You are on page 1of 11

BUDAYA SEBAGAI EKSPRESI PENGAMA-LAN AJARAN

HINDU

Disusun oleh :
1. Ni Ketut Ayu Diah Sapitri (2214101119)
2. Luh Putu Andini (2215051013)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaannya, penyusunan makalah ini
yang berudul “Budaya sebagai Ekspresi Pengamalan Ajaran Hindu” dapat diselesaikan dengan
baik. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi sertag lobalisasi yang sangat pesat, menurut
kami senantiasa dinamis dan mampu mengimbangi perkembangan tersebut. Yang kita harapkan
kita mampu menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan, juga memiliki sikap serta
kepribadian yang berkarakter, berlandaskan pada ketekunan dan moral.Semoga bermanfaat
untuk memperluas ilmu pengetahuan.

Singaraja, 12 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama merupakan kepercayaan kepada Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut-paut
dengan itu. Dengan demikian sembahyang, beryadnya, melakukan kewajiban kepada sesama
manusia adalah merupakan hal yang termasuk ke dalam agama.
Walaupun kita tidak cepat percaya kepada sesuatu, tetapi percaya itu merupakan hal yang
juga diperlukan di dalam hidup. Orang yang tidak memiliki kepercayaan pada sesuatu, akan
selalu dalam keadaan, ragu, tidak aman, curiga dan tidak mempunyai pegangan yang pasti.
Percaya merupakan suatu sikap yang perlu ditumbuhkan di dalam diri dan kita berharap
bahwa apa yang kita percayai itu memang benar seperti apa yang kita duga. Karena agama
itu adalah kepercayaan, maka dengan agama kita akan merasa aman dalam hidup ini dan
karena memiliki rasa aman, kita akan merasakan ketetapan hati dalam menghadapi sesuatu.
Dengan memiliki suatu agama, orang merasa memiliki suatu pegangan iman tertentu yang
menambatkan ia pada suatu tempat berpegang yang kokoh. Tempat itu tiada lain dari pada
Tuhan itu sendiri. Yang menjadi sumber semua ketenteraman dan semangat hidup ini
mengalir. KepadaNya lah kita memasrahkan diri, karena tiada tempat lain dari padanya
tempat kita kembali.

Selanjutnya, manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari budayanya sendiri, dalam
arti manusia itu harus berperan dalam suatu proses kebudayaan. Kebudayaan tidak lain
daripada hasil proses tindakan atau perlakuan akibat hubungan manusia dengan manusia dan
alam lingkungannya sehingga dapat beradaptasi secara seimbang dan serasi. Pada suatu sisi,
kebudayaan itu tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan dan kemampuan berpikir untuk
terciptanya kreasi termasuk kemampuan kerja dan mengolah kemampuan untuk
mengembangkan dan beradaptasi dengan budaya lain.
Menurut para ahli Antropologi, suatu kebudayaan sedikit-dikitnya mempunyai tiga wujud,
yaitu: pertama adalah dalam wujud gagasan, pikiran, konsep dan sebagainya yang berbentuk
abstrak; kedua dalam bentuk aktifitas yaitu berupa tingkah laku berpola, perilaku, upacara-
upacara serta ritus-ritus yang wujudnya lebih konkrit. Dan yang ketiga, yakni dalam bentuk
benda yang bisa merupakan hasil tingkah laku dan karya para pemangku kebudayaan tyang
bersangkutan dan oleh para ahli disebut dengan kebudayaan fisik. Lebih jauh dilihat maka
kebudayaan itu setidak-tidaknya mempunyai tujuh unsur yang universal, ketujuh unsur yang
universal tersebut terdapat pada semua kebudayaan yang ada di sentra dunia ini, baik yang
kecil, terisolasi dan sederhana, maupun yang besar, komplek dan maju. Ketujuh unsur yang
dimaksud adalah; bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem
pengetahuan, religi dan kesenian. Ketujuh unsur tersebut juga terdapat pada kebudayaan
Indonesia dan kebudayaan daerah yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ekspresi budaya sebagai pengamalan ajaran Hindu?
2. Apakah agama dan budaya saling keterkaitan?
3. Apa saja tanggung jawab agama hindu untuk kebudayaan ini?

1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui apa pengertian budaya dan agama itu sendiri.
2. Agar mengetahui apa saja aspek yang berkaitan agama sebagai inti budaya itu.
3. Supaya mengetahui tanggung jawab apa saja yang dapat diperbuat untuk mewujudkan
cara berfikir akademik umat hindu.
4. Sebagai generasi bangsa perlu melestarikan dan mewujudkannya sikap bekerja keras, dan
bersikap fair.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan agama sebagai inti budaya dan berbagai aspeknya


Agama Hindu merupakan agama yang diyakini oleh masyarakat Hindu, yang bersumber dari Ida
Sang Hyang Widi Wasa. Weda merupakan kitab suci agama Hindu yang diwahyukan melalui
pendengaran rohani para Maha Rsi. Oleh karena itu Weda juga disebut dengan kitab suci SRUTI.
Umat Hindu yakin dan percaya bahwa dunia dan segala isinya diciptakan oleh Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, karena Cinta Kasih Beliau. Cinta Kasih Tuhan untuk menciptakan sekalian
makhluk sering juga disebut dengan YADNYA.
Dalam kitab Yajur Weda XXIII,62 disebutkan: “Ayam yajno Bhuvanasya” yang artinya Yadnya
adalah pusat terciptanya alam semesta. Penciptaan adalah karya spiritual dari Yang Maha Esa
dan sebagai kridanya memperlihatkan kemulianNya.
Weda sebagai kitab suci agama Hindu diyakini kebenarannya dan menjadi pedoman hidup Umat
Hindu, sebagai sumber bimbingan dan informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
ataupun untuk waktu-waktui tertentu.
Diyakini sebagai kitab suci karena sifat isinya dan yang menurunkannya adalah Ida Sang Hyang
Widhi Wasa itu sendiri. Weda mengalir dan memberikan vitalitas terhadap kitab-kitab Hindu
pada masa berikutnya. Dari kitab suci Weda lah mengalir nilai-nilai keyakinan itu pada kitab-
kitab seperti; Smerti, Itihasa, Puruna, kitab Agama, Tantra, Darsana, dan Tattwa-tattwa yang
diwarisi oleh umat Hindu sampai saat ini.
Weda mengandung ajaran yang memberikan keselamatan di dunia dan setelah itu. Weda
menuntun tindakan umat manusia sejak ada dalam kandungan sampai selanjutnya. Weda tidak
terbatas pada tuntunan hidup individu, masyarakat, kelompok manusia, tetapi ia menuntun
seluruh hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup.
Dalam kenyataan hidup bermasyarakat maka antara adat/budaya dan agama sering kelihatan
kabur dan bahkan sering tidak dimengerti dengan baik. Tidak jarang suatu adat-budaya yang
dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat dianggap merupakan suatu kegiatan keagamaan,
ataupun sebaliknya, suatu kegiatan keagamaan dianggap adalah kigiatan budaya.
Sesungguhnya antara budaya dan agama terdapat segi-segi persamaannya tetapi lebih banyak
segi-segi perbedaannya. Segi persamaannya dapat dilihat dalam hal bahwa kedua norma tersebut
sama-sama mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat agar tercipta suasana ketentraman
dan kedamaian. Tetapi disamping adanya segi persamaan, terdapat juga segi-segi perbedaan.
Segi perbedaan itu akan tampak jika dilihat dari segi berlakunya, dimana perwujudan adat-
budaya tergantung pada tempat, waktu, serta keadaan (desa, kala, dan patra), sedangkan agama
bersifat universal.

Kalau diperhatikan, maka agama dengan ajarannya itu mengatur rohani manusia agar tercapai
kesempurnaan hidup. Sedangkan adat budaya lebih tampak pengaturannya dalam bentuk
perbuatan lahiriah yaitu mengatur bagaiman sebaiknya manusia itu bersikap, bertindak atau
bertingkah laku dalam hubungannya dengan manusia lainnya serta lingkungannya, agar tercipta
suatu suasana yang rukun damai dan sejahtera.
Dalam agama Hindu, antara agama dan adat-budaya terjalin hubungan yang selaras/erat antara
satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Karenanya tidak jarang dalam pelaksanaan
agama disesuaikan dengan keadaan setempat. Penyesuaian ini dapat dibenarkan dan dapat
memperkuat budaya setempat, sehingga menjadikan kesesuaian “adat-agama” ataupun’budaya-
agama’, artinya penyelenggaraan agama yang disesuaikan dengan budaya setempat.
Demikianlah terdapat didalam agama Hindu, perbedaan pelaksanaan agama Hindu pada suatu
daerah tertentu terlihat berbeda dengan daerah yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah berarti
agamanya yang berbeda. Agama Hindu di India adalah sama dengan agama Hindu yang ada di
Indonesia, namun kuliynya yang akan tampak berbeda.
Sedangkan budaya agama adalah suatu penghayatan terhadap keberadaan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa dalam bentuk kegiatan budaya. Sejak munculnya agama Hindu, usaha memvisualisasikan
ajaran agama Hindu kepada umat manusia telah berlangsung dengan baik. Para rohaniawan
Hindu, para pandita, orang-orang suci mengapresiasikan ajaran yang terdapat dalam kitab suci
Weda kedalam berbagai bentuk simbol budaