You are on page 1of 15

KARYA SASTRA YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG DALAM

MASYARAKATTUTUR BAHASA BALI DI LOMBOK:


SUATU KAJIAN BANDINGAN GEOGRAFIS

(LITERATURES EMERGING AND DEVELOPING AMONG BALI SPEAKER


COMMUNITY IN LOMBOK: A GEOGRAPHICAL COMPARATIVE SYUDY)

Nining Nur Alaini

Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat


Jalan dr. Sujono, Kelurahan Jempong Baru, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram
Pos-el: niningkirono@yahoo.com

Diterima: 13 November 2013; Direvisi: 6 Desember 2013; Disetujui: 7 Desember 2013

Abstract

People occupingthe areas of Nusa Tenggara Province are heterogeneous. Lombok island is a home
for four main tribes and other minor migrant tribes. The four tribes are Sasak, Samawa, and Bali.
The existence of the tribes is characterized by different identities. One of the identities is language
and literature. It is highly likely that the area where a language exists will also have a literature. The
variety of languages used in each area will possibly emerge specific literatures. As for the example,
the Balinese living in Lombokislandenrich the treasure of Lombok literatures by bringing with them
their own literature to Lombok. The geographical and social differences demand migrant community
to adapt to the condition. Over a particular period, we will find some social and cultural differences
as a result of adaptation to the new environment. The result of the adaptation will also be found in
literatures. The variation of society, culture, and geography will birth variation of literatures. This
research is aimed at finding a description on Balinese literatures emerging and developing in Sasak
community.

Keywords: comparative study, literatures, variation

Abstrak

Masyarakat yang mendiami wilayah-wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat sangat majemuk. Pulau
Lombok didiami oleh empat suku bangsa yang besar, di samping berbagai kelompok suku bangsa
pendatang baru. Keempat suku tersebut adalah suku bangsa Sasak, Bima, Sumbawa dan suku bangsa
Bali. Keberadaan masing-masing komunitas ditandai oleh identitas yang berbeda, yang salah satunya
berwujud bahasa dan sastra. Dapat dikatakan bahwa setiap daerah yang mempunyai bahasa daerah
sangat mungkin mempunyai sastra daerah. Adanya variasi-variasi bahasa yang digunakan di masing-
masing wilayah sangat memungkinkan hidupnya karya-karya sastra yang juga khas di wilayah bahasa
tersebut. Demikian juga dengan komunitas Bali yang menetap di Pulau Lombok. Keberadaan suku
Bali di Lombok memperkaya khazanah kesastraan Lombok dengan dibawanya sastra Bali ke Lombok
oleh pendatang-pendatang dari Bali tersebut. Perbedaaan sosial budaya dan geografis, menuntut
masyarakat pendatang untuk menyesuaikan diri dengan kondisi wilayah baru yang ditempatinya.
Dalam beberapa jangka waktu, kita akan menemukan beberapa perbedaan sebagai hasil adaptasi
sosial budaya dan lingkungan baru. Hasil adaptasi yang disebut sebagai variasi ini, biasanya juga
terjadi dalam karya sastranya. Adanya variasi sosial budaya dan geografis akan diikuti pula dengan
munculnya variasi sastra. Dengan melakukan kajian bandingan geografis diharapkan dapat diperoleh
gambaran tentang wujud kontak sastra Bali selama masa perjalanannya yang tumbuh dan berkembang
dalam komunitas Sasak.

Kata kunci: bandingan geografis, sastra, variasi

85
86|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
1. Pendahuluan memunculkan variasi dalam karya sastra.
Masyarakat yang mendiami wilayah- Hal ini dikarenakan sastra merupakan salah
wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat satu wujud hasil budaya manusia. Perbedaan
sangat majemuk. Pulau Lombok didiami kondisi sosial budaya dan geografis yang
oleh empat suku bangsa yang besar, di berbeda, sedikit banyak juga akan diikuti
samping berbagai kelompok suku bangsa pula dengan perubahan wujud sastra, artinya
dan bangsa pendatang baru. Keempat suku variasi sosial budaya dan kondisi geografis
tersebut adalah suku bangsa Sasak, Bima, akan diikuti pula dengan munculnya variasi
Sumbawa, dan suku bangsa Bali. sastra. Dengan melakukan kajian bandingan
Keberadaan masing-masing komunitas geografis diharapkan dapat diperoleh
ditandai oleh identitas yang berbeda, yang gambaran wujud kontak sastra Bali selama
salah satunya berwujud bahasa dan masa perjalanannya dalam komunitas Sasak.
kesastraan. Dapat dikatakan bahwa setiap
daerah yang mempunyai bahasa daerah 2. Kerangka Teori
sangat mungkin mempunyai sastra daerah Kajian sastra bandingan adalah
(Tuloli, 1991:1). pendekatan ilmu sastra yang tidak
Suku bangsa Bali telah mendiami Pulau menggunakan teori sendiri. Dalam kajian
Lombok pada sekitar abad 17 sampai 19. ini, teori apapun dapat dimanfaatkan sesuai
Keberadaan mereka di Lombok ditunjang dengan objek dan tujuan penelitiannya.
juga dengan jarak Pulau Bali dan Lombok Dalam kajian sastra bandingan, metode
yang hanya dibatasi oleh Selat Lombok. perbandingan adalah yang utama. Dengan
Keberadaan suku Bali di Lombok ini demikian uraian yang dilakukan dalam
memperkaya khazanah kesastraan Lombok sastra bandingan berlandaskan pada azas
dengan dibawanya sastra Bali ke Lombok banding membandingkan (Djoko Damono,
oleh pendatang-pendatang dari Bali tersebut. 2005). Remak (1990:1) menyebutkan bahwa
Kehidupan masyarakat Bali di Lombok sastra bandingan adalah kajian sastra di luar
dewasa ini, merupakan kesinambungan batas sebuah negara dan kajian hubungan di
sosial budaya yang berasal dari masa lalu, antara sastra dengan bidang alam serta
yakni dari zaman prasejarah, yaitu zaman kepercayaan yang lain seperti seni (misalnya
prahindu-budha. Dengan demikian, hal ini seni tari, seni musik, seni patung/pahat, di
berarti kebudayaan Bali dewasa ini adalah samping filsafat, sejarah, dan ilmu sosial).
produk suatu proses sejarah yang panjang Menurut Remak secara ringkas yang
yang dialami oleh masyarakatnya. Adanya dilakukan dalam sastra bandingan adalah
lingkungan sosial budaya dan kondisi membandingkan sastra sebuah negara
geografis yang berbeda dengan daerah asal dengan sastra negara lain dan
secara otomatis akan memunculkan adanya membandingkan sastra dengan bidang lain
saling pengaruh antara masyarakat sehingga mencerminkan keseluruhan
pendatang dengan masyarakat asli daerah ungkapan kehidupan. Sementara itu, Nada
yang didatangi. Selain perbedaan sosial (1999:9) menyatakan bahwa sastra
budaya, kondisi geografis yang berbeda bandingan adalah suatu studi atau kajian
menuntut masyarakat pendatang untuk sastra suatu bangsa yang mempunyai kaitan
menyesuaikan diri dengan keadaan geografis kesejarahan dengan sastra bangsa lainnya,
wilayah yang ditempati. Adanya proses bagaimana terjalin proses saling
adaptasi ini, dalam jangka waktu yang lama, mempengaruhi antara satu dengan lainnya,
akan memunculkan variasi-variasi sebagai apa yang telah diambil suatu sastra, dan apa
hasil adaptasi. Proses adaptasi ini juga akan pula yang telah disumbangkannya. Nada
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 87
membuat studi mengenai proses geografis yang berbeda, sedikit banyak juga
perpindahan sastra dari satu daerah ke akan diikuti pula dengan perubahan wujud
daerah lain, hal-hal yang menyangkut sastra, artinya variasi sosial budaya dan
berbagai segi tematik dan stikistik seperti kondisi geografis akan diikuti pula dengan
tipe, diksi, dan gaya. Menurut Nada, hal munculnya variasi sastra.
penting dalam studi sastra bandingan adalah Dengan melakukan kajian bandingan
perbedaan bahasa. Pendapat lain geografis diharapkan dapat diperoleh
mengatakan bahwa sastra bandingan gambaran wujud kontak sastra Bali selama
menyurvai pertukaran gagasan, tema, buku masa perjalanannya dalam komunitas Sasak
atau perasaan di antara bangsa-bangsa, di di Pulau Lombok.
antara dua atau beberapa sastra. Sastra
bandingan merupakan studi sembarang 3. Metode Penelitian
gejala sastra dari perspektif lebih dari satu Data karya sastra yang digunakan
sastra suatu bangsa atau dalam hubungannya dalam kajian ini dikumpulkan di enklave-
dengan suatu atau bahkan dengan beberapa enklave Bali di Pulau Lombok. Damhujin
disiplin intelektual. Dari berbagai definisi (2005) mengatakan bahwa komunitas Bali
yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan yang tinggal di Lombok pada mulanya
bahwa dalam kajian sastra bandingan, hanya bermukim di wilayah Cakranegara,
metode perbandingan adalah yang utama. Mataram, Pagutan, Pagesangan, dan
Objek yang dibandingkan dapat Pamenang, yang merupakan sisa-sisa
berupa sastra dengan sastra, sastra dengan wilayah kekuasaan kerajaan Singasari yang
bidang seni lainnya, maupun sastra dengan mengalami keruntuhan pada abad ke-18.
bidang keilmuan lain. Aspek-aspek yang Pada pertengahan abad ke-19, beberapa di
dibandingkan dapat berupa genre dan antara kelompok penduduk Bali tersebut
bentuk, periode, aliran, dan pengaruh, serta melakukan persebaran ke arah utara, yaitu
tema dan mitos. Akan tetapi, kajian sastra daerah Tanjung, dan ke sebelah timur yaitu
bandingan tentu saja tidak sebatas pada hal- ke wilayah Kecamatan Bayan. Di samping
hal di atas, kajian sastra bandingan dapat itu, terjadi persebaran penduduk Bali dari
dikembangkan sesuai dengan objek dan Mataram ke arah timur, ke Desa Peninjauan,
tujuan penelitian. Kecamatan Narmada, dan ke wilayah
Salah satu studi sastra bandingan yang selatan, Desa Pelangan, Kecamatan
dapat dilakukan adalah studi sastra Sekotong Tengah.
bandingan geografis. Kajian sastra Data yang digunakan yaitu data
bandingan geografis dalam kajian ini primer dan data sekunder. Data primer
mengacu kepada perbandingan jenis dan adalah data yang berupa karya sastra. Data
ragam sastra yang sama dan berasal dari ini diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan
daerah yang sama, dalam suatu kurun waktu cara studi lapangan, artinya data diperoleh
tertentu, yang berkembang di suatu wilayah dari lokasi secara langsung, studi pustaka,
yang berbeda. Kajian ini membandingkan dan studi katalog, yaitu dengan cara
ragam dan jenis karya sastra Bali yang mengumpulkan data-data yang telah
tumbuh dan berkembang di Pulau Bali dan terdokumentasi, baik berbentuk rekaman
Pulau Lombok, dalam suatu kurun waktu maupun data-data pustaka, yang berupa
tertentu. Pulau Bali dan Pulau Lombok karya sastra. Studi katalog dilakukan untuk
merupakan sebuah wilayah yang secara menginventarisasi karya sastra tulis
geografis dan sosial budaya berbeda. tradisional yang berwujud naskah.
Perbedaan kondisi sosial budaya dan
88|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
Data sekunder merupakan data yang dan tokoh-tokoh yang lain. Keempat, karya
tidak berupa karya sastra, tetapi berkaitan sastra yang telah ditranskripsi diterjemahkan
erat dengan karya sastra. Data ini dapat dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan
berupa penelitian-penelitian tentang karya pemahaman pembaca. Penerjemahan
sastra, kondisi sosial budaya masyarakat dilakukan secara terikat agar tidak
pemilik karya sastra, dan sebagainya. Seperti mengubah struktur asli karya. Kelima, data-
halnya data primer, data sekunder juga data yang telah diolah menjadi data siap
dikumpulkan dengan dua cara, yaitu, melalui pakai kemudian dianalisis dengan
studi pustaka (library research), dan studi menggunakan metode komparatif diakronik
lapangan. untuk menelusuri perubahan dan
Pengumpulan data di lapangan perkembangan sastra Bali yang hidup dan
dilakukan dengan cara mendatangi lokasi berkembang dalam komunitas tutur bahasa
penelitian dan mewawancarai narasumber. Sasak.
Mereka yang dijadikan narasumber ini
terdiri atas dua kelompok. Kelompok 4. Pembahasan
pertama adalah mereka yang termasuk 4.1 Ragam Sastra Sasak
dalam narasumber primer, yaitu Bentuk sastra yang hidup di kalangan
pembawa/pencerita karya sastra yang hidup etnis Sasak berbentuk prosa dan puisi.
dalam masyarakat penutur bahasa Bali di Ragam sastra Sasak yang berbentuk prosa
Lombok, dan kelompok kedua adalah antara lain adalah legenda, cerita jenaka,
informan yang bukan pembawa/pencerita, fabel, cerita hantu dan raksasa, cerita datu,
mereka terdiri atas golongan-golongan dan mitos. Legenda merupakan salah satu
seperti tokoh adat, tokoh pendidik, pemuka ragamsastra berbentuk prosa yang
masyarakat, dan audiens. Pengumpulan data menceritakan tentang sejarah atau asal mula
dilakukan dengan cara perekaman, suatu tempat, desa, keadaan, maupun suatu
pencatatan, dan pemotretan. Wawancara kebiasaan.
dilakukan untuk mendapatkan data dari Cerita jenaka lebih mengarah pada
informan, baik pembawa/pencerita maupun cerita yang berkaitan dengan hal-hal yang
tokoh-tokoh adat, pendidik, pemuka lucu, bodoh, akal bulus, serta tipu muslihat
masyarakat, maupun audiens, sedangkan yang mungkin terjadi dalam kehidupan
data-data yang berupa perbuatan, reaksi sehari-hari. Cerita jenaka pada umumnya
audiens, dan performance dikumpulkan berfungsi sebagai hiburan dan sangat
dengan cara pencatatan dan pemotretan. digemari oleh masyarakat terutama anak-
Data yang didapatkan dari lokasi, anak. Cerita jenaka juga dapat berfungsi
selanjutnya diolah dengan melalui tahapan sebagai sarana pendidikan karena di balik
sebagai berikut. Pertama, data-data yang sifat jenaka tersembunyi sifat didaktis.
diperoleh dari studi pustaka dan studi Cerita ini biasa didongengkan oleh orang tua
katalog diinventarisasi. Kedua, data rekaman kepada anaknya sebagai sarana pewarisan
ditranskripsikan atau dipindahkan dari nilai-nilai moral dan didaktis.
bentuk rekaman ke bentuk tulisan. Kegiatan Fabel merupakan kisah-kisah yang
pentranskripsian dilakukan segera setelah menceritakan dunia binatang. Tokoh-tokoh
perekaman data untuk memperkecil dalam fable semuanya adalah binatang.
kemungkinan salah dengar. Ketiga, Namun demikian, tokoh-tokoh binatang
transkripsi yang berupa karya sastra tersebut memerankan watak dan budi
dipisahkan dari transkripsi wawancara manusia. Mereka dilukiskan dapat bercakap-
dengan informan-informan seperti audiens cakap dan bertingkah laku, serta berpikir
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 89
selayaknya manusia, bahkan masalah pertama, terjadinya maut, bentuk khas
mereka pun tidak jauh berbeda dengan binatang, topografi, gejala alam, dan
masalah manusia. Oleh karena itu, dalam sebagainya. Mitos juga menceritakan
fabel banyak mengandung falsafah hidup tentang petualangan para dewa, kisah
dan banyak pula yang merupakan sindiran percintaan, dan hubungan kekerabatan
terhadap tingkah laku manusia dalam mereka.
bermasyarakat. Cerita fabel pada umumnya Sedangkan sastra berbentuk puisi
bersifat jenaka dan berfungsi untuk yang hidup dalam etnis Sasak antara lain
memperhalus sindiran. adalah lelakaq, kayaq, pepinja, dan basa
Cerita hantu dan raksasa muncul beciq. Lelakaq merupakan istilah untuk
dalam etnis Sasak karena masyarakat Sasak menyebut ragam sastra pantun dalam etnis
pada umumnya percaya akan adanya Sasak. Berdasarkan isinya lelakaq dapat
mahkluk halus yang dalam bahasa Sasak dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain
disebut tuselaq, raksasa, bebodo lambek, lelakaq penyelemor, nyoake, kasmaran,
bakeq, dan berhala. Tuselaq, bebodo lambek, pepinja, tuduh, sindiran, dan agama. Lelakaq
bakeq, dan berhala digambarkan sebagai penyelemor merupakan pantun yang
mahkluk halus jahat yang suka berfungsi sebagai hiburan hati yang duka,
menyembunyikan anak-anak, menyebabkan isinya bersifat jenaka. Lelakaq nyaoke
anak-anak sakit, dan membawa malapetaka. merupakan pantun yang berisi tekad
Raksasa digambarkan sebagai mahkluk jahat seseorang untuk mengabdi kepada raja.
bertubuh besar dan berwajah jelek, serta Lelakaq kasmaran berupa pantun yang
suka makan daging manusia. Bebodo lambek isinya merupakan curahan hati para muda
digambarkan sebagai makhluk halus yang mudi yang sedang mabuk asmara. Lelakaq
mempunyai susu besar dan panjang. Karena pepinja adalah istilah untuk pantun teka-teki
anak-anak sering ditakut-takuti oleh orang dalam etnis Sasak, sedangkan lelakaq tuduh
tuanya dengan cerita hantu-hantu tersebut, merupakan pantun nasib yang berisi ratapan
dalam imajinasi mereka berkembang seseorang yang kecewa karena keinginannya
keberadaan mahkluk halus tersebut, dan tidak tercapai. Lelakaq sindiran adalah
cerita ini kemudian diceritakan juga secara pantun sindiran. Lelakaq agama adalah
turun temurun kepada anak cucu mereka. pantun agama yang berisi nasihat untuk
Cerita datu merupakan kisah raja-raja mengerjakan perintah agama.
Sasak yang tersebar di Pulau Lombok. Basa beciq atau kerante kodeq dalam
Tokoh datu dianggap sebagai tokoh utama khazanah sastra lama disebut sebagai
dikalangan nenek moyang masyarakat mantra. Berdasarkan kegunaannya, dalam
Sasak, dan sering pula dihubungkan dengan etnis Sasak dikenal empat jenis basa beciq,
mitos roh datu yang menguasai kehidupan yaitu jejampi, merupakan mantra yang
manusia. digunakan oleh para dukun, puji merupakan
Mitos merupakan cerita yang mantra yang digunakan untuk memperoleh
dianggap suci dan benar-benar terjadi oleh kekebalan terhadap senjata tajam danapi,
yang empunya cerita. Mitos ditokohi oleh senggeger merupakan mantra pengasihan
dewa atau mahkluk setengah dewa. yang ditujukan kepada orang yang dicintai
Peristiwanya biasanya terjadi di dunia lain agar menerima cinta pengirim mantra, dan
atau di dunia yang bukan seperti yang kita begik yaitu ilmu hitam yang dipakai untuk
kenal, dan peristiwa terjadi di masa lampau. mengguna-gunai orang sehingga jatuh sakit.
Mitos pada umumnya mengisahkan
terjadinya alam semesta, dunia, manusia
90|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
4.2 Ragam Sastra Bali luhur dan suci, maka masyarakat Bali
Seni sastra adalah salah satu warisan sampai saat ini masih menghormatinya
kebudayaan yang luhur di Bali. Ia bukan sebagai dewa ilmu pengetahuan yang
saja bermutu tinggi, tetapi merupakan disebutnya Sang Hyang Aji Saraswati.
referensi, literer, bahkan sumber inspirasi Lontar-lontar atau seni sastra ini tiap-
dari bentuk seni lainnya. Wiracarita tiap enam bulan (210 hari) dibuatkan suatu
Ramayana memberi inspirasi timbulnya upacara, di mana pada saat itu orang tak
senipewayangan di Bali; Wiracarita boleh menulis ataupun membaca lontar.
Mahabhrata sumber pengamatan dari Dengan pandangan yang mulia ini timbul
berbagai bentuk patung, lukisan, ukiran, dan juga pandangan ajawera, dimana tiap-tiap
lain-lainnya. orang takut kena kutuk jika belum waktunya
Sejak zaman dulu masyarakat Bali untuk membaca sebuah lontar. Kini masih
telah mengenal tulisan Bali, ditulis di atas banyak lontar-lontar yang tak bisa dibaca
daun lontar dengan pisau pengutik dan cara karena pandangan tersebut di atas. Lontar itu
itu disebutnya ngropak. Tulisan-tulisan disucikan, tapi bertuah besar dan bisa
semacam ini juga disimpan di sebuah kotak mengobati seseorang yang sedang sakit
yang diukir dan dihiasi sangat bagus, yang hanya dengan membuat air suci dari lontar
disebut kropak. Pada mulanya sastra Bali tersebut di atas. Diduga ada juga lontar yang
ditulis di atas lempengan tembaga, atau mengandung ajaran ilmu kematian, di mana
ditatah pada relief-relief candi, serta arca- tiap orang tertentu takut membacanya karena
arca tertentu. Lempengan-lempengan lontar itu bisa memberi jalan kepada
tembaga itu disebut prasasti, dan disimpan di seseorang yang mau mati. Jadi dengan
pura-pura. Sampai saat ini banyak pura-pura adanya pandangan tersebut di atas, pada satu
yang masih menyimpan prasasti-prasasti, pihak terjadilah perkembangan sastra Bali
diantaranya pura desa Batuan, pura Jogan yang lambat, karena orang-orang yang bisa
Agung (Ketewel), pura Sukawana (Bangli), membaca lontar-lontar yang suci itu adalah
pura Sading (Denpasar), pura Blanjong orang yang telah cukup umur dan memiliki
(Denpasar), dan lain-lainnya. Prasasti- pengetahuan di bidang sastra Bali.
prasasti itu memakai bahasa Sansekerta dan Kemudian setelah zaman modern ini,
bahasa Bali Kuna.Hanya kemudian setelah mulailah masyarakat umum mempelajari
adanya kontak antara Jawa dan Bali kira- warisannya secara merata yaitu berkat
kira pada abad ke-10, yaitu dengan prakarsa Parisada Hindu Dharma,
terjadinya perkawinan antara Raja Udayana menerjemahkan ajaran-ajaran suci, weda-
dengan Putri Gunapriyadharmapatni, maka weda ke dalam bahasa Indonesia agar tiap
mulailah prasasti-prasasti itu memakai umat mengetahuinya. Tentu dengan ini
bahasa Jawa Kuna atau bahasa Kawi. apresiasi masyarakat terhadap seni sastra
Sesuai dengan pengayoman seni tari, Bali akan lebih tebal dan sekaligus
seni tabuh, dan lain-lain di Bali maka menambah rasa cinta mereka terhadap
perkembangan seni sastra juga lebih banyak peninggalan kebudayaan yang luhur ini.
diayomi oleh para raja zaman dulu. Seni Usaha yang sama juga dilakukan oleh
sastra mendapat pengayoman yang sungguh- Universitas Udayana, Kokar, Asti, Gedong
sungguh, dan banyak pengarang-pengarang Kirtya, dan lembaga lainnya.
yang muncul di zaman raja-raja dulu, dan Di samping sastra Bali yang sistem
banyak di antaranya berasal dari keluarga pendidikannya merupakan oral tradisi,
raja atau bangsawan lainnya. Di samping itu, sistem yang diterapkan dari mulut ke mulut,
karena sastra dianggapnya satu warisan yang seni sastra Bali banyak berkaitan dengan
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 91
seni suara Bali yang disebut tembang, sastra lontar yang telah dialihaksarakan
misalnya cerita Ramayana ditulis dalam dalam huruf latin. Siapapun bisa menjadi
bentuk Kekawin, cerita Malat dalam bentuk anggota sebuah pesantyan pepaosan ini
Kidung (Sekar Madya), dan seni sastra tanpa ada persyaratan khusus. Anggota-
popular ditulis dalam bentuk-bentuk anggota pesantyan yang telah terbentuk saat
tembang macapat. ini berasal dari kalangan yang beragam,
mulai dari petani, guru, maupun pegawai
4.3 Sastra Bali di Pulau Lombok pemerintah dan swasta.
Ragam sastra Bali yang ditemukan di Pepaosan biasanya ditampilkan pada
Lombok adalah pepaosan, sesonggan, saat-saat kegiatan tertentu, misalnya acara
sloka, cicempedan, dan satua. Istilah pernikahan, upacara kematian, maupun
pepaosan dalam masyarakat Bali digunakan acara hajatan lainnya. Lontar yang
untuk menyebut kegiatan bersastra yang dibacakan beraneka ragam, disesuaikan
berupa pembacaan lontar. Kegiatan dengan kegiatan yang sedang berlangsung.
pepaosan yang ditemukan di Lombok Pada saat pembacaan lontar berlangsung,
sedikit berbeda dari pengertian di atas, semua anggota perkumpulan duduk bersila
karena yang dibaca bukanlah lontar lagi melingkar. Tembang dinyanyikan bisa
tetapi tembang-tembang yang telah dengan cara bersama-sama maupun
dialihaksarakan dan diketik ulang dalam bergantian, tergantung pada panjang
aksara latin. Hal ini dilakukan karena sangat pendeknya lagu. Setiap selesai pelantunan
terbatasnya masyarakat yang memiliki satu bait, biasanya akan diselingi dengan
kemampuan membaca aksara-aksara yang penerjemahan dalam bahasa Sasak maupun
digunakan dalam karya-karya lontar yang bahasa Indonesia. Pemain yang bertugas
asli, yang kebanyakan ditulis dalam aksara sebagai penerjemah ini harus menguasai dua
daerah. bahasa daerah, yaitu bahasa Bali dan bahasa
Kegiatan pepaosan ini ditemukan di Sasak. Pada setiap pelaksanaan pepaosan
enklave Bali Lombok yaitu Tanjung dan biasanya disertai sesajen yang terdiri dari
Gunungsari. Di Tanjung bahkan telah tiga unsur, yaitu air, api, dan bunga. Sesajen
terbentuk dua kelompok (pesantyan) ini dimaksudkan untuk melancarkan
pepaosan. Kelompok ini mengadakan sampainya doa-doa yang dipanjatkan
latihan dua kali dalam seminggu. Latihan sebelum pembacaan dimulai. Kegiatan
biasanya dilakukan pada malam hari, karena pepaosan ini biasanya diiringi oleh
pada siang harinya para anggota disibukkan instrumen musik gamelan, seperti gong,
dengan kegiatan mencari nafkah. Pada setiap canang, saron, dan sebagainya. Penabuh
latihan, mereka dibimbing oleh seorang gamelan diambil dari anggota kelompok
guru. Sang guru ini mendapatkan ilmunya yang piawai memainkan gamelan.
ketika ia menetap di Bali selama dua belas Sesonggan merupakan salah satu
tahun. Sayangnya sampai saat ini hanya satu ragam gancaran pralambang, yang dalam
orang pelatih saja yang ada, karena belum khazanah sastra Indonesia sering disebut
dilakukan regenerasi dan terbatasnya sebagai pepatah. Dalam masyarakat Bali,
kemampuan individu untuk menjadi pelatih. dikenal pralambang sesonggan. Sesongan
Karena alasan ini pulalah, tembang-tembang menurut Dananjaya (1991:30—31)
yang dibacakan dalam kegiatan mamebasan disamakan dengan pribahasa sesungguhnya
ini belum pernah mengalami inovasi apapun. (true proverb) dari jenis yang
Tembang-tembang yang dilantunkan dalam mempergunakan kalimat sederhana.
kegiatan pepaosan ini diambil dari karya Sesonggan biasanya disampaikan secara
92|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
tidak disengaja atau sengaja melihat dongeng menjelang tidur. Tradisi ini pernah
seseorang berbuat kesalahan, lalu hidup semarak dalam kehidupan mereka,
menasehatinya dengan pribahasa, atau pada tetapi tradisi itu pada saat ini sudah tidak
saat memperingatkan seseorang dan jelas rimbanya.
menasehati. Selain sesonggan, jenis pralambang
Satua adalah cerita rakyat. Cerita yang lain adalah sloka. Sloka dalam
rakyat daerah Bali di tengah-tengah khazanah sastra Indonesia disebut sebagai
kehidupan masyarakat Bali dikenal dengan bidal.
istilah satua. Istilah satua mengandung Cicempedan dalam khazanah sastra
pengertian cerita. Cerita rakyat Bali Indonesia lama dikenal dengan nama teka-
merupakan cerita yang tumbuh dan teki tradisional. Cicempedan ini biasanya
berkembang turun menurun di tengah- disampaikan pada saat senggang seperti
tengah kehidupan masyarakat Bali dari pada malam hari ketika berkumpul dengan
generasi ke generasi berikutnya secara lisan teman-teman dan pada saat-saat acara
dalam versi yang berbeda. Sebagai salah tertentu. Tujuannya yaitu menguji
satu bentuk sastra Bali tradisional, satua kepandaian temannya.
tersebut mempunyai kedudukan dan peranan Dari penelitian yang telah dilakukan,
penting dalam masyarakat Bali, karena tata ragam dan jenis sastra Bali yang
nilai yang terkandung di dalamnya berkaitan berkembang di Bali dan yang berkembang di
erat dengan kehidupan masyarakatnya. enklave Bali di Lombok, secara visual, dapat
Dalam kehidupan masyarakat Bali, cerita dilihat dalam tabel di bawah ini.
rakyat ini biasanya disampaikan sebagai

Tabel 1. Ragam dan Jenis Sastra Bali yang Berkembang di Bali dan Enklave Bali di Lombok
No. Ragam Sastra Bali Ragam Sastra Ragam Sastra Ragam Sastra Ragam Sastra
Enklave Enklave Tanjung Enklave Enklave
Cakranegara Peninjauan Gunungsari
1. Gancaran
a. Ttatwa cerita
b. Pralambang
- Sesonggan - Sesonggan - Sesonggan
- Sesenggakan - Sloka
- Wewangsalan - Cicempedan
- Sesawangan
- Sloka
- Beblabadan
- Cecimpedan
- Cecangkitan
- Sesimbing
- Cecangkriman
- Raos
- Sipta
- Sesemon
- Peparikan
- Gegendingan
2. Tembang
i. Sekar Rare
- Dolanan
- Jejanggeran
- Gending Sangiang
ii. Sekar Macapat Sekar Macapat Sekar Macapat Sekar Macapat Sekar Macapat
- Kumambang - Kumambang - Kumambang - Kumambang - Kumambang
- Pucung - Pucung - Pucung - Pucung - Pucung
- Ginanti - Ginanti - Ginanti - Ginanti - Ginanti
- Mijil - Mijil - Mijil - Mijil - Mijil
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 93
- Ginada - Ginada - Ginada - Ginada - Ginada
- Pangkur - Pangkur - Pangkur - Pangkur - Pangkur
- Semaradana - Semaradana - Semaradana - Semaradana - Semaradana
- Durma - Durma - Durma - Durma - Durma
- Dangdanggula - Dangdanggula - Dangdanggula - Dangdanggula - Dangdanggula
- Sinom - Sinom - Sinom - Sinom - Sinom
- Megatruh - Megatruh - Megatruh - Megatruh - Megatruh
- Demung - Demung - Demung - Demung - Demung
- Agal - Agal - Agal - Agal - Agal
- Tikus - Tikus - Tikus - Tikus - Tikus
- Gambuh - Gambuh - Gambuh - Gambuh - Gambuh
- Adri - Adri - Adri - Adri - Adri
iii. Sekar Madia Sekar Madia Sekar Madia Sekar Madia Sekar Madia
- Kidung Malat - Kidung - Kidung - Kidung - Kidung
- Kidung Wargasari Wargasari Wargasari Wargasari Wargasari
- Kidung Tantri - Kidung Jerum - Kidung Jerum - Kidung Jerum - Kidung Jerum
- Kidung Wewiletan
- Kidung Demung
- Bramara Sangutpati
- Bramara Angisep
Sari
- Kidung Palugangsa
- Kidung Jerum
- Kidung Alis-Alis
Ijo
- Kidung Aji
Kembang
- Kidung Perigelan
- Kidung Rara
Wangi
- Kidung Asti
iv. Sekar Agung
- Reng Widyutmala
- Reng Sronca
- Reng Swandewi
-Reng Wasantatilaka
- Reng Malini
- Reng Lalita
- Reng Sikarini
-Reng Mrdhukomala
- Reng Sragdhara
-Reng Kilayu
Manedeng
- Reng Wirat
- Reng Aswalalita
- Reng Dandha
- Reng Rsi Tiga
3. Palawakia
- Parwa
- Kanda
- Purana
- Satua
- Itihasa
- Upakyana
- Wilapa - Satua - Satua
- Japa Mantra
- Saa
- sesapan

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa sekar alit dan sekar madia. Hal ini
ragam sastra yang masih eksis di semua disebabkan karena tembang-tembang
enklave Bali di Lombok adalah ragam tersebut biasanya dinyanyikan dalam rangka
tembang dari jenis tembang macapat atau tradisi pepaosan, sebuah tradisi yang sampai
94|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
sekarang masih dijaga kelestariannya baik Kesakralan ini merupakan salah satu alasan
oleh komunitas Bali di Lombok maupun untuk tetap mempertahankan bentuk asli
komunitas Bali di tempat asalnya, yang sastra tersebut. Perbandingan-perbandingan
mereka sebut sebagai mabasan. ragam sastra Bali yang terdapat di enklave
Pemertahanan tradisi ini memang erat Lombok dapat dilihat di bawah ini.
kaitannya dengan upacara keagamaan yang
dianut oleh mayoritas komunitas Bali. Selain 4.4.1 Ragam Tembang
itu, ragam sastra Bali di Lombok adalah Tembang dalam tradisi bersastra
sesonggan, sloka, cicempedan, dan satua. komunitas Bali ditampilkan dalam
pertunjukan pepaosan. Tembang dalam
4.4 Wilayah Komunitas Sastra Bali yang khazanah sastra Bali dibedakan menjadi
Inovatif empat jenis, yaitu: 1) sekar rare, 2) sekar
Berdasarkan pengamatan dan data di macapat (sekar alit), 3) sekar madia
lapangan dapat disimpulkan bahwa di (kekidungan = tembang tengahan), dan 4)
hampir semua enklave Bali di Lombok, sekar agung.
ragam-ragam sastra Bali tertentu saja yang Tembang-tembang yang digunakan
masih hidup. Pepaosan atau yang di Bali oleh pesantyan-pesantyan komunitas Bali di
disebut dengan mabebasan merupakan satu- Sasak hanya jenis sekar macapat (alit) dan
satunya ragam sastra yang masih eksis di sekar madia (kekidungan). Sekar macapat
semua enklave Bali di Lombok. dalam khazanah kesastraan Bali terdiri dari
Berdasarkan data yang diperoleh di pupuh-pupuh sinom, ginada, ginanti, mijil,
lapangan, jenis tembang yang dinyanyikan pucung, kumambang, semarandana,
dalam tradisi pepaosan tidak mengalami dangdang, durma, pangkur, gambuh,
perubahan. Berdasarkan informasi yang demung, adri, megatruh, dan tikus
diperoleh dari informan, hal ini disebabkan kapanting, sedangkan sekar madia
karena belum ada di antara mereka yang dibedakan menjadi kidung wargasari – dewa
memiliki kemampuan untuk mengubah yajna, kidung wilet mayura – rsi yajna,
tembang, dan ragam sastra tembang ini kidung tantri – manusa yajna, kidung aji
memang telah memiliki aturan yang telah kembang – pitra yajna, kidung alis-alis ijo –
disepakati. Hal lainnya adalah tradisi bhuta yajna.
pepaosan ini sangat erat kaitannya dengan Dari ragam-ragam sekar di atas,
upacara keagamaan, sehingga ragam sastra pupuh tikus kapanting tidak ditemukan
yang terlibat di dalamnya akan dianggap diempat enklave Bali di Lombok.
sebagai sastra sakral oleh komunitasnya.

