You are on page 1of 93

Algoritma dalam Al-Qur’an

(Studi atas Operasi dan Variabel pada Ayat Al-Qur’an)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi Strata Satu
(S.1) untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:
Muhammad Ihsan
NIM:
151410509

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin
Intitut PTIQ Jakarta
2019 M. / 1441 H.
i
ii
ABSTRAK

Algoritma merupakan cabang ilmu yang menjadi pondasi ilmu


komputer pada saat ini. Kata Algoritma diambil dari nama salah satu
ilmuwan muslim abad pertengahan Abu Muhammad ibn Musa al-
Khawarizmi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji
apakah struktur-struktur algoritma bisa ditemukan di dalam ayat Al-
Qur’an. Struktur algoritma yang diteliti sendiri terdiri dari struktur
runtutan, percabangan, dan perulangan.
Pertama, algoritma dengan struktur runtutan bisa ditemukan dalam
Al-Qur’an di dalam satu ayat utuh, berbeda ayat namun masih terhimpun
di dalam satu surah, dan berbeda surah namun dihubungkan oleh variabel
yang sama seperti pada proses pengharaman khamr. Kedua, algoritma
dengan struktur percabangan dalam bentuk if-then, if-then-else, dan switch-
case, struktur ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an khususnya dalam
ayat-ayat yang berkaitan dengan suatu amar ma’rûf nahi munkar. Ketiga,
algoritma dengan struktur perulangan dalam bentuk while-do, for, dan
Repeat-Until, struktur ini ditemukan pada ayat-ayat yang berkaitan dengan
persyaratan dan reward seperti pada kisah nabi, maupun pada ayat yang
berkaitan dengan sedekah.
Kata Kunci: Algoritma , Percabangan, Perulangan

iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Ihsan
NIM : 151410509
Fakultas : Ushuluddin
Program Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Judul Skripsi : Algoritma dalam Al-Qur’an (Studi atas Operasi dan
Variabel pada Ayat Al-Qur’an)

Menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah murni hasil karya sendiri. Apabila saya mengutip
dari karya orang lain, maka saya akan mencantumkan sumbernya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini
hasil jiplakan (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan sanksi yang berlaku di lingkungan
Institut PTIQ dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, 08 November 2019

Yang membuat pernyataan,

Muhammad Ihsan

v
vi
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul:
Algoritma dalam Al-Qur’an
(Studi atas Operasi dan Variabel pada Ayat Al-Qur’an)

Skripsi diajukan kepada:


Fakultas Ushuluddin Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Disusun Oleh:
Muhammad Ihsan
NIM:
151410509

telah selesai dibimbing oleh kami, dan menyetujui untuk selanjutnya


dapat diujikan.
Jakarta, 08 November 2019

Menyetujui:
Pembimbing,

Andi Rahman, MA.

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin

Andi Rahman, MA.

vii
viii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Judul :
Algoritma dalam Al-Qur’an
(Studi atas Operasi dan Variabel pada Ayat Al-Qur’an)

Disusun oleh :
Nama : Muhammad Ihsan
NIM : 151410509
Fakultas / Prodi : Ushuluddin / IAT

Telah diajukan pada sidang munaqasah pada:


Senin, 11 November 2019

No. Nama Penguji Jabatan dalam TIM Tanda Tangan

1 Hidayatullah, MA. Penguji

2 Amiril Ahmad, MA. Penguji

3 Lukman Hakim, MA. Sekretaris

4 Andi Rahman, MA. Pembimbing

Jakarta, 11 November 2019


Mengetahui,
Dekan Fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ Jakarta

Andi Rahman, MA.

ix
x
PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

‫ا‬ ` ‫ز‬ z ‫ق‬ q

‫ب‬ b ‫س‬ s ‫ك‬ k

‫ت‬ t ‫ش‬ sy ‫ل‬ l

‫ث‬ ts ‫ص‬ sh ‫م‬ m

‫ج‬ j ‫ض‬ dh ‫ن‬ n

‫ح‬ h̲ ‫ط‬ th ‫و‬ w

‫خ‬ kh ‫ظ‬ zh ‫ه‬ h

‫د‬ d ‫ع‬ ‘ ‫ء‬ a

‫ذ‬ dz ‫غ‬ g ‫ي‬ y

‫ر‬ r ‫ف‬ f - -

Catatan:
a. Konsonan yang ber-syaddah ditulis dengan rangkap, misalnya:‫َرب‬
ditulis rabba
b. Vokal panjang (mad): fath̲ah (baris di atas) ditulis â atau Â, kasrah
(baris di bawah) ditulis î atau Î, serta dhammah (baris depan) ditulis
dengan û atau Û, misalnya: ‫ القارعة‬ditulis al-qâri’ah,‫ المساكين‬ditulis
al-masâkîn,‫ المفلحون‬ditulis al-muflihûn.\
c. Kata sandang alif + lam (‫ )ال‬apabila diikuti oleh huruf qamariyah
ditulis al, misalnya: ‫الكافرون‬ditulis al-kâfirûn. Sedangkan, bila
diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yang
mengikutinya, misalnya: ‫ الرجال‬ditulis ar-rijâl.
d. Ta’marbutah (‫)ة‬, apabila terletak di akhir kalimat, ditulis dengan h,
misalnya: ‫ القارعة‬ditulis al-Qâri’ah.
e. Penulisan ‫ القران‬dan nama surah ditulis disambung, misalnya: Al-
Qur’an, Al-Baqarah, Annisa.

xi
xii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
serta kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW, begitu juga kepada
keluarganya, para sahabatnya, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in serta para
umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya. Amin.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi
ini tidak sedikit hambatan, rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun
berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tidak terhingga kepada:
1. Orang tua tercinta Drs. H. Rajudin dan Hj. Siti Rahmatul Fitri,
M.Pd, serta kakak penulis H. Muhammad Irfan, lc. yang senantiasa
memberikan dukungan moral maupun spiritual kepada penulis.
2. Rektor Institut PTIQ Jakarta, Bapak Prof. Dr. Nasaruddin Umar,
MA.
3. Dekan Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, Bapak Andi
Rahman, S.S.I, MA. sekaligus Pembimbing penulis yang telah
menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk memberikan
bimbingan, pengarahan dan petunjuknya kepada penulis dalam
penyusunan Skripsi ini.
4. Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Bapak Lukman
Hakim, MA.
5. Tata Usaha Fakultas Ushuluddin, Bapak Amiril Ahmad, MA.
6. Segenap Civitas Institut PTIQ Jakarta, khususnya para dosen di
Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta yang telah memberikan
ilmu yang tidak terhingga kepada penulis.
7. Guru penulis, KH. Dr. Manarul Hidayat, MA. beserta keluarga
besar Pondok Pesantren Almanar Azhari yang telah membimbing
penulis selama 6 tahun dari tingkat SMP hingga SMA.
8. Guru penulis, Habib Abu Bakar bin Hasan Al-Attas Az-Zabidi
yang senantiasa mendoakan dan memberikan nasehat kepada
murid-muridnya.

xiii
9. Rekan-rekan penulis di Institut PTIQ Jakarta angkatan 2015
khususnya teman-teman seperjuangan di Fakultas Ushuluddin.
10. Gubernur Kalimantan Selatan beserta seluruh jajarannya di
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
11. Sahabat-sahabat, keluarga besar Asrama Mahasiswa Kalimantan
Selatan (AMKS) Jakarta dan Persatuan Mahasiswa Kalimantan
Selatan (PMKS) Jakarta.
12. Seluruh keluarga besar Persatuan Mahasiswa Qur’ani (PMQ)
Borneo PTIQ-IIQ.
13. Semua teman seperjuangan penulis di Universitas Gunadarma dan
Universitas Bina Sarana Informatika.
14. Semua pihak dari Google, Yahoo, Apple, Microsoft, Adobe,
Gojek, Grab, Bukalapak, Tokopedia, JNE, dan pihak-pihak lainnya
yang senantiasa berinovasi membuat layanan terbaik sehingga
memudahkan penulis dalam menuntut ilmu.
Serta semua pihak yang tidak bisa untuk disebut satu persatu namun
tidak mengurangi rasa terimakasih penulis kepadanya. Hanya harapan dan
doa, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan
Skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan segalanya


dalam mengharapkan keridhaan, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
masyarakat umumnya dan bagi penulis khususnya, serta generasi setelah
penulis kelak. Amin.

Jakarta, 08 November 2019

Penulis

Muhammad Ihsan

xiv
DAFTAR ISI
Abstrak .................................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Skripsi ................................................................... v
Tanda Persetujuan Skripsi ....................................................................vii
Tanda Pengesahan Skripsi......................................................................ix
Pedoman Transliterasi ............................................................................xi
Kata Pengantar ..................................................................................... xiii
Daftar Isi .................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................. 6
1. Identifikasi Masalah .......................................................... 6
2. Batasan Masalah ............................................................... 6
3. Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6
D. Kajian Pustaka ........................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 11
A. Konsep Algoritma .................................................................... 11
B. Variabel dan Operasi ................................................................ 13
1. Operator Aritmetik .......................................................... 14
2. Operator Relasi ............................................................... 14
3. Operator Logika .............................................................. 16
C. Notasi Penulisan Algoritma ..................................................... 16
1. Kalimat Deskriptif .......................................................... 16
2. Flowchart (Diagram Alur) .............................................. 17
3. Pseudocode (Kode Palsu) ............................................... 19
D. Struktur Dasar Algoritma ......................................................... 20

xv
1. Struktur Runtutan (Sequence Structure)......................... 20
2. Struktur Pemilihan / Percabangan (Selection Structure) 21
3. Struktur Perulangan (Repetition Structure) .................... 22
BAB III ALGORITMA DALAM AL-QUR’AN ................................. 25
A. Algoritma Runtutan Dalam Al-Qur’an .................................... 25
1. Algoritma Wudu ............................................................. 25
2. Algoritma Penciptaan Langit dan Bumi ......................... 28
3. Algoritma Pengharaman Khamr..................................... 32
B. Algoritma Percabangan Dalam Al-Qur’an .............................. 36
1. If-Then ............................................................................ 37
2. If-Then-Else .................................................................... 43
3. Switch-Case .................................................................... 52
C. Algoritma Perulangan Dalam Al-Qur’an ................................ 60
1. While-do ......................................................................... 60
2. For .................................................................................. 67
3. Repeat-Until ................................................................... 70
BAB IV PENUTUP ................................................................................ 73
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam konteks penciptaan, Allah mengutus manusia dengan tugas
sebagai khalîfah fil ardh. Peristiwa ini terekam dalam firman Allah;
‫اء‬ ِ ُ ‫ض َخلِي َفةً قَالُوا أ َََتْعل فِيها من ي ْف ِس ُد فِيها ويس ِف‬ ِ ‫ك لِلْم ََلئِ َك ِة إِِِّن ج‬
ِ ‫اع ٌل ِِف ْاْل َْر‬ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
َ ‫ك ال ِد َم‬ ْ ََ َ ُ َْ َ َُ َ َ َ ُّ‫ال َرب‬
‫ال إِِِّن أَ ْعلَ ُم َما ََل تَ ْعلَ ُمو َن ۝‬
َ َ‫َك ق‬َ ‫سل‬ ِ ِ ِ ِ‫وََْنن نُسب‬
ُ ‫ح ِبَ ْمد َك َونُ َق ِد‬ُ َِ ُ َ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-
Mu?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah/5 : 30)
Dari ayat ini diketahui bahwa Allah menciptakan manusia sebagai
khalifah, yakni sebagai pemimpin dan penguasa di muka bumi. Penciptaan
manusia merupakan rencana besar Allah terhadap dunia ini. Yakni untuk
melaksanakan tugas keagamaan dan perintah maupun larangan Allah serta
dalam rangka melestarikan ekosistem bumi, manusia akan terus berganti
dari generasi ke generasi hingga hari kiamat.1
Pada masa kini, di mana antar ujung dunia sudah terkoneksi dalam
suatu jaringan bernama interconnection network atau lebih populer dengan
sebutan internet, tentu syarat untuk bisa disebut khalîfah fil ardh tidak
cukup dengan hanya cabang ilmu agama saja, tetapi perlu kerjasama dan
integrasi dari berbagai cabang ilmu dan keterbukaan pemikiran untuk
berpartisipasi dalam pengembangan dunia. Ironisnya, masih lazim dalam
pandangan masyarakat antara suatu ilmu lebih mulia dari ilmu yang lain,
misalnya orang yang mendalami ilmu keagamaan dianggap lebih mulia
daripada orang yang mendalami ilmu-ilmu umum seperti sosial, sains,
ekonomi, dan lain sebagainya. Anggapan demikian memang tidak salah,
karena dengan mendalami ilmu keagamaan berpotensi dalam
meningkatkan penghayatan serta kecintaan terhadap Allah dan RasulNya.
Namun perlu diingat juga, Allah menegaskan juga di dalam Al-Qur’an;

1
Kementrian Agama RI, Tafsir Ringkas Al-Qur`an Al-Karim, Jakarta: Lajnah
Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2015, hal. 17.
1
َِّ ‫َي أَيُّها النَّاس إِ ََّّن َخلَ ْقنَا ُكم ِمن ذَ َك ٍر وأُنْ ثَى وجعلْنَا ُكم ُشعوًب وقَ بائِل لِت عارفُوا إِ َّن أَ ْكرم ُكم ِع ْن َد‬
‫اَّلل‬ ْ ََ َ ََ َ َ َ ً ُ ْ ََ َ َ ْ ْ ُ َ َ
‫يم َخبِيٌ۝‬ ِ َّ ‫أَتْ َقا ُكم إِ َّن‬
ٌ ‫اَّللَ َعل‬ ْ
Hai (seluruh) manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan serta menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui, lagi Maha Teliti. (QS. Al-Hujurât/ 49:13)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia yang mulia di sisi Allah
adalah yang baik ketakwaannya. Oleh karena itu, tentu kurang tepat jika
menganggap satu ilmu lebih mulia dari yang lain karena hal tersebut bukan
satu-satunya faktor dalam ukuran kemuliaan seseorang di sisi Allah dan
tentu kepastiannya sangat bergantung pada pribadi masing-masing
individu. Terlebih lagi, salah satu upaya untuk mencapai tugas sebagai
khalifah di muka bumi tentu hanya bisa dicapai jika umat Islam juga
menguasai ilmu-ilmu modern disamping memahami ilmu syariat sebagai
pedoman hidup sehari-hari.
Di abad modern sendiri sudah banyak bermunculan ulama-ulama
yang dari kalangan umat Islam sendiri yang memiliki inisiatif untuk
memberikan pembaharuan pemikiran adalah memahami teks-teks
keagamaan yakni Al-Qur’an dan hadis agar umat Islam bisa bersaing
dengan dunia luar tanpa kehilangan jati diri sebagai seorang hamba Allah.
Salah satu yang paling fenomenal adalah Thanthawi Jauhari dengan
karyanya Al-Jawâhir fî Tafsîr al-Qur`an, beliau dianggap sebagai mufasir
pertama yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memasukkan ilmu-
ilmu modern di dalamnya. Dalam mukadimah tafsirnya Thanthawi
menuliskan motivasinya;
“Ketika umat Islam merenungkan sendi-sendi keagamaan,
muncullah para ulama yang menyusun berjilid-jilid buku.
Namun disayangkan di antara mereka justru terjadi
pertentangan yang tajam, sehingga sulit sekali keluar dari
kemelut perselisihan pendapat ini. Akibatnya sedikit sekali di
antara mereka yang mau mencurahkan pemikirannya tentang
proses penciptaan alam dan keajaiban-keajaibannya.”2
Thanthawi juga menyatakan sebagaimana dikutip Husnul Hakim dari
al-Dzahabi dalam bukunya Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir:

2
Thanthawi Jauhari, al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur`an, Kairo : Mustafa al-Ba`bi al-
Halabi, 1932, hal. 2.
2
“Di dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 750 ayat yang
menyangkut ilmu pengetahuan, sementara yang berkaitan
dengan ilmu fiqh atau ayat hukum, tidak lebih dari 150 ayat,
termasuk di dalamnya ayat-ayat waris. Wahai umat Islam,
kemana 750 ayat tentang ayat kauniyah yang akan menyingkap
keajaiban-keajaiban dunia? Saat ini adalah era IPTEK dan saat
inilah kaum muslimin harus bangkit. Kenapa kita tidak
melakukan penelitian serius terhadap ayat-ayat kauniyah
tersebut sebagaimana keseriusan yang dilakukan ulama-ulama
terdahulu dalam menafsirkan ayat-ayat waris.”3
Di era digital seperti saat ini, keterbukaan pemikiran dan kesadaran
bersaing untuk menjadi sosok khalifah saja tentu tidak cukup, tetapi perlu
banyak kajian komprehensif dan kerjasama antar elemen-elemen yang
memiliki keilmuan di bidangnya masing-masing untuk menghasilkan suatu
produk yang matang dan bermanfaat bagi orang banyak.
Di Indonesia sendiri, kajian-kajian integrasi ilmu sains dengan Al-
Qur’an sudah mulai digandrungi oleh sebagian kalangan. Pemerintah
melalui Kementrian Agama juga melakukan kerjasama dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hingga menghasilkan suatu produk
Tafsir Ilmu yang komprehensif. Selain itu ada juga dari perseorangan
seperti Fahmi Basya, Abdurrazak, Romlah yang menulis tentang
keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an ketika dilihat dari sudut pandang
Sains.
Iskandar Zulkarnain menyatakan bahwa hubungan antara Al-Qur’an
dengan sains bisa saling menguatkan. Mendiskusikan hubungan kitab suci
dengan sains masa kini tetap relevan dengan kepentingan umat Islam
khususnya di Indonesia, apalagi kemajuan sains dan teknologi di Barat
sudah menimbulkan dampak yang signifikan pada masyarakat muslim
sehingga subjek ini begitu penting untuk dibicarakan.4 Hal yang tidak jauh
berbeda juga dikemukakan oleh Abdurrahman Mas’ud, ajaran yang ada di
dalam Al-Qur’an memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik dari sains
maupun ilmu agama, ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung berbagai ilmu
pengetahuan bisa menjadi jawaban atas berbagai problematika manusia dan
keduanya menunjuk pada realitas sumber yang sama yaitu Allah.5
Algoritma dalam pemahaman umum merupakan urutan langkah yang

