Professional Documents
Culture Documents
Mooc Dian
Mooc Dian
Disusun Oleh :
DIAN SAFITRI RARA DEFI, SKM
199703152023212004
EPIDEMILOG KESEHATAN AHLI PERTAMA
PUSKESMAS GARUNG
A. Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Dr. Adi Suryanto, M.Si
Indonesia tengah berbenah menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi
industry 4.0 menuntut kita supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Pondasi penting mewujudkan Smart ASN melalui Latsar sebagai bekal menghadapi
tantangan dunia yang semakin kompleks. MOOC dapat dimanfaatkan untuk belajar
yang tidak terbatas pada interaksi fisik. MOOC diharapkan dapat menjadi learning
platform bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN yang unggul dan kompeten
untuk menuju birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia Emas 2045.
B. Sambutan Deputi Bidang Kebijakan BANGKOM ASN LAN RI DR. Muhammad
Taufiq DEA.
Kebanggaan sebagai ASN adalah karena dapat melayani Bangsa Indonesia.
Penguasaan Core Value bagi ASN dan employer yang dikenal dengan singkatan
BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif, Kolaboratif), menuntut kita semua untuk terus mengembangkan diri.
Kemampuan berinovasi Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital
(SMART ASN). Selamat belajar dan semangat mengembangkan diri supaya menjadi
ASN yang unggul dan mendukung daya saing bangsa.
C. Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan
Kompetensi ASN LAN RI, Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.
Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK dituntut belajar mandiri pada
materi MOOC. Pembelajaran dibagi 3 :
1. Sikap perilaku Bela Negara
2. Nilai-nilai core value dalam penyelenggaraan pemerintahan
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan
1
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
2
3
sebagai “Piagam Jakarta”. Hal ini juga terjadi karena tokoh-tokoh agama
Islam yang dengan kebesaran hati (legowo) menerimanya.
c. Relevansi 4 konsensus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara dalam
mewujudkan profesionalitas ASN
Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI merupakan 4
konsensus dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Berikut adalah
relevansi masing-masing prinsip dalam konteks profesionalitas ASN :
1. Pancasila
Pancasila mendorong ASN untuk menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan,
kesetaraan, dan integritas dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Dengan
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Pancasila, ASN dapat
menjalankan pelayanan publik secara adil, merata, dan berkualitas.
2. UUD 1945
ASN harus berpegang pada UUD 1945 dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Pengetahuan dan penghormatan terhadap konstitusi negara adalah esensial
untuk menjaga profesionalitas dan legalitas kerja ASN.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Dalam pelayanan publik, ASN akan berhadapan dengan masyarakat yang
memiliki berbagai latar belakang. Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan
kepada ASN untuk menghormati perbedaan dan memastikan pelayanan
yang inklusif dan merata bagi semua warga negara.
4. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
ASN harus menjaga dan memperkokoh persatuan bangsa. Dalam
menjalankan tugas, ASN memiliki peran penting dalam mempertahankan
integritas negara dan mendukung pembangunan secara merata di seluruh
wilayah Indonesia.
Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini akan membantu ASN menjadi
agen perubahan yang positif dalam pembangunan negara dan pelayanan kepada
masyarakat.
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus
guna menjaga eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban
untuk mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara
dilaksanakan atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan
sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara
bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya
pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara .
daya saing sekaligus mensejahterakan kehidupan bangsa. Pada perubahan ini perlu
disadari bahwa globalisasi baik dari sisi positif apalagi sisi negatif sebenarnya adalah
sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi
peradaban antar bangsa. Terdapat beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah
menyita ruang publik harus dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap
perlawanan terhadap isu-isu tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud
yaitu: korupsi, narkoba, terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian uang (money
laundring), dan proxy war dan isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime,
Hate Speech, dan Hoax. Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-
cara objektif dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh
karena itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu
persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik
dengan dasar analisa yang matang.
A. BERORIENTASI PELAYANAN
1.1 Resume
Sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan Publik) negara berkewajiban
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang
mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa
publik, dan pelayanan administrative. Adapun beberapa Nilai Dasar ASN yang dapat
diwujudkan dengan panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua ini
diantaranya:
1. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
2. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah
3. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
Oleh karena tugas pelayanan publik yang sangat erat kaitannya dengan pegawai ASN,
sangatlah penting untuk memastikan bahwa ASN mengedepankan nilai Berorientasi
Pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya, yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Tidak hanya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi
juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur,
dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib
mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat
12
13
5. A 6. C
7. B 8. A
9. A 10. B
B. AKUNTABEL
1.1. Resume
Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah Kemampuan melaksanaan
tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Etika Publik merupakan merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana
nilai (kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang
lain.
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi
negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan
publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik
untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat negara. Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi
dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan integritas di lingkungan kerja.
Akuntabilias dan integritas dapat menjadi faktor yang kuat dalam membangun pola
pikir dan budaya antikorupsi.
Kritik mungkin juga menyoroti praktik korupsi dan suap yang terjadi
dalam proses pembuatan SIM. Dalam beberapa kasus, calon pengemudi
mungkin merasa terpaksa memberikan uang atau 'uang pelicin' kepada
petugas agar prosesnya berjalan lancar.
3. Layanan yang Tidak Konsisten
Bisa jadi video tersebut mencerminkan bagaimana pelayanan di kantor-
kantor SIM tidak konsisten. Ada kemungkinan bahwa proses yang sama
dapat menghasilkan pengalaman yang berbeda-beda di berbagai tempat.
4. Tingkat Kesulitan Ujian Praktik
Proses ujian praktik dalam pembuatan SIM kadang-kadang dianggap
terlalu sulit atau tidak sesuai dengan kondisi nyata di jalan raya. Ini dapat
menciptakan ketidaknyamanan bagi calon pengemudi dan mungkin juga
mengarah pada praktik suap.
5. Pentingnya Reformasi dan Perbaikan
Video semacam ini mungkin memiliki tujuan untuk menyadarkan
pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya reformasi dalam sistem
pembuatan SIM. Hal ini bisa termasuk penyederhanaan proses,
penghapusan praktik korupsi.
2. Konsep Akuntabilitas
a. Apa yang membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas dilihat dari
pengertiannya? Dan berikan pendapat anda terkait konsep responsibiltas dan
akuntabilitas tersebut?
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat
dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
1. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
Tanggung jawab mengacu pada kesadaran dan komitmen seseorang atau
entitas terhadap tugas, kewajiban, atau peran yang mereka miliki. Ini
berarti memahami dan mengakui apa yang diharapkan dari mereka dan
berusaha untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Tanggung jawab
berhubungan dengan integritas dan etika, di mana individu atau entitas
diharapkan untuk bertindak dengan jujur, adil, dan sesuai dengan norma
dan nilai-nilai yang berlaku.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah keterikatan seseorang atau entitas terhadap hasil dari
tindakan, keputusan, atau kinerja mereka. Ini melibatkan kemampuan
17
pengelolaan keuangan
- Petugas keuangan atau bendahara
- vendor atau mitra bisnis yang
terlibat
- Pejabat yang bertanggung jawab
atas pengawasan internal
4. Kondisi apa yang bisa SPJ yang fiktif dan Mark up atau
menjadikan cerita di dalam penggelembungan anggaran
berita itu menjadi sebuah
kasus Tindak Pidana
Korupsi?
5. Apa dampak yang akan - Penggunaan anggaran yang tidak
terjadi ke depannya setelah efisien dan tidak efektif
berita itu terjadi? - Pemborosan sumber daya
- Ketidaksetaraan dan ketidakadilan
- Rusaknya kepercayaan masyarakat
- Merugikan pembangunan dan
layanan publik
- Dampak reputasi
- Ketidakstabilan sistem keuangan
6. Bila Anda harus memilih Sebagai pelayan publik yang
salah satu peran dalam berita melakukan tugasnya sesuai tupoksi dan
itu, Apa yang akan Anda berprinsi serta menolak tindak pidana
lakukan? korupsi apapun.
7. Kondisi apa yang membuat SPJ yang fiktif dan Mark up atau
berita itu berpotensi menjadi penggelembungan anggaran
kasus Tindak Pidana
Korupsi?
8. Jenis tindak pidana korupsi Pemalsuan Dokumen
apa yang relevan dengan
berita itu?
C. KOMPETEN
1.1 Resume
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, pada pasal 1 menyebutkan kompetensi adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
jabatan. Kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional
dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran
bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Terdapat dua pendekatan pengembangan
yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non
22
c. B
d. B
e. B
4. Perilaku Kompeten
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan pelayanan, kompetensi, dan
berkinerja. Benar
ASN terikat dengan etika profesi ASN sebagai pelayan publik. Benar
Perilaku etika professional ASN secara operasional tunduk pada perilaku
berAkhlak. Benar
b. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah diperlukan diutamakan untuk jabatan strategis di lingkungan ASN.
Benar
Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric”, yang merupakan pengembangan berbasis pada
sumber pembelajaran utama dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah
Perilaku ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online
network. Benar
Sumber pembelajaran bagi ASN antara lain dapat memanfaatkan sumber
keahlian para pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi
tempat ASN bekerja. Benar
Pengetahuan ASN dihasilkan jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi. Benar
c. Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor sering kali
tidak menjadi ajang transfer pengetahuan, tetapi lebih sebagai obrolan santai
kurang bermakna pengetahuan. Salah
Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam forum
terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums), dimana setiap ASN wajib
melanjutkan kepada pendidikan lebih tinggi. Salah
Mengambil pengetahuan yang terkandung dalam dokumen kerja seperti memo,
laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke dalam
repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan diambil (Knowledge
Repositories) merupakan bagian perilaku kompeten yang diperlukan. Benar
Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari
refleksi pengalaman (lessons learned) adalah bagian ciri dari perilaku kompeten
26
ASN. Benar
d. Sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik instansi pemerintah
maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang melalui adaptasi
terhadap perubahan lingkungan dan melakukan karya terbaik bagi
pekerjaannya. Benar
Berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan apa yang
menjadi terpenting dalam nilai hidup seseorang. Benar
D. HARMONIS
1.1 Resume
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut
mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya
perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi ledakan yang akan
mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara
disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang
dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan
perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan
analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam
kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
etika dan privasi untuk memastikan bahwa prosedur yang ada masih relevan
dan efektif.
d. Jelaskan pengertian kondisi harmonis dan manfaatnya dalam bekerja melayani
masyarakat?
Harmonis adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa
hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Maanfaat harmonis yaitu kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Suasana kerja
yang harmonis memiliki dampak positif pada motivasi, produktivitas, dan
kesejahteraan anggota tim.
e. Apakah suasana harmonis telah anda rasakan dilingkungan anda bekerja saat
ini? Jelaskan jawaban anda ? Apa upaya anda dalam turut mewujudkam
suasana harmonis dilingkungan anda bekerja?
Sudah. Saya bisa mengerjakan pekerjaan dengan tenang, dan kerja sama antar
pegawai juga sudah bagus. Upaya yang saya lakukan untuk mewujudkan
suasana harmonis yaitu selalu Mendengarkan dengan empati, mendorong
kolaborasi, menghormati keragaman, dan mengedepankan positivitas.
E. LOYAL
1.1 Resume
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara, dengan panduan perilaku: 1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta
pemerintahan yang sah 2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan
negara; serta 3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
3. B 8. A
4. B 9. C
5. C 10. C
F. ADAPTIF
1.1 Resume
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN
memiliki kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang
berkelanjutan dengan lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang
berkesinambungan.
G. KOLABORATIF
1.1 Resume
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon
ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan
harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa negara
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan
yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Sedangkan Collaborative Governance
mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik Sebuah pendekatan
pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana
mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber
daya.
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.
2. Jelaskan permasalahan kolaborasi di instansi Saudara!
Berikut adalah beberapa permasalahan umum yang sering muncul dalam
kolaborasi di puskesmas:
- Komunikasi Tidak Efektif: Salah satu masalah utama dalam kolaborasi adalah
komunikasi yang tidak efektif antara unit kerja yang berbeda. Ketidakjelasan,
ketidaktahuan tentang apa yang sedang terjadi di unit lain, atau kurangnya
aliran informasi dapat menghambat kolaborasi yang sukses.
- Kekurangan Koordinasi: Tanpa koordinasi yang baik, upaya kolaborasi antar
unit kerja dapat menyebabkan tumpang tindih atau bahkan konflik.\
- Perbedaan Prioritas dan Tujuan: Setiap unit kerja dalam puskesmas mungkin
memiliki tujuan dan prioritas yang berbeda-beda.
- Kurangnya Dukungan Pimpinan: Jika pimpinan atau manajemen puskesmas
tidak mendukung secara aktif kolaborasi antar unit kerja, inisiatif kolaboratif
mungkin tidak mendapatkan sumber daya yang diperlukan atau tidak
mendapatkan perhatian yang cukup.
- Kekurangan Sumber Daya: Kolaborasi yang efektif memerlukan alokasi
sumber daya, baik dalam bentuk waktu, tenaga kerja, atau anggaran.
Kekurangan sumber daya dapat menghambat kemampuan untuk bekerja
bersama dengan efektif.
- Kekurangan Keterampilan Kolaboratif: Tidak semua staf memiliki
keterampilan yang diperlukan untuk berkolaborasi dengan baik.
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN ASN DALAM NKRI
1.1 Resume
A. SMART ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet
harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit
(APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Literasi Digital menjadi kemampuan
wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap
warga negara.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture)
adalah bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital,
secara otomatis dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks
keIndonesiaan, sebagai warga Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab
(meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya
berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan
berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga jelas, kita hidup di dalam
negara yang multicultural dan plural dalam banyak aspek. Pemahaman
multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak dini. Apalagi,
kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital native (warga digital)
yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan kemampuan
membangun mindfulness communication tanpa stereotip dan pandangan negative
adalah juga persoalan meningkatkan kemampuan literasi media dalam konteks budaya
digital.
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur
digital.Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital.
Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan
riset inovasi digital. Dalam mencapai target program literasi digital, perlu
diperhitungkan estimasi jumlah masyarakat Indonesia yang telah mendapatkan akses
internet berdasarkan data dari APJII dan BPS. Identifikasi Target User dan Total
Serviceable Market penting untuk menentukan target spesifik program literasi digital.
35
36
B. MANAGEMEN ASN
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan
hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan;
pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi;
pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan
secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan,
rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administratif.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
37
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a)Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan
oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka
Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan
public; dan c) Perekat dan pemersatu bangsa agar dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah
mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya.
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode
etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN
dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi
dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya
dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang
tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.
Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system
pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana
semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai.
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk
meningkatkan kinerja.