You are on page 1of 29

Mau curhat ke BK

Di lingkungan MTs Negeri 4 Madiun tak jarang guru BK melayani konseling individual.
Menurut Ahmad Sudrajat konseling individual adalah “proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancar konseling oleh konselor kepada konseli yang sedang mengalami
suatu masalah, yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli”. Masih
menurut Sudrajat konseling individual digunakan ketika:
1. Konseli mengalami krisis masalah yang sangat komplek
2. Masalah yang dibicarakan memiliki tingkat kerahasiaan tinggii
3. Konseli merasa ketakutan atau tidak nyaman untuk membicarakan masalahnya
4. Konseli tertolak dilingkungannya
5. Topik yang dibicarakan berkaitan dengan penyimpangan
6. Konseli membutuhkan perhatian dan pengakuan

Sebenarnya setiap peserta didik bisa saja membuat atau mengatur jadwal bimbingan atau
Bahasa keren anak sekarang curhat ke guru BK. Bahkan guru BK bisa jadi teman curhat yang
paling tepat buat peserta didik MTsN 4 pada khususnya. Bagi para guru atau yang mengajar
mata pelajaran lain jarang sekali menginjakkan kakinya ke ruang BK, kecuali jika memang
ada keperluan mendesak atau jika salah satu dari peserta didik yang terkena masalah, lantas
wali kelas menemani dan turut serta menyelesikan masalah anak didiknya, terkadang ruang
BK dijadikan ruang persinggahan sementara sambil menunggu kelas selanjutnya.
Beberapa masalah berikut ini yang sering terjadi tapi jarang disadari oleh peserta didik,
diantaranya adalah:
1. Masalah di rumah
Kondisi rumah sedang tidak karuan karena orang tua bertengkar? Semua orang bisa
mengalami hal seperti itu. Curhat ke temen sendiri malah tidak ada solusi atau malu? Tidak
ada salahnya menceritakan masalah yang kita hadapi ke guru BK. Sebagai orangtua di
sekolah otomatis mereka berusaha menjadi pihak yang netral dan sebisa mungkin melindungi
peserta didiknya supaya tetap bisa fokus belajar.
2. Mendadak galau dan kehilangan arah
Perubahan hormon di masa remaja terkadang bikin emosi naik-turun. Anak muda di usia
belasan juga bisa merasa depresi sendiri dan bingung dengan masa depannya. Klise memang,
tapi lagi-lagi guru BK selalu membuka pintu buat peserta didik yang lagi galau.
3. kebingungan memilih kegiatan ekstra
Jangan kira guru BK engga punya catetan tentang murid-muridnya. Justru dokumen-
dokumen guru BK tuh dipenuhi informasi soal muridnya. Mereka punya rekam jejak nilai-
nilai murid, dan tentunya tau ektra yang terbaik buat muridnya. Tapi inget, mereka bolehsaja
memberi saran, namun semua keputusan ada di tangan peserta didik.
4. Punya masalah sama temen
Bohong, jika peserta didik tidak pernah berselisih faham atau bertengkar untuk masalah-
maslah yang sebenarnya sepele sama temen di sekolah. Ketika bertengkar dengan teman di
sekolah tidak bisa diselesaikan sesama temen, guru, atau bahkan wali kelas, guru BK
lah yang punya jurus jitu menyelesaikan kasus seperti itu.
5. Sulit beradaptasi dengan teman
Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) 2009, guru BK bertugas membantu peserta didik yang sulit
beradaptasi di lingkungan sekolah. Berhubung kesulitan dalam mencari teman adalah salah
satu dampak gagal adaptasi, curhat saja ke guru BK.
6. Ingin pindah sekolah
Sebelum surat pernyataan pindah ditandatangai kepala sekolah, sebaiknya kamu curhat dulu
ke guru BK. Mereka jadi pihak yang bakal membantu kalian dalam menyelesaikan masalah
di sekolah. Kalau pindah sekolah udah jadi keputusan final, guru BK lah solusi terbaik untuk
menemukan sekolah mana yan cocok buat kalian. Sekilas terkesan sepele tapi harus kita
ketahui juga bahwa setiap guru BK dibekali ilmu psikologi, jadi mereka sangat
berpengalaman sekali dalam menghadapi peserta didik yang memiliki perilaku beraneka
ragam. Jadi, jangan ragu buat curhat atau konsultasi ke guru BK. Tenang saja, kerahasiaan
terjamin.

Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi pelajar di berbagai
jenjang yang mungkin pada saat ini sedang mengalami kondisi seperti di atas bahkan yang
sama sekali belum konsultasi dengan guru BK, tidak ada salahnya kalian mencoba untuk
berkomunikasi dengan beliau. Karena manusia tak luput dari kesalahan, tak ada gading yang
tak retak.

Apa itu Bimbingan Konseling


Bimbingan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi,
bimbingan s
BELAJAR ITU IBADAH

"Belajar adalah ibadah", kalimat ini sudah umum diketahui oleh umat Islam. Tetapi tidak ada
ruginya umat terus diingatkan bahwa belajar itu memang ibadah. Karena terkadang kita
mengetahui bahwa belajar adalah ibadah tetapi tidak mampu memahami apa yang dimaksud
dengan ungkapan tersebut. Di saat pandemi seperti saat ini belajar menjadi aktivitas yang
mendapatkan perhatian sangat serius sehingga pembelajaran meskipun tidak dilaksanakan di
Sekolah tetap berlangsung di rumah siswa masing-masing. Sebagai sebuah ibadah apakah
belajar harus dilaksanakan di sekolah? Atau bisa dilakukan di tempat lain. Apakah belajar
harus berkaitan dengan tugas-tugas sekolah? Atau bisa berjalan tanpa berkaitan dengan tugas
sekolah. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas diperlukan rumusan terkait definisi
dan hubungan antara ibadah, belajar, sekolah, dan rumah.

Ibadah
Para ulama merumuskan bahwa yang disebut dengan ibadah itu adalah proses mendekatkan
diri kepada Allah dengan jalan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Menurut Imam Ibnu Taimiyah ibadah adalah satu nama yang mencakup keseluruhan apa pun
yang Allah sukai dan ridhai, baik dalam bentuk ucapan ataupun perbuatan, baik yang nampak
maupun yang tersembunyi.

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa makna ibadah itu sangat luas. Mencakup seluruh
aktifitas kehidupan manusia. Selama Allah ridha maka perbuatan apa pun adalah ibadah.
Oleh karena itu ibadah tidak hanya terbatas pada ibadah mahdhah (ritual) saja seperti sholat,
zakat, shaum dan Haji. Ibadah mencakup juga aspek politik, sosial, ekonomi, budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan dan lainnya.

Dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 Allah Ta'ala berfirman; "Tidaklah aku menciptakan Jin dan
Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." Jadi, tugas hidup manusia itu beribadah
kepada Allah. Taat, tunduk, sujud, menyembah hanya kepada Allah. Karena tugas hidup kita
adalah ibadah maka segala aktifitas hidup kita harus dalam rangka beribadah kepada Allah.
Termasuk belajar yang merupakan bagian dari kehidupan mestilah belajar itu menjadi dan
dalam rangka ibadah.
Belajar
Islam sebagai agama yang komprehensif (sempurna) tentu saja mengatur seluruh aspek
kehidupan termasuk pendidikan. Bahkan pendidikan adalah salah satu aspek ajaran Islam
yang sangat penting. Banyak ayat dan hadits berbicara tentang pentingnya pendidikan. Islam
menekankan umatnya agar berilmu, mengamalkan dan mengajarkannya. Menuntut ilmu
adalah fardhu ain. Tidak bisa diwakilkan. Setiap umat Islam yang mukallaf memiliki
kewajiban untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu sesuai dengan kemampuan masing-masing,
karena Islam menuntut umat Islam beribadah kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan
dengan berdasarkan ilmu. Betapa pentingnya ilmu dan belajar, sehingga wahyu Allah yang
pertama saja berkaitan dengan ilmu. "Iqro!"

Hujjatul Islam Imam Al Ghazali membagi ilmu kepada ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu
kifayah. Ilmu fardhu ain adalah ilmu-ilmu yang pokok. Ilmu yang wajib diajarkan dan
dikuasai oleh semua umat Islam atau siswa muslim tanpa terkecuali seperti ilmu tentang
Tauhid, ibadah, akhlak, bahasa arab, siroh nabawiyah dan lain-lain. Sementara ilmu fardhu
kifayah adalah ilmu yang tidak wajib semua muslim mempelajari dan menguasainya. Cukup
sebahagian saja karena hal itu membutuhkan minat, bakat dan ketekunan tersendiri seperti
dalam bidang politik, ekonomi, teknologi, medis, militer dan sebagainya. Meskipun bukan
kewajiban individu, harus ada muslim yang menguasai bidang-bidang tersebut untuk
kepentingan umat Islam secara umum.

Tetapi ada satu hal yang terkadang salah kaprah pemahaman umat Islam tentang belajar yaitu
bahwa belajar dan memperoleh pendidikan itu harus di sekolah. Sekolah yang ada gedung,
kelas, kepala sekolah, guru, kurikulum, jadwal, seragam dan lain-lain. Sehingga ada
ungkapan bagi yang dianggap kurang pintar dengan istilah "tidak makan bangku sekolahan".
Sejatinya apa yang dimaksud dengan sekolah?

Sekolah
Sekolah adalah salah satu sarana pembelajaran bagi yang mau menuntut ilmu dan
mengajarkan ilmu. Jika sekolah dimaknai sebagai sarana belajar maka belajar dimana pun
dan kapan pun itu adalah sekolah. Sekolah yang tidak dipahami sebagaimana disebutkan di
atas, sebentuk bangunan dengan segala aksesorisnya yang dihadirkan untuk mendapatkan
ijazah dan atau mendapatkan pekerjaan.
Satu hal yang harus diwaspadai adalah apa yang diistilahkan oleh Dr. Adian Husaini dengan
"virus sekolahisme". Yaitu pemahaman bahwa belajar itu hanya dapat dilakukan di sekolah.
Di tempat lain selain sekolah tidak dianggap belajar. Bila lulus sekolah tidak lagi mau belajar
karena memahami belajar hanya saat bersekolah. Menganggap kalau sudah lulus sekolah
berarti sudah tamat belajar dan tidak perlu belajar lagi. Padahal jelas dalam agama, belajar itu
dari mulai dilahirkan sampai diwafatkan.

Di zaman Rasulullah dan para Sahabat tidak ada sekolah (formal), tidak ada kampus, tidak
ada tempat les dan bimbel. Tetapi di zaman itu, disebut oleh Rasulullah sebagai zaman
terbaik. Zaman keemasan Islam. Generasi didikan beliau adalah generasi yang sangat unggul,
cerdas, dan kuat. Mereka mampu menaklukkan Romawi dan Persia. Menguasai 2/3 dunia,
dari peradaban mereka yang awalnya terbelakang, miskin dan tidak diperhitungkan. Dengan
Islam dan didikan terbaik Rasulullah, mereka menjadi generasi "Khairu Ummah".

Betapa pentingnya kita meneladani "Madrasah" Rasulullah, agar apabila dalam kondisi
sesulit apa pun dan tantangan sekuat apa pun mampu melahirkan generasi unggulan. Inilah
tantangan kita para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk merumuskan model
pendidikan Islam terbaik meskipun pembelajaran dilakukan tidak sebagaimana biasanya di
kala pandemi melanda.

Rumah
Rumah dalam bahasa arab disebut dengan "Bait". Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda,
"Baiti Jannati" Rumahku adalah Surgaku. Rumah kadang disebut dengan "Sakan" atau
tempat tinggal. Kita sering mendengar kata sakinah yang artinya tentram, nyaman, damai.
Artinya rumah harus jadi tempat yang nyaman dan tentram bagi penghuninya. Maka doa
yang sering kita lantunkan bagi pengantin baru adalah doa semoga kehidupan rumah tangga
mereka sakinah, mawaddah dan rahmah (samara).

Di rumah, "Al Ummu madrosatul ula" ibu adalah madrasah/sekolah pertama bagi anak-
anaknya. Bagaimana dengan bapak? Bapak adalah kepala sekolahnya. Kepala sekolah di
madrasah ibu. Tidak dapat dibenarkan ada pembagian tugas antara bapak dengan ibu bahwa
bapak tugasnya semata mencari uang dan ibu mendidik anak di rumah. Bapak tetap punya
kewajiban mendidik anak. Mendidik anak bukan hanya kewajiban ibu. Karena sebenarnya
tugas bapak bukan mencari uang tetapi menjemput rezeki yang memang sudah ada jatahnya
dari Allah.

Banyak hikmah dan pelajaran kita dapatkan dari musibah covid-19 yang berlangsung sampai
saat ini. Satu pelajaran paling mendasar adalah pendidikan kembali ke khitthahnya. Kembali
ke pangkalnya yaitu 'dikembalikan' kepada bapak ibunya sendiri. Karena pada hakikatnya
tugas mendidik anak adalah kewajiban pokok bapak dan ibunya. Adapun keberadaan sekolah
dan guru hanya untuk membantu tugas orangtua mendidik anak. Itulah kenapa Allah
memerintahkan setiap muslim untuk memiliki ilmu yakni agar mereka mampu mendidik dan
mengajarkan ilmu kepada yang lain terutama kepada anak-anaknya. Menjadi pelajaran bagi
orangtua bagaimana beratnya mendidik anak. Bayangkan guru yang setiap hari mendidik
bukan hanya satu anak tapi belasan bahkan puluhan anak dengan beragam karakternya. Ke
depan diperlukan kerjasama dan komunikasi yang lebih substantif antara orangtua dan
sekolah dalam menunaikan kewajiban bersama tersebut.

Sebagaimana dijelaskan di atas, belajar adalah perintah dan kewajiban agama. Oleh karena
itu belajar adalah ibadah. Di sekolah atau di rumah juga dimana pun belajar tetap ibadah.
Ibadah yang akan mendatangkan keridhaan dan kecintaan Allah. Ridha dan cinta Allah akan
hadir apabila proses pembelajaran memenuhi syarat yang ditetapkan oleh syariat. Dalam
sabda-sabdanya, Rasulullah senantiasa mengingatkan agar aktifitas hidup kita selalu ikhlas
dan meneladani sunnah beliau. Belajar karena Allah dan sesuai dengan cara Rasulullah akan
diterima oleh Allah sebagai amal shalih.

Apa pun bentuk aktifitas kita, dua hal itu harus terpenuhi; ikhlas hanya berharap ridha Allah
dan ittiba' kepada Rasulullah. Bagaiman ikhlas dalam belajar? Niatkanlah kita belajar atau
sekolah karena hanya berharap Allah ridha kepada kita. Niatkan belajar untuk menuntut ilmu
karena itu yang Allah perintahkan. Niat belajar jangan karena untuk mendapatkan nilai bagus,
juara kelas, ijazah dan agar diterima di sekolah lanjutan favorit. Niat-niat seperti itu merusak
amal. Tetap niatkan karena Allah. Adapun kemudian ternyata nilai kita bagus, jadi juara kelas
itu adalah bonus dari Allah. Jadi kita sudah berpahala karena niat belajarnya benar,
mendapatkan bonus pula berupa nilai bagus dan juara kelas.

Bagaimana meneladani cara belajar Rasulullah? Kita tahu bahwa beliau adalah orang yang
ikhlas, jujur dan amanah. Dipastikan bila beliau belajar tidak mungkin salah niat, mustahil
nyontek dan tidak mungkin malas-malasan serta menunda-nunda tugas. Jika kita bisa
meneladani itu semua, dimana pun kita belajar insya Allah bernilai ibadah yang
mendatangkan pahala dan keridhaan Allah. Apalagi yang didambakan oleh setiap orang yang
beriman kecuali keridhaan Allah? Dan keridhaan Allah itu hadir di saat kita mampu belajar
sesuai dengan niat dan cara yang disukai oleh-Nya. So, tidak ada alasan untuk malas belajar
kan?

Semarang (13/8/2022) – Sejak kecil, anak dituntut untuk menuntut ilmu dan belajar dengan
baik agar mendapatkan nilai yang memuaskan. Baik di rumah maupun di sekolah, anak-anak
belajar dengan lingkungannya. Salah satu masalah yang dihadapi oleh anak ketika telah
bersekolah adalah terkadang mereka mendapatkan nilai yang kurang memuaskan meskipun
sudah belajar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh ketidaktahuan mereka mengenai gaya belajar
apa yang cocok dengan mereka. Perlu diketahui bahwa gaya belajar antara satu siswa dengan
siswa yang lain berbeda. Oleh karena itu, baik siswa, orang tua, maupun guru, perlu
memperhatikan gaya belajar anak sehingga kemampuan menangkap suatu materi pelajaran
antara satu siswa dengan yang lain tidak bisa dipukul sama rata. Hal ini terjadi pula di SD
Negeri Lamper Tengah 02, maka dari itu diperlukan adanya pemberian edukasi mengenai
gaya belajar pada anak. Mahasiswa Tim II Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas
Diponegoro kemudian melakukan psikoedukasi mengenai beberapa macam gaya belajar yang
ada.
KENALI GAYA BELAJAR

1. Gaya Belajar Visual


Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang lebih banyak memanfaatkan penglihatan.
 Ciri-ciri pelajar visual :
 Mudah mengingat dari yang dilihat
 Lebih suka membaca daripada dibacakan
 Berbicara dengan tempo yang cukup cepat
 Cenderung melihat sikap dan gerakan guru yang sedang mengajar
 Tidak mudah terdistraksi oleh keramaian
 Biasanya suka menggambar apapun di kertas

2. Gaya Belajar Auditori


Gaya belajar auditori mengandalkan pendengaran untuk dapat memahami dan mengingat
informasi yang diberikan oleh guru.
Ciri-ciri pelajar auditori :
 Suka mengingat dari apa yang didengar
 Mudah terdistraksi oleh keramaian
 Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
 Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
 Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu
 Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang
didiskusikan dalam kelas

3. Gaya Belajar Kinestetik


Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang lebih mudah menyerap informasi dengan
bergerak, berbuat, dan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar siswa
dapat mengingatnya.
Ciri-ciri pelajar kinestetik :
 Senang belajar dengan metode praktek
 Menyukai aktivitas yang melibatkan gerakan tubuh, seperti permainan dan aktivitas
fisik
 Menghafal dengan berjalan atau melihat
 Sulit untuk berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
Selama kegiatan psikoedukasi berlangsung, siswa kelas 4 di SD Negeri Lamper Tengah 02
antusias mendengarkan dan mengikuti game yang diberikan oleh mahasiswa Tim II Kuliah
Kerja Nyata (KKN).

Terdapat pula penempelan poster pada kelas 4 SD serta di mading sekolah. Setelah
mendengarkan psikoedukasi yang diberikan siswa kelas 4 SD Negeri Lamper Tengah 02
lebih memahami mengenai gaya belajarnya sendiri dan harapannya bisa mendapatkan nilai
yang lebih baik.

Sebelum menciptakan pembelajaran sebaiknya kita meninjau sisi psikologis anak terlebih
dahulu, artinya guru dan orang tua perlu mengkaji perkembangan “bagaimana cara belajar
dan faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar anak”. Pada usia dini, anak tentu belajar
melalui bermain.

Namun permainan akan lebih bermakna apabila sesuai gaya belajar. Sobat PAUD harus tahu
bahwa setiap anak memiliki gaya yang berbeda dan khas dalam memperoleh pengetahuan
dan keterampilannya. Berikut akan kita bahas secara umum gaya belajar tersebut:

Auditori, anak yang memiliki gaya ini akan mempelajari sesuatu dengan baik melalui
kemampuan mendengarnya. Pemahaman terhadap sesuatu akan lebih cepat jika anak
mendengarkan sesuatu yang sedang ia pelajari, maka media terbaik bagi anak tipe ini adalah
media yang mengandung unsur suara atau media yang dapat didengar oleh anak. Adapun ciri
gaya belajar ini yaitu:
 Pembelajaran menggunakan suara akan lebih digemari anak
 Senang berbicara atau mengolah kata
 Menjadi tenang dengan situasi bernuansa musik
 Senang mengeraskan suara ketika membaca sesuatu
 Mudah mengikuti arahan secara lisan

Visual, tipe ini akan memiliki kekuatan belajar dengan cara melihat langung tentang berbagai
hal yang sedang ia pelajari. Oleh karena itu untuk mendukung gaya belajar ini guru
hendaknya menyediakan media gambar atau media visual lainnya. Sebelumnya Sobat PAUD
juga perlu tahu bahwa ciri gaya belajar ini yaitu:
 Tertarik pada objek yang berkaitan dengan pemandangan
 Mudah mengingat tanda-tanda atau symbol visual (gerak, warna, bentuk, ukuran dan
lain-lain)
 Menunjukkan koordinasi tangan dan mata dengan baik
 Menunjukkan kemampuan menggambar dengan baik
 Membutuhkan kertas dan pulpen untuk mencoret-coret sambil mendengarkan

Kinestetik, gaya belajar yang seperti ini akan mengandalkan sentuhan, rabaan atau gerak
dalam mempelajari sesuatu, maka sebaiknya guru menggunakan metode eksperimen, proyek,
praktek langsung atau metode pembelajaran lainnya yang melibatkan aktivitas fisik. Untuk
mengidentifikasi gaya ini guru dapat mengamati dari ciri sebagai berikut:
 Belajar dengan mengutamakan sentuhan
 Senang melakukan gerakan
 Menunjukkan keunggulan dalam bidang olahraga.

Referensi
Hapidin. 2014. Asesmen & Evauasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Lembaga
Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
SAYA SUDAH REMAJA

Pengertian Remaja – Perkembangan manusia sejak lahir sampai meninggal dapat


dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Manusia dapat dikategorikan berdasarkan usia,
yakni bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Perkembangan manusia dapat juga dilihat dari
kemampuan motorik, perkembangan berpikir, dan aspek-aspek lainnya.

Masa perkembangan manusia yang paling menonjol dan cukup krusial adalah masa remaja.
Di masa remaja, manusia beralih dari masa anak-anak menuju dewasa. Beragam perubahan
tubuh pun mulai terlihat.

Misalnya pada perempuan mulai tumbuh payudara, menstruasi, bulu di ketiak dan vagina,
pinggul melebar, dan perubahan tubuh lainnya. Sedangkan, pada laki-laki mulai tumbuh
jakun, bulu di ketiak dan penis, suara memberat, dan perubahan fisik lainnya.

Tidak hanya perubahan fisik, cara berpikir pun ikut berubah. Mereka akan mulai mencoba-
coba sesuatu yang terlihat menarik. Dan kerap kali tidak memikirkan konsekuensi yang akan
diterima dari perbuatan yang dilakukan. Misalnya mencoba rokok, obat-obatan terlarang,
seks yang tidak aman, dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, remaja membutuhkan pendampingan dalam masa pertumbuhannya. Mereka
harus memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya. Berikut akan
dibahas mengenai pengertian remaja sampai karakteristik yang dimiliki remaja

Pengertian Remaja
Kemenkes merumuskan remaja sebagai suatu periode kehidupan manusia yang mana terjadi
pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan intelektual secara pesat. Ia memiliki
ciri khas berupa rasa ingin tahu yang tinggi, cenderung berani mengambil risiko dari
perbuatannya tanpa mempertimbangkan dengan matang, dan menyukai hal-hal berbau
petualangan.

Sementara itu, menurut World Health Organization (WHO), remaja merupakan masyarakat
yang berada di rentang usia 10 sampai 19 tahun. Adapun, menurut Peraturan Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja didefinisikan sebagai penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia
remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.Adapun menurut Monks dan Haditono,
remaja merupakan seseorang yang berada di rentang usia 12-21 tahun. Masa remaja juga
menjadi transisi dari anak-anak ke dewasa. Oleh sebab itu, pola pikir akan berubah dan
berproses menuju dewasa.

Selaras dengan Monks dan Haditono, King juga merumuskan pengertian remaja. Baginya,
remaja merupakan perkembangan manusia yang ditandai dengan masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa. Masa remaja biasanya dimulai pada sekitar usia 12 tahun dan berakhir pada
usia 18-21 tahun.

Dari beberapa pengerian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan fase atau masa
peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya terjadi pada rentang usia 10 sampai
18 tahun. Pada masa remaja, biasanya terjadi perkembangan baik fisik, psikologi, dan
intelektual. Ia menjadi bagian masa perkembangan manusia.

Ciri-Ciri dan Karakteristik Remaja


Masa remaja menjadi periode yang sifatnya sementara. Ia akan berlalu jika telah mencapai
ambang maksimum batas usia remaja. Fase remaja ini dapat dikenali dari beberapa ciri yang
telah dirumuskan oleh Hurlock sebagai berikut.

1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting


Ketika anak-anak mulai memasuki masa remaja maka akan disertai dengan perkembangan
yang cepat. Sehingga, menyebabkan adanya penyesuaian mental dan pembentukan sikap,
minat baru, dan niat.

2. Masa Remaja sebagai Masa Peralihan


Pada masa ini, remaja masuk ke dalam fase bukan lagi seorang anak dan bukan juga seorang
dewasa. Mereka dalam tahap peralihan status dan terjadi keraguan atau ketidakjelasan dalam
diri remaja.

3. Masa Remaja sebagai Masa Perubahan


Perubahan fisik berkembang selaras atau beriringan dengan perubahan sikap dan perilaku.
Ada beberapa jenis perubahan yang terjadi pada remaja. Pertama, tingginya intensitas emosi
bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis. Karena, biasanya, perubahan emosi
terjadi lebih cepat selama awal masa remaja.

Kedua, perubahan tubuh, peran, dan minat yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Ketiga,
perubahan nilai-nilai yang dipengaruhi oleh perubahan minat dan pola perilaku remaja.

4. Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah


Setiap fase perkembangan memiliki pokok masalahnya masing-masinh. Namun, ketika
remaja dihadapkan pada permasalahan maka cenderung kesulitan untuk mengatasinya
sendiri. Oleh sebab itu, banyak remaja yang menyimpulkan bahwa penyelesaian atau jalan
keluar masalah tidak selalu sesuai dengan harapan dan cara yang telah direncanakan.

5. Masa Remaja sebagai Usia Mencari Identitas


Remaja dalam tahap ini mulai mencari jati diri atau esensi dia hidup. mereka mulai resah,
gelisah, dan merasa tidak puas dalam banyak hal. Pencarian jati diri dilakukan dengan cara
apapun misalnya membaca, menonton, bergabung ke komunitas, bertukar pikiran dengan
orang lain, dan cara-cara lainnya.

6. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan


Remaja dianggap sebagai kelompok manusia tang tidak rapi, sulit diberikan kepercayaan, dan
sering kali merusak. Hal ini menyebabkan orang dewasa yang bertanggung jawab mengawasi
dan membimbing kehidupan remaja menjadi takut untuk mengambil tanggung jawab itu.
Mereka juga enggan untuk bersimpatik pada perilaku-perilaku remaja yang dianggap tidak
normal.

7. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis


Remaja akan mudah kecewa dan sakit hati jika rencana atau tujuannya tidak tercapai. Mereka
cenderung melihat kehidupan dengan kacamata merah jambu. Dalam pandangannya, diri
sendiri dan orang lain dilihat sesuai dengan keinginannya. Bukan dari apa adanya mereka.
Harapan dan cita-cita pun dipupuk tidak realistis. Misalnya mimpi-mimpi atau cita-cita yang
tidak sesuai dengan kemampuan diri ataupun ekonomi. Hal ini menimbulkan tingginya emosi
yang menjadi salah satu ciri dari fase awal masa remaja.
8. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa
Mendekati usia kematangan atau dewasa, remaja menjadi gelisah untuk menunjukkan bahwa
dirinya hampir dewasa. Sekaligus menghilangkan kesan stereotipe yang telah melekat
belasan baru dan menggantinya dengan pandangan baru sebagai manusia dewasa.

Anggapan bahwa berpakaian dan bertindak layaknya orang dewasa saja belum cukup. Maka,
para remaja mencoba melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kedewasaan, seperti seks
bebas yang tidak diiringi dengan edukasi seks, merokok, mengonsumsi obat-obatan terlarang,
dan minum minuman yang mengandung alkohol. Mereka mencoba cara ini karena dianggap
memberikan citra yang sesuai dengan harapan dalam diri.

Tidak hanya melalui ciri-ciri, remaja dapat dikenali dari beberapa karakteristik yang telah
dirumuskan oleh Titisari dan Utami sebagai berikut.
 Perkembangan fisik dan seksual yang ditandai dengan laju perkembangan yang
biasanya terjadi sangat pesat dan muncul adanya ciri-ciri seks sekunder dan seks
primer.
 Dari sisi psikososial, remaja cenderung mulai memisahkan diri dari orang tua dan
memperluas hubungan dengan teman sebaya.
 Dari segi kognitif, mental remaja telah mampu berpikir logis mengenai beragam ide
abstrak.
 Dari segi perkembangan emosional cenderung tinggi. Hal tersebut disebabkan karena
organ-organ seksual mengalami perkembangan dan mempengaruhi hormone-hormon
yang mengontrol emosi.
 Dari sisi perkembangan moral, remaja ada dalam lingkaran harus tetap bersikap dan
berperilaku sesuai dengan norma dan peraturan yang diyakininya. Hal ini juga
menyebabkan remaja melanggar peraturan dan nilai yang berlaku, seperti
berhubungan seks di luar nikah, minum minuman beralkohol, tawuran, dan
sebagainya.
 Perkembangan kepribadian menjadi fase yang penting bagi perkembangan dan
integritas diri remaja.
Tahap Perkembangan Remaja
Soetjiningsih mengklasifikasikan masa remaja dalam tiga tahap perkembangan sebagai
berikut.
1. Remaja Awal (Early Adolescent)
Seseorang dengan usia12-15 tahun termasuk dalam kategori remaja awal. Pada masa ini,
remaja mulai terjadi perubahan-perubahan fisik. Misalnya mulai tumbuh payudara, bulu di
ketiak dan alat kelamin, suara yang memberat, pinggul melebar, dan sebagainya.Perubahan
juga terjadi pada pikiran. Seperti mulai merasakan cinta monyet, mudah terangsang secara
erotis ketika dipegang bahu atau area sensitif, emosi tidak stabil, dan lain sebagainya.

2. Remaja Madya (Middle Adolescent)


Tahap kedua, yakni remaja madya yang berusia antara 15-18 tahun. Pada tahap ini, remaja
membutuhkan kawan-kawannya. Mereka akan senang dengan pengakuan dari teman-
temannya. Dalam tahap ini, remaja juga memiliki kecenderungan mencintai diri sendiri. Hal
ini terlihat dari pilihan temannya yang harus selaras dengan cara berpikir, guyonan, dan hal-
hal lain yang harus cocok.

Tidak hanya itu, remaja dalam tahap ini terjadi kebingungan dalam diri ketika dihadapkan
pada suatu pilihan. Misalnya menjadi peka atau tidak peduli pada suatu hal, optimis atau
pesimis, sendiri atau ramai-ramai, materialistis atau idealis, dan pilihan-pilihan lainnya.

3. Remaja Akhir (Late Adolescent)


Remaja akhir berkisar antara umur 18 sampai 21 tahun. Pada masa ini, remaja menuju tahap
dewasa. Hal ini ditandai oleh beberapa ciri yang telah dirumuskan oleh Sarwono sebagai
berikut.
 Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek.
 Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan dalam
pengalaman-penglaman baru.
 Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.
 Egosentrisme (terlalu mencari perhatian untuk diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
 Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself).
Perubahan Fisik Remaja
Fisik remaja mengalami perubahan yang sangat signifikan. Perkembangan seksualitas remaja
dapat dilihat dari ciri-ciri seks primer dan seks sekunder. Berikut rincian dari keduanya.

1. Ciri-Ciri Seks Primer


Dalam modul “Kesehatan Reproduksi Remaja” disebutkan bahwa remaja perempuan
mengalami menstruasi sebagai tanda berkembangnya seks primer. Menstruasi sendiri
merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma.
Cairan yang dikeluarkan berupa darah yang keluar melalui vagina.

2. Ciri-Ciri Seks Sekunder


Menurut Sarwono, berikut ciri-ciri seks sekunder yang dialami oleh remaja perempuan.
 Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan menonjol, serta
berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
 Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat lubang pori-pori bertambah besar,
kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
 Otot semakin besar dan semakin kuat terutama pada pertengahan dan menjelang akhir
masa puber, sehingga memberikan bentuk bahu, lengan dan tungkai.
 Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

Perubahan Sosial pada Remaja


Remaja harus mulai menyesuaikan relasinya dengan kehdipan sosial. Ia harus menyesuaikan
dengan berbagai macam jenis hubungan seperti percintaan, sahabat, atau lainnya. Remaja
cenderung lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

Oleh sebab itu, pergaulan remaja memberikan pengaruh besar pada sikap, minat, penampilan,
pembicaraan, dan emosi. Misalnya, remaja akan mudah diterima di pergaulan jika
mengenakan model fashion paling baru atau update. Atau mengikuti gaya hidup remaja
kebanyakan seperti nongkrong di tempat-tempat terkenal.Pergaulan-pergaulan remaja
membentuk suatu kelompok yang khas. Menurut Hurlock setidaknya ada 5 kelompok sosial
sebagai berikut.
1. Teman Dekat
Teman dekat juga dapat disebut sebagai sahabat karib. Biasanya terdiri dari jenis kelamin
yang sama sehingga memiliki minat dan kemampuan yang sama pula. Mereka saling
memperngaruhi satu sama lain.

2. Kelompok Kecil
Biasanya, kelompok kecil terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Kelompok ini cenderung
terdiri dari jenis kelamin yang sama. Namun, tidak jarang pula terdiri dari jenis kelamin yang
berbeda.

3. Kelompok Besar
Kelompok besar terdiri dari kelompok teman dekat dan kelompok kecil. Mereka berkumpul
karena minat yang sama misalnya kencan dan pesta. Jumlah remaja yang banyak dalam
kelompok besar menyebabkan ketidakseragaman minat anggotanya. Dalam kelompok ini
juga terjadi jarak antarsosial yang lebih besar.