3
Ahmad Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir, Depok: Lingkar Studi Al-
Qur`an,2019, hal. 198
4
Balitbang Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi : Kepunahan Makhluk Hidup,
Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2015, hal. xiv.
5
Balitbang Kementerian Agama RI, Tafsir Ilmi ...., hal. xi.
3
efektif dan efisien dalam melaksanakan sesuatu. Algoritma pada masa kini
diidentikkan dengan ilmu komputer karena sudah menjadi ilmu dasar untuk
mempelajari bahasa pemprograman. Selain itu, algoritma menjadi sangat
berguna untuk menentukan langkah efektif dalam menentukan langkah.
Karena itu, seyogyanya algoritma penting untuk dipahami oleh setiap
kalangan sebagai penunjang dalam berbagai aspek. Kata algoritma diambil
dari nama ilmuwan muslim Muhammad ibn Musa Al-Khawârizm. Dari Al-
Khawârizm kemudian berubah menjadi algoritm dalam bahasa Inggris dan
dialihbahasakan menjadi algoritma dalam bahasa Indonesia. Algoritma
kemudian banyak dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat hingga
menjadi pionir atas ilmu komputer seperti yang ada sekarang ini.
Berkaitan dengan Algoritma yang ada di dalam Al-Qur’an, ini sangat
berhubungan dengan ciri dari Algoritma itu sendiri. Donald E. Knuth6,
menyatakan bahwa ada beberapa ciri algoritma diantaranya adalah
Defineteness, yaitu dalam suatu algoritma setiap langkah harus
didefinisikan dengan tepat sehingga tidak ambigu7.
Berangkat dari ciri Algoritma tersebut, penulis memiliki keyakinan
bahwa kitab suci Al-Qur’an tentu juga memiliki kesempurnaan Algoritma,
dalam surah Al-Baqarah;
‫ي۝‬ ِ ‫ْكتَاب ََل ريب فِ ِيه ُه ًدى لِل‬
ِ َ ِ‫َذل‬
َ ‫ْمتَّق‬
ُ َ َْ ُ ‫ك ال‬
Itulah kitab, tidak ada keraguan pada, petunjuk bagi orang-orang
bertakwa. (QS. Al-Baqarah/ 2:2)
Dari ayat ini saja bisa terlihat 2 indikator yang menyatakan
kesempurnaan Algoritma di dalam Al-Qur’an yakni ”tidak ada keraguan”
dan “petunjuk bagi orang-orang bertakwa”. Suatu Algoritma selalu
memuat petunjuk dalam suatu permasalahan. Misalnya agar suatu
komputer bisa berjalan dan melakukan tugas yang diinginkan maka ia
terlebih dahulu diisi program yang berisi ratusan hingga ribuan baris kode
perintah, satu baris atau bahkan satu karakter yang tidak termuat bisa
menimbulkan crash atau error saat program itu dijalankan. Begitu pula Al-
Qur’an yang dikenal dengan keindahan dan kesempurnaan kata-katanya.
Jika melihat pada sejarah tepatnya pada saat masa pengumpulan

6
Ilmuwan komputer terkenal dan profesor emeritus di Universitas Stanford. Knuth
dikenal sebagai pengarang beberapa volume buku The Art of Computer Programming,
salah satu referensi yang paling dihormati dalam ilmu komputer. Dia menciptakan bidang
analisis algoritma dan membuat banyak sumbangan penting ke dalam beberapa teori ilmu
komputer.
7
Donald Ervin Knuth, The Art of Computer Programming Fundamental Algoritms,
Boston : Addison Wesley Longman, 1997, hal. 4-6.
4
mushaf yang terjadi di masa khalifah Abu Bakar dan Utsman, penyeleksian
berlangsung sangat ketat dan teliti agar mushaf yang terkumpul dan tertulis
benar-benar merupakan tulisan Al-Qur’an sesuai dengan diwahyukan
Allah kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Setelah
mushaf Utsman telah disepakati dan tertulis dalam satu bundel, mushaf-
mushaf lain yang berlainan dengan mushaf Utsman tersebut kemudian
dibakar agar tidak terjadi perselisihan di kalangan umat, bahkan pada abad
ke 4 H terjadi peristiwa persidangan terhadap ulama yang membolehkan
membaca Al-Qur’an di luar bacaan Utsman yakni Abu Bakar Muhammad
ibn al-Hasan ibn Ya‘qub ibn al-Hasan ibn Miqsam al-‘Aththar dan gurunya
Muhammad ibn Ahmad ibn Ayyub ibn Syanabudz.8 Salah satu yang
melatarbelakangi pelarangan menggunakan mushaf dan bacaan yang tidak
dimuat dalam rasm utsmani adalah adanya tambahan-tambahan seperti
catatan sang pemilik ataupun hadis-hadis terkait yang ‘termuat’ di antara
ayat Al-Qur’an pada mushaf-mushaf yang dimusnahkan tersebut.
Penambahan-penambahan tersebut tentu mengurangi keindahan dan
kesempurnaan Al-Qur’an termasuk kesempurnaan Algoritmanya.
Algoritma juga di masa sekarang sering menjadi topik perbincangan
dalam berbagai diskusi terutama yang berkaitan dengan revolusi industri
4.0. Revolusi Industri Keempat ini menandai dimulainya era data dan
kecerdasan buatan (artificial intelligence). kemajuan yang dicapai oleh
teknologi-teknologi baru pada bidang artificial intelligence, big data,
robotik, internet, autonomous car, drone, pencetakan 3-D, nanoteknologi,
bioteknologi, ilmu material, penyimpanan energi serta komputasi kuantum,
seluruhnya ditujukan bagi perkembangan dan kesejahteraan umat manusia.
Dalam hal ini, implementasi artificial intelligence sudah sangat melebar di
sekitar kita, mulai dari permainan, drone, alat kokpit penerbangan sampai
ke perangkat-perangkat lunak keagamaan seperti penunjuk kiblat,
penunjuk salat, dan berbagai aplikasi islami lainnya.9
Berangkat dari hal-hal di atas, penulis ingin mencoba untuk mencari
beberapa bentuk-bentuk algoritma yang bisa ditemukan dalam rangkaian
ayat-ayat dan peristiwa yang ada di dalam Al-Qur’an. Jika melihat pada
definisi algoritma sebagai urutan langkah, maka akan banyak sekali bisa
ditemukan struktur ayat berbentuk suatu algoritma baik dari kelompok
ayat-ayat yang berkaitan dengan syariat maupun dari kelompok ayat-ayat
kauniyah. Atas dorongan inilah penulis mengadakan penelitian yang

8
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur`an,, Jakarta: Pustaka Alvabet
, 2011, hal. 364-365.
9
Raymond R. Tjandrawinata, Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan
Pengaruhnya pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi,Jurnal Medicinus, 2016, Vol.29
No.1, hal. 33
5
dituangkan ke dalam skripsi berjudul “Algoritma Dalam Al-Qur’an
(Studi Atas Operasi Dan Variabel Pada Ayat Al-Qur’an)”

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang di atas. Skripsi ini
ingin mengidentifikasi beberapa struktur algoritma yang ada di dalam Al-
Qur’an, terkait dengan pola pewahyuan, proses penetapan suatu hukum
serta keterkaitan antar beberapa ayat yang masih berada di dalam satu tema.
2. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan menemukan pola-pola dasar algoritma
dengan struktur Runtutan (Sequence), Percabangan (Selection), dan
Perulangan (Iteration).
3. Rumusan Masalah
Bagaimana Al-Qur’an ketika didekati dari bentuk algoritma yang ada
di dalamnya?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian


Dari penulisan skripsi ini tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
adalah:
1. Sebagai pemenuhan syarat akademik untuk mendapatkan gelar
Sarjana Agama (S.Ag) dari Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta.
2. Menawarkan alternatif metode penjelasan Al-Qur’an melalui
algoritma.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Memperkaya khazanah intelektual keislaman khususnya yang
berkaitan dengan integrasi Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan
Modern.
2. Sebagai bahan tambahan bagi para penulis dan para peneliti
berikutnya yang ingin meneliti lebih dalam tentang Al-Qur’an
dengan ilmu matematika secara umum maupun algoritma
secara khusus.

D. Kajian Pustaka
Ada beberapa buku yang berkaitan dengan integrasi Al-Qur’an
6
dengan ilmu pengetahuan modern diantaranya adalah:
Pertama, buku ajar yang ditulis Romlah untuk mahasiswa Pendidikan
Fisika IAIN Raden Intan Bandar Lampung pada tahun 2011 dengan judul
Ayat-ayat Al-Qur`an dan Fisika. Buku ini disajikan dengan mengaitkan
konsep fisika dengan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur’an. Berbagai
fenomena alam yang terjadi disajikan dengan penjelasan-penjelasan yang
terdapat hubungannya dalam Al-Qur’an, penggunaan ayat-ayat ini sebagai
penegas bahwa setiap kejadian-kejadian Fisika yang terjadi pasti tidak
terlepas dari kuasa Ilahi.10
Kedua, buku yang ditulis oleh Abdussakir pada tahun 2006 yang
berjudul Matematika dalam Al-Qur`an. Bagian pertama pada buku ini
menjelaskan tentang struktur matematika yang sangat rinci dan teliti seperti
jumlah penyebutan kata, kalimat, bahkan huruf dalam Al-Qur’an yang
sebenarnya sukar dilakukan atau bahkan ditiru manusia. Bagian kedua
dijelaskan bahwa dari telaah terhadap Al-Qur’an dapat dikembangkan
beberapa konsep dasar matematika. Bagian ketiga dikaji lebih dalam
tentang integrasi matematika dan Al-Qur’an yang bertujuan untuk
memberikan koreksi pada pandangan umum masyarakat dan membuktikan
tidak adanya dikotomi ilmu dalam Al-Qur’an.11
Ketiga, buku yang ditulis oleh M. Amin Hariyadi pada tahun 2007
yang berjudul Al-Qur`an dan semut: Inspirasi Al-Qur`an dalam
membangun Algoritma Ant. Buku ini mengupas tentang algoritma semut
(ant algorithm) yang terinspirasi dari sistem koloni makhluk hebat ciptaan
Allah Maha Besar yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-
Nya. Sebagaimana diketahui semut merupakan binatang yang paling rajin
dan mempunyai ikatan kerja yang beragam namun teratur. Koloni semut
dan keteraturan kerjasama yang dibangun oleh tiap-tiap anggota koloninya
memberi banyak inspirasi bagi manusia-manusia yang berpikir dan
mencari hikmah. Bahkan, ia dijadikan salah satu nama surah dalam Al-
Qur`an.12
Keempat, Tafsir karya kolaborasi antara para ulama dan pakar-pakar
sains hasil kerjasama antara Kementerian Agama Republik Indonesia
(Kemenag RI) dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada
tahun 2018 yang berjudul Tafsir Ilmi : Seri Mengenal Ayat-Ayat Sains.
Tafsir ini total membahas 13 judul yang terbagi menjadi 14 jilid,

10
Romlah, Ayat-ayat Al-Qur`an dan Fisika, Bandar Lampung: Harakindo
Publishing, 2011.
11
Abdussakir, Matematika dalam Al-Qur`an, Malang: UIN Maliki Press, 2006.
12
M. Amin Hariyadi, Al-Qur’an dan semut: Inspirasi al-Qur’an dalam
membangun algoritma ant, Malang: UIN Maliki Press, 2007.
7
pembagian judul dari Tafsir ini terdiri menjadi 2 yaitu Seri Kehidupan dan
Seri Alam Semesta. Seri Kehidupan terdiri dari Penciptaan manusia, Kisah
nabi pra ibrahim, Seksualitas, Tumbuhan, Hewan. Sedangkan Seri Alam
Semesta terdiri dari Penciptaan Jagat Raya. Penciptaan Bumi, Benda
Langit, Samudra, Air, Makanan dan Minuman, Waktu, dan Kiamat.

E. Metodologi Penelitian
Sebagai penelitian yang memfokuskan pada integrasi antara Al-
Qur’an dengan ilmu pengetahuan modern, maka dalam metode penafsiran
kali ini menggunakan metode tafsir tematik (maudhû’i). Metode tematik
merupakan metode yang mengarahkan pada satu pandangan tertentu
kemudian ayat-ayat Al-Qur’an yang saling berkaitan dihimpun dan
dikaitkan kemudian diperkaya dengan uraian-uraian tambahan seperti dari
hadis maupun penjelasan ulama.13. Untuk pengumpulan data, penulis
berupaya mengumpulkan data yang menyangkut integrasi Ilmu
Pengetahuan Modern dengan Al-Qur’an. Metode pengumpulan data
menggunakan metode kepustakaan (library research) yang meliputi buku-
buku, artikel, makalah, dan jurnal yang berkaitan dengan tema.
Agar mendapatkan hasil yang komprehensif, penulis melakukan
penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-
analitis. Penggunaan metode ini agar hasil yang didapat menjadi cermat
dan terarah. Pembahasan algoritma pada skripsi ini merupakan telaah pada
ayat-ayat Al-Qur’an yang kemudian dapat dikembangkan konsep-konsep
dasar dalam algortima, disajikan juga penafsiran dari para ulama terhadap
ayat-ayat terkait kemudian konsep algoritma yang ditemukan digambarkan
dalam bentuk diagram alur (flowchart) dan kode palsu (pseudocode).
Adapun penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh Program Pasca
Sarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur`an (PTIQ) Jakarta pada
tahun 2017 dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang diterbitkan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016.

F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun menjadi empat bab dengan rincian pada masing-
masing bab sebagai berikut:

13
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Tangerang : Lentera Hati, 2013, hal. 385.
8
BAB I merupakan pendahuluan sekaligus pengantar pada bab-bab
berikutnya. Dalam ini, diuraikan beberapa hal yang menjadi kerangka dasar
dalam penelitian yang akan dikembangkan pada bab-bab berikutnya,
adapun urutan pembahasannya adalah, Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II merupakan informasi tentang landasan teori dan pandangan
secara umum tentang algoritma. Pada bab ini diperlihatkan bagaimana
sejarah munculnya terma algoritma dan perkembangan definisinya hingga
menjadi seperti yang dipahami sekarang. Kemudian dijelaskan pula
struktur-struktur umum algoritma yang menjadi pondasi bagi pembuatan
program pada masa kini.
BAB III merupakan bab inti yang memuat algoritma dalam Al-
Qur’an dari tiga struktur yang dibahas yakni runtutan (sequence),
pemilihan (selection), dan perulangan (iteration). Pembahasan juga disertai
dengan analisis penulis dan penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat
yang dibahas.
BAB IV bab ini merupakan pembahasan akhir penulis yang akan
memberikan beberapa kesimpulan terkait hasil penelitian penulis yang
sudah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dan juga menyantumkan kritik
dan saran supaya pembaca hasil buah tangan penulis dapat disempurnakan
oleh pembaca.

9
10
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Algoritma
Kata Algoritma pada masa kini sangat identik dengan ilmu komputer.
Pada saat ini, sebelum mendalami cabang-cabang yang ada di dalam ilmu
komputer akan selalu dimulai dengan memperlajari algoritma terlebih
dahulu.
Sejarah asal-usul kata algoritma sendiri cukup menarik untuk
ditelusuri. Donald E. Knuth menyebutkan bahwa kata Algoritma atau
dalam Bahasa Inggris disebut algorithm diambil dari nama seorang ulama
yang hidup pada abad ke-9 yaitu al-Khawarizmi1. Bahman Mehri
berpendapat bahwa kata algorithm berasal dari kombinasi kata antara
algorismus yang merupakan nama latin dari al-Khawarizmi dan
algorithmos yang artinya “angka” di dalam bahasa Yunani.2 Adapun
Woljciech Szpankowski menyebutkan bahwa kata algorithm diambil dari
judul risalah angka-angka hindi karya al-Khawarizmi yang diterjemahkan
dalam bahasa latin dengan judul Algoritmi de numero Indorum, kata
algoritmi pada awal judul inilah yang kemudian berkembang menjadi
algorithm.3
Dalam bahasa Indonesia, kata algorithm kemudian diserap menjadi
algoritma atau algoritme. Adapun definisi algoritma menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (kbbi) adalah urutan logis pengambilan suatu keputusan
dalam memecahkan suatu permasalahan.4
Menurut Rosa A.S., Algoritma berarti solusi. Karena esensi dari
mempelajari Algoritma adalah membuat solusi untuk menyelesaikan
permasalahan. Menurutnya, algoritma harus dipikirkan secara logika di
pikiran manusia dengan pemikiran yang mudah dimengerti dan
berdasarkan pemikiran yang detail dari proses-proses yang ada.5

1
Corona Brezina, Al-Khawarizmi: Sang penemu Aljabar, terj. Elliza Hamzah,
Jakarta : Muara, 2013
2
Bahman Mehri, “From Al-Khawarizm to Algorithm”, dalam Jurnal Olympiads
in Informatics, Vol. 11, Tahun 2017, hal. 73.
3
Wojciech Szpankowski, Average Case Analysis of Algorithms on Sequences,
Canada : John Wiley & Sons , 2001 , hal. xv.
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Pusat Bahasa, 2008, hal.41.
5
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, Bandung : Modula, 2018,
11
Donald E. Knuth juga memberikan beberapa ciri-ciri dari algoritma
yaitu:
1. Fiteness, algoritma mempunyai awal dan akhir. Suatu algoritma
harus berhenti setelah mengerjakan serangkaian tugas atau dengan
kata lain suatu algoritma memiliki langkah yang terbatas.
2. Defineteness, setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat
sehingga tidak ambigu.
3. Input, memiliki masukan atau kondisi awal.
4. Output, memiliki keluaran atau kondisi akhir.
5. Effectiveness, algoritma harus efektif, bila diikuti benar-benar akan
menyelesaikan persoalan.6
Setiap orang bisa membuat dan memilih algoritma yang berbeda
untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Walaupun memiliki hasil akhir
yang sama, suatu algoritma bisa berbeda dalam penyusunannya.
Setidaknya ada tiga hal yang menandakan suatu algoritma sebagai
algoritma yang baik.
Pertama, algoritma haruslah benar. Sebagus apapun suatu algoritma
jika memberikan output yang salah, pastilah algoritma tersebut bukan
merupakan algoritma yang baik.
Kedua, seberapa baik hasil yang dicapai algoritma tersebut.
Algoritma yang baik akan mampu memberikan hasil yang sedekat mungkin
dengan nilai yang sebenarnya.
Ketiga, efisiensi algoritma. Meskipun suatu algoritma mampu
memberikan output yang benar ataupun paling mendekati, tetapi jika harus
melalui proses yang sangat lama dan tidak efektif untuk mendapatkan
output, maka algoritma tersebut tidak bisa dipakai.7
Sebelum masuk kepada jenis-jenis notasi dan struktur, sebaiknya
juga mengetahui langkah-langkah yang biasa dilakukan sebelum seseorang
menulis kode untuk suatu program, langkah-langkah tersebut adalah:
Pertama, mendefinisikan permasalahan. Sebelum menulis suatu kode
sebaiknya diidentifikasikan dulu inti dari permasalahannya, apa yang bisa
dipecahkan, dan yang terakhir adalah apa input dan output dari program
yang ditulis.

hal.3
6
Donald E. Knuth, The Art of Computer Programming Fundamental Algoritms,
hal. 4-6
7
Ema Utami dan Sukrisno, 10 Langkah Belajar Logika dan Algoritma
menggunakan Bahasa C dan C++ di GNU/Linux, Yogyakarta : Andi, 2005, hal. 20.
12
Kedua, menemukan solusi. Setelah masalah diidentifikasikan maka
kemudian ditentukan solusinya sehingga program bisa lebih mudah dilihat
dan dianalisi untuk pengembangan lebih lanjut.
Ketiga, memilih algoritma. Setelah diketahui inti permasalahan dan
solusinya, maka kemudian dipilih algoritma yang efisien dan benar-benar
sesuai untuk masalah yang diberikan.8
Algoritma saat ini mempunyai peranan besar dalam bidang teknik
pada umumnya dan pemrograman pada khususnya. Karena dengan
algoritma, kerangka berpikir yang sistematis akan membantu seseorang
untuk membuat konsep pemecahan masalah yang baik dan tepat.