Tabel 2.Ragam Tembang pada Komunitas Bali di Bali dan Komunitas Bali di Lombok
Bali Bali di Lombok
Pupuh Guru Lagu/ Contoh Tembang Guru Contoh Tembang
Guru Lagu/
Wilangan Guru
Wilangan
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 95
Sinom 8a Susilane utamayang 8a Sampun rawuh ring paseban,
8i Satiane anggen ngembanin 8i Sang kalih malinggih cepil,
8a Keto munggah di agama 8a Tan suwe resi Sudhanta,
8i Kukuhang mangdennya pasti 8i Ngebah lawang raris mijil,
8i Eda mamuikin aji 8i Sang kalih pada nganjali,
8u Ida sungsung maka guru 8u Dang guru sampun malungguh,
8a Sueca ngicen karahayuan 8a Sambil knyung mangandika,
8i Tunasin pangalang ati 8i Mangkin bapa mangawitin,
4u Maka suluh 4u Pacang nyambung,
8a Gigisan paling di jalan 8a Dharmaning sampun grehasta.
Ginada 8a I jayaprana angucap 8a Sangkalih raris memarga,
8i Lamun tuduh beli mati 8i nyudi linggih mahayati,
8a/o Dija ko beli manongos 8a kadi Ratih lawan Smara,
8u Yadian ko magedong batu 8u tangkil ring Bhataraguru,
8a Lamun suba janji pejah 8a nuna guna kama tantra,
4i Mangenmasin 4i kanggen ngabih,
8a Nanging patute tindihang 8a kahayon miwah kawidnyan.
Ginanti 8u Mirib suba liu tau 8u Mirib suba tatas tau,
8i Kadine munggah ring aji 8i ring abah sang Widyasari,
8a Jatin sengsara punika 8a kala ngiringang grehasta,
8i Wetu saking tingkah pelih 8i panuntun maguru bakti,
8a Pelih saking katambetan 8a caluhang sadina dina,
8i Tambet dadi dasar sedih 8i ulengangring Sanghyang Widhi.
Mijil 4u Salah unduk 4u Doning sampun,
6i Nista iba sampi 6i Pada puput mukti,
6o Jugul ditu nongos 6o Bekelang ngerawos,
4e Awak gede 4i Kala wengi,
6e Tanduk lanying ngrenyeb 6e Ngantosang kiyape,
4u Nging mategul 4i Melah jani,
6i Nyurudayu sai 6i Becikang malinggih,
6i Kone iba sakti 6i Bapa pacang nyawis,
8u Tan padaya mredi idup 8u Pitaken cening iwau.
Pucung 4u Pupuh Pucung 4u Nuli nyambung,
8u Anggon jalaran manutur 8u Sang jayapurusa matur,
6a Cening pianak bapa 6a Cingak baktin tityang,
8i Mungpung Cening enu cenik 8i Sang loba nunas pawisik,
4u Apung suluk 4u Ring iratu,
8a Jemet mlajahang awak 8a Sang dana sugih ring tatwa.
Kumambang 4a Dados jadma 4a Tejan surya,
8i Jatin ipun pinih luih 8i Ngentak sakeng semeng mijil,
6a Patut ngayu bagia 6a Ngawe raga lara,
8i Yadin lacur turin bengil 8i Sayan sore sayan etis,
8a Sida pacang mangguh bagia 8a Sat amreta nyiram lara.
Semarandana 8i Mamisuna ngawe pati 8i Awinan patut apikin,
8a miwah sane lian-lianan 8a Hidupe ring Lokasraya,
8e/o Kancan laksanane kaon 8o Nabnab manah mangda katon,
8a Nyandang pisan ’nto impasang 8a Ring tingkahe ngarap dharma,
8a Mangda Cening tan kasepan 8a Bebas sakeng dosa maya,
8u Ngungsi sila sane patut 8u Ento anggen ngalih nau,
8a Darma sadu maring jagat 8a Mupu hidup jati bagya.
Dangdang 10i Titiang takut kena munyi manis 12i Kancit mangkin gelis rauh sang
4a Ngaku tresna memargi,
6a Gampang nagih nadtad 4a ring jabayan,
8i/e Anak eluh uli dini 6a pamedal pasraman,
8u Batangin selaka siu 8i makanten sakadi sedih,
8i Joh para bakatang Beli 8u asing pangguh meneng patuh,
8a Saling ke baan kemikan 8i tan wenten nyapa sang tangkil,
8u Makemulan galir bungut 8a sarwa tetanduran sekar,
8a Dija pacang saup jemak 8u kadi milu sedih luru,
8a Tuyub ngucap 8a masahsah tiba ring lemah,
8i Adayan suba manengil 8a bela jengah,
8a Keh manundun dakin basang 8i matindih ring Widyasari,
8a sungsut iseng tinggal priya.
96|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
Durma 12a Da mamadat, mamotoh 12a Gung aksama antuk langgya tityang
mangutang-ngutang nyelag,
7i Da ngadu daya lengit 8i matur ring sang maha resi,
6a Solah apang melah 6a midartayang satwa,
8a Mabanjar mapisaga 8a nyaritayang sang Lubdaka,
8i Eda maguunin rusit 8i masolah memati mati,
5a Astiti ring Hyang 4a sida ruat,
7i Bakti ngayah ring Gusti 8i antuk sang Hyang Shiwa Asih.
Pangkur 8a Nunas agung sinampura 8a Mated bawos sang Sudhanta,
11i Ratu titiang ring Ida dane sami 11i Sang Jayapurusa sarng Widyasari,
8u Ngerencana ngawe kidung 8u sinarengan ida matur,
8a Pangkure anggon tembang 8a nyakupang tangan nyuksema,
12u Mapi ririh, belog pongah sipok 12u raris lebar sakeng bale sabha
8a sigug 8a sampun,
8i Tuara jengah kakedekang 8i Sang Sudhanta ngapuriang,
Ngulahang payu mangawi sang kalih kajaba raris.
Gambuh 7u Salinin tembang gambuh 7u
10u Gending Jawi Bali basan ipun 10u
12i Manuturang ne mawasta asta 12i
8u Dewi 8u
8o Cacakan ipun akutus 8o
Mamingunangang manah belog
Demung 8i Sesanan i pianak yukti 8i
4a Ne utama 4a
8u Nganutin pangajah guru 8u
6u Kocap ne tetelu 6u
8i Guru rupaka makadi 8i
8a Kalih guru pangajian 8a
8u Guru wisesa ping telu 8u
6a Punika elingang 6a
8i Resep-resepang di ati 8i
8a Linggayang sajroning tuas 8a
8u Mangdene sadia rahayu 8u
Adri 10u Janten sengka ngardi ne rahayu 8u Om ksama pujaninghulun,
6e Ban kosek manahe 6a Yan ati wimudha,
8i Tuara kena ban ngutungin 8i Pralangghya sunga pamuji,
8u Ngelingin ne jati patut 8u Ri pada sang hyang sinuhun,
8u Sajroning jagate biur 8u Tan pamantra tan pasantun,
8a/e/o Lekahan kaliyuga 8a Hina rikaya wak manah,
8u Pamtute wetu bingung 8u Nging shradha bakti panungsung,
8a Sangiang Dharma ngiring 8a Nugraha ring nis sahaya,
8a remba 8a Wineh salwirning sinadhya.
’nggen munah watek durjana
Magatruh 12u Krana sengka ngelingin ne jati 12u
8i patut 8i
8u Yan ne dini durung pasti 8u
8i Upami mapikat puuh 8i
8o Ngaba papikat lelipi 8o
Bin pidan bakat ban mongkos
Tikus 8u Yan sira guna amacul 8u
Kapanting 8i Ingsun warahana yayi 8i
8a Ala ayunikang lampah 8a
8u wenten ne ring sastran ipun 8u
8a Ring wariga kawruhana 8a
8i Saptawara araneki 8i
8u Dite soca ya tinandur 8u
8i Coma bungkahe tanemin 8i
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 97
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan sebagai suatu kesalahan. Perbedaan-
bahwa ragam tembang ini tidak mengalami perbedaan yang terdapat pada tembang
inovasi, baik yang berupa penambahan lebih disebabkan karena kekurangahlian
maupun pengurangan. Hal ini disebabkan pencipta tembang.
karena ragam tembang merupakan ragam
sastra yang terikat bentuknya dan telah 4.4.2 Ragam Palawakia
mempunyai aturan-aturan penulisan yang Ragam sastra palawakia yang terdapat
mantap. Faktor lain yang menyebabkan di wilayah enklave Bali di Lombok yang
ragamini tidak mengalami perubahan adalah ditemukan adalah jenis satua atau cerita
karena ragam sastra ini dalam komunitas rakyat. Perbandingan ragam sastra
Bali memiliki fungsi sosial yang sakral, palawakia jenis satua di Bali dan enklave
yakni sebagai sarana upacara keagamaan, Bali di Lombok dapat dilihat dalam tabel di
sehingga perubahan yang terjadi dianggap bawah ini.

Tabel 3. Ragam Sastra Palawakia Jenis Satua Sasak, Bali, dan Enklave Bali di Lombok
Cerita Rakyat Sasak Cerita Rakyat Bali Cerita Rakyat Data
Si Siput Berlomba dengan Si Cerita I Kidang dan I Cekcek Cerita I Kidang dan I Cekcek
Harimau
Loq Sekeq Cerita I Belog Cerita I Belog
- - Cerita I Baluan
- Cerita Siap Badeng I Siap Selem

Tabel 4. Perbandingan Ragam Sastra Cerita Rakyat Sasak, Bali, dan Enklave Bali di Lombok
No. Judul Cerita Motif Tokoh Klasifikasi
1. Si Siput Berlomba dengan Si Kecerdikan mengalahkan Siput, Harimau Fabel
Harimau (Sasak) kekuatan
Cerita I Kidang dan I Cekcek Kecerdikan mengalahkan I Kidang, I Cekcek Fabel
(Narmada) kekuatan
Cerita I Kidang dan I Cekcek Kecerdikan mengalahkan I Kidang, I Cekcek Fabel
(Bali) kekuatan
2. Loq Sekeq (Sasak) Kebodohan membawa petaka Loq Sekeq Dongeng
Cerita I Belog (Bali) Kebodohan membawa petaka I Belog Dongeng
Cerita I Belog (Narmada) Kebodohan membawa petaka I Belog Dongeng
3. (Sasak) - - -
Cerita Siap Badeng (Bali) Akal dan kecerdikan untuk Siap Badeng, I Kolagan, Fabel
menghadapi kekuatan Men Kuwuk
I Siap Selem (Narmada) Akal dan kecerdikan untuk I Siap Selem, Musang, Fabel
menghadapi kekuatan Si Bungsu

