You are on page 1of 1

Kebijakan PPKM Darurat, Antara Harapan dan Kenyataan

Pemerintah telah resmi memberlakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3
Juli hingga 20 Juli 2021. Kebijakan ini diambil sebagai upaya untuk menekan laju penularan Covid-19 yang semakin
mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu sebulan terakhir, kasus positif Covid-19 di Indonesia melonjak drastis, mencapai
lebih dari 2 juta orang, dengan angka kematian lebih dari 50 ribu orang1. Lonjakan kasus ini diduga akibat dari varian baru
virus corona yang lebih mudah menyebar, yaitu varian Delta2.

Kebijakan PPKM Darurat ini berlaku di pulau Jawa dan Bali, serta beberapa daerah di luar Jawa yang masuk dalam zona
merah. Kebijakan ini meliputi pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat secara ketat, seperti penutupan tempat-tempat
umum, pembatasan jam operasional sektor esensial, larangan mudik dan perjalanan antardaerah, serta penerapan work from
home (WFH) bagi sebagian besar pekerja3. Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan anggaran sebesar Rp 55,21 triliun
untuk bantuan sosial dan stimulus ekonomi bagi masyarakat terdampak4.

Kebijakan PPKM Darurat ini tentu memiliki harapan yang besar dari pemerintah maupun masyarakat. Harapannya adalah
dengan adanya pembatasan ini, kurva penularan Covid-19 bisa ditekan dan angka kesembuhan bisa meningkat. Dengan
demikian, situasi pandemi bisa segera terkendali dan masyarakat bisa kembali beraktivitas normal. Selain itu, harapannya
juga adalah dengan adanya bantuan sosial dan stimulus ekonomi, dampak negatif dari pembatasan ini bisa diminimalisir dan
perekonomian bisa pulih.

Namun, apakah harapan tersebut sesuai dengan kenyataan? Sayangnya, hingga saat ini, kebijakan PPKM Darurat masih
belum menunjukkan hasil yang signifikan. Kasus positif Covid-19 masih terus bertambah, bahkan mencapai rekor tertinggi
sebanyak 40.427 orang pada 15 Juli 2021. Angka kematian juga masih tinggi, mencapai 891 orang pada hari yang sama.
Selain itu, tingkat keterisian rumah sakit dan tempat tidur isolasi juga masih melebihi kapasitas, sehingga banyak pasien
yang tidak mendapatkan pelayanan yang memadai.

Salah satu faktor penyebab dari rendahnya efektivitas kebijakan PPKM Darurat ini adalah kurangnya kesadaran dan
kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan. Banyak masyarakat yang masih abai terhadap aturan yang
ditetapkan, seperti tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tidak mencuci tangan, atau berkumpul di tempat-tempat
ramai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pelanggaran yang terjadi selama masa PPKM Darurat berlangsung.

Faktor lainnya adalah kurangnya koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengimplementasikan
kebijakan PPKM Darurat. Banyak daerah yang masih bingung atau tidak sinkron dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat. Misalnya saja soal penentuan zona risiko, penyesuaian level PPKM, atau penyaluran bantuan sosial. Hal
ini menyebabkan adanya perbedaan atau ketimpangan dalam penanganan pandemi di berbagai daerah.

Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi dan perbaikan dari kebijakan PPKM Darurat ini agar tujuan utamanya bisa tercapai.
Pemerintah harus lebih tegas dan transparan dalam menetapkan dan mengawasi kebijakan ini, serta memberikan sanksi yang
tegas bagi para pelanggar. Pemerintah juga harus lebih meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah daerah,
serta melibatkan berbagai pihak, seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, atau relawan, dalam
upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Masyarakat juga harus lebih sadar dan disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan, serta mendukung kebijakan PPKM
Darurat ini. Masyarakat harus menyadari bahwa kebijakan ini bukanlah untuk menyulitkan atau menghambat mereka, tetapi
untuk melindungi dan menyelamatkan mereka dari ancaman pandemi. Masyarakat juga harus saling membantu dan
berempati dengan sesama yang terdampak, serta tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak jelas atau menyesatkan.

Kebijakan PPKM Darurat ini adalah langkah penting yang harus diambil untuk mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi
yang sedang dihadapi oleh bangsa ini. Namun, kebijakan ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama dan partisipasi dari
semua pihak. Mari kita bersama-sama berjuang dan berdoa agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan kita bisa kembali
menjalani kehidupan normal.

You might also like