You are on page 1of 8

TEORI KAJIAN WACANA DALAM ILMU SASTRA

Dosen Pengampu : Nur Hidayah,Lc.,M.A.

Disusunoleh :

1. Muhammad Syarrif (225551004)


2. Zaidan Ahmad Dzulfikar Al Hakim (225551019)

PROGRAM STUDI STUDI ISLAM INTERDISIPLINER


FAKULTASDIRASAH ISLAMIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA
2023

BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi , dan satuan terkecil bahasa
adalah bunyi yang di kaji dalam fonologi, kemudian adalah kajian morfologi , yang
mempelajari proses penguraian suatu kata, ada juga yang membahas frasa dan
kalimat mengacu pada kajian sintaksis . Kajian berikut ini merupakan kajian semantik yang
berfokus pada makna . terakhir adalah pengetahuan wacana . Ada beberapa artikel tentang
wacana . menurut Alwi (2003) menyatakan bahwa wacana adalah kalimat yang berkaitan
sehingga terbentuklah makna yang serasi dalam kalimat-kalimat itu. Selanjutnya sebagaimana
dikemukakan Zaimar (2009), wacana terdiri dari satu kata , satu kalimat , atau beberapa
kalimat. Wacana juga mampu berbicara yang merupakan gabungan antara bahasa lisan dan
bahasa tulisan . Oleh karena itu , wacana dapat berupa satu kata, satu kalimat , satu paragraf,
satu artikel, satu buku, serta beberapa buku, bahkan mungkin satu ilmu di suatu bidang.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hamad (2007) menyatakan wacana adalah bahasa yang
bermaknayang dapat berbentuk lisan, tulisan, dan simbol. Wujud dari bentuk wacana
dapatberupa: teks, ucapan, lakon.Oleh karena itu,tidak selamanya wacana berbentuk tulisan di
mediamassa dan dimedia cetak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah analisis wacana?
2. Apa saja prinsip dalam kajian wacana?
3. Apa saja model-model kajian wacana yang diterapkan dalam ilmu sastra?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Memahami sejarah kajian wacana.
2. Memahami prinsip kajian wacana.
3. Memahami model-model kajian wacana beserta penerapannya.

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. Sejarah Analisis Wacana


Kata wacana sering muncul dalam karya sastra dan puisi . Secara umum , frasa ini
muncul ketika seseorang menulis pernyataan yang panjang atau rinci tentang suatu topik
tertentu . Topik yang dibahas tidak terbatas pada bidang tertentu, sebaliknya, mereka
mencakup berbagai topik , termasuk politik, masyarakat, agama, warga lanjut usia , dan
sebagainya . Berdasarkan analisis wacana , ada tiga sttydyt pandang tentang bahasa.
Pertama jelas dipandang sebagai jembatan antara umat manusia dan lingkungan
eksternal. Analisis wacana dengan demikian digunakan untuk menggambarkan tata aturan
kalimat, bahasa, dan pengertian bersama. Wacana dapat diklasifikasikan menjadi dua
kategori: kebenaran atau ketidakbenaran berdasarkan semantik dan sintaksis ( Eriyanto,
2006 ) . Pandangan kedua , subjek sebagai faktor sentral dalam program wacana serta
hubungan interpersonal . Dengan demikian, analisis wacana dianggap sebagai jenis analisis
yang digunakan untuk mengidentifikasi makna - makna dan maksud-makna saat ini
(Eriyanto, 2006 : 5 ). ketiga, bahasa dipahami sebagai sarana representasi yang digunakan
untuk memahami subjek terkini , wacana terkini , dan strategi terkini di dalamnya . Oleh
karena itu Hasilnya , analisis wacana digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan yang ada
dalam setiap proses berbahasa .untuk mengidentifikasi kuasa yang ada dalam setiap proses
bahasa . Karena menggunakan perspektif kritis , maka analisis wacana ini dikenal dengan
istilah analisis wacana kritis ( Eriyanto, 2006: 6).

Analisis wacana kritis adalah suatu bentuk media ekspresi kekuasaan dominasi
dan ketidak setaraan yang di praktikkan atau di tentang oleh teks tertulis dan percakapan
dalam konteks sosial dan politik. Analisis wacana kritis merupakan pendekatan
konstruksivis sosial yang berpendapat bahwa representasi dunia adalah wacana yang
direpresentasikan secara linguistik , yang mempunyai kualitas historis dan berasal dari
interaksi sosial .Analisis bahasa kritis , atau analisis kesadaran bahasa kritis kesadaran
bahasa, merupakan sebuah konsep yang muncul dalam pendidikan Barat .analisis,
merupakan sebuah konsep yang muncul dalam pendidikan Barat. Analisis
wacana kritis merupakan perpanjangan dari , atau bahakan bagian dari analisis wacana .
Analisis wacana mempunyai arti yang cukup luas dari segi bahasa , metodologi, dan
signifikansinya. Ciri - ciri - ciri analisis wacana kritis berbeda dengan analisis wacana “ non
kritis” yang itu dari umumnya hanya menggambarkan struktur wacana.

3
B. Prinsip Analisis Wacana Kritis

Bagian kedua menyajikan secara singkat analisis wacana kritis. Pada bagian ini
dijelaskan analisis wacana kritis terhadap fungsi dan beberapa pendahulunya. Merujuk
materi dalam buku “ Analisis Wacana ” ( Eriyanto, 2006 ) , berikut analisis kritis terhadap
wacana :
1. Analisis tindakan .
Wacana dipahami sebagai tindakan. Wacana juga juga mengerti atau dipahami
sebagai bentuk interaksi . Dengan demikian, sebuah wacana adalah sesuatu
yang mempunyai tujuan , misalnya apakah untuk memengaruhi,,
memperdebatkan, membujuk, menyanggah, dll. Wacana juga merupakan Juga sesuatu
yang diungkapkan dan dideskripsikan secara terbuka atau sesuatu yang diungkapkan
dan dijelaskan secara terbuka .
2. Analisis konteks.
Menurut Guy Cook , konteks komunikasi juga dikaji melalui analisis wacana ,
seperti siapa berkomunikasi dengan siapa dan bagaimana ; dalam jenis audiens dan
situasi seperti apa; melalui media apa; dan hubungan antara berbagai pihak.
menurut konteks, Fillmore menyoroti pentingnya makna konteks dari menentukan
makna wacana dan bagaimana, ketika konteks berubah, makna juga ikut berubah.
Sedangkan Syafi'ie (dalam Lubis, 1993: 58) membedakan empat jenis konteks dalam
penggunaan bahasa, yaitu (1) konteks fisik, meliputi tempat di mana bahasa digunakan
dalam komunikasi dan objek-objek yang dihadirkan dalam peristiwa komunikasi, dan
tindakan atau perilaku; (2) konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang
diketahui baik oleh pembicara maupun pendengar; (3) konteks linguistik, yang terdiri
dari kalimat atau ujaran yang mendahului kalimat atau ujaran tertentu dalam suatu
peristiwa komunikatif; dan (4) konteks sosial, yaitu hubungan sosial dan setting
lingkungan yang melengkapi hubungan antara pembicara dan pendengar.
3. Analisis konteks historis.
Untuk memahami wacana tekstual, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
konteks sejarah di mana teks tersebut dijelaskan. Oleh karna itu, ketika melakukan
analisis, perlu dipahami mengapa beberapa wacana bersifat berkembang atau
berkembang seperti itu , mengapa bahasa - bahasa digunakan seperti itu, dan
sebagainya.
4. Analisis kekuasaan.
Setiap wacana dalam teks , percakapan, atau bentuk lainnya, dilihat
sebagai _bentuk perebutan kekuasaan. Kekuasaan merupakan salah satu konsep utama
yang menghubungkan masyarakat umum dan wacana .Hubunganantara kekuasaan dan

4
wacana dapat dilihat pada apa yang disebut dengan kontrol. kontrol dalam wacana bisa
berupa kendali atas struktur wacana. Misalnya , kendali atas konteks dapat ditunjukkan
pada siapa yang boleh atau harus angkat bicara , sedangkan posisi lainnya adalah
sebagai pendengar atau seseorang yang angkat bicara .
5. Analisis ideologi.
Wacana digunakan digunakan oleh kelompok dominan sebagai alat untuk
mengumpulkan dan mengkomunikasikan sumber daya mereka agar tampak sah dan
nyata di mata khalayak. Kata-kata, dialog, dan sebagainya adalah bentuk praktik
ideologis.

5
C. Model-Model Analisis Wacana Kritis
Dalam analisis wacana kritis terdapat beberapa pendekatan antara lain: (1) analisis
bahasa kritis, (2) analisis wacana pendekatan Prancis, (3) pendekatan kognisi sosial, (4)
pendekatan perubahan sosial, dan (5) pendekatan wacana sejarah.

