You are on page 1of 10

Pemberian Skor dan Sistem Penilaian dalam Pembelajaran

Ridwan1, Firmansyah2,Rully Yananda3


Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Syarif Abdurrahman Singkawang
1
Riidwanpmk@gmail.com 2Firmansyah@gmail.com 3RullyYananda@gmail.com

ABSTRAK

This study aims to characterize some of the penilaian concepts, such as jawaban teknik
pemeriksaan, skor pemberian, nilai conversion, and penilaian standards.The technique used in this
research is library research, or a variety of activities carried out by gathering data from sources
such as books, journal articles, regulations, and other materials related to survey methods, score
conversion, nilai conversion, and penilaian standards. The research methodology for this study
involves identifying the available data sources and utilizing them to conduct a systematic analysis
using a theory that aligns with the research objectives and standards. The results of this study
indicate that the objective test evaluation should ideally be conducted manually; evaluation of the
objective test score, also known as the Ganda score, essay type, or each question's specific score
that is given in a variety of ways.
Keywords: Scoring, Assessment System

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa konsep penilaian, seperti jawaban
teknik pemeriksaan, skor pemberian, konversi nilai, dan standar penilaian. Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, atau berbagai kegiatan yang dilakukan dengan
mengumpulkan data dari sumber-sumber seperti seperti buku, artikel jurnal, peraturan, dan materi
lain yang berkaitan dengan metode survei, konversi skor, konversi nilai, dan standar penilaian.
Metodologi penelitian untuk penelitian ini melibatkan identifikasi sumber data yang tersedia dan
memanfaatkannya untuk melakukan analisis sistematis menggunakan teori yang selaras dengan
tujuan dan standar penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi tes objektif
idealnya dilakukan secara manual; evaluasi nilai tes objektif, disebut juga dengan skor Ganda,
jenis esai, atau skor khusus setiap soal yang diberikan dalam berbagai cara.
Kata Kunci : Pemberian Skor, Sistem Penilaian
PENDAHULUAN

Evaluasi pendidikan adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Evaluasi pendidikan
melibatkan banyak komponen pendidikan pada masing-masing jalur dan kepentingan yang
dibutuhkan. Evaluasi pendidikan ini mencakup evaluasi pembelajaran, evaluasi program
pendidikan, dan evaluasi sistem pendidikan ¹. Evaluasi pendidikan merupakan suatu proses
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai ¹. Evaluasi pendidikan juga dapat diartikan sebagai penaksiran terhadap
pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan
dalam kurikulum ¹. Dalam dunia pendidikan, evaluasi pendidikan dilakukan dengan cara tes
dikumpulkan dan kemudian dilakukan penilaian dan pemberian skor ¹.

PEMBAHASAN
1.EVALUASI HASIL
Evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis untuk menilai dan mengukur tingkat
pencapaian siswa dalam pembelajaran. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode dan instrumen penilaian, seperti tes, tugas, proyek, observasi, dan sebagainya. Tujuan dari
e1valuasi pembelajaran adalah untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi pembelajaran memiliki beberapa fungsi. Pertama, evaluasi digunakan untuk
mengevaluasi efektivitas program pembelajaran dan menentukan apakah tujuan pembelajaran telah
tercapai. Fungsi ini membantu guru dan lembaga pendidikan dalam memperbaiki dan
mengembangkan program pembelajaran agar lebih efektif.Kedua, evaluasi juga digunakan untuk
memberikan umpan balik kepada siswa tentang kemajuan belajar mereka. Dengan mengetahui
kekuatan dan kelemahan mereka, siswa dapat mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan
mengembangkan strategi belajar yang lebih efektif.
Selain itu, evaluasi juga berfungsi sebagai alat untuk menentukan kenaikan kelas atau
kelulusan siswa. Hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
terkait dengan kemajuan siswa dan penempatan mereka dalam tingkat yang sesuai.
Evaluasi pembelajaran juga dapat memberikan informasi kepada orang tua atau wali siswa tentang
perkembangan belajar anak mereka. Dengan mengetahui kemajuan dan kelemahan siswa, orang
tua dapat memberikan dukungan dan bantuan yang sesuai untuk meningkatkan prestasi belajar
anak.

