Professional Documents
Culture Documents
Skripsi Muhammad Ihsan 151410509
Skripsi Muhammad Ihsan 151410509
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi Strata Satu
(S.1) untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.)
Oleh:
Muhammad Ihsan
NIM:
151410509
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip
dari karya orang lain, maka saya akan mencantumkan sumbernya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini
hasil jiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan sanksi yang berlaku di lingkungan
Institut PTIQ dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Muhammad Ihsan
v
vi
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul:
Algoritma dalam Al-Qur’an
(Studi atas Operasi dan Variabel pada Ayat Al-Qur’an)
Disusun Oleh:
Muhammad Ihsan
NIM:
151410509
Menyetujui:
Pembimbing,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin
vii
viii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI
Judul :
Algoritma dalam Al-Qur’an
(Studi atas Operasi dan Variabel pada Ayat Al-Qur’an)
Disusun oleh :
Nama : Muhammad Ihsan
NIM : 151410509
Fakultas / Prodi : Ushuluddin / IAT
ix
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
ر r ف f - -
Catatan:
a. Konsonan yang ber-syaddah ditulis dengan rangkap, misalnya:َرب
ditulis rabba
b. Vokal panjang (mad): fath̲ah (baris di atas) ditulis â atau Â, kasrah
(baris di bawah) ditulis î atau Î, serta dhammah (baris depan) ditulis
dengan û atau Û, misalnya: القارعةditulis al-qâri’ah, المساكينditulis
al-masâkîn, المفلحونditulis al-muflihûn.\
c. Kata sandang alif + lam ( )الapabila diikuti oleh huruf qamariyah
ditulis al, misalnya: الكافرونditulis al-kâfirûn. Sedangkan, bila
diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yang
mengikutinya, misalnya: الرجالditulis ar-rijâl.
d. Ta’marbutah ()ة, apabila terletak di akhir kalimat, ditulis dengan h,
misalnya: القارعةditulis al-Qâri’ah.
e. Penulisan القرانdan nama surah ditulis disambung, misalnya: Al-
Qur’an, Al-Baqarah, Annisa.
xi
xii
KATA PENGANTAR
xiii
9. Rekan-rekan penulis di Institut PTIQ Jakarta angkatan 2015
khususnya teman-teman seperjuangan di Fakultas Ushuluddin.
10. Gubernur Kalimantan Selatan beserta seluruh jajarannya di
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
11. Sahabat-sahabat, keluarga besar Asrama Mahasiswa Kalimantan
Selatan (AMKS) Jakarta dan Persatuan Mahasiswa Kalimantan
Selatan (PMKS) Jakarta.
12. Seluruh keluarga besar Persatuan Mahasiswa Qur’ani (PMQ)
Borneo PTIQ-IIQ.
13. Semua teman seperjuangan penulis di Universitas Gunadarma dan
Universitas Bina Sarana Informatika.
14. Semua pihak dari Google, Yahoo, Apple, Microsoft, Adobe,
Gojek, Grab, Bukalapak, Tokopedia, JNE, dan pihak-pihak lainnya
yang senantiasa berinovasi membuat layanan terbaik sehingga
memudahkan penulis dalam menuntut ilmu.
Serta semua pihak yang tidak bisa untuk disebut satu persatu namun
tidak mengurangi rasa terimakasih penulis kepadanya. Hanya harapan dan
doa, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan
Skripsi ini.
Penulis
Muhammad Ihsan
xiv
DAFTAR ISI
Abstrak .................................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................... v
Tanda Persetujuan Skripsi ....................................................................vii
Tanda Pengesahan Skripsi......................................................................ix
Pedoman Transliterasi ............................................................................xi
Kata Pengantar ..................................................................................... xiii
Daftar Isi .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................. 6
1. Identifikasi Masalah .......................................................... 6
2. Batasan Masalah ............................................................... 6
3. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6
D. Kajian Pustaka ........................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 11
A. Konsep Algoritma .................................................................... 11
B. Variabel dan Operasi ................................................................ 13
1. Operator Aritmetik .......................................................... 14
2. Operator Relasi ............................................................... 14
3. Operator Logika .............................................................. 16
C. Notasi Penulisan Algoritma ..................................................... 16
1. Kalimat Deskriptif .......................................................... 16
2. Flowchart (Diagram Alur) .............................................. 17
3. Pseudocode (Kode Palsu) ............................................... 19
D. Struktur Dasar Algoritma ......................................................... 20
xv
1. Struktur Runtutan (Sequence Structure)......................... 20
2. Struktur Pemilihan / Percabangan (Selection Structure) 21
3. Struktur Perulangan (Repetition Structure) .................... 22
BAB III ALGORITMA DALAM AL-QUR’AN ................................. 25
A. Algoritma Runtutan Dalam Al-Qur’an .................................... 25
1. Algoritma Wudu ............................................................. 25
2. Algoritma Penciptaan Langit dan Bumi ......................... 28
3. Algoritma Pengharaman Khamr..................................... 32
B. Algoritma Percabangan Dalam Al-Qur’an .............................. 36
1. If-Then ............................................................................ 37
2. If-Then-Else .................................................................... 43
3. Switch-Case .................................................................... 52
C. Algoritma Perulangan Dalam Al-Qur’an ................................ 60
1. While-do ......................................................................... 60
2. For .................................................................................. 67
3. Repeat-Until ................................................................... 70
BAB IV PENUTUP ................................................................................ 73
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks penciptaan, Allah mengutus manusia dengan tugas
sebagai khalîfah fil ardh. Peristiwa ini terekam dalam firman Allah;
اء ِ ُ ض َخلِي َفةً قَالُوا أ َََتْعل فِيها من ي ْف ِس ُد فِيها ويس ِف ِ ك لِلْم ََلئِ َك ِة إِِِّن ج
ِ اع ٌل ِِف ْاْل َْر َ ََوإِ ْذ ق
َ ك ال ِد َم ْ ََ َ ُ َْ َ َُ َ َ َ ُّال َرب
ال إِِِّن أَ ْعلَ ُم َما ََل تَ ْعلَ ُمو َن
َ ََك قَ سل ِ ِ ِ ِوََْنن نُسب
ُ ح ِبَ ْمد َك َونُ َق ِدُ َِ ُ َ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-
Mu?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah/5 : 30)
Dari ayat ini diketahui bahwa Allah menciptakan manusia sebagai
khalifah, yakni sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi. Penciptaan
manusia merupakan rencana besar Allah terhadap dunia ini. Yakni untuk
melaksanakan tugas keagamaan dan perintah maupun larangan Allah serta
dalam rangka melestarikan ekosistem bumi, manusia akan terus berganti
dari generasi ke generasi hingga hari kiamat.1
Pada masa kini, di mana antar ujung dunia sudah terkoneksi dalam
suatu jaringan bernama interconnection network atau lebih populer dengan
sebutan internet, tentu syarat untuk bisa disebut khalîfah fil ardh tidak
cukup dengan hanya cabang ilmu agama saja, tetapi perlu kerjasama dan
integrasi dari berbagai cabang ilmu dan keterbukaan pemikiran untuk
berpartisipasi dalam pengembangan dunia. Ironisnya, masih lazim dalam
pandangan masyarakat antara suatu ilmu lebih mulia dari ilmu yang lain,
misalnya orang yang mendalami ilmu keagamaan dianggap lebih mulia
daripada orang yang mendalami ilmu-ilmu umum seperti sosial, sains,
ekonomi, dan lain sebagainya. Anggapan demikian memang tidak salah,
karena dengan mendalami ilmu keagamaan berpotensi dalam
meningkatkan penghayatan serta kecintaan terhadap Allah dan RasulNya.
Namun perlu diingat juga, Allah menegaskan juga di dalam Al-Qur’an;
1
Kementrian Agama RI, Tafsir Ringkas Al-Qur`an Al-Karim, Jakarta: Lajnah
Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2015, hal. 17.
1
َِّ َي أَيُّها النَّاس إِ ََّّن َخلَ ْقنَا ُكم ِمن ذَ َك ٍر وأُنْ ثَى وجعلْنَا ُكم ُشعوًب وقَ بائِل لِت عارفُوا إِ َّن أَ ْكرم ُكم ِع ْن َد
اَّلل ْ ََ َ ََ َ َ َ ً ُ ْ ََ َ َ ْ ْ ُ َ َ
يم َخبِيٌ ِ َّ أَتْ َقا ُكم إِ َّن
ٌ اَّللَ َعل ْ
Hai (seluruh) manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, lagi Maha Teliti. (QS. Al-Hujurât/ 49:13)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia yang mulia di sisi Allah
adalah yang baik ketakwaannya. Oleh karena itu, tentu kurang tepat jika
menganggap satu ilmu lebih mulia dari yang lain karena hal tersebut bukan
satu-satunya faktor dalam ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah dan
tentu kepastiannya sangat bergantung pada pribadi masing-masing
individu. Terlebih lagi, salah satu upaya untuk mencapai tugas sebagai
khalifah di muka bumi tentu hanya bisa dicapai jika umat Islam juga
menguasai ilmu-ilmu modern disamping memahami ilmu syariat sebagai
pedoman hidup sehari-hari.
Di abad modern sendiri sudah banyak bermunculan ulama-ulama
yang dari kalangan umat Islam sendiri yang memiliki inisiatif untuk
memberikan pembaharuan pemikiran adalah memahami teks-teks
keagamaan yakni Al-Qur’an dan hadis agar umat Islam bisa bersaing
dengan dunia luar tanpa kehilangan jati diri sebagai seorang hamba Allah.
Salah satu yang paling fenomenal adalah Thanthawi Jauhari dengan
karyanya Al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qur`an, beliau dianggap sebagai mufasir
pertama yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memasukkan ilmu-
ilmu modern di dalamnya. Dalam mukadimah tafsirnya Thanthawi
menuliskan motivasinya;
“Ketika umat Islam merenungkan sendi-sendi keagamaan,
muncullah para ulama yang menyusun berjilid-jilid buku.
Namun disayangkan di antara mereka justru terjadi
pertentangan yang tajam, sehingga sulit sekali keluar dari
kemelut perselisihan pendapat ini. Akibatnya sedikit sekali di
antara mereka yang mau mencurahkan pemikirannya tentang
proses penciptaan alam dan keajaiban-keajaibannya.”2
Thanthawi juga menyatakan sebagaimana dikutip Husnul Hakim dari
al-Dzahabi dalam bukunya Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir:
2
Thanthawi Jauhari, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur`an, Kairo : Mustafa al-Ba`bi al-
Halabi, 1932, hal. 2.
2
“Di dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 750 ayat yang
menyangkut ilmu pengetahuan, sementara yang berkaitan
dengan ilmu fiqh atau ayat hukum, tidak lebih dari 150 ayat,
termasuk di dalamnya ayat-ayat waris. Wahai umat Islam,
kemana 750 ayat tentang ayat kauniyah yang akan menyingkap
keajaiban-keajaiban dunia? Saat ini adalah era IPTEK dan saat
inilah kaum muslimin harus bangkit. Kenapa kita tidak
melakukan penelitian serius terhadap ayat-ayat kauniyah
tersebut sebagaimana keseriusan yang dilakukan ulama-ulama
terdahulu dalam menafsirkan ayat-ayat waris.”3
Di era digital seperti saat ini, keterbukaan pemikiran dan kesadaran
bersaing untuk menjadi sosok khalifah saja tentu tidak cukup, tetapi perlu
banyak kajian komprehensif dan kerjasama antar elemen-elemen yang
memiliki keilmuan di bidangnya masing-masing untuk menghasilkan suatu
produk yang matang dan bermanfaat bagi orang banyak.
Di Indonesia sendiri, kajian-kajian integrasi ilmu sains dengan Al-
Qur’an sudah mulai digandrungi oleh sebagian kalangan. Pemerintah
melalui Kementrian Agama juga melakukan kerjasama dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hingga menghasilkan suatu produk
Tafsir Ilmu yang komprehensif. Selain itu ada juga dari perseorangan
seperti Fahmi Basya, Abdurrazak, Romlah yang menulis tentang
keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an ketika dilihat dari sudut pandang
Sains.
Iskandar Zulkarnain menyatakan bahwa hubungan antara Al-Qur’an
dengan sains bisa saling menguatkan. Mendiskusikan hubungan kitab suci
dengan sains masa kini tetap relevan dengan kepentingan umat Islam
khususnya di Indonesia, apalagi kemajuan sains dan teknologi di Barat
sudah menimbulkan dampak yang signifikan pada masyarakat muslim
sehingga subjek ini begitu penting untuk dibicarakan.4 Hal yang tidak jauh
berbeda juga dikemukakan oleh Abdurrahman Mas’ud, ajaran yang ada di
dalam Al-Qur’an memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik dari sains
maupun ilmu agama, ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung berbagai ilmu
pengetahuan bisa menjadi jawaban atas berbagai problematika manusia dan
keduanya menunjuk pada realitas sumber yang sama yaitu Allah.5
Algoritma dalam pemahaman umum merupakan urutan langkah yang
3
Ahmad Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, Depok: Lingkar Studi Al-
Qur`an,2019, hal. 198
4
Balitbang Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi : Kepunahan Makhluk Hidup,
Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2015, hal. xiv.
5
Balitbang Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi ...., hal. xi.
3
efektif dan efisien dalam melaksanakan sesuatu. Algoritma pada masa kini
diidentikkan dengan ilmu komputer karena sudah menjadi ilmu dasar untuk
mempelajari bahasa pemprograman. Selain itu, algoritma menjadi sangat
berguna untuk menentukan langkah efektif dalam menentukan langkah.
Karena itu, seyogyanya algoritma penting untuk dipahami oleh setiap
kalangan sebagai penunjang dalam berbagai aspek. Kata algoritma diambil
dari nama ilmuwan muslim Muhammad ibn Musa Al-Khawârizm. Dari Al-
Khawârizm kemudian berubah menjadi algoritm dalam bahasa Inggris dan
dialihbahasakan menjadi algoritma dalam bahasa Indonesia. Algoritma
kemudian banyak dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat hingga
menjadi pionir atas ilmu komputer seperti yang ada sekarang ini.
Berkaitan dengan Algoritma yang ada di dalam Al-Qur’an, ini sangat
berhubungan dengan ciri dari Algoritma itu sendiri. Donald E. Knuth6,
menyatakan bahwa ada beberapa ciri algoritma diantaranya adalah
Defineteness, yaitu dalam suatu algoritma setiap langkah harus
didefinisikan dengan tepat sehingga tidak ambigu7.
Berangkat dari ciri Algoritma tersebut, penulis memiliki keyakinan
bahwa kitab suci Al-Qur’an tentu juga memiliki kesempurnaan Algoritma,
dalam surah Al-Baqarah;
ي ِ ْكتَاب ََل ريب فِ ِيه ُه ًدى لِل
ِ َ َِذل
َ ْمتَّق
ُ َ َْ ُ ك ال
Itulah kitab, tidak ada keraguan pada, petunjuk bagi orang-orang
bertakwa. (QS. Al-Baqarah/ 2:2)
Dari ayat ini saja bisa terlihat 2 indikator yang menyatakan
kesempurnaan Algoritma di dalam Al-Qur’an yakni ”tidak ada keraguan”
dan “petunjuk bagi orang-orang bertakwa”. Suatu Algoritma selalu
memuat petunjuk dalam suatu permasalahan. Misalnya agar suatu
komputer bisa berjalan dan melakukan tugas yang diinginkan maka ia
terlebih dahulu diisi program yang berisi ratusan hingga ribuan baris kode
perintah, satu baris atau bahkan satu karakter yang tidak termuat bisa
menimbulkan crash atau error saat program itu dijalankan. Begitu pula Al-
Qur’an yang dikenal dengan keindahan dan kesempurnaan kata-katanya.
Jika melihat pada sejarah tepatnya pada saat masa pengumpulan
6
Ilmuwan komputer terkenal dan profesor emeritus di Universitas Stanford. Knuth
dikenal sebagai pengarang beberapa volume buku The Art of Computer Programming,
salah satu referensi yang paling dihormati dalam ilmu komputer. Dia menciptakan bidang
analisis algoritma dan membuat banyak sumbangan penting ke dalam beberapa teori ilmu
komputer.
7
Donald Ervin Knuth, The Art of Computer Programming Fundamental Algoritms,
Boston : Addison Wesley Longman, 1997, hal. 4-6.
4
mushaf yang terjadi di masa khalifah Abu Bakar dan Utsman, penyeleksian
berlangsung sangat ketat dan teliti agar mushaf yang terkumpul dan tertulis
benar-benar merupakan tulisan Al-Qur’an sesuai dengan diwahyukan
Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Setelah
mushaf Utsman telah disepakati dan tertulis dalam satu bundel, mushaf-
mushaf lain yang berlainan dengan mushaf Utsman tersebut kemudian
dibakar agar tidak terjadi perselisihan di kalangan umat, bahkan pada abad
ke 4 H terjadi peristiwa persidangan terhadap ulama yang membolehkan
membaca Al-Qur’an di luar bacaan Utsman yakni Abu Bakar Muhammad
ibn al-Hasan ibn Ya‘qub ibn al-Hasan ibn Miqsam al-‘Aththar dan gurunya
Muhammad ibn Ahmad ibn Ayyub ibn Syanabudz.8 Salah satu yang
melatarbelakangi pelarangan menggunakan mushaf dan bacaan yang tidak
dimuat dalam rasm utsmani adalah adanya tambahan-tambahan seperti
catatan sang pemilik ataupun hadis-hadis terkait yang ‘termuat’ di antara
ayat Al-Qur’an pada mushaf-mushaf yang dimusnahkan tersebut.
Penambahan-penambahan tersebut tentu mengurangi keindahan dan
kesempurnaan Al-Qur’an termasuk kesempurnaan Algoritmanya.
Algoritma juga di masa sekarang sering menjadi topik perbincangan
dalam berbagai diskusi terutama yang berkaitan dengan revolusi industri
4.0. Revolusi Industri Keempat ini menandai dimulainya era data dan
kecerdasan buatan (artificial intelligence). kemajuan yang dicapai oleh
teknologi-teknologi baru pada bidang artificial intelligence, big data,
robotik, internet, autonomous car, drone, pencetakan 3-D, nanoteknologi,
bioteknologi, ilmu material, penyimpanan energi serta komputasi kuantum,
seluruhnya ditujukan bagi perkembangan dan kesejahteraan umat manusia.
Dalam hal ini, implementasi artificial intelligence sudah sangat melebar di
sekitar kita, mulai dari permainan, drone, alat kokpit penerbangan sampai
ke perangkat-perangkat lunak keagamaan seperti penunjuk kiblat,
penunjuk salat, dan berbagai aplikasi islami lainnya.9
Berangkat dari hal-hal di atas, penulis ingin mencoba untuk mencari
beberapa bentuk-bentuk algoritma yang bisa ditemukan dalam rangkaian
ayat-ayat dan peristiwa yang ada di dalam Al-Qur’an. Jika melihat pada
definisi algoritma sebagai urutan langkah, maka akan banyak sekali bisa
ditemukan struktur ayat berbentuk suatu algoritma baik dari kelompok
ayat-ayat yang berkaitan dengan syariat maupun dari kelompok ayat-ayat
kauniyah. Atas dorongan inilah penulis mengadakan penelitian yang
8
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur`an,, Jakarta: Pustaka Alvabet
, 2011, hal. 364-365.
9
Raymond R. Tjandrawinata, Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan
Pengaruhnya pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi,Jurnal Medicinus, 2016, Vol.29
No.1, hal. 33
5
dituangkan ke dalam skripsi berjudul “Algoritma Dalam Al-Qur’an
(Studi Atas Operasi Dan Variabel Pada Ayat Al-Qur’an)”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang di atas. Skripsi ini
ingin mengidentifikasi beberapa struktur algoritma yang ada di dalam Al-
Qur’an, terkait dengan pola pewahyuan, proses penetapan suatu hukum
serta keterkaitan antar beberapa ayat yang masih berada di dalam satu tema.
2. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan menemukan pola-pola dasar algoritma
dengan struktur Runtutan (Sequence), Percabangan (Selection), dan
Perulangan (Iteration).
3. Rumusan Masalah
Bagaimana Al-Qur’an ketika didekati dari bentuk algoritma yang ada
di dalamnya?
D. Kajian Pustaka
Ada beberapa buku yang berkaitan dengan integrasi Al-Qur’an
6
dengan ilmu pengetahuan modern diantaranya adalah:
Pertama, buku ajar yang ditulis Romlah untuk mahasiswa Pendidikan
Fisika IAIN Raden Intan Bandar Lampung pada tahun 2011 dengan judul
Ayat-ayat Al-Qur`an dan Fisika. Buku ini disajikan dengan mengaitkan
konsep fisika dengan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an. Berbagai
fenomena alam yang terjadi disajikan dengan penjelasan-penjelasan yang
terdapat hubungannya dalam Al-Qur’an, penggunaan ayat-ayat ini sebagai
penegas bahwa setiap kejadian-kejadian Fisika yang terjadi pasti tidak
terlepas dari kuasa Ilahi.10
Kedua, buku yang ditulis oleh Abdussakir pada tahun 2006 yang
berjudul Matematika dalam Al-Qur`an. Bagian pertama pada buku ini
menjelaskan tentang struktur matematika yang sangat rinci dan teliti seperti
jumlah penyebutan kata, kalimat, bahkan huruf dalam Al-Qur’an yang
sebenarnya sukar dilakukan atau bahkan ditiru manusia. Bagian kedua
dijelaskan bahwa dari telaah terhadap Al-Qur’an dapat dikembangkan
beberapa konsep dasar matematika. Bagian ketiga dikaji lebih dalam
tentang integrasi matematika dan Al-Qur’an yang bertujuan untuk
memberikan koreksi pada pandangan umum masyarakat dan membuktikan
tidak adanya dikotomi ilmu dalam Al-Qur’an.11
Ketiga, buku yang ditulis oleh M. Amin Hariyadi pada tahun 2007
yang berjudul Al-Qur`an dan semut: Inspirasi Al-Qur`an dalam
membangun Algoritma Ant. Buku ini mengupas tentang algoritma semut
(ant algorithm) yang terinspirasi dari sistem koloni makhluk hebat ciptaan
Allah Maha Besar yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-
Nya. Sebagaimana diketahui semut merupakan binatang yang paling rajin
dan mempunyai ikatan kerja yang beragam namun teratur. Koloni semut
dan keteraturan kerjasama yang dibangun oleh tiap-tiap anggota koloninya
memberi banyak inspirasi bagi manusia-manusia yang berpikir dan
mencari hikmah. Bahkan, ia dijadikan salah satu nama surah dalam Al-
Qur`an.12
Keempat, Tafsir karya kolaborasi antara para ulama dan pakar-pakar
sains hasil kerjasama antara Kementerian Agama Republik Indonesia
(Kemenag RI) dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada
tahun 2018 yang berjudul Tafsir Ilmi : Seri Mengenal Ayat-Ayat Sains.