1. Analisis Bahasa Kritis


Analisis bahasa kritis dimulai pada tahun sekitar 1970 oleh sekelompok pengajar di
Universitas East Anglia . pendekatan berfokus pada analisis wacana di dalam bahasa
dan hubungannya dengan ideologi. Dengan demikian , ideologi berasal dari strategi
gramatikal dan gramatikal. Setiap orang menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
ideologi mereka saat ini melalui pilihan kata atau struktur tata bahasa . Model analisis yang
dikembangkan oleh Fowler dkk dikenal dengan pendekatan bahasa kritis . Model analisis
utama ini didasarkan pada interpretasi Halliday terhadap struktur dan fungsi bahasa .
Dengan gagasan ini , Fowler dkk bertujuan untuk memahami penerapan praktis ideologi
dengan mempelajari tata bahasa dan praktik penggunaannya . Aturan tata bahasa yang
diajarkan Fowler dkk disebut katakana dan tata bahasa .

2. Analisis Wacana Pendekatan Prancis


Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan Pecheux. Pendekatan ini dipengaruhi
oleh teori pemikiran Althusser dan teori wacana Foucault. Pecheux melihat bahasa dan
ideologi bertemu dalam penggunaan bahasa, dan reifikasi bahasa dalam ideologi. Pecheux
berfokus pada efek ideologis dari wacana, memosisikan orang sebagai subjek dalam situasi
sosial tertentu. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai medan pertempuran di mana
berbagai kelompok dan kelas sosial mencoba untuk menanamkan keyakinan dan
pemahaman mereka.

3. Analisis Wacana Pendekatan Kognisi Sosial


pendekatan satu ini merupakan metode Teun A. Van Dijk , pendiri Universitas
Amsterdam di Belgia . Ketika Van Dijk dan rekan - rekannya menganalisis laporan berita
dari laporan Eropa dari European Broadcasting Union pada tahun 1980- an , mereka
membahas isu-isu ras , rasisme, dan nasionalisme. Berdasarkan Dalam hal ini, Van Dijk
menyimpulkan bahwa faktor kognitiffaktor adalahmerupakan faktor penting dalam produksi
wacana . Produksi wacana juga mempengaruhi proses kognisi sosial. Van Dijk menegaskan
, ketika menganalisis suatu wacana, hal itu penting wacana untuk mempertimbangkan
bagaimana dan mengapa, teks itu di produksi. . Van Dijk telah melakukan banyak
penelitian, terutama terkait berita yang mengandung rasisme dan diekspresikan melalui teks.

6
Teks
Kognisi Sosial

Konteks

Gambar 1
Model Analisis Wacana Van Dijk

Diagram di atas menunjukkan bagaimana Van Dijk menggambarkan wacana dengan


tiga dimensi: tekstual, kognisi sosial, dan konteks. Dalam dimensi teks, kajiannya adalah
bagaimana menggunakan struktur dan strategi wacana teks untuk menekankan sebuah tema.
Pada dimensi kognisi sosial, yang diamati adalah proses produksi teks yang melibatkan
kognisi individu pengarang. Sedangkan dimensi kontekstual yang dikaji adalah wacana
tentang suatu persoalan di masyarakat.
Van Dijk mengungkapkan bahwa wacana terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Pendekatan perubahan sosial
digunakan untuk menganalisis wacana, dengan fokus pada hubungan antara wacana dan
perubahan sosial. Pendekatan ini menampilkan Fairclough yang dipengaruhi oleh pemikiran
Foucault dan intertekstualitas Julia Kristeva dan Baksin. Dalam pendekatan ini, wacana
dipandang sebagai praktik sosial, yaitu adanya hubungan antara praktik wacana dengan
identitas dan relasi sosial. Oleh karena itu, model analitik Norman Fairclough disebut juga
sebagai model perubahan sosial. Metode wacana sejarah dikembangkan oleh sekelompok
guru Wina yang dipimpin oleh Ruth Wodak. Pendekatan ini dipengaruhi oleh ide-ide
Jurgen Habermas. Wodak dan rekan-rekannya berpendapat bahwa ketika menganalisis
wacana, seseorang harus memasukkan konteks historis bagaimana wacana suatu kelompok
dideskripsikan.

7
Daftar Referensi:
Eriyanto. (2006). Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis.
Fatimah, D. (1994). Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung:
Eresko. Fairclough, N. (2003). Analysis Discourse: Textual Analysis for Social
Research.
New York: Psychology Press.
Gagne, R.M. dan L.J. Briggs. (1979). Principles of Instructional Design. Rinchart Holt.
Lubis, A. Hamid. (1993). Analisis Wacana Pragmatik. Medan: FPBS IKIP Medan.
Romli, Asep Syamsul M. (2014). Jurnalistik Online. Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia.

You might also like