B. Variabel dan Operasi


Variabel merupakan tempat untuk menyimpan data yang isinya bisa
diubah-ubah sesuai dengan tipenya. Variabel hanya bisa menyimpan satu
buah nilai, sehingga jika nilai tersebut diubah maka nilai yang baru akan
menggantikan nilai yang sebelumnya. Adapun nama dari variabel bisa
diberikan sesuai dengan keinginan pembuat program namun sebaiknya
menggunakan nama yang mudah dimengerti oleh orang lain yang
membaca.9
Operasi merupakan pengerjaan suatu nilai dengan menggunakan
proses tertentu, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian. Tanda untuk menentukan suatu operasi pada dua buah operan
disebut dengan operator. Operator sendiri memiliki beberapa jenis yaitu:

8
Suprapto, et.al., Bahasa Pemrograman, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, 2008, hal. 61.
9
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.42.
13
1. Operator Aritmetik10
Tabel II.1, Operator Aritmetik

Nama Simbol Keterangan

Perkalian *,× Untuk mengalikan dua


buah operan. Contoh:
2 x 2 = 4.

Pembagian ÷ , / , div Untuk pembagian dua


buah operan, simbol div
akan menghasilkan
bilangan tanpa koma.
Contoh:
6 / 2 = 3.
7 div 2 = 3.

Modulo Mod Untuk menghasilkan sisa


pembagian. Contoh:
9 mod 5 = 4.

Penjumlahan + Untuk menjumlahkan


dua buah operan.
Contoh:
7 + 3 = 10.

Pengurangan - Untuk pengurangan dua


buah operan. Contoh:
10 – 7 = 3.

Minus (-x) Untuk menandai nilai


minus. Contoh:
Nilai minus dari bilangan
bulat 19 adalah (-19)

2. Operator Relasi11

10
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.94.
11
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.97.
14
Tabel II.2, Operator Relasi

Nama Simbol Keterangan

Sama dengan = Untuk menyatakan


bahwa nilai yang
dibandingkan sama.

Tidak sama dengan <> , != Untuk menyatakan


bahwa nilai yang
dibandingkan tidak
sama.

Lebih dari > Untuk menyatakan


bahwa nilai pertama
lebih besar dari nilai ke
dua.

Kurang dari < Untuk menyatakan


bahwa nilai pertama
lebih kecil dari nilai
kedua.

Lebih dari sama ≥ Untuk menyatakan


dengan bahwa nilai pertama
lebih besar atau sama
dengan nilai ke dua.

Kurang dari sama ≤ Untuk menyatakan


dengan bahwa nilai pertama
lebih kecil dari nilai
kedua.

15
3. Operator Logika12
Tabel II.3, Operator Logika

Nama Simbol Keterangan

Operator dan and , && Operator logika yang


menyatakan logika dan.

Operator atau or , || Operator logika yang


menyatakan logika atau.

Operator bukan not, ! Operator logika yang


(negasi) menyatakan logika
bukan (bukan).

C. Notasi Penulisan Algoritma


Algoritma mempunyai aturan penulisan tersendiri yang disebut
dengan notasi algoritma. Notasi algoritma tidak sama dengan notasi bahasa
pemrograman sehingga tidak bergantung pada bentuk baku dari bahasa
pemrograman manapun. Notasi algoritma lebih kepada bahasa universal
yang dapat diterjemahkan ke berbagai bahasa pemrograman.13 Adapun
jenis notasi yang biasa digunakan untuk membuat algoritma dari suatu
permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Kalimat Deskriptif
Penulisan algoritma dengan menggunakan bahasa deskriptif biasa
juga disebut dengan notasi alami. Dikalukan dengan cara menuliskan
instruksi-instruksi yang harus dilaksanakan dalam bentuk untaian kalimat
deskriptif serta menggunakan bahasa yang jelas. Sebagaimana disebutkan
sebelumnya bahwa tidak ada aturan baku dalam menulis algoritma, maka
setiap orang dapat membuat aturan penulisan maupun notasi sendiri dengan
bahasa sehari-hari. Program komputer adalah implementasi algoritma
dalam bahasa pemrograman tertentu.14 Berikut contoh algoritma
menggunakan kalimat deskriptif:

12
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal.99.
13
Suprapto, et.al., Bahasa Pemrograman, hal. 55.
14
Ali Ridho, et.al., Logika dan Algoritma, Surabaya : Politeknik Elektronika
Negeri, 2013, hal. 14-16.
16
Algoritma Volume Bola :
(Menghitung luas bola dengan ukuran jari-jari tertentu, Algoritma
menerima input jari-jari bola, menghitung volumenya, lalu cetak luasnya
ke layar)
Deklarasi :
Radius (r) = bilangan real
Volume = bilangan real
𝜋 = 3.14 (konstanta)
Deskripsi:
1. Baca jari_jari
4
2. Hitung volume = ∗ 𝜋 ∗ 𝑟 3
3

3. Tampilkan volume ke layar


4. Selesai

2. Flowchart (Diagram Alur)


Penyusunan algoritma sangat dipengaruhi oleh tata bahasa
pembuatnya, sehingga kadang-kadang orang sulit memahaminya. Oleh
sebab itu kemudian dikembangkan metode yang menggambarkan tahap-
tahap pemecahan masalah dengan merepresentasikan simbol-simbol
tertentu yang mudah dimengerti, mudah digunakan dan standar. Salah satu
penulisan simbol tersebut adalah dengan menggunakan flowchart
(Diagram Alur). Flowchart merupakan representasi grafis dari suatu
algoritma, berikut simbol-simbol yang biasa digunakan untuk menggambar
flowchart:

17
Tabel II.4 , Tabel flowchart

Simbol Nama Fungsi

Simbol Awal dan


Terminator Akhir

Flow Line Simbol aliran

Perhitungan /
Proses
Pengolahan data

Merepresentasikan
Input / Output Data
masukan / keluaran

Simbol pemilihan,
menggasilkan 2 nilai
Decision
keluaran antara benar
atau salah

Pemberian nilai awal /


Preparation
Tahap Inisialisasi

Predefined Process Menjalankan sub


(subprogram) program

Penghubung flowchart
On Page Connector
pada satu halaman.

Penghubung flowchart
Off Page Connector
pada halaman berbeda.

18
Berikut contoh penggunaan flowchart untuk menggambarkan
algoritma dalam aktivitas keseharian seperti mengirim sms:

Gambar II.1 , flowchart mengirim sms


Penggunaan flowchart saat ini sangat mudah ditemukan dimana-
mana. Dengan flowchart, pesan inti bisa tersampaikan dengan lebih mudah
dan terarah.
3. Pseudocode (Kode Palsu)
Pseudocode atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan kode palsu
adalah deskripsi dari suatu algoritma pemrograman yang menggunakan
struktur dari suatu bahasa pemrograman dan ditujukan agar dapat dibaca
oleh manusia dan bukannya oleh mesin.
Tujuan Pseudocode adalah agar manusia dapat dengan mudah dalam
pemahaman dibandingkan dengan menggunakan bahasa pemrograman
yang umumnya digunakan. Pseudocode biasanya digunakan dalam buku-
buku ataupun publikasi karya ilmiah yang mendokumentasikan dari suatu
algoritma, dan juga dalam perencanaan pengembangan program komputer,
untuk membuat sketsa atas struktur sebuah program sebelum program yang
sesungguhnya ditulis. Berikut merupakan contoh Algoritma menghitung
luas persegi panjang ketika menggunakan Pseudocode.

19
Tabel II.5 , Pseudocode

NO Algoritma Pseudocode

1 Masukkan Panjang Input Panjang

2 Masukkan Lebar Input Lebar

3 Nilai luas adalah panjang dikali dengan Luas = Panjang x Lebar


lebar

4 Tampilkan luas Print luas

D. Struktur Dasar Algoritma


Dalam algoritma berisi langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah. Bentuk langkah yang digunakan bisa berupa
urutan aksi, pemilihan / percabangan aksi, dan pengulangan aksi.15 Berikut
keterangan mengenai tiga struktur dasar algoritma:
1. Struktur Runtutan (Sequence Structure)
Struktur runtutan adalah struktur dasar algoritma di mana instruksi
akan dilaksanakan secara berurutan. Misalnya untuk mengirimkan sebuah
surat maka algoritma yang bisa dibuat adalah seperti di bawah ini:

Algoritma Mengirim Surat

1. Ketik atau tulis surat


2. Siapkan sampul surat atau amplop
3. Masukkan surat ke dalam amplop yang tersedia
4. Lem amplop surat dengan baik
5. Tuliskan alamat pengiriman surat.
6. Beli dan tempelkan perangko pada amplop
7. Pergi ke kantor pos dan bawa surat untuk diserahkan pada petugas
pos

15
Heri Sismoro, Pengantar Logika Informatika Algoritma dan Pemrograman
Komputer, Yogyakarta : Andi, hal. 35.
20
Atau dalam flowchart seperti gambar di bawah ini:

Gambar II.2, flowchart menulis surat


Algoritma menggunakan struktur runtutan sangat banyak ditemukan
pada kehidupan sehari-hari, biasanya algoritma jenis ini dipakai untuk
menuliskan tahapan panyelesaian seperti pada buku-buku resep memasak
ataupun cara penggunaan pada buku-buku petunjuk pemakaian suatu
produk.
2. Struktur Pemilihan / Percabangan (Selection Structure)
Struktur percabangan adalah struktur dasar algoritma di mana
instruksi akan dieksekusi bergantung pada terpenuhi atau tidaknya suatu
kondisi. Percabangan merupakan salah satu inti dari analisis kasus pada
pembuatan algoritma, penyelesaian suatu kasus harus dipikirkan seringkali
dihadapkan pada adanya opsi yang harus dikerjakan jika suatu kondisi
terpenuhi atau tidak terpenuhi. Percabangan dalam pemrograman
digambarkan dengan if-then, if-then-else atau switch-case.
Dalam logika sehari-hari, sebuah pemilihan/percabangan if dapat
dianalogikan sebagai sebuah Istana Negara yang tidak bisa dimasuki oleh
sembarang orang, dimana hanya orang-orang yang memenuhi syarat yang
bisa masuk ke dalamnya seperti Presiden dan para menterinya.16 Sebagai
contoh dalam masalah menonton film kategori dewasa bagi anak berusia di
bawah 18 tahun maka bisa dibuat algoritma seperti berikut:

16
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 112.
21
Tabel II.6, Algoritma Menonton Film

Algoritma Menonton Film

Pseudocode Flowchart

usia : integer
read (usia)
if (usiâ17) then
print ("Anda tidak boleh
menonton")
else
write ("Silahkan
Menonton")

Dalam sebuah bioskop terdapat berbagai kategori film. Dari sekian


banyak kategori, tidak semua film bisa disaksikan oleh anak-anak berusia
dibawah 18 tahun. Jika anak yang belum berusia 18 tahun membeli tiket
yang tidak sesuai kategorinya maka sebagaimana algoritma di atas ia tidak
akan diizinkan untuk menonton film tersebut.
3. Struktur Perulangan (Repetition Structure)
Struktur perulangan adalah struktur algoritma di mana instruksi akan
terus dieksekusi secara berulang-ulang selama memenuhi suatu kondisi
yang ditentukan. Dalam pemrograman, perulangan merupakan bagian
penting karena dengannya pembuat program tidak perlu menulis perintah
sebanyak perulangan yang diinginkan. Bagian-bagian yang harus dipenuhi
dalam perulangan antara lain:

22
a. Inisialisasi
Inisialisasi merupakan persiapan membuat kondisi sebelum
melakukan perulangan seperti menentukan variabel.
b. Proses
Tahap Proses merupakan tahap di dalam bagian perulangan di mana
berisi proses yang dilakukan secara berulang-ulang.
c. Iterasi
Iterasi merupakan kondisi dimana terjadi operasi pertambahan atau
pengurangan agar perulangan terus berjalan.
d. Terminasi / Kondisi Perulangan
Terminasi adalah kondisi di saat perulangan dihentikan, kondisi ini
harus ada dalam setiap perulangan agar perulangan dapat berhenti
sehingga tidak terjadi infinite loop atau perulangan yang tidak ada
hentinya.17
Struktur perulangan dalam algoritma ada bermacam-macam seperti
for, while-do, dan Repeat-Until. Sebagian besar dapat dipakai untuk
menyelesaikan masalah yang sama tetapi ada beberapa yang hanya cocok
untuk dipakai dalam masalah tertentu. Masalah apa yang diselesaikan
menentukan dalam pemilihan struktur apa yang akan digunakan.18 Berikut
merupakan contoh perulangan dalam kehidupan sehari-hari:

17
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 180
18
Ema Utami, Suwanto Raharjo, Logika Algoritma dan Implementasinya dalam
Bahasa Python di Gnu/Linux, Yogyakarta : Andi, hal. 141.
23
Tabel II.7, Algoritma Ujian Sekolah

Algoritma Ujian Sekolah

Pseudocode Flowchart

soal : integer
mengerjakan_soal : boolean
read (soal)
while (soal != 0 ) do
mengerjakan soal = true
soal -= 1

Algoritma di atas merupakan contoh perulangan pada saat


mengerjakan soal ujian. Dalam algoritma di atas bisa dilihat bahwa terdapat
kondisi dimana ujian akan terus dikerjakan selama soal yang ada belum
diselesaikan semuanya, kemudian ketika soal masih tersisa maka akan terus
dilakukan proses pengerjaan soal, ketika semua soal sudah diselesaikan dan
kondisi dimana (soal = 0) sudah terpenuhi, maka proses pengerjaan soal
dihentikan dan ujian selesai.

24
BAB III
ALGORITMA DALAM AL-QUR’AN

A. Algoritma Runtutan Dalam Al-Qur’an


Algoritma runtutan merupakan jenis struktur algoritma yang mudah
untuk diidentifikasi. Sebagai kitab suci umat Islam dan petunjuk bagi
seluruh umat manusia, Al-Qur’an menampung banyak ayat yang berisi
petunjuk maupun langkah-langkah dalam berbagai aspek. Selain itu, Al-
Qur’an juga memiliki keterkaitan antar ayat maupun antar surah yang kuat
satu sama lain.
Dari sekian banyak ayat yang saling berkaitan itulah, struktur
algoritma bisa dilihat dari rangkaian ayat yang ada, baik dalam satu surah
maupun antar surah. Selain antar ayat, ada pula ayat yang di dalamnya
sudah tergambar suatu algoritma. Sebagai permulaan dari bab inti tulisan
ini penulis akan mengangkat beberapa algoritma runtutan tergambar dalam
Al-Qur’an.
1. Algoritma Wudu
Allah berfirman:

‫وس ُك ْم‬ِ ‫وه ُكم وأَي ِدي ُكم إِ ََل الْمرافِ ِق وامسحوا بِرء‬ ِ ِ َّ ‫َي أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا إِذَا قُمتُم إِ ََل‬
ُُ ُ َ ْ َ ََ ْ َ ْ َ ْ َ ‫الص ََلة فَاغْسلُوا ُو ُج‬ ْ ْ َ َ َ َ
ِ َ ‫َّروا ۚ َوإِ ْن ُك ْن تُ ْم َم ْر‬ َّ ِ ِ ْ َ‫َوأ َْر ُجلَ ُك ْم إِ ََل الْ َك ْعب‬
‫َح ٌد م ْن ُك ْم‬
َ ‫اء أ‬ َ ‫ض ٰى أ َْو َعلَ ٰى َس َف ٍر أ َْو َج‬ ُ ‫ي ۚ َوإ ْن ُك ْن تُ ْم ُجنُ بًا فَاطه‬
ۚ ُ‫وه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم ِمنْه‬
ِ ‫ِمن الْغَائِ ِط أَو ََلمستم النِِساء فَ لَم ََِت ُدوا ماء فَ ت ي َّمموا ص ِعي ًدا طَيِبا فَامسحوا بِوج‬
ُ ُ ُ َ ْ ًِ َ ُ ََ ً َ ْ َ َ ُُْ َ ْ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ٰ ِ ِ
‫اَّللُ ليَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم م ْن َح َر ٍج َولَك ْن يُ ِري ُد ليُطَ ِِه َرُك ْم َوليُت َّم ن ْع َمتَهُ َعلَْي ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن ۝‬
َّ ‫َما يُ ِري ُد‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al-Mâidah/5 : 6)

Di awal ayat Allah menyebutkan ِ‫الص ََلة‬


َّ ‫آمنُوا إِذَا قُ ْمتُ ْم إِ ََل‬ ِ
َ ‫ ََي أَيُّ َها الَّذ‬para
َ ‫ين‬
ulama berbeda pendapat tentang maksud dari lafaz ini. Sebagian
berpendapat bahwa dari lafaz itu dapat disimpulkan bahwa berwudu wajib
25
dilakukan setiap sebelum melaksanakan salat, pendapat lain mengatakan
bahwa hal tersebut tidak wajib.19
Salat merupakan ibadah utama bagi seorang Muslim. Sebelum
melaksanakan salat maka seorang muslim wajib terbebas dari hadas kecil
maupun hadas besar. Menurut jumhur, bersuci tidaklah wajib apabila
seseorang hendak melaksanakan salat kecuali ia dalam keadaan berhadas.
Meskipun demikian, memperbaharui wudu setiap hendak melaksanakan
salat dianjurkan karena Nabi berwudu dalam setiap salat beliau, namun
beliau pernah melakukan beberapa salat dengan satu wudu untuk
menunjukkan bahwa hal tersebut dibolehkan.20
Kemudian diterangkan tentang tata cara melaksanakan wudu. Dari
enam rukun yang ada pada wudu, empat di antaranya disebutkan dalam
ayat ini yaitu:

1. Membasuh wajah dengan air. (‫ك ْم‬ َ ‫)فَاغْ ِسلُوا ُو ُج‬


ُ ‫وه‬
2. Membasuh kedua tangan hingga siku. (‫ْم َرافِ ِق‬ ِ
َ ‫) َوأَيْديَ ُك ْم إِ ََل ال‬
3. Mengusap kepala. (‫ك ْم‬ ِ ‫)وامسحوا بِرء‬
ُ ‫وس‬ُُ ُ َ ْ َ
ِ ْ َ‫) َوأ َْر ُجلَ ُك ْم إِ ََل الْ َك ْعب‬
4. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. (‫ي‬
Adapun dua rukun lainnya diambil dari hadis yaitu niat dan tertib.
Yang dimaksud tertib adalah melaksanakan sesuai berurutan sesuai dengan
yang disebutkan Allah dalam ayat ini.21

Bagian ayat setelahnya kemudian disebutkan ‫َّروا‬ َّ ِ


ُ ‫ َوإ ْن ُك ْن تُ ْم ُجنُ بًا فَاطه‬yakni
apabila kita dalam keadaan junub maka diwajibkan untuk mandi bersuci.
Adapun dikarenakan junub termasuk ke dalam hadas besar maka untuk
mensucikannya harus dengan mandi.
Dari ayat ini, terdapat beberapa proses yang bisa digambarkan dengan
algoritma urutan yaitu tata cara berwudu. Penggambaran algoritma wudu
sesuai rukun-rukun yang ada pada ayat ini adalah sebagai berikut:

19
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, al-Jâmi‘ li Ah̲kâm al-Qurân, Kairo: Dar al
Kutub al Misriyah, 1964, Juz 6, hal. 81.
20
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Marâghi, Mesir: Mustafa al-Babi al-
Halabi, 1946, Juz 6, hal.62.
21
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama
RI, 2010, Jilid 2, hal. 361.
26
Tabel III.1, Algoritma Wudu
Algoritma flowchart

01 Mulai

02 Membasuh Wajah

03 Membasuh Tangan

04 Membasuh Kepala

05 Membasuh Kaki

06 Selesai Berwudu

Selain berwudu, ayat ini juga menerangkan opsi yang diberikan ketika
tidak bisa melakukan wudu ataupun mandi dikarenakan sakit, dalam
perjalanan, ataupun persediaan air yang tidak memungkinkan yaitu dengan
cara tayamum.
Pada tayamum, bagian yang diusap hanya wajah dan tangan saja.
Tayamum juga dianggap cukup menggunakan segala sesuatu yang tampak
di permukaan baik berupa tanah ataupun media lainnya selama itu suci,
namun menggunakan debu lebih utama karena sesuai dengan redaksi pada
ayatnya.22 Penggambaran algoritma bertayamum adalah sebagai berikut:

22
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2000, hal.222
27
Tabel III.2, Algoritma Tayamum
Algoritma flowchart

01 Mulai

02 Mengusap Wajah

03 Mengusap Tangan

04 Selesai

Ditinjau dari segi kaidah, baik pada bagian yang menjelaskan tentang
wudu maupun tayamum. Yakni disatukan dengan huruf ‘athaf wawu ( ‫)و‬,
yang mana secara umum menunjukkan arti li muthlaq al-jam’
(penggabungan secara mutlak). Artinya antara rukun-rukun yang ada
merupakan suatu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan23. Seseorang tidak
akan dianggap berwudu jika tidak membasuhkan tangan, begitu pula tidak
sah bertayamum jika tidak mengusap wajah.
Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi dan syarat kenapa seseorang
boleh mengganti wudu dan mandi wajib dengan tayamum juga sebenarnya
membentuk suatu algoritma, namun pada bagian ini khusus hanya akan
digambarkan bentuk-bentuk algoritma yang menggunakan struktur
runtutan. Adapun yang menggunakan struktur percabangan dan perulangan
akan dibahas nanti pada bagian-bagian selanjutnya.
2. Algoritma Penciptaan Langit dan Bumi
Ilmu Allah sangat luas dan di luar jangkauan ilmu yang diberikan
kepada seluruh makhluk-Nya, bahkan tinta seluas lautan pun tidak cukup
untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah.24 Maka dari itu tidak
mengherankan jikalau Al-Qur’an yang merupakan kalâmullâh juga yang
di dalamnya mengandung banyak isyarat-isyarat yang memacu umat
manusia untuk senantiasa berfikir. Perihal proses awal mula jagat raya

23
Ahmad Husnul Hakim, Kaidah Tafsir Berbasis Terapan, Depok: Lingkar Studi
Al-Qur`an, 2019, hal. 35
24
Baca QS. Alkahfi/18:109
28
banyak diungkapkan kalam Kitab-kitab Suci agama-agama samawi
termasuk Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an, penjelasan tentang sangat beragam
dan tersebar pada beberapa surah.25 Salah satu contoh berkaitan tentang
proses awal penciptaan jagat raya adalah firman Allah pada surah An-
Nâzi’ât :

‫اها ۝‬ َ ‫ض َح‬ ُ ‫ج‬


َ ‫ش لَيْ لَ َها َوأَ ْخ َر‬َ َ‫س َّو َاها ۝ َوأَغْط‬ َ َ‫اها ۝ َرفَ َع َسَْ َك َها ف‬ َّ ‫أَأَنْ تُ ْم أَ َش ُّد َخلْ ًقا أَِم‬
َ َ‫الس َماءُ بَن‬
‫اعا لَ ُك ْم‬
ً َ‫اها ۝ َمت‬ َ َ‫اها ۝ َوا ْْلِب‬ ِ ‫ك َدحاها ۝ أَ ْخر‬ ِ
َ ‫ال أ َْر َس‬ َ ‫اء َها َوَم ْر َع‬
َ ‫ج م ْن َها َم‬ ََ َ َ َ ‫ض بَ ْع َد ذَل‬ َ ‫َو ْاْل َْر‬
ُ ‫َوِْلَنْ َع ِام‬
‫ك ْم ۝‬

Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah


membinanya Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,
dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya
terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia
memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,
(semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
(QS. An-Nâzi’ât /79:27-33 )
Dari rangkaian ayat di atas maka fase penciptaan alam semesta bisa
dan terbagi menjadi enam fase yaitu;

Fase Pertama (‫اها‬ َّ ‫)أَأَنْ تُ ْم أَ َش ُّد َخلْ ًقا أَِم‬, mengungkapkan


َ َ‫الس َماءُ بَن‬
pembentukan alam semesta, besarnya kejadian yang terjadi saat awal
pembentukan alam semesta tergambar dalam ungkapan “Apakah kamu
lebih sulit penciptaannya ataukah langit?”. Berdasarkan analisis yang
dilakukan oleh para ilmuan ditemukan bahwa lebih dari 13 miliar tahun
lalu terjadi suatu ledakan besar yang menjadi awal mula terciptanya ruang
dan waktu. Seluruh alam semesta turut serta dalam ledakan tersebut,
semuanya mengembang serentak dalam sekejab sehingga tidak ada satu
titik pun di alam semesta yang bisa dianggap sebagai pusat ledakan.26

Fase Kedua (‫اها‬


َ ‫س َّو‬
َ َ‫) َرفَ َع َسَْ َك َها ف‬, mengungkapkan tentang pengembangan
alam semesta. Setelah awal mula penciptaan pada fase pertama, alam
semesta terus berkembang. Semua benda langit tidak tercipta tiba-tiba
sekaligus jadi, akan tetapi tercipta melalui proses evolutif sekian lama.
Misalnya seperti proses hancur dan terbentunya suatu bintang yang

25
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2010, hal.4
26
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.22
29
kemudian dari serpihan bintang tua tersebut memperkuat kandungan awan
antar bintang. Alam semesta senantiasa “menyempurnakan” diri setelah
penciptaan bumi, tidak hanya sekali jadi lalu berhenti berproses.27

Fase Ketiga (‫اها‬َ ‫ض َح‬


ُ ‫ج‬
َ ‫ش لَيْ لَ َها َوأَ ْخ َر‬
َ َ‫) َوأَغْط‬, mengungkapkan tentang
pembentukan tata surya termasuk matahari, bumi, planet-planet lainnya.
Menurut penelitian, tata surya terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun lalu dari
awan antar bintang raksasa yang disebut pada fase sebelumnya. Awan antar
bintang tersebut kemudian berotasi dan memadat pada suatu sumbu yang
kemudian bagian intinya menjadi matahari. Debu-debu yang tersibak di
sekitar matahari juga kemudian memadat dan berproses membentuk
planet-planet. Terbentuknya matahari sebagai sumber energi dan cahaya
serta adanya planet-planet di sekitarnya yang berotasi kemudian
membentuk suatu fenomena yang dikenal sebagai siang dan malam.28

Fase Keempat(‫اها‬ َ ِ‫ض بَ ْع َد ذَل‬


َ ‫ك َد َح‬ َ ‫) َو ْاْل َْر‬, mengungkapkan tentang proses
evolutif bumi. Bentuk benua di permukaan bumi tidak tetap bahkan banyak
yang berubah dibandingkan ketika baru terbentuk, disebutkan bahwa bumi
pernah bertubrukan dengan benda langit lain yang massanya hampir
sebesar planet mars, tumbukan ini kemudian menyebabkan terbentuknya
bulan dari lontaran batuan bumi ke angkasa. Kulit bumi tersisa kemudian
bergeser yang kemudian disebut dengan pergeseran lempeng. Lempengan
ini juga membagi daratan menjadi beberapa benua dan terbentuknya
dataran tinggi seperti pegununan ataupun lembah-lembah di bawahnya.29

Fase Kelima(‫اها‬ ِ ‫)أَ ْخر‬, mengungkapkan tentang penyiapan


َ ‫اء َها َوَم ْر َع‬
َ ‫ج م ْن َها َم‬
ََ
kehidupan di bumi. Unsur pertama agar bisa berlangsung kehidupan adalah
air. Berdasar fosil tertua yang pernah ditemukan, kehidupan diperkirakan
bermula dari laut pada sekitar 3,5 milliar tahun lalu yang dimulai dengan
adanya makhluk bersel tunggal dan tumbuhan. Atmosfer mulai terisi oleh
oksigen mulai sekitar 2 milliar tahun lalu dari hadirnya tumbuhan dan
proses fotosintesis.30

ُ ‫اعا لَ ُك ْم َوِْلَنْ َع ِام‬


Fase Keenam( ‫ك ْم‬ ً َ‫اها َمت‬ َ َ‫) َوا ْْلِب‬, setelah adanya prasyarat
َ ‫ال أ َْر َس‬

27
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.26
28
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.30
29
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2010, hal.32-42
30
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.42-43
30
utama kehidupan yaitu air dan oksigen. Proses evolusi kehidupan di alam
ini mulai terjadi. Berawal dari jenis bakteri yang hidup di air, kemudian
ganggang hijau melahirkan generasi tumbuhan di darat. Kemudian muncul
generasi ikan disusul generasi hewan berkaki empat, reptil dan reptil.
Kemudian lahir generasi burung yang kemudian disusul keluarga
dinosaurus dan yang terakhir munculnya mamalia dan primata.31
Ketika pada ayat sebelumnya Algoritma yang terbentuk ada di dalam
satu ayat. Pada proses penciptaan langit dan bumi ini Algoritma terbentuk
dari ikatan ayat-ayat yang ada dalam satu surah.

Tabel III.3, Algoritma Penciptaan Langit dan Bumi


Algoritma flowchart

01 Mulai

02 Penciptaan awal alam semesta

03 Pengembangan struktur alam

04 Penciptaan Matahari serta siang


dan malam

05 Penciptaan air dan tumbuhan

06 Pembentukan gunung-gunung

07 Selesai

31
Balitbang Kementrian Agama RI, Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif Al-
Qur`an dan Sains, hal.44
31
3. Algoritma Pengharaman Khamr
Asal dari kata Khamr berarti tutup. Minum-minuman yang
memabukkan disebut dengan khamr karena memiliki pengaruh negatif
yaitu dapat menutup akal pikiran.32 Pada saat ini, perilaku meminum
khamr sudah dilarang oleh Islam bahkan sudah termasuk ke dalam
golongan dosa besar. Namun Al-Qur’an tidak serta merta saja
mengharamkan khamr, pengharaman minuman ini ditetapkan secara
bertahap.
Pertama, khamr mulai diklasifikasikan sebagai sesuatu yang kurang
baik:

‫ك ََليَةً لَِق ْوٍم يَ ْع ِقلُو َن ۝‬


َ ِ‫سنًا إِ َّن ِِف ذَل‬ ِ ِ ِ
َ ‫يل َو ْاْلَ ْعنَاب تَ تَّخ ُذو َن م ْنهُ َس َك ًرا َوِرْزقًا َح‬
ِ ‫وِمن َثََر‬
ِ ‫ات الن‬
ِ ‫َّخ‬ َ ْ َ
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan. (QS. An-Nahl/ 16:67)
Meskipun ayat ini belum menjelaskan hukum meminum khamr secara
gamblang, namun pada ayat ini sudah mulai menekankan perbedaan antara
minuman yang memabukkan dengan yang tidak memabukkan yakni
melalui pemisahan kata ‫س َك ًرا‬ َ ‫ ِر ْزقًا َح‬dengan menggunakan kata ‫ و‬,
َ dan ‫سنًا‬
yang mana kata ‫ و‬berfungsi untuk menggabungkan dua hal yang berbeda.
Ini berarti kalau satunya dinyatakan baik tentu yang dipisahkan dengan
kata ‫ و‬merupakan sesuatu yang tidak baik.33

Kedua, Al-Qur’an menjelaskan bahwa di dalam khamr terdapat


kebaikan dan keburukan. Namun, keburukan yang bisa ditumbulkan dari
aktivitas meminum khamr lebih banyak dari kebaikan yang bisa didapat
darinya:

َ َ‫َّاس َوإِ َْث ُُه َما أَ ْك ََبُ ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما َويَ ْسأَلُون‬


‫ك‬ ِ ‫اْلَ ْم ِر َوال َْم ْي ِس ِر قُ ْل فِي ِه َما إِ ْْثٌ َكبِيٌ َوَمنَافِ ُع لِلن‬
ْ ‫ك َع ِن‬
َ َ‫يَ ْسأَلُون‬

32
Shalahuddin et. al., Ensiklopedia Al-Qur’an : Kajian Kosakata , Jakarta : lentera
Hati, 2007.
33
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲ : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur`an, Jakarta: Lentera Hati, 2009, Vol. 6 , hal. 642.
32
ِ ‫اَّلل لَ ُكم ْاَلَي‬
‫ت ل ََعلَّ ُك ْم تَ تَ َف َّك ُرو َن ۝‬ َ ُ َُّ ‫ي‬ َ ِ‫َما َذا يُ ْن ِف ُقو َن قُ ِل ال َْع ْف َو َك َذل‬
ُ َِِ‫ك يُب‬
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:
"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih
dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir. (QS. Al-Baqarah/2:219)
Seseorang yang meminum khamr dapat merasakan kenikmatan seperti
hangatnya tubuh ketika meminumnya, selain itu dari segi materi penjualan
khamr bisa menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan. Namun segala
kebaikan itu tentu tidak sebanding dengan keburukan yang bisa
ditimbulkannya. Efek mabuk bisa timbul ketika terlalu banyak meminum
khamr bisa menghilangkan kesadaran peminumnya dan membuatnya
berpotensi melakukan perbuatan-perbuatan buruk yang merugikan diri
sendiri seperti meninggalkan salat hingga merugikan orang lain seperti
perkelahian.34 Selain itu bahaya yang ditimbulkan dari khamr ini juga
merusak keseimbangan metabolisme dalam tubuh karena alkohol yang
terkandung di dalam khamr bisa mengganggu peredaran darah sehingga
ketika organ-organ tubuh dipompa darah yang di dalamnya terdapat
campuran khamr, organ-organ tersebut tidak akan bisa bekerja secara
maksimal.35
Ketiga, Al-Qur’an mulai melarang meminum khamr pada waktu-
waktu hendak masuk waktu salat.
ِ
‫۝‬...‫الص ََلةَ َوأَنْ تُ ْم ُس َك َارى َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َما تَ ُقولُو َن‬
َّ ‫آمنُوا ََل تَ ْق َربُوا‬ َ ‫ََي أَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ين‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan,... (QS. Annisâ/4:43)
Salah satu dari sebab turunnya ayat ini adalah terjadinya peristiwa
dimana adanya sahabat yang karena mabuk hingga tidak sadar apa yang
sedang diucapkannya ketika salat sebagaimana dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ali yaitu:

،‫ف طَ َع ًاما فَ َد َع َاَّن َو َس َق َاَّن ِم َن اْلَ ْم ِر‬


ٍ ‫الر ْْحَ ِن بن َعو‬
ْ ُ ْ َّ ‫صنَ َع لَنَا َع ْب ُد‬
َ :‫ال‬ ٍ ِ‫َع ْن َعلِ ِي بْ ِن أَِِب طَال‬
َ َ‫ ق‬،‫ب‬ ِ

34
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, Qatar: Wazarah al-
Awqâf wa asy-Syuûn al-Islamiyyah, 2007, hal.34.
35
Lihat video dari Neuron, “Bagaimana Alkohol Mempengaruhi Tubuh Kita?,”
dalam https://www.youtube.com/watch?v=gYwvMnbfjFA. Diakses pada 31 Oktober 2019.
33
)‫ (قُ ْل ََي أَيُّ َها ال َكافِ ُرو َن َلَ أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو َن‬:‫ْت‬
ُ ‫َّم ِوّن فَ َق َرأ‬ ِ ‫ضر‬ ِ ِ
ُ ‫الصَلَةُ فَ َقد‬َّ ‫ت‬ َ َ ‫ َو َح‬،‫فَأَ َخ َذت اْلَ ْم ُر منَّا‬
ِ
‫الصَلَةَ َوأَنْ تُ ْم ُس َك َارى‬َّ ‫آمنُوا َلَ تَ ْق َربُوا‬ َ ‫ين‬ َ ‫ ( ََي أَيُّ َها الَّذ‬:‫اَّللُ تَ َع َاَل‬
َّ ‫ فَأَنْ َز َل‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬.‫َوََْن ُن نَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدو َن‬
36
.)‫َح ََّّت تَ ْعلَ ُموا َما تَ ُقولُو َن‬
Dari Ali ibn Abi Thalib, ia berkata: ‘Abdurrahman ibn ‘Auf membuat
makanan untuk kami, lalu mengundang kami dan menuangkan minuman
khamr untuk kami, kemudian sebagian dari kami mulai mabuk dan waktu
salat pun tiba. Maka mereka mempersilahkan seseorang menjadi imam,
sehingga terdengar bacaannya “Katakanlah: ‘Wahai orang-orang kafir,
aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kami menyembah apa
yang kamu sembah.” Maka Allah menurunkan ayat: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,”
Setelah sebelumnya Allah menegaskan sisi negatif khamr lebih besar
dari sisi positifnya, perbuatan meminum khamr mulai dilarang pada
kondisi ketika ingin melaksanakan salat, karena ketika seseorang mabuk
ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan, maka setelah efek mabuk tersebut
hilang dan sudah sinkron antara kesadaran dengan ucapan barulah ia boleh
melaksanakan salat.37 Ayat ini juga memberikan isyarat agar sepatutnya
ketika hendak beribadah seorang manusia menghilangkan segala hal yang
dapat mengalihkan pikiran.
Keempat, Al-Qur’an mengharamkan khamr secara mutlak dalam
situasi dan kondisi apapun.