Tafsir ini total membahas 13 judul yang terbagi menjadi 14 jilid,
10
Romlah, Ayat-ayat Al-Qur`an dan Fisika, Bandar Lampung: Harakindo
Publishing, 2011.
11
Abdussakir, Matematika dalam Al-Qur`an, Malang: UIN Maliki Press, 2006.
12
M. Amin Hariyadi, Al-Qur’an dan semut: Inspirasi al-Qur’an dalam
membangun algoritma ant, Malang: UIN Maliki Press, 2007.
7
pembagian judul dari Tafsir ini terdiri menjadi 2 yaitu Seri Kehidupan dan
Seri Alam Semesta. Seri Kehidupan terdiri dari Penciptaan manusia, Kisah
nabi pra ibrahim, Seksualitas, Tumbuhan, Hewan. Sedangkan Seri Alam
Semesta terdiri dari Penciptaan Jagat Raya. Penciptaan Bumi, Benda
Langit, Samudra, Air, Makanan dan Minuman, Waktu, dan Kiamat.
E. Metodologi Penelitian
Sebagai penelitian yang memfokuskan pada integrasi antara Al-
Qur’an dengan ilmu pengetahuan modern, maka dalam metode penafsiran
kali ini menggunakan metode tafsir tematik (maudhû’i). Metode tematik
merupakan metode yang mengarahkan pada satu pandangan tertentu
kemudian ayat-ayat Al-Qur’an yang saling berkaitan dihimpun dan
dikaitkan kemudian diperkaya dengan uraian-uraian tambahan seperti dari
hadis maupun penjelasan ulama.13. Untuk pengumpulan data, penulis
berupaya mengumpulkan data yang menyangkut integrasi Ilmu
Pengetahuan Modern dengan Al-Qur’an. Metode pengumpulan data
menggunakan metode kepustakaan (library research) yang meliputi buku-
buku, artikel, makalah, dan jurnal yang berkaitan dengan tema.
Agar mendapatkan hasil yang komprehensif, penulis melakukan
penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-
analitis. Penggunaan metode ini agar hasil yang didapat menjadi cermat
dan terarah. Pembahasan algoritma pada skripsi ini merupakan telaah pada
ayat-ayat Al-Qur’an yang kemudian dapat dikembangkan konsep-konsep
dasar dalam algortima, disajikan juga penafsiran dari para ulama terhadap
ayat-ayat terkait kemudian konsep algoritma yang ditemukan digambarkan
dalam bentuk diagram alur (flowchart) dan kode palsu (pseudocode).
Adapun penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh Program Pasca
Sarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur`an (PTIQ) Jakarta pada
tahun 2017 dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menjadi empat bab dengan rincian pada masing-
masing bab sebagai berikut:
13
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang : Lentera Hati, 2013, hal. 385.
8
BAB I merupakan pendahuluan sekaligus pengantar pada bab-bab
berikutnya. Dalam ini, diuraikan beberapa hal yang menjadi kerangka dasar
dalam penelitian yang akan dikembangkan pada bab-bab berikutnya,
adapun urutan pembahasannya adalah, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II merupakan informasi tentang landasan teori dan pandangan
secara umum tentang algoritma. Pada bab ini diperlihatkan bagaimana
sejarah munculnya terma algoritma dan perkembangan definisinya hingga
menjadi seperti yang dipahami sekarang. Kemudian dijelaskan pula
struktur-struktur umum algoritma yang menjadi pondasi bagi pembuatan
program pada masa kini.
BAB III merupakan bab inti yang memuat algoritma dalam Al-
Qur’an dari tiga struktur yang dibahas yakni runtutan (sequence),
pemilihan (selection), dan perulangan (iteration). Pembahasan juga disertai
dengan analisis penulis dan penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat
yang dibahas.
BAB IV bab ini merupakan pembahasan akhir penulis yang akan
memberikan beberapa kesimpulan terkait hasil penelitian penulis yang
sudah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dan juga menyantumkan kritik
dan saran supaya pembaca hasil buah tangan penulis dapat disempurnakan
oleh pembaca.
9
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Algoritma
Kata Algoritma pada masa kini sangat identik dengan ilmu komputer.
Pada saat ini, sebelum mendalami cabang-cabang yang ada di dalam ilmu
komputer akan selalu dimulai dengan memperlajari algoritma terlebih
dahulu.
Sejarah asal-usul kata algoritma sendiri cukup menarik untuk
ditelusuri. Donald E. Knuth menyebutkan bahwa kata Algoritma atau
dalam Bahasa Inggris disebut algorithm diambil dari nama seorang ulama
yang hidup pada abad ke-9 yaitu al-Khawarizmi1. Bahman Mehri
berpendapat bahwa kata algorithm berasal dari kombinasi kata antara
algorismus yang merupakan nama latin dari al-Khawarizmi dan
algorithmos yang artinya “angka” di dalam bahasa Yunani.2 Adapun
Woljciech Szpankowski menyebutkan bahwa kata algorithm diambil dari
judul risalah angka-angka hindi karya al-Khawarizmi yang diterjemahkan
dalam bahasa latin dengan judul Algoritmi de numero Indorum, kata
algoritmi pada awal judul inilah yang kemudian berkembang menjadi
algorithm.3
Dalam bahasa Indonesia, kata algorithm kemudian diserap menjadi
algoritma atau algoritme. Adapun definisi algoritma menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (kbbi) adalah urutan logis pengambilan suatu keputusan
dalam memecahkan suatu permasalahan.4
Menurut Rosa A.S., Algoritma berarti solusi. Karena esensi dari
mempelajari Algoritma adalah membuat solusi untuk menyelesaikan
permasalahan. Menurutnya, algoritma harus dipikirkan secara logika di
pikiran manusia dengan pemikiran yang mudah dimengerti dan
berdasarkan pemikiran yang detail dari proses-proses yang ada.5
1
Corona Brezina, Al-Khawarizmi: Sang penemu Aljabar, terj. Elliza Hamzah,
Jakarta : Muara, 2013
2
Bahman Mehri, “From Al-Khawarizm to Algorithm”, dalam Jurnal Olympiads
in Informatics, Vol. 11, Tahun 2017, hal. 73.
3
Wojciech Szpankowski, Average Case Analysis of Algorithms on Sequences,
Canada : John Wiley & Sons , 2001 , hal. xv.
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Pusat Bahasa, 2008, hal.41.
5
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, Bandung : Modula, 2018,
11
Donald E. Knuth juga memberikan beberapa ciri-ciri dari algoritma
yaitu:
1. Fiteness, algoritma mempunyai awal dan akhir. Suatu algoritma
harus berhenti setelah mengerjakan serangkaian tugas atau dengan
kata lain suatu algoritma memiliki langkah yang terbatas.
2. Defineteness, setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat
sehingga tidak ambigu.
3. Input, memiliki masukan atau kondisi awal.
4. Output, memiliki keluaran atau kondisi akhir.
5. Effectiveness, algoritma harus efektif, bila diikuti benar-benar akan
menyelesaikan persoalan.6
Setiap orang bisa membuat dan memilih algoritma yang berbeda
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Walaupun memiliki hasil akhir
yang sama, suatu algoritma bisa berbeda dalam penyusunannya.
Setidaknya ada tiga hal yang menandakan suatu algoritma sebagai
algoritma yang baik.
Pertama, algoritma haruslah benar. Sebagus apapun suatu algoritma
jika memberikan output yang salah, pastilah algoritma tersebut bukan
merupakan algoritma yang baik.
Kedua, seberapa baik hasil yang dicapai algoritma tersebut.
Algoritma yang baik akan mampu memberikan hasil yang sedekat mungkin
dengan nilai yang sebenarnya.
Ketiga, efisiensi algoritma. Meskipun suatu algoritma mampu
memberikan output yang benar ataupun paling mendekati, tetapi jika harus
melalui proses yang sangat lama dan tidak efektif untuk mendapatkan
output, maka algoritma tersebut tidak bisa dipakai.7
Sebelum masuk kepada jenis-jenis notasi dan struktur, sebaiknya
juga mengetahui langkah-langkah yang biasa dilakukan sebelum seseorang
menulis kode untuk suatu program, langkah-langkah tersebut adalah:
Pertama, mendefinisikan permasalahan. Sebelum menulis suatu kode
sebaiknya diidentifikasikan dulu inti dari permasalahannya, apa yang bisa
dipecahkan, dan yang terakhir adalah apa input dan output dari program
yang ditulis.
hal.3
6
Donald E. Knuth, The Art of Computer Programming Fundamental Algoritms,
hal. 4-6
7
Ema Utami dan Sukrisno, 10 Langkah Belajar Logika dan Algoritma
menggunakan Bahasa C dan C++ di GNU/Linux, Yogyakarta : Andi, 2005, hal. 20.
12
Kedua, menemukan solusi. Setelah masalah diidentifikasikan maka
kemudian ditentukan solusinya sehingga program bisa lebih mudah dilihat
dan dianalisi untuk pengembangan lebih lanjut.
Ketiga, memilih algoritma. Setelah diketahui inti permasalahan dan
solusinya, maka kemudian dipilih algoritma yang efisien dan benar-benar
sesuai untuk masalah yang diberikan.8
Algoritma saat ini mempunyai peranan besar dalam bidang teknik
pada umumnya dan pemrograman pada khususnya. Karena dengan
algoritma, kerangka berpikir yang sistematis akan membantu seseorang
untuk membuat konsep pemecahan masalah yang baik dan tepat.
8
Suprapto, et.al., Bahasa Pemrograman, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2008, hal. 61.
9
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.42.
13
1. Operator Aritmetik10
Tabel II.1, Operator Aritmetik
2. Operator Relasi11
10
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.94.
11
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.97.
14
Tabel II.2, Operator Relasi
15
3. Operator Logika12
Tabel II.3, Operator Logika
12
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.99.
13
Suprapto, et.al., Bahasa Pemrograman, hal. 55.
14
Ali Ridho, et.al., Logika dan Algoritma, Surabaya : Politeknik Elektronika
Negeri, 2013, hal. 14-16.
16
Algoritma Volume Bola :
(Menghitung luas bola dengan ukuran jari-jari tertentu, Algoritma
menerima input jari-jari bola, menghitung volumenya, lalu cetak luasnya
ke layar)
Deklarasi :
Radius (r) = bilangan real
Volume = bilangan real
𝜋 = 3.14 (konstanta)
Deskripsi:
1. Baca jari_jari
4
2. Hitung volume = ∗ 𝜋 ∗ 𝑟 3
3
17
Tabel II.4 , Tabel flowchart
Perhitungan /
Proses
Pengolahan data
Merepresentasikan
Input / Output Data
masukan / keluaran
Simbol pemilihan,
menggasilkan 2 nilai
Decision
keluaran antara benar
atau salah
Penghubung flowchart
On Page Connector
pada satu halaman.
Penghubung flowchart
Off Page Connector
pada halaman berbeda.
18
Berikut contoh penggunaan flowchart untuk menggambarkan
algoritma dalam aktivitas keseharian seperti mengirim sms:
19
Tabel II.5 , Pseudocode
NO Algoritma Pseudocode
15
Heri Sismoro, Pengantar Logika Informatika Algoritma dan Pemrograman
Komputer, Yogyakarta : Andi, hal. 35.
20
Atau dalam flowchart seperti gambar di bawah ini:
16
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 112.
21
Tabel II.6, Algoritma Menonton Film
Pseudocode Flowchart
usia : integer
read (usia)
if (usiâ17) then
print ("Anda tidak boleh
menonton")
else
write ("Silahkan
Menonton")
22
a. Inisialisasi
Inisialisasi merupakan persiapan membuat kondisi sebelum
melakukan perulangan seperti menentukan variabel.
b. Proses
Tahap Proses merupakan tahap di dalam bagian perulangan di mana
berisi proses yang dilakukan secara berulang-ulang.
c. Iterasi
Iterasi merupakan kondisi dimana terjadi operasi pertambahan atau
pengurangan agar perulangan terus berjalan.
d. Terminasi / Kondisi Perulangan
Terminasi adalah kondisi di saat perulangan dihentikan, kondisi ini
harus ada dalam setiap perulangan agar perulangan dapat berhenti
sehingga tidak terjadi infinite loop atau perulangan yang tidak ada
hentinya.17
Struktur perulangan dalam algoritma ada bermacam-macam seperti
for, while-do, dan Repeat-Until. Sebagian besar dapat dipakai untuk
menyelesaikan masalah yang sama tetapi ada beberapa yang hanya cocok
untuk dipakai dalam masalah tertentu. Masalah apa yang diselesaikan
menentukan dalam pemilihan struktur apa yang akan digunakan.18 Berikut
merupakan contoh perulangan dalam kehidupan sehari-hari:
17
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 180
18
Ema Utami, Suwanto Raharjo, Logika Algoritma dan Implementasinya dalam
Bahasa Python di Gnu/Linux, Yogyakarta : Andi, hal. 141.
23
Tabel II.7, Algoritma Ujian Sekolah
Pseudocode Flowchart
soal : integer
mengerjakan_soal : boolean
read (soal)
while (soal != 0 ) do
mengerjakan soal = true
soal -= 1
24
BAB III
ALGORITMA DALAM AL-QUR’AN
وس ُك ْمِ وه ُكم وأَي ِدي ُكم إِ ََل الْمرافِ ِق وامسحوا بِرء ِ ِ َّ َي أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا إِذَا قُمتُم إِ ََل
ُُ ُ َ ْ َ ََ ْ َ ْ َ ْ َ الص ََلة فَاغْسلُوا ُو ُج ْ ْ َ َ َ َ
ِ َ َّروا ۚ َوإِ ْن ُك ْن تُ ْم َم ْر َّ ِ ِ ْ ََوأ َْر ُجلَ ُك ْم إِ ََل الْ َك ْعب
َح ٌد م ْن ُك ْم
َ اء أ َ ض ٰى أ َْو َعلَ ٰى َس َف ٍر أ َْو َج ُ ي ۚ َوإ ْن ُك ْن تُ ْم ُجنُ بًا فَاطه
ۚ ُوه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم ِمنْه
ِ ِمن الْغَائِ ِط أَو ََلمستم النِِساء فَ لَم ََِت ُدوا ماء فَ ت ي َّمموا ص ِعي ًدا طَيِبا فَامسحوا بِوج
ُ ُ ُ َ ْ ًِ َ ُ ََ ً َ ْ َ َ ُُْ َ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ٰ ِ ِ
اَّللُ ليَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم م ْن َح َر ٍج َولَك ْن يُ ِري ُد ليُطَ ِِه َرُك ْم َوليُت َّم ن ْع َمتَهُ َعلَْي ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن
َّ َما يُ ِري ُد
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al-Mâidah/5 : 6)
19
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, al-Jâmi‘ li Ah̲kâm al-Qurân, Kairo: Dar al
Kutub al Misriyah, 1964, Juz 6, hal. 81.
20
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Marâghi, Mesir: Mustafa al-Babi al-
Halabi, 1946, Juz 6, hal.62.
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama
RI, 2010, Jilid 2, hal. 361.
26
Tabel III.1, Algoritma Wudu
Algoritma flowchart
01 Mulai
02 Membasuh Wajah
03 Membasuh Tangan
04 Membasuh Kepala
05 Membasuh Kaki
06 Selesai Berwudu
Selain berwudu, ayat ini juga menerangkan opsi yang diberikan ketika
tidak bisa melakukan wudu ataupun mandi dikarenakan sakit, dalam
perjalanan, ataupun persediaan air yang tidak memungkinkan yaitu dengan
cara tayamum.
Pada tayamum, bagian yang diusap hanya wajah dan tangan saja.
Tayamum juga dianggap cukup menggunakan segala sesuatu yang tampak
di permukaan baik berupa tanah ataupun media lainnya selama itu suci,
namun menggunakan debu lebih utama karena sesuai dengan redaksi pada
ayatnya.22 Penggambaran algoritma bertayamum adalah sebagai berikut:
22
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2000, hal.222
27
Tabel III.2, Algoritma Tayamum
Algoritma flowchart
01 Mulai
02 Mengusap Wajah
03 Mengusap Tangan
04 Selesai
Ditinjau dari segi kaidah, baik pada bagian yang menjelaskan tentang
wudu maupun tayamum. Yakni disatukan dengan huruf ‘athaf wawu ( )و,
yang mana secara umum menunjukkan arti li muthlaq al-jam’
(penggabungan secara mutlak). Artinya antara rukun-rukun yang ada
merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan23. Seseorang tidak
akan dianggap berwudu jika tidak membasuhkan tangan, begitu pula tidak
sah bertayamum jika tidak mengusap wajah.
Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi dan syarat kenapa seseorang
boleh mengganti wudu dan mandi wajib dengan tayamum juga sebenarnya
membentuk suatu algoritma, namun pada bagian ini khusus hanya akan
digambarkan bentuk-bentuk algoritma yang menggunakan struktur
runtutan. Adapun yang menggunakan struktur percabangan dan perulangan
akan dibahas nanti pada bagian-bagian selanjutnya.
2. Algoritma Penciptaan Langit dan Bumi
Ilmu Allah sangat luas dan di luar jangkauan ilmu yang diberikan
kepada seluruh makhluk-Nya, bahkan tinta seluas lautan pun tidak cukup
untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah.24 Maka dari itu tidak
mengherankan jikalau Al-Qur’an yang merupakan kalâmullâh juga yang
di dalamnya mengandung banyak isyarat-isyarat yang memacu umat
manusia untuk senantiasa berfikir. Perihal proses awal mula jagat raya
23
Ahmad Husnul Hakim, Kaidah Tafsir Berbasis Terapan, Depok: Lingkar Studi
Al-Qur`an, 2019, hal. 35
24
Baca QS. Alkahfi/18:109
28
banyak diungkapkan kalam Kitab-kitab Suci agama-agama samawi
termasuk Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, penjelasan tentang sangat beragam
dan tersebar pada beberapa surah.25 Salah satu contoh berkaitan tentang
proses awal penciptaan jagat raya adalah firman Allah pada surah An-
Nâzi’ât :
25
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2010, hal.4
26
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.22
29
kemudian dari serpihan bintang tua tersebut memperkuat kandungan awan
antar bintang. Alam semesta senantiasa “menyempurnakan” diri setelah
penciptaan bumi, tidak hanya sekali jadi lalu berhenti berproses.27
27
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.26
28
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.30
29
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2010, hal.32-42
30
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.42-43
30
utama kehidupan yaitu air dan oksigen. Proses evolusi kehidupan di alam
ini mulai terjadi. Berawal dari jenis bakteri yang hidup di air, kemudian
ganggang hijau melahirkan generasi tumbuhan di darat. Kemudian muncul
generasi ikan disusul generasi hewan berkaki empat, reptil dan reptil.
Kemudian lahir generasi burung yang kemudian disusul keluarga
dinosaurus dan yang terakhir munculnya mamalia dan primata.31
Ketika pada ayat sebelumnya Algoritma yang terbentuk ada di dalam
satu ayat. Pada proses penciptaan langit dan bumi ini Algoritma terbentuk
dari ikatan ayat-ayat yang ada dalam satu surah.
01 Mulai
06 Pembentukan gunung-gunung
07 Selesai
31
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.44
31
3. Algoritma Pengharaman Khamr
Asal dari kata Khamr berarti tutup. Minum-minuman yang
memabukkan disebut dengan khamr karena memiliki pengaruh negatif
yaitu dapat menutup akal pikiran.32 Pada saat ini, perilaku meminum
khamr sudah dilarang oleh Islam bahkan sudah termasuk ke dalam
golongan dosa besar. Namun Al-Qur’an tidak serta merta saja
mengharamkan khamr, pengharaman minuman ini ditetapkan secara
bertahap.
Pertama, khamr mulai diklasifikasikan sebagai sesuatu yang kurang
baik:
32
Shalahuddin et. al., Ensiklopedia Al-Qur’an : Kajian Kosakata , Jakarta : lentera
Hati, 2007.
33
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲ : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2009, Vol. 6 , hal. 642.
32
ِ اَّلل لَ ُكم ْاَلَي
ت ل ََعلَّ ُك ْم تَ تَ َف َّك ُرو َن َ ُ َُّ ي َ َِما َذا يُ ْن ِف ُقو َن قُ ِل ال َْع ْف َو َك َذل
ُ َِِك يُب
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih
dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir. (QS. Al-Baqarah/2:219)
Seseorang yang meminum khamr dapat merasakan kenikmatan seperti
hangatnya tubuh ketika meminumnya, selain itu dari segi materi penjualan
khamr bisa menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan. Namun segala
kebaikan itu tentu tidak sebanding dengan keburukan yang bisa
ditimbulkannya. Efek mabuk bisa timbul ketika terlalu banyak meminum
khamr bisa menghilangkan kesadaran peminumnya dan membuatnya
berpotensi melakukan perbuatan-perbuatan buruk yang merugikan diri
sendiri seperti meninggalkan salat hingga merugikan orang lain seperti
perkelahian.34 Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari khamr ini juga
merusak keseimbangan metabolisme dalam tubuh karena alkohol yang
terkandung di dalam khamr bisa mengganggu peredaran darah sehingga
ketika organ-organ tubuh dipompa darah yang di dalamnya terdapat
campuran khamr, organ-organ tersebut tidak akan bisa bekerja secara
maksimal.35
Ketiga, Al-Qur’an mulai melarang meminum khamr pada waktu-
waktu hendak masuk waktu salat.
ِ
...الص ََلةَ َوأَنْ تُ ْم ُس َك َارى َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َما تَ ُقولُو َن
َّ آمنُوا ََل تَ ْق َربُوا َ ََي أَيُّ َها الَّذ
َ ين
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan,... (QS. Annisâ/4:43)
Salah satu dari sebab turunnya ayat ini adalah terjadinya peristiwa
dimana adanya sahabat yang karena mabuk hingga tidak sadar apa yang
sedang diucapkannya ketika salat sebagaimana dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ali yaitu:
34
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, Qatar: Wazarah al-
Awqâf wa asy-Syuûn al-Islamiyyah, 2007, hal.34.
35
Lihat video dari Neuron, “Bagaimana Alkohol Mempengaruhi Tubuh Kita?,”
dalam https://www.youtube.com/watch?v=gYwvMnbfjFA. Diakses pada 31 Oktober 2019.
33
) (قُ ْل ََي أَيُّ َها ال َكافِ ُرو َن َلَ أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو َن:ْت
ُ َّم ِوّن فَ َق َرأ ِ ضر ِ ِ
ُ الصَلَةُ فَ َقدَّ ت َ َ َو َح،فَأَ َخ َذت اْلَ ْم ُر منَّا
ِ
الصَلَةَ َوأَنْ تُ ْم ُس َك َارىَّ آمنُوا َلَ تَ ْق َربُوا َ ين َ ( ََي أَيُّ َها الَّذ:اَّللُ تَ َع َاَل
َّ فَأَنْ َز َل:ال
َ َ ق.َوََْن ُن نَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو َن
36
.)َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َما تَ ُقولُو َن
Dari Ali ibn Abi Thalib, ia berkata: ‘Abdurrahman ibn ‘Auf membuat
makanan untuk kami, lalu mengundang kami dan menuangkan minuman
khamr untuk kami, kemudian sebagian dari kami mulai mabuk dan waktu
salat pun tiba. Maka mereka mempersilahkan seseorang menjadi imam,
sehingga terdengar bacaannya “Katakanlah: ‘Wahai orang-orang kafir,
aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kami menyembah apa
yang kamu sembah.” Maka Allah menurunkan ayat: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,”
Setelah sebelumnya Allah menegaskan sisi negatif khamr lebih besar
dari sisi positifnya, perbuatan meminum khamr mulai dilarang pada
kondisi ketika ingin melaksanakan salat, karena ketika seseorang mabuk
ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, maka setelah efek mabuk tersebut
hilang dan sudah sinkron antara kesadaran dengan ucapan barulah ia boleh
melaksanakan salat.37 Ayat ini juga memberikan isyarat agar sepatutnya
ketika hendak beribadah seorang manusia menghilangkan segala hal yang
dapat mengalihkan pikiran.
Keempat, Al-Qur’an mengharamkan khamr secara mutlak dalam
situasi dan kondisi apapun.
ُاجتَنِبُوه
ْ َف ان َّ س ِم ْن َع َم ِل
ِ َالش ْيط
ٌ اب َو ْاْلَ ْزََل ُم ِر ْج ُ ص
ِ ْ آمنُوا إِ ََّّنَا
َ ْاْلَ ْم ُر َوال َْم ْيس ُر َو ْاْلَن َ ين
ِ
َ ََي أَيُّ َها الَّذ
َوال َْم ْي ِس ِر ْ اء ِِف
اْلَ ْم ِر َض َّ ل ََعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن إِ ََّّنَا يُ ِري ُد
َ ْالش ْيطَا ُن أَ ْن يُوقِ َع بَ ْي نَ ُك ُم ال َْع َد َاو َة َوالْبَ غ
الص ََلةِ فَ َه ْل أَنْ تُ ْم ُمنْ تَ ُهو َن َّ اَّلل َو َع ِن َِّ ويص َّد ُكم َعن ِذ ْك ِر
ْ ْ ُ ََ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari
36
Muhammad ibn Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Gharb al
Islamiy, Hadis No. 3026, Jilid. 5, hal. 88
37
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, 2007, hal.85.
34
mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Mâidah/5:90-91)
Rangkaian ayat ini menjadi tahap akhir dari proses pengharaman
khamr. Ayat ini turun setelah Sa’ad ibn Abî Waqqâsh yang meminum
khamr bersama kaum Anshâr, kemudian seseorang dari kaum Anshâr itu
memukul hidung Sa’ad dengan kulit kepala unta, sampai Nabi kemudian
datang dan Allah menurunkan ayat pengharaman khamr.38 Sebelumnya
telah disebutkan bahwa meminum khamr berpotensi menyebabkan mabuk
yang bisa menghilangkan kesadaran dan merusak akal pikiran, meminum
khamr juga tidak hanya merugikan orang yang meminumnya namun juga
orang-orang yang ada di sekelilingnya. Seseorang yang sedang dalam
kondisi mabuk berpotensi melakukan keburukan-keburukan yang lain
seperti tindak kekerasan dan hilangnya kasih sayang karena lemahnya
kesadaran mereka ketika sedang mabuk. Oleh karena itulah, Allah
menekankan pengharaman khamr dengan menyandingkannya dengan
penghambaan terhadap berhala yaitu sebagai perbuatan setan yang harus
dihindari, sehingga tidak ada lagi alasan untuk membenarkan kegiatan
meminum khamr.39
Ayat-ayat di atas memang jika dilihat dari susunan ayat dan surah tidak
berurutan. Namun dari ayat-ayat di atas terdapat suatu variabel yang
menghubungkan ayat-ayat tersebut yakni khamr. Meminum khamr ynag
pada awalnya bukan merupakan hal yang dilarang kemudian menjadi
sesuatu yang diharamkan. Proses diatas bisa saja dinamakan sebagai
algoritma pengharaman khamr dan digambarkan dengan struktur runtutan
sebagai berikut:
Tabel III.4, Algoritma Pengharaman Khamr.
Algoritma flowchart
38
Lihat Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, Beirut: Dar al-
Basyâir al-Islâmiyyah, 1989, Hadis No. 24, hal. 22
39
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal.122.
35
01 Mulai
02 Khamr = Halal
06 Khamr = Haram
07 Selesai
40
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal.122.
36
Struktur algoritma kedua yang dibahas pada tulisan ini adalah
Algoritma Percabangan, sebagai kitab yang memuat petunjuk-petunjuk.
Al-Qur’an memuat banyak sekali ayat-ayat yang bisa ditemukan struktur
percabangan di dalamnya khususnya pada ayat-ayat yang berkaitan dengan
amal manusia41. Berikut contoh-contoh perulangan yang bisa ditemukan
dalam Al-Qur’an:
1. If-Then
Tipe percabangan ini hanya memiliki satu kondisi yang mana jika
kondisi terpenuhi maka proses akan dijalankan jika tidak maka tidak ada
proses yang diberikan.42 Bentuk umum percabangan if-then adalah sebagai
berikut:
IF kondisi_percabangan THEN
{proses}
...................................................
{end if}
Dalam satu kondisi, manusia bisa menghadapi sekian banyak opsi
perbuatan apa yang akan dilakukannya. Misal pada malam hari, Al-Qur’an
banyak memberi gambaran amal yang dilakukan oleh orang beriman pada
malam hari seperti di bawah ini:
a. Melakukan salat tahajud:
ودا
ً ك َم َق ًاما ََْم ُم
َ ُّك َرب
َ َسى أَ ْن يَ ْب َعث َ َوِم َن اللَّْي ِل فَ تَ َه َّج ْد بِ ِه ََّنفِلَةً ل
َ َك َع
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Alisrâ/ 17:79)
41
Amal adalah gerak badan atau hati, jika bergeraknya kepada sesuatu yang
dibenarkan oleh syariat maka disebut taat, adapun jika bergeraknya kepada sesuatu
melanggar syariat maka disebut maksiat, lihat Ahmad ibn Muhammad ibn Ajibah, Îqâz
al-Himam fî Syarh al-Hikam, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2013, hal. 23.
42
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 135.
43
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 7 , hal. 166.
37
sebagian berpendapat bahwa tahajud wajib namun hukum ini khusus
berlaku terhadap Nabi saja. Namun semuanya sepakat bahwa salat
tahajud merupakan sunah yang memiliki kedudukan tinggi
sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi ﷺ:
44
Muhammad ibn Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Gharb al
Islamiy, Jilid. 1, hal. 562 Hadist No. 438
45
Muslim ibn Hajjaj , Shahih Muslim, Beirut: Dar ihya al-turats , Hadis No. 757,
Jilid. 1, hal. 521
38
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu
di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).
(Ali’Imrân/3:113)
Ayat ini menjelaskan tentang sekelompok Ahli Kitab yang
termasuk istiqamah dengan Agama Allah. Mereka ini senantiasa
mengisi malam dengan membaca ayat-ayat Allah saat sedang
bersujud. Mereka adalah golongan yang hidup sebelum masa kenabian
Nabi Muhammad, dan sisa-sisa dari golongan ini yang menjumpai
masa kenabian Nabi Muhammad di kemudian hari juga menyatakan
masuk ke dalam Agama Islam46.
d. Bertasbih:
ِ وِمن اللَّي ِل فَسبِحه وإِدًبر النُّج
وم ُ َ َ ْ َ ُ ْ َِ ْ َ َ
Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari
dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar). (Atthûr/
52:49)
Ayat ini berisi anjuran-anjuran untuk bertasbih kepada Allah pada
malam hari. Karena bertasbih pada waktu malam mampu menjauhkan
jiwa dari sifat riyâ` dan membelah jiwa manusia.47
Menghidupkan malam merupakan satu contoh ibadah sunah48.Selain
seperti yang digambarkan pada riwayat yang berkaitan dengan salat malam
seperti di atas, masih banyak terdapat riwayat-riwayat lain yang
menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan Ibadah sunah seperti
dibangunkan rumah di surga49 maupun penyempurna dari ibadah-ibadah
wajib50.
Amalan yang termasuk ke dalam kategori sunah / mustahab memiliki
banyak sekali keutamaan jika dilaksanakan. Namun meskipun demikian,
berbeda dengan yang hukumnya wajib51, amalan sunah tidak menyebabkan
46
Tim Ulama Tafsir, Mukhtashar fî Tafsîr al-Qur`an al-Karîm, Markaz Tafsîr li
al-Dirâsât al-Qur`aniyyah, 2015, hal. 64.
47
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, Damaskus: Dar al-Fikr, 1994, hal. 526
48
Sunah / Mandub / Mustahab, adalah sesuatu yang dituntut oleh syariat tidak
secara mutlak (Apa saja yang jika dilakukan mendapat pahala dan tidak dihukum ketika
meninggalkannya), lihat Hisyam Kamil Hamid Musa, al-Imta’ fi Syarh Matan Abi Syuja,
Kairo : Dar al-Manar, 2011 , hal. 10
49
Lihat Muslim ibn Hajjaj , Shahih Muslim, Jilid. 1, hal. 503, Hadist No. 728.
50
Lihat Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut : al-Maktabah al-Ashriyyah, Jilid.
1, hal. 229 Hadist No. 864
51
Wajib / Fardu, adalah sesuatu yang dituntut oleh syariat secara mutlak (Apa saja
39
seseorang berdosa ketika meninggalkannya. Pada percabangan if-then,
proses hanya dilakukan ketika suatu kondisi terpenuhi dan tidak dilakukan
apapun ketika proses tidak dilakukan.
Setelah teridentifikasi struktur algoritmanya, kemudian dilihat
variabel-variabel yang terkait. Variabel inti pada contoh ayat di atas adalah
ibadah tambahan atau yang sering disebut dengan ibadah sunah. Ibadah
sunah sendiri memiliki banyak sekali macam amalan yang termasuk di
dalamnya sehingga ibadah sunah bisa didefinisikan sebagai suatu
himpunan52 besar yang memuat sekian banyak variabel ibadah di
dalamnya. Dari analisa ini kita dapat menggambarkan struktur
algoritmanya sebagai berikut:
Tabel III.5, Algoritma Sunah.
Pseudocode Sunah = {....}
bool Amal
x = ‘’
Pahala ++
yang jika dilakukan mendapat pahala dan mendapatkan dosa jika ditinggalkan), lihat
Hisyam Kamil Hamid Musa, al-Imta’ fi Syarh Matan Abi Syuja, hal. 10
52
Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang berbeda, yang dimaksud berbeda
adalah bahwa anggota himpunan tidak boleh sama, lihat Rinaldi Munir, Matematika
Diskrit, Bandung : Informatika, 2014, hal. 48.
40
flowchart
53
Boolean merupakan tipe data untuk menyatakan pernyataan benar (true) atau
salah (false), lihat Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 55.
41
Pseudocode Sunah = {Tahajud, Istigfar, Tilawah, Bertasbih}
x = ‘Tahajud’
Pahala =++
END
flowchart
55
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.222.
56
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 508.