1
Ngalim Purwanto, 1994, "Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, hlm. 70.
Dalam evaluasi pembelajaran, penting untuk menggunakan instrumen penilaian yang
valid dan reliabel. Validitas mengacu pada sejauh mana instrumen penilaian dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur, sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil penilaian yang
diperoleh dari instrumen tersebut.Dengan kata-kata yang berbeda evaluasi pendidikan ialah 2
penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang
telah ditetapkan di dalam kurikulum.
Dalam dunia pendidikan pasti dilakukan suatu evaluasi, salah satunya dengan cara tes
dikumpulkan dan kemudian dilakukan penilaian dan pemberian skor. Dan dalam makalah ini akan
membahas sedikit tentang pemeberian skor dan penilaian.
Pemberian Skor
Pemberian skor merupakan langkah awal dalam kegiatan pengolahan hasil tes anak didik.
Penskoran yaitu sebuah proses yang mengubah jawaban tes menjadi angka (Sulistyorini, 2009).
Skor hasil belajar yang didapat anak didik adalah bilangan yang diberikan atas jawaban dari soal
tes atau pertanyaan yang memberi petunjuk mengenai perolehan hasil belajar tersebut. Skor yang
diberikan kepada anak didik menggambarkan perolehan hasil belajar anak didik sebagai respon
dari stimulus tes hasil belajar yang diberikan guru, sehingga skor yang diperoleh oleh anak didik
mencerminkan pencapaian kompetensi dari hasil belajarnya
A.Teknik Pemberian Skor
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes. Penskoran adalah suatu
proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka. Angka-angka hasil penskoran itu
kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol
untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0 – 10, 0
– 100, 0 – 4, dan ada pula yang dengan huruf A, B, C, D, dan E (Ngalim Purwanto, 1994:70). Cara
menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal- soal tes yang dipergunakan, apakah
tes objektif atau tes essay, atau dengan bentuk lain.
1) Pemberian skor untuk tes bentuk benar-salah Dalam menentukan angka atau skor untuk tes
bentuk benar-salah ini kita dapat menggunakan 2 cara, yaitu: (1) Tanpa denda, dan (2) Dengan
denda. Tanpa denda adalah banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok
dengan kunci. Sedangkan dnegan denda (karena diragukan ada unsur tebakan), digunakan
2) Macam rumus berikut (Zainal Arifin, 2009:225-226).
Pertama, dengan rumus:
S=R–W
S = Score
R = Right
W = Wrong

2
Zainal Arifin, 2009, "Pengukuran dalam Bidang Pendidikan", Jakarta: Bumi Aksara,
hlm. 225-226.
Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah soal yang
salah. Kedua, dengan rumus:
S = T – 2WT
T = Total, artinya jumlah soal dalam tes
3) Pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (short answer test) 3
Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau
kalimat pendek. Maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang,
tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian. Dengan persyaratan inilah maka
bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif. Dengan mengingat jawaban yang
hanya satu pengertian saja. Maka angka bagi tiap nomor soal mudah ditebak. usaha yang
dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes bentuk betul-salah atau pilihan ganda.
Dalam tes bentuk ini, sebaiknya tiap soal diberi angka 2 (dua). Tetapi apabila jawabannya
bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap, dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat
bervariasi pula misalnya 2, 1,5, dan 1
4) Pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana jawaban- jawaban
dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. Karena tes bentuk menjodohkan adalah
tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. Maka angka yang diberikan sebagai imbalan juga
harus lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah 2
(dua).
5) Pemberian skor untuk tes bentuk uraian
Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok- pokok
jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam mengoreksi
tes itu. Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh
akan sangat beraneka ragam, beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Langkah-langkah pemberian skornya adalah:
a) Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk memperoleh gambaran mengenai
lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
b) Menentukan angka untuk soal pertama tersebut. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi angka
5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya.
c) Mengulangi langkah-langkah tersebut untuk soal tes kedua, ketiga, dan seterusnya.
d) Menjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk
uraian .
Alternatif kedua untuk pemberian skor pada tes bentuk uraian adalah dengan
menggunakan cara pemberian angka yang relatif. Misalnya untuk sesuatu nomor soal jawaban

