You are on page 1of 34

UNJUK KERJA ISOLATOR 20 KV AKIBAT PENGARUH POLUTAN TAK LARUT (STUDI KASUS GARDU DISTRIBUSI PT.

SEMEN TONASA II)

HERMAN NAUWIR P2202201003

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2004 MAKASSAR 2004

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kondisi kota Kabupaten Pangkep yang berdebu dan letaknya yang pinggir pantai telah menyebabkan polusi pada jaringan transmisi PLN. Pada kasus di Gardu Distribusi PT. Pabrik Tonasa, polusi ini menjadi lebih berat karena lokasinya yang dikelilingi atau di sekitar pabrik semen. Sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik merupakan ujung tombak unit perusahaan PT. PLN untuk pengiriman daya listrik dari pusatpusat pembangkit ke pusat-pusat beban, karena keandalan sistem transmisi dan distribusi haruslah mendapat perhatian agar kontinuitas pelayanan terjamin. Salah satu komponen yang memegang peranan penting adalah isolator sebagai peralatan pemisah bagian-bagian yang bertegangan serta penahan dan penopang kawat saluran. Masalah utama pada polusi jaringan ini adalah terbentuknya lapisan polutan pada permukaan isolator. Dengan terbentuknya lapIsan polutan ini

dapat mengakibatkan terjadinya tegangan lewat denyar sehingga akan mengganggu fungsi isolator sebagai isolator listrik. Tegangan lewat denyar pada isolator terpolusi merupakan parameter yang penting dalam perancangan saluran transmisi. Pengujian isolator terpolusi buatan telah banyak dilakukan dengan tujuan untuk

mengevaluasi karakteristik tegangan lewat denyar. Isolator terpolusii buatan dipengaruhi tidak hanya oleh deposit polutan larut (ESDD) tetapi juga oleh deposit polutan tak larut (NSDD). Polutan tak larut merupakan bahan yang menyerap air dan mengikat polutan garam di permukaan isolator, hal ini menghambat proses pembersihan isolator oleh air hujan. Aspek lain yang penting dalam polutan tak larut yaitu pada waktu pembasahannnya berjalan lambat seperti kondisi berkabut atau hujan gerimis, hal ini bersama dengan garam yang telah terkait akan menyebabkan pembentukan lapisan konduktif, dan lapisan ini sangat mempengaruhi besarnya tegangan dari isolator terpolusi. Penelitian dilakukan yaitu memfokuskan pada pengaruh besarnya polutan tak larut terhadap konduktifitas permukaan tegangan lewat denyar dari isolator terpolusi. Penelitian ini mengambil studi kasus GD PT. Pabrik Semen Tonasa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengenali sifat-sifat kimia dari polutan GD PT. Semen Tonasa. 2. Bagaimana mengenali sifat-sifat fisika dari polutan GD PT. Semen Tonasa. 3. Bagaimana mengukur sifat-sifat listrik dari polutan GD PT. Semen Tonasa.

A. Tujuan dan Manfaat


Penelitian yang dilakukan penulis mempunyai tujuan dan Mamfaat sebagai berikut :

C.1. Tujuan
1. Mengenali sifat-sifat kimia dari polutan GD PT. Semen Tonasa

yang dilaksanakan melalui analisa komposisi unsur dan analisa konduktifitas larutan polutan. 2. Mengenali sifat-sifat fisika dari polutan GD PT. Semen Tonasa yang meliputi ukuran polutan dan sudut kontak permukaan. 3. Mengukur sifat-sifat listrik dari polutan GD PT. Semen Tonasa yang meliputi konduktifitas permukaan serta tegangan lewat denyar dari isolator terpolusi pada kondisi kering dan basah.

C.2. Manfaat
Dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Kalangan

Industri, seharusnya industri PT. Semen Tonasa dan listrik yang

industri lainnya dalam mengoperasikan peralatan berhubungan dengan isolator. 2. Kalangan akademis sebagai sarana praktikum

laboratorium

mahasiswa. 3. Kalangan peneliti sebagai bahan referensi dalam mengembangkan material peralatan tegangan tinggi.