ُ‫اجتَنِبُوه‬
ْ َ‫ف‬ ‫ان‬ َّ ‫س ِم ْن َع َم ِل‬
ِ َ‫الش ْيط‬
ٌ ‫اب َو ْاْلَ ْزََل ُم ِر ْج‬ ُ ‫ص‬
ِ ْ ‫آمنُوا إِ ََّّنَا‬
َ ْ‫اْلَ ْم ُر َوال َْم ْيس ُر َو ْاْلَن‬ َ ‫ين‬
ِ
َ ‫ََي أَيُّ َها الَّذ‬
‫َوال َْم ْي ِس ِر‬ ْ ‫اء ِِف‬
‫اْلَ ْم ِر‬ َ‫ض‬ َّ ‫ل ََعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن ۝ إِ ََّّنَا يُ ِري ُد‬
َ ْ‫الش ْيطَا ُن أَ ْن يُوقِ َع بَ ْي نَ ُك ُم ال َْع َد َاو َة َوالْبَ غ‬
‫الص ََلةِ فَ َه ْل أَنْ تُ ْم ُمنْ تَ ُهو َن ۝‬ َّ ‫اَّلل َو َع ِن‬ َِّ ‫ويص َّد ُكم َعن ِذ ْك ِر‬
ْ ْ ُ ََ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari

36
Muhammad ibn Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi. Beirut: Dar al-Gharb al
Islamiy, Hadis No. 3026, Jilid. 5, hal. 88
37
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, 2007, hal.85.
34
mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Mâidah/5:90-91)
Rangkaian ayat ini menjadi tahap akhir dari proses pengharaman
khamr. Ayat ini turun setelah Sa’ad ibn Abî Waqqâsh yang meminum
khamr bersama kaum Anshâr, kemudian seseorang dari kaum Anshâr itu
memukul hidung Sa’ad dengan kulit kepala unta, sampai Nabi kemudian
datang dan Allah menurunkan ayat pengharaman khamr.38 Sebelumnya
telah disebutkan bahwa meminum khamr berpotensi menyebabkan mabuk
yang bisa menghilangkan kesadaran dan merusak akal pikiran, meminum
khamr juga tidak hanya merugikan orang yang meminumnya namun juga
orang-orang yang ada di sekelilingnya. Seseorang yang sedang dalam
kondisi mabuk berpotensi melakukan keburukan-keburukan yang lain
seperti tindak kekerasan dan hilangnya kasih sayang karena lemahnya
kesadaran mereka ketika sedang mabuk. Oleh karena itulah, Allah
menekankan pengharaman khamr dengan menyandingkannya dengan
penghambaan terhadap berhala yaitu sebagai perbuatan setan yang harus
dihindari, sehingga tidak ada lagi alasan untuk membenarkan kegiatan
meminum khamr.39
Ayat-ayat di atas memang jika dilihat dari susunan ayat dan surah tidak
berurutan. Namun dari ayat-ayat di atas terdapat suatu variabel yang
menghubungkan ayat-ayat tersebut yakni khamr. Meminum khamr ynag
pada awalnya bukan merupakan hal yang dilarang kemudian menjadi
sesuatu yang diharamkan. Proses diatas bisa saja dinamakan sebagai
algoritma pengharaman khamr dan digambarkan dengan struktur runtutan
sebagai berikut:
Tabel III.4, Algoritma Pengharaman Khamr.
Algoritma flowchart

38
Lihat Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, Beirut: Dar al-
Basyâir al-Islâmiyyah, 1989, Hadis No. 24, hal. 22
39
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal.122.
35
01 Mulai

02 Khamr = Halal

03 Khamr -> Memabukkan

04 Kebaikan khamr < Keburukan khamr

05 Meminum Khamr = Perbuatan Setan

06 Khamr = Haram

07 Selesai

Variabel yang disorot dalam rangkaian ayat di atas adalah khamr.


Ketika pada awal turunnya Islam meminum khamr yang saat itu sudah
menjadi budaya dalam masyarakat Islam belum diharamkan sehingga nilai
awal dari variabel khamr adalah ‘halal’. Kemudian Al-Qur’an
menyebutkan bahwa dari anggur dan kurma bisa dibuat menjadi sesuatu
yang baik atau yang memabukkan (khamr), dari ayat ini secara tidak
langsung mulai memberikan informasi bahwa khamr merupakan sesuatu
yang tidak baik namun masih belum ada perubahan status kehalalannya.
Kemudian pada surah Al-Baqarah dijelaskan bahwa sisi negatifnya lebih
banyak dari sisi positifnya, dari sini memang masih belum diharamkan
tetapi umat Islam secara tidak langsung sudah mulai diminta untuk
meninggalkannya namun masih ada yang berkata “Izinkanlah kami
mengambil manfaat sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam ayat”.
Pada surah Annisa lah mulai diberikan status ‘haram’ walaupun belum
sepenuhnya karena hanya pada waktu-waktu ketika hendak salat sehingga
masih ada yang berkata: “Kami tidak akan meminumnya berdekatan
dengan waktu salat” hingga pada surat Al-Mâidah ayat 90 dan 91 lah
khamr secara mutlak diharamkan oleh Allah40 sehingga nilai akhir variabel
khamr adalah haram dan itu terus berlaku sampai sekarang.

B. Algoritma Percabangan Dalam Al-Qur’an

40
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal.122.
36
Struktur algoritma kedua yang dibahas pada tulisan ini adalah
Algoritma Percabangan, sebagai kitab yang memuat petunjuk-petunjuk.
Al-Qur’an memuat banyak sekali ayat-ayat yang bisa ditemukan struktur
percabangan di dalamnya khususnya pada ayat-ayat yang berkaitan dengan
amal manusia41. Berikut contoh-contoh perulangan yang bisa ditemukan
dalam Al-Qur’an:
1. If-Then
Tipe percabangan ini hanya memiliki satu kondisi yang mana jika
kondisi terpenuhi maka proses akan dijalankan jika tidak maka tidak ada
proses yang diberikan.42 Bentuk umum percabangan if-then adalah sebagai
berikut:
IF kondisi_percabangan THEN
{proses}
...................................................
{end if}
Dalam satu kondisi, manusia bisa menghadapi sekian banyak opsi
perbuatan apa yang akan dilakukannya. Misal pada malam hari, Al-Qur’an
banyak memberi gambaran amal yang dilakukan oleh orang beriman pada
malam hari seperti di bawah ini:
a. Melakukan salat tahajud:

‫ودا ۝‬
ً ‫ك َم َق ًاما ََْم ُم‬
َ ُّ‫ك َرب‬
َ َ‫سى أَ ْن يَ ْب َعث‬ َ ‫َوِم َن اللَّْي ِل فَ تَ َه َّج ْد بِ ِه ََّنفِلَةً ل‬
َ ‫َك َع‬
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Alisrâ/ 17:79)

Kata ‫جد‬َّ ‫ هَته‬diambil dari kata ‫ ُه ُجود‬yang berarti tidur. Al-Biqâi


sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab memahaminya sebagai
perintah untuk meninggalkan tidur untuk melaksanakan salat. Salat ini
dinamakan juga dengan salat lail / malam karena dilaksanakan waktu
malam.43 Para ulama berselisih pendapat tentang hukum salat tahajud,

41
Amal adalah gerak badan atau hati, jika bergeraknya kepada sesuatu yang
dibenarkan oleh syariat maka disebut taat, adapun jika bergeraknya kepada sesuatu
melanggar syariat maka disebut maksiat, lihat Ahmad ibn Muhammad ibn Ajibah, Îqâz
al-Himam fî Syarh al-Hikam, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2013, hal. 23.
42
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 135.
43
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 7 , hal. 166.
37
sebagian berpendapat bahwa tahajud wajib namun hukum ini khusus
berlaku terhadap Nabi saja. Namun semuanya sepakat bahwa salat
tahajud merupakan sunah yang memiliki kedudukan tinggi
sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi ‫ﷺ‬:

َ ْ‫ أَف‬:‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬


‫ضا َن‬ ِِ ‫ض ُل‬
َ ‫الصيَ ِام بَ ْع َد َش ْه ِر َرَم‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ول هللا‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َع ْن أَِِب ُه َريْ َرة‬
44 َّ
‫صَلَةُ الل ْي ِل‬ ِ َ ‫الصَلَةِ ب ْع َد ال َف ِري‬ ِ ‫َش ْهر‬
َ ‫ضة‬ َ َّ ‫ض ُل‬ َ ْ‫ َوأَف‬،‫هللا ال ُْم َح َّرُم‬ ُ
Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan puasa pada
Bulan Allah Muharram. dan salat yang paling utama setelah salat
fardu adalah salat malam. (HR. Tirmidzî)
b. Memohon ampunan kepada Allah:

‫َس َحا ِر ُه ْم يَ ْستَ غْ ِف ُرو َن ۝‬ ِ ِ


ْ ‫َكانُوا قَل ًيَل م َن اللَّْي ِل َما يَ ْه َجعُو َن َوًِب ْْل‬
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (Azzariyat/ 51:17)
Ayat ini menggambarkan bagaimana keistimewaan orang-orang
yang sudah masuk ke dalam kategori . Salah satu sifat mereka adalah
terjaga di waktu malam ketika lazimnya seseorang sedang beristirahat.
Waktu istirahat masih digunakan untuk beribadah kepada Allah ‫ﷻ‬,
meskipun sudah demikian mereka para muh̲sinîn masih senantiasa
beristigfar memohon kepada Allah di akhir malamnya. Waktu malam
sendiri merupakan waktu yang sangat baik untuk berdoa dan memohon
ampun kepada Allah sebagaimana sabda Nabi ‫ﷺ‬:
ِ ْ‫َل هللا َخ ْيا ِمن أَم ِر الدُّنْ يا وا‬
ُ‫َلخ َرةِ إَِلَّ أَ ْعطَاه‬ ِ ِ َّ ِ
َ َ ْ ْ ً َ ُ ‫ َلَ يُ َواف ُق َها َر ُج ٌل ُم ْسل ٌم يَ ْسأ‬،ً‫اع ة‬
َ ‫َس‬ َ ‫إ َّن ِِف الل ْي ِل ل‬
َ ِ‫ َوذَل‬،ُ‫إِ ََّيه‬
.45‫ك ُك َّل ل َْي لَ ٍة‬
Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila
seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan
akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan
kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam. (HR. Muslim)
c. Membaca Ayat-ayat Allah:

‫آَّن َء اللَّْي ِل َو ُه ْم يَ ْس ُج ُدو َن ۝‬ َِّ ‫ت‬


َ ‫اَّلل‬ ِ ‫اب أ َُّمةٌ قَائِمةٌ ي ْت لُو َن آَي‬ ِ ‫لَيسوا سواء ۗ ِمن أَ ْه ِل ال‬
ِ َ‫ْكت‬
َ َ َ ْ ً ََ ُ ْ

44
Muhammad ibn Isa at-Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Gharb al
Islamiy, Jilid. 1, hal. 562 Hadist No. 438
45
Muslim ibn Hajjaj , Shahih Muslim, Beirut: Dar ihya al-turats , Hadis No. 757,
Jilid. 1, hal. 521
38
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu
di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).
(Ali’Imrân/3:113)
Ayat ini menjelaskan tentang sekelompok Ahli Kitab yang
termasuk istiqamah dengan Agama Allah. Mereka ini senantiasa
mengisi malam dengan membaca ayat-ayat Allah saat sedang
bersujud. Mereka adalah golongan yang hidup sebelum masa kenabian
Nabi Muhammad, dan sisa-sisa dari golongan ini yang menjumpai
masa kenabian Nabi Muhammad di kemudian hari juga menyatakan
masuk ke dalam Agama Islam46.
d. Bertasbih:
ِ ‫وِمن اللَّي ِل فَسبِحه وإِدًبر النُّج‬
‫وم ۝‬ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َِ ْ َ َ
Dan bertasbihlah kepada-Nya pada beberapa saat di malam hari
dan di waktu terbenam bintang-bintang (di waktu fajar). (Atthûr/
52:49)
Ayat ini berisi anjuran-anjuran untuk bertasbih kepada Allah pada
malam hari. Karena bertasbih pada waktu malam mampu menjauhkan
jiwa dari sifat riyâ` dan membelah jiwa manusia.47
Menghidupkan malam merupakan satu contoh ibadah sunah48.Selain
seperti yang digambarkan pada riwayat yang berkaitan dengan salat malam
seperti di atas, masih banyak terdapat riwayat-riwayat lain yang
menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan Ibadah sunah seperti
dibangunkan rumah di surga49 maupun penyempurna dari ibadah-ibadah
wajib50.
Amalan yang termasuk ke dalam kategori sunah / mustahab memiliki
banyak sekali keutamaan jika dilaksanakan. Namun meskipun demikian,
berbeda dengan yang hukumnya wajib51, amalan sunah tidak menyebabkan
46
Tim Ulama Tafsir, Mukhtashar fî Tafsîr al-Qur`an al-Karîm, Markaz Tafsîr li
al-Dirâsât al-Qur`aniyyah, 2015, hal. 64.
47
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, Damaskus: Dar al-Fikr, 1994, hal. 526
48
Sunah / Mandub / Mustahab, adalah sesuatu yang dituntut oleh syariat tidak
secara mutlak (Apa saja yang jika dilakukan mendapat pahala dan tidak dihukum ketika
meninggalkannya), lihat Hisyam Kamil Hamid Musa, al-Imta’ fi Syarh Matan Abi Syuja,
Kairo : Dar al-Manar, 2011 , hal. 10
49
Lihat Muslim ibn Hajjaj , Shahih Muslim, Jilid. 1, hal. 503, Hadist No. 728.
50
Lihat Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Beirut : al-Maktabah al-Ashriyyah, Jilid.
1, hal. 229 Hadist No. 864
51
Wajib / Fardu, adalah sesuatu yang dituntut oleh syariat secara mutlak (Apa saja
39
seseorang berdosa ketika meninggalkannya. Pada percabangan if-then,
proses hanya dilakukan ketika suatu kondisi terpenuhi dan tidak dilakukan
apapun ketika proses tidak dilakukan.
Setelah teridentifikasi struktur algoritmanya, kemudian dilihat
variabel-variabel yang terkait. Variabel inti pada contoh ayat di atas adalah
ibadah tambahan atau yang sering disebut dengan ibadah sunah. Ibadah
sunah sendiri memiliki banyak sekali macam amalan yang termasuk di
dalamnya sehingga ibadah sunah bisa didefinisikan sebagai suatu
himpunan52 besar yang memuat sekian banyak variabel ibadah di
dalamnya. Dari analisa ini kita dapat menggambarkan struktur
algoritmanya sebagai berikut:
Tabel III.5, Algoritma Sunah.
Pseudocode Sunah = {....}

bool Amal

x = ‘’

IF (Amal == True && x ⊂ Sunah) THEN

Pahala ++

yang jika dilakukan mendapat pahala dan mendapatkan dosa jika ditinggalkan), lihat
Hisyam Kamil Hamid Musa, al-Imta’ fi Syarh Matan Abi Syuja, hal. 10
52
Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang berbeda, yang dimaksud berbeda
adalah bahwa anggota himpunan tidak boleh sama, lihat Rinaldi Munir, Matematika
Diskrit, Bandung : Informatika, 2014, hal. 48.
40
flowchart

Sunah sebagai suatu himpunan berisi sekian banyak amalan yang


termasuk di dalamnya. Variabel x yang tertulis pada tabel di atas
diinisiasikan sebagai bentuk ibadah yang dilakukan seorang hamba, karena
hanya terdapat dua kemungkinan yaitu seorang hamba melakukan amal
atau tidak melakukan suatu amal pun maka ‘Amal’ bisa didefinisikan
sebagai variabel yang memiliki tipe boolean53, ketika seorang hamba
melakukan suatu amal (Amal = True) dan amal yang dilakukannya
termasuk ke dalam kategori jenis ibadah sunah (x ⊂ Sunah) maka ia akan
mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah.
Misalnya jika pada malam hari seseorang melakukan salat tahajud
maka algoritmanya adalah sebagai berikut:
Tabel III.6, Algoritma Tahajud.

53
Boolean merupakan tipe data untuk menyatakan pernyataan benar (true) atau
salah (false), lihat Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 55.
41
Pseudocode Sunah = {Tahajud, Istigfar, Tilawah, Bertasbih}

bool Amal = True

x = ‘Tahajud’

IF (Amal == True && x ⊂ Sunah) THEN

Pahala =++

END
flowchart

Proses awal yang adalah inisialisasi terhadap himpunan sunah.


Berdasarkan ayat-ayat di atas, himpunan Sunah sudah terisi oleh beberapa
variabel yang teridentifikasi (Sunah = { Tahajud, Istigfar, Tilawah,
Bertasbih }). Kemudian, karena ia melakukan suatu perbuatan maka (Amal
== True). Karena yang dilakukan adalah salat tahajud maka variabel x diisi
dengan tahajud (x = Tahajud). Tahap selanjutnya yaitu pemeriksaan apakah
kondisi terpenuhi, karena ia melakukan suatu amal dan yang dilakukan
yaitu Tahajud termasuk ke dalam kategori Sunah maka ia mendapatkan
42
ganjaran berupa bertambahnya pahala.
2. If-Then-Else
Tipe percabangan ini memiliki dua kondisi yang dipilih. Ketika
kondisi pada if terpenuhi maka proses pada blok if akan dijalankan namun
jika kondisi if tidak terpenuhi maka proses pada blok else yang akan
berjalan.54 Bentuk umum percabangan if-then-else adalah sebagai berikut:
IF kondisi_percabangan THEN
{proses}
...................................................
ELSE
{proses}
...................................................
{end else}

Berikut beberapa contoh ayat dalam Al-Qur’an yang bisa dibuat


algoritma dengan struktur if-then-else:
Contoh pertama, pada firman Allah ‫ﷻ‬:
ِ ِ َّ ‫ض َّل أَ ْعما ََلُم۝ والَّ ِذين آمنُوا و َع ِملُوا‬ َِّ ‫يل‬ ِ ِ‫صدُّوا َع ْن َسب‬ ِ
‫آمنُوا ِِبَا نُ ِِز َل‬
َ ‫الصاِلَات َو‬ َ َ َ َ ْ َ َ َ‫اَّلل أ‬ َ ‫ين َك َف ُروا َو‬َ ‫الَّذ‬
ِ َّ ‫ك ِِب‬ َ ِ‫َصلَ َح ًَب ََلُ ْم۝ َذل‬ ِِ ِ ٍ
َ ‫َن الَّذ‬
‫ين َك َف ُروا اتَّبَ عُوا‬ ْ ‫َعلَ ٰى َُمَ َّمد َو ُه َو ا ِْلَ ُّق م ْن َرِّبِِ ْم ۙ َك َّف َر َع ْن ُه ْم َسيِِئَاِت ْم َوأ‬
ِ ‫اَّللُ لِلن‬
‫َّاس أ َْمثَا ََلُ ْم۝‬ َّ ‫ب‬ ُ ‫ض ِر‬ َ ِ‫آمنُوا اتَّبَ عُوا ا ِْلَ َّق ِم ْن َرِّبِِ ْم َك َذل‬
ْ َ‫ك ي‬ َ ‫ين‬
ِ َّ ‫اطل وأ‬
َ ‫َن الَّذ‬
ِ
َ َ َ‫الْب‬
Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, Allah menyesatkan perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang
mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan
kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah
menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan
mereka. Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir
mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti
yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia
perbandingan-perbandingan bagi mereka. (QS. Muhammad / 47:1-3)
Ayat-ayat di atas secara gambang perbedaan antara dua variabel kafir
dengan beriman. Penjelasannya mencakup pahala bagi yang beriman,
54
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 136.
43
hukuman bagi yang durhaka, serta seruan agar manusia setelahnya dapat
mengambil pelajaran dari semua yang terjadi. Orang-orang kafir yang
dimaksud pada ayat ini adalah para pembesar yang ketika itu kufur
sekaligus menghalang-halangi orang lain dari jalan Allah. Namun justru
mereka yang merugi karena Allah mengembalikan kejahatan yang sudah
dilakukan kepada diri mereka sendiri, semua amal kebaikan mereka
dihapus oleh Allah.
Sebaliknya, orang yang beriman terhadap apa yang diturunkan oleh
Allah dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban terhadap hak-hak Allah
maupun hak-hak sesama manusia. Mereka itulah orang-orang yang selamat
dari azab di dunia dan di akhirat. Allah juga memperbaiki agama, hati,
dunia, dan perbuatan mereka sehingga pahala mereka akan selalu
bertambah dan dibersihkan dari dosa-dosa.55
Demikianlah contoh perbandingan antara yang haq dan batil. Balasan
yang diterima oleh masing-masing dari mereka juga merupakan balasan
yang adil dari Allah. Orang-orang kafir pantas mendapat balasan berupa
hukuman dan siksaan karena mereka telah menyembah selain Allah serta
melakukan perbuatan syirik. Begitu pula dengan orang-orang beriman yang
telah mengikuti perintah juga berhak mendapatkan taufik dan rida dari-
Nya.56
Adapun bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas
adalah sebagai berikut:

55
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.222.
56
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 508.
44
Tabel III.7, Contoh 1 If-Then-Else.