3
Ngalim Purwanto, 1994, "Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, hlm. 70.
yang paling lengkap hanya mengandung 3 unsur, padahal yang kita kita menghendaki 5 unsur,
maka kepada jawaban yang paling lengkap itulah kita berikan angka 5, sedangkan yang menjawab
hanya 2 atau 1 unsur, kita beri angka lebih sedikit, yaitu misalnya 3,5; 2; 1,5; dan seterusnya.
Apa yang telah diterangkan di atas ini adalah cara memberikan angka dengan menggunakan atau
mendasarkan pada norma kelompok(norm referenced test). Apabila dalam memberikan angka
menggunakan atau mendasarkan pada standar mutlak (Criterion referenced test),
maka langkah-langkahnya adalah:
a) Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci
jawaban yang telah disusun.
b) Membubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban. Ini dilakukan per nomor soal.
c) Menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal.
Dengan cara ini maka skor yang diperoleh siswa tidak dibandingkan dnegan jawaban paling
lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban lengkap yang
dikehendaki dan sudah ditentukan oleh guru
6) Pemberian skor untuk tes bentuk tugas Tolak ukur yang digunakan sebagai
ukuran keberhasilan tugas adalah:
a) Ketepatan waktu
b) Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandkan keseriusan dalam mengerjakan tugas.
c) Sistematika yang menunjukkan alur keruntutan pikiran.
d) Kelengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi.
e) Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh guru.
Dalam mempertimbangkan nilai akhir perlu dipikirkan peranan masing-masing aspek
kriteria tersebut, misalnya:
a. Ketepatan waktu, diberi bobot 2
b. Bentu fisik, diberi bobot 1
c. Sistematika, diberi bobot 3
d. Kelengkapan isi, diberi bobot 3
e. Mutu hasil, diberi bobot 3
Maka nilai akhir untuk tugas tersebut diberikan rumus:
NAT = NAT adalah Nilai Akhir Tugas
7) Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor
Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau kinerja. Untuk
mengukurnya, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes
identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari
Sangat Baik(5), Baik(4), Cukup(3), Kurang Baik(2), sampai dengan Tidak Baik(1)
8) Cara Memberi Skor Skala Sikap (Afektif)
Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat penilaian model
skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu; Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk pernyataan
negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti Sangat
Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat (TB)

2.Pendekatan Penilaian
Pendekatan penilaian adalah cara untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam
belajar. Ada beberapa pendekatan penilaian yang dapat digunakan, seperti pendekatan
tradisional, pendekatan sistem, pendekatan criterion-referenced evaluation,
pendekatan norm-referenced evaluation, pendekatan objective-referenced evaluation,
pendekatan eksperimental, pendekatan yang terfokus pada keputusan, dan pendekatan
yang berorientasi pada pemakai. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, dan pemilihan pendekatan yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan
dan konteks evaluasi.

Pendekatan tradisional adalah pendekatan penilaian yang paling umum


digunakan. Pada pendekatan ini, nilai diberikan berdasarkan perbandingan dengan
standar tertentu. Standar ini dapat berupa nilai rata-rata kelas atau nilai minimum yang
harus dicapai siswa untuk lulus. Pendekatan sistem adalah pendekatan penilaian yang
melihat siswa sebagai bagian dari sistem yang lebih besar, seperti kelas atau sekolah.
Pada pendekatan ini, nilai diberikan berdasarkan pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.

Pendekatan criterion-referenced evaluation adalah pendekatan penilaian yang


menilai kemampuan siswa berdasarkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pada pendekatan ini, nilai diberikan berdasarkan pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Pendekatan norm-referenced evaluation adalah
pendekatan penilaian yang menilai kemampuan siswa berdasarkan perbandingan
dengan siswa lain dalam kelompok yang sama. Pada pendekatan ini, nilai diberikan
berdasarkan peringkat siswa dalam kelompok yang sama.

Pendekatan objective-referenced evaluation adalah pendekatan penilaian yang menilai


kemampuan siswa berdasarkan kemampuan untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas
yang telah ditetapkan. Pada pendekatan ini, nilai diberikan berdasarkan kemampuan siswa untuk
menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan. Pendekatan eksperimental
adalah pendekatan penilaian yang melibatkan pengujian hipotesis tentang efektivitas metode
pembelajaran tertentu. Pada pendekatan ini, nilai diberikan berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Pendekatan yang terfokus pada keputusan adalah pendekatan penilaian yang menilai
kemampuan siswa berdasarkan keputusan yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi. Pada
pendekatan ini, nilai diberikan berdasarkan keputusan yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi.
Pendekatan yang berorientasi pada pemakai adalah pendekatan penilaian yang menilai
kemampuan siswa berdasarkan kebutuhan pengguna hasil evaluasi. Pada pendekatan ini, nilai
diberikan berdasarkan kebutuhan pengguna hasil evaluasi.