B. Batasan Masalah
Untuk membatasi masalah maka diambil asumsi-asumsi sebagai berikut 1. Kelembaban dianggap tersebar merata di dalam ruang kabut 2. Suhu di setiap bagian ruang kabut dianggap sama dan tetap 3. Pada penelitian hanya menggunakan isolator Pin Pos 20 kV.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Polusi Pada Isolator


Isolator pasangan luar dalam pengoperasiannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan di sekitarnya. Kondisi lingkungan seperti jenis polusi disekitar pemasangan Isolatorr sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis isolator dan cara perawatannya. Pada umumnya, polusi pada isolator menurut sumbernya dapat dibagi dalam empat kategori. 1. Polusi dari laut. Tingkat polusi maksimum dari isolator sangat berhubungan dengan jarak lokasi dari laut. Makin jauh dari laut makin sedikit penumpukan yang terjadi. Polusi ini terbawa ke permukaan isolator oleh angin. Pada kondisi tertentu seperti angin typhoon atau badai, sering terjadi penumpukan polutan dalam jumlah yang sangat besar pada permukaan isolator. 2. Polusi dari industri. Komposisi kimia dari polutan jenis ini

sangat beragam dan bisa membentuk lapisan yang menempel kuat pada permukaan isolator, seperti : jelaga dan asap dari cerobong pabrik, debu polusi dari pabrik semen.

3.

Polusi dari daerah padang pasir. Timbunan polutan tak larut (NSDD=Non solube Deposit Density ) pada daerah padang

pasir pada umumnya lebih banyak dari pada di daerah polusi laut. Pada daerah tertentu seringkali terjadi kombinasi dari keduanya, seperti pada daerah berpasir yang dekat pantai. Garam laut yang menempel pada permukaan isolator terlapisi oleh debu yang terbawa dari padang pasir, pada daerah

tersebut besarnya ESDD dan NSDD bisa mencapai di atas 1,0 mg/cm2. 4. Polusi dari gunung berapi. Polutan dalam bentuk debu-debu dari berbagai ukuran dengan senyawa utama silikat (SiO2) dan alumina (Al2O3). Secara kualitatif tingkat polusi bisa dibagi dalam empat tingkat, mulai dari polusi ringan sampai polusi berat. Berdasarkan hal tersebut, PLN telah membuat klasifikasi tentang tingkat polusi (SPLN 10-3B: 1993). Klasifikasi tersebut bisa dilihat pada Tabel A.1. dibawah :
Tabel A.1.Pembagian Tingkat Polusi

Tingkat Polusi

Contoh ciri lingkungan yang khas Kawasan tanpa industri dan dengan kepadatan rumah
yang rendah yang dilengkapi sarana pembakaran. Kawasan dengan kepadatan terkena angin dan/atau hujan. industri yang rendah atau kepadatan rumah yang rendah tetapi sering Kawasan pertanian Kawasan pegunungan Semua kawasan ini harus terletak paling sedikit 10 km

I. Ringan

sampai 20 km dari laut dan bukan kawasan terbuka bagi hembusan angin langsung dari laut. Kawasan dengan industri yang tidak secara khusus menghasilkan asap polusi dan atau dengan kepadatan rumah II. Sedang yang sedang dan dilengkapi sarana pembakaran. Kawasan dengan kepadatan rumah yang tinggi dan atau kepadatan industri yang tinggi, terkena angin dan atau hujan. Kawasan terbuka bagi angin dari laut tetapi tidak terlalu dekat dengan pantai (paling sedikit berjarak III. Berat beberapa kilometer). Kawasan dengan kepadatan industri yang tinggi dan pinggiran kota besar dengan kepadatan sarana pembakaran tinggi yang menghasilkan polusi. Kawasan dekat laut atau pada setiap keadaan terbuka IV. Sangat Berat bagi hembusan angin yang kencang dari laut. Kawasan yang umumnya cukup luas, terkena debu konduktif dan asap industri yang khususnya menghasilkan endapan konduktif yang tebal. Kawasan yang umumnya cukup luas sangat dekat dengan pantai dan terbuka bagi semburan air laut atau hembusan angin yang sangat kencang dan terpolusi dari laut. Kawasan padang pasir, yang ditandai dengan tidak adanya hujan untuk jangka waktu lama, terbuka bagi angin kencang yang membawa pasir dan garam serta terkena kondensasi yang tetap. tetapi sering

Catatan * Penggunaan pupuk dengan penyemprotan, atau pembakaran sisa panen dapat mempertinggi tingkat polusi karena hembusan angin.

Jarak dari garis pantai tergantung pada topografi kawasan pantai dan tergantung pada kondisi angin yang ekstrim.

B. Polutan Larut dan Tak Larut


Zat polutan yang mempengaruhi ketahanan permukaan suatu isolator dapat digolongkan menjadi dua komponen : komponen yang bersifat larut merupakan komponen konduktif yang terdiri dari garamgaram yang dapat terurai menjadi ion-ion dalam suatu larutan, seperti Natrium (NaCl), Magnesium Chlorida (MgCl) dan Natrium Nitrat (NaNO3). Polutan jenis ini diwakili oleh parameter ESDD (Equivalent Salt Deposit Density) yang menyatakan banyaknya deposit polutan larut per luas area (mg/cm2). S.V. Fukuda melaporkan pengaruh dari beberapa jenis garam yang dapat larut terhadap tegangan lewat denyar. Dalam penelitiannya dipakai beberapa jenis garan : Natrium Chlorida (NaCl), Magnesium Chlorida (MgCl), Natrium Nitrat (NaNO3), Natrium Sulfat (Na2SO4) dan Magnesium Sulfat (MgSO4). Hasil dari penelitiannya disajikan pada gambar di bawah.

Gambar.1.Tegangan lewat denyar sebagai fungsi dari ESDD

10

Untuk setiap jenis garam, terlihat ada penurunan tingkat tegangan lewat denyar dengan bertambahnya kerapatannya deposit garam

(ESDD). Nilai penurunan tegangan lewat denyar bervariasi tergantung dari jenis garam, hal ini dikarenakan daya larut yang tinggi dari beberapa jenis garam membuat larutan lebih konduktif dan cenderung menghasilkan tegangan lewat denyar yang lebih rendah. Komponen tak larut adalah bagian dari zat padat yang tidak dapat terurai menjadi ion-ion dalam larutan, tetapi komponen ini dapat

mengurangi ketahanan listrik pada isolator, seperti debu, kaolin, tonoko dan bentonit. Polutan jenis ini diwakili oleh parameter NSDD (Non Soluble Deposit Density) yang menyatakan banyaknya deposit polutan tak larut per luas area (mg/cm2). Ryosuke Matsuoka et al Tahun 1993, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tidak hanya tegangan ketahanan Isolasi DC dari Isolator terpolusi buatan yang dipengaruhi oleh jenis polutantak larut ( Kaolin, Tonoko ). R. Bosignoli et.al Tahun 1993 mengevaluasi efek dari polutan tak larut (Kaolin) pada tegangan lewat denyar AC dan DC. Penelitiannya menggunakan Rogers dan Kaolin yang Brasil. K. Kondo et.al tahun 1995 meneliti pengaruh dari berbagai jenis polutan tak larut pada tegangan lewat denyar isolator terpolusi. didapatkan pada industri di

11

Digunakan Tonoko dan

berbagai jenis Kaolin (Roger, Georgia, Italy, penelitiannya

Mexico & Brasil) sebagai polutan tak larut. Hasilnya diilustrasikan pada gambar berikut :

Gambar.2.Hasil test tegangan lewat denyar DC dari isolator Dengan berbagai polutan tak larut (NSDD = 0.1 mg/cm2), SDD = 0,03 mg/cm2)

Terdapat perbedaan yang signifikan pada tegangan lewat denyar dari berbagai jenis Kaolin. Perbedaan tegangan lewat denyar ini

berhubungan dengan ukuran partikel, keseragaman lapisan polutan pada permukaan isolator dan jenis dari mineral utama dari Kaolin. Proses terbentuknya lapisan polutan sangat dipengaruhi oleh keadaan udara seperti kabut, embun, serta hujan rintik-rintik. Polutan seperti SiO 2, debu dan semen Portland, dapat membentuk ikatan mekanis yang mengikat komponen konduktif. Pada beberapa kasus, ikatan mekanis ini membuat polutan menempel kuat pada permukaan isolator sehingga pencucian

12

sendiri oleh hujan sulit. Ilustrasi dari lapisan polutan pada permukaan isolator seperti terlihat pada Gambar B3.

Gambar 3 Lapisan polutan pada permukaan isolator

1. Permukaan Hydrophilic dan Hidrophobic


Dalam evaluasi pembahasan (wettability) dari suatu material padat, pengukuran sudut kontak permukaan merupakan suatu besaran bisa mewakili derajat pembasahan tersebut. yang

C.1.Tetes air pada permukaan zat padat


Berdasarkan responnya terhadap tetesan air, bisa dibagi dalam dua jenis, permukaan material padat bisa diklasifikasi dalam dua jenis yaitu permukaan hydrophobic dan permukaan hydrophilic. Sudut kontak pada dua jenis permukaan tersebut secara teoritis bisa digambarkan sepertii pada Gambar C.1.1 dan Gambar C.1.2. berikut .

13

Gambar.3 Bentuk butiran air pada permukaan hydrophobic

Gambar 4. Bentuk butiran air pada Permukaan hydrophilic

Sudut kontak digunakan secara umum untuk merepresentasikan derajat pembahasan, karena cara pengukurannya yang muda. Dari hal di atas terlihat bahwa semakin besar sudut kontak maka permukaan

tersebut semakin hydrophobic. Isolator keramik permukaan bersifat hydropnilic hydrophobic. Sudut kontak permukaan dan energi bebas permukaan dari suatu material pada secara kuantitatif berhubungan dengan persamaan Young. Ys = Ys1 + Y1 cos ........................................................(C.1) Dengan adalah sudut kontak. Sedangkan Ys, Y1 dan Ys1 berturut-turut adalah energi bebas permukaan per unit area dari material padat, material sedangkan isolator polymer permukaannya bersifat

14

cair dan material padat-material cair. Gambar C.1.3 menunjukkan Ys Y1 dan Ys1 pada permukaan hydrophobic dan hydrophilic. Persamaan C.1 menunjukkan keseimbangan dari Ys Y1 dan Ys1 pada bidang kontak. Tetesan air dapat mengatur bentuknya secara otomatis dengan cara mengatur besarnya sudut kontak sampai tercapai

keseimbangan.

Gambar C.1.3. Keseimbangan energi pada permukaan hydrophobic

Gambar 5. Keseimbangan energi pada permukaan hydrophilic

Sebagai contoh, pada suatu permukaan dengan energi bebas permukaan yang tinggi seperti pada permukaan logam, gelas dan porselin, komponen Ys lebih besar daripada Ys1. Tetes air akan

15

menyebar secara perlahan dan menurunkan sudut kontak sampai jumlah dari Ys1 dan Y1 cos sama dengan Ys seperti yang ditunjukkan pada gambar C.1.4. Sebaliknya pada permukaan dengan energi bebas permukaan rendah, seperti pada permukaan silicon rubber, Ys lebih kecil dari pada Ys1. Tetes air akan mengumpulkan dan menaikkan sudut kontak untuk merubah arah proyeksi dari Y1 sampai jumlah Ys dan harga mutlak dari Y1 cos sama dengan Ys1 seperti yang ditunjukkan pada gambar C.1.4 di atas. C.2. Metode Pengukuran Sudut Kontak Dalam pengukuran sudut kontak antara tetes air dan permukaan horizontal material padat, ada tiga metode yang sering digunakan.

Metode pertama adalah mengukur sudut kontak langsung dengan menggambar garis singgung pada titik seperti pada gambar. Metode

kedua dengan mengukur tinggi tetesan h dan diameter dasar dari tetesan d seperti gambar. Dan selanjutnya sudut kontak dan volume tetesan V dapat dihitung dengan rumus : = 2 tg-1 (2h/d)...................................................................(C.2) V = 3.14 h2 (3r h)/3.........................................................(C.3)

dengan r = d / 2 sin . Metode ketiga dengan mengukur sudut 1 dan 2 seperti gambar. Dan selanjutnya sudut dapat dihitung dengan menjumlahkannya. = 1 + 2..................................................................................(C.4)

16

Gambar 6.Tiga metoda untuk pengukuran sudut konta

Metoda pertama didasarkan pada definisi dari sudut kontak. Namun akurasinya kurang dibandingkan dua metode yang lain, dikarenakan sulit menggambar suatu garis singgung secara akurat. Pada penelitian ini digunakan metoda kedua karena mudah ketelitian yang memadai. Beberapa literatur telah membahas tentang pengaruh polutan tak larut pada tegangan lewat denyar isolator yang terpolusi buatan antara lain: Masaru Ishii et. al. 1991, melaporkan bahwa tegangan lewat denyar DC dari isolator yang terpolusi buatan dipengaruhi oleh jenis dari polutan tak larut (Kaolin). Ryosure Matsuoka et.al. pada ISH ke 8 tahun 1993, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tidak hanya tegangan ketahanan isolasi DC tetapi juga tegangan ketahanan isolasi AC dari isolasi terpolusi buatan yang dipengaruhi oleh jenis polutan tak larut (Kaolin). K. Kondo et. al. tahun 1995, membahas pengaruh dari berbagai pengukurannya dan dengan

jenis Kaolin, Italian Koalin, Mixecan Kaolin, sebagai pembanding digunakan Tonoka.

17

Gamyasla Rudana Putra tahun 1998, dalam penelitiannya bahwa tegangan lewat denyar AC dari isolator yang terpolusi buatan di pengaruhi oleh jenis dari polutan teklarut. Penelitian yang dilakukan oleh keempat penelititersebut

menggunakan polutan tak larut murni,bukan suatu polutan nyata diambil dari lapangan. Penelitian yang dilaporkan dalam tulisan ini merupakan simulasi fenomena lewat denyar yang terjadi pada Isolator 20 kV pada Gardu Distribusi PT Semen Tonasa lankah simulasi dilakukan dengan cara : 1. Pengambilan sampel dan data lingkungan (suhu, kelembaban, lokasi) di GD PT. Semen Tonasa. 2. Analisis sifat-sifat kimia, Analisis sifat-sifat fisik dan analisis sifat-sifat listrik dari polutan GD PT. Semen Tonasa. 3. Pemilihan metode dan perancangan eksperimen yang diperlukan untuk Analisis di atas. Penelitian menggunakan polutan tak larut Kaolin (polutan tak larut standard IEC 507 91) sebagai pembanding.

18

BABIII METODE PENELITIAN A.Tempat Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di dua temapat yaitu

pengambilansampel di GD PT. Semen Tonasa dan dianalisa dii Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang. Metode dan prosedur yang digunakan dalam menganalisa polutan GD PT. Semen Tonasa meliputi tiga hal : a. Analisa sifat kimia b. Analisa sifat fisika c. Analisa sifat listrik Untuk lebih jelasnya ketiga jenis analisa yang digunakan

digambarkan seperti pada gambar A.1.

19

A. Analisa Kimia

A. 1. Komposisi unsur 2. Konduktivitas larutan

Polutan GI. Petro

B. Analisa Fisika

B. 1. Sudut Kontak

C. Analisa Listrik

C. 1. Konduktivitas permukaan unsur


2. Tegangan lewat denyar isolator

Gambar 7 Skema diagram Eksperimen

B.Eksperimen Sifat Kimia B.1. Eksperimen A.1 : Komposisi Unsur Polutan GD PT. Semen Tonasa
Analisa sampel dibutuhkan untuk mendapatkan komposisi kimia dari kontaminan, untuk tujuan tersebut digunakan AAS-Atomic-Absorbtion Spectroscopy. Prinsip dari ASS didasarkan pada prinsip atom-atom akan mengalami transisi bila menyerap energi. Energi akan dipancarkan ketika atom yang tereksitasi kembali ke tingkat energi dasar. Detektor akan mendeteksi energi terpencar tersebut. Dengan metode ini, dapat ditentukan konsentrasi Ion Logam yang rendah sampai ppm termasuk alkali dan alkali tanah dalam waktu cepat.

20

Metode dan prosedur eksperimen bisa dijelaskan sebagai berikut : Proses 1. Pengambilan polutan di GD PT. Semen Tonasa 2. Digunakan Kaolin sebagai Data 3. Analisa polutan GD PT. Semen Komposisi Unsur Tonasa Tonasa dan Kaolin dengan menggunakan AAS di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang pembanding Keluaran

21

B.2. Eksperimen A-2 : Pengukuran konduktivitas larutan polutan


Pengukuran konduktivitas dilakukan dengan alat ukur konduktivitas TDScan IV. Alat ini mempunyai daerah pengukuran mulai dari 0,1 mS, sampai 19,9 mS dengan resolusi 0,1 mS dan kesalahan 2%. Alat ini telah dilengkapi dengan koreksi temperatur berupa ATC Automatic

Temperatur Compensation, sehingga data yang didapat tidak perlu dikonversikan lagi. Metode dan prosedur dari seperti di bawah ini. PROSES 1. PENYIAPAN LARUTAN POLUTAN PELARUT : AIR AQUA SATU LITER DENGAN KONDUKTIVITAS ZAT TERLARUT : POLUTAN GI. PETRO & KAOLIN DENGAN
DATA KONDUKTIVITAS KONSENTRASI : LARUTAN

eksperimen dijelaskan

KELUARAN

20,40,60,80,100,120,140,160,180, 200,200,220,240,260,280,300 Gram per liter 2. PENGUKURAN KONDUKTIVITAS LARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN TDSCAN 4

22

Gambar 8 Skema Pengukuran Konduktivitas larutan polutan

Untuk menjaga harga konduktivitas yang akurat, digunakan pelarut berupa air mineral kemasan dengan nama dagang Aqua. Dari hasil pengukuran didapatkan harga konduktivitas dari Aqua yaitu 0,2 mS (air PDAM harga konduktivitas berubah antara 0,2 0,4 mS). Larutan yang terbentuk merupakan suatu suspensi dimana antara pelarut (air aqua) dan polutan akan terpisah kalau didiamkan. Walaupun terjadi pemisahan, konduktivitas suatu larutan hanya dipengaruhi oleh komponen yang larut menjadi ion-ion saja tidak tergantung pada pengendapan yang terjadi. Dengan demikian saat pengukuran tidak mempengaruhi harga konduktivitas. Skema dari pengukuran

konduktivitas ditunjukkan pada gambar.

23

C.Eksperimen Sifat Fisika C.1. Eksperimen B-1 : Pengukuran sudut kontak


Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui besarnya sudut kontak yang terjadi antara tetes air dan permukaan material yang telah dilapisi polutan. Sudut kontak permukaan merupakan suatu besaran yang bisa mewakili derajat kebebasan (wettability) dari suatu material. Prosedur dan metode kesperimen seperti dibawah. PROSES 1. PERSIAPAN LAPISAN POLUTAN (POLUTAN GI. PETRO DAN KAOLIN PADA ISOLATOR KERAMIK; POLUTAN GI. PETRO DAN KAOLIN PADA PERMUKAAN DATA SILICONE RUBBER) SUDUT AIR PADA 2. PEMBERIAN TETES KONTAK SETIAP LAPISAN POLUTAN 3. PENGAMBILAN FOTO UNTUK PENGUKURAN SUDUT KONTAK 4. PENGUKURAN SUDUT KONTAK UNTUK MASING-MASING KONDISI LAPISAN. KELUARAN

Permukaan isolator dengan bahan keramik bersifat hydrophilic, sifat dari permukaan ini ditunjukkan dengan harga sudut kontak yang rendah. Sebagai perbandingan digunakan silicon rubber, silicon rubber merupakan suatu material yang bersifat hydrophobic, hal ini ditunjukkan dengan harga sudut kontak yang besar. Pembentukan kemampuan hydrophobic silicon rubber tergantung pada waktu.

24

Skema pengukuran sudut kontak ditunjukkan pada gambar di bawah:

Gambar 9 skema pengukuran sudut kontak

D.Eksperimen Sifat Listrik D.1. Eksperimen C-1 Konduktivitas permukaan isolator terpolusi
Pengukuran konduktivitas dilakukan untuk empat kondisi keadaan, yaitu : 1. Kondisi bersih-kering (tanpa polutan dan tanpa pembahasan) 2. Kondisi bersih-basah (tanpa polutan dan dengan pembahasan) 3. Kondisi terpolusi-kering (dengan polutan dan tanpa pembahasan) 4. Kondisi terpolusi-basah (dengan polutan dan dengan pembahasan) bila tegangan diterapkan pada isolator, arus akan mengalir melalui permukaannya. Arus ini disebut arus bocor permukaan. Pada kondisi permukaan terpolusi, arus bocor terjadi dapat dipergunakan sebagai indikator tingkat polusi suatu daerah. Prosedur dan skema eksperimen pengukuran konduktivitas permukaan isolator pada kondisi bersih-kering dan bersih-basah ditunjukkan seperti

25

dibawah. Pengukuran pada dua buah isolator Pin post, dan diambil harga rata-ratanya.

Gambarr 10 kema rangkaian pengukuran konduktivitas permukaan Kering dan bersih-basah

kondisi Bersih-

Keterangan simbol pada gambar D.1.1. Tr C CF SB R1 A RK ITR : : : : : : : : trafo tegangan tinggi, 220 V/100 kV capasitor tegangan tinggi, 100 pF alat ukur tegangan puncak Chubb & Fortesque sela bola untuk proteksi tegangan lebih, jarak 1 cm tahanan pelindung trafo jika terjadi hubung singkat, 10 M ohm mikro amperemeter digital bolak-balik ruang kabut dilengkapi dengan injeksi uap isolator uji, PIN Post 20 kV.

Proses
1. Pengukuran pada kondisi bersih-kering 2. Persiapan isolator pin post (pencucian & Konduktivitas pengeringan agar bersih dari debu dan Permukaan Isolator minyak).
Bersih

Keluaran

KERI Tegangan kV NG

26

3. Penempatan isolator pada ruang kabut dan pencatatan suhu serta kelembabannya. 4. Penerapan tegangan secara bertahap mulai dari 5 kV 60 kV. 5. Dicatat besar arus bocor yang terjadi 6. Pengukuran pada kondisi bersih-basah, pengkondisian kelembaban ruang kabut melalui injeksi uap (90-95%) 7. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 2-5

Uraian dibawah merupakan prosedur dan skema eksperimen pengukuran konduktivitas permukaan isolator pada kondisi terpolusibasah. Pengukuran dilakukan pada dua buah isolator Pin-Post, dan diambil harga rata-ratanya. Digunakan dua polutan (polutan GD. Semen Tonasa dan Kaolin), konsentrasi dari polutan dimulai dari harga 100 gram/liter sampai 300 gram/liter. Pembentukan lapisan polutan melalui penyemprotan

(spraying) sesuai dengan IEC-507, dipilih metode ini dikarenakan lebih efisien dalam penggunaan polutan dibandingkan pencelupan (dipping) atau pengaliran. (flowing). Penyemprotan lapisan polutan dilakukan arus kocor

pada tiga buah isolator Pin Post, dua buah untuk uji sedangkan isolator ketiga untuk pengukuran NSDD.

27

Gambar 11 .Skema rangkaian pengukuran konduktivitas permukaan kondisi

terpolusi-kering dan t erpolusi-kering dan terpolusi-basah PROSES


1. Pengukuran pada kondisi terpolusi-kering 2. Persiapan isolator pin post (pencucian & Konduktivitas pengeringan agar bersih dari debu dan Permukaan Isolator minyak). Terpolusi 3. Penempatan isolator pada ruang kabut dan pencatatan suhu serta kelembabannya. 4. Penerapan tegangan secara bertahap mulai dari 5 kV 60 kV. KERI 5. Dicatat besar arus bocor yang terjadi NG 6. Pengukuran pada kondisi bersih-basah, pengkondisian BASA ruang kabut kelembaban Tegangan kV melalui injeksi uap (90-95%) 7. Langkah selanjutnya sama dengan langkah

KELUARAN

Catatan Untuk menguji pengaruh dari kelembaban, digunakan dua kondisi kelembaban 80 85% dan 90 95%.

D.2. Eksperimen C-2 Tegangan lewat denyar


Dalam pengukuran tegangan lewat denyur pada kondisi basah

percikan bisa timbul dari ujung-ujung tetes air ke body isolator. Percikan

28

yang diamati adalah percikan timbul karena pelepasan

muatan dari

bagian kering (tanpa tetes air). Level ketahanan isolator dari isolator (whithstand voltage) merupkan tegangan kritis, yaitu tegangan maksimum yang masih dapat ditahan oleh isolator sebelum lewat denyur.

Pengukuran tegangan lewat denyur dilakukan untuk dua tingkat pengotoran (konsentrasi polutan 100 gr/l dan 300 gr/l). Prosedur dan skema eksperimen seperti di bawah. PROSES
1. Penyemprotan isolator pin post dengan larutan polutan (100 gr/l dan 300 gr/l) 2. Penempatan isolator pada ruang kabut Tegangan suhu dan pencatatan FO dan kelembabannya (90-95%). 3. Tegangan dinaikkan secara perlahan sampai terlihat percikan ditunggu lima BASA menit. Tegangan dinaikkan lagi perlahan H sampai lewat denyar terjadi.
Tegangan kV

KELUARAN

29

Gambar 12 .Skema rangkaian pengukuran lewat denyar

Keterangan simbol pada gambar D.2.1. Tr C CF R1 ITR : : : : : trafo tegangan tinggi, 220 V/100 kV capasitor tegangan tinggi, 100 pF alat ukur tegangan puncak Chubb & Fortesque tahanan pelindung trafo jika terjadi hubung singkat, 10 M ohm isolator uji, PIN Post 20 kV.

30

E.TAHAPAN PELAKSANAAN

MULAI

PERSIAPAN

PEMBUATAN RANGKA BENDA KERJA

TIDAK

PENGUJIAN YA
MENGANALIS A POLUTAN GD PT. SEMEN TONASA

ANALISA KIMIA

ANALISA FISIKA

ANALISA LISTRIK

KESIMPULAN

SELESAI

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Arismunandar A, 1975. Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Pradinya Paramita, Jakarta 2 Arismunandar A, 1979. Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Pradinya Paramita, Jakarta 3. Gonen Turan, 1978. Modern Power System Analisis New York. 4. Hutauruk, T.S. 1990. Transmisi Daya Listrik. Erlangga, Jakarta. 5. Solymer L, and D. Walsh, 1998. Electrical Properties of Materials Universitas of oxford. New York. 6. Suwarno, 1999. Material Elektroteknik. ITB. Bandung. 7. William D and Stevenson Ir. 1996. Analisa Sistem Tenaga Listrik 8. Arismunandar A, 1978. Teknik Tegangan Tinggi, Bandung.

32

JUDUL : UNJUK KERJA ISOLATOR 20 KV AKIBAT PENGARUH POLUTAN TAK LARUT PADA GARDU DISTRIBUSI PT. SEMEN TONASA II (STUDI KASUS)

Disusun dan diajukan oleh : Herman Nauwir P2202201003

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO/TEKNIK TENAGA Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Muh. Arief. M. Eng Ketua

Dr. Ir. Salama Manjang, MT Anggota

Ketua Program Studi Teknik Elektro Program Pascasarjana Unhas

Prof. Dr. Ir. Muh. Arief, M.Eng

33

DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ A. B. Latar Belakang .................................................... Rumusan Masalah .............................................. i ii 1 1 2 3 3 4 5 5 8 11 11 14 18 19 19 20 22 22 23

C. Tujuan Penelitian ................................................ D. Manfaat Penelitian .............................................. E. BAB Batasan Masalah ................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................. 2.1. Polusi pada Isolator ............................................ 2.2. Polutan Larut dan Tak Larut ............................... 2.3. Permukaan Hidrophilic dan Hidrophobic ............ 2.3.1. Tetes Air pada Permukaan Zat Padat ............. 2.3.2. Metode Pengukuran Sudut Kontak .................

BAB

III. METODE DAN PROSES PENELITIAN .................... 3.1. Eksperimen Sifat Kimia ...................................... 3.1.1.Komposisi Unsur Polutan GD. PT. Semen Tonasa 3.2.1. Pengukuran Konduktivitas Larutan Palutan .... 3.2. Eksperimen Sifat Fisika ...................................... 3.2.1. Pengukuran sudut Kontak ............................... 3.3. Eksperimen Sifat Listrik ......................................

34

3.3.1. Konduktivitas Permukaan Isolator Terpolusi ... 3.3.2. Tegangan Lewat Denyar ................................. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

23 26 29

You might also like