44
Tabel III.7, Contoh 1 If-Then-Else.
flowchart
Kata kunci pada ayat di atas adalah haq dan batil. Maka dari itu, haq
bisa didefinisikan sebagai variabel boolean yang jika melakukan perbuatan
haq nilainya true sedangkan jika melakukan perbuatan batil nilai dari
45
variabel haq adalah false. Kemudian status manusia yang melakukan
perbuatan bisa ditentukan dengan variabel x, jika ia berbuat haq maka
variabel x akan terisi dengan nilai ‘mukmin’ dan berhak mendapat ganjaran
dari Allah berupa penghapusan kesalahan dan perbaikan keadaan yang bisa
terhimpun dalam fungsi ‘beriGanjaran()’, adapun sebaliknya jika yang
dilakukan adalah perbuatan batil maka variabel x akan terisi dengan nilai
‘kafir’ dan perbuatan mereka akan disesatkan oleh Allah.
Contoh kedua, pada firman Allah ﷻ:
آمنُوا فَ يَ ْعلَ ُمو َن أَنَّهُ ا ِْلَ ُّق ِم ْن
َ ين
ِ
َ ضةً فَ َما فَ ْوقَ َها فَأ ََّما الَّذ
َ ب َمثًََل َما بَعُو ْ َاَّللَ ََل يَ ْستَ ْحيِي أَ ْن ي
َ ض ِر َّ إِ َّن
ِ ض ُّل بِ ِه َكثِيا وي ْه ِدي بِ ِه َكثِيا وما ي
ض ُّل بِ ِه ِ اَّلل ِّب َذا مثَ ًَل ي ِ ِِ
ُ ََ ً ََ ً ُ َ َ َُّ اد َ َرِّب ْم َوأ ََّما الَّذ
َ ين َك َف ُروا فَ يَ ُقولُو َن َما َذا أ ََر
ِِ
ي َ إََِّل الْ َفاسق
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang
beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak
orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah
kecuali orang-orang yang fasik, (Al-Baqarah/ 2:26)
Orang-orang kafir mengolok keberadaan Al-Qur’an sebagai
kalâmullâh karena di dalamnya terdapat perumpamaan-perumpamaan
yang dianggap remeh seperti lalat, semut, lebah, maupun laba-laba dan
menyatakan bahwa perumpamaan tersebut ( َل يليق بكَلم الفصحاءtidak sesuai
dengan ucapan orang-orang fasih).
Orang-orang mukmin yang mengetahui bahwa perumpamaan itu
benar datang dari Allah tentu bisa mengambilnya sebagai hidayah. Bahwa
Allah tidak malu membuat perumpamaan dengan nyamuk atau hewan
lainnya dalam ukuran apapun sebagai pelajaran dan nasehat. Adapun
orang-orang kafir mengolok perumpamaan itu dan meremehkan faedah-
faedahnya, mereka telah berbuat fasik dan Allah menyesatkan mereka
dengan kefasikannya sendiri.57
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:
57
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 6.
46
Tabel III.8, Contoh 2 If-Then-Else.
Algoritma bool Olok
x = ‘’
IF (Olok = True) THEN
x = ‘kafir’
sesatkan(x)
ELSE
x = ‘mukmin’
beriPetunjuk(x)
flowchart
58
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 208.
59
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5 , hal. 294.
48
Tabel III.9, Contoh 3 If-Then-Else
Algoritma
Flowchart
49
Yang pertama dideklarasikan adalah variabel ‘mukmin’ dan
‘turunSurah’ sebagai boolean serta variabel ‘hati’ sebagai variabel kosong,
karena ayat di atas memperlihatkan perbedaan sikap dan hati antara orang
mukmin dengan orang kafir.
Kondisi yang pertama adalah mengecek nilai dari variabel ‘mukmin’,
apakah ia termasuk ke dalam golongan orang beriman (mukmin = True)
yang memiliki hati bersih atau sebaliknya yakni termasuk ke dalam
golongan orang-orang kafir (mukmin = False) yang hatinya sakit.
Yang terakhir adalah respon mereka ketika diturunkan surah kepada
mereka (turunSurah = True). Orang-orang beriman akan bergembira
bertambah keimanannya, sedangkan orang-orang kafir justru akan
bertambah kekafirannya karena kondisi hati mereka yang dari awal
memang sudah sakit dan tidak mau menerima kebenaran.
Contoh keempat, pada firman Allah :
60
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal. 600.
61
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 602.
50
tertolak. Beliau berpendapat demikian karena dianggap bahwa lebih
berkesuaian dengan teks ayat dan tidak mungkin terjadi kesamaan
timbangan baik dan buruk.62
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:
Tabel III.10, Contoh 4 If-Then-Else
Algoritma Flowchart
int amal , u
u = 50
input amal
IF ( amal ≥ u ) THEN
write(“Surga”)
ELSE
write(“Neraka”)
62
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 15 , hal. 559.
51
perbandingan nilai maka bisa dideklarasikan variabel ‘amal’ dan tolak ukur
yang disimbolkan dengan ‘u’ sebagai variabel yang memiliki tipe data
integer (bilangan bulat).
Tahap selanjutnya adalah memberi nilai pada variabel ‘u’ sebagai
tolak ukur misalnya di sini diberikan nilai 50 (u = 50). Kemudian
dimasukkan nilai dari amal yang akan ditimbang dan dibandingkan dengan
variabel u sehingga memenusi syarat dari pengkondisian. Terakhir
dilakukan percabangan berupa perbandingan apakah nilai dari variabel
amal yang dimasukkan lebih besar/ sama dengan variabel u ataukah lebih
kecil. Jika lebih besar/ sama dengan (amal ≥ u) berarti memenuhi kriteria
sehingga akan tertulis sebagai ahli surga, adapun jika selain itu (amal < u)
maka akan tertulis sebagai ahli neraka.
3. Switch-Case
Percabangan Switch Case biasanya digunakan ketika terdapat lebih
dari dua kondisi. Syarat kondisi pada percabangan ini biasanya
menggunakan sebuah nilai. Jika nilai yang diperiksa memenuhi syarat dari
nilai yang didefinisikan maka prosesnya akan dijalankan.63 Bentuk umum
percabangan switch-case adalah sebagai berikut:
switch (nama_variabel){
case nilai_variabel_1 :
aksi_1
break;
case nilai_variabel_2 :
aksi_n
break;
...................................
case nilai_variabel_n :
aksi_n
break;
default:
aksi_default
63
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 145.
52
break;
}
Sebagai contoh, algoritma dengan struktur ini bisa dilihat pada
pembahasan pintu-pintu neraka, yang mana dalam setiap pintu telah
ditetapkan penghuninya64. Para ulama tafsir banyak yang merincikan
dalam tafsirnya seperti al-Marâghî yang mengutip riwayat dari Ibnu Abbas
bahwa nama-namanya adalah Jahanam, Sa’îr, Ladzâ, H̲uthamah, Saqar,
Jah̲îm, dan Hâwiyah.65 Adapun nama-nama tersebut disebutkan dalam Al-
Qur’an pada ayat-ayat berikut:
a. Jahanam
َّ ين فِ َيها ِه َي َح ْسبُ ُه ْم َول ََعنَ ُه ُم
اَّللُ َوََلُ ْم ِ ِ ات والْ ُك َّفار ََّنر جهن
َ َّم َخالد
ِ ِ
َ َ َ َ َ َ ي َوال ُْمنَاف َق
ِِ َّ َو َع َد
َ اَّللُ ال ُْمنَافق
يم ِ َع َذ
ٌ اب ُمق ٌ
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati
mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.( At-Taubah / 9:68 )
Neraka Jahanam diberikan kepada kaum munafik sebagai balasan
atas segala perbuatan mereka, ketentuan ini sama bagi orang-orang
munafik baik laki-laki maupun perempuan. Selain siksa, Allah juga
melaknat mereka sehingga jauh dari segala bentuk rahmat Allah. Hal
ini implikasi dari sikap mereka yang mengajak kepada perbuatan
mungkar dan mencegah orang dari perbuatan yang baik, selain itu
mereka juga memiliki kepedulian yang rendah karena sifat memang
sifatnya yang kikir.66
b. Lazhâ
َّ ِاعةً ل
لش َوى تَ ْدعُو َم ْن أَ ْدبَ َر َوتَ َو ََّل َو ََجَ َع فَأ َْو َعى َ َك ََّل إِ ََّّنَا لَظَى نَ َّز
Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang
bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang
membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan
(harta benda) lalu menyimpannya. (Al-Ma’ârij/ 70:15-18)
Ketika ketetapan Allah sudah ditetapkan, tidak ada cara bagi orang-
64
Lihat (Al-Hijr/ 15:43-44)
65
Ahmad ibn Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Marâghî, Mesir : Mustahafa al-Bâbî
al-h̲alabî, 1946, Juz. 24, hal. 14.
66
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5 , hal. 157.
53
orang kafir untuk menghindar dari-Nya. Mereka dulunya adalah orang
yang berpaling dari agama, mereka juga memiliki harta tetapi hanya
mengumpulkan untuk diri sendiri dan tidak pernah diinfakkan padahal
yang demikian itu bisa bermanfaat untuk mereka dan melindungi
mereka dari siksa neraka. Orang-orang demikian tempatnya di neraka
laza, dan neraka sendiri yang memanggil mereka untuk dibakar.67
c. Huthamah
67
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.886.
68
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.934.
69
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 603.
54
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya
dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
(QS. An-Nisâ`/4:10)
Neraka Sa’îr menjadi tempat bagi orang-orang yang memakan
harta anak yatim secara zalim. Ketika mereka memakan harta anak
yatim di dunia, sesungguhnya mereka sedang menjejali perut mereka
sendiri dengan api neraka. Pada hari kiamat nanti, mereka memakan
api neraka seperti dulu mereka memakan harta anak yatim yang
seharusnya mereka kelola dengan baik sesuai dengan yang diizinkan
oleh syariat.70
e. Saqar
َ َاحةٌ لِلْب
ش ِر َعلَْي َها ِ َ ُصلِ ِيه َس َق َر َوَما أَ ْد َر
َ اك َما َس َق ُر ََل تُ ْبقي َوََل تَ َذ ُر ل ََّو ْ َسأ
ش َر َ تِ ْس َعةَ َع
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu
apakah (neraka) Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak
membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di
atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Almuddatsir/ 74: 26-
30)
Saqar adalah salah satu dari tingkatan neraka, Ibnu ‘Abbâs
sebagaimana dikutip oleh al-Qurthubî menyatakan bahwa Saqar
berada pada tingkat ke 6.71 Digambarkan bahwa siksaan Saqar
menyebabkan kulit penghuninya terbakar sampai menjadi hitam legam
melebihi legam pada malam hari. Selain itu, Saqar juga memakan
kulit, urat, hingga daging mereka. Mereka disiksa dalam keadaan
antara hidup dan mati, ketika organ tubuhnya rusak, maka agan
berganti dengan yang baru untuk kemudian terbakar kembali.72
Ayat ini turun berkaitan dengan al-Walîd ibn Mughîrah yang
menolak untuk mengakui Al-Qur’an sebagai firman Allah walaupun
dalam hatinya ia mengakui kebenaran Al-Qur’an.73 Al-Walîd
sebenarnya merupakan orang yang diberikan karunia oleh Allah
kecerdasan, kedudukan, dan keturunan yang mulia, akan tetapi ia lebih
memilih untuk mengikuti “instruksi” Abu Jahal untuk ikut menentang
70
Jâbir Abû Bakar al-Jazâirî, Aysar at-Tafâsîr li Kalâmi al-‘Alî al-Kabîr, Madinah
: Maktabah al-‘Ulûm wa al-ẖakim, hal. 439.
71
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, Juz 19, hal. 77.
72
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Dar Thoibah li an-
Nasyr, 1999, Juz 8, hal. 268.