Dalam memberikan nilai, cara yang digunakan dapat bervariasi tergantung pada
pendekatan penilaian yang digunakan. Misalnya, pada pendekatan tradisional, nilai diberikan
berdasarkan perbandingan dengan standar tertentu, sedangkan pada pendekatan criterion-
referenced evaluation, nilai diberikan berdasarkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan penilaian yang tepat sangat penting untuk
memastikan bahwa nilai yang diberikan mencerminkan kemajuan siswa dalam belajar.

3.Teknik Penilaian Pembelajaran


Teknik Penilaian Pembelajaran mengacu pada berbagai metodologi atau model yang digunakan
oleh pendidik untuk mengumpulkan data tentang kinerja siswa. Pendekatan penilaian ini dapat
dikategorikan menjadi dua jenis: teknik uji dan teknik non-tes. Untuk menguraikan lebih lanjut,
deskripsi berikut akan diberikan.
1) Teknik tes yang diusulkan oleh Wayan Nurkencana, sebagaimana disebutkan dalam Ismet dan
Haryanto (2016:21), melibatkan evaluasi kinerja anak atau sekelompok anak dalam tugas yang
diberikan. Penilaian ini bertujuan untuk memperoleh wawasan tentang perilaku dan perilaku anak,
yang kemudian dapat dibandingkan dengan skor yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar
yang ditetapkan. Berdasarkan pertimbangan gender, metode tes dibagi menjadi dua jenis: tes esai
dan tes objektif. Penjelasan selanjutnya akan menjelaskan perbedaan ini.

a) Tes esai mengharuskan siswa untuk menanggapi pertanyaan dengan menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan menggunakan kata-kata dan bahasa
mereka sendiri, sebagaimana dinyatakan oleh Sudjana (2006:35). Nana Sudjana selanjutnya
mengkategorikan tes esai menjadi tiga bentuk: esai bebas, deskripsi terbatas, dan deskripsi
terstruktur (2006:37). Ketika menyusun pertanyaan deskriptif, faktor-faktor tertentu perlu
diperhitungkan, termasuk (1) konten yang akan dinilai; (2) aspek bahasa; (3) aspek teknis
penyajian pertanyaan; dan (4) aspek jawaban (Sudjana, 2006:39-40).

b) Tes Objektif, sebagaimana didefinisikan oleh Sudaryono (2012:103), adalah pemeriksaan yang
dapat dinilai secara objektif. Bentuk tes ini mencakup berbagai format, seperti jawaban singkat,
pertanyaan benar-salah, latihan pencocokan, dan pertanyaan pilihan ganda (Sudjana, 2006:44).
2) Teknik Penilaian Non-Tes:

a) Penilaian Demonstrasi Kerja melibatkan evaluasi kegiatan peserta didik melalui observasi,
seperti yang dijelaskan oleh Suwandi (2010:72). Jenis penilaian kinerja ini biasanya digunakan
ketika siswa ditugaskan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka atau terlibat dalam kegiatan
lain yang dapat diamati. Penilaian kinerja kerja menggunakan instrumen yang berbeda, seperti
yang dinyatakan oleh Suwandi (2010:72), termasuk (1) daftar periksa, yang memungkinkan
evaluator mengamati kriteria yang terkait dengan kompetensi tertentu, seperti baik atau buruk, ya
atau tidak; dan (2) skala penilaian, yang memungkinkan evaluator untuk menetapkan nilai pada
penguasaan kompetensi tertentu. Skala peringkat menawarkan rangkaian pilihan, seperti sangat
kompeten, kompeten, agak kompeten, dan tidak kompeten.

b) Penilaian Sikap melibatkan evaluasi perilaku dan keyakinan siswa terhadap objek tertentu,
seperti yang dijelaskan oleh Muslich (2008:125). Muslich lebih lanjut menjelaskan bahwa
penilaian sikap dapat dilakukan melalui pengamatan perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan
pribadi.

c) Penilaian Proyek mengacu pada evaluasi tugas yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu, sebagaimana ditentukan oleh Suwandi (2010:86). Jenis penilaian ini digunakan ketika
guru bertujuan untuk menilai pemahaman siswa, keterampilan aplikasi, kemampuan investigasi,
dan kemampuan untuk mengkomunikasikan informasi tentang subjek tertentu.