4. Kelompok yang Terorganisasi


Kelompok terorganisasi biasanya di bawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa.
Kelompok ini dibentuk oleh sekolah, organisasi masyarakat, pemerintah, dan lembaga
lainnya untuk memenuhi kebutuhsan sosial remaja. Remaja yang tergabung dalam kelompok
ini memiliki minat pada bidang yang sama.

5. Kelompok Geng
Kelompok geng terbentuk dari kekecewaan karena tidak termasuk ke dalam kelompok
kelompok besar, atau merasa tidak puas dengan kelompok terorganisasi. Mereka terdiri dari
anak-anak yang serupa dan memiliki keinginan untuk menghadapi penolakan teman-
KEDISIPLINAN BELAJAR

Pengertian Kedisiplinan Belajar


Menurut Faisal Rohman (2009:1) yang dikutip oleh Prasongko (2010:2). Mengartikan
disiplin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku seseorang yang sesuai dengan peraturan atau tata tertib untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Handayani (2015:94). Mengemukakan
bahwa kedisiplinan belajar siswa adalah sikap yang sangat diperlukan dalam proses belajar
karena dengan disiplin yang tinggi siswa dapat belajar dengan teratur dan dapat meraih
prestasi yang baik. Disiplin belajar merupakan kondisi yang sangat penting dan ikut
menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Indikator dari kedisiplinan
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sikap mental adalah potensi atau pendorong yang ada dalam diri siswa untuk bereaksi
terhadap segala hal yang ada dalam lingkungannya dan dapat berpengaruh positif
2. Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu dapat diketahui dan diingat. Siswa dikatakan memahami apabila dapat
memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci tentang hal-hal yang
dipelajari
3. Sikap perilaku adalah sikap untuk menyesuaikan diri dan bertindak dalam kegiatan
pembelajaran serta dapat menanggapi situasi atau kondisi lingkungan didalam kelas
dan sekolah serta di rumah berupa kesungguhan hati selama belajar, sikap perilaku
siswa dapat dinilai dengan hasil prestasi belajar yang tinggi.

Fungsi Kedisiplinan Belajar


Menurut Singgih (dalam Amri, 2012:6) fungsi-fungsi kedisiplinan adalah sebagai berikut:
1. Meresapkan pengetahuan dan pengertian social antara lain mengenai hak milik orang
lain.
2. Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung
mengerti larangan-larangan.
3. Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk.
4. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh
hukuman.
5. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.

Sedangkan Menurut Tu’u (2004) dalam Yuliyantika (2017:36) beberapa fungsi disiplin yaitu:
1. Menata kehidupan bersama
Sikap disiplin diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Disiplin akan berpengaruh
terhadap tata kehidupan bermasyarakat setiap individu. Sikap disiplin masing-masing
anggota masyarakat akan membuat hubungan yang baik antara anggota masyarakat
satu dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini disebabkan karena masing-masing
anggota masyarakat bertindak dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga setiap
anggota dapatmenata kehidupan bermasyarakat dengan baik

2. Membangun kepribadian
Lingkungan yang memiliki sikap disiplin yang baik sangat berpengaruh terhadap
kepribadian seseorang. Terutama bagi siswa yang sedang membentuk kepribadiannya,
maka dari itu kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga memiliki pengaruh
yang kuat terhadap pembentukan kepribadian siswa. Lingkungan sekolah yang tertib,
teratur, dan disiplin memiliki peran penting dalam membangun kepribadian yang
baik. Selain lingkungan sekolah, untuk membangun kepribadian yang baik diperlukan
lingkungan keluarga yang memiliki sikap disiplin yang baik, sehingga siswa setiap
harinya akan terlatih untuk bertindak disiplin dan penuh tanggung jawab.

3. Melatih Kepribadian
Disiplin berfungsi untuk melatih kepribadian siswa. Siswa harus berada pada
lingkungan yang baik untuk berlatih membiasakan diri bersikap disiplin. Lingkungan
yang dimaksud ialah lingkungan dimana terdapat individu- individu yang memiliki
sikap disiplin dan dijadikan tauladan oleh siswa. Pada lingkungan sekolah siswa
biasanya meniru sikap dari guru yang siswa segani, maka dari itu guru harus
memberikan contoh sikap disiplin dan bertanggung jawab kepada siswa, sehingga
siswa akan melatih kepribadiannya dengan meniru sikap disiplin dari guru tersebut.

4. Pemaksaan
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan itu. Pemaksaan ini berdampak positif,
karena dengan dipaksanya seseorang untuk berperilaku disiplin, akan membuat orang
tersebut terlatih mengikuti aturan-aturan yang ada di lingkungannya. Bentuk
pemaksaan yang ada disekolah yaitu siswa yang tidak mengikuti aturan yang ada
disekolah dan bersikap tidak disiplin akan diberikan hukuman atau sanksi sesuai
dengan pelanggaran yang dilakukan.

5. Hukuman
Hukuman ialah sanksi yang diberikan kepada siswa saat melanggar atau tidak
mentaati aturan-aturan yang ada di lingkungannya. Dengan adanya sanksi tersebut
siswa akan merasa takut untuk melanggar aturan yang ada, maka dari itu bentuk dan
jenis hukuman disesuaikan dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak disiplin bertujuan untuk
memberikan dorongan kepada siswa agar mentaati aturan-aturan yang ada di
lingkungannya

6. Menciptakan Lingkungan Kondusif


Lingkungan pendidikan yang kondusif adalah lingkungan yang nyaman, tenang, dan
tidak ada gangguan dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga siswa dan
guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mewujudkan
terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif maka pihak sekolah membuat
peraturan sekolah yang diterapkan bagi semua pihak sekolah. Peraturan sekolah yang
diimplementasikan dengan baik dapat memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah
sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Karena
lingkungan pendidikan yang kondusif akan membuat siswa nyaman dalam mengikuti
proses pembelajaran dan memudahkan tercapainya tujuan pembelajaran

Ciri-ciri Kedisiplinan Belajar


Menurut Djamarah (2002:13) ciri-ciri siswa yang mempunyai disiplin belajar yang tinggi
adalah:
a. Adanya kesadaran.
Untuk menegakkan disiplin tidak selamanya harus melibatkan orang lain, tetapi
melibatkan diri sendiri juga bisa. Bahkan yang melibatkan diri sendirilah yang lebih
penting. Sebab penegakan disiplin karena melibatkan diri sendiri berarti disiplin yang
timbul itu adalah karena kesadaran.
b. Adanya semangat menghargai waktu.
Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia- nyiakan
waktu berlalu dalam kehampaan. Budaya jam karet adalah musuh besar bagi mereka
yang mengagungkan disiplin.
c. Selalu menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan
Orang-orang yang berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu
menempatkan disiplin di atas semua tindakan dan perbuatan. Semua jadwal kegiatan
yang telah disusun mereka taati dengan ikhlas. Mereka melaksanakannya dengan
penuh semangat. Rela mengorbankan apa saja demi perjuangan menegakkan disiplin
pribadi.

d. Mempunyai semangat yang tinggi dalam segala tindakan dan perbuatan orang yang
penuh semangat biasanya penuh energi. Jika seseorang yang telah mempunyai
semangat yang tinggi untuk berbuat dan bekerja, maka otomatis ia akan dapat
mengusir, menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai, mudah
mengantuk, melamun, lesu, bosan dan sebagainya.

Sedangkan menurut Djojonegoro (dalam Tu’u, 2004:15) ciri-ciri siswa yang memilki
kedisiplinan belajar adalah:
1. Adanya motivasi berpikir dan berkarya yang berorientasi pada prestasi unggul
2. Adanya motivasi dalam mengembangkan bakat dan potensi dirinya untuk mencapai
keunggulan
3. Adanya daya saing sekaligus daya kerja sama yang tinggi; daya nalar yang tinggi
serta matang dan berkeseimbangan
4. Adanya kemampuan untuk berprakarsa; kemampuan untuk memperhitungkan resiko;
sikap pencapaian prestasi dalam rangka persaingan.

Menurut Wantah (2005:150) disiplin mempunyai lima aspek meliputi hal- hal sebagai
berikut:
1. Aturan sebagai pedoman tingkah laku. Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok,
organisasi, institusi atau komunitas. Aturan tingkah laku tersebut mungkin ditetapkan
orang tua, guru, atau teman bermain.
2. Kebiasaan-kebiasaan. Di samping aturan-aturan yang bersifat positif dan formal, ada
pula kebiasaan-kebiasaan (habit) sosial yang tidak tertulis. Meskipun tidak tertulis,
kebiasaan-kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan menjadi
kewajiban setiap anggota masyarakat untuk melaksanakannya.
3. Hukuman. Hukuman ini terjadi karena kesalahan, perlawanan, atau pelanggaran yang
disengaja. Ini berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun
masih dilakukan.
4. Penghargaan. Penghargaan dapat mendorong orang lebih termotivasi untuk
melakukan hal yang benar dan menghindari hukuman.
5. Konsistensi. Konsisten menunjukkan kesamaan dalam isi dan penerapan sebuah
peraturan, disiplin yang efektif harus memenuhi unsur konsistensi.

Ciri-ciri orang yang memiliki kedisiplinan belajar dijelaskan oleh Tu’u (2004:35) sebagai
berikut:
1. patuh pada ketentuan belajar di sekolah, siswa menaati seluruh perintah dan tugas dari
guru yang diberikan kepadanya baik berupa tugas rumah ataupun tugas di sekolah;
2. mendukung kegiatan belajar di sekolah, siswa aktif mencari bahan atau literatur untuk
menunjang keberhasilan belajarnya baik dari perpustakaan atau sumber-sumber yang
lain, misalnya internet;
3. mempertahankan tegaknya peraturan yang berlaku dalam proses pembelajaran di
sekolah, siswa menaati seluruh peraturan dan tata tertib yang ada di kelas dan di
sekolah dan menaati aturan belajar untuk dirinya;
4. adanya rasa tanggung jawab dalam belajar, siswa bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran, aktif dalam belajar sehari-hari, dan aktif dalam proses belajar dan
pembelajaran di sekolah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar


Menurut Rohman (dalam Agustan, 2018:3) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi disiplin belajar adalah:
1. Faktor ekstrinsik
Meliputi faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat dan alat-
alat yang dipakai untuk belajar, dan faktor sosial, yang terdiri atas lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok
2. Faktor intrinsik
Meliputi faktor psikologis, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi, dan
kemampuan kognitif.
Ada 2 hal yang mempengaruhi perilaku disiplin menurut Syah (dalam Isnaini, 2014:3) yaitu
dorongan yang datangnya dari dalam diri manusia dan dari luar diri manusia. Dorongan yang
datangnya dari dalam diri manusia itu sendiri yaitu pengetahuan, kesadaran, dan kemauan
untuk berbuat disiplin. Dengan disiplin yang datangnya dari dalam, maka pusat pengendalian
berada pada pribadi peserta didik sehingga akan muncul keinginannya sendiri. Sedangkan
dorongan yang datangnya dari luar manusia yaitu, berupa larangan, pengawasan, pujian,
ancaman, hukuman dan sebagainya untuk berbuat disiplin. Dalam disiplin yang datangnya
dari luar sebenarnya disiplin yang dipaksakan orang lain, jadi pusat pengendalian berada di
luar diri.

Menurut Unaradjan (2003:27) dalam Anggraini (2014:10) menyebutkan bahwa terbentuknya


kedisiplinan sebagai tingkah laku yang berpola dan teratur dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud adalah unsur yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan fisik dan keadaan psikis pribadi. Keadaan fisik
yang dimaksud adalah individu yang sehat secara fisik atau biologis yang dapat
melaksanakan tugas dengan baik. Keadaan psikis pribadi yang dimaksud adalah
keadaan individu yang normal atau sehat secara psikis atau mental yang dapat
menghayati normanorma yang ada di masyarakat dan keluarga.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini memiliki
tiga unsur. Pertama, keadaan keluarga. Keluarga merupakan faktor yang sangat
penting karena keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam pembinaan
kedisiplinan. Kedua, keadaan sekolah. Keadaan sekolah yang dimaksud adalah ada
tidaknya sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kelancaran proses belajar
mengajar. Ketiga, keadaan masyarakat. Masyarakat sebagai lingkungan yang lebih
luas ikut serta dalam menetukan berhasil tidaknya dalam membina kedisiplinan
karena situasi masyarakat tidak selamanya stabil.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar menurut Sukaji (1998)


