek-aspek

tersebut perlu mendapat peningkatan lebih sehingga pada setiap aspeknya dapat

mencapai presentase tertinggi dengan perolehan skor 4 (sangat aktif).

Berdasarkan hasil rata-rata yang dilakukan dalam hasil observasi aktivitas

anak pada tabel diatas dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.4 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 2

80% 75% 75%


70%
60%
50% 42% 42%
42% 42% 42%
40% 33% 33%
30% 25% 25% 25% 25% 25%
17% 17%
20%
8% 8%
10%
0% 0%0% 0% 0% 0%
0%
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6
Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini

127
Berikut gambaran hasil analisis observasi aktivitas anak secara klasikal

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hasil Observasi Anak Secara Klasikal Pertemuan 2

No. Kriteria Frekuensi Presentase


1. Sangat Aktif 1 8%
2. Aktif 5 42%
3. Cukup 5 42%
4. Kurang 1 8%
Presentase Klasikal (SA+A) 50%
Kriteria Sebagian Anak Aktif

Berdasrkan tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase aktivitas anak secara

klasikal dalam kegiatan pembelajaran pada permuan 2 hanya 42% dengan capaian

kriteria “Aktif”, jika presentase ini dibandingkan dengan indikator keberhasilan

aktivitas anak yang telah ditetapkan guru, maka kegiatan pembelajaran pada

pertemuan 2 ini masih dikatakan belum berhasil. Hal ini dikarenakan indikator

keberhasilan aktivitas anak secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu ≥82%

berada pada kategori hampir seluruh anak aktif.

3) Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak mengikuti

proses pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape pada pertemuan 2 dapat terlihat

pada tabel berikut:

128
Tabel 4.13 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2

Aspek yang BB MB BSH BSB Jumlah


No
Diamati F % F % F % F % %
Anak mampu
1. 3 25% 5 42% 4 33% 0 0 100%
mengenal bentuk
Anak mampu
2. 4 33% 6 50% 2 17% 0 0 100%
mengenal warna
Anak mampu
3. 1 8% 8 67% 3 25% 0 0 100%
mengenal ukuran
Anak mampu
menganalisa
4. 0 0 10 83% 2 17% 0 0 100%
gambar yang
disiapkan guru
Anak mampu
mengelompokkan
5. potongan puzzle 0 0 9 75% 3 25% 0 0 100%
sesuai bentuk,
warna dan ukuran

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan mengenal bentuk, warna dan ukuran yang

dilakukan pada pertemuan 2.

Pada aspek mengenal bentuk, 5 anak memperoleh presentase 42% pada

kriteria (MB) karena anak mulai mampu mengelompokkan bentuk, namum masih

dalam bimbingan guru dan perlu diberikan rangsangan lagi. Karena pada aktivitas

guru dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah

kriteria guru masih kurang, dan belum maksimal karena guru belum mampu

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat 4 anak

memperoleh presentase 33% pada kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah

mampu untuk mengelompokkan bentuk yang sesuai.

Pada aspek mengenal warna, 6 anak memperoleh presentase 50% pada

kriteria (MB), dikarenakan anak belum mampu dalam mengelompokkan warna

dengan benar namun masih perlu stimulas oleh guru. Hal ini karena aktivitas guru

129
dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kriteria

guru masih kurang, dan belum maksimal karena guru belum mampu

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat 2 anak

dengan presentase 17% yang memperoleh kriteria (BSH) hal ini karena anak

sudah mampu dalam mengelompokkan warna dengan benar.

Pada aspek mengenal ukuran, terdapat 8 anak dengan presentase 67% yang

berkriteria (MB) karena ketika mengelompokkan ukuran besar dan kecil anak

masih belum mampu dalam membedekannya. Aktivitas guru dalam mendampingi

anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kriteria guru masih kurang,

dan belum maksimal lagi karena guru belum mampu menggunakan bahasa yang

jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Ada 3 anak dengan presentase 25% yang

memperoleh kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah mampu dalam

mengelompokkan ukuran besar dan kecil dengan benar.

Pada aspek menganalisa gambar yang disiapkan guru, terdapat 10 anak yang

memperoleh presentase 83% dengan ktriteria (MB) hal ini karena ada beberapa

anak yang kurang bisa melihat gambar dengan jelas karena terlindungi oleh anak

yang lain, dan juga gambar yang disiapkan oleh guru kecil sehingga anak kesulitan

untuk melihat. Hal itu terjadi karena aktivitas guru belum mampu dalam

memastikan apakah anak sudah mengerti dan paham mengenai gambar tersebut.

Pada aspek ini belum sudah ada anak yang mencapai kriteria (BSH) sebanyak 2

anak dengan presentase 17%. Namun hal ini belum mencapai indikator

keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

130
Pada aspek terakir anak mengelompokkan potongan puzzle sesuai bentuk,

warna dan ukuran, ada 9 anak memperoleh presentase 75% yang berkriteria (MB)

dikarenakan anak masih perlu bimbingan guru ketika menyusun puzzle. Hal ini

juga dikarenakan aktivitas guru dengan kategori baik namun masih belum

maksimal karena guru belum memastikan anak apakah sudah mengerjakan

tugasnya dengan baik. Dan terdapat 3 anak dengan presentase 25% berkriteria

(BSH). Walaupun terdapat anak yang mendapat kriteria BSH namun hal ini belum

mencapai indikator keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari

itu aspek ini perlu dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Berikut adalah grafik hasil perkembangan kognitif anak pertemuan 2:

Gambar 4.5 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2

90% 83%
80% 75%
67%
70%
60%
50%
50% 42%
40% 33% 33%
30% 25% 25% 25%
17% 17%
20%
8%
10%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%
Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu
mengenal bentuk mengenal warna mengenal ukuran menganalisa mengelompokkan
gambar yang potongan puzzle
disiapkan guru sesuai bentuk,
warna dan ukuran

BB MB BSH BSB

131
Tabel 4.14 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 2

Jumlah
No. Hasil Perkembangan Presentase
Anak
1. Belum Berkembang (BB) 0 0%
2. Mulai Berkembang (MB) 6 50%
3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 4 33%
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 2 17%
Jumlah 12 100%
Jumlah Kriteria BSH dan BSB 6
Presentase 50%
Kriteria Mulai Berkembang

Berdasarkan tabel tersebut hasil perkembangan kognitif anak yang

dilaksanakan pada pertemuan 2 belum berhasil karena masih belum mencapai

indicator keberhasilan ≥80%, yaitu 6 anak dengan presentase 50% mulai

berkembang (MB), 4 anak dengan presentase 33% berkembang sesuai harapan

(BSH) dan 2 anak dengan presentase 17% berkembang sangat baik (BSB).

Tabel 4.15 Presentasse Perkembangan Klasikal Pertemuan 2

Pertemuan 2
Tingkat Capaian Perkembangan
No. Jumlah
Perkembangan % Belajar
Anak
1. ≤ MB 6 50% Mulai Berkembang
Berkembang Sesuai
2. ≥ BSH 6 50%
Harapan

132
Berikut disajikan diagaram hasil perkembangan anak dalam aspek kognitif

secara klasikal.

Gambar 4.6 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 2

HASIL PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SECARA


KLASIKAL
Belum Berhasil
Berkembang
50%

Mulai
Berkembang
50%

d. Refleksi Pertemuan 2

Berdasarkan hasil temuan data observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

hasil capaian perkembangan kognitif anak pada pertemuan 2 menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shpe direfleksikan sebagai berikut:

1) Aktivitas Guru

Pada pertemuan 2 ini belum semua indicator pada rubric ini tercapai, tetapi

terjadi peningkatakan skor yang didapatkan guru pada pertemuan ini setelah

dilakukan refleksi pada pertemuan sebelumnya sehingga skor guru terjadi

peningkatan.

Pada aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru telah menyiapkan

anak duduk rapi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memunculkan

permasalahan namun masih ada beberapa anak yang belum paham. Upaya

peningkatan yang dapat dilakuakn guru pada pertemuan berikutnya yaitu guru

133
sebaiknya menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh anak ketika

sedang menjelaskan.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil mendapat skor 2

dengan kriteria “Cukup”, karena saat membagi kelompok anak guru hanya

membagi nya secara heterogen dan tidak sesuai susunan duduk kelompok. Namun

pada aspek ini guru belum bisa membagi anak sesuai susun duduk kelompok

karena agar anak dapat berteman dengan siapa saja tanpa memandang status dan

lain hal. Pada pertemuan berikutnya, guru bisa mencoba membagi anak kelompok

anak sesuai dengan tempat duduk. Upaya peningkatan yang dapat dilakuakan guru

pada pertemuan berikutnya yaitu guru harus lebih memperhatikan susunan duduk

anak agar anak bisa lebih fokus ketika guru sedang menjelaskan.

Pada aspek guru mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai

dengan tujuan pembelajaran, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Guru

sudah menyiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menempelkan

nya dipapan tulis, dan memberikan petunjuk mengenai gambar tersebut dan juga

guru sudah memastikan apakah gambar tersebut sudah cukup dilihat oleh semua

anak. Pada aspek ini guru sudah mendapatkan skor 4 dengan kriteria sangat baik

pada pertemuan berikutnya guru harus bisa mempertahankan skor ini dengan baik.

Pada aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan

dan menganalisa gambar, memperoleh skor 2 dengan kriteria cukup karena guru

hanya mengarahkan anak untuk menganalisa gambar dan memastikan anak

memahami gambar tersebut. Hal ini terjadi karena ada beberapa anak yang kurang

jelas melihat gambar yang ditempel oleh guru. Karena gambar tersbut kurang

besar sehingga anak kurang melihat dan juga tertutupi dengan temannya yang juga

134
sama ingin melihat. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada

pertemuan berikutnya adalah guru dapat memperbesar gambar yang ingin

digunakan dan atur lagi susunan duduk anak sehingga anak tidak akan tertutupi

dengan temannya yang lain jika ingin melihat gambar.

Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh

skor 2 dengan kriteria cukup karena pada aspek ini guru hanya melaksanakan 2

indikator yaitu mengajak semua anak menyusun rencana penyelesaian masalah

dan mengumpulkan informasi serta mendampingi semua anak untuk rencana

penyelesaian masalah. Pada aspek ini guru belum memberikan motivasi pada anak

saat proses kegiatan pembelajaran tengah berlangsung. Upaya peningkatan yang

dapat dilakuakn guru pada pertemuan berikutnya yaitu memastikan guru

mendampingi anak ketika menyusun rencana dan mengumpulkan informasi dan

tingkat kan interaksi dengan anak serta guru harus bisa memberikan motivasi pada

anak bisa dengan menggunakan kata-kata seperti semangat, kamu pasti bisa atau

dengan gerakan dan nyanyian semangat.

Pada aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik

karena pada aspek ini guru hanya malaksanakan 3 indikator. Upaya peningkatan

yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya yaitu guru harus

mengeraskan suara nya ketika sedang menjelaskan pembelajaran.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 4 dengan

kriteria sangat baik. Pada aspek ini guru sudah melaksanakan semua indicator

135
yang ada di rubric aktivitas guru, guru mengontrol anak dalam memasang

potongan puzzle sesuai bentuk, warna dan ukuran, guru mendampingi anak

memasang potongan puzzle sesuai bentuk, warna dan ukuran, guru membantu

anak yang kesulitan dan guru memastikan anak mengerjakan tugas dengan baik.

Maka dari itu guru mendapatkan skor maksimal (4). Sehingga upaya peningkatan

yang dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah dengan mempertahankan

skor yang sudah didapatkan.

Pada aspek guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 4 dengan krteria sangat baik. Pada aspek ini guru sudah

melaksanakan semua indikator yang ada di dalam rubrik aktivitas guru, guru

membimbing anak untuk tertib saat membaca hasil diskusi, memastikan semua

kelompok mendapatkan giliran membaca hasil diskusi, memberikan pujian pada

anak dan mengumpulkan semua karya anak. Maka dari itu guru mendapatkan skor

maksimal (4). Sehingga upaya peningkatan yang dilakukan guru pada pertemuan

berikutnya adalah dengan mempertahankan skor yang sudah didapatkan.

Pada aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 2 dengan kriteria

cukup karena guru hanya melaksanakan 2 indikator. Pada aspek ini guru sudah

mengarahkan anak untuk duduk rapi pada tempatnya dan mendampingi anak

melakukan evaluasi mengenai kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan tadi.

Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah

dengan memperhatikan bahasa yang digunakan pada anak, gunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh anak dan buat semenarik mungkin sehingga anak akan

136
merasa tertarik dan mau untuk fokus, berikan ruang pada anak agar dapat

memberikan pendapat maupun kesan nya mengenai kegiatan yang sudah

terlaksana tadi.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini terjadi karena guru

sudah melaksanakan hampir semua indikator yang ada pada rubrik aktivitas guru,

serta sudah memperbaiki dari pertemuan yang sebelumnya. Tetapi tidak semua

indikator terlaksana oleh guru yakni guru belum melakukan tanya jawab berasma

anak untuk membahas mengenai pembelajaran tadi. Upaya peningkatan yang

dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah melakukan tanya jawab

bersama anak menggunakan bahasa yang mudah dipahai anak.

Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 29 dengan kriteria “Baik”. Hal ini dikarenakan masih ada

tahapan-tahapan mengajar yang kurang maksimal dilakukan oleh guru,

kekurangan tersebut perlu untuk diperbaiki sebagai tindak lanjut dalam rangka

peningkatan aktivitas guru dalam pembelajaran pertemuan selanjutnya. Upaya

peningkatan yang dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah dengan lebih

memperhatikan bahasa yang digunakan ketika menjelaskan kepada anak, gunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan dengan suara yang lantang, berikan

anak motivasi ketika lagi mengejerkan suatu kegiatan.

2) Aktivitas Anak

Berdasarkan hasil observasi aktivitas anak untuk pertemuan 2 yang telah

dipaparkan sebelumnya, aktivitas anak pada pertemuan ini masih belum bisa

dikatakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari keaktifan

137
anak secara klasikal yang mencapai 50% walaupun sudah ada peningkatan dari

pertemuan sebelumnya, akan tetapi hasil yang didapatkan masih belum mencapai

indikator keberhasilan aktivitas aanak yang seharusnya yaitu mencai ≥80% dari

total keseluruhan. Belum tercapainya aktivitas anak dikarenakan ada beberapa

aspek yang diperoleh anak dengan capaian “kurang” dan capaian “cukup”

sehingga hal ini mempengaruhi jumlah keseluruhan presentase dari semua anak

untuk mencapai kriteria “Aktif”.

Pada aspek petama yakni aktivitas anak menyimak penjelasan guru, dapat

dilihat pada tabel diatas masih ada beberapa anak yang mendapatkan presentase

nilai dengan kriteria kurang dan cukup. Hal ini terjadi karena guru kesulitan dalam

mengkondisikan agar anak fokus ketika guru sedang menjelaskan pembelajaran

sehingga mendapatkan hasil yang kurang masimal dengan skor 3. Hasil aktivitas

guru tersebut menyebabkan lumayan banyak anak yang mendapat kriteria kurang

dan cukup pada pertemuan kedua ini. Sehingga masih banyak kriteria yang harus

diperhatikan agar anak dapat mencapai indicator keberhasilan sesuai dengan yang

ditetapkan. Dalam hasil aktivitas anak berhasil mendapatkan kriteria “Aktif”

apabila anak mampu melaksanakan seluruh komponen yang ada di aspek pertama

yaitu anak menyimak penjelasan guru dengan mendapatkan skor 3 yang

berkriteria “Aktif”. Akan tetapi dapat dilihat pada bahwa masih lumayan banyak

anak yang mendapatkan skor kurang dan cukup. Jadi dapat dikatakan bahwa hal

ini terjadi karena kurang maksimalnya guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak

pada pertemuan berikutnya adalah sebaiknya guru mencoba untuk menggunakan

138
ajakan yang dapat menarik minat anak untuk fokus pada penjelasan guru, sehingga

guru lebih mudah untuk mengkondisikan anaknya.

Pada aspek kedua anak menyusun rencana pemecahan masalah dan

mengumpukan informasi. Pada aspek ini masih lumayan banyak anak yang

mendapat skor 42% dengan kriteria kurang dan 75% kriteria cukup. Dan belum

ada anak yang mendapat kriteria aktif. Hal ini terjadi karena masih kurangnya

interaksi guru pada saat membimbing anak dalam menyusun rencana dan

mengumpulkan informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan yang

dilaksanakan menjadi kurang aktif karena kurang nya aktivitas guru dalam

mendampingi anak menyusun rencana dan mengumpulkan informasi dalam

melaksanakan pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas anak pada pertemuan berikutnya adalah guru bisa perbanyak lagi

berinteraksi dengan anak saat membimbing, seperti lakukan tanya jawab dengan

anak, mengajak anak berdiskusi.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar yang sudah disiapkan guru.

Pada aspek ini sudah ada anak yg mendapat kriteria aktif sebanyak 33%.

Walaupun skor tersebut tidak banyak, tetapi terjadi peningkatan dari pada saat

pertemuan sebelumnya. Tetapi masih ada anak yang mendapat kriteria kurang

sebanyak 42%. Dan kriteria cukup sebanyak 25%. Hal ini dikarenakan ada

beberapa anak yang kurang melihat gambar yang sudah disediakan guru karena

tertupi dengan temannya. Dan juga gambar tersebut terlihat kecil. Maka dari itu

pada aspek ini perlu dikembangkan lagi pada pertemuan berikutnya. Upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak adalah dengan guru bisa

139
memprint gambar yang lebih besar sehingga anak akan mudah untuk melihatnya

dan tidak berdesakan.

Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pada aspek

ini sudah tidak anak yang mendapatkan kriteria kurang tetapi hampir semua anak

mendapatkan kriteria cukup dan aktif sebanyak 42% dan sangat aktif sebanyak

17%. Walaupun sudah ada anak yang mendapatkan kriteria aktif, tetapi hal itu

masih belum sesuai dengan kriteria aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka

dari itu aspek ini perlu dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan

kriteria yang sudah ditetapkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas anak pada pertemuan berikutnya adalah dengan guru bisa mengasah lagi

pengetahuan anak mengenai bentuk, warna dan ukuran bisa dengan tanya jawab,

diskusi dan menyanyi.

Pada aspek kelima anak memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran. Pada aspek ini anak yang mendapatkan kriteria kurang dan

aktif sebanyak 25%, dan kriteria sangat aktif sebanyak 42%. Walaupun sudah ada

anak yang mendapatkan kriteria aktif dan sangat aktif, tetapi hal itu masih belum

sesuai dengan kriteria aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek

ini perlu dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak pada

pertemuan berikutnya adalah guru bisa mengasah dan membimbing anak dalam

memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya. Biarkan

anak untuk banyak mencoba memasang potongan puzzle nya.

Pada aspek terakhir anak bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Aspek ini lumayan banyak anak

140
mendapatkan kriteria kurang sebanyak 25% dan kriteria cukup sebanyak 42%

serta anak yang mendapatkan kriteria aktif sebanyak 33%. Walaupun sudah ada

anak yang mendapatkan kriteria aktif, tetapi hal itu masih belum sesuai dengan

kriteria aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak pada

pertemuan berikutnya adalah guru harus aktif berinteraksi dengan anak, dan

membangun komunikasi yang bagus dengan anak serta gunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh anak.

3) Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan kognitif anak yang dilaksanakan pada

Pertemuan 2 belum berhasil karena masih belum mencapai indikator keberhasilan

≥80% dikarenakan masih ada 6 anak yang mencapai kriteria Mulai Berkembang

(MB) sebanyak 50%, 4 anak mencapai kriteria Berkembang Sesuai Harapan

(BSH) sebanyak 33% dan 2 anak mencapai Berkembang Sangat Baik (BSB)

sebanyak 17%. Berdasarkan hasil penelitian capaian perkembangan kognitif anak

yang dilakukan pada pertemuan 2. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk

memperbaiki kekurangan yang terjadi pada pertemuan selanjutny agar bisa

mendapatkan hasil yang optimal. Dan pada pertemuan berikutnya diharapkan

dapat meningkatkan perkembangan kognitif anak yang maish mencapai kriteria

rendah yaitu mulai berkembang (MB), agar perkembangan kognitif anak dapat

berkembang secara optimal.

Berdasarkan uraian diatas, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

hasil perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran

141
pada pertemuan berikutnya sehingga kegiatan dapat berjalan secara efektif dan

memberikan hasil yang optimal, yaitu sebagai berikut:

a) Guru harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak ketika

menjelaskan pembelajaran

b) Guru sebaiknya menggunakan suara yang lantang saat menjelaskan

pembelajaran

c) Menyiapkan gambar untuk pembelajaran yang lebih besar

d) Guru memberikan dorongan, semangat dan motiviasi pada anak yang

mengalami kesulitan ketika mengerjakan kegiatan tersebut

e) Guru memastikan anak sudah mengerjakan tugasnya dengan baik

3. Penelitian Pertemuan 3

Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2023. Skenario

tindakan pembelajaran terdari dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

(pengamatan) dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema dan subtema yang

disesuaikan untuk kegiatan eksploratif dan menyelidiki dengan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape.

Mempersiapkan media, bahan, alat pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran, membuat lembar observasi serta rubrik yang akan digunakan untuk

mengamati aktivitas guru dan anak dalam proses belajar mengajar serta membuat

lembar observasi berserta rubrik nya untuk mengamati hasil capaian

perkembangan anak.

142
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema

alat komunikasi dan subtema alat komunikasi cetak dengan topik majalah.

2) Menyiapkan media, bahan dan alat pembelajaran yang akan digunakan.

3) Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil

perkembangan anak.

4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD)

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Sabtu, 11 Maret 2023 mulai pukul 08.00-10.30 WITA di kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin. Tema pembelajaran pada pertemuan ketiga alat komunikasi, sub

tema alat komunikasi cetak dan dengan topik pembelajaran yaitu majalah.

1) Kegiatan awal

Pada awal kegiatan di pertemuan ketiga ini guru memasuki kelas kelompok

A2 kemudian merapikan meja dan kursi yang akan digunakan, menata dan

menyiapkan tempat untuk bermain jika anak sudah selesai mengerjakan tugasnya,

mempersiapkan media, alat dan bahan pembelajaran yang akan digunakan ketika

belajar mengajar nanti. Kemudian guru mengajak anak untuk duduk rapi dan

mengucapkan salam kepada anak lalu mempersiapkan anak untuk berdo’a

sebelum memulai kegiatan belajar dan membaca surah Al-Fatihah beserta artinya,

surah-surah pendek dan do’a harian yaitu do’a sebelum tidur dan do’a bangun

tidur.

Kemudian guru menanyakan kabar anak, dan melakukan presensi

kehadiran, setelah itu menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun. Guru

menyampaikan tema, subtema dan topik yang akan dipelajari hari ini yaitu tema

143
alat komunikasi, subtema alat komunikasi cetak dan topik nya adalah majalah.

Selanjutnya guru menetapkan aturan main dan menyepakati aturan saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memunculkan masalah mengenai bentuk, warna dan ukuran. Dengan memancing

anak untuk berpikir benda apa yang berbentuk persegi panjang, sambil

memperagakan bentuk persegi panjang. Setelah itu guru membagi anak menjadi

kelompok kecil. Dan memperlihatkan gambar 2 buah majalah yang berbeda

bentuk dan warna. Dan meminta anak untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar tersebut. Sambil anak menganalisa gambar guru menjelaskan mengenai

majalah, seperti apa saja isi majalah, bentuknya dan ciri khasnya.

Setelah itu guru melakukan tanya jawab mengenai majalah sebagai alat

komunikasi cetak. Contohnya seperti “ada yang tau ini gambar apa?”, “siapa yang

pernah melihat majalah?”, “seperti apakah bentuk majalah, apakah segitiga?atau

lingkaran seperti bentuk kipas yang ada dinding?”, “ada yang tau gambar majalah

ini berwarna apa?”, “apakah berwarna biru seperti air laut, atau kuning?seperti

matahari?”. Membandingkan gambar ukuran majalah seperti “antara gambar

majalah ini dengan ini yang mana yang lebih besar?”.

Melalui beberapa pertanyaan dari guru tanyakan tadi, anak mendapat dan

mengumpulkan informasi. Kemudian guru mendorong anak untuk bertanya

mengenai gambar dan pembelajaran hari ini serta memastikan anak paham

mengenai gamabar tersebut.

144
Kemudian guru mendampingi anak untuk mengumpulkan informasi yang

diperlukan mengenai bentuk, warna dan ukuran yang akan digunakan untuk

kegiatan selanjutnya. Selanjutnya guru mendampingi semua kelompok untuk

menyusun pemecahan masalah untuk kegiatan selanjutnya.

Setelah itu masing-masing kelompok mengerjakan LKPD yang sudah

disiapkan. Ada kelompok yang mengerjakan LKPD dan ada juga ada kelompok

yang memainkan media puzzle shape yang sudah disiapkan dan dibeirkan kepada

tiap kelompok. Untuk kelompok yang mengerjakan LKPD bisa langsung

mengerjakannya. Dan bagi kelompok yang memainkan media akan didampingi

oleh guru.

Setelah memastikan kelompok mendapat media nya guru menjelaskan cara

penggunaan nya. Memasang potongan puzzle nya dilakukan secara individu

terlebih dahulu, setelah itu kelompok anak memasang potongan puzle dengan cara

bekerja sama untuk memasangnya. Guru menjelaskan cara menggunakan media

puzzle shape pada anak yaitu ambil potongan puzzle misal yang berbentuk

lingkaran dengan warna kuning dan ukuran nya yang besar maka susun juga di

tempat yang berbentuk lingkaran dengan warna kuning dan ukuran yang besar.

Lakukann hal tersebut beberapa kali tetapi dengan menggunakan potongan puzzle

yang berbeda-beda. Dan beri tahukan pada anak bahwa semuaa potongan puzzle

terpasang dengan benar sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya.

Setelah itu pastikan anak mengengerti cara mainnya, dan anak paham

bagaimana cara memasangnya. Kemudian guru membiarkan masing-masing anak

di dalam kelompok untuk memasang potongan puzzle secara bergiliran. Jika

145
semua anak di dalam kelompok sudah mencoba memasang potongan puzzle maka

biarkan kelompok tersebut menyusun potongan puzzle dengan cara bekerja sama.

Saat anak bekerja sama untuk memasang potongan puzzle guru

mendampingi, dan mengontrol anak dalam memasang potongan puzzle. Dan jika

ada anak yang mengalami kesulitan guru bisa langsung membantu anak terebut

dalam memasang potongan puzzle. Dan juga guru memastikan anak untuk

mengerjakan tugas nya dengan baik.

Kelompok anak yang sudah memainkan puzzle shape bisa bergantian

dengan kelompok yang mengerjakan LKPD, jadi bertukar kegiatan. Kelompok

yang sebelum nya mengejakan LKPD maka bertukar dengan kelompok yang

sudah memainkan media puzzle shape.

Selama anak mengerjakan LKPD dan memasang potongan puzzle, guru

memberikan motivasi untuk menyelesaikan sampai akhir. Jika semua kelompok

sudah memainkan media puzzle shape dan mengerjakan LKPD nya maka boleh

bermain ditempat yang sudah ditata dan disiapkan oleh guru.

3) Istirahat

Guru mengajak anak untuk membereskan mainan nya, setelah itu mengajak

anak untuk duduk rapi kemudian bernyanyi bersama-sama dan berdo’a bersama-

sama sebelum makan dan minum. Setelah itu masing-masing anak mencuci

tangan mereka dan memakan bekal yang sudah dibawa dari rumah. Setelah semua

anak selesai makan dan bermain bebas diluar, guru mengajak anak untuk duduk

dan membaca do’a setelah makan dan minum.

146
4) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, guru memastikan anak sudah duduk dengan rapi.

Secara tertib guru membimbing masing-masing tiap kelompok untuk maju

kedapan kelas secara bergiliran dan bergantian untuk menunjukan hasil ketika

memasang potongan puzzle shape yang sudah dikerjakan secara bekerja sama tadi

lalu membacakan hasilnya. Tiap kelompok yang maju guru memberikan apresiasi

dan pujian pada anak karena sudah berani maju dan mau membacakan hasil

kejaannya tadi. Setelah guru memastikan semua kelompok anak sudah maju

kedepan kelas dan menunjukkan hasil kerjaan memasang media puzzle shape serta

membacakan hasil kerjanya guru mengumpulkan semua media puzzle shape yang

sudah dikerjakan oleh anak.

Guru mengarahkan anak untuk duduk rapi lagi lalu membimbing anak

melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi. Dan bertanya pada anak bagaimana

perasaaan nya ketika mengerjakan media tadi secara kerja sama dengan teman

nya.

Lalu guru mengajak anak untuk berdikusi menegnai pembelajaran hari ini

dan guru bersama anak membuat kesimpulan pembelajaran hari ini. Guru

menginformasikan kegiatan esok hari dan mengakhiri kegiatan pada hari ini

setelah itu berdo’a bersama anak seblum pulang dan menyanyikan lagu-lagu

secara bersama-sama dan mengucapkan salam.

147
c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer terhadap aktivitas

guru yang dilaksanakan di TK Idhata II Banjarmasin pada Kelompok A2 pada

pertemuan ketiga dengan kegiatan pembelajaran memggunakna kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape

sebagai berikut:

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3

Skor/Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
1. 3
memunculkan permasalahan
2. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil 3
Guru mempersiapkan & menempel gambar di papan
3. 3
tulis sesuai tujuan pembelajaran
Guru memberi kesempatan pada anak untuk
4. 3
memperhatikan dan menganalisa gambar
Guru mendampingi anak menyusun rencana
5. penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi 3
serta data yang diperlukan
Guru membagikan media puzzle shape di tiap
6. 3
kelompok dan mencontohkan cara penggunaannya
Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang
7. potongan puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan 3
ukuran
Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian
8. karya dengan memberi kesempatan tiap kelompok 3
membaca hasil diskusi dan dikumpulkan
Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk
9. memeriksa dan mengevaluasi kegiatan yang sudah 3
dilakukan
Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan
10. 3
pembelajaran
JUMLAH TIAP SKOR 0 0 30 0
JUMLAH SKOR KESELURUHAN 30
KRITERIA Baik

148
Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 3 dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dalam mengembangkan kognitif anak

pada kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran di Kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin mendapatkan skor 30 dengan kriteria “Baik”. Hasil pengamatan

terhadap aktivitas guru dengan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape, yaitu:

Aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru telah

menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan masalah yang mudah

dipahami oleh anak. Namun guru belum melaksanakan indicator menyiapkan

anak untuk duduk rapi. Hal ini berarti guru belum mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru karena masih ada satu indikator

yang belum terlaksana oleh guru.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil mendapat skor 3

dengan kriteria “baik”, karena saat membagi kelompok anak guru hanya membagi

nya secara heterogen dan tidak sesuai susunan duduk kelompok. Namun pada

aspek ini guru belum bisa membagi anak sesuai susun duduk kelompok karena

agar anak dapat berteman dengan siapa saja tanpa memandang status dan lain hal.

Pada aspek ini guru belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam

rubrik aktivitas guru karena masih ada satu indicator yang belum terlaksana oleh

guru.

Pada aspek mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai

dengan tujuan pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini

149
terjadi karena guru belum memastikan apakah gambar yang sudah ditempel dapat

terlihat jelas oleh anak. Karena anak masih ada yg kurang melihat gambar yang

sudah ditempel. Hal ini berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan

dan menganalisa gambar, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik karena guru

hanya mengarahkan anak untuk menganalisa gambar dan memastikan anak

memahami gambar tersebut serta memastikan semua anak sudah dapat melihat

gambar dengan jelas. Hal ini terjadi karena pada pertemuan sebelumnya ada

beberapa anak yang kurang jelas melihat gambar yang ditempel oleh guru. Maka

dari itu pada pertemuan ini guru sudah menyediakan gambar yang lumayan besar,

agar anak lebih mudah untuk melihat. Pada aspek ini berarti guru masih belum

mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh

skor 3 dengan kriteria baik. Guru sudah mendampingi semua anak dalam

menyusun rencana dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan

dengan mengajak anak untuk berinteraksi lebih serta memberikan dorongan,

motivasi pada anak yang mengalami kesulitan saat guru mendampingi anak untuk

menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi serta data

yang diperlukan. Pada spek ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal

(4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik

150
karena pada aspek ini guru hanya malaksanakan 3 indikator. Pada aspek ini guru

belum menjelaskan cara penggunaan media puzzle shape dengan suara yang

lantang. Hal ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara

keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 3 dengan

kriteria baik. Guru sudah mengontrol dan mendampingi anak dalam memasang

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya serta sudah memastikan anak

mengerjakan tugas dengan baik. Hanya saja guru belum membantu anak yang

mengalami kesulitan, tetapi hanya mengarahkan saja. Hal ini berarti guru masih

belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas

guru.

Aspek guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 3 dengan krteria baik. Guru sudah memastikan semua kelompok

anak mendapatkan gilirannya untuk membacakan hasil diskusinya dan

memberikan pujian pada anak serta mengumpulkan karya menyusun puzzle.

Hanya saja guru belum membimbing anak untuk tertib ketika membaca hasil

diskusi, karena masih ada sebagian anak yang bermain, dan berbicara dengan

temannya. Hal ini berarti guru masiih belum mencapai skor maksimal (4) secara

keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 3 dengan kriteria

bai. Guru sudah mengarahkan anak untuk duduk rapi dan mendampingi anak

151
melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari ini dengan

menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak. Hanya saja guru kurang

memberikan anak untuk berpendapat dan memberikan kesan mengenai kegiatan

yang sudah dilaksanakan tadi. Hal ini berarti guru masiih belum mencapai skor

maksimal (4) secara keseluruhan dalam rubrik aktivitas guru.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini terjadi karena guru

sudah melaksanakan hampir semua indikator yang ada pada rubrik aktivitas guru,

serta sudah memperbaiki dari pertemuan yang sebelumnya. Walaupun masih ada

indikator yang belum terpenuhi yakni mengajak anak untuk berdiskusi

mengajukan pendapat mengenai pembelajaran pada hari ini. tetapi ada. Hal ini

berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan dalam

rubrik aktivitas guru.

Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 30 dengan kriteria “Baik”. Hal ini berarti perolehan yang

didapatkan guru sudah memberikan hasil yang sesuai dan mencapai indicator

keberhasilan yang ditetapkan yaitu “Baik”. Namun alangkah baiknya lagi jika

melebihidari hasil yang ditetapkan. Agar aktivitas guru menjadi lebih baik.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak

mengikuti proses belajar mengajar dikelas menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape pada

pertemuan 3 dapat disajikan pada table berikut:

152
Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 3

Kriteria
Aspek yang Sangat
No Kurang/1 Cukup/2 Aktif/3
Diamati Aktif/4
F % F % F % F %
1. Aspek 1 0 0 6 50% 3 25% 3 25%
2. Aspek 2 0 0 6 50% 2 17% 4 33%
3. Aspek 3 0 0 1 8% 11 92% 0 0
4. Aspek 4 0 0 2 17% 3 25% 7 58%
5. Aspek 5 0 0 6 50% 1 8% 5 42%
6. Aspek 6 2 17% 6 50% 4 33% 0 0

Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini

Berdasarkan pengamatan pada tabel observasi aktivitas anak pada

pertemuan 3 yakni pada aspek petama yakni aktivitas anak menyimak penjelasan

guru, terlihat pada tabel 50% anak sudah mendapat kriteria aktif dan sangat aktif.

Hal ini terlihat bahwa anak sudah mampu saat menyimak penejalasan guru.

Hanya saja 50% anak lainnya mendapat kriteria cukup yang artinya disini masih

perlu ditingkatkan lagi agar hasil yang dicapai pada pertemuan berikutnya sudah

mendapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Adanya anak yang

masih mendapatkan kriteria kurang karena guru ketika menjelaskan

pembelajaran suaranya kurang lantang, hal ini mengakibatkan hanya sebagian

anak saja yang dapat mendengar, ditambah lagi ada anak yang masih bermain

dan bercanda dengan temannya. Sehingga hanya sebagian anak saja yang dapat

mendengar.

153
Pada aspek kedua anak menyusun rencana pemecahan masalah dan

mengumpukan informasi. Pada aspek ini masih lumayan banyak anak yang

mendapat skor 50% dengan kriteria cukup dan 17% kriteria aktif. Dan skor 33%

kriteria sangat aktif. Setengeh dari anak masih mendapatkan kriteria cukup

karena masih kurangnya interaksi guru pada saat membimbing anak dalam

menyusun rencana dan mengumpulkan informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa

kegiatan yang dilaksanakan menjadi kurang aktif karena kurang nya aktivitas

guru dalam mendampingi anak menyusun rencana dan mengumpulkan informasi

dalam melaksanakan pembelajaran.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar yang sudah disiapkan guru.

Pada aspek ini sudah ada lumayan banyak anak yg mendapat kriteria aktif

sebanyak 92% dan anak yang mendapat kriteria cukup sebanyak 8%. Walaupun

begitu aspek ini masih harus dipertahankan agar tidak menurun dan jika bisa

meningkat lagi menjadi kriteria sangat aktif pada aspek ini.

Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pada aspek

ini sudah tidak anak yang mendapatkan kriteria kurang tetapi hampir semua anak

mendapatkan kriteria sanagat aktif sebanyak 58% dan anak yang medapat

kriteria aktif sebanyak 25% serta kritea kurang sebanyak 17%. Dari paparan

tersebut terlihat sudah banyak ana yang sangat aktif. Namun hal ini masih belum

mencapai indicator keberhasil aktivitas anak yang sudah ditetapkan Maka dari

itu aspek ini masih perlu ditingkatkan lagi pada pertemuan berikutnya.

Pada aspek kelima anak memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran. Pada aspek ini anak yang mendapatkan kriteria cukup

sebanyak 50%, anak yang mendapat kriteria aktif sebanyak 8% dan anak yang

154
mendapatkan kriteria sangat aktif sebanyak 42%. Walaupun ada anak yang

mendapatkan kriteria aktif dan sangat aktif, tetapi hal itu masih mencapai

indicator keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek

ini perlu dikembangkan pada pertemuan berikutnya agar hasil nya dapat sesuai

dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

Pada aspek terakhir anak bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Aspek ini lumayan banyak anak yang

sudah mendapatkan kriteria kurang sebanyak 17%, anak yang mendapatkan

kriteria cukup sebanyak 50% dan kriteria aktif sebanyak 33%. Walaupun sudah

ada anak yang mendapatkan kriteria aktif, tetapi hal itu masih belum mencapai

indicator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa aspek-aspek

tersebut perlu mendapat peningkatan lebih sehingga pada setiap aspeknya dapat

mencapai presentase tertinggi dengan perolehan skor 4 (sangat aktif).