73
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 14 , hal. 473.
55
ajaran Nabi ﷻseperti mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan
perkataan manusia, meskipun sebenarnya ia merupakan salah satu
orang yang paling tahu bahwa Al-Qur’an tidak mungkin asalnya bukan
langsung dari Allah.74
f. Jah̲îm
74
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 14 , hal. 483.
75
Tim Ulama Tafsir Saudi, Tafsir al-Muyassar, Saudi : Majma’ al-Mulk Fahd
Thabâ’ah al-Mushh̲af as-Syarîf, 2009, hal. 587.
76
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 15 , hal. 132.
77
Ah̲mad ibn Musthafâ al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Juz. 30, hal. 69.
78
Ah̲mad ibn Musthafâ al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Juz. 30, hal. 227.
79
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.933.
56
Ad-Dhah̲h̲ak sebagaimana dikutip oleh Al-Marâghî menyebutkan
tingkatan-tingkatan neraka beserta dengan penghuninya. Tingkat pertama
diisi oleh umat-umat Nabi Muhammad yang bermaksiat, tingkat kedua
untuk orang-orang Nasrani, tingkat ketiga untuk orang-orang Yahudi,
tingkat keempat untuk para penyembah bintang, tingkat kelima untuk
orang-orang Majusi, tingkat keenam untuk orang-orang Musyrik Arab, dan
tingkat ketujuh untuk orang-orang munafik dan keluarga Fir’aun.80
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa penghuni neraka
telah ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan pada
penjelasan yang disebutkan oleh Ad-Dh̲ahhak maka tipe-tipe penghuni
neraka di atas bisa dihimpun menjadi suatu nilai untuk satu variabel
‘Manusia’ seperti di bawah ini:
Umat Muhammad yang maksiat => 1
Nasrani => 2
Yahudi => 3
Penyembah Bintang => 4
Majusi => 5
Musyrik Arab => 6
Munafik dan Keluarga Fir’aun => 7
Sehingga algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:
80
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, Jâmi‘ li Ah̲kam al-Qurân, Juz 10, hal. 30.
57
Tabel III.11, Contoh Switch-Case
Algoritma
switch(manusia):
case 1:
write(“Jahanam”)
break;
case 2:
write(“Ladzâ”)
break;
case 3:
write(“Huthamah”)
break;
case 4:
write(“Sa’îr”)
break;
case 5:
write(“Saqar”)
break;
case 6:
write(“Jah̲im”)
break;
case 7:
write(“Hâwiyah”)
break;
default:
write(“Surga”)
flowchart
58
Penyeleksian dimulai dari melihat nilai dari variabel ‘manusia’,
adapun isi dari variabel ‘manusia’ berurutan dari 1 yang menghimpun umat
Nabi Muhammad yang melakukan maksiat hingga nomor 7 yang
menghimpun orang-orang Munafik dan Keluarga Fir’aun. Adapun ketika
nilai dari variabel ‘manusia’ bukan angka 1-7 maka output yang akan
59
keluar adalah Surga karena ia tidak masuk ke dalam kriteria-kriteria
penghuni neraka.
{inisialisasi}
....................
WHILE kondisi_perulangan DO
{proses}
...................
{iterasi}
{end while}
81
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 207.
60
َج ُرُه ْم ِع ْن َد َرِّبِِ ْم َوََل َِّ يل
ْ اَّلل ُْثَّ ََل يُ ْتبِعُو َن َما أَنْ َف ُقوا َمنًّا َوََل أَ ًذى ۙ ََلُ ْم أ ِ ِين يُ ْن ِف ُقو َن أ َْم َوا ََلُ ْم ِِف َسب ِ
َ الَّذ
ف َعلَْي ِه ْم َوََل ُه ْم ََيْ َزنُو َن ٌ َخ ْو
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Ayat ini berisi pujian kpeada orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah dan tidak menyertai kebaikan dan sedekah yang
diinfakkannya itu dengan mengungkit baik melalui ucapan maupun
perbuatan tentang kebaikannya iru di hadapan yang diberi ataupun orang
lain.
Mereka juga tidak melakukan hal-hal yang dibenci oleh penerima
hingga menghapuskan kebaikan mereka sendiri. Allah menjanjikan pahala
berlimpah untuk mereka, dan mereka mendapatkan ketenangan atas apa
yang dihadapi dan tidak ada kesedihan atas gemerlap dunia yang
ditiggalkan setelah memberikan harta tersebut.82
Berkaitan dengan larangan menyebut-nyebut pemberian ini Nabi
bersabda:
، ال َْمنَّا ُن ِِبَا أَ ْعطَى:يمِ وََلم َع َذ،ثَََلثَةٌ ََل ي َكلِِمهم هللا ي وم ال ِْقيام ِة وََل ي ْنظُر إِلَي ِهم وََل ي َزِكِي ِهم
ٌ اب أَل
ٌ ُْ َ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ُ ُ ُ
83 ِ ِ
ف الْ َكاذب ِ ِ والْمنَ ِِف ُق ِسل َْعتَهُ ًِب ِْلَل،ُوالْمسبِل إِ َزاره
ُ َ َ ُ ُْ َ
Ada tiga orang yang pada hari kiamat kelak Allah tidak mengajak mereka
bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka dan bagi mereka
azab yang pedih. Yaitu: orang yang menyebut-nyebut pemberian yang ia
telah berikan, orang yang memanjangkan kainnya, dan orang yang
menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu. (HR. Ahmad)
Termasuk adab dalam kemanusiaan yaitu melupakan bahwa dirinya
memiliki keutamaan ataupun bahwa dirinya banyak berinfak, tidak juga ia
menampakkan kepada siapapun di sekitarnya akan kebaikannya maupun
sedekahnya terhadap orang fakir.84
Yang demikian merupakan cara menafkahkan harta dengan cara yang
direstui oleh Allah. Penggunaan kata ثُمpada ayat ini juga menunjukkan
82
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 1, hal. 693.
83
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad ibn H̲anbal,
Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2001, Hadist No. 21481
84
Muhammad Mutawallî Sya’râwî, Tafsîr as-Sya’râwî, 1997, Juz 2, Hal. 1149.
61
perbedaan yang jauh antara nafkah yang direstui dengan yang dibarengi
manna atau adzâ, sehingga tuntutan untuk tidak menyebut-nyebut hal ini
tidak hanya berlaku pada saat pemberian tetapi hingga di kemudian hari
setelah sekian lama pasca pemberian.85
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:
85
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 1, hal. 692.
62
Tabel III.12, Contoh 1 While-do
Algoritma
63
Inisialisasi awal adalah mendeklarasikan variabel ‘manna’ dan
‘adzâ’ sebagai boolean. Ketika seseorang beramal maka pada awalnya
variabel ‘manna’ dan ‘adza’ akan terisi dengan nilai False. Seperti yang
dijelaskan pada ayat di atas, selama ia tidak menyebut-nyebut kebaikannya
baik kepada yang diberi atau kepada orang lain (manna = False or adzâ =
False) maka Allah akan memberikan pahala kepadanya, disinilah terjadi
proses perulangan dimana pahala akan terus mengalir selama ia tidak
melakukan apa yang menjadi terminasi dari perulangan di sini. Ketika di
kemudian ia menyebut-nyebut kebaikannya baik kepada yang diberi atau
siapa pun, maka berhenti lah proses perulangan yang terjadi karena telah
menemui terminasi dari perulangan ( manna = True or adzâ = True ).
Contoh kedua, pada firman Allah ﷻ:
ۖ اءتْ ُك ْم بَيِِنَةٌ ِم ْن َربِِ ُك ْم ٍٰ ِ َّ ال ََي قَ ْوِم ا ْعبُ ُدوا
َ اَّللَ َما لَ ُك ْم م ْن إِلَه غَ ْيُهُ ۖ قَ ْد َج َ َاِلًا ۗ قِ اهم ص
َ ْ ُ َُود أَ َخ َ َوإِ َ َٰل َث
يم ِ وء فَ يأْ ُخ َذ ُكم َع َذ ٍ ِسوها ب َِّ ض َِّ ُٰه ِذهِ ََّنقَة
ِ اَّلل لَ ُك ْم آيَةً ۖ فَ َذ ُرو َها ََتْ ُك ْل ِِف أ َْر
ٌ اب أَل ٌ ْ َ س ُ َ ُّ ََاَّلل ۖ َوََل َت َ
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata
kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu,
maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu
mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan
ditimpa siksaan yang pedih”. (QS. Al-A’râf/ 7: 73)
Ayat di atas bercerita tentang kisah Shâlih dengan kaumnya yaitu
kaum Tsamûd. Kaum Tsamûd pada awalnya merupakan kaum yang
beriman kepada Allah karena bisa mengambil pelajaran dari apa yang
menimpa kaum ‘Ad di masa lampau. Namun, keberhasilan mereka
membangun peradaban dengan bangunan-bangunan yang indah kemudian
melalaikan mereka dan membuat mereka kembali menyembah berhala
seperti pendahulu mereka.86
Nabi Shâlih memerintahkan kepada kaumnya untuk beribadah
kepada Allah, ia mengabarkan bahwa hanya pada Allah semata Ibadah
boleh dilakukan dan pada dasarnya Allah menciptakan makhluk-Nya untuk
beribadah kepada-Nya.87
Kemudian Nabi Shâlih memperlihatkan mukjizat sebagai bukti yang
nyata dari Allah berupa unta yang keluar dari batu. Unta tersebut minum
pada hari tertentu maka kaum Tsamûd diminta untuk membiarkan ia makan
dan minum di bumi Allah dan tidak dibenarkan untuk menyakitinya karena
86
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 4, hal. 179.
87
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal..159.
64
akan mendatangkan suatu azab yang begitu pedih.88
Sebelumnya kaum Tsamûd menantang Nabi Shâlih untuk
mendatangkan hujjah kenabian dari Allah, kemudian ada salah seorang dari
mereka mengusulkan untuk mengeluarkan seekor unta betina yang besar
dari bongkahan batu besar dan keras yang bernama al-Kâtibah. Setelah
Nabi Shâlih mengambil sumpah janji mereka untuk beriman kemudian
beliau berdoa dan keluarlah unta betina yang sedang hamil dari dalam
bongkahan batu tersebut.
Kaum Tsamûd merupakan kaum yang memiliki keahlian dalam
memahat gunung. Relief yang mereka buat begitu indah hingga seakan
seperti sesuatu yang benar-benar hidup
Unta tersebut kemudian melahirkan lalu ia dan anaknya tinggal agak
lama dan memberikan manfaat berupa susu kepada kaum Tsamûd. Namun,
setelah berlangsung sekian lama mereka justru semakin mendustakan Nabi
Shalîh dan membunuh unta tersebut hingga kemudian datang azab kepada
mereka.89
Dari peristiwa pada ayat di atas maka bisa dibuat algoritma sebagai
berikut:
88
Tim Ulama Tafsir Saudi, Tafsir al-Muyassar, hal. 159.
89
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 3, hal. 441.
65
Tabel III.13, Contoh 2 While-do
Algoritma
bool unta
unta = True
WHILE (unta = True) DO
beriRezeki()
END
azab()
flowchart
90
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 3, hal. 441.
91
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 182.
67
mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. ( QS. Hûd /11: 65-
68)
Rangkaian ayat di atas masih berkaitan dengan rangkaian ayat pada
contoh sebelumnya yakni pada kisah Nabi Shâlih pembangkangan
kaumnya yakni kaum Tsamûd tepatnya setelah peristiwa penyembelihan
unta yang menjadi bukti kebenaran dari Allah.
