Professional Documents
Culture Documents
Materi Semester 2
Materi Semester 2
Di lingkungan MTs Negeri 4 Madiun tak jarang guru BK melayani konseling individual.
Menurut Ahmad Sudrajat konseling individual adalah “proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancar konseling oleh konselor kepada konseli yang sedang mengalami
suatu masalah, yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli”. Masih
menurut Sudrajat konseling individual digunakan ketika:
1. Konseli mengalami krisis masalah yang sangat komplek
2. Masalah yang dibicarakan memiliki tingkat kerahasiaan tinggii
3. Konseli merasa ketakutan atau tidak nyaman untuk membicarakan masalahnya
4. Konseli tertolak dilingkungannya
5. Topik yang dibicarakan berkaitan dengan penyimpangan
6. Konseli membutuhkan perhatian dan pengakuan
Sebenarnya setiap peserta didik bisa saja membuat atau mengatur jadwal bimbingan atau
Bahasa keren anak sekarang curhat ke guru BK. Bahkan guru BK bisa jadi teman curhat yang
paling tepat buat peserta didik MTsN 4 pada khususnya. Bagi para guru atau yang mengajar
mata pelajaran lain jarang sekali menginjakkan kakinya ke ruang BK, kecuali jika memang
ada keperluan mendesak atau jika salah satu dari peserta didik yang terkena masalah, lantas
wali kelas menemani dan turut serta menyelesikan masalah anak didiknya, terkadang ruang
BK dijadikan ruang persinggahan sementara sambil menunggu kelas selanjutnya.
Beberapa masalah berikut ini yang sering terjadi tapi jarang disadari oleh peserta didik,
diantaranya adalah:
1. Masalah di rumah
Kondisi rumah sedang tidak karuan karena orang tua bertengkar? Semua orang bisa
mengalami hal seperti itu. Curhat ke temen sendiri malah tidak ada solusi atau malu? Tidak
ada salahnya menceritakan masalah yang kita hadapi ke guru BK. Sebagai orangtua di
sekolah otomatis mereka berusaha menjadi pihak yang netral dan sebisa mungkin melindungi
peserta didiknya supaya tetap bisa fokus belajar.
2. Mendadak galau dan kehilangan arah
Perubahan hormon di masa remaja terkadang bikin emosi naik-turun. Anak muda di usia
belasan juga bisa merasa depresi sendiri dan bingung dengan masa depannya. Klise memang,
tapi lagi-lagi guru BK selalu membuka pintu buat peserta didik yang lagi galau.
3. kebingungan memilih kegiatan ekstra
Jangan kira guru BK engga punya catetan tentang murid-muridnya. Justru dokumen-
dokumen guru BK tuh dipenuhi informasi soal muridnya. Mereka punya rekam jejak nilai-
nilai murid, dan tentunya tau ektra yang terbaik buat muridnya. Tapi inget, mereka bolehsaja
memberi saran, namun semua keputusan ada di tangan peserta didik.
4. Punya masalah sama temen
Bohong, jika peserta didik tidak pernah berselisih faham atau bertengkar untuk masalah-
maslah yang sebenarnya sepele sama temen di sekolah. Ketika bertengkar dengan teman di
sekolah tidak bisa diselesaikan sesama temen, guru, atau bahkan wali kelas, guru BK
lah yang punya jurus jitu menyelesaikan kasus seperti itu.
5. Sulit beradaptasi dengan teman
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) 2009, guru BK bertugas membantu peserta didik yang sulit
beradaptasi di lingkungan sekolah. Berhubung kesulitan dalam mencari teman adalah salah
satu dampak gagal adaptasi, curhat saja ke guru BK.
6. Ingin pindah sekolah
Sebelum surat pernyataan pindah ditandatangai kepala sekolah, sebaiknya kamu curhat dulu
ke guru BK. Mereka jadi pihak yang bakal membantu kalian dalam menyelesaikan masalah
di sekolah. Kalau pindah sekolah udah jadi keputusan final, guru BK lah solusi terbaik untuk
menemukan sekolah mana yan cocok buat kalian. Sekilas terkesan sepele tapi harus kita
ketahui juga bahwa setiap guru BK dibekali ilmu psikologi, jadi mereka sangat
berpengalaman sekali dalam menghadapi peserta didik yang memiliki perilaku beraneka
ragam. Jadi, jangan ragu buat curhat atau konsultasi ke guru BK. Tenang saja, kerahasiaan
terjamin.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pelajar di berbagai
jenjang yang mungkin pada saat ini sedang mengalami kondisi seperti di atas bahkan yang
sama sekali belum konsultasi dengan guru BK, tidak ada salahnya kalian mencoba untuk
berkomunikasi dengan beliau. Karena manusia tak luput dari kesalahan, tak ada gading yang
tak retak.
"Belajar adalah ibadah", kalimat ini sudah umum diketahui oleh umat Islam. Tetapi tidak ada
ruginya umat terus diingatkan bahwa belajar itu memang ibadah. Karena terkadang kita
mengetahui bahwa belajar adalah ibadah tetapi tidak mampu memahami apa yang dimaksud
dengan ungkapan tersebut. Di saat pandemi seperti saat ini belajar menjadi aktivitas yang
mendapatkan perhatian sangat serius sehingga pembelajaran meskipun tidak dilaksanakan di
Sekolah tetap berlangsung di rumah siswa masing-masing. Sebagai sebuah ibadah apakah
belajar harus dilaksanakan di sekolah? Atau bisa dilakukan di tempat lain. Apakah belajar
harus berkaitan dengan tugas-tugas sekolah? Atau bisa berjalan tanpa berkaitan dengan tugas
sekolah. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas diperlukan rumusan terkait definisi
dan hubungan antara ibadah, belajar, sekolah, dan rumah.
Ibadah
Para ulama merumuskan bahwa yang disebut dengan ibadah itu adalah proses mendekatkan
diri kepada Allah dengan jalan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Menurut Imam Ibnu Taimiyah ibadah adalah satu nama yang mencakup keseluruhan apa pun
yang Allah sukai dan ridhai, baik dalam bentuk ucapan ataupun perbuatan, baik yang nampak
maupun yang tersembunyi.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa makna ibadah itu sangat luas. Mencakup seluruh
aktifitas kehidupan manusia. Selama Allah ridha maka perbuatan apa pun adalah ibadah.
Oleh karena itu ibadah tidak hanya terbatas pada ibadah mahdhah (ritual) saja seperti sholat,
zakat, shaum dan Haji. Ibadah mencakup juga aspek politik, sosial, ekonomi, budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan dan lainnya.
Dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 Allah Ta'ala berfirman; "Tidaklah aku menciptakan Jin dan
Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." Jadi, tugas hidup manusia itu beribadah
kepada Allah. Taat, tunduk, sujud, menyembah hanya kepada Allah. Karena tugas hidup kita
adalah ibadah maka segala aktifitas hidup kita harus dalam rangka beribadah kepada Allah.
Termasuk belajar yang merupakan bagian dari kehidupan mestilah belajar itu menjadi dan
dalam rangka ibadah.
Belajar
Islam sebagai agama yang komprehensif (sempurna) tentu saja mengatur seluruh aspek
kehidupan termasuk pendidikan. Bahkan pendidikan adalah salah satu aspek ajaran Islam
yang sangat penting. Banyak ayat dan hadits berbicara tentang pentingnya pendidikan. Islam
menekankan umatnya agar berilmu, mengamalkan dan mengajarkannya. Menuntut ilmu
adalah fardhu ain. Tidak bisa diwakilkan. Setiap umat Islam yang mukallaf memiliki
kewajiban untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu sesuai dengan kemampuan masing-masing,
karena Islam menuntut umat Islam beribadah kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan
dengan berdasarkan ilmu. Betapa pentingnya ilmu dan belajar, sehingga wahyu Allah yang
pertama saja berkaitan dengan ilmu. "Iqro!"
Hujjatul Islam Imam Al Ghazali membagi ilmu kepada ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu
kifayah. Ilmu fardhu ain adalah ilmu-ilmu yang pokok. Ilmu yang wajib diajarkan dan
dikuasai oleh semua umat Islam atau siswa muslim tanpa terkecuali seperti ilmu tentang
Tauhid, ibadah, akhlak, bahasa arab, siroh nabawiyah dan lain-lain. Sementara ilmu fardhu
kifayah adalah ilmu yang tidak wajib semua muslim mempelajari dan menguasainya. Cukup
sebahagian saja karena hal itu membutuhkan minat, bakat dan ketekunan tersendiri seperti
dalam bidang politik, ekonomi, teknologi, medis, militer dan sebagainya. Meskipun bukan
kewajiban individu, harus ada muslim yang menguasai bidang-bidang tersebut untuk
kepentingan umat Islam secara umum.
Tetapi ada satu hal yang terkadang salah kaprah pemahaman umat Islam tentang belajar yaitu
bahwa belajar dan memperoleh pendidikan itu harus di sekolah. Sekolah yang ada gedung,
kelas, kepala sekolah, guru, kurikulum, jadwal, seragam dan lain-lain. Sehingga ada
ungkapan bagi yang dianggap kurang pintar dengan istilah "tidak makan bangku sekolahan".
Sejatinya apa yang dimaksud dengan sekolah?
Sekolah
Sekolah adalah salah satu sarana pembelajaran bagi yang mau menuntut ilmu dan
mengajarkan ilmu. Jika sekolah dimaknai sebagai sarana belajar maka belajar dimana pun
dan kapan pun itu adalah sekolah. Sekolah yang tidak dipahami sebagaimana disebutkan di
atas, sebentuk bangunan dengan segala aksesorisnya yang dihadirkan untuk mendapatkan
ijazah dan atau mendapatkan pekerjaan.
Satu hal yang harus diwaspadai adalah apa yang diistilahkan oleh Dr. Adian Husaini dengan
"virus sekolahisme". Yaitu pemahaman bahwa belajar itu hanya dapat dilakukan di sekolah.
Di tempat lain selain sekolah tidak dianggap belajar. Bila lulus sekolah tidak lagi mau belajar
karena memahami belajar hanya saat bersekolah. Menganggap kalau sudah lulus sekolah
berarti sudah tamat belajar dan tidak perlu belajar lagi. Padahal jelas dalam agama, belajar itu
dari mulai dilahirkan sampai diwafatkan.
Di zaman Rasulullah dan para Sahabat tidak ada sekolah (formal), tidak ada kampus, tidak
ada tempat les dan bimbel. Tetapi di zaman itu, disebut oleh Rasulullah sebagai zaman
terbaik. Zaman keemasan Islam. Generasi didikan beliau adalah generasi yang sangat unggul,
cerdas, dan kuat. Mereka mampu menaklukkan Romawi dan Persia. Menguasai 2/3 dunia,
dari peradaban mereka yang awalnya terbelakang, miskin dan tidak diperhitungkan. Dengan
Islam dan didikan terbaik Rasulullah, mereka menjadi generasi "Khairu Ummah".
Betapa pentingnya kita meneladani "Madrasah" Rasulullah, agar apabila dalam kondisi
sesulit apa pun dan tantangan sekuat apa pun mampu melahirkan generasi unggulan. Inilah
tantangan kita para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk merumuskan model
pendidikan Islam terbaik meskipun pembelajaran dilakukan tidak sebagaimana biasanya di
kala pandemi melanda.
Rumah
Rumah dalam bahasa arab disebut dengan "Bait". Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,
"Baiti Jannati" Rumahku adalah Surgaku. Rumah kadang disebut dengan "Sakan" atau
tempat tinggal. Kita sering mendengar kata sakinah yang artinya tentram, nyaman, damai.
Artinya rumah harus jadi tempat yang nyaman dan tentram bagi penghuninya. Maka doa
yang sering kita lantunkan bagi pengantin baru adalah doa semoga kehidupan rumah tangga
mereka sakinah, mawaddah dan rahmah (samara).
Di rumah, "Al Ummu madrosatul ula" ibu adalah madrasah/sekolah pertama bagi anak-
anaknya. Bagaimana dengan bapak? Bapak adalah kepala sekolahnya. Kepala sekolah di
madrasah ibu. Tidak dapat dibenarkan ada pembagian tugas antara bapak dengan ibu bahwa
bapak tugasnya semata mencari uang dan ibu mendidik anak di rumah. Bapak tetap punya
kewajiban mendidik anak. Mendidik anak bukan hanya kewajiban ibu. Karena sebenarnya
tugas bapak bukan mencari uang tetapi menjemput rezeki yang memang sudah ada jatahnya
dari Allah.
Banyak hikmah dan pelajaran kita dapatkan dari musibah covid-19 yang berlangsung sampai
saat ini. Satu pelajaran paling mendasar adalah pendidikan kembali ke khitthahnya. Kembali
ke pangkalnya yaitu 'dikembalikan' kepada bapak ibunya sendiri. Karena pada hakikatnya
tugas mendidik anak adalah kewajiban pokok bapak dan ibunya. Adapun keberadaan sekolah
dan guru hanya untuk membantu tugas orangtua mendidik anak. Itulah kenapa Allah
memerintahkan setiap muslim untuk memiliki ilmu yakni agar mereka mampu mendidik dan
mengajarkan ilmu kepada yang lain terutama kepada anak-anaknya. Menjadi pelajaran bagi
orangtua bagaimana beratnya mendidik anak. Bayangkan guru yang setiap hari mendidik
bukan hanya satu anak tapi belasan bahkan puluhan anak dengan beragam karakternya. Ke
depan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang lebih substantif antara orangtua dan
sekolah dalam menunaikan kewajiban bersama tersebut.
Sebagaimana dijelaskan di atas, belajar adalah perintah dan kewajiban agama. Oleh karena
itu belajar adalah ibadah. Di sekolah atau di rumah juga dimana pun belajar tetap ibadah.
Ibadah yang akan mendatangkan keridhaan dan kecintaan Allah. Ridha dan cinta Allah akan
hadir apabila proses pembelajaran memenuhi syarat yang ditetapkan oleh syariat. Dalam
sabda-sabdanya, Rasulullah senantiasa mengingatkan agar aktifitas hidup kita selalu ikhlas
dan meneladani sunnah beliau. Belajar karena Allah dan sesuai dengan cara Rasulullah akan
diterima oleh Allah sebagai amal shalih.
Apa pun bentuk aktifitas kita, dua hal itu harus terpenuhi; ikhlas hanya berharap ridha Allah
dan ittiba' kepada Rasulullah. Bagaiman ikhlas dalam belajar? Niatkanlah kita belajar atau
sekolah karena hanya berharap Allah ridha kepada kita. Niatkan belajar untuk menuntut ilmu
karena itu yang Allah perintahkan. Niat belajar jangan karena untuk mendapatkan nilai bagus,
juara kelas, ijazah dan agar diterima di sekolah lanjutan favorit. Niat-niat seperti itu merusak
amal. Tetap niatkan karena Allah. Adapun kemudian ternyata nilai kita bagus, jadi juara kelas
itu adalah bonus dari Allah. Jadi kita sudah berpahala karena niat belajarnya benar,
mendapatkan bonus pula berupa nilai bagus dan juara kelas.
Bagaimana meneladani cara belajar Rasulullah? Kita tahu bahwa beliau adalah orang yang
ikhlas, jujur dan amanah. Dipastikan bila beliau belajar tidak mungkin salah niat, mustahil
nyontek dan tidak mungkin malas-malasan serta menunda-nunda tugas. Jika kita bisa
meneladani itu semua, dimana pun kita belajar insya Allah bernilai ibadah yang
mendatangkan pahala dan keridhaan Allah. Apalagi yang didambakan oleh setiap orang yang
beriman kecuali keridhaan Allah? Dan keridhaan Allah itu hadir di saat kita mampu belajar
sesuai dengan niat dan cara yang disukai oleh-Nya. So, tidak ada alasan untuk malas belajar
kan?
Semarang (13/8/2022) – Sejak kecil, anak dituntut untuk menuntut ilmu dan belajar dengan
baik agar mendapatkan nilai yang memuaskan. Baik di rumah maupun di sekolah, anak-anak
belajar dengan lingkungannya. Salah satu masalah yang dihadapi oleh anak ketika telah
bersekolah adalah terkadang mereka mendapatkan nilai yang kurang memuaskan meskipun
sudah belajar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh ketidaktahuan mereka mengenai gaya belajar
apa yang cocok dengan mereka. Perlu diketahui bahwa gaya belajar antara satu siswa dengan
siswa yang lain berbeda. Oleh karena itu, baik siswa, orang tua, maupun guru, perlu
memperhatikan gaya belajar anak sehingga kemampuan menangkap suatu materi pelajaran
antara satu siswa dengan yang lain tidak bisa dipukul sama rata. Hal ini terjadi pula di SD
Negeri Lamper Tengah 02, maka dari itu diperlukan adanya pemberian edukasi mengenai
gaya belajar pada anak. Mahasiswa Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas
Diponegoro kemudian melakukan psikoedukasi mengenai beberapa macam gaya belajar yang
ada.
KENALI GAYA BELAJAR
Terdapat pula penempelan poster pada kelas 4 SD serta di mading sekolah. Setelah
mendengarkan psikoedukasi yang diberikan siswa kelas 4 SD Negeri Lamper Tengah 02
lebih memahami mengenai gaya belajarnya sendiri dan harapannya bisa mendapatkan nilai
yang lebih baik.
Sebelum menciptakan pembelajaran sebaiknya kita meninjau sisi psikologis anak terlebih
dahulu, artinya guru dan orang tua perlu mengkaji perkembangan “bagaimana cara belajar
dan faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar anak”. Pada usia dini, anak tentu belajar
melalui bermain.
Namun permainan akan lebih bermakna apabila sesuai gaya belajar. Sobat PAUD harus tahu
bahwa setiap anak memiliki gaya yang berbeda dan khas dalam memperoleh pengetahuan
dan keterampilannya. Berikut akan kita bahas secara umum gaya belajar tersebut:
Auditori, anak yang memiliki gaya ini akan mempelajari sesuatu dengan baik melalui
kemampuan mendengarnya. Pemahaman terhadap sesuatu akan lebih cepat jika anak
mendengarkan sesuatu yang sedang ia pelajari, maka media terbaik bagi anak tipe ini adalah
media yang mengandung unsur suara atau media yang dapat didengar oleh anak. Adapun ciri
gaya belajar ini yaitu:
Pembelajaran menggunakan suara akan lebih digemari anak
Senang berbicara atau mengolah kata
Menjadi tenang dengan situasi bernuansa musik
Senang mengeraskan suara ketika membaca sesuatu
Mudah mengikuti arahan secara lisan
Visual, tipe ini akan memiliki kekuatan belajar dengan cara melihat langung tentang berbagai
hal yang sedang ia pelajari. Oleh karena itu untuk mendukung gaya belajar ini guru
hendaknya menyediakan media gambar atau media visual lainnya. Sebelumnya Sobat PAUD
juga perlu tahu bahwa ciri gaya belajar ini yaitu:
Tertarik pada objek yang berkaitan dengan pemandangan
Mudah mengingat tanda-tanda atau symbol visual (gerak, warna, bentuk, ukuran dan
lain-lain)
Menunjukkan koordinasi tangan dan mata dengan baik
Menunjukkan kemampuan menggambar dengan baik
Membutuhkan kertas dan pulpen untuk mencoret-coret sambil mendengarkan
Kinestetik, gaya belajar yang seperti ini akan mengandalkan sentuhan, rabaan atau gerak
dalam mempelajari sesuatu, maka sebaiknya guru menggunakan metode eksperimen, proyek,
praktek langsung atau metode pembelajaran lainnya yang melibatkan aktivitas fisik. Untuk
mengidentifikasi gaya ini guru dapat mengamati dari ciri sebagai berikut:
Belajar dengan mengutamakan sentuhan
Senang melakukan gerakan
Menunjukkan keunggulan dalam bidang olahraga.
Referensi
Hapidin. 2014. Asesmen & Evauasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
SAYA SUDAH REMAJA
Masa perkembangan manusia yang paling menonjol dan cukup krusial adalah masa remaja.
Di masa remaja, manusia beralih dari masa anak-anak menuju dewasa. Beragam perubahan
tubuh pun mulai terlihat.
Misalnya pada perempuan mulai tumbuh payudara, menstruasi, bulu di ketiak dan vagina,
pinggul melebar, dan perubahan tubuh lainnya. Sedangkan, pada laki-laki mulai tumbuh
jakun, bulu di ketiak dan penis, suara memberat, dan perubahan fisik lainnya.
Tidak hanya perubahan fisik, cara berpikir pun ikut berubah. Mereka akan mulai mencoba-
coba sesuatu yang terlihat menarik. Dan kerap kali tidak memikirkan konsekuensi yang akan
diterima dari perbuatan yang dilakukan. Misalnya mencoba rokok, obat-obatan terlarang,
seks yang tidak aman, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, remaja membutuhkan pendampingan dalam masa pertumbuhannya. Mereka
harus memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya. Berikut akan
dibahas mengenai pengertian remaja sampai karakteristik yang dimiliki remaja
Pengertian Remaja
Kemenkes merumuskan remaja sebagai suatu periode kehidupan manusia yang mana terjadi
pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual secara pesat. Ia memiliki
ciri khas berupa rasa ingin tahu yang tinggi, cenderung berani mengambil risiko dari
perbuatannya tanpa mempertimbangkan dengan matang, dan menyukai hal-hal berbau
petualangan.
Sementara itu, menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan masyarakat
yang berada di rentang usia 10 sampai 19 tahun. Adapun, menurut Peraturan Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja didefinisikan sebagai penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.Adapun menurut Monks dan Haditono,
remaja merupakan seseorang yang berada di rentang usia 12-21 tahun. Masa remaja juga
menjadi transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh sebab itu, pola pikir akan berubah dan
berproses menuju dewasa.
Selaras dengan Monks dan Haditono, King juga merumuskan pengertian remaja. Baginya,
remaja merupakan perkembangan manusia yang ditandai dengan masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa. Masa remaja biasanya dimulai pada sekitar usia 12 tahun dan berakhir pada
usia 18-21 tahun.
Dari beberapa pengerian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan fase atau masa
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya terjadi pada rentang usia 10 sampai
18 tahun. Pada masa remaja, biasanya terjadi perkembangan baik fisik, psikologi, dan
intelektual. Ia menjadi bagian masa perkembangan manusia.
Kedua, perubahan tubuh, peran, dan minat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Ketiga,
perubahan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh perubahan minat dan pola perilaku remaja.
Anggapan bahwa berpakaian dan bertindak layaknya orang dewasa saja belum cukup. Maka,
para remaja mencoba melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kedewasaan, seperti seks
bebas yang tidak diiringi dengan edukasi seks, merokok, mengonsumsi obat-obatan terlarang,
dan minum minuman yang mengandung alkohol. Mereka mencoba cara ini karena dianggap
memberikan citra yang sesuai dengan harapan dalam diri.
Tidak hanya melalui ciri-ciri, remaja dapat dikenali dari beberapa karakteristik yang telah
dirumuskan oleh Titisari dan Utami sebagai berikut.
Perkembangan fisik dan seksual yang ditandai dengan laju perkembangan yang
biasanya terjadi sangat pesat dan muncul adanya ciri-ciri seks sekunder dan seks
primer.
Dari sisi psikososial, remaja cenderung mulai memisahkan diri dari orang tua dan
memperluas hubungan dengan teman sebaya.
Dari segi kognitif, mental remaja telah mampu berpikir logis mengenai beragam ide
abstrak.
Dari segi perkembangan emosional cenderung tinggi. Hal tersebut disebabkan karena
organ-organ seksual mengalami perkembangan dan mempengaruhi hormone-hormon
yang mengontrol emosi.
Dari sisi perkembangan moral, remaja ada dalam lingkaran harus tetap bersikap dan
berperilaku sesuai dengan norma dan peraturan yang diyakininya. Hal ini juga
menyebabkan remaja melanggar peraturan dan nilai yang berlaku, seperti
berhubungan seks di luar nikah, minum minuman beralkohol, tawuran, dan
sebagainya.
Perkembangan kepribadian menjadi fase yang penting bagi perkembangan dan
integritas diri remaja.
Tahap Perkembangan Remaja
Soetjiningsih mengklasifikasikan masa remaja dalam tiga tahap perkembangan sebagai
berikut.
1. Remaja Awal (Early Adolescent)
Seseorang dengan usia12-15 tahun termasuk dalam kategori remaja awal. Pada masa ini,
remaja mulai terjadi perubahan-perubahan fisik. Misalnya mulai tumbuh payudara, bulu di
ketiak dan alat kelamin, suara yang memberat, pinggul melebar, dan sebagainya.Perubahan
juga terjadi pada pikiran. Seperti mulai merasakan cinta monyet, mudah terangsang secara
erotis ketika dipegang bahu atau area sensitif, emosi tidak stabil, dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, remaja dalam tahap ini terjadi kebingungan dalam diri ketika dihadapkan
pada suatu pilihan. Misalnya menjadi peka atau tidak peduli pada suatu hal, optimis atau
pesimis, sendiri atau ramai-ramai, materialistis atau idealis, dan pilihan-pilihan lainnya.
Oleh sebab itu, pergaulan remaja memberikan pengaruh besar pada sikap, minat, penampilan,
pembicaraan, dan emosi. Misalnya, remaja akan mudah diterima di pergaulan jika
mengenakan model fashion paling baru atau update. Atau mengikuti gaya hidup remaja
kebanyakan seperti nongkrong di tempat-tempat terkenal.Pergaulan-pergaulan remaja
membentuk suatu kelompok yang khas. Menurut Hurlock setidaknya ada 5 kelompok sosial
sebagai berikut.
1. Teman Dekat
Teman dekat juga dapat disebut sebagai sahabat karib. Biasanya terdiri dari jenis kelamin
yang sama sehingga memiliki minat dan kemampuan yang sama pula. Mereka saling
memperngaruhi satu sama lain.
2. Kelompok Kecil
Biasanya, kelompok kecil terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Kelompok ini cenderung
terdiri dari jenis kelamin yang sama. Namun, tidak jarang pula terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda.
3. Kelompok Besar
Kelompok besar terdiri dari kelompok teman dekat dan kelompok kecil. Mereka berkumpul
karena minat yang sama misalnya kencan dan pesta. Jumlah remaja yang banyak dalam
kelompok besar menyebabkan ketidakseragaman minat anggotanya. Dalam kelompok ini
juga terjadi jarak antarsosial yang lebih besar.
5. Kelompok Geng
Kelompok geng terbentuk dari kekecewaan karena tidak termasuk ke dalam kelompok
kelompok besar, atau merasa tidak puas dengan kelompok terorganisasi. Mereka terdiri dari
anak-anak yang serupa dan memiliki keinginan untuk menghadapi penolakan teman-
KEDISIPLINAN BELAJAR
Sedangkan Menurut Tu’u (2004) dalam Yuliyantika (2017:36) beberapa fungsi disiplin yaitu:
1. Menata kehidupan bersama
Sikap disiplin diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Disiplin akan berpengaruh
terhadap tata kehidupan bermasyarakat setiap individu. Sikap disiplin masing-masing
anggota masyarakat akan membuat hubungan yang baik antara anggota masyarakat
satu dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini disebabkan karena masing-masing
anggota masyarakat bertindak dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga setiap
anggota dapatmenata kehidupan bermasyarakat dengan baik
2. Membangun kepribadian
Lingkungan yang memiliki sikap disiplin yang baik sangat berpengaruh terhadap
kepribadian seseorang. Terutama bagi siswa yang sedang membentuk kepribadiannya,
maka dari itu kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga memiliki pengaruh
yang kuat terhadap pembentukan kepribadian siswa. Lingkungan sekolah yang tertib,
teratur, dan disiplin memiliki peran penting dalam membangun kepribadian yang
baik. Selain lingkungan sekolah, untuk membangun kepribadian yang baik diperlukan
lingkungan keluarga yang memiliki sikap disiplin yang baik, sehingga siswa setiap
harinya akan terlatih untuk bertindak disiplin dan penuh tanggung jawab.
3. Melatih Kepribadian
Disiplin berfungsi untuk melatih kepribadian siswa. Siswa harus berada pada
lingkungan yang baik untuk berlatih membiasakan diri bersikap disiplin. Lingkungan
yang dimaksud ialah lingkungan dimana terdapat individu- individu yang memiliki
sikap disiplin dan dijadikan tauladan oleh siswa. Pada lingkungan sekolah siswa
biasanya meniru sikap dari guru yang siswa segani, maka dari itu guru harus
memberikan contoh sikap disiplin dan bertanggung jawab kepada siswa, sehingga
siswa akan melatih kepribadiannya dengan meniru sikap disiplin dari guru tersebut.
4. Pemaksaan
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. Pemaksaan ini berdampak positif,
karena dengan dipaksanya seseorang untuk berperilaku disiplin, akan membuat orang
tersebut terlatih mengikuti aturan-aturan yang ada di lingkungannya. Bentuk
pemaksaan yang ada disekolah yaitu siswa yang tidak mengikuti aturan yang ada
disekolah dan bersikap tidak disiplin akan diberikan hukuman atau sanksi sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan.
5. Hukuman
Hukuman ialah sanksi yang diberikan kepada siswa saat melanggar atau tidak
mentaati aturan-aturan yang ada di lingkungannya. Dengan adanya sanksi tersebut
siswa akan merasa takut untuk melanggar aturan yang ada, maka dari itu bentuk dan
jenis hukuman disesuaikan dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak disiplin bertujuan untuk
memberikan dorongan kepada siswa agar mentaati aturan-aturan yang ada di
lingkungannya
d. Mempunyai semangat yang tinggi dalam segala tindakan dan perbuatan orang yang
penuh semangat biasanya penuh energi. Jika seseorang yang telah mempunyai
semangat yang tinggi untuk berbuat dan bekerja, maka otomatis ia akan dapat
mengusir, menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai, mudah
mengantuk, melamun, lesu, bosan dan sebagainya.
Sedangkan menurut Djojonegoro (dalam Tu’u, 2004:15) ciri-ciri siswa yang memilki
kedisiplinan belajar adalah:
1. Adanya motivasi berpikir dan berkarya yang berorientasi pada prestasi unggul
2. Adanya motivasi dalam mengembangkan bakat dan potensi dirinya untuk mencapai
keunggulan
3. Adanya daya saing sekaligus daya kerja sama yang tinggi; daya nalar yang tinggi
serta matang dan berkeseimbangan
4. Adanya kemampuan untuk berprakarsa; kemampuan untuk memperhitungkan resiko;
sikap pencapaian prestasi dalam rangka persaingan.
Menurut Wantah (2005:150) disiplin mempunyai lima aspek meliputi hal- hal sebagai
berikut:
1. Aturan sebagai pedoman tingkah laku. Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok,
organisasi, institusi atau komunitas. Aturan tingkah laku tersebut mungkin ditetapkan
orang tua, guru, atau teman bermain.
2. Kebiasaan-kebiasaan. Di samping aturan-aturan yang bersifat positif dan formal, ada
pula kebiasaan-kebiasaan (habit) sosial yang tidak tertulis. Meskipun tidak tertulis,
kebiasaan-kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan menjadi
kewajiban setiap anggota masyarakat untuk melaksanakannya.
3. Hukuman. Hukuman ini terjadi karena kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran yang
disengaja. Ini berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun
masih dilakukan.
4. Penghargaan. Penghargaan dapat mendorong orang lebih termotivasi untuk
melakukan hal yang benar dan menghindari hukuman.
5. Konsistensi. Konsisten menunjukkan kesamaan dalam isi dan penerapan sebuah
peraturan, disiplin yang efektif harus memenuhi unsur konsistensi.
Ciri-ciri orang yang memiliki kedisiplinan belajar dijelaskan oleh Tu’u (2004:35) sebagai
berikut:
1. patuh pada ketentuan belajar di sekolah, siswa menaati seluruh perintah dan tugas dari
guru yang diberikan kepadanya baik berupa tugas rumah ataupun tugas di sekolah;
2. mendukung kegiatan belajar di sekolah, siswa aktif mencari bahan atau literatur untuk
menunjang keberhasilan belajarnya baik dari perpustakaan atau sumber-sumber yang
lain, misalnya internet;
3. mempertahankan tegaknya peraturan yang berlaku dalam proses pembelajaran di
sekolah, siswa menaati seluruh peraturan dan tata tertib yang ada di kelas dan di
sekolah dan menaati aturan belajar untuk dirinya;
4. adanya rasa tanggung jawab dalam belajar, siswa bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran, aktif dalam belajar sehari-hari, dan aktif dalam proses belajar dan
pembelajaran di sekolah.
Menurut Permana (dalam Majid, 2014:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Trianto (2012:83) mengemukakan
bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1. memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,
2. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,
3. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan
4. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya
serta lingkungannya.
Etika adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan
antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. Manusia disebut sebagai makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Artinya, manusia tidak hanya bisa mementingkan
kebutuhan secara pribadi, tetapi juga membutuhkan orang lain untuk mengantarkan manusia
kepada tujuan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, seseorang juga harus bergaul dengan orang
lain untuk mencapai tujuannya. Agar terjadi hubungan yang harmonis, diperlukan
pembinaan, sehingga akan tercipta hubungan yang selaras, serasi dan seimbang jauh dari
pertentangan dan permusuhan yang dinilai dari masyarakat.
Etika pergaulan yaitu sopan santun / tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan situasi
dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan,
adat, hukum dan lain-lain.
Pergaulan remaja adalah kontak sosial di antara remaja, atau dalam kelompok sebaya (peer
group). Kelompok sebaya ini, di samping dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
perkembangan remaja sebagai anggota kelompok tersebut, juga menimbulkan pengaruh yang
negatif yang tidak dilandasi moral dan norma. Contoh kegiatan negatif pengaruh pergaulan
bebas remaja adalah meminum minuman keras, kecanduan obat-obat terlarang (drug
addiction), kriminalitas, sadisme, pacaran bebas (free love), dan bahkan free sex (samen leven
atau kumpul kebo).
Dilihat dari kajian psikologis, pergaulan itu dipandang sebagai wahana untuk mewujudkan
atau memenuhi kebutuhan insani (manusia), yaitu kebutuhan sosial, seperti :
1. Kebutuhan akan pengakuan sosial (need for affiliation)
2. Kebutuhan akan keterikatan (persaudaraan) dan cinta kasih (belongingness and love
needs)
3. Kebutuhan akan rasa aman, perlindungan (safety needs)
4. Kebutuhan akan kebebasan (independence)
5. Kebutuhan akan harga diri, hasrat untuk dihargai orang lain (self-esteem needs)
2. Pergaulan Percintaan
Masa remaja ditandai dengan mulai matangnya (terjadi perubahan fungsional) organ-organ
reproduksi dan postur tubuh. Perubahan-perubahan itu dapat menimbulkan hasrat libido pada
lawan jenisnya. Pada masa ini, remaja hidupnya makin romantis, senang berhias diri,
menyusun atau mengarang puisi-puisi cinta, dan senang membaca novel-novel percintaan.
Remaja mulai berminat, atau menaruh perhatian yang lebih dalam untuk bergaul lebih akrab
dengan lawan jenisnya.
Keinginan remaja untuk menjalin cinta kasih dengan lawan jenisnya, merupakan fitrah
manusiawi yang tidak mungkin dihilangkan atau dihalang-halangi. Persoalannya adalah
bagaimana agar dalam menyalurkan fitrah cinta kasihnya itu tidak melanggar norma agama
atau adat istiadat.
Beberapa cara untuk membina hubungan yang baik dengan sesama teman adalah:
1. Belajar menghargai
2. Belajar menghormati
3. Mempunyai sikap mau mengerti
4. Mau memberikan pujian
5. Mau memberikan motivasi
6. Tidak bercanda keterlaluan
7. Menjadi pendengar baik dan saling menghormati satu sama lain
8. jangan pernah mengkhianati kepercayaan sahabat kita
Diantara beberapa unsur etika yang perlu diperhatikan dalam pergaulan dengan teman sebaya
itu, adalah:
1. Pilihan teman yang berakhlak baik
2. Bertemanlah dengan yang memiliki semangat belajar yang tinggi.
3. Kembangkanlah sikap saling membantu, dan memberi saran
4. Kembangkanlah sikap saling menghormati dan menghargai
5. Jadikanlah sikap solidaritas semua (buta)di antara teman, seperti solidaritas terhadap
teman yang melakukan tawuran.
6. Hindarkan pola perilaku yang melanggar norma agama (tidak normal).