dalam Suwigyono dan Nusantoro (2015:40) adalah:
1. Kecakapan cara belajar yang baik
2. Keteraturan
3. Sadar dan tanggung jawab.
Unsur-Unsur Kedisiplinan
Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Disiplin mempunyai empat unsur pokok yaitu:
1. Peraturan
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungk
ditetapkan orang lain, guru atau teman bermain. Tujuannya membekali anak dengan
perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu misalnya peraturan sekolah dan
peraturan di rumah. Fungsi peraturan adalah mempunyai nilai pendidikan sebab
peraturan memperkenalkan kepada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok.
2. Hukuman
Fungsi hukuman ada tiga macam, yaitu pertama menghalangi, maksudnya hukuman
menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Kedua
mendidik, sebelum anak mengerti peraturan mereka akan dapat belajar bahwa
tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena
melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan
tindakan yang diperbolehkan. Sedangkan fungsi ketiga memberi motivasi untuk
menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat.
3. Penghargaan
Istilah penghargaan berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang
baik.Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata- kata pujian,
senyuman atau tepukan di punggung.Fungsi penghargaan ada tiga macam yaitu
pertama mempunyai nilai mendidik.Bila suatu tindakandisetujui, anak merasa hal itu
baik.Kedua penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang
disetujui secara sosial.Dan ketiga penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku
yang disetujui secara sosial, tiada penghargaan melemahkan keinginan untuk
mengulangi perilaku ini. Berdasarkan uraian di atas betapa pentingnya penghargaan
yaitu motivasi anak untuk lebih giat belajar.
4. Konsistensi
Konsistensi adalah tingkat keseragaman atau stabilitas. Bila disiplin itu konstan akan
ada kebutuhan perkembangan yang berubah. Konsistensi ini harus menjadi ciri semua
aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai
pedoman perilaku, konsistensi dalam cara peraturan yang diajarkan dan dipaksakan,
dalam hukuman yang diberikan pada mereka yang tidak menyesuaikan pada standar,
dan dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan.
Berdasarkan pendapat Hurlock mengenai unsur-unsur dalam disiplin dapat disimpulkan
sebagai berikut: peraturan sebagai pedoman berperilaku, konsistensi dalam peraturan yang
digunakan sebagai pedoman untuk melaksanakan peraturan, hukuman untuk pelanggaran
peraturan yang dilakukan secara sengaja, dan penghargaan diberikan kepada seseorang yang
memiliki sikap disiplin yang baik.

Menciptakan Disiplin untuk Siswa


Menambah disiplin untuk siswa memang berguna untuk dilakukan. Karena sekolah
merupakan tempat bagi generasi calon pemimpin bangsa menimba ilmu pengetahuan dan
berinteraksi dalam dunia keilmuan. Disadari atau tidak oleh siswa, sekolah menjadi salah satu
tempat pendidikan bagi mereka untuk belajar tentang banyak hal agar nanti selaku orang
yang eksis dan sukses. Disiplin menjadi salah satu faktor yang dapat menunjang seseorang
menggapai kesuksesan, tidak terkecuali disiplin pada siswa.

Menurut Permana (dalam Majid, 2014:14), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Trianto (2012:83) mengemukakan
bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1. memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang,
2. mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,
3. membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya
dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan
4. siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya
serta lingkungannya.

Indikator Kedisiplinan Belajar


Menurut Moenir (2012) dalam Pasaribu (2018:180) indikator-indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kedisiplinan belajar siswa adalah sebagai berikut:
1. Disiplin waktu, yang meliputi:
o Tepat waktu didalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tepat
waktu, mulai dan selesai belajar disekolah tepat waktu hingga selesai
o Tidak keluar dan membolos saat sekolah
o Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan
2. Disiplin perbuatan
o Patuh dan tidak menentang aturan
o Tidak malas belajar
ETIKA BERGAUL

Etika adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan
antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. Manusia disebut sebagai makhluk
individu sekaligus makhluk sosial. Artinya, manusia tidak hanya bisa mementingkan
kebutuhan secara pribadi, tetapi juga membutuhkan orang lain untuk mengantarkan manusia
kepada tujuan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, seseorang juga harus bergaul dengan orang
lain untuk mencapai tujuannya. Agar terjadi hubungan yang harmonis, diperlukan
pembinaan, sehingga akan tercipta hubungan yang selaras, serasi dan seimbang jauh dari
pertentangan dan permusuhan yang dinilai dari masyarakat.

Etika pergaulan yaitu sopan santun / tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan situasi
dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan,
adat, hukum dan lain-lain.

Pergaulan remaja adalah kontak sosial di antara remaja, atau dalam kelompok sebaya (peer
group). Kelompok sebaya ini, di samping dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
perkembangan remaja sebagai anggota kelompok tersebut, juga menimbulkan pengaruh yang
negatif yang tidak dilandasi moral dan norma. Contoh kegiatan negatif pengaruh pergaulan
bebas remaja adalah meminum minuman keras, kecanduan obat-obat terlarang (drug
addiction), kriminalitas, sadisme, pacaran bebas (free love), dan bahkan free sex (samen leven
atau kumpul kebo).

Dilihat dari kajian psikologis, pergaulan itu dipandang sebagai wahana untuk mewujudkan
atau memenuhi kebutuhan insani (manusia), yaitu kebutuhan sosial, seperti :
1. Kebutuhan akan pengakuan sosial (need for affiliation)
2. Kebutuhan akan keterikatan (persaudaraan) dan cinta kasih (belongingness and love
needs)
3. Kebutuhan akan rasa aman, perlindungan (safety needs)
4. Kebutuhan akan kebebasan (independence)
5. Kebutuhan akan harga diri, hasrat untuk dihargai orang lain (self-esteem needs)

Beberapa bentuk pergaulan remaja antara lain:


1. Pergaulan Persahabatan
Pergaulan ini sifat hubungannya hanya sebatas berteman yang didasari adanya kesamaan di
antara mereka, seperti : kesamaan sekolah, agama, hobi, tempat tinggal, pekerjaan, dan latar
belakang status sosial ekonomi.

2. Pergaulan Percintaan
Masa remaja ditandai dengan mulai matangnya (terjadi perubahan fungsional) organ-organ
reproduksi dan postur tubuh. Perubahan-perubahan itu dapat menimbulkan hasrat libido pada
lawan jenisnya. Pada masa ini, remaja hidupnya makin romantis, senang berhias diri,
menyusun atau mengarang puisi-puisi cinta, dan senang membaca novel-novel percintaan.
Remaja mulai berminat, atau menaruh perhatian yang lebih dalam untuk bergaul lebih akrab
dengan lawan jenisnya.

Keinginan remaja untuk menjalin cinta kasih dengan lawan jenisnya, merupakan fitrah
manusiawi yang tidak mungkin dihilangkan atau dihalang-halangi. Persoalannya adalah
bagaimana agar dalam menyalurkan fitrah cinta kasihnya itu tidak melanggar norma agama
atau adat istiadat.

Beberapa cara untuk membina hubungan yang baik dengan sesama teman adalah:
1. Belajar menghargai
2. Belajar menghormati
3. Mempunyai sikap mau mengerti
4. Mau memberikan pujian
5. Mau memberikan motivasi
6. Tidak bercanda keterlaluan
7. Menjadi pendengar baik dan saling menghormati satu sama lain
8. jangan pernah mengkhianati kepercayaan sahabat kita

Diantara beberapa unsur etika yang perlu diperhatikan dalam pergaulan dengan teman sebaya
itu, adalah:
1. Pilihan teman yang berakhlak baik
2. Bertemanlah dengan yang memiliki semangat belajar yang tinggi.
3. Kembangkanlah sikap saling membantu, dan memberi saran
4. Kembangkanlah sikap saling menghormati dan menghargai
5. Jadikanlah sikap solidaritas semua (buta)di antara teman, seperti solidaritas terhadap
teman yang melakukan tawuran.
6. Hindarkan pola perilaku yang melanggar norma agama (tidak normal).

You might also like