d) Penilaian Produk Penilaian produk mengacu pada evaluasi proses pembuatan dan kualitas suatu
produk (Suwandi, 2010:90). Jenis penilaian ini sangat tepat ketika perlu bagi siswa untuk
menunjukkan kemampuan mereka untuk menciptakan produk berkualitas tinggi. Ini mencakup
karya ilmiah, serta produk teknologi dan seni. Penerapan penilaian produk tidak terbatas pada
objek berwujud seperti lukisan atau patung. Ini juga dapat diterapkan pada karya tulis, seperti
makalah atau esai. Dalam konteks pembelajaran sejarah, guru sering meminta siswa untuk
menghasilkan makalah atau karya tulis ilmiah yang mewakili miniatur bangunan bersejarah.

e) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio melibatkan pengumpulan dan penilaian karya siswa
(Muslich, 2008:118). Ini adalah kompilasi yang menunjukkan tingkat prestasi siswa, kegiatan
belajar, kekuatan, dan karya terbaik. Evaluasi menggunakan teknik portofolio membutuhkan
pemahaman tingkat tinggi dari guru. Pelaksanaan penilaian ini membutuhkan banyak waktu
karena melibatkan pengembangan pekerjaan siswa.
f) Penilaian diri Penilaian diri adalah teknik di mana peserta didik diminta untuk mengevaluasi
kemajuan mereka sendiri, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang telah mereka pelajari
dalam mata pelajaran tertentu (Suwandi, 2010:114). Hal ini diharapkan dapat mendorong siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam proses pembelajaran. Guru dapat membandingkan penilaian
diri siswa dengan penilaian mereka sendiri untuk menentukan apakah ada persamaan atau
perbedaan.
g) Penugasan Tugas Menurut Sudaryono (2012:94), metode ini melibatkan guru yang
menyediakan serangkaian tugas yang harus diselesaikan peserta secara individu atau dalam
kelompok. Kehadiran tugas memungkinkan guru untuk menilai seberapa akuntabel peserta didik.
Dalam hal ini, penting bagi guru untuk memiliki tujuan yang jelas dan mengidentifikasi aspek-
aspek yang harus dibahas dalam penelitian.

KESIMPULAN
1.Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi beberapa konsep penilaian, seperti
pemberian skor, teknik pemeriksaan, konversi nilai, dan standar penilaian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam evaluasi pendidikan, terdapat berbagai pendekatan penilaian yang
dapat digunakan, seperti pendekatan tradisional, sistem, criterion-referenced evaluation, norm-
referenced evaluation, objective-referenced evaluation, eksperimental, keputusan, dan berorientasi
pada pemakai. Selain itu, terdapat berbagai teknik penilaian, baik berupa tes maupun non-tes, yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang kinerja siswa. Setiap teknik penilaian
memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu dan harus dipilih sesuai dengan tujuan dan konteks
evaluasi.

2.Saran
1. Guru dan pendidik sebaiknya mempertimbangkan dengan cermat pendekatan penilaian
yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran mereka. Penting untuk memahami
kelebihan dan kekurangan setiap pendekatan penilaian dan memilih yang paling sesuai
untuk mengukur kemajuan siswa.
2. Dalam menggunakan teknik penilaian, guru harus memastikan bahwa instrumen penilaian
yang digunakan valid dan reliabel. Hal ini akan memastikan bahwa data yang diperoleh
dari penilaian mencerminkan kemajuan sebenarnya dari siswa.
3. Dalam pemberian skor, guru harus mengikuti pedoman yang jelas dan adil. Penting untuk
memiliki kriteria yang transparan sehingga siswa memahami bagaimana nilai mereka
dihitung.
4. Pendidikan harus terus mengembangkan pendekatan penilaian yang inovatif dan relevan
dengan kebutuhan pembelajaran di era yang terus berubah. Hal ini akan memastikan
bahwa penilaian memberikan gambaran yang akurat tentang kemajuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ngalim Purwanto, 1994, "Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, hlm. 70.
Zainal Arifin, 2009, "Pengukuran dalam Bidang Pendidikan", Jakarta: Bumi Aksara, hlm.
225-226.
Ngalim Purwanto, 1994, "Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran", Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, hlm. 70.
Jamaluddin Idris, Teknik Evaluasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran, Cet. I, Medan:
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Cet.IV, Jakarta:
Bumi Aksara, 2003.
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa: dari Teori Hingga Aplikasi, Cet.I. Jakarta: Bumi
Aksara, 2007
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional: Prinsip-Teknik-Prosedur, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991.
Makalah: Strategi Pengembangan Penilaian Berbasis Kelas (Classroom-Based
Assessment), Bandunng, 2010.Citapustaka Media Perintis, 2011.

You might also like