Ancaman yang dijanjikan pada ayat di atas adalah jatuhnya siksa
setelah tiga hari. Setelah tenggang waktu yang diberikan itu berakhir,
orang-orang yang beriman diselamatkan oleh Allah sedangkan orang-orang
yang membangkang kemudian diberikan azab yang memporak-porandakan
mereka. Apa yang dialami oleh kaum Tsamûd tentu bukan karena Allah
sewenang-wenang melainkan karena perbuatan mereka sendiri yang ingkar
dan durhaka kepada Tuhan yang telah memelihara mereka sepanjang
hidup.92
Dikabarkan bahwa selama tiga hari tersebut mereka seperti terserang
wabah penyakit yang begitu ganas sampai terjadi perubahan pada wajah
mereka. Hari pertama, wajah berubah menjadi kuning. Hari kedua, berubah
menjadi merah. Hari ketiga, berupah menjadi hitam. Pada hari keempat
datang azab yang terjadi dalam tiga bentuk yakni petir yang mematikan dan
menggelegar, gempa yang begitu kuat, serta suara keras yang begitu
memekakkan telinga.93
Salah satu bukti betapa mengerikannya azab yang menimpa pada
kaum Tsamûd terekam dalam hadis Nabi ﷺ:
ِ ِ ِ
َ فَِإ ْن ََلْ تَ ُكونُوا ًَبك،ي
َ َل،ي فََلَ تَ ْد ُخلُوا َعلَْي ِه ْم َ َِلَ تَ ْد ُخلُوا َعلَى َه ُؤَلَء املَُع َّذب
َ ي إََِّل أَ ْن تَ ُكونُوا ًَبك
94
َص َاّبُ ْم ِ
َ يُصيبُ ُك ْم َما أ
Janganlah kalian masuk ke tempat orang-orang yang disiksa itu
kecuali jika kalian dalam keadaan menangis, jika tidak dapat menangis,
maka janganlah kalian memasukinya, dikhawatirkan kalian tertimpa
seperti apa yang telah menimpa mereka. (HR. Bukhârî)
Peristiwa di atas bisa digambarkan algoritma dengan struktur
perulangan for sebagai berikut:
Tabel III.14, Contoh Perulangan For
92
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5, hal. 676.
93
Ahmad Husnul Hakim, “Epidemi dalam Al-Qur’an : Suatu Kajian Tafsir
Maudhu’i dengan Corak Ilmi”, Jurnal Koordinat, 2018, Vol. 17, No. 1, hal. 119-120.
94
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahîh al-Bukhârî, Beirut : Dar at-Thûq an-
Najâh, 2001, Juz. 6, hal. 7, Hadis No. 4420
68
Algoritma
bool mukmin
FOR ( int x = 3 : x > 0 : x--) {
azabKecil()
}
IF mukmin = True THEN
selamatkan()
ELSE
azabBesar()
END IF
flowchart
3. Repeat-Until
Tipe perulangan repeat digunakan ketika jumlah dari perulangan
yang akan dilakukan tidak diketahui. Namun berbeda dengan ,perulangan
tipe ini akan dilakukan minimal satu kali karena kondisi perulangan ada di
bagian bawah.96 Bentuk umum perulangan repeat adalah sebagai berikut:
{inisialisasi}
....................
REPEAT
{proses}
...................
{iterasi}
UNTIL kondisi_terminasi
{end while}
Berikut contoh ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat struktur
Algoritma perulangan repeat-until di dalamnya:
ين الْ َقيِِ ُم َِّ اَّلل الَِِّت فَطَر النَّاس َعلَي ها ۚ ََل تَ ب ِديل ِْلَل ِْق
ِ َ ِاَّلل ۚ ٰذَل َِّ ت َ ك لِل ِِدي ِن َحنِي ًفا ۚ فِط َْر
َ فَأَقِ ْم َو ْج َه
ُ ك ال ِد َ ْ َْ َ َ
َّاس ََل يَ ْعلَ ُمو َن ِ َوٰلَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rûm / 30:30)
Manusia diminta untuk selalu konsekuen dengan fitrah yang sudah
ditetapkan Allah atas makhluk-Nya untuk mengesakan dan mengenal-Nya.
Allah menyamakan semua makhluk dalam koridor fitrah dengan tabiat
yang lurus di mana seseorang ketika lahir tidak mungkin tidak berada di
95
Ahmad Husnul Hakim, “Epidemi dalam Al-Qur’an : Suatu Kajian Tafsir
Maudhu’i dengan Corak Ilmi”, hal. 120.
96
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 221.
70
dalamnya. Sesungguhnya berpegang teguh dengan syari’at dan fitrah yang
benar adalah agama yang lurus, walapun masih banyak manusia yang
menyimpang, memecah belah agama dengan mengingkari dan
menggantinya sekehendak hati.97
Perihal fitrah manusia Nabi bersabda:
ٍ «ما ِمن مول:اَّلل صلَّى هللا َعلَي ِه وسلَّم
ُود إََِّل يُولَ ُد َعلَى ِ ُ ال رس ِ َن أًَب ُهريْ رةَ ر
َْ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ ول ُ َ َ َ ق:ال َّ ض َي
َ َ ق،ُاَّللُ َعنْه َ َ َ َ َّ أ
سو َن فِ َيهاُّ َه ْل ُُِت،اء ِ َكما تُ ْن تَج الب ِه، أَو ميَُ ِجسانِ ِه،صرانِِهِ ِِ ِ ِ
َ يمةً ََجْ َع
َ يمةُ َّب
َ َ ُ َ َ ِ ْ َ ِ َ َويُن، فَأَبَ َواهُ يُ َه ِِو َدانه،الفط َْرة
َِّ اَّلل الَِِّت فَطَر النَّاس َعلَي ها َلَ تَ ب ِديل ِْلَل ِْق
َِّ (فِطْرَة:اَّلل َع ْنه ِ ول أَبو ُهريْ رَة ر ِ
اَّلل َ ْ َْ َ َ َ ُ َُّ ض َي َ َ َ ُ ُ اء» ُْثَّ يَ ُق َ م ْن َج ْد َع
98 ِ
)ين ال َقيِ ُم ِ َ ِذَل
ُ ك ال ِد
Dari Abu Hurairah, bahwasanya dia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang anak yang
dilahirkan melainkan terlahir atas fithrah, maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi, sebagaimana
binatang ternak dilahirkan (oleh induknya) dalam keadaan sempurna.
Apakah kalian mengetahui ada yang telinganya terpotong? Kemudian Abu
Hurairah berkata, “Bacalah jika kalian mau: “Fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah”.
Maka dari itu, kalaulah bukan karena adanya halangan yang
menghalangi mereka untuk berhenti dari kekafirannya, tidak ada alasan
untuk menghalangi manusia untuk datang kepada Islam, karena Allah telah
menjadikan fitrah manusia dengan keislaman.99 Ayat di atas juga
mengisyaratkan bahwa agama Islam yang merupakan cerminan dari fitrah
itu melekat dalam pribadi setiap manusia dan tidak bisa dibatalkan. Jikalau
ketika hidup manusia berusaha melepasnya, sesaat sebelum
menghembuskan nafas terakhir ia kan kembali mengakuinya.
Kejadian di atas bisa digambarkan algoritma dengan struktur
perulangan repeat_until sebagai berikut:
Tabel III.15, Contoh Perulangan Repeat-Until
97
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 6, hal. 373-
375.
98
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahîh al-Bukhârî, Juz. 9, hal. 114, Hadis
No. 4775.
99
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal..497.
71
Algoritma flowchart
72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini berangkat dari satu masalah yang telah disebutkan pada
awal pembahasan yakni ketika Al-Qur’an didekati dengan bentuk
algoritma yang terkandung di dalamnya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa
struktur algoritma bisa ditemukan pada ayat-ayat Al-Qur’an. Tiga struktur
yang diteliti, yaitu struktur runtutan, struktur percabangan, struktur
perulangan, ketiganya mempunyai banyak contoh yang bisa ditemukan
pada ayat Al-Qur’an. Dalam ayat-ayat yang diteliti juga bisa dilihat
variabel-variabel serta operasi yang bilangan maupun persamaan bilangan
yang menjadi inti dari proses algoritma yang ada.
Struktur Runtutan terbagi menjadi tiga bentuk, bentuk pertama yaitu
algoritma runtutan yang bisa dilihat dalam satu ayat seperti pada ayat
tentang wudu dan tayamum, bentuk kedua yaitu algoritma runtutan yang
terpisah dalam beberapa ayat namun masih ada di dalam satu surah seperti
pada ayat tentang penciptaan langit dan bumi, bentuk ketiga yaitu algoritma
runtutan yang terpisah ayat dan surah namun terhubung oleh satu variabel
seperti pada pengharaman khamr. Struktur Percabangan juga terbagi
menjadi tiga bentuk, bentuk pertama if-then seperti yang bisa ditemukan
pada ayat berkaitan tentang amalan sunah, bentuk kedua if-then-else yang
bisa ditemukan pada banyak ayat contohnya yang berkaitan dengan amar
ma’rûf nahi munkar, bentuk ketiga switch-case seperti yang bisa ditemukan
pada ayat berkaitan tentang neraka dan para penghuninya. Struktur
Perulangan juga terbagi menjadi tiga, bentuk pertama while-do seperti yang
bisa ditemukan pada ayat berkaitan dengan sedekah, bentuk kedua for
seperti yang bisa ditemukan pada ayat berkaitan dengan tenggat waktu azab
pada kejadian Nabi Shalîh dan kaum Tsamûd, bentuk ketiga Repeat-Until
seperti pada ayat tentang fitrah manusia.
B. Saran
Dalam kasusnya penelitian ini adalah salah satu bentuk integrasi
metode yang ada dalam ilmu pengetahuan modern dengan ilmu Al-Qur’an.
Penelitian ini masih sangat terbatas pada definisi algoritma dasar beserta
struktur dasarnya. Hal ini tentunya memberikan peluang kepada para
peneliti lain agar bisa mengkaji lebih dalam tentang algoritma dengan Al-
Qur’an. Kemudian juga, penelitian ini juga bisa menjadi inspirasi bagi
73
peneliti lain yang konsen pada masalah integrasi antara Ilmu Pengetahuan
Modern dengan Al-Qur’an baik yang pernah diteliti sebelumnya ataupun
yang belum pernah diangkat dalam suatu penelitian.
74
DAFTAR PUSTAKA
76
Sukamto, Rosa A.. Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar. Bandung
: Modula, 2018.
Suprapto, et.al.. Bahasa Pemrograman. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.
Szpankowski, Wojciech. Average Case Analysis of Algorithms on
Sequences. Canada : John Wiley & Sons, 2001.
Tim Ulama Tafsir. Mukhtashar fî Tafsîr al-Qur`an al-Karîm. Markaz
Tafsîr li al-Dirâsât al-Qur`aniyyah, 2015.
at-Tirmidzî, Muhammad ibn Isa. Sunan at-Tirmidzî. Beirut: Dar al-Gharb
al Islamiy, t.th.
Tjandrawinata, Raymond R.. “Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan
Pengaruhnya pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi”. Jurnal
Medicinus, Vol. 29, No. 1, 2016, hal. 33.
Utami, Ema, dan Sukrisno. 10 Langkah Belajar Logika dan Algoritma
menggunakan Bahasa C dan C++ di GNU/Linux. Yogyakarta : Andi,
2005.
as-Sya’râwî, Muhammad Mutawallî. Tafsîr as-Sya’râwî. t. tp: t.p, 1997.
az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Wajîz. Damaskus: Dar al-Fikr, 1994.
77