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Bali dan Lombok juga ditemukan di Jawa
cerita yang ditemukan di semua lokasi dalam cerita yang berjudul “Joko Bodo”.
adalah cerita I Belog. Cerita ini di semua Alur cerita antara I Belog dan Joko Bodo
lokasi tidak terdapat perbedaan. Berdasarkan sama, perbedaan hanya terdapat pada variasi
data yang diperoleh dari penelitian I Made peristiwa, penokohan, dan seting cerita.
Subandia, dkk (2005), cerita I Belog ini Cerita rakyat lain yang mengalami
merupakan cerita yang popular di perubahan dari asalnya adalah cerita I Siap
Bali.Cerita ini mengisahkan tentang Selem yang ditemukan di Narmada. Di Bali
seseorang yang sangat bodoh, sehingga cerita serupa cerita ini adalah I Siap
karena kebodohannya ini, ia kehilangan Badeng.Alur cerita antara keduanya sama.
nyawanya. Kronikal cerita tentang Perbedaan antara cerita ini terdapat pada
kebodohan seseorang yang mengakibatkan nama tokoh, yaitu I Siap Badeng, Men
ia kehilangan nyawanya ini, selain dikenal di Kuwuk, dan I Kolagan di Bali, dan I Siap
98|Mabasan, Vol. 7 No. 2, Juli—Desember 2013:85—99
Selem, Musang, dan Si Bungsu di Narmada. mula masih terjadi proses pewarisan, tetapi
Akhir cerita dalam cerita I Siap Badeng semakin lama semakin luntur, dan pada
adalah ketika I Kolagan telah tumbuh bulu akhirnya punahlah ragam sastra tersebut.
sayapnya, ia menipu Men Kuwuk dengan Kedua, kedatangan komunitas Bali di
cara membuat keributan di sarang, sehingga Lombok lebih banyak disebabkan oleh
Men Kuwuk membuka sarang tersebut dan faktor politik dan perluasan kekuasaan.
terbanglah I Kolagan menemui ibu dan Sejalan dengan tujuan kedatangan
saudara-saudaranya. Sementara itu, tipu komunitas Bali di Lombok tersebut, dapat
muslihat yang dilakukan oleh Si Bungsu diperkirakan bahwa mereka yang menetap di
dalam cerita I Siap Selem adalah dengan Pulau Lombok adalah golongan para prajurit
carameminta Musang untuk melempar dan keturunannya, yang biasanya bukanlah
tubuhnya ke atas untuk melihat apakah ia pelaku maupun peminat sastra. Berdasarkan
sudah cukup gemuk untuk dimakan, setelah latar belakang tersebut, besar kemungkinan
lemparan yang dilakukan oleh Musang bahwa ragam sastra Bali yang tersebar di
cukup tinggi terbanglah Si Bungsu Lombok hanyalah sebagian kecil yang
menyeberang sungai menemui induk dan kebetulan dikuasai oleh golongan prajurit
saudara-saudaranya. ini.
Terjadinya perubahan-perubahan ini Ketiga, wilayah Cakranegara
sangat berkaitan dengan perbedaan sosial merupakan enklave Bali di Pulau Lombok
budaya dan geografis antara Pulau Lombok yang memiliki ragam sastra yang paling
dan Bali. Untuk menarik kesimpulan yang kaya. Hal ini dapat ditelusuri dari awal
tepat terhadap fenomena ini diperlukan kedatangan komunitas Bali di Lombok.
penelitian yang lebih mendalam. Pada awalnya, pemukiman orang Bali di
Lombok terkonsentrasi di wilayah-wilayah
5. Penutup Cakranegara, Pagutan, Mataram,
Ragam sastra Bali yang ditemukan di Pagesangan, dan Pemenang, yang
enklave Bali di Pulau Lombok adalah merupakan bekas kerajaan Singasari. Jika
pepaosan, sesonggan, sloka, cicempedan, dilihat dari sejarah tersebut, Cakranegara
dan satua. Hilangnya ragam-ragam sastra merupakan salah-satu pusat kerajaan Bali di
Bali yang dikenal di wilayah asalnya di Pulau Lombok, sehingga tidaklah
enklave Bali di Pulau Lombok dapat mengherankan jika di enklave ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain ditemukan ragam sastra yang lebih variatif,
adalah sebagai berikut.Pertama, tidak ada karena pusat-pusat kerajaan merupakan
regenerasi. Bisa jadi, pada awal wilayah yang subur bagi perkembangan
perkembangannya sastra Bali di enklave kesastraan. Faktor lain yang mendukung
Lombok memiliki ragam-ragam seperti yang berkembangnya ragam sastra yang lebih
ditemukan di wilayah asalnya. Akan tetapi variatif di wilayah ini adalah tingkat
seiring berjalannya waktu dan kemapanan ekonomi yang cukup tinggi.
perkembangan zaman, ragam-ragam tertentu Cakranegara merupakan salah satu jantung
punah karena tidak adanya pewarisan perekonomian di Pulau Lombok, sehingga
kepada generasi berikutnya. Ketiadaan tingkat kemapanan secara ekonomi
kegiatan pewarisan ini bisa disebabkan oleh komunitas Bali di wilayah ini juga lebih
beberapa faktor, seperti kekurangtertarikan tinggi dibandingkan wilayah-wilayah
generasi penerus untuk mempelajari ragam lainnya. Kemampanan secara ekonomi ini
sastra yang bersangkutan karena dianggap merupakan salah satu faktor pendorong
tidak banyak manfaatnya, ataupun mula-
Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang …(Nining Nur Alaini)| 99
suburnya perkembangan sastra di Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan
Cakranegara. Nasional.

Daftar Pustaka Nada, Thaha. (1999). Sastra Bandingan.


(Drs. Aliuddin Mahyudin, M. A.,
Damhujin. (2005). “Distribusi Bahasa Bali penerjemah). Depok: Fakultas Sastra
dan Bahasa Sumbawa di Pulau Universitas Indonesia.
Lombok: Suatu Kajian Dialektologi”.
(Laporan Penelitian). Mataram: Remak, Henry H. H. (1990). Sastera
Kantor Bahasa Provinsi NTB. Bandingan, Kaedah Dan Perspektif.
(Zalila Syarif, dkk., penerjemah).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
(1991). Kamus Besar Bahasa Pustaka.
Indonesia. Jakarta.
Tuloli, Nani. (1991). Tanggomo Salah Satu
Djoko Damono, Sapardi. (2005). Pegangan Ragam Sastra Lisan Gorontalo.
Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Jakarta: Intermasa.

You might also like