Gambar 4.7 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 3

100% 92%
90%
80%
70%
58.3%
60% 50% 50% 50% 50%
50% 42%
40% 33% 33%
30% 25%
25% 25%
17% 17% 17%
20%
8% 8%
10% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0
0%
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

155
Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini.

Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 3

No. Kriteria Frekuensi Presentase


1. Sangat Aktif 5 42%
2. Aktif 5 42%
3. Cukup 2 17%
4. Kurang 0 0
Presentase Klasikal (SA+A) 83%
Kriteria Hampir Seluruh Anak Aktif

Berdasrkan tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase aktivitas anak secara

klasikal dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan 3 rata-rata aktivitas anak 5

anak dengan presentase 42% dengan capaian kriteria “Sangat Aktif”, kemudia

sebanyak 5 anak dengan presentase 42% dengan capaian kriteria “Aktif” dan 2

nak dengan presentase 17% dengan capaian kriteria “cukup”. Jika presentase ini

dibandingkan dengan indikator keberhasilan aktivitas anak yang telah ditetapkan

guru, maka kegiatan pembelajaran pada pertemuan 3 ini jauh meningkat dari pada

pertemuan sebelumnya dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah

ditetapkan yaitu ≥82% berada pada kategori hampir seluruh anak aktif. Namun

pada pertemuan berikutnya aktivitas anak ini dapat lebih meningkat lagi.

156
3) Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak mengikuti

proses pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape pada pertemuan 3 dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.19 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3

Aspek yang BB MB BSH BSB Jumlah


No
Diamati F % F % F % F % %
Anak mampu
1. 0 0 3 25% 9 75% 0 0 100%
mengenal bentuk
Anak mampu
2. 0 0 4 33% 8 67% 0 0 100%
mengenal warna
Anak mampu
3. 0 0 3 25% 9 75% 0 0 100%
mengenal ukuran
Anak mampu
menganalisa
4. 2 17% 5 42% 5 42% 0 0 100%
gambar yang
disiapkan guru
Anak mampu
mengelompokka
5. potongan puzzle 0 0 5 42% 4 33% 3 25% 100%
sesuai bentuk,
warna dan ukuran

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan mengenal bentuk, warna dan ukuran yang

dilakukan pada pertemuan 3.

Pada aspek mengenal bentuk, 3 anak memperoleh presentase 25% pada

kriteria (MB) karena anak mulai mampu mengelompokkan bentuk, namum masih

dalam bimbingan guru dan perlu diberikan rangsangan lagi. Karena pada aktivitas

guru dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah

kriteria guru masih kurang, dan belum maksimal karena guru belum mampu

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat 9 anak

157
memperoleh presentase 75% pada kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah

mampu untuk mengelompokkan bentuk yang sesuai. Walaupun terdapat anak

yang mendapat kriteria BSH namun hal ini belum mencapai indikator

keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Pada aspek mengenal warna, 4 anak memperoleh presentase 33% pada

kriteria (MB), dikarenakan anak belum mampu dalam mengelompokkan warna

dengan benar namun masih perlu stimulas oleh guru. Hal ini karena aktivitas guru

dalam mendampingi anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kriteria

guru masih kurang, dan belum maksimal karena guru belum mampu

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Terdapat 8 anak

dengan presentase 67% yang memperoleh kriteria (BSH) hal ini karena anak

sudah mampu dalam mengelompokkan warna dengan benar. Walaupun terdapat

anak yang mendapat kriteria BSH namun hal ini belum mencapai indikator

keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Pada aspek mengenal ukuran, terdapat 3 anak dengan presentase 25% yang

berkriteria (MB) karena ketika mengelompokkan ukuran besar dan kecil anak

masih belum mampu dalam membedekannya. Aktivitas guru dalam mendampingi

anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah kriteria guru masih kurang,

dan belum maksimal lagi karena guru belum mampu menggunakan bahasa yang

jelas dan mudah dimengerti oleh anak. Ada 9 anak dengan presentase 75% yang

memperoleh kriteria (BSH) hal ini karena anak sudah mampu dalam

mengelompokkan ukuran besar dan kecil dengan benar. Walaupun terdapat anak

158
yang mendapat kriteria BSH namun hal ini belum mencapai indikator

keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Pada aspek menganalisa gambar yang disiapkan guru, terdapat 2 anak

memperoleh presentase 17% dengan kriteria (BB), 5 anak yang memperoleh

presentase 42% dengan ktriteria (MB) hal ini karena ada beberapa anak yang

masih belum tertib ketika guru sedang menjelaskan, ada yang masih bercanda dan

berbicara dengan temannya, serta suara guru kurang lantang ketika mengarahkan

anak untuk menganalisa gambar. Hal itu terjadi karena aktivitas guru belum

mampu dalam memastikan apakah anak sudah mengerti dan paham mengenai

gambar tersebut. Pada aspek ini sudah ada anak yang mencapai kriteria (BSH)

sebanyak 5 anak dengan presentase 42%. Namun hal ini belum mencapai indikator

keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Pada aspek terakir anak mengelompokkan potongan puzzle sesuai bentuk,

warna dan ukuran, ada 2 anak memperoleh presentase 17% yang berkriteria (MB)

dikarenakan anak masih perlu bimbingan guru ketika menyusun puzzle. Hal ini

juga dikarenakan aktivitas guru dengan kategori baik namun masih belum

maksimal karena guru belum hanya mengarahkan anak yang mengalami kesulitan.

Dan terdapat 7 anak dengan presentase 58% berkriteria (BSH). Walaupun terdapat

anak yang mendapat kriteria BSH namun hal ini belum mencapai indikator

keberhasilan aktivitas anak yang sudah ditetapkan maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan pada saat pertemuan berikutnya.

Berikut adalah grafik hasil perkembangan kognitif anak perkembangan 3:

159
Gambar 4.8 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3

80% 75% 75%


70%
60%
50% 42% 42%42% 42%
40% 33% 33%
30% 25% 25% 25%
20% 17%

10%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%
Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu
mengenal bentuk mengenal warna mengenal ukuran menganalisa mengelompokkan
gambar yang potongan puzzle
disiapkan guru sesuai bentuk,
warna dan ukuran

BB MB BSH BSB

Tabel 4.20 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 3

Jumlah
No Hasil Perkembangan Presentase
Anak
1. Belum Berkembang (BB) 0 0%
2. Mulai Berkembang (MB) 2 17%
3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 6 50%
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 4 33%
Jumlah 12 100%
Jumlah Kriteria BSH dan BSB 10
Presentase 83%
Kriteria Berkembang Sangat Baik

Berdasrkan tabel tersebut hasil perkembangan kognitif anak yang

dilaksanakan pada pertemuan 3 sudah bisa dikatakan berhasil karena sudah

mencapai indikator keberhasilan ≥80%, yaitu 2 anak dengan presentase 17%

mulai berkembang (MB), 6 anak dengan presentase 50% berkembang sesuai

harapan (BSH) dan 4 anak dengan presentase 33% berkembang sangat baik

(BSB).

160
Tabel 4.21 Presentasse Perkembangan Klasikal Pertemuan 3

Pertemuan 3
Tingkat Capaian Perkembangan
No Jumlah
Perkembangan % Belajar
Anak
1. ≤ MB 2 17% Mulai Berkembang
Berkembang Sesuai
2. ≥ BSH 10 83%
Harapan

Berikut disajikan hasil perkembangan anak dalam aspek kognitif secara

klasikal.

Gambar 4.9 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 3

HASIL PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SECARA


Mulai KLASIKAL
Berkembang
17%
Berkembang
Sesuai Harapa
83%

d. Refleksi pertemuan 3

Berdasarkan hasil temuan data observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

hasil capaian perkembangan kognitif anak pada pertemuan 3 menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shpe direfleksikan sebagai berikut:

161
1) Aktivitas Guru

Pada aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru sudah menyampaika

tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh anak. Tetapi guru belum menyiapkan anak untuk duduk dengan

rapi. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya

adalah guru harus lebih mempersipkan anak agar duduk rapi sebelum memulai

kegiatam pembelajaran.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil mendapat skor 3

dengan kriteria “baik”, karena saat membagi kelompok anak guru hanya membagi

nya secara heterogen dan tidak sesuai susunan duduk kelompok. Namun pada

aspek ini guru belum bisa membagi anak sesuai susun duduk kelompok karena

agar anak dapat berteman dengan siapa saja tanpa memandang status dan lain hal.

Pada pertemuan berikutnya, guru bisa mencoba membagi anak kelompok anak

sesuai dengan tempat duduk. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada

pertemuan berikutnya adalah guru harus lebih memperhatikan susunan duduk

anak agar anak bisa lebih fokus ketika guru sedang menjelaskan.

Pada aspek guru mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai

dengan tujuan pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru sudah

menyiapkan gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menempelkan nya

dipapan tulis, dan memberikan petunjuk mengenai gambar tersebut. Namum guru

belum memastikan apakah gambar tersebut sudah cukup dilihat oleh semua anak

Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah

guru harus lebih perhatian dan peka terhadap keterlaksanaan pembelajaran mulai

162
dari alat dan bahannya, dan memastikan semua anak dapat melihat dengan jelas

gambar yang sudah disiapkan oleh guru.

Pada aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan

dan menganalisa gambar, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru sudah

memastikan semua anak dapat melihat gambar yang sudah disiapkan sebelum

guru meminta anak untuk menganalisa gambar tersebut, guru juga sudah

mengarahkan dan memastikan apakah anka sudah mengerti mengenai gambar

tersebut. Namun guru kurang mengajak anak untuk mengalisa gambar, sehingga

masih ada anak yang bermain dan bercanda dnegan temannya. Upaya peningkatan

yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah guru dapat

menggunakan berbagai macam cara yang menarik agar anak tertarik untuk

memperhatikan dan menganalisa gambar tersebut.

Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh

skor 3 dengan kriteria baik. Guru sudah mendampingi anak untuk menyusun

rencana dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, serta sudah

memberikan motivasi pada anak yang sedang mengalami kesulitan dalam

menyusun rencana pemecahan masalah. Hanya saja guru masih belum mampu

untuk mengajak semua agar mau menyusun rencana penyelesan masalah dan

mengumpulkan informasi, sehingga masih ada anak yang bermain dan bercanda

dengan temannya. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan

berikutnya adalah guru dapat menggunakan berbagai macam cara yang menarik

agar anak tertarik untuk memperhatikan dan menganalisa gambar tersebut.

163
Pada aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik.

Guru sudah membagikan media puzzle shape pada tiap kelompok, dan

memastikan semua kelompok dapat media tersebut, guru sudah menjelaskan cara

penggunaan media tersebut. Namun menjelaskan nya belum menggunakan suara

lantang. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan

berikutnya adalah dengan mengeraskan suara ketika sedang menjelaskan ketika

proses belajar mengajar berlangsung.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran memperoleh skor 3 dengan

kriteria baik. Guru sudah mengontrol dan mendampingi anak dalam memasang

potongan puzzle dan memastikan anak untuk mengerjakan tugasnya. Hanya saja

jika ada anak yg kesulitan guru hanya mengarahkan anak nya saja. Upaya

peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah guru

bisa membantu anak jika anak mengalami kesulitan saat proses belajar mengajar

berlangsung.

Pada aspek (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan

memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Guru sudah memastikam semua kelompk

mendapat giliran membcakan hasil diskusi, memberikan anak pujian karena telah

melakukan yang terbaik dalam menyelesaikan tugasnya, setelah itu

mengumpulkan semua hasil menyusun puzzle. Hanya saja guru belum

membimbing anak untuk tertib saat membaca hasil diskusi. Hal ini karena ada

beberapa anak yang masih bercanda, dan bermain dengan temannya yang lain.

164
Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah

guru bisa membimbing anak duduk yang rapi terlebih dahulu dengan diiringi lagu

nyanyian yang dapat membuat anak semangat.

Aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 3 dengan kriteria

baik. Guru telah mengarahkan anak duduk rapi, mendampingi melakuakn evluasi

bersama anak mengenai kegiatan yang sudah dilaksanakan tadi menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh anak. Hanya saja guru belum memberikan

ruang pada anak untuk berpendapat dan memberikan kesan mengenai kegiatan

tadi. Upaya peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya

adalah berikan ruang pada anak agar dapat memberikan pendapat maupun kesan

nya mengenai kegiatan yang sudah terlaksana tadi.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini terjadi karena guru

sudah melaksanakan hampir semua indikator yang ada pada rubrik aktivitas guru,

serta sudah memperbaiki dari pertemuan yang sebelumnya. Tetapi tidak semua

indikator terlaksana oleh guru yakni guru belum mengajak anak untuk berdiskusi

mengajukan pendapat mengenai pembelajaran pada hari ini tadi. Maka dari Upaya

peningkatan yang dapat dilakukan guru pada pertemuan berikutnya adalah guru

mengajak anak untuk berdiskusi mengajukan pendapat mengenai apa saja

pembelajaran pada hari ini.

Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 30 dengan kriteria “Baik”. Hal ini dikarenakan masih ada

tahapan-tahapan mengajar yang kurang maksimal dilakukan oleh guru,

165
kekurangan tersebut perlu untuk diperbaiki sebagai tindak lanjut dalam rangka

peningkatan aktivitas guru dalam pembelajaran pertemuan selanjutnya. Upaya

peningkatan yang dapat dilakukan kedepannya oleh guru adalah dengan

melantangkan suara jika sedang menjelaskan, guru harus lebih aktif pada anak

seperti melakukan diskusi, membantu anak yang mengalami kesulitan, serta

memberikan ruang pada anak untuk menyampaikan pendat dan kesan nya setelah

melakukan kegiatan pada hari ini.

2) Aktivitas Anak

Berdasarkan hasil observasi aktivitas anak untuk pertemuan 3 yang telah

dipaparkan sebelumnya, aktivitas anak pada pertemuan ini masih sudah bisa

dikatakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari keaktifan

anak secara klasikal yang mencapai 83% dan indikator keberhasilan aktivitas anak

klasikal yaitu mencai ≥82% dengan hampir seluruh anak aktif.

Pada aspek petama yakni aktivitas anak menyimak penjelasan guru, dapat

dilihat pada tabel diatas bahwa 50% anak sudah mendapat kriteria aktif dan sangat

aktif. Hal ini terlihat bahwa anak sudah mampu saat menyimak penejalasan guru.

Hanya saja 50% anak lainnya mendapat kriteria cukup yang artinya disini masih

perlu ditingkatkan lagi agar hasil yang dicapai pada pertemuan berikutnya sudah

mendapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Adanya anak yang masih

mendapatkan kriteria kurang karena guru ketika menjelaskan pembelajaran

suaranya kurang lantang, hal ini mengakibatkan hanya sebagian anak saja yang

dapat mendengar, ditambah lagi ada anak yang masih bermain dan bercanda

dengan temannya. Sehingga hanya sebagian anak saja yang dapat mendengar.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak adalah ketika

166
menjelaskan sebaiknya guru menggunakan suara yang lantang agar anak

mendengar dan mengkondisikan anak agar tertib ketika belajar.

Pada aspek kedua anak menyusun rencana pemecahan masalah dan

mengumpukan informasi. Pada aspek ini masih lumayan banyak anak yang

mendapat skor 50% dengan kriteria cukup dan 16% kriteria aktif. Dan skor 33%

kriteria sangat aktif. Setengeh dari anak masih mendapatkan kriteria cukup karena

masih kurangnya interaksi guru pada saat membimbing anak dalam menyusun

rencana dan mengumpulkan informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan yang

dilaksanakan menjadi kurang aktif karena kurang nya aktivitas guru dalam

mendampingi anak menyusun rencana dan mengumpulkan informasi dalam

melaksanakan pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

aktivitas anak adalah guru harus lebih dapat berinteraksi dengan anak secara aktif,

sehingga anak juga akan menjadi aktif, ketika gurunya aktif.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar yang sudah disiapkan guru.

Pada aspek ini sudah ada lumayan banyak anak yg mendapat kriteria aktif

sebanyak 92% dan anak yang mendapat kriteria cukup sebanyak 8%. Walaupun

begitu aspek ini masih harus dipertahankan agar tidak menurun dan jika bisa

meningkat lagi menjadi kriteria sangat aktif pada aspek ini. Upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak dengan mempertahankan kriteria

tersebut atau bahkan meningkatkan nya dengan cara guru harus lebih maksimal

lagi dalam membimbing anak dalam menganalisa gambar.

Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pada aspek

ini sudah tidak anak yang mendapatkan kriteria kurang tetapi hampir semua anak

mendapatkan kriteria sanagat aktif sebanyak 58% dan anak yang medapat kriteria

167
aktif sebanyak 25% serta kritea kurang sebanyak 17%. Dari paparan tersebut

terlihat sudah banyak anak yang sangat aktif. Namun hal ini masih belum

mencapai indicator keberhasil aktivitas anak yang sudah ditetapkan, maka dari itu

aspek ini masih perlu ditingkatkan lagi pada pertemuan berikutnya. Upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak adalah dengan

mempertahankan kriteria tersebut atau bahkan meningkatkan nya dengan cara

guru harus lebih maksimal lagi dalam membimbing anak dalam menganalisa

gambar.

Pada aspek kelima anak memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran. Pada aspek ini anak yang mendapatkan kriteria cukup sebanyak

50%, anak yang mendapat kriteria aktif sebanyak 8% dan anak yang mendapatkan

kriteria sangat aktif sebanyak 42%. Walaupun ada anak yang mendapatkan

kriteria aktif dan sangat aktif, tetapi hal itu masih mencapai indicator keberhasilan

aktivitas anak yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek ini perlu dikembangkan

pada pertemuan berikutnya agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak

dengan mempertahankan kriteria tersebut atau bahkan meningkatkan nya dengan

cara guru harus lebih maksimal lagi dalam membimbing anak dalam menganalisa

gambar.

Pada aspek terakhir anak bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Aspek ini lumayan banyak anak yang

sudah mendapatkan kriteria kurang sebanyak 17%, anak yang mendapatkan

kriteria cukup sebanyak 58% dan kriteria aktif sebanyak 33%. Walaupun sudah

ada anak yang mendapatkan kriteria aktif, tetapi hal itu masih belum mencapai

168
indicator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Maka dari itu aspek ini perlu

dikembangkan lagi agar hasil nya dapat sesuai dengan kriteria yang sudah

ditetapkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas anak

adalah dengan mempertahankan kriteria tersebut atau bahkan meningkatkan nya

dengan cara guru harus lebih maksimal lagi dalam membimbing anak dalam

menganalisa gambar.

3) Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan kognitif anak yang dilaksanakan pada

pertemuan 3 sudah bisa dikatan mencapai indikator keberhasilan yakni ≥80%,

yaitu 2 anak dengan presentase 17% Mulai Berkembang, 6 anak dengan presentas

50% Berkembang Sesuai Harapan dan 4 anak dengan presentase 33%

Berkembang Sangat Baik. Biarpun sudah mencapai indicator keberhasilan tetapi

tetap dilakukan penelitian lanjutan agar hasil capaian perkembangan kognitif anak

dapat meningkat secara optimal.

Berdasarkan uraian diatas, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

hasil perkembangan kognitif anak dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran

pada pertemuan berikutnya sehingga kegiatan dapat berjalan secara efektif dan

memberikan hasil yang optimal, yaitu sebagai berikut:

a) Guru harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak ketika

menjelaskan pembelajaran.

b) Guru sebaiknya menggunakan suara yang lantang saat menjelaskan

pembelajaran.

c) Guru memberikan dorongan, semangat dan motiviasi pada anak yang

mengalami kesulitan ketika mengerjakan kegiatan tersebut.

169
d) Guru memastikan anak sudah mengerjakan tugasnya dengan baik.

4. Penelitian Pertemuan 4

Pertemuan 4 dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2023. Skenario

tindakan pembelajaran terdari dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi

(pengamatan) dan refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilaksanakan adalah dengan membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema dan subtema yang

disesuaikan untuk kegiatan eksploratif dan menyelidiki dengan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape.

Mempersiapkan media, bahan, alat pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran, membuat lembar observasi serta rubrik yang akan digunakan untuk

mengamati aktivitas guru dan anak dalam proses belajar mengajar serta membuat

lembar observasi berserta rubrik nya untuk mengamati hasil capaian

perkembangan anak.

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dengan tema

alat komunikasi dan subtema alat komunikasi cetak dengan topik koran.

2) Menyiapkan media, bahan dan alat pembelajaran yang akan digunakan.

3) Membuat lembar observasi dan rubrik aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil

perkembangan anak.

4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD)

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

Senin, 13 Maret 2023 mulai pukul 08.00-10.30 WITA di kelompok A2 TK Idhata

170
II Banjarmasin. Tema pembelajaran pada pertemuan keempat alat komunikasi,

sub tema alat komunikasi cetak dan dengan topik pembelajaran yaitu koran.

1) Kegiatan awal

Pada awal kegiatan di pertemuan keempat ini guru memasuki kelas

kelompok A2 kemudian merapikan meja dan kursi yang akan digunakan, menata

dan menyiapkan tempat untuk bermain jika anak sudah selesai mengerjakan

tugasnya, mempersiapkan media, alat dan bahan pembelajaran yang akan

digunakan ketika belajar mengajar nanti. Kemudian guru mengajak anak untuk

duduk rapi dan mengucapkan salam kepada anak lalu mempersiapkan anak untuk

berdo’a sebelum memulai kegiatan belajar dan membaca surah Al-Fatihah beserta

artinya, surah-surah pendek dan do’a harian yaitu do’a sebelum tidur dan do’a

bangun tidur.

Kemudian guru menanyakan kabar anak, dan melakukan presensi

kehadiran, setelah itu menanyakan hari, tanggal, bulan dan tahun. Guru

menyampaikan tema, subtema dan topik yang akan dipelajari hari ini yaitu tema

alat komunikasi, subtema alat komunikasi cetak dan topik nya adalah koran.

Selanjutnya guru menetapkan aturan main dan menyepakati aturan saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memunculkan masalah mengenai bentuk, warna dan ukuran. Dengan memancing

anak untuk berpikir benda apa yang berbentuk persegi panjang, sambil

memperagakan bentuk persegi panjang. Setelah itu guru membagi anak menjadi

kelompok kecil. Dan memperlihatkan gambar 2 buah koran yang berbeda bentuk

171
dan ukuran. Dan meminta anak untuk memperhatikan dan menganalisa gambar

tersebut. Sambil anak menganalisa gambar guru menjelaskan mengenai koran,

seperti apa saja isi koran, bentuknya dan ciri khasnya.

Setelah itu guru melakukan tanya jawab mengenai koran sebagai alat

komunikasi cetak. Contohnya seperti “ada yang tau ini gambar apa?”, “siapa yang

pernah melihat koran?”, “seperti apakah bentuk koran, apakah segitiga?atau

lingkaran seperti bentuk kipas yang ada dinding?”, “ada yang tau gambar koran

ini berwarna apa?”, “apakah berwarna biru seperti air laut, atau kuning?seperti

matahari?”. Membandingkan gambar ukuran koran seperti “antara gambar koran

ini dengan ini yang mana yang lebih besar?”.

Melalui beberapa pertanyaan dari guru tanyakan tadi, anak mendapat dan

mengumpulkan informasi. Kemudian guru mendorong anak untuk bertanya

mengenai gambar dan pembelajaran hari ini serta memastikan anak paham

mengenai gamabar tersebut.

Kemudian guru mendampingi anak untuk mengumpulkan informasi yang

diperlukan mengenai bentuk, warna dan ukuran yang akan digunakan untuk

kegiatan selanjutnya. Selanjutnya guru mendampingi semua kelompok untuk

menyusun pemecahan masalah untuk kegiatan selanjutnya.

Setelah itu masing-masing kelompok mengerjakan LKPD yang sudah

disiapkan. Ada kelompok yang mengerjakan LKPD dan ada juga ada kelompok

yang memainkan media puzzle shape yang sudah disiapkan dan dibeirkan kepada

tiap kelompok. Untuk kelompok yang mengerjakan LKPD bisa langsung

mengerjakannya. Dan bagi kelompok yang memainkan media akan didampingi

oleh guru.

172
Setelah memastikan kelompok mendapat media nya guru menjelaskan cara

penggunaan nya. Memasang potongan puzzle nya dilakukan secara individu

terlebih dahulu, setelah itu kelompok anak memasang potongan puzle dengan cara

bekerja sama untuk memasangnya. Guru menjelaskan cara menggunakan media

puzzle shape pada anak yaitu ambil potongan puzzle misal yang berbentuk

lingkaran dengan warna kuning dan ukuran nya yang besar maka susun juga di

tempat yang berbentuk lingkaran dengan warna kuning dan ukuran yang besar.

Lakukann hal tersebut beberapa kali tetapi dengan menggunakan potongan puzzle

yang berbeda-beda. Dan beri tahukan pada anak bahwa semuaa potongan puzzle

terpasang dengan benar sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya.

Setelah itu pastikan anak mengengerti cara mainnya, dan anak paham

bagaimana cara memasangnya. Kemudian guru membiarkan masing-masing anak

di dalam kelompok untuk memasang potongan puzzle secara bergiliran. Jika

semua anak di dalam kelompok sudah mencoba memasang potongan puzzle maka

biarkan kelompok tersebut menyusun potongan puzzle dengan cara bekerja sama.

Saat anak bekerja sama untuk memasang potongan puzzle guru

mendampingi, dan mengontrol anak dalam memasang potongan puzzle. Dan jika

ada anak yang mengalami kesulitan guru bisa langsung membantu anak terebut

dalam memasang potongan puzzle. Dan juga guru memastikan anak untuk

mengerjakan tugas nya dengan baik.

Kelompok anak yang sudah memainkan puzzle shape bisa bergantian

dengan kelompok yang mengerjakan LKPD, jadi bertukar kegiatan. Kelompok

yang sebelum nya mengejakan LKPD maka bertukar dengan kelompok yang

sudah memainkan media puzzle shape.

173
Selama anak mengerjakan LKPD dan memasang potongan puzzle, guru

memberikan motivasi untuk menyelesaikan sampai akhir. Jika semua kelompok

sudah memainkan media puzzle shape dan mengerjakan LKPD nya maka boleh

bermain ditempat yang sudah ditata dan disiapkan oleh guru.

3) Istirahat

Guru mengajak anak untuk membereskan mainan nya, setelah itu mengajak

anak untuk duduk rapi kemudian bernyanyi bersama-sama dan berdo’a bersama-

sama sebelum makan dan minum. Setelah itu masing-masing anak mencuci

tangan mereka dan memakan bekal yang sudah dibawa dari rumah. Setelah semua

anak selesai makan dan bermain bebas diluar, guru mengajak anak untuk duduk

dan membaca do’a setelah makan dan minum.

4) Kegiatan akhir

Pada kegiatan akhir, guru memastikan anak sudah duduk dengan rapi.

Secara tertib guru membimbing masing-masing tiap kelompok untuk maju

kedapan kelas secara bergiliran dan bergantian untuk menunjukan hasil ketika

memasang potongan puzzle shape yang sudah dikerjakan secara bekerja sama tadi

lalu membacakan hasilnya. Tiap kelompok yang maju guru memberikan apresiasi

dan pujian pada anak karena sudah berani maju dan mau membacakan hasil

kejaannya tadi. Setelah guru memastikan semua kelompok anak sudah maju

kedepan kelas dan menunjukkan hasil kerjaan memasang media puzzle shape serta

membacakan hasil kerjanya guru mengumpulkan semua media puzzle shape yang

sudah dikerjakan oleh anak.

Guru mengarahkan anak untuk duduk rapi lagi lalu membimbing anak

melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi. Dan bertanya pada anak bagaimana

174
perasaaan nya ketika mengerjakan media tadi secara kerja sama dengan teman

nya.

Lalu guru mengajak anak untuk berdikusi menegnai pembelajaran hari ini

dan guru bersama anak membuat kesimpulan pembelajaran hari ini. Guru

menginformasikan kegiatan esok hari dan mengakhiri kegiatan pada hari ini

setelah itu berdo’a bersama anak seblum pulang dan menyanyikan lagu-lagu

secara bersama-sama dan mengucapkan salam.

c. Hasil Observasi

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas oleh observer terhadap aktivitas

guru yang dilaksanakan di TK Idhata II Banjarmasin pada Kelompok A2 pada

pertemuan keempat dengan kegiatan pembelajaran memggunakan kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle shape

sebagai berikut:

175
Tabel 4.22 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 4
Skor/Nilai
No. Aspek yang Diamati
1 2 3 4
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
1. 4
memunculkan permasalahan
2. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil 3
Guru mempersiapkan & menempel gambar di papan
3. 3
tulis sesuai tujuan pembelajara n
Guru memberi kesempatan pada anak untuk
4. 3
memperhatikan dan menganalisa gambar
Guru mendampingi anak menyusun rencana
5. penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi 4
serta data yang diperlukan
Guru membagikan media puzzle shape di tiap
6. 4
kelompok dan mencontohkan cara penggunaannya
Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang
7. potongan puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan 4
ukuran
Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya
8. dengan memberi kesempatan tiap kelompok membaca 4
hasil diskusi dan dikumpulkan
Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk
9. memeriksa dan mengevaluasi kegiatan yang sudah 4
dilakukan
Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan
10. 4
pembelajaran
JUMLAH TIAP SKOR 0 0 9 28
JUMLAH SKOR KESELURUHAN 37
KRITERIA Sangat Baik

Berdasarkan data hasil observasi pada pertemuan 4 dalam melaksanakan

pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape dalam mengembangkan kognitif anak

pada kemampuan mengenal bentuk, warna dan ukuran di Kelompok A2 TK Idhata

II Banjarmasin mendapatkan skor 37 dengan kriteria “Sangat Baik”. Hasil tersebut

melebihi dari kriteria yang telah ditetapkan yaitu degan skor 24-30 kriteria Baik.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dengan kombinasi model problem

based learning, example non example dengan media puzzle shape, yaitu:

176
Aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Guru

mempersiapkan anak untuk duduk rapi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan

memunculkan permasalahan dengan jelas dan bahasa yang mudah dipahami oleh

anak. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil mendapat skor 3

dengan kriteria baik, karena saat membagi kelompok anak guru hanya membagi

nya secara heterogen dan tidak sesuai susunan duduk kelompok. Namun pada

aspek ini guru belum bisa membagi anak sesuai susun duduk kelompok karena

agar anak dapat berteman dengan siapa saja tanpa memandang status dan lain hal.

Hal ini berarti guru belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai

dengan tujuan pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini

terjadi karena guru tidak menempelkan gambar ke papan tulis tetapi hanya

dipegang dan dilihatkan satu persatu kepada anak. Hal ini berarti guru masih

belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan

dan menganalisa gambar, memperoleh skor 3 dengan kriteria. Guru sudah

memastikan semua anak dapat melihat gambar dengan jelas, mengarahkan anak

untuk menganalisa gambar, dan memastikan anak memahami gambar yang

disiapkan guru. Namun pada aspek ini guru belum mampu untuk mengajak anak

memperhatikan gambar tetapi langsung mengarahkan anak untuk menganalisa

gambar tersebut. Hal ini berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan.

177
Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh

skor 4 dengan kriteria sangat baik karena guru sudah mengajak semua anak untuk

menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi, guru

sudah mendampingi semua anak dalam menyusun rencana penyelesaian masalah

dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan dengan mengajak anak

untuk berinteraksi lebih serta memberikan dorongan, motivasi pada anak yang

mengalami kesulitan saat guru mendampingi anak untuk menyusun rencana

penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan.

Hal ini berarti guru guru sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat

baik karena guru sudah membagikan memastikan bahwa tiap kelompok anak

sudah mendapatan media puzzle shape, dan guru sudah menjelaskan cara

penggunakan media tersebut dengan cara mencontohkannya dan suara yang

lantang dan mudah dipahami oleh anak. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor

maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 4 dengan

kriteria sangat baik karena guru sudah mengontrol dan mendampingi anak dalam

memasang puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya, dan membantu jika

ada anak yang mengalami kesulitan ketika memasang serta memastikan semua

anak mengerjakan tugas dengan baik. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor

maksimal (4) secara keseluruhan.

178
Aspek guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 4 dengan krteria sangat baik karena guru sudah membimbing

anak untuk tertib saat membaca hasil diskusi, memastikan semua kelompok

mendapatkan gilirannya untuk membacakan hasil diskusinya, memberikan pujian

pada anak karena sudah mengerakan dengan baik serta mengumpulkan semua

media yang sudah dikerjakan oleh anak tadi. Hal ini berarti guru sudah mencapai

skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 4 dengan kriteria

sangat baik karena guru sudah mengarahkan anak untuk duduk rapi dan

mendampingi anak melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada

hari ini dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak, dan juga guru

sudah memberikan kesempatan pada anak untuk memberikan pendapat dan kesan

nya mengenai kegiatan yang sudah dilaksanakan pada hari ini. Hal ini berarti guru

sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik karena guru sudah

mengajak anak untuk berdiskusi mengenai pembelajaran pada hari ini, meninjau

kembali pembelajaran apa saja yang telah dipelajari, melakukan tanya jawab

mengenai pembelajaran hari ini dan guru bersama anak membuat kesimpulan

pembelajaran hari ini. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan.

179
Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 37 dengan kriteria “Sangat Baik”. Hasil tersebut melebihi dari

kriteria yang telah ditetapkan yaitu degan skor 24-30 kriteria Baik. Hal ini

dikarenakan tahapan-tahapan mengajar sudah dilaksanakan secara maksimal oleh

guru. Kekurangan-kekurangan yang belum terlaksana diperbaiki sebagai tindak

lanjut dalam rangka peningkatan aktivitas guru dalam pembelajaran.

2) Hasil Observasi Aktivitas Anak

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak

mengikuti proses belajar mengajar dikelas menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape pada

pertemuan 4 dapat disajikan pada table berikut:

Tabel 4.23 Hasil Observasi Aktivitas Anak Pertemuan 4


Kriteria
Aspek yang Sangat
No Kurang/1 Cukup/2 Aktif/3
Diamati Aktif/4
F % F % F % F %
1. Aspek 1 0 0 7 58% 5 42% 0 0
2. Aspek 2 1 8% 5 42% 4 33% 2 17%
3. Aspek 3 1 8% 4 33% 5 42% 2 17%
4. Aspek 4 0 0 0 0 4 33% 8 67%
5. Aspek 5 0 0 1 8% 3 25% 8 67%
6. Aspek 6 0 0 1 8% 6 50% 5 42%

Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini

180
Berdasarkan pengamatan pada tabel observasi aktivitas anak pada

pertemuan 4 yakni pada aspek petama aktivitas anak menyimak penjelasan guru,

terlihat pada tabel 50% anak sudah mendapat kriteria aktif. Hal ini terlihat bahwa

anak sudah mampu saat menyimak penejalasan guru. Hanya saja 50% anak

lainnya mendapat kriteria cukup karena masih ada anak yang belum bisa

menyimak penjelasan dengan fokus. Maka, anak belum melaksanakan komponen

yang terdapat didalam rubric secara keseluruhan.

Pada aspek kedua anak menyusun rencana pemecahan masalah dan

mengumpukan informasi. Pada aspek ini masih ada anak yang mendapat skor 8%

kriteria kurang, skor 42% dengan kriteria cukup, skor 33% kriteria aktif dan skor

17% kriteria sangat aktif karena anak mampu menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi, mendengarkan rencana penyelesaian

temannya namun masih ada anak yang belum dapat memahami rencana

penyelesaian masalah tersebut. Maka, anak belum melaksanakan komponen

dalam rubric secara keseluruhan.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar yang sudah disiapkan guru.

Pada aspek ini sudah ada anak yg mendapat skor 8% kriteria kurang, skor 33%

dengan kriteria cukup, skor 42% kriteria aktif dan skor 17% kriteria sangat aktif

karena anak sudah tertib dan fokus ketika menganalisa gambar, dan memahami

gambar yang sudah disiapkan namun anak berani bertanya pada guru jika guru

tidak bertanya duluan kepada anak. Maka anak belum melaksanakan komponen

dalam rubrik secara keseluruhan.

Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pada aspek

ini sudah tidak anak yang mendapatkan kriteria kurang dan cukup. Tetapi anak

181
mendapatkan tetapi mendapatkan kriteria sangat aktif sebanyak 67% dan anak

yang medapat kriteria aktif sebanyak 33%. Dari paparan tersebut terlihat sudah

banyak anak yang mendapat kriteria aktif dan sangat aktif. Namun masih ada anak

yang belum dapat menjawab dengan benar jika ditanya oleh guru mengenai

bentuk, warna dan ukuran tersebut. Maka, anak belum melaksanakan komponen

yang terdapat dalam rubrik secara keseluruhan.

Pada aspek kelima anak memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran. Pada aspek ini anak yang mendapatkan kriteria cukup sebanyak

8%, anak yang mendapat kriteria aktif sebanyak 25% dan anak yang mendapatkan

kriteria sangat aktif sebanyak 67%. Anak sudah mengerjakan dan bertanggung

jawab terhadap tugas yang diberikan sesuai dengan petunjuknya, dan paham

mengenai tugas yang diberikan, namun masih ada anak yang belum mampu

menyelesaikan tugas yang diberikan, maka dari itu anak yang satu kelompok yang

harus menyelesaikannya. Maka, anak belum melaksanakan komponen yang

terdapat dalam rubrik secara keseluruhan.

Pada aspek terakhir anak bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Aspek ini lumayan banyak anak yang

sudah mendapatkan kriteria cukup sebanyak 8%, anak yang mendapatkan kriteria

cukup sebanyak 50% dan kriteria aktif sebanyak 42% karena anak sudah dapat

memberikan informasi dengan percaya mengenai pembelajaran pada hari ini dan

anak dapat menjawab pertanyaan guru. Namun masih ada anak yang belum

mampu menyampaikan pendapatnya dengan logis. Maka, anak belum

melaksanakan komponen yang terdapat dalam rubrik secara keseluruhan.

182
Berdasarkan hasil rata-rata yang dilakukan dalam hasil observasi anak pada

tabel diatas dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.10 Rata-Rata Aktivitas Anak Pertemuan 4

70% 67% 67%


58%
60%
50%
50% 42% 42% 42% 42%
40% 33% 33% 33%
30% 25%
20% 17% 17%
8% 8% 8% 8%
10%
0% 0% 0%0% 0% 0%
0%
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6

Kurang Cukup Aktif Sangat Aktif

Keterangan :
Aspek 1: Anak menyimak penjelasan guru
Aspek 2: Anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan
informasi
Aspek 3: Anak menganalisa gambar yang disiapkan guru
Aspek 4: Anak mengenal bentuk, warna dan ukuran
Aspek 5: Anak memasang potongan puzzle shape sesuai dengan bentuk, warna
dan ukuran
Aspek 6: Anak bersama guru melakukan evaluasi dan menyimpulkan
pembelajaran pada hari ini

Tabel 4.24 Hasil Observasi Aktivitas Anak Secara Klasikal Pertemuan 4


No. Kriteria Frekuensi Presentase
1. Sangat Aktif 7 58%
2. Aktif 5 42%
3. Cukup 0 0
4. Kurang 0 0
Presentase Klasikal (SA+A) 100%
Kriteria Seluruh Anak Aktif

Berdasrkan tabel diatas dapat dilihat bahwa presentase aktivitas anak secara

klasikal dalam kegiatan pembelajaran pada pertemuan 4 sudah mencapai indicator

keberhasilan yang diharapkan yakni ≥82% hampir seluruh anak aktif selama

pembelajaran. Rata-rata pada pertemuan aktivitas anak ada 7 anak dengan

183
presentase 58% dengan capaian kriteria “Sangat Aktif”, kemudian sebanyak 5

anak dengan presentase 42% dengan capaian kriteria “Aktif”.

Hal ini guru sudah mampu menjelaskan dengan bahasa dan komunasi yang

tepat, mampu mengatur dan mengkondisikan anak memperhatikan dengan baik.

Kemudian guru sudah dapat memberi arahan atau membimbing kesulitan

sehingga anak merasa antusias dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil data klasikal yang diperoleh nilai 100% anak yang aktif

dan sangat aktif dikaitkan dengan indicator keberhasilan aktivitas anak yang sudah

ditetapkan yakni dengan ≥82% hampir seluruh anak aktif saat proses

pembelajaran. Hal ini menunjukan keaktifan anak dalam anak dalam

pembelajaran sudah sangat maksimal.

3) Hasil Capaian Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan pada saat anak mengikuti

proses pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape pada pertemuan 4 dapat terlihat

pada tabel berikut:

184
Tabel 4.25 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4

Aspek yang BB MB BSH BSB Jumlah


No
Diamati F % F % F % F % %
Anak mampu
1. 0 0 0 0 9 75% 3 25% 100%
mengenal bentuk
Anak mampu
2. 0 0 0 0 9 75% 3 25% 100%
mengenal warna
Anak mampu
3. 0 0 0 0 10 83% 2 17% 100%
mengenal ukuran
Anak mampu
menganalisa
4. 0 0 2 17% 10 83% 0 0 100%
gambar yang
disiapkan guru
Anak mampu
mengelompokkan
5. potongan puzzle 0 0 2 17% 5 42% 5 42% 100%
sesuai bentuk,
warna dan ukuran

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil penelitian

pengembangan dalam kegiatan mengenal bentuk, warna dan ukuran yang

dilakukan pada pertemuan 4.

Pada aspek mengenal bentuk, 9 anak memperoleh presentase 75% pada

kriteria (BSH) dan 3 anak memperoleh presentase 25% pada kriteria (BSB) hal ini

dikarenakan anak sudah mampu dalam mengelompokkan bentuk dengan benar

dan teapat.

Pada aspek mengenal warna, terdapat 9 anak dengan presentase 75% yang

memperoleh kriteria (BSH) dan terdapat 3 anak dengan presentase 25% dengan

kriteria (BSB) hal ini dikarenakan anak sudah mampu dalam mengelompokkan

warna dengan benar dan tepat.

Pada aspek mengenal ukuran, terdapat 10 anak dengan presentase 83,3%

yang berkriteria (BSH) dan terdapat 2 anak dengan presentase 16,6% dengan

185
kriteria (BSB) hal ini dikarenakan anak suah mampu dalam mengelompokkan

warna dengan benar dan tepat.

Pada aspek menganalisa gambar yang disiapkan guru, terdapat 2 anak yang

memperoleh presentase 17% dengan ktriteria (MB) hal ini karena ada anak yang

masih memerlukan arahan guru. Dan terdapat 10 anak dengan presentase 83%

dengan kriteria (BSH) hal ini dikarenakan anak suah mampu dalam menganalisa

gambar yang disiapkan guru.

Pada aspek mengelompokkan potongan puzzle sesuai bentuk, warna dan

ukuran, terdapat 2 anak yang memperoleh presentase 17% dengan ktriteria (MB)

hal ini karena ada anak yang masih memerlukan bimbingan guru. Dan terdapat 5

anak dengan presentase 42% dengan kriteria (BSH) dan terdapat 5 anak dengan

prsentase 42% dengan kriteria (BSB) hal ini dikarenakan anak suah mampu dalam

menganalisa gambar yang disiapkan guru.

Gambar 4.11 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4

90% 83%
80% 75%
67%
70%
60%
50% 42%42%
40%
30% 25% 25%
17% 17% 17%
20%
8% 8%
10% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0.00% 0%
0%
Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu
mengenal bentuk mengenal warna mengenal ukuran menganalisa mengelompokkan
gambar yang potongan puzzle
disiapkan guru sesuai bentuk,
warna dan ukuran

BB MB BSH BSB

186
Tabel 4.26 Data Evaluasi Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 4

Hasil Perkembangan
No. Jumlah Anak Presentase
1. Belum Berkembang (BB) 0 0%
2. Mulai Berkembang (MB) 0 0%
3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 17%
4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 10 83%
Jumlah 12 100%
Jumlah Kriteria BSH dan BSB 12
Presentase 100%
Kriteria Berkembang Sangat Baik

Berdasrkan tabel tersebut hasil perkembangan kognitif anak yang

dilaksanakan pada pertemuan 4 sudah bisa dikatakan sangat berhasil karena sudah

mencapai indikator keberhasilan ≥80%, yaitu 2 anak dengan presentase 17%

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan 10 anak dengan presentase 83%

Berkembang Sangat Baik (BSB).

Tabel 4.27 Presentasse Perkembangan Klasikal Pertemuan 4

Pertemuan 4
Tingkat Capaian Perkembangan
No. Jumlah
Perkembangan % Belajar
Anak
1. ≤ MB 0 0% Mulai Berkembang
Berkembang Sesuai
2. ≥ BSH 12 100%
Harapan

187
Berikut disajikan diagram hasil perkembangan anak dalam aspek kognitif

secara klasikal.

Gambar 4.12 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


Pertemuan 4

Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal

Berkembang Sesuai Harapan Mulai Berkembang


0%

100%

d. Refleksi Pertemuan 4

Berdasarkan hasil temuan data observasi aktivitas guru, aktivitas anak dan

hasil capaian perkembangan kognitif anak pada pertemuan 4 menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shpe direfleksikan sebagai berikut:

1) Aktivitas Guru

Aspek guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik. Guru telah

menanyakan kabar dan mencek kehadiran anak, mengaitkan pembelajaran

sebelumnya dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan masalah.

Dalam penyampaian nya sudah sesuai dengan langkah yang sudah direncanakan.

Hal ini berarti guru sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek guru membagi anak menjadi kelompok kecil mendapat skor 3

dengan kriteria baik, karena saat membagi kelompok anak guru hanya membagi

188
nya secara heterogen dan tidak sesuai susunan duduk kelompok. Namun pada

aspek ini guru belum bisa membagi anak sesuai susun duduk kelompok karena

agar anak dapat berteman dengan siapa saja tanpa memandang status dan lain hal.

Hal ini berarti guru belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan. Upaya

yang dapat dilakukan guru yaitu membagi kelompok anak sesuai dengan susunan

duduknya, dan mengatur serta merapikan anak terlebih dahulu.

Pada aspek mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai

dengan tujuan pembelajaran, memperoleh skor 3 dengan kriteria baik. Hal ini

terjadi karena guru tidak menempelkan gambar ke papan tulis tetapi hanya

dipegang dan dilihatkan satu persatu kepada anak. Hal ini berarti guru masih

belum mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan. Upaya yang dapat

dilakukan guru yaitu menempelkan gambar di papan tulis.

Pada aspek guru memberikan kesempatan pada anak untuk memperhatikan

dan menganalisa gambar, memperoleh skor 3 dengan kriteria. Guru sudah

memastikan semua anak dapat melihat gambar dengan jelas, mengarahkan anak

untuk menganalisa gambar, dan memastikan anak memahami gambar yang

disiapkan guru. Namun pada aspek ini guru belum mampu untuk mengajak anak

memperhatikan gambar tetapi langsung mengarahkan anak untuk menganalisa

gambar tersebut. Hal ini berarti guru masih belum mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan guru yaitu guru mengarahkan

semua anak untuk menganalisa gambar.

Pada aspek guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan, memperoleh

skor 4 dengan kriteria sangat baik karena guru sudah mengajak semua anak untuk

189
menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi, guru

sudah mendampingi semua anak dalam menyusun rencana penyelesaian masalah

dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan dengan mengajak anak

untuk berinteraksi lebih serta memberikan dorongan, motivasi pada anak yang

mengalami kesulitan saat guru mendampingi anak untuk menyusun rencana

penyelesaian masalah dan mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan.

Hal ini berarti guru guru sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Aspek guru membagikan media puzzle shape ditiap kelompok dan

mencontohkan cara penggunaannya, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat

baik karena guru sudah membagikan memastikan bahwa tiap kelompok anak

sudah mendapatan media puzzle shape, dan guru sudah menjelaskan cara

penggunakan media tersebut dengan cara mencontohkannya dan suara yang

lantang dan mudah dipahami oleh anak. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor

maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukuran, memperoleh skor 4 dengan

kriteria sangat baik karena guru sudah mengontrol dan mendampingi anak dalam

memasang puzzle sesuai dengan bentuk, warna dan ukurannya, dan membantu jika

ada anak yang mengalami kesulitan ketika memasang serta memastikan semua

anak mengerjakan tugas dengan baik. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor

maksimal (4) secara keseluruhan.

Aspek guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan

memberi kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan,

memperoleh skor 4 dengan krteria sangat baik karena guru sudah membimbing

190
anak untuk tertib saat membaca hasil diskusi, memastikan semua kelompok

mendapatkan gilirannya untuk membacakan hasil diskusinya, memberikan pujian

pada anak karena sudah mengerakan dengan baik serta mengumpulkan semua

media yang sudah dikerjakan oleh anak tadi. Hal ini berarti guru sudah mencapai

skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Aspek guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, memperoleh skor 4 dengan kriteria

sangat baik karena guru sudah mengarahkan anak untuk duduk rapi dan

mendampingi anak melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada

hari ini dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak, dan juga guru

sudah memberikan kesempatan pada anak untuk memberikan pendapat dan kesan

nya mengenai kegiatan yang sudah dilaksanakan pada hari ini. Hal ini berarti guru

sudah mencapai skor maksimal (4) secara keseluruhan.

Pada aspek terakhir guru dan anak bersama-sama menyimpulkan

pembelajaran, memperoleh skor 4 dengan kriteria sangat baik karena guru sudah

mengajak anak untuk berdiskusi mengenai pembelajaran pada hari ini, meninjau

kembali pembelajaran apa saja yang telah dipelajari, melakukan tanya jawab

mengenai pembelajaran hari ini dan guru bersama anak membuat kesimpulan

pembelajaran hari ini. Hal ini berarti guru sudah mencapai skor maksimal (4)

secara keseluruhan.

Berdasarkan dari hasil diatas, aktivitas guru dalam proses pembelajaran

memperoleh skor 37 dengan kriteria “Sangat Baik”, skor tersebut melebihi dari

kriteria yang telah ditetapkan yaitu dengan skor 24-30 dengan kriteria “Baik”. Hal

ini dikarenakan tahapan-tahapan mengajar sudah dilaksanakan secara maksimal

191
oleh guru. Kekurangan-kekurangan yang belum terlaksana diperbaiki sebagai

tindak lanjut dalam rangka peningkatan aktivitas guru dalam pembelajaran. Upaya

peningkatan yang dapat dilakuakan kedepannya adalah dengan lebih

memperhatikan tahapan-tahapan mengejar yang sudah disusun sebelumnya, dan

perbanyak berinteraksi dengan anak ketika proses pembelajaran.

2) Aktivitas Anak

Berdasarkan hasil observasi pada pertemuan 4 yang telah dipaparkan

sebelumnya, aktivitas anak pada pertemuan ini telah berhasil mencapai indikator

keberhasilan yaitu 100% dan mencapai indicator keberhasilan aktivitas anak

secara klasikal yaitu ≥82% hampir seluruh anak aktif saat proses pembelajaran.

Pada aspek petama aktivitas anak menyimak penjelasan guru, terlihat pada

tabel 50% anak sudah mendapat kriteria aktif. Hal ini terlihat bahwa anak sudah

mampu saat menyimak penejalasan guru. Hanya saja 50% anak lainnya mendapat

kriteria cukup karena masih ada anak yang belum bisa menyimak penjelasan

dengan fokus. Maka, anak belum melaksanakan komponen yang terdapat didalam

rubric secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan kedepannya yaitu guru

harus bisa membuat anak fokus ketika guru sedang menjelaskan pembelajaran

seperti nyanyi sedikit dengan meminta fokus anak untuk mendengarkan terlebih

dahulu apa yang akan disampaikan oleh guru.

Pada aspek kedua anak menyusun rencana pemecahan masalah dan

mengumpukan informasi. Pada aspek ini masih ada anak yang mendapat skor 8%

kriteria kurang, skor 42% dengan kriteria cukup, skor 33% kriteria aktif dan skor

17% kriteria sangat aktif karena anak mampu menyusun rencana penyelesaian

masalah dan mengumpulkan informasi, mendengarkan rencana penyelesaian

192
temannya namun masih ada anak yang belum dapat memahami rencana

penyelesaian masalah tersebut. Maka, anak belum melaksanakan komponen

dalam rubrik secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan kedepannya adalah

dengan guru memastikan apakah anak dapat memahaminya.

Pada aspek ketiga anak menganalisa gambar yang sudah disiapkan guru.

Pada aspek ini sudah ada anak yg mendapat skor 8% kriteria kurang, skor 33%

dengan kriteria cukup, skor 42% kriteria aktif dan skor 17% kriteria sangat aktif

karena anak sudah tertib dan fokus ketika menganalisa gambar, dan memahami

gambar yang sudah disiapkan namun anak berani bertanya pada guru jika guru

tidak bertanya duluan kepada anak. Maka, anak belum melaksanakan komponen

dalam rubrik secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan kedepannya yaitu

guru dapat memancing anak untuk bertanya seperti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat membangkitkan rasa penasaran anak sehingga anak akan

bertanya.

Pada aspek keempat anak mengenal bentuk, warna dan ukuran. Pada aspek

ini sudah tidak anak yang mendapatkan kriteria kurang dan cukup. Tetapi anak

mendapatkan tetapi mendapatkan kriteria sangat aktif sebanyak 67% dan anak

yang medapat kriteria aktif sebanyak 33%. Dari paparan tersebut terlihat sudah

banyak anak yang mendapat kriteria aktif dan sangat aktif. Namun masih ada anak

yang belum dapat menjawab dengan benar jika ditanya oleh guru mengenai

bentuk, warna dan ukuran tersebut. Maka, anak belum melaksanakan komponen

yang terdapat dalam rubrik secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan

kedepannya guru harus lebih menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami

anak sehingga anak dapat menjawab pertanyaan dari guru.

193
Pada aspek kelima anak memasang potongan puzzle sesuai dengan bentuk,

warna dan ukuran. Pada aspek ini anak yang mendapatkan kriteria cukup sebanyak

8%, anak yang mendapat kriteria aktif sebanyak 25% dan anak yang mendapatkan

kriteria sangat aktif sebanyak 67%. Anak sudah mengerjakan dan bertanggung

jawab terhadap tugas yang diberikan sesuai dengan petunjuknya, dan paham

mengenai tugas yang diberikan, namun masih ada anak yang belum mampu

menyelesaikan tugas yang diberikan, maka dari itu anak yang satu kelompok yang

harus menyelesaikannya. Maka, anak belum melaksanakan komponen yang

terdapat dalam rubrik secara keseluruhan. Upaya yang dapat dilakukan

kedepannya yaitu guru harus lebih memperhatikan anak ketika mengerjakan tugas

yang diberikan dan memberi pengertian pada anak bahwa jika tugas berkelompok

semua anak harus berpartisipasi untuk menyelesaikannya dan harus saling bantu

membantu antar teman sehingga pekerjaan kelompok cepat terselesaikan.

Pada aspek terakhir anak bersama guru melakukan evaluasi dan

menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Aspek ini lumayan banyak anak yang

sudah mendapatkan kriteria cukup sebanyak 8%, anak yang mendapatkan kriteria

cukup sebanyak 50% dan kriteria aktif sebanyak 42% karena anak sudah dapat

memberikan informasi dengan percaya mengenai pembelajaran pada hari ini dan

anak dapat menjawab pertanyaan guru. Namun masih ada anak yang belum

mampu menyampaikan pendapatnya dengan logis. Maka, anak belum

melaksanakan komponen yang terdapat dalam rubrik secara keseluruhan. Upaya

yang dapat dilakukan kedepannya yaitu guru dapat membimbing anak untuk

mengutarakan pendapatnya.

194
3) Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Berdasarkan hasil perkembangan kognitif yang dilaksanakan pada

pertemuan 4 terdapat 2 anak dengan presentae 17% yang berkriteria Berkembang

Sesuai Harapan (BSH) dan 10 anak dengan presentase 83% kriteria Berkembang

Sangat Baik (BSB).

Hasil perkembangan kognitif anak yang dilaksanakan pada pertemuan 4

sudah dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai indicator keberhasilan

≥80%. Berdasarkan temuan hasil perkembangan sudah masuk standar

perkembangan dalam 5 aspek yang diamati yaitu:

Pada aspek mengenal bentuk, 9 anak memperoleh presentase 75% pada

kriteria (BSH) dan 3 anak memperoleh presentase 25% pada kriteria (BSB) hal ini

dikarenakan anak sudah mampu dalam mengelompokkan bentuk dengan benar

dan teapat.

Pada aspek mengenal warna, terdapat 9 anak dengan presentase 75% yang

memperoleh kriteria (BSH) dan terdapat 3 anak dengan presentase 25% dengan

kriteria (BSB) hal ini dikarenakan anak sudah mampu dalam mengelompokkan

warna dengan benar dan tepat.

Pada aspek mengenal ukuran, terdapat 10 anak dengan presentase 83% yang

berkriteria (BSH) dan terdapat 2 anak dengan presentase 17% dengan kriteria

(BSB) hal ini dikarenakan anak sudah mampu dalam mengelompokkan warna

dengan benar dan tepat.

Pada aspek menganalisa gambar yang disiapkan guru, terdapat 3 anak yang

memperoleh presentase 25% dengan ktriteria (MB) hal ini karena ada anak yang

masih memerlukan arahan guru. Dan terdapat 9 anak dengan presentase 75%

195
dengan kriteria (BSH) hal ini dikarenakan anak suah mampu dalam menganalisa

gambar yang disiapkan guru.

Pada aspek mengelompokkan potongan puzzle sesuai bentuk, warna dan

ukuran, terdapat 2 anak yang memperoleh presentase 167% dengan ktriteria (MB)

hal ini karena ada anak yang masih memerlukan bimbingan guru. Dan terdapat 5

anak dengan presentase 42% dengan kriteria (BSH) dan terdapat 5 anak dengan

prsentase 42% dengan kriteria (BSB) hal ini dikarenakan anak sudah mampu

dalam menganalisa gambar yang disiapkan guru.

Jadi, berdasarkan hasil temuan aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil

capaian perkembangan kognitif anak, maka dapat direfleksikan berhasil.

D. Hasil Perbandingan Kecenderungan

Hasil dari penelitian tindakan kelas yang diperoleh pada pertemuan 1,

pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 meliputi aktivitas guru, aktivitas anak

dan hasil perkembangan kognitif anak. Maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada pembahasan kecenderungan pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan

pertemuan 4 sebagai berikut.

Dari grafik kecenderungan menunjukan bahwa selama 4 pertemuan yang

dilakukan maka pembelajaran berhasil mengalami peningkatan, hal tersebut

dikatakan karena pada pertemuan 4 kegiatan pembelajaran dilakukan mencapai

indicator yang diharapkan.

196
1. Aktivitas Guru

Aktivitas guru pada pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan

4 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.28 Kecenderungan Aktivitas Guru


No Pertemuan Skor Presentase Kriteria
1. Pertemuan 1 23 57% Cukup
2. Pertemuan 2 29 72% Baik
3. Pertemuan 3 30 75% Baik
4. Pertemuan 4 37 92% Sangat Baik

Dari tabel tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa setiap pertemuan

yang dilakukan mengalami perbaikan atau peningkatan dengan baik.

Gambar 4.13 Hasil Aktivitas Guru Secara Klasikal

Hasil Aktivitsas Guru Secara Klasikal


100% 92%
72% 75%
80%
57%
60%

40%

20%

0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa setiap pertemuan yang dilakukan

terjadi penambahan skor aktivitas guru, dimulai pada pertemuan 1 mendapat skor

23 presentase 57% dengan kategori cukup, dilanjutkan dengan pertemuan 2 yang

mendapat skor 29 presentase 72% dengan kategori baik, kemudian pada

pertemuan 3 mendapatkan skor 30 presentase 75% dengan kategori baik, dan

terakhir pada pertemuan 4 mendapatkan skor 37 presentase 92% dengan kategori

sangat baik.

197
Peningkatan ini terjadi karena guru melakukan perbaikan pada setiap

pertemuannya dengan melihat apa saja kekurangan yang terjadi pada pertemuan

sebelumnya pada saat proses pembelajaran, dan sudah mampu menerapkan

dengan baik sehingga pada guru dapat melakukan perbaik secara terus menerus

hingga guru mampu mencapai hasil yang diharapkan dengan mencapai kategori

baik. Bahkan pada pertemuan terakhr yaitu pertemuan 4 guru melampai dari hasil

yang diharapkan.

Meningkatknya aktivitas guru pada setiap pertemuan dikarenakan adanya

kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru yang merupakan tolak ukur

keberhasilan pada pertemuan berikutnya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kegiatan refleksi sangat penting dilakukan dalam setiap pembelajaran

apabila menginginkan pembelajaran dengan kualitas hasil yang baik bahkan

sangat baik dalam setiap pertemuannya.

2. Aktivitas Anak

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada pertemuan 1,

pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 dapat dilihat data perbandingan

sebagai berikut:

Tabel 4.29 Kecenderungan Aktivitas Anak


No Pertemuan Presentase Kategori
1. Pertemuan 1 25% Sebagian Kecil Anak Aktif
2. Pertemuan 2 50% Sebagian Anak Aktif
3. Pertemuan 3 83% Hampir Seluruh Anak Aktif
4. Pertemuan 4 100% Seluruh Anak Aktif

198
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap pertemuan yang

dilakukan dalam proses pembelajaran, presentase klasikal yang didapatkan terus

bertambah dan sampai pada kartegori hampir seluruh anak aktif. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.14 Hasil Kecenderungan Aktivitas Anak Secara Klasikal

Hasil Kecenderungan Aktivitas Anak Secara Klasikal


120% 100%
100% 83%
80%
60%
50%
40% 25%
20%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Hasil Kecenderungan Aktivitas Anak Secara Klasikal

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa setiap pertemuan yang dilakukan

oleh guru terjadi peningkatan pada aktivitas anak, hal ini terlihat pada setiap

pertemuan pada aktivitas anak, dimana pada setiap aktitivas anak ditiap pertemuan

semakin mencapai kategori cukup dan sangat aktif yang merupakan indicator

keberhasilan yang diharapkan. Bahkan melebihi dari apa yang diharapkan.

Pada pertemuan 1 aktivitas anak mendapatkan 25% yang berada dalam

kategori hanya sebagian kecil saja anak yang aktif. Pada pertemuan berikutnya

guru memperbaiki pelaksanaan pembelajaran sehingga pada pertemuan 2 aktivitas

anak mendapatkan 50% yang berada pada kategori cukup. Pada pembelajaran

berikutnya guru melakukan upaya peningkatan sehingga berpengaruh positif pada

pertemuan 3 mendapatkan 83% berada pada kategori hampir seluruh anak aktif.

Dan terakhir pada pertemuan 4 aktivitas anak mendapatkan presentase maksimal

yaitu 100% dengan berada pada kategorin seluruh anak aktif. Hal ini dikarenakan

199
peningkatan aktivitas guru akan mempengaruhi adanya peningkatan aktivitas

belajar anak.

Aktivitas anak dikatakan berhasil apabila keberhasilan yang dicapai anak

≥82%. Pada pertemuan 3 aktivitas anak sudah bisa dikatakan berhasil karena

sudah menapai indicator keberhasilan yang diharapkan yaitu mendapat 83%.

Namun agar aktivitas anak dapat lebih baik lagi dan lebih maksimal maka

dilakukan pertemuan 4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas anak dalam

mengikuti pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape dinyatakan berhasil seperti yang

terlihat pada tabel atau grafik diatas. Bahkan bisa dikatakan hasilnya melebihi dari

apa yang diharapkan.

3. Hasil Perkembangan Kognitif Anak

Melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada pertemuan 1,

pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 maka dapat dilihat hasil

perkembangan kognitif anak sebagai beriku:

Tabel 4.30 Kecenderungan Hasil Perkembangan Kognitif Anak


Presentase
No Pertemuan Kriteria
Secara Klasikal
1. Pertemuan 1 33% Belum Berkembang (BB)
2. Pertemuan 2 50% Mulai Berkembang (MB)
3. Pertemuan 3 83% Berkembang Sangat Baik (BSB)
4. Pertemuan 4 100% Berkembang Sangat Baik (BSB)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap pertemuan selalu terjadi

peningkatan presentase keberhasilan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik berikut ini:

200
Gambar 4.15 Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal

Hasil Perkembangan Kognitif Anak Secara Klasikal


120%
100% 100%
80% 83%
60%
50%
40%
33%
20%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Berdasakan gambar grafik diatas terjadi peningkatan. Pada pertemuan 1

terdapat 3 anak mendaat katergori (BB) dengan presentase 25%, 5 anak mendapat

kategori (MB) dengan presentase 42%, 2 anak mendapat kategori (BSH) dengan

presentase 17% dan 2 anak mendapat kategori (BSB) dengan presentase 17%.

Sehingga pada pertemuan 1 ketuntasan anak mencapai 33% yang hanya berjumlah

4 anak sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 67% yang

berjumlah 8 anak. Pada pertemuan 2, terdapat 6 anak mendapat kategori (MB)

dengan presentase 50%, 4 anak mendapat kategori (BSH) dengan presentase 33%

dan 2 anak mendapat kategori (BSB) dengan presentase 17%. Sehingga pada

pertemuan 2 ketuntasan anak mencapai 50% yang berjumlah 6 anak sedangkan

yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 50% yang berjumlah 6 anak.

Kemudian pada pertemuan 3 terdapat 2 anak mendapat kategori (MB) dengan

presentase 17%, 6 anak mendapat kategori (BSH) dengan presentase 60% dan 4

anak mendapat kategori (BSB) dengan presentase 33%. Sehingga pada pertemuan

3 ketuntasan anak berhasil berkembang dengan 83% yang berjumlah 10 anak

sedangkan yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 17% yang berjumlah 2

anak. Terakhir pada pertemuan 4 terdapat 2 anak mendapat kategori (BSH)

201
dengan presentase 16.6% dan 10 anak mendapat kategori (BSB) dengan

presentase 83%. Sehingga pada pertemuan 4 ketuntasan anak melebihi

keberhasilan yang diharapkan yakni mencapai 100% yang berjumlah 12 anak.

Adapun pertemuan 1, pertemuan 2 belum dikatakan belum berhasil karena belum

mencapai indicator keberhasilan dan pada pertemuan 3 dikatakan berhasil tetapi

agar perkembangan kognitif anak lebih optimal lagi maka di pertemuan 4

dikatakan berhasil bahkan melebihi dari yang diharapkan karena sudah mencapai

keberhasilan (BSH) dan (BSB). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shape dinyatakan berhasil.

Peningkatan yang terjadi pada setiap pertemuan bahwa anak sudah mampu

mengelompokkan bentuk, mengelompokkan warna, mengelompokkan ukuran,

menganalisa gambar yang disediakan guru, dan menyusun potongan puzzle sesuai

bentuk, warna dan ukuran.melihat kecenderungan dari kelima factor yang diteliti

tersebit dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.16 Kecenderungan Hasil Aktivitas Guru, Aktivitas Anak dan


Hasil Perkembangan Kognitif Anak Pertemuan 1, 2, 3, 4

Grafik Kecenderungan Pertemuan 1, 2, 3 dan 4


350%
100%
300%
83%
250%
100%
200% 50% 83%
150% 33% 50%
25% 92%
100% 72% 75%
57%
50%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Aktivitas Guru Aktivitas Anak Hasil Perkembangan Anak

202
Dari grafik kecenderungan menunjukkan bahwa selama 4 pertemuan yang

dilakukan pembelajaran berhasil meningkat, hal tersebut dikarenakan pada

pertemuan 4 kegiatan pembelajaran yang dilakukan mencapai keberhasilan yang

diharapkan.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa selurus aspek yang diteliti

yaitu aktivitas guru, aktivitas anak, dan capaian hasil perkembangan kognitif anak

mengalami peningkatan dalam setiap pertemuannya.

Pada aktivitas guru (warna hijau) setiap pertemuan cenderung meningkat,

hal tersebut karena pembelaran yang dilakukan oleh guru setiap pertemuannya

semakin membaik dari pada pertemuan sebelumnya karena guru melakukan

refleksi pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Dapat

dikatakan bahwa peningkatan kualitas guru mengajar sangat berpengaruh pada

aktivitas belajar anak. Peningkatan aktivitas guru berdampak pada aktivitas anak

dan hasil belajar anak.

Hal tersebut terlihat pada aktivitas anak (warna biru) pada setiap

pertemuannya selalu meningkat, hal tersebut karena proses pembelajarn yang

dilakukan pada setiap pertemuannya guru mampu membuat anak menjadi aktif,

dan bersemangat dalam setiap pembelajaran yang dilakukan.

Aktivitas guru pada pertemuan 1 memperoleh skor 23 dengan kategori

cukup. Pada pertemuan 2 memperoleh skor 29 dengan kategori baik. Pertemuan 3

memperoleh skor 30 dengan kategori baik. Dan pada pertemuan 4 meningkat

dengan skor 37 berkategori Sangat Baik. Hal ini dikarenakan pada setiap aspeknya

guru memperbaiki dan mengimplikasikannya pada pertemuan berkutnya serta

mempertahankan skor yang didapat pada pertemuan sebelumnya.

203
Aktivitas anak pada pertemuan 1 mendapatkan 25% kategori kurang. Pada

pertemuan 2 mendapatkan 50% dengan cukup. Pertemuan 3 mendapatkan 83%

dengan kategori sangat baik. Dan pada pertemuan 4 mendapatkan 100%

berkategori Sangat Baik. Hal ini dikarenakan setiap akhir pelaksanan guru

membuat refleksi dan memperbaiki serta mengimplimintasikannya pada

pertemuan berikutnya.

Hasil perkembangan kognitif anak pada pertemuan 1 terdapat 4 anak yang

berhasil berkembang dengan presentase 33%. Pada pertemuan 2 anak yang

berhasil berkembang dengan presentase 50%. Kemuadian pada pertemuan 3

terdapat 10 anak yang berhasil berkembang dengan 83%. Dan pada pertemuan 4

seluruh anak berhasil berkembang dengan presentase keberhasilan yang

diharapkan yakni mencapai 100%. Hasil perkembangan kognitif anak semakin

mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya, hal ini karena aktivitas guru,

aktivitas anak akan membawa pengaruh besar terhadap hasil belajar anak.

Dengan demikian berdasarkan hasil temuan dan landasan teori, maka

penelitian dinyatakan berhasil dan hipotesis yang menyatakan “Jika menggunakan

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shape pada kelompok A TK Idhata II Banjarmasin maka kemampuan

mengenal bentuk, warna dan ukuran akan Berkembang Sesuai Harapan” dapat

diterima.

204
E. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan pada penelitian yang telah dipaparkan diatas

tentang aktivitas guru, aktivitas anak dan hasil perkembangan kognitif anak

kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin dengan menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape yang

dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan, yang dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan,

yang terdiri dari pertemuan 1, pertemuan 2, pertemuan 3 dan pertemuan 4 dapat

dilihat pada pembahasan berikut:

1. Aktivitas Guru

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape dapat

disimpulkan bahwa aktivitas guru sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan

langkah-langkah model pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya.

Pembelajaran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape membuat anak tertarik dan merasa

senang saat mengikuti pembelajaran.

Guru merupakan memegang peranan utama dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan

guru dan peserta didik atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan Sabri (Sanjani, 2020). Salah satu peran

guru dalam proses belajar mengajar ialah memberikan pelayanan pada peserta

didik agar menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah tersebut

Oemar Hamalik (Kirom, 2017).

205
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas

yang dilakukan guru pada setiap pertemuannya, yaitu dikarenakan melakukan

refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan yaitu dengan

melakukan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian

tujuan pembelajaran yang diharapkan atau dapat diartikan juga bahwa sebagai

bahan perbaikan dair apa yang sudah dilakukan sebelumnya untuk mencari dan

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran sebelumnya,

sehingga mampu untuk meningkatkan setiap kegiatan langkah-langkah

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukakn oleh guru (Samiyah & Anggreani,

2021).

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran

disekolah, karena guru berperan dalam membantu perkembangan peserta didik

untuk mencapai tujuan hidup secara optimal. Dalam pembelajaran tugas utama

guru yakni mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku peserta didik. Guru juga memberikan kemudahan belajar bagi seluruh

peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan

kreatif, professional dan menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai orang

tua yang penuh kasih sayang, teman, teman mengadu dan mengutarakan

perasannya, sebagai fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dalam

melayani peserta didik sesuai dengan minat, kemampuan dan bakatnya, sebagai

penghubung dengan orang tua peserta didik dengan memberikan sumbangan

pemikirannya dan untuk dapat mengetahui permasalahan apa saja yang sedang

dihadapi oleh peserta didik dan memberikan saran pemecahannya, memupuk rasa

percaya diri, berani dan bertanggung jawab, membiasakan peserta didik untuk

206
berhubungan degan orang lain secara wajar, mengembangkan proses sosialisasi

yang wajar antar peserta didik, orang lain dan lingkungannya, mengambagkan

kreativitas dan menjadi pembantu ketika diperlukan (Sopian, 2016).

Dapat disimpulkan bahwa guru merupakan komponen penentu suatu

pembelajaran dikarenakan guru langsung berhadapan dengan anak, dan dapat

memahami setiap anak. Guru sangat berperan penting terhadap efektivitas belajar

anak, karenanya guru harus mampu dalam memfasilitasi, memberikan dan

menciptakan kondisi anak agar anak bisa belajar secara efektif dan

menyenangkan.

Penggunan kombinsai model problem based learning dan example non

example dengan media puzzle shape ini didukung dengan beberapa hasil

penelitian relevan dengan beberapa jurnal dan hasil penelitian terdahulu terkait

kombinasi model problem based learning dan example non example dengan

media puzzle shape.

Saat proses pembelajaran menggunaakan kombinasi model problem based

learning dan example non example dengan media puzzle shape guru mendampingi

anak untuk menyusun rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan

informasi yang diperlukan. Dari hal tersebut dapat membuat mendorong anak

untuk aktif saat pembelajaran dengan berkomunikasi dengan teman dan guru nya

untuk memecahkan masalah yang ada. Serta dapat membuat anak untuk berpikir

secara kritis bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.

Model problem based learning merupakan pembelajaran berbasis masalah

yang memberikan pengalaman belajar untuk berpikir kritis dan mengembangkan

keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan sehingga

207
peserta didik terdorong untuk aktif (Riesa & Mahendradhani, 2021). Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sugiyanto & Ramang, 2021) penggunaan

model problem based learning dapat menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan, membangun keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi dan

menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik berpikir kritis, kreatif

dan mampu memecahkan masalah.

Pembelajaran dengan model problem based learning dimulai dari adanya

masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru,

kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah

ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut

(Sari, Negara, & Tirtayani, 2018). Pada anak usia dini dalam belajar berbasis

masalah bisa diterapkan melalui beberapa permainan atau metode belajar, seperti

puzzle. Permainan ini anak akan mencari sendiri jalan menuju sesuatu sesuai

dengan yang diperintahkan oleh guru. Dengan permainan tersebut anak diajarkan

bagaimana cara menyelesaikan masalah (Ulfa, 2020).

Saat proses belajar mengajar menggunakan model example non example

anak diberikan kesempatan oleh guru untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar yang sudah disiapkan guru sehingga anak dapat melihat secara jelas

ganbar tersebut. Dari aktivitas memperhatikan dan menganalisa gambar anak akan

mendapatkan sebuah pemahaman dan mendeskripsikan secara singkat mengenai

gambar tersebut.

Model pembelajaran example non example atau juga biasa disebut example

(contoh akan suatu materi) dam non examples (contoh dari suatu materi yang tidak

sedang dibahas) merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar

208
sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan

dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk

deskripsi singkat mengenai apa yang ada di dalam gambar (Chandrawaty, et al.,

2020).

Model pembelajaran example non example menggunakan gambar sebagai

media untuk menyampaikan materi pelajaran. Penggunaan media gambar

dirancang agar siswa dapat menganalisis gambar tersebut untuk kemudian

dideskripsikan secara singkat perihal isi dari sebuah gambar. Gambar yang

digunakan dalam strategi ini dapat ditampilkan melalui proyektor, atau yang

paling sederhana, yaitu poster. Gambar ini haruslah jelas terlihat meski dari jarak

jauh, sehingga siswa yang berada di bangku belakang dapat juga melihatnya

dengan jelas. Ditujukan untuk mengajarkan siswa dalam belajar memahami dan

menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara

pengamatan dan definisi. Example non example adalah model yang dapat

digunakan untuk mengajarkan definisi konsep (Wijaya, Darsana, & Negara,

2018).

Dengan penggunaan media puzzle shape dapat menciptakan pembelajaran

menjadi menyenangkan, karena media tersebut menggunakan warna-warna yang

dapat menarik perhatian anak dan membuat anak penaasaran. Selain proses

pembelajaran yang terasa menyenangkan juga dapat mendorong anak untuk

berpikir bagamaina cara menyelesaikan sebuah potogan puzzle sehingga dapat

menjadi sebuah puzzle utuh. Dan dapat memperdalam pengethuan anak tentang

apa yang belum merakan ketahui seperti bentuk-bentuk yang ada pada puzzle,

seperti bentuk persegi, lingkaran, segitiga dan persegi panjang, anak juga

209
menambah pengetahuan mengtenai warna seperti warna merah, hijau, kuning dan

biru, serta ukuran seperti besar-kecil dan panjang-pendek.

Penggunaan media puzzle sangat sering digunakan di taman kanak-kanak

karena media puzzle adalah salah satu bentuk permainan yang memiliki nilai-nilai

edukatif. Dengan puzzle anak memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan

jumlah. Tentunya dengan bentuk puzzle yang digunakan lebih beragam dan

mempunyai warna yang lebih mencolok. Warna dan bentuk kepingan adalah dua

hal yang diperhatikan anak saat memasang puzzle. Dengan bermain puzzle dapat

melatih anak memusatkan pikiran karena ia harus berkonsentrasi ketika

mencocokkan kepingan-kepingan puzzle serta dapat meningkatkan keterampilan

anak menyelesaikan masalah sederhana (Khatimah, 2017).

Dalam penerapan kombinasi model problem based learning, example non

example dengan media puzzle shape guru berperan sebagai fasilitator dalam

membimbing anak dalam proses pembelajaran. Keberhasilan dari kombinasi

model problem based learning, example non example dengan media puzzle shape

ini mempelajari bahwa sebuah konsep pembelajaran kegiatan pembelajaran

berbasis masalah dengan penyampaian informasi melalui suatu gambar dengan

penggunaan media pembelajaran menggunakan puzzle shape. Model ini mampu

meningkatkan aktivitas anak ketika belajar secara kognitif, dan bisa dijadikan

sebagai solusi dalam mengatasi permaslahan pembelajaran seperti kebosanaan

yang dialami anak sehingga anak menjadi tertarik dari sebelumnya. Dengan

pembelajaran yang menyenangkan akan membuat anak menjadi semangat dalam

belajar, semakin baik aktivitas belajar anak maka akan semakin baik juga hasil

belajarnya.

210
Pembelajaran dengan menggunakan kombinasi model problem based

learning, example non example dengan media puzzle shape memiliki beberapa

langkah dalam pelaksanaannya sehingga aktivitas guru sudah terlaksana dengan

baik sesuai dengan langkah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan.

Pada langkah ini indicator yang dilaksanakan guru adalah menyiapkan anak

duduk rapi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memuculkan permasalahan

dan menyampaikan dengan jelas dan mudah dipahami. Pada aspek ini guru

harus bisa menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan

permasalahan nya dengan jelas agar anak dapat memahaminya.

b. Guru membagi anak menjadi kelompok kecil. Pada langkah ini indicator yang

dilaksanakan guru adalah membagi susunan duduk kelompok, membagi

kelompok anak secara heterogen, membimbing anak untuk duduk sesuai

kelompok dan memastikan anak mendapatkan kelompok. Pada aspek ini guru

dapat membagi anak secara heterogen yang meiliki keunggulan pada guru

dengan memilih kelompok anak dengan tepat.

c. Guru mempersiapkan dan menempel gambar di papan tulis sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Pada langkah ini indikator yang dilaksanakan guru

adalah menyiapkan gambar sesuai tujuan pembelajaran dengan rapi,

menempelkan gambar sesuai tujuan pembelajaran secara lengkap dan rapi,

memastikan gambar sudah cukup dilihat semua anak dan memberikan

petunjuk mengenai gambar. Pada aspek ini guru dapat mempersiapkan

terlebih dahulu gambar yang akan digunakan ketika mengajar.

211
d. Guru memberi kesempatan anak untuk memperhatikan dan menganalisa

gambar. Pada langkah ini indicator yang dilaksanakan guru adalah

memastikan semua anak dapat melihat gambar dengan jela, mengajak anak

untuk memperhatikan gambar, mengarahkan anak untuk menganalisa

gambar, memastikan anak memahami gambar tersebut. Pada aspek ini akan

membuat anak lebih tertarik ketika proses belajar mengajar berlangsung dan

memberikan kesempatan pada anak untuk mempergatikan dan menganalisa

gambar secara langsung sehingga dapat membuka pengetahuan anak lebih

jauh mengenai gambar tersebut.

e. Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesaian masalah dan

mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan. Pada langkah ini

indicator yang dilaksanakan guru adalah mengajak semua anak menyusun

rencana penyelesaian masalah dan mengumpulkan inromasi, mendampingi

semua anak menyuusun rencana penyelesaian masalah, mendampingi semua

anak untuk mengumpulkan informasi serta data yang diperlukan dan memberi

motivasi kepada anak yang mengalami kesulitan. Pada aspek ini guru

memiliki keunggulan untuk dapat langsung berinteraksi dan komunikasi

dengan anak secara langsung.

f. Guru membagikan media puzzle shape di tiap kelompok dan mencontohkan

cara penggunaannya. Pada langkah ini indicator yang dilaksanakan guru

adalah membagikan media puzzle shape kepada tiap kelompok, memastikan

semua anak mendapatkan media puzzle shape, menjelaskan penggunaan

media puzzle shape pada anak dengan mencontohkannya, menjelaskan

dengan suara lantang dan bahasa yang mudah dipahami. Pada aspek ini

212
memiliki keunggulan yaitu guru dapat secara langsung menjelaskan cara

pengunaan sekaligus mencontohkan bagaimana cara memasangnya.

g. Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai

dengan bentuk, warna dan ukuran. Pada langkah ini indicator yang

dilaksanakan guru adalah mengontrol anak dalam memasang potongan puzzle

sesuai bentuk, warna dan ukuran, mendampingi anak memasang potongan

puzzle sesuai bentuk, warna dan ukuran, membantu anak yang kesulitan dan

memastikan anak mengerjakan tugas dengan baik. Pada aspek ini anak

mendapatkan kesempatan untuk bisa mencoba memasang puzzle secara

langsung dan mempraktekkan bagaimana guru tadi melakukannnya.

h. Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan memberi

kesempatan tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan. Pada

langkah ini indicator yang dilaksanakan guru adalah membimbing anak untuk

tertib saat membaca hasil diskusi, memastikan semua kelompok mendapatkan

giliran membaca hasil diskusi, memberikan pujian pada anak dan

mengumpulkan semua semua karya anak. Pada aspek ini guru memupuk rasa

percaya diri anak dengan maju kedepan kelas dan membacakan hasil nya serta

memberikan pujian pada anak.

i. Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan

mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan. Pada langkah ini indicator

keberhasilan yang dilaksanakan guru adalah mengarahkan anak untuk duduk

rapi, mendampingi anak melakukan evaluasi mengenai kegiatan tadi,

melakukan evaluasi dengan bahasa yang mudah dipahami dan memberikan

ruang kepada anak untuk memberikan pendapat maupun kesan mengenai

213
kegiatan tad. Pada kesempatan ini guru dapat mengecek pengetahuan anak

tadi mengenai pembelajaran apa saja yang telah dilaksanakan dan

memberikan ruang pada anak untuk menyampaikan pendapat dan kesan anak

setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada hari itu.

j. Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan pembelajaran. Pada langkah ini

indicator yang dilaksanakan guru adalah mengajak anak berdiskusi

mengajukan pendapat mengenai pembelajaran hari ini, meninjau kembali

pembelajaran yang telah dipelajari, melakukan tanya jawab mengenai

pembelajan tadi, dan guru bersama anak membuat kesimpulan pembelajaran

pada hari ini. Pada aspek ini guru diberikan kesempatan untuk dapat

berdiskusi dan melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran pada hari itu.

2. Aktivitas Anak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil pada

peningkatan aktivitas anak dalam pembelajaran. Hal ini tak terlepas dari adanya

strategi guru dalam memilih model dan media pembelajaran yang digunakan yaitu

kombinasi model problem based learning, example non example dengan media

puzzle shape. Pada setiap pertemuan mengalami peningkatan aktivitias anak, pada

pertemuan 1 memperoleh presentase 25% dengan kategori kurang hingga pada

pertemuan 4 aktivitas anak memperoleh skor 100% kategori sangat aktif. Hal ini

dikarenakan dalam pelaksanaan guru selalu melakuakan pembelajaran yang

optimal dan belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan

sebelumnya sehingga pada pertemuan 4 mencapai indikator keberhasilan.

214
Dalam proses pembelajaran berbagai macam cara dapat dilakukan guru agar

anak tertarik dan tidak bosan dalam proses belajar. Guru sangat berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa, maka dari itu guru dapat menggunakan metode,

cara, langkah dan menggunakan alat bantu seperti media agar dapat meningkatkan

aktivitas belajar anak dalam belajar (Wibowo & Farnisa, 2018).

Adanya peningkatan aktivitas anak dalam proses pembelajaran

menggunakan kombinasi model problem based learning, example non example

dengan media puzzle shape pada setiap pertemuannya tidak terlepas dari beberapa

factor yaitu aktivitas guru membaik, guru mampu mengkondisikan kelas, guru

selalu membuat refleksi pembelajaran pada setiap pertemuannya sehingga

pembelajaran berjalan lancer, efektif dan efisien.

Yuliani dalam (Fatimah, Aslamiah, & Purwanti, 2021) Kegiatan

pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan

proses mental dan fisik melalui proses interaksi dan sumber belajar lainnya.

Sejalan dengan Susanti dalam (Salsabila & Novitawati, 2021) proses belajar

mengajar dibutuhkan perencanaan supaya pelaksanaannya bisa berjalan dengan

lancar, dan mampu mencapai hasil yang diinginkan. Seorang guru dituntut untuk

mampu memilih dan menggunakan model yang tepat dalam melaksanakan

pembelajaran yang tepat agar mencapai keberhasilan.

Pembelajaran yang efektif didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil

mencapai tujuan belajar peserta didik sebagaimana diharapkan oleh guru. Model

pembelajaran yang efektif mencakup empat hal pokok, yaitu kualitas

pembelajaran, tingkat pembelajaran yang memadai, ganjaran dan waktu

(Setyosari, 2014).

215
Tercapinya indikator keberhasilan anak tidak lepas dari peran seorang guru,

semakin baik aktivitas guru maka semakin baik juga aktivitas yang ada pada anak.

Hal ini didukung oleh Rahmawati dan Sari (2022) guru memiliki peran

merencanakan dan merancang yang selanjutnya akan dilaksanakan oleh guru,

guru sebagai perencana pembelajaran diharuskan mampu memahami secara

komprehensif kurikulum yang sedang berlaku, karakteristik peserta didik, fasilitas

serta sumber daya yang ada sehingga semua komponen tersebut dapat maksimal

mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Peran aktif sosok guru sangat

penting karena tuntutan tugas guru yakni memfasilitasi atau menciptakan kondisi

pembelajaran menyenangkan sehingga anak menjadi tertarik serta dapat belajar

secara aktif dan efektif.

Penggunaan kombinasi model pembelajaran problem based learning,

example non example dengan media puzzle shape dapat meningkatkan

perkembangan anak pada aspek kognitif mengenal bentuk, warna dan ukuran. Hal

ini dikarenakan penggunakan kombinasi model ini dapat mengatasi permasalahan

yang terdapat pada kelompok A2 TK Idhata II Banjarmasin, yaitu anak kurang

terlibat aktif, mudah bosan dan kurang menarik anak untuk fokus.

Sehingga dapat diperbaiki dengan penerapan kombinasi model problem

based learning, example non example dengan media puzzle shape ini mempelajari

sebuah pembelajaran berbasis masalah yang ada di kehidupan nyata dengan

pemecahan masalah dilakukan secara berkelompok dengan penyampaian

informasi melalui sebuah gambar ditambah dengan penggunaan media

pembelajaran.

216
Sejalan dengan penelitian yang relevan penggunaan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape efektif

digunakan dalam meningkatkan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaram

dalam mengenal bentuk, warna dan ukuran. Hal ini sejalan dengan penelitian

relevan sebagai berikut:

Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pramestya, Suara &

Wiyasa (2015) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Example Non

Example Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Perkembangan

Kognitif Anak Kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar Selatan bahwa hasil

penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan yang pada aktivitas anak

memperoleh skor 80.64% dengan kriteria tinggi dan hasil perkembangan kognitif

anak meningkat dari siklus I ke siklus II mencapai 21.98%.

Hasil penelitian oleh Wulan, Wirya & Jampel (2014) yang berjudul

Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media Papan

Planel Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Di TK Pradnya

Pramita Kecamatan Tabanan bahwa hasil penelitian menunjukkan terjadi dengan

menggunakan model pembelajaran example non example dengan presentase

84.4% tergolong pada karegori tinggi.

Hasil penelitian oleh Sugiyanto & Ramang (2021) yang berjudul Model

Pembelajaran Penerapan Problem Based Learning pada Anak Usia Dini bahwa

hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pada aspek kognitf yang semula

0% berubah secara rata rata menjadi 40%.

Hasil penelitian oleh Mu’min & Yultas (2019) yang berjudul Efektifitas

Penerapan Metode Bermain dengan Media Puzzle daam Meningkatkan

217
Kemampuan Kognitif Anak bahwa hasil penelitian menunjukkan dengan

menggunakan Media Puzzle terjadi peningkatan secara klasikal yaitu menjadi

82% pada kriteria “Berkembang Sesuai Harapan” dan 18% pada kriteria

Berkembang Sangat Baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh (Rahima, 2017) dengan judul Pengaruh Permainan Edukatif dengan Media

Puzzle Terhadap Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk dan Warna

pada Anak Prasekolah di TK Aisyiyah IV Kota Jambi hasil penelitian

menunjukkan terjadi peningkatan perkembangan kognitif sebesar 66.7 % setelah

menggunakan Media Puzzle.

Hasil penelitian Zubaidi, Astini, Astawa & Fahruddin (2022) yang berjudul

Pengaruh Media Puzzle Terhadap Pekembangan Kognitif Anak bahwa hasil

penelitian dengan menggunakan Media Puzzle dapat meningkatkan pekembangan

kognitif anak dengan skor 76.5%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Khatimah (2017) dengan judul Meningkatkan Kemampuan

Kognitif Anak Melalui Media Puzzle Pada Kelompok B TK Tunas Harapan hasil

penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak

yaitu 87% setelah menggunakan media puzzle.

3. Hasil Perkembangan Anak

Peningkatan hasil penelitian tindakan kelas dalam mengembangkan kognitif

kelompok A TK Idhata II Banjarmasin dengan menggunakan kombinasi model

problem based learning, example non example dengan media puzzle shape

mengalami perkembangan yang sangat baik.

Pentingnya mengembangkan kognitif ditujukkan salah satunya agar anak

mampu mengenal bentuk, warna, ukuran, bilangan dan huruf serta mengenal

218
sebab dan akibat peristiwa alam dilinkungannya, mengajarkan anak untuk kreatif

dan aktif dalam menyelidiki suatu peristiwa dan kejadian yang ditemuinya

(Paramita, Rintayati, & Wahyuningsih, 2019)

Pentingnya kemampuan kognitif sangatlah diperlukan bagi kehidupan anak

usia dini hingga dewasa. Karena kemampuan kognitif anak usia dini diperlukan

anak dalam kehidupan sehari-harinya dengan memperoleh dan mengembangkan

kemampuan kognitifnya melalui pengalaman yang dilakukan secara langsung dan

anak terlibat didalamnya (Mutiara & Rahminawati, 2022).

Salah satu konsep pertama yang muncul dalam perkembangan kognitif

anak adalah konsep bentuk. Dengan belajar bentuk dapat membuat anak untuk

melakukan perbedaan dan pengelompokkan. Bentuk-bentuk yang diajarkan pada

anak usia dini adalah bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, segitiga, persegi

dan persegi panjang Ranggiasanka (Nurjanah, Sujana, & Karsono, 2015).

Dengan mengenalkan geometri pada anak dapat memberikan yaitu: anak

akan mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, segitiga, persegi dan

persegi panjang, anak akan membedakan bentuk. Bentuk, anak akan mampu

menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan bentuknya, dan akan akan

memberi pengertian tentang ruang, bentuk, dan ukuran (Rachmat & Sumiati,

2016).

Kemampuan mengenal warna merupakan salah satu aspek dari kemampuan

kognitif (Nityanasari, 2020). Sejalan dengan pendapat Hidayat, Robingatin dan

Wildan (2020) kemampuan mengenal warna merupakan bagian dari kemampuan

kognitif dan sangat penting bagi perkembangan otak anak usia dini. Karena warna

dapat merangsang indera penglihatan otak. Warna dapat menstimulus kepekaan

219
penglihatan terutama pada saat warna benda terkena matahari langsung. Sari dan

Imam (2021) lebih lanjut menjelaskan bahwa warna juga dapat memancing

kepekaan terhadap penglihatan yang terjadi karena warna yang ada pada benda

terkena sinar matahari baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian

dapat dilihat oleh mata.

Kemampuan mengenal konsep ukuran adalah kemampuan konsep

matematika anak dalam mempersepsikan ciri-ciri benda berdasarkan banyak-

sedikit, panjang-pendek, besar-kecil, tinggi-rendah, dan berat-ringan (Mutiara &

Rahminawati, 2022). Hal ini sejalan dengn pendapat Maulana dan Aminda (2022)

menjelaskan ukuran adalah suatu konsep yang merujuk pada kemampuan

seseorang dalam mempersepsikan suatu ciri-ciri benda berdasarkan

banyaksedikit, besar kecil, panjang pendek, tinggi-rendah, berat ringan. Dengan

mengenal konsep ukuran dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang

memungkinkan anak-anak berfikir tentang dunia mereka.

Komara (Nurjanah, Sujana, & Karsono, 2015) mengatakan kekemampuan

matematika anak, terutama mengenai konsep bentuk, warna, ukuran, dan pola

perlu dikembangkan sejak dini karena memiliki peranan yang penting terhadap

kehidupan anak kelak.

Dengan menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape memberikan pengaruh yang positif

terhadap hasil perkembangan anak. Dimana pada model pembelajaran ini mampu

menciptakan keaktifan anak, mengajarkan anak untuk berkerja sama secara

kelompok agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang dihadapi.

220
Dengan diterapkan model pembelajaran ini anak mampu mengenal bentuk, warna

dan ukuran. Hal ini sejalan dengan penelitian relevan sebagai berikut:

Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pramestya, Suara &

Wiyasa (2015) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Example Non

Example Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Perkembangan

Kognitif Anak Kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar Selatan bahwa hasil

penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan yang pada aktivitas anak

memperoleh skor 80.64% dengan kriteria tinggi dan hasil perkembangan kognitif

anak meningkat dari siklus I ke siklus II mencapai 21.98%.

Hasil penelitian oleh Sugiyanto & Ramang (2021) yang berjudul Model

Pembelajaran Penerapan Problem Based Learning pada Anak Usia Dini bahwa

hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan pada aspek kognitf yang semula

0% berubah secara rata rata menjadi 40%.

Hasil penelitian oleh Mu’min & Yultas (2019) yang berjudul Efektifitas

Penerapan Metode Bermain dengan Media Puzzle daam Meningkatkan

Kemampuan Kognitif Anak bahwa hasil penelitian menunjukkan dengan

menggunakan Media Puzzle terjadi peningkatan secara klasikal yaitu menjadi

82% pada kriteria “Berkembang Sesuai Harapan” dan 18% pada kriteria

Berkembang Sangat Baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh (Rahima, 2017) dengan judul Pengaruh Permainan Edukatif dengan Media

Puzzle Terhadap Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk dan Warna

pada Anak Prasekolah di TK Aisyiyah IV Kota Jambi hasil penelitian

menunjukkan terjadi peningkatan perkembangan kognitif sebesar 66.7 % setelah

menggunakan Media Puzzle.

221
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas guru dalam mengembangkan kemampuan mengenal bentuk, warna

dan ukuran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape pada kelompok A TK Idhata II

Banjarmasin sudah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah kombinasi

model pembelajaran yang gunakan dan pada pertemuan 4 mencapai skor 37

dengan kriteria “Sangat Baik”.

2. Aktivitas anak dalam pengembangan kemampuan mengenal bentuk, warna

dan ukuran menggunakan kombinasi model problem based learning, example

non example dengan media puzzle shape pada kelompok A TK Idhata II

Banjarmasin sudah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah kombinasi

model pembelajaran yang digunakan dan pada pertemuan 4 aktvitas anak

secara individual mencapai skor 21 dengan kriteria “Sangat Aktif “dan secara

klasikal mencapai presentase 100% dengan kriteria “Seluruh Anak Aktif”.

3. Hasil perkembangan anak dalam pengembangan kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran menggunakan kombinasi model problem based

learning, example non example dengan media puzzle shape pada kelompok

A TK Idhata II Banjarmasin disetiap pertemuannya mengalami peningkatan

disetiap pertemuannya dan pada pertemuan 4 telah mencapai presentase

100% dengan kategori “Berkembang Sangat Baik”.

222
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disarankan

sebagai berikut:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam membuat

model dan media pembelajaran khususnya dalam kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran sehingga proses pelaksanaan pembelajaran lebih

sesuai dengan perkembangan anak.

2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk

membina guru-guru dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

memilih model dan media pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan

perkembangan dan kognitif anak khususnya kemampuan mengenal bentuk,

warna dan ukuran agar lebih optimal.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu referensi

dalam melaksanakan penelitian yang lebih mendalam terkait dengan model

Problem Based Learning, Example Non Example dengan media Puzzle Shape

dalam pengembangan kognitif khususnya pada kemampuan mengenal

bentuk, warna dan ukuran.

223
DAFTAR RUJUKAN

Aghni , R. I. (2018). Fungsi dan Jenis Media Pembelajaran dalam Pembelajaran


Akutansi . Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, 98-107.
Akbar, E. (2020). Metode Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Amalia, D., & Wahyudi, I. (2019). Matematika 4. Depok: Dar El Ilm Li Awlad
Publishing.
Amin, & Sumendap, L. Y. (2022). 164 Model Pembelajaran Kontemporer.
Yogyakarta: Pusat Penerbitan LPPM.
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi:
CV Jejak.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Bintang, J. M., & Awangga, R. M. (2022). Tutorial Game Puzzle Roblox. Bandung:
Penerbit Buku Perdia.
Chandrawaty, Puspitasari, I., Sari, D. A., Badroeni, Hidjanah, Dewi, R. S., . . .
Masykuroh, K. (2020). Pendidikan Anak Usia DIni Prespektif Dosen PAUD
Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Tasikmalaya: Edu Publisher.
Dewi, E. Y. (2019). Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan
Balok Anak Usia Dini. Journal on Early Childhood Education Research
(JOECHER), 32-45.
Fatdianti, R., & Rianto, E. (2016). Pengaruh Metode Proyek Terhadap Kemampuan
Mengenal Konsep Ukuran Anak Kelompok B. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 1-6.
Fatimah, M., Aslamiah, & Purwanti, R. (2021). MENGEMBANGKAN
AKTIVITAS BELAJAR, KREATIVITAS DAN ASPEK MOTORIK
HALUS ANAK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION,
PERMAINAN PUZZLE DAN KEGIATAN PADA KELOMPOK A TK
AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 43 BANJARMASIN. Jurnal Inovasi,
Kreatifitas Anak Usia Dini (JIKAD), 34-41.
Fitri, R. (2021). Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode
Eksperimen pada Anak Usia 5- Tahun (Kelompok B). Jurnal Didaktika, 95-
106.
Habibati. (2017). Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Syiah Kuala University
Press.
Hamdani, M. (2022). Penerapan Model Kooperatif Tipe Example Non Example
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif pada Pembelajaran .
Lambda:Jurnal Penidikan MIPA dan Aplikasinya, 15-20.

224
Hidayati, S., Robingatin, & Saugi, W. (2020). Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Warna Melalui Kegiatan Mencampur Warna di TK Kehidupan
Elfhaluy Tenggarong. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 23-
37.
Hidayatullooh, A., Adisti, A. R., Sriyanti, L., Rafif, A. A., Pratama, F. I.,
Sukmawaty, W. E., . . . Paramita, W. M. (2020). Promoting Disability
Rights In Indonesia. Yogyakarta: PLD Press.
Hijriati. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini.
Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 74-92.
Istiqlal, A. (2018). Manfaat Media Pembelajaran dalam Proses Belajar dan
Mengajar Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Jurnal Kepemimpinan dan
Pengurusan Sekolah, 139-144.
Kalsum, U. (2022). Problem Based Learning Motivasi Belajar Fisika. Lombok
Tengah: Penerbit P4I.
Kasri. (2018). Peningkatan Prestasi Belajar Matematik Melalui Media Puzzle Siswa
Kelas I SD. Jurnal Pendidikan:Riset & Konseptual, 320-325.
Khadijah, & Amelia, N. (2020). Pengembangan Motorik Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik. Jakarta: Kencana.
Khatimah, H. (2017). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Media
Puzzle Pada Kelompok B TK Tunas Harapan. Early Childhood Education
Indonesian Journal, 20-26.
Khomaeny, E. F., & Hamzah, N. (2019). Metode-Metode Pembelajaran Pendidikan
Karakter untuk Anak Usia Dini Menurut Q.S Lukman 12-19. Tasikmalaya:
Edu Publisher.
Kirom, A. (2017). Peran Guru dan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran
Berbasis Multikultural. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 69-80.
Krisnawati, I., Rahmawati, A. D., & Susdarwati. (2020). Pengenalan Bentuk
Bangun Datar Melalui Media Colour Geometry. Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 28-39.
Kurniawan, A., Nanang, Arifannisa, Nofidaputri, R., Supriyadi, A., Rahman, A. A.,
. . . A'yun, K. (2022). Metode Pembelajaran Di Era Digital 4.0. Padang: PT
Global Ekseskutif Teknologi.
Kustandi, C., & Darmawan, D. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Kusumaningsih, H. (2022). Cooperative Learning Model STAD dalam
Pembelajaran Bangun Datar. Semarang: Cahya Ghani Recovery.
Masita, & Nur, F. (2022). Pengembangan Pembelajaran Matematika. Makasar:
Nas Media Pustaka.

225
Maulana, N., & Handayani, A. T. (2022). Upaya Meningkatkan Kemampuan Anak
Usia Dini Dalam Mengenal Konsep Ukuran Melalui Metode Outdoor
Learning Di TK Negeri Pagar Merbau Kelompok B TA 2021/2022.
Cybernetics:Journal Educational Research and Sosial Studies , 50-62.
Mu'min, S. A. (2013). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jurnal Al-Ta'dib,
89-99.
Mu'min, S. A., & Yultas, N. S. (2019). Efektfitas Penerapan Metode Bermain
Puzzle dengan Media Puzzle dalam meningkatkan Kemampuan Kognitif
Anak. Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 226-239.
Mutiara, A., & Rahminawati, N. (2022). Penggunaan Media Loose Parts untuk
Mengembangkan Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran pada Anak.
Jurnal Riset Pendidikan Guru PAUD (JPRGP), 47-52.
Nityanasari, D. (2020). Alat Permainan Edukatif Pasak Warna untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Warna pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 9-13.
Nurfadillah, S. (2021). Media Pembelajaran Pengertian Media Pembelajaran,
Landasan Fungsi, Manfaat, Jenis-Jenis Media Pembelajaran, dan Cara
Penggunaan Kedudukan Media Pembelajaran. Sukabumi: CV Jejak.
Nurjanah, A. S., Sujana, Y., & Karsono. (2015). Upaya Meningkatkan Konsep
Bentuk, Warna dan Pola melalui Media Playdough pada Anak Kelompok A
TK Aisyiyah II Sroyo Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan, 1-7.
Panggabean, S., Widyastuti, A., Darmayanti, W. K., Nurtanto, M., Subakti, H.,
Kholifah, N., . . . Cecep. (2021). Konsep dan Stratei Pembelajaran. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Paramita, N., Rintayati, P., & Wahyuningsih, S. (2019). Peningkatan Kemampuan
Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Penerapan Permainan Sains. Jurnal
Kumara Cendekia, 126-137.
Parnawi, A. (2020). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Sleman: Deepublish.
Poerwati, C. E., Cahaya, I. M., & Suryaningsih, N. M. (2022). Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Eksperimen Sederhana
dalam Pengenalan Sains Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 1472-1479.
Pramestya, M. A., Suara, I. M., & Wiyasa, I. K. (2015). Penerapan Model
Pembelajaran Example Non Example Berbantuan Media Gambar untuk
Perkembangan Kognitif Anak Kelompok A TK Kumara Adi I Denpasar
Selatan. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 9-15.
Pulukadang, W. (2021). Pembelajaran Terpadu. Gorontalo: Ideas Publishing.
Purwati, D., Sumaryati, & Ardiansyah, A. (2019). Mengembangkan Kognitif Anak
Melalui Puzzle Huruf Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Kober Kuntum Indah

226
Desa Braja Indah Kecamatan Braja Selebah Kabapaten Lampung Timur.
Jurnal Azzahra, 1-18.
Rachmat, N. A., & Sumiati, T. (2016). Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk
Geometri Anak Usia Dini Melalui Permainan Mencari Harta Karun.
Metodik Didaktik: Jurnal Pendidikan Ke-SDan , 71-81.
Rahima. (2017). Pengaruh Permainan Edukatif dengan Media Puzzle Terhadap
Perkembangan Kognitif dalam Mengenal Bentuk dan Warna pada Anak
Prasekolah . Jurnal Akademika Baiturrahim, 62-66.
Rahmawati. (2021). Mengembangkan Kemampuan Kognitif dalam
Mengklasifikasikan Benda Berdasarkan Warna, Bentuk dan Ukuran
Mneggunakan Model Demonstration dan Metode Pemberian Tugas
Kelompok B RA Yanabi Banjarmasin. Banjarmasin: Tidak Diterbitkan.
Rahmawati, & Sari, N. P. (2022). MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
MENGKLASIFIKASIKAN BENDA MENGGUNAKAN KOMBINASI
MODEL EXPLICIT INSTRUCTION, EXAMPLE NON EXAMPLE
DENGAN MEDIA KONKRIT. Jurnal Inovasi, Kreatifitas Anak Usia Dini
(JIKAD), 1-9.
Ratnayanti, G. (2021). Sikap Preventif Melalui Teknik Puzzle. Surabaya: Jakad
Media Publishing.
Retnaningsih, L. E., & Rosa, N. N. (2022). Trik Jitu Menanamkan Pendidikan
Karakter Pada Anak Usia Dini. Lamongan: Nawa Litera Publishing.
Riesa, G. A., & Mahendradhani. (2021). Problem-Based Learning di Masa
Pandemi. Bandung: Nilacakra.
Rukin. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Surabaya: CV Jakad
Media Publishing.
Safira, & Fidesrinur. (2018). Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri
Melalui Maze Geometri Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal AUDHI, 1-9.
Salsabila, N., & Novitawati. (2021). MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
ANAK DALAM AKTIVITAS EKSPLORATIF MELALUI MODEL
PICTURE AND PICTURE, METODE EKSPERIMEN DENGAN MEDIA
LOOSE PARTS. Jurnal Inovasi, Kreatifitas Anak Usia Dini (JIKAD), 42-
51.
Samiyah, & Anggreani, C. (2021). Peningkatan Sikap Toleransi Melalui Kombinasi
Model Direc Instruction, Metode Bercerita Dengan Cerita Rakyat Di TK B.
Jurnal Inovasi , Kreativitas Anak Usia Dini (JIKAD), 52-60.
Sanjani, M. A. (2020). Tugas dan Peranan Guru Dalam Proses Peningkatan Belajar
Mengajar. Jurnal Serunai Ilmu Pendidikan, 35-42.
Sanjaya, W. (2016). Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Praktik Untuk
Pengembangan Kompetensi Guru). Jakarta: Prenada Media.

227
Sari, A. D., Negara, G. O., & Tirtayani, L. A. (2018). Pengaruh Model Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Sains Permulaan Anak Kelompok
B. e-Jornal Pendidikan Anak Usia Dinni Universitas Pendidikan Ganesha,
21-32.
Sari, N. S., & Syafi'i, I. (2021). Pengembangan Kemampuan Mengenal Warna
Anak Usia Dini Melalui Media Water Beads. Yaa Bunayya: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 28-32.
Setyo, A. A., Fathurahman, M., & Anwar, Z. (2020). Model Pembelajaran Problem
Based Learning Berbantuan Software Geogebra untuk Kemampuan
Komunikasi Matematis dan Self Confidence Siswa SMA. Makasar: Yayasan
Barcode.
Setyo, A. A., Fathurahman, M., & Anwar, Z. (2020). Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning. Makasar: Yayasan Barcode.
Setyosari, P. (2014). Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.
Jurnal Inovasi dan Teknologi Pembelajaran, 20-30.
Shofia Maghfiroh, D. S. (2021). Media Pembelajaran untuk Anak Usia Dini di
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Tambusai, 1560.
Sopian, A. (2016). Tugas, Peran dan Fungsi Guru dalam Pendidikan. Raudhah
Proud To Be Profesionals Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 88-97.
Subakti, H. (2022). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Seara Teoritis dan
Praktis. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Sudirman, Anggereni, S., Marlinda, N. P., Silalahi, E. K., Fitrian, A., Siregar, H.
T., . . . Karim, S. (2023). Implementasi Pembelajaran Abad 21 Pada
Berbagai Bidang Ilmu Pengetahuan. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Sudirman, N. (2021). Modul Karakteristik dan Kompetensi Anak Usia Dini. Bali:
Nilacakra.
Sufa, F. F., Gunarhadi, Akhyar, M., & Yusuf, M. (2022). Mengenalkan Konsep
Matematika Melalui Bermain Imajinasi Pada Anak Usia Dini. Surakarta:
Unisri Press.
Suganda, V. A., Toybah, & Hawa, S. (2021). Buku Ajar Berbasis Hots. Palembang:
Bening Media Publishing.
Suryana, D. (2021). Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Praktek Pembelajaran.
Jakarta: Kencana.
Susanto, A. (2012). Perkembangaan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana.
Suyadi, & Ulfah, M. (2013). Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ulfa, M. (2020). Problem Based Learning (PBL) Model dalam Melatih Sikap
Mandiri Anak Luar Biasa. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal, 194-205.

228
Veryawan. (2022). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Nagari Koto Baru:
Insan Cendekia Mandiri.
Wibowo, I. S., & Farnisa, R. (2018). Hubungan Peran Guru Dalam Proses
Pembelajaran Terhadap Perstasi Belajar Siswa. Jurnal Gentala Pendidikan
Dasar, 181-202.
Wijaya, R. S., Darsana, W., & Negara, G. O. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Example Non Example Terhadap Hasil Belajar IPS. Jurnal Mimbar Ilmu,
13-21.
Wulan, L. I., Wirya, N., & Jampel , I. (2014). Penerapan Model Pembelajaran
Example Non Example Berbantuan Media Papan Planel Untuk
Meningkatkan Perkembangann Kognitif Anak Di TK Pradnya Pramita
Kecamatan Tabanan. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Undiksha, 33-46.
Yustina, & Mahadi, I. (2021). Problem Based Learning (PBL) Berbasis Higher
Order Thinking (HOTS) Melalui E-Learning. Klaten: Penerbit Lakeisha.
Zubaidi, A., Astini, B. N., Astawa, I. M., & Fahruddin. (2022). Pengaruh Media
Puzzle Terhadap Perkembangan Kognitif Anak. Journal of Classroom
Action Research, 97-105.

229
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Lembaga
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Pendidikan
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 4 Surat Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 5 Daftar Riwayat Peneliti
Nama : Dian Ekayuti Iryanti

TTL : Banjarmasin, pada 22 Juli 2001.

Agama : Islam

Alamat : Jl, Rawasari Ujung, Komplek Tirta Saari

Email : dianekayuti22@gmail.com

Peneliti merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Peneliti adalah


seorang mahasiswi Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PG-PAUD) kelas B 2019 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lambung Mangkurat. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Inti Negeri
Belitung Selatan 1 pada tahun 2013, Pendidikan menengah pertama di SMPN 5
Banjarmasin pada tahun 2016, pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan 2
Banjarmasin pada tahun 2019. Dan tercatat sebagai Mahasiswi Unversitas
Lambung Mangkurat pada tahun 2019.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan arahan


dari Ibu Maimunah, M.Pd.

Banjarmasin, 18 Mei 2023


Peneliti

Dian Ekayuti Iryanti


NIM. 1910126220035
Lampiran 6 Dokumentasi Kegiatan

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memunculkan permasalahan

Guru membagi anak menjadi kelompok kecil


Guru mempersiapkan dan menempel gambar dipapan tulis sesuai dengan tujuan
pembelajaran

Guru memberi kesempatan pada anak untuk memperhatikan dan menganalisa gambar
Guru mendampingi anak menyusun rencana penyelesian masalah dan mengumpulkan
informasi serta data yang diperlukan

Guru membagikan media pizzle shape ditiap kelompok dan mencontohkan cara
penyelesaiannya
Guru mengontrol dan mendampingi anak memasang potongan puzzle sesuai dengan
bentuk, warna dan ukuran

Guru (mempersilahkan) memfasilitasi penyajian karya dengan memberi kesempatan


tiap kelompok membaca hasil diskusi dan dikumpulkan
Guru mengarahkan dan mendampingi anak untuk memeriksa dan mengevaluasi
kegiatan yang sudah dilakukan

Guru dan anak bersama-sama menyimpulkan pembelajaran


Foto bersama anak-anak

You might also like