Pseudocode bool Haq


IF (Haq = True) THEN
x = ‘mukmin’
beriGanjaran()
ELSE
x = ‘kafir’
sesatkan()

flowchart

Kata kunci pada ayat di atas adalah haq dan batil. Maka dari itu, haq
bisa didefinisikan sebagai variabel boolean yang jika melakukan perbuatan
haq nilainya true sedangkan jika melakukan perbuatan batil nilai dari

45
variabel haq adalah false. Kemudian status manusia yang melakukan
perbuatan bisa ditentukan dengan variabel x, jika ia berbuat haq maka
variabel x akan terisi dengan nilai ‘mukmin’ dan berhak mendapat ganjaran
dari Allah berupa penghapusan kesalahan dan perbaikan keadaan yang bisa
terhimpun dalam fungsi ‘beriGanjaran()’, adapun sebaliknya jika yang
dilakukan adalah perbuatan batil maka variabel x akan terisi dengan nilai
‘kafir’ dan perbuatan mereka akan disesatkan oleh Allah.
Contoh kedua, pada firman Allah ‫ﷻ‬:
‫آمنُوا فَ يَ ْعلَ ُمو َن أَنَّهُ ا ِْلَ ُّق ِم ْن‬
َ ‫ين‬
ِ
َ ‫ضةً فَ َما فَ ْوقَ َها فَأ ََّما الَّذ‬
َ ‫ب َمثًََل َما بَعُو‬ ْ َ‫اَّللَ ََل يَ ْستَ ْحيِي أَ ْن ي‬
َ ‫ض ِر‬ َّ ‫إِ َّن‬
ِ ‫ض ُّل بِ ِه َكثِيا وي ْه ِدي بِ ِه َكثِيا وما ي‬
‫ض ُّل بِ ِه‬ ِ ‫اَّلل ِّب َذا مثَ ًَل ي‬ ِ ِِ
ُ ََ ً ََ ً ُ َ َ َُّ ‫اد‬ َ ‫َرِّب ْم َوأ ََّما الَّذ‬
َ ‫ين َك َف ُروا فَ يَ ُقولُو َن َما َذا أ ََر‬
ِِ
‫ي۝‬ َ ‫إََِّل الْ َفاسق‬
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang
beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak
orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah
kecuali orang-orang yang fasik, (Al-Baqarah/ 2:26)
Orang-orang kafir mengolok keberadaan Al-Qur’an sebagai
kalâmullâh karena di dalamnya terdapat perumpamaan-perumpamaan
yang dianggap remeh seperti lalat, semut, lebah, maupun laba-laba dan
menyatakan bahwa perumpamaan tersebut ‫( َل يليق بكَلم الفصحاء‬tidak sesuai
dengan ucapan orang-orang fasih).
Orang-orang mukmin yang mengetahui bahwa perumpamaan itu
benar datang dari Allah tentu bisa mengambilnya sebagai hidayah. Bahwa
Allah tidak malu membuat perumpamaan dengan nyamuk atau hewan
lainnya dalam ukuran apapun sebagai pelajaran dan nasehat. Adapun
orang-orang kafir mengolok perumpamaan itu dan meremehkan faedah-
faedahnya, mereka telah berbuat fasik dan Allah menyesatkan mereka
dengan kefasikannya sendiri.57
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:

57
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 6.
46
Tabel III.8, Contoh 2 If-Then-Else.
Algoritma bool Olok
x = ‘’
IF (Olok = True) THEN
x = ‘kafir’
sesatkan(x)
ELSE
x = ‘mukmin’
beriPetunjuk(x)
flowchart

Pertama-tama dideklarasikan variabel bertipe boolen bernama


47
‘Olok’. Respon manusia terhadap Al-Qur’an berbeda-beda, ada yang
mengakui dan senantiasa mengambil hidayah bahkan terhadap
perumpamaan-perumpamaan kecil namun ada juga yang mengoloknya, di
sini lah terjadi suatu percabangan. Kemudian status manusia yang
digambarkan oleh variabel x terisi sesuai dengan yang dilakukannya
sebelumnya, jika ia mengolok-olok ayat Al-Qur’an (Olok = True) maka ia
termasuk ke dalam golongan kafir (x = ‘kafir’) dan Allah sendiri yang akan
menyesatkan mereka, sebaliknya orang-orang beriman yang tidak
mengolok-olok dan mengakui serta mengambil hidayah dari ayat-ayat yang
ada maka ia termasuk ke dalam golongan orang beriman yang akan
diberikan petunjuk oleh Allah.
Contoh ketiga, pada firman Allah :
ِ ِ ِ َ ‫ول أَيُّ ُكم َز‬ ِ
‫اد ِْتُ ْم إِميَ ًاَّن َو ُه ْم‬
َ ‫آمنُوا فَ َز‬ َ ‫ادتْهُ َهذه إِميَ ًاَّن فَأ ََّما الَّذ‬
َ ‫ين‬ ْ ُ ‫ورةٌ فَمنْ ُه ْم َم ْن يَ ُق‬ َ ‫َت ُس‬ْ ‫َوإِذَا َما أُنْ ِزل‬
‫سا إِ ََل ِر ْج ِس ِه ْم َوَماتُوا َو ُه ْم َكافِ ُرو َن ۝‬ ً ‫اد ِْتُ ْم ِر ْج‬
َ ‫ض فَ َز‬ٌ ‫ين ِِف قُلُوّبِِ ْم َم َر‬ ِ ِ
َ ‫يَ ْستَ ْبش ُرو َن ۝ َوأ ََّما الَّذ‬
Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka
(orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang
bertambah imannya dengan (turannya) surah ini?" Adapun orang-orang
yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa
gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada
penyakit, maka dengan surah itu bertambah kekafiran mereka, disamping
kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.
(Attaubah/ 9:124-125)
Ketika Allah menurunkan surah-surah dalam Al-Qur’an, orang-
orang mukmin akan bahagia dengan turunnya surah beserta manfaat yang
ada beriringan dengannya sehingga iman mereka kepada Allah dan kitab-
Nya semakin bertambah. Berbeda dengan orang munafik yang justru
mengejek ketika ayat Al-Qur’an diturunkan dan justru semakin
menambahkan keraguan dan kekufuran mereka hingga akhirnya mereka
mati dalam keadaan kafir.58Dari ayat kedua ayat ini juga bisa dipahami
perbedaan kondisi mental antara orang mukmin yang memiliki mental
sehat dengan orang munafik dan kafir yang memiliki mental sakit karena
hati yang selalu dipenuhi kebencian yang mendalam terhadap Nabi.59
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:

58
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 208.
59
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5 , hal. 294.
48
Tabel III.9, Contoh 3 If-Then-Else

Algoritma

bool mukmin, turunSurah


hati = ‘’
IF (mukmin = True) THEN
hati = ‘Sehat’
IF (turunSurah = True) THEN
tambahIman()
ELSE
hati = ‘Sakit’
IF (turunSurah = True) THEN
tambahKufur()

Flowchart

49
Yang pertama dideklarasikan adalah variabel ‘mukmin’ dan
‘turunSurah’ sebagai boolean serta variabel ‘hati’ sebagai variabel kosong,
karena ayat di atas memperlihatkan perbedaan sikap dan hati antara orang
mukmin dengan orang kafir.
Kondisi yang pertama adalah mengecek nilai dari variabel ‘mukmin’,
apakah ia termasuk ke dalam golongan orang beriman (mukmin = True)
yang memiliki hati bersih atau sebaliknya yakni termasuk ke dalam
golongan orang-orang kafir (mukmin = False) yang hatinya sakit.
Yang terakhir adalah respon mereka ketika diturunkan surah kepada
mereka (turunSurah = True). Orang-orang beriman akan bergembira
bertambah keimanannya, sedangkan orang-orang kafir justru akan
bertambah kekafirannya karena kondisi hati mereka yang dari awal
memang sudah sakit dan tidak mau menerima kebenaran.
Contoh keempat, pada firman Allah :

ْ ‫اضيَ ٍة ۝ َوأ ََّما َم ْن َخ َّف‬


ِ ‫ش ٍة ر‬ ِ
‫ت َم َوا ِزينُهُ ۝ فَأ ُُّمهُ َها ِويَةٌ ۝‬ َ َ ‫ت َم َوا ِزينُهُ ۝ فَ ُه َو ِِف عي‬
ْ َ‫فَأ ََّما َم ْن ثَ ُقل‬
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-
orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah. (QS. Al-Qâri’ah/ 101:6-9)
Secara umum, keadaan manusia ketika dihisab oleh Allah dipisahkan
menjadi dua golongan. Golongan pertama, yaitu orang-orang yang amal
kebaikannya mengalahkan amal keburukannya sehingga timbangan amal
salehnya lebih berat maka ia akan mendapatkan segala kepuasan dan
kenikmatan yang ada di surga.60 Sedangkan golongan kedua adalah orang
yang timbangan amal salehnya begitu ringan hingga tidak bisa
mengalahkan timbangan keburukannya maka tempat kembalinya adalah
neraka Hâwiyah. Sebagai bentuk ejekan neraka itu disebut ibunya karena
mereka akan kembali kepadanya seperti anak kecil yang kembali pada
ibunya.61
Mayoritas ulama berpendapat bahwa antara amalan kebaikan dan
kejahatan keduanya ditimbang oleh Allah. Pendapat lain adalah dari
Thabâthabâ’i sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab dalam tafsirnya,
beliau berpendapat bahwa terdapat suatu tolak ukur yang menjadi patokan
untuk menimbang amal dan beratnya. Ketika amal kebaikan beratnya
sesuai atau melebihi tolak ukur yang telah ditetapkan maka ia diterima,
adapun jika terlalu ringan hingga tidak sesuai dengan tolak ukur maka ia

60
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal. 600.
61
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 602.
50
tertolak. Beliau berpendapat demikian karena dianggap bahwa lebih
berkesuaian dengan teks ayat dan tidak mungkin terjadi kesamaan
timbangan baik dan buruk.62
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:
Tabel III.10, Contoh 4 If-Then-Else

Algoritma Flowchart

int amal , u
u = 50
input amal
IF ( amal ≥ u ) THEN
write(“Surga”)
ELSE
write(“Neraka”)

Ayat di atas berkaitan perbandingan berat dalam timbangan yang


kemudian menentukan tempat kembalinya seorang hamba apakah ia ke
Surga atau ke Neraka. Pertama-tama, karena berkaitan dengan

62
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 15 , hal. 559.
51
perbandingan nilai maka bisa dideklarasikan variabel ‘amal’ dan tolak ukur
yang disimbolkan dengan ‘u’ sebagai variabel yang memiliki tipe data
integer (bilangan bulat).
Tahap selanjutnya adalah memberi nilai pada variabel ‘u’ sebagai
tolak ukur misalnya di sini diberikan nilai 50 (u = 50). Kemudian
dimasukkan nilai dari amal yang akan ditimbang dan dibandingkan dengan
variabel u sehingga memenusi syarat dari pengkondisian. Terakhir
dilakukan percabangan berupa perbandingan apakah nilai dari variabel
amal yang dimasukkan lebih besar/ sama dengan variabel u ataukah lebih
kecil. Jika lebih besar/ sama dengan (amal ≥ u) berarti memenuhi kriteria
sehingga akan tertulis sebagai ahli surga, adapun jika selain itu (amal < u)
maka akan tertulis sebagai ahli neraka.
3. Switch-Case
Percabangan Switch Case biasanya digunakan ketika terdapat lebih
dari dua kondisi. Syarat kondisi pada percabangan ini biasanya
menggunakan sebuah nilai. Jika nilai yang diperiksa memenuhi syarat dari
nilai yang didefinisikan maka prosesnya akan dijalankan.63 Bentuk umum
percabangan switch-case adalah sebagai berikut:

switch (nama_variabel){
case nilai_variabel_1 :
aksi_1
break;
case nilai_variabel_2 :
aksi_n
break;
...................................
case nilai_variabel_n :
aksi_n
break;
default:
aksi_default

63
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 145.
52
break;
}
Sebagai contoh, algoritma dengan struktur ini bisa dilihat pada
pembahasan pintu-pintu neraka, yang mana dalam setiap pintu telah
ditetapkan penghuninya64. Para ulama tafsir banyak yang merincikan
dalam tafsirnya seperti al-Marâghî yang mengutip riwayat dari Ibnu Abbas
bahwa nama-namanya adalah Jahanam, Sa’îr, Ladzâ, H̲uthamah, Saqar,
Jah̲îm, dan Hâwiyah.65 Adapun nama-nama tersebut disebutkan dalam Al-
Qur’an pada ayat-ayat berikut:
a. Jahanam
َّ ‫ين فِ َيها ِه َي َح ْسبُ ُه ْم َول ََعنَ ُه ُم‬
‫اَّللُ َوََلُ ْم‬ ِ ِ ‫ات والْ ُك َّفار ََّنر جهن‬
َ ‫َّم َخالد‬
ِ ِ
َ َ َ َ َ َ ‫ي َوال ُْمنَاف َق‬
ِِ َّ ‫َو َع َد‬
َ ‫اَّللُ ال ُْمنَافق‬
‫يم ۝‬ ِ ‫َع َذ‬
ٌ ‫اب ُمق‬ ٌ
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan
dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati
mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.( At-Taubah / 9:68 )
Neraka Jahanam diberikan kepada kaum munafik sebagai balasan
atas segala perbuatan mereka, ketentuan ini sama bagi orang-orang
munafik baik laki-laki maupun perempuan. Selain siksa, Allah juga
melaknat mereka sehingga jauh dari segala bentuk rahmat Allah. Hal
ini implikasi dari sikap mereka yang mengajak kepada perbuatan
mungkar dan mencegah orang dari perbuatan yang baik, selain itu
mereka juga memiliki kepedulian yang rendah karena sifat memang
sifatnya yang kikir.66
b. Lazhâ

َّ ِ‫اعةً ل‬
‫لش َوى ۝ تَ ْدعُو َم ْن أَ ْدبَ َر َوتَ َو ََّل ۝ َو ََجَ َع فَأ َْو َعى ۝‬ َ ‫َك ََّل إِ ََّّنَا لَظَى ۝ نَ َّز‬
Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang
bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang
membelakang dan yang berpaling (dari agama), serta mengumpulkan
(harta benda) lalu menyimpannya. (Al-Ma’ârij/ 70:15-18)
Ketika ketetapan Allah sudah ditetapkan, tidak ada cara bagi orang-

64
Lihat (Al-Hijr/ 15:43-44)
65
Ahmad ibn Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Marâghî, Mesir : Mustahafa al-Bâbî
al-h̲alabî, 1946, Juz. 24, hal. 14.
66
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5 , hal. 157.
53
orang kafir untuk menghindar dari-Nya. Mereka dulunya adalah orang
yang berpaling dari agama, mereka juga memiliki harta tetapi hanya
mengumpulkan untuk diri sendiri dan tidak pernah diinfakkan padahal
yang demikian itu bisa bermanfaat untuk mereka dan melindungi
mereka dari siksa neraka. Orang-orang demikian tempatnya di neraka
laza, dan neraka sendiri yang memanggil mereka untuk dibakar.67
c. Huthamah

‫َن َمالَهُ أَ ْخلَ َدهُ ۝ َك ََّل لَيُ ْن بَ َذ َّن‬


َّ ‫ب أ‬
ُ ‫س‬ َ ‫َويْ ٌل لِ ُك ِِل ُُهَ َزةٍ ل َُم َزةٍ ۝ الَّ ِذي ََجَ َع َم ًاَل َو َعد‬
َ ‫َّدهُ ۝ ََْي‬
ِ‫اَّلل الْموقَ َدةُ ۝ الَِِّت تَطَّلِع َعلَى ْاْلَفْئِ َدة‬ِ َ ‫ِِف ا ِْلُطَ َم ِة ۝ َوَما أَ ْد َر‬
ُ ُ َّ ‫اك َما ا ِْلُطَ َمةُ ۝ ََّن ُر‬
‫َّدةٍ ۝‬ َ ‫ص َدةٌ ۝ ِِف َع َم ٍد ُمَُد‬ َ ‫۝إِ ََّّنَا َعلَْي ِه ْم ُم ْؤ‬
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa
hartanya itu dapat mengkekalkannya, Sekali-kali tidak! Pasti dia akan
dilemparkan ke dalam (neraka) Huthamah. Dan tahukah kamu apakah
(neraka) Huthamah itu. (Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan,
yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat
atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang
panjang. (Al-Humazah/ 104:9)
Huthamah merupakan salah satu neraka yang disiapkan Allah bagi
orang-orang kafir dan musyrik. Bahan bakar api pada neraka huthamah
ini menggunakan bebatuan dan manusia, saking dahsyatnya sampai-
sampai rasa panasnya merasuk hingga ke dalam hati. 68
Neraka ini menjadi tempat bagi orang-orang yang suka mengumpat,
menghina kehormatan dan kemuliaan orang lain, suka menyakiti
sesama, dan orang-orang yang suka menyebarkan aib orang lain untuk
kepentingan sendiri padahal seharusnya ia merahasiakannya. Mereka
juga senang mengumpulkan harta, menghitung-hitungnya hingga
mereka sombong, merendahkan orang lain. 69
d. Sa’îr
‫يا ۝‬ ِ ْ َ‫ال الْيَ تَ َامى ظُل ًْما إِ ََّّنَا ََيْ ُكلُو َن ِِف بُطُوَّنِِ ْم ََّن ًرا َو َسي‬
ً ‫صلَ ْو َن َسع‬
ِ
َ ‫إِ َّن الَّذ‬
َ ‫ين ََيْ ُكلُو َن أ َْم َو‬
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim

67
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.886.
68
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.934.
69
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wajîz, hal. 603.
54
secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya
dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
(QS. An-Nisâ`/4:10)
Neraka Sa’îr menjadi tempat bagi orang-orang yang memakan
harta anak yatim secara zalim. Ketika mereka memakan harta anak
yatim di dunia, sesungguhnya mereka sedang menjejali perut mereka
sendiri dengan api neraka. Pada hari kiamat nanti, mereka memakan
api neraka seperti dulu mereka memakan harta anak yatim yang
seharusnya mereka kelola dengan baik sesuai dengan yang diizinkan
oleh syariat.70
e. Saqar

َ َ‫احةٌ لِلْب‬
‫ش ِر ۝ َعلَْي َها‬ ِ َ ‫ُصلِ ِيه َس َق َر ۝ َوَما أَ ْد َر‬
َ ‫اك َما َس َق ُر ۝ ََل تُ ْبقي َوََل تَ َذ ُر ۝ ل ََّو‬ ْ ‫َسأ‬
‫ش َر ۝‬ َ ‫تِ ْس َعةَ َع‬
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu
apakah (neraka) Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak
membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Dan di
atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). (Almuddatsir/ 74: 26-
30)
Saqar adalah salah satu dari tingkatan neraka, Ibnu ‘Abbâs
sebagaimana dikutip oleh al-Qurthubî menyatakan bahwa Saqar
berada pada tingkat ke 6.71 Digambarkan bahwa siksaan Saqar
menyebabkan kulit penghuninya terbakar sampai menjadi hitam legam
melebihi legam pada malam hari. Selain itu, Saqar juga memakan
kulit, urat, hingga daging mereka. Mereka disiksa dalam keadaan
antara hidup dan mati, ketika organ tubuhnya rusak, maka agan
berganti dengan yang baru untuk kemudian terbakar kembali.72
Ayat ini turun berkaitan dengan al-Walîd ibn Mughîrah yang
menolak untuk mengakui Al-Qur’an sebagai firman Allah walaupun
dalam hatinya ia mengakui kebenaran Al-Qur’an.73 Al-Walîd
sebenarnya merupakan orang yang diberikan karunia oleh Allah
kecerdasan, kedudukan, dan keturunan yang mulia, akan tetapi ia lebih
memilih untuk mengikuti “instruksi” Abu Jahal untuk ikut menentang

70
Jâbir Abû Bakar al-Jazâirî, Aysar at-Tafâsîr li Kalâmi al-‘Alî al-Kabîr, Madinah
: Maktabah al-‘Ulûm wa al-ẖakim, hal. 439.
71
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, Juz 19, hal. 77.
72
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Dar Thoibah li an-
Nasyr, 1999, Juz 8, hal. 268.
73
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 14 , hal. 473.
55
ajaran Nabi ‫ ﷻ‬seperti mengatakan bahwa Al-Qur’an merupakan
perkataan manusia, meskipun sebenarnya ia merupakan salah satu
orang yang paling tahu bahwa Al-Qur’an tidak mungkin asalnya bukan
langsung dari Allah.74
f. Jah̲îm

‫َوإِ َّن الْ ُف َّج َار ل َِفي َج ِح ٍيم ۝‬


Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada
dalam neraka. (Alinfithâr/ 82: 14)
Neraka Jahim adalah tempat orang-orang durhaka yang melalaikan
hak-hak Allah dan hak-hak hamba Allah.75 Kepribadian para
pendurhaka itu sudah mendarah dalam kedurhakaan, ia sering
melakukan kedurhakaan bagaikan membelah dan merobek-robek
ajaran agama.76Neraka Jahim merupakan tempat azab yang pedih lagi
bengis yang tidak ada ampun dan tidak ada jalan keluar bagi para
penghuninya.77
g. Hâwiyah
‫اك َما ِهيَ ْه ۝ ََّن ٌر َح ِاميَةٌ ۝‬ ْ ‫َوأ ََّما َم ْن َخ َّف‬
َ ‫ت َم َوا ِزينُهُ ۝ فَأ ُُّمهُ َها ِويَةٌ ۝ َوَما أَ ْد َر‬
Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu
apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.
(Alqâri’ah/101/11)
Neraka Hawiyah adalah neraka untuk orang yang tidak memiliki
kebaikan untuk menutupi keburukan-keburukannya. Mereka
mengotori diri mereka sendiri dengan kesyirikan, penuh
kemaksiatan, dan senantiasa berbuat kerusakan di muka bumi, hingga
timbangan amal tidak bergerak ketika mereka di sana.78 Neraka
baginya seperti ibu yang selalu menemani, mereka terlempar dalam
keadaan terjungkir, dan panas di sana melebihi sembilan puluh kali
panasnya api di dunia.79

74
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 14 , hal. 483.
75
Tim Ulama Tafsir Saudi, Tafsir al-Muyassar, Saudi : Majma’ al-Mulk Fahd
Thabâ’ah al-Mushh̲af as-Syarîf, 2009, hal. 587.
76
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 15 , hal. 132.
77
Ah̲mad ibn Musthafâ al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Juz. 30, hal. 69.
78
Ah̲mad ibn Musthafâ al-Marâghî, Tafsir al-Marâghî, Juz. 30, hal. 227.
79
Abdurrahman As-Sa‘di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân,
hal.933.
56
Ad-Dhah̲h̲ak sebagaimana dikutip oleh Al-Marâghî menyebutkan
tingkatan-tingkatan neraka beserta dengan penghuninya. Tingkat pertama
diisi oleh umat-umat Nabi Muhammad yang bermaksiat, tingkat kedua
untuk orang-orang Nasrani, tingkat ketiga untuk orang-orang Yahudi,
tingkat keempat untuk para penyembah bintang, tingkat kelima untuk
orang-orang Majusi, tingkat keenam untuk orang-orang Musyrik Arab, dan
tingkat ketujuh untuk orang-orang munafik dan keluarga Fir’aun.80
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa penghuni neraka
telah ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Berdasarkan pada
penjelasan yang disebutkan oleh Ad-Dh̲ahhak maka tipe-tipe penghuni
neraka di atas bisa dihimpun menjadi suatu nilai untuk satu variabel
‘Manusia’ seperti di bawah ini:
Umat Muhammad yang maksiat => 1
Nasrani => 2
Yahudi => 3
Penyembah Bintang => 4
Majusi => 5
Musyrik Arab => 6
Munafik dan Keluarga Fir’aun => 7
Sehingga algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:

80
Muhammad ibn Ahmad al-Qurthubi, Jâmi‘ li Ah̲kam al-Qurân, Juz 10, hal. 30.
57
Tabel III.11, Contoh Switch-Case

Algoritma

switch(manusia):
case 1:
write(“Jahanam”)
break;
case 2:
write(“Ladzâ”)
break;
case 3:
write(“Huthamah”)
break;
case 4:
write(“Sa’îr”)
break;
case 5:
write(“Saqar”)
break;
case 6:
write(“Jah̲im”)
break;
case 7:
write(“Hâwiyah”)
break;
default:
write(“Surga”)
flowchart

58
Penyeleksian dimulai dari melihat nilai dari variabel ‘manusia’,
adapun isi dari variabel ‘manusia’ berurutan dari 1 yang menghimpun umat
Nabi Muhammad yang melakukan maksiat hingga nomor 7 yang
menghimpun orang-orang Munafik dan Keluarga Fir’aun. Adapun ketika
nilai dari variabel ‘manusia’ bukan angka 1-7 maka output yang akan
59
keluar adalah Surga karena ia tidak masuk ke dalam kriteria-kriteria
penghuni neraka.

C. Algoritma Perulangan Dalam Al-Qur’an


Struktur algoritma terakhir yang dibahas pada tulisan ini adalah
Algoritma Perulangan. Selain percabangan, ayat-ayat di dalam Al-Qur’an
banyak juga yang memberi isyarat adanya bentuk perulangan di dalam
prosesnya.
Kadangkala seseorang atau sekelompok manusia diberikan oleh
Allah ganjaran maupun kenikmatan tertentu, namun ganjaran tersebut tidak
turun selamanya melainkan adanya satu batas dimana proses tersebut harus
berhenti. Peristiwa demikian merupakan salah satu contoh simpel tentang
adanya bentuk Algoritma Perulangan dalam Al-Qur’an. Berikut contoh-
contoh perulangan yang bisa ditemukan dalam Al-Qur’an:
1. While-do
Tipe perulangan while digunakan ketika jumlah dari perulangan yang
akan dilakukan tidak diketahui atau memiliki kemungkinan dapat
dilakukan kurang dari batas perulangan. Pada tipe ini, perulangan akan
dilakukan selama kondisi terpenuhi. 81 Bentuk umum perulangan switch-
case adalah sebagai berikut:

{inisialisasi}
....................
WHILE kondisi_perulangan DO
{proses}
...................
{iterasi}
{end while}

Berikut contoh ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat struktur


Algoritma perulangan while-do di dalamnya:
Contoh pertama, pada firman Allah ‫ﷻ‬:

81
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 207.
60
‫َج ُرُه ْم ِع ْن َد َرِّبِِ ْم َوََل‬ َِّ ‫يل‬
ْ ‫اَّلل ُْثَّ ََل يُ ْتبِعُو َن َما أَنْ َف ُقوا َمنًّا َوََل أَ ًذى ۙ ََلُ ْم أ‬ ِ ِ‫ين يُ ْن ِف ُقو َن أ َْم َوا ََلُ ْم ِِف َسب‬ ِ
َ ‫الَّذ‬
‫ف َعلَْي ِه ْم َوََل ُه ْم ََيْ َزنُو َن‬ ٌ ‫َخ ْو‬
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Ayat ini berisi pujian kpeada orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah dan tidak menyertai kebaikan dan sedekah yang
diinfakkannya itu dengan mengungkit baik melalui ucapan maupun
perbuatan tentang kebaikannya iru di hadapan yang diberi ataupun orang
lain.
Mereka juga tidak melakukan hal-hal yang dibenci oleh penerima
hingga menghapuskan kebaikan mereka sendiri. Allah menjanjikan pahala
berlimpah untuk mereka, dan mereka mendapatkan ketenangan atas apa
yang dihadapi dan tidak ada kesedihan atas gemerlap dunia yang
ditiggalkan setelah memberikan harta tersebut.82
Berkaitan dengan larangan menyebut-nyebut pemberian ini Nabi
bersabda:
،‫ ال َْمنَّا ُن ِِبَا أَ ْعطَى‬:‫يم‬ِ ‫ وََلم َع َذ‬،‫ثَََلثَةٌ ََل ي َكلِِمهم هللا ي وم ال ِْقيام ِة وََل ي ْنظُر إِلَي ِهم وََل ي َزِكِي ِهم‬
ٌ ‫اب أَل‬
ٌ ُْ َ ْ ُ َ ْ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ ُ ُ ُ
83 ِ ِ
‫ف الْ َكاذب‬ ِ ِ‫ والْمنَ ِِف ُق ِسل َْعتَهُ ًِب ِْلَل‬،ُ‫والْمسبِل إِ َزاره‬
ُ َ َ ُ ُْ َ
Ada tiga orang yang pada hari kiamat kelak Allah tidak mengajak mereka
bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka dan bagi mereka
azab yang pedih. Yaitu: orang yang menyebut-nyebut pemberian yang ia
telah berikan, orang yang memanjangkan kainnya, dan orang yang
menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu. (HR. Ahmad)
Termasuk adab dalam kemanusiaan yaitu melupakan bahwa dirinya
memiliki keutamaan ataupun bahwa dirinya banyak berinfak, tidak juga ia
menampakkan kepada siapapun di sekitarnya akan kebaikannya maupun
sedekahnya terhadap orang fakir.84
Yang demikian merupakan cara menafkahkan harta dengan cara yang
direstui oleh Allah. Penggunaan kata ‫ ثُم‬pada ayat ini juga menunjukkan

82
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 1, hal. 693.
83
Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad ibn H̲anbal,
Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2001, Hadist No. 21481
84
Muhammad Mutawallî Sya’râwî, Tafsîr as-Sya’râwî, 1997, Juz 2, Hal. 1149.
61
perbedaan yang jauh antara nafkah yang direstui dengan yang dibarengi
manna atau adzâ, sehingga tuntutan untuk tidak menyebut-nyebut hal ini
tidak hanya berlaku pada saat pemberian tetapi hingga di kemudian hari
setelah sekian lama pasca pemberian.85
Bentuk algoritma yang bisa digambarkan dari ayat di atas adalah
sebagai berikut:

85
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 1, hal. 692.
62
Tabel III.12, Contoh 1 While-do

Algoritma

bool manna , adza


manna = False
adzâ = False
WHILE manna = False or adzâ = False DO
tambahPahala()
READ manna , adza
END
flowchart

63
Inisialisasi awal adalah mendeklarasikan variabel ‘manna’ dan
‘adzâ’ sebagai boolean. Ketika seseorang beramal maka pada awalnya
variabel ‘manna’ dan ‘adza’ akan terisi dengan nilai False. Seperti yang
dijelaskan pada ayat di atas, selama ia tidak menyebut-nyebut kebaikannya
baik kepada yang diberi atau kepada orang lain (manna = False or adzâ =
False) maka Allah akan memberikan pahala kepadanya, disinilah terjadi
proses perulangan dimana pahala akan terus mengalir selama ia tidak
melakukan apa yang menjadi terminasi dari perulangan di sini. Ketika di
kemudian ia menyebut-nyebut kebaikannya baik kepada yang diberi atau
siapa pun, maka berhenti lah proses perulangan yang terjadi karena telah
menemui terminasi dari perulangan ( manna = True or adzâ = True ).
Contoh kedua, pada firman Allah ‫ﷻ‬:
ۖ ‫اءتْ ُك ْم بَيِِنَةٌ ِم ْن َربِِ ُك ْم‬ ٍٰ ِ َّ ‫ال ََي قَ ْوِم ا ْعبُ ُدوا‬
َ ‫اَّللَ َما لَ ُك ْم م ْن إِلَه غَ ْيُهُ ۖ قَ ْد َج‬ َ َ‫اِلًا ۗ ق‬ِ ‫اهم ص‬
َ ْ ُ ‫َُود أَ َخ‬ َ ‫َوإِ َ َٰل َث‬
‫يم‬ ِ ‫وء فَ يأْ ُخ َذ ُكم َع َذ‬ ٍ ِ‫سوها ب‬ َِّ ‫ض‬ َِّ ُ‫ٰه ِذهِ ََّنقَة‬
ِ ‫اَّلل لَ ُك ْم آيَةً ۖ فَ َذ ُرو َها ََتْ ُك ْل ِِف أ َْر‬
ٌ ‫اب أَل‬ ٌ ْ َ ‫س‬ ُ َ ُّ ََ‫اَّلل ۖ َوََل َت‬ َ
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata
kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu,
maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu
mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan
ditimpa siksaan yang pedih”. (QS. Al-A’râf/ 7: 73)
Ayat di atas bercerita tentang kisah Shâlih dengan kaumnya yaitu
kaum Tsamûd. Kaum Tsamûd pada awalnya merupakan kaum yang
beriman kepada Allah karena bisa mengambil pelajaran dari apa yang
menimpa kaum ‘Ad di masa lampau. Namun, keberhasilan mereka
membangun peradaban dengan bangunan-bangunan yang indah kemudian
melalaikan mereka dan membuat mereka kembali menyembah berhala
seperti pendahulu mereka.86
Nabi Shâlih memerintahkan kepada kaumnya untuk beribadah
kepada Allah, ia mengabarkan bahwa hanya pada Allah semata Ibadah
boleh dilakukan dan pada dasarnya Allah menciptakan makhluk-Nya untuk
beribadah kepada-Nya.87
Kemudian Nabi Shâlih memperlihatkan mukjizat sebagai bukti yang
nyata dari Allah berupa unta yang keluar dari batu. Unta tersebut minum
pada hari tertentu maka kaum Tsamûd diminta untuk membiarkan ia makan
dan minum di bumi Allah dan tidak dibenarkan untuk menyakitinya karena

86
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 4, hal. 179.
87
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal..159.
64
akan mendatangkan suatu azab yang begitu pedih.88
Sebelumnya kaum Tsamûd menantang Nabi Shâlih untuk
mendatangkan hujjah kenabian dari Allah, kemudian ada salah seorang dari
mereka mengusulkan untuk mengeluarkan seekor unta betina yang besar
dari bongkahan batu besar dan keras yang bernama al-Kâtibah. Setelah
Nabi Shâlih mengambil sumpah janji mereka untuk beriman kemudian
beliau berdoa dan keluarlah unta betina yang sedang hamil dari dalam
bongkahan batu tersebut.
Kaum Tsamûd merupakan kaum yang memiliki keahlian dalam
memahat gunung. Relief yang mereka buat begitu indah hingga seakan
seperti sesuatu yang benar-benar hidup
Unta tersebut kemudian melahirkan lalu ia dan anaknya tinggal agak
lama dan memberikan manfaat berupa susu kepada kaum Tsamûd. Namun,
setelah berlangsung sekian lama mereka justru semakin mendustakan Nabi
Shalîh dan membunuh unta tersebut hingga kemudian datang azab kepada
mereka.89
Dari peristiwa pada ayat di atas maka bisa dibuat algoritma sebagai
berikut:

88
Tim Ulama Tafsir Saudi, Tafsir al-Muyassar, hal. 159.
89
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 3, hal. 441.
65
Tabel III.13, Contoh 2 While-do

Algoritma

bool unta
unta = True
WHILE (unta = True) DO
beriRezeki()
END
azab()
flowchart

Inisialisasi awal adalah mendeklarasikan variabel ‘unta’ sebagai


66
boolean. Nilai True pada variabel ‘unta’ menandakan bahwa unta tersebut
sehat dan tidak disakiti sedangkan nilai False menandakan bahwa unta
telah disakiti atau dibunuh.
Proses yang terjadi di sini adalah selama unta tersebut masih sehat
dan tidak disakiti maka kaun Tsamûd diberi rezeki oleh Allah yang salah
satunya adalah berupa air susu yang ketika diperas bisa mengisi semua
tempat minum dan bejana mereka sekehendak hati.90 Rezeki berupa susu
ini bisa terus mereka nikmati dan manfaatkan selama unta tidak mereka
sakiti (While unta = True), namun ketika unta tersebut disakiti hingga
dibunuh (unta = False). Maka tidak ada lagi rezeki berupa air susu yang
melimpah kepada mereka dan yang berlaku adalah azâb dari Allah karena
telah mengingkariNya.
2. For
Tipe perulangan for digunakan ketika jumlah dari perulangan yang
akan dilakukan sudah jelas berapa kali perlu dilakukan, oleh karena itu
dalam perulangannya sudah diketahui angka awal sebagai permulaan dan
angka akhir sebagai batasnya. 91 Bentuk umum perulangan for adalah
sebagai berikut:
Berikut contoh ayat yang bisa digambarkan dengan struktur
perulangan for:
Contoh pertama, pada firman Allah:
ِ ‫وب ۝ فَلَ َّما جاء أَمرََّن َنََّي نَا ص‬
‫اِلًا‬ َ ْ ُْ َ َ ٍ ‫ك َو ْع ٌد غَ ْي َم ْك ُذ‬
ُ َ ِ‫ال َتََتَّعُوا ِِف َدا ِرُك ْم ثَََلثَةَ أ َََّيٍم ذَل‬
َ ‫وها فَ َق‬
َ ‫فَ َع َق ُر‬
‫ين ظَلَ ُموا‬ ِ
َ ‫ي ال َْع ِز ُيز ۝ َوأَ َخ َذ الَّذ‬ ُّ ‫ك ُه َو الْ َق ِو‬َ َّ‫آمنُوا َم َعهُ بَِر ْْحَ ٍة ِمنَّا َوِم ْن ِخ ْز ِي يَ ْوِمئِ ٍذ إِ َّن َرب‬
َ ‫ين‬
ِ
َ ‫َوالَّذ‬
ِ ِ ِ
َ ‫َُود َك َف ُروا َرَّّبُ ْم أ َََل بُ ْع ًدا لِثَ ُم‬
‫ود‬ َ ‫ي ۝ َكأَ ْن ََلْ يَغْنَ ْوا فِ َيها أ َََل إِ َّن َث‬ َ ِ‫َصبَ ُحوا ِِف د ََي ِره ْم َجاَث‬ ْ ‫الص ْي َحةُ فَأ‬
َّ
‫۝‬
Mereka membunuh unta itu, Maka berkata Shaleh: "Bersukarialah
kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari itu adalah janji yang tidak
dapat didustakan." Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan
Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat
dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah
yang Maha kuat lagi Maha Perkasa. dan satu suara keras yang
mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati
bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah berdiam
di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan

90
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 3, hal. 441.
91
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 182.
67
mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. ( QS. Hûd /11: 65-
68)
Rangkaian ayat di atas masih berkaitan dengan rangkaian ayat pada
contoh sebelumnya yakni pada kisah Nabi Shâlih pembangkangan
kaumnya yakni kaum Tsamûd tepatnya setelah peristiwa penyembelihan
unta yang menjadi bukti kebenaran dari Allah.
Ancaman yang dijanjikan pada ayat di atas adalah jatuhnya siksa
setelah tiga hari. Setelah tenggang waktu yang diberikan itu berakhir,
orang-orang yang beriman diselamatkan oleh Allah sedangkan orang-orang
yang membangkang kemudian diberikan azab yang memporak-porandakan
mereka. Apa yang dialami oleh kaum Tsamûd tentu bukan karena Allah
sewenang-wenang melainkan karena perbuatan mereka sendiri yang ingkar
dan durhaka kepada Tuhan yang telah memelihara mereka sepanjang
hidup.92
Dikabarkan bahwa selama tiga hari tersebut mereka seperti terserang
wabah penyakit yang begitu ganas sampai terjadi perubahan pada wajah
mereka. Hari pertama, wajah berubah menjadi kuning. Hari kedua, berubah
menjadi merah. Hari ketiga, berupah menjadi hitam. Pada hari keempat
datang azab yang terjadi dalam tiga bentuk yakni petir yang mematikan dan
menggelegar, gempa yang begitu kuat, serta suara keras yang begitu
memekakkan telinga.93
Salah satu bukti betapa mengerikannya azab yang menimpa pada
kaum Tsamûd terekam dalam hadis Nabi ‫ﷺ‬:
ِ ِ ِ
َ ‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ُكونُوا ًَبك‬،‫ي‬
َ‫ َل‬،‫ي فََلَ تَ ْد ُخلُوا َعلَْي ِه ْم‬ َ ِ‫َلَ تَ ْد ُخلُوا َعلَى َه ُؤَلَء املَُع َّذب‬
َ ‫ي إََِّل أَ ْن تَ ُكونُوا ًَبك‬
94
‫َص َاّبُ ْم‬ ِ
َ ‫يُصيبُ ُك ْم َما أ‬
Janganlah kalian masuk ke tempat orang-orang yang disiksa itu
kecuali jika kalian dalam keadaan menangis, jika tidak dapat menangis,
maka janganlah kalian memasukinya, dikhawatirkan kalian tertimpa
seperti apa yang telah menimpa mereka. (HR. Bukhârî)
Peristiwa di atas bisa digambarkan algoritma dengan struktur
perulangan for sebagai berikut:
Tabel III.14, Contoh Perulangan For

92
M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh̲, Vol. 5, hal. 676.
93
Ahmad Husnul Hakim, “Epidemi dalam Al-Qur’an : Suatu Kajian Tafsir
Maudhu’i dengan Corak Ilmi”, Jurnal Koordinat, 2018, Vol. 17, No. 1, hal. 119-120.
94
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahîh al-Bukhârî, Beirut : Dar at-Thûq an-
Najâh, 2001, Juz. 6, hal. 7, Hadis No. 4420
68
Algoritma

bool mukmin
FOR ( int x = 3 : x > 0 : x--) {
azabKecil()
}
IF mukmin = True THEN
selamatkan()
ELSE
azabBesar()
END IF
flowchart

Inisialisasi pertama pada algoritma disini adalah ‘mukmin‘ sebagai


variabel boolean hari yang digambarkan dengan variabel (x) bertipe
integer. Selama masih ada tenggat waktu (x >= 3). Allah tidak menurunkan
azab besar kepada kaum Tsamûd melainkan menurut sebagian Ulama
mereka menderita penyakit dalam beberapa hari atau yang biasa disebut
69
sebagai penyakit sampar.95 Setelah berjalannya hari nilai x dikurangi satu
sehingga ketika x = 0 maka itu berarti jatah hari telah selesai dan menerima
azab Allah kecuali ia termasuk golongan orang-orang beriman yang
dikecualikan dan diselamatkan ketika turunnya azab.

3. Repeat-Until
Tipe perulangan repeat digunakan ketika jumlah dari perulangan
yang akan dilakukan tidak diketahui. Namun berbeda dengan ,perulangan
tipe ini akan dilakukan minimal satu kali karena kondisi perulangan ada di
bagian bawah.96 Bentuk umum perulangan repeat adalah sebagai berikut:
{inisialisasi}
....................
REPEAT
{proses}
...................
{iterasi}
UNTIL kondisi_terminasi
{end while}
Berikut contoh ayat dalam Al-Qur’an yang terdapat struktur
Algoritma perulangan repeat-until di dalamnya:
‫ين الْ َقيِِ ُم‬ َِّ ‫اَّلل الَِِّت فَطَر النَّاس َعلَي ها ۚ ََل تَ ب ِديل ِْلَل ِْق‬
ِ َ ِ‫اَّلل ۚ ٰذَل‬ َِّ ‫ت‬ َ ‫ك لِل ِِدي ِن َحنِي ًفا ۚ فِط َْر‬
َ ‫فَأَقِ ْم َو ْج َه‬
ُ ‫ك ال ِد‬ َ ْ َْ َ َ
‫َّاس ََل يَ ْعلَ ُمو َن ۝‬ ِ ‫َوٰلَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar-Rûm / 30:30)
Manusia diminta untuk selalu konsekuen dengan fitrah yang sudah
ditetapkan Allah atas makhluk-Nya untuk mengesakan dan mengenal-Nya.
Allah menyamakan semua makhluk dalam koridor fitrah dengan tabiat
yang lurus di mana seseorang ketika lahir tidak mungkin tidak berada di

95
Ahmad Husnul Hakim, “Epidemi dalam Al-Qur’an : Suatu Kajian Tafsir
Maudhu’i dengan Corak Ilmi”, hal. 120.
96
Rosa A.S, Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar, hal. 221.
70
dalamnya. Sesungguhnya berpegang teguh dengan syari’at dan fitrah yang
benar adalah agama yang lurus, walapun masih banyak manusia yang
menyimpang, memecah belah agama dengan mengingkari dan
menggantinya sekehendak hati.97
Perihal fitrah manusia Nabi bersabda:
ٍ ‫ «ما ِمن مول‬:‫اَّلل صلَّى هللا َعلَي ِه وسلَّم‬
‫ُود إََِّل يُولَ ُد َعلَى‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫َن أًَب ُهريْ رةَ ر‬
َْ ْ َ َ َ َ ْ ُ َ َّ ‫ول‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َّ ‫ض َي‬
َ َ‫ ق‬،ُ‫اَّللُ َعنْه‬ َ َ َ َ َّ ‫أ‬
‫سو َن فِ َيها‬ُّ ‫ َه ْل ُُِت‬،‫اء‬ ِ ‫ َكما تُ ْن تَج الب ِه‬،‫ أَو ميَُ ِجسانِ ِه‬،‫صرانِِه‬ِ ِِ ِ ِ
َ ‫يمةً ََجْ َع‬
َ ‫يمةُ َّب‬
َ َ ُ َ َ ِ ْ َ ِ َ‫ َويُن‬،‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِِو َدانه‬،‫الفط َْرة‬
َِّ ‫اَّلل الَِِّت فَطَر النَّاس َعلَي ها َلَ تَ ب ِديل ِْلَل ِْق‬
َِّ ‫ (فِطْرَة‬:‫اَّلل َع ْنه‬ ِ ‫ول أَبو ُهريْ رَة ر‬ ِ
‫اَّلل‬ َ ْ َْ َ َ َ ُ َُّ ‫ض َي‬ َ َ َ ُ ُ ‫اء» ُْثَّ يَ ُق‬ َ ‫م ْن َج ْد َع‬
98 ِ
)‫ين ال َقيِ ُم‬ ِ َ ِ‫ذَل‬
ُ ‫ك ال ِد‬
Dari Abu Hurairah, bahwasanya dia berkata: Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Tidaklah seorang anak yang
dilahirkan melainkan terlahir atas fithrah, maka kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi, sebagaimana
binatang ternak dilahirkan (oleh induknya) dalam keadaan sempurna.
Apakah kalian mengetahui ada yang telinganya terpotong? Kemudian Abu
Hurairah berkata, “Bacalah jika kalian mau: “Fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah”.
Maka dari itu, kalaulah bukan karena adanya halangan yang
menghalangi mereka untuk berhenti dari kekafirannya, tidak ada alasan
untuk menghalangi manusia untuk datang kepada Islam, karena Allah telah
menjadikan fitrah manusia dengan keislaman.99 Ayat di atas juga
mengisyaratkan bahwa agama Islam yang merupakan cerminan dari fitrah
itu melekat dalam pribadi setiap manusia dan tidak bisa dibatalkan. Jikalau
ketika hidup manusia berusaha melepasnya, sesaat sebelum
menghembuskan nafas terakhir ia kan kembali mengakuinya.
Kejadian di atas bisa digambarkan algoritma dengan struktur
perulangan repeat_until sebagai berikut:
Tabel III.15, Contoh Perulangan Repeat-Until

97
Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar ibn Katsîr, Tafsîr ibn Katsîr, Juz 6, hal. 373-
375.
98
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari, Shahîh al-Bukhârî, Juz. 9, hal. 114, Hadis
No. 4775.
99
Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Zubdah at-Tafsîr, hal..497.
71
Algoritma flowchart

bool fitrah = True


REPEAT
beriRahmat()
UNTIL fitrah = False
hentikanRahmat()

Pertama-tama fitrah diinisalisasi sebagai variabel bertipe boolean


dengan nilai True, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
awalnya semua manusia berada dalam fitrah. Kemudian manusia diberi
rahmat oleh Allah karena masih tetap dalam koridor Islam dan akan terus
mendapat rahmat selama ia tidak keluar dari fitrah (fitrah = True). Orang-
orang yang senantiasa beriman akan memperoleh rahmat dari Allah berupa
rizki dan karunia di dunia, dan di akhirat nanti juga akan memperoleh
rahmat berupa surga yang disediakan bagi mereka. Namun, ketika ia
ternyata menyalahi fitrahnya (fitrah = False), maka ia tidak lagi mendapat
rahmat Allah seperti orang-orang Islam yang masih teguh berpegang
agama Islam sebagaimana fitrahnya ketika diciptakan.

72
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini berangkat dari satu masalah yang telah disebutkan pada
awal pembahasan yakni ketika Al-Qur’an didekati dengan bentuk
algoritma yang terkandung di dalamnya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa
struktur algoritma bisa ditemukan pada ayat-ayat Al-Qur’an. Tiga struktur
yang diteliti, yaitu struktur runtutan, struktur percabangan, struktur
perulangan, ketiganya mempunyai banyak contoh yang bisa ditemukan
pada ayat Al-Qur’an. Dalam ayat-ayat yang diteliti juga bisa dilihat
variabel-variabel serta operasi yang bilangan maupun persamaan bilangan
yang menjadi inti dari proses algoritma yang ada.
Struktur Runtutan terbagi menjadi tiga bentuk, bentuk pertama yaitu
algoritma runtutan yang bisa dilihat dalam satu ayat seperti pada ayat
tentang wudu dan tayamum, bentuk kedua yaitu algoritma runtutan yang
terpisah dalam beberapa ayat namun masih ada di dalam satu surah seperti
pada ayat tentang penciptaan langit dan bumi, bentuk ketiga yaitu algoritma
runtutan yang terpisah ayat dan surah namun terhubung oleh satu variabel
seperti pada pengharaman khamr. Struktur Percabangan juga terbagi
menjadi tiga bentuk, bentuk pertama if-then seperti yang bisa ditemukan
pada ayat berkaitan tentang amalan sunah, bentuk kedua if-then-else yang
bisa ditemukan pada banyak ayat contohnya yang berkaitan dengan amar
ma’rûf nahi munkar, bentuk ketiga switch-case seperti yang bisa ditemukan
pada ayat berkaitan tentang neraka dan para penghuninya. Struktur
Perulangan juga terbagi menjadi tiga, bentuk pertama while-do seperti yang
bisa ditemukan pada ayat berkaitan dengan sedekah, bentuk kedua for
seperti yang bisa ditemukan pada ayat berkaitan dengan tenggat waktu azab
pada kejadian Nabi Shalîh dan kaum Tsamûd, bentuk ketiga Repeat-Until
seperti pada ayat tentang fitrah manusia.

B. Saran
Dalam kasusnya penelitian ini adalah salah satu bentuk integrasi
metode yang ada dalam ilmu pengetahuan modern dengan ilmu Al-Qur’an.
Penelitian ini masih sangat terbatas pada definisi algoritma dasar beserta
struktur dasarnya. Hal ini tentunya memberikan peluang kepada para
peneliti lain agar bisa mengkaji lebih dalam tentang algoritma dengan Al-
Qur’an. Kemudian juga, penelitian ini juga bisa menjadi inspirasi bagi
73
peneliti lain yang konsen pada masalah integrasi antara Ilmu Pengetahuan
Modern dengan Al-Qur’an baik yang pernah diteliti sebelumnya ataupun
yang belum pernah diangkat dalam suatu penelitian.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. Matematika dalam Al-Qur`an. Malang: UIN Maliki Press,


2006.
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur`an.. Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2011.
Ibn Ajibah, Ahmad ibn Muhammad. Îqâz al-Himam fî Syarh al-Hikam.
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2013.
al-Asyqar, Muhammad S. Abdullah. Zubdah at-Tafsîr. Qatar: Wazarah al-
Awqâf wa asy-Syuûn al-Islamiyyah, 2007.
Balitbang Kementerian Agama RI. Tafsir Ilmi : Kepunahan Makhluk
Hidup. Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2015.
-------------------------------------------. Penciptaan Jagat Raya dalam
Perspektif Al-Qur`an dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf
Al-Qur`an, 2010.
al-Bukhârî, Muhammad ibn Ismâ’îl. al-Adab al-Mufrad. Beirut: Dar al-
Basyâir al-Islâmiyyah, 1989.
--------------------------------------------. Shahîh al-Bukhârî. Beirut : Dar at-
Thûq an-Najâh, 2001.
Brezina, Corona. Al-Khawarizmi: Sang penemu Aljabar. Diterjemahkan
oleh Elliza Hamzah dari judul : Al-Khawarizmi: The Inventor of
Algebra. Jakarta : Muara, 2013.
Hakim, A. Husnul. Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir. Depok: Lingkar Studi
Al-Qur`an, 2019.
----------------------, “Epidemi dalam Al-Qur’an : Suatu Kajian Tafsir
Maudhu’i dengan Corak Ilmi”, Jurnal Koordinat, Vol. 17, No. 1,
2018, hal. 119-120.
----------------------. Kaidah Tafsir Berbasis Terapan. Depok: Lingkar Studi
Al-Qur`an, 2019.
Hariyadi, M. Amin. Al-Qur’an dan semut: Inspirasi al-Qur’an dalam
membangun algoritma ant. Malang: UIN Maliki Press, 2007.
Ibn Hajjaj, Muslim. Shahih Muslim. Beirut: Dar ihya al-Turats, t.th.
Ibn H̲anbal, Ahmad ibn Muhammad. Musnad al-Imâm Ahmad ibn H̲anbal.
Beirut: Muassasah ar-Risâlah, 2001.
Ibn Katsîr, Abu al-Fidâ` Isma’îl ibn ‘Umar. Tafsîr ibn Katsîr. Dar Thoibah
li an-Nasyr, 1999.
Jauharî, Thantâwî. al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur`an. Kairo : Musthafâ al-
Bâbâ al-Halabi, 1932.
al-Jazâirî, Abû Bakar. Aysar at-Tafâsîr li Kalâmi al-‘Alî al-Kabîr. Madinah
: Maktabah al-‘Ulûm wa al-ẖakim, t.th.
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen
Agama RI, 2010.
-----------------------------. Tafsir Ringkas Al-Qur`an Al-Karim. Jakarta:
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur`an, 2015.
Knuth, Donald Ervin. The Art of Computer Programming : Fundamental
Algoritms. Boston : Addison Wesley Longman, 1997.
al-Maragi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Marâghi. Mesir: Musthafâ al-Bâbî
al-H̲alabî, 1946.
Mehri. “From Al-Khawarizm to Algorithm”. Jurnal Olympiads in
Informatics. Vol. 11, 2017, hal. 73.
Musa, Hisyam Kamil Hamid. al-Imta’ fi Syarh Matan Abi Syuja. Kairo :
Dar al-Manar, 2011.
Munir, Rinaldi. Matematika Diskrit. Bandung : Informatika, 2014.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa, 2008.
al-Qurthubi, Muhammad ibn Ahmad. Jâmi‘ li Ah̲kam al-Qurân. Kairo: Dar
al Kutub al Misriyah, 1964.
Ridho, Ali, et. al.. Logika dan Algoritma. Surabaya : Politeknik Elektronika
Negeri, 2013.
Romlah. Ayat-ayat Al-Qur`an dan Fisika. Bandar Lampung: Harakindo
Publishing, 2011.
as-Sa‘di, Abdurrahman. Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-
Mannân. Beirut: Muassasah ar-Risalah. 2000.
Shalahuddin et. al.. Ensiklopedia Al-Qur’an : Kajian Kosakata . Jakarta :
Lentera Hati, 2007.
Shihab, M. Quraish. Kaidah Tafsir. Tangerang : Lentera Hati, 2013.
------------------------. Tafsîr al-Mishbâh̲ : Pesan. Kesan. dan Keserasian Al-
Qur`an. Jakarta: Lentera Hati, 2009.

76
Sukamto, Rosa A.. Logika Algoritma dan Pemrograman Dasar. Bandung
: Modula, 2018.
Suprapto, et.al.. Bahasa Pemrograman. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.
Szpankowski, Wojciech. Average Case Analysis of Algorithms on
Sequences. Canada : John Wiley & Sons, 2001.
Tim Ulama Tafsir. Mukhtashar fî Tafsîr al-Qur`an al-Karîm. Markaz
Tafsîr li al-Dirâsât al-Qur`aniyyah, 2015.
at-Tirmidzî, Muhammad ibn Isa. Sunan at-Tirmidzî. Beirut: Dar al-Gharb
al Islamiy, t.th.
Tjandrawinata, Raymond R.. “Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan
Pengaruhnya pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi”. Jurnal
Medicinus, Vol. 29, No. 1, 2016, hal. 33.
Utami, Ema, dan Sukrisno. 10 Langkah Belajar Logika dan Algoritma
menggunakan Bahasa C dan C++ di GNU/Linux. Yogyakarta : Andi,
2005.
as-Sya’râwî, Muhammad Mutawallî. Tafsîr as-Sya’râwî. t. tp: t.p, 1997.
az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Wajîz. Damaskus: Dar al-Fikr, 1994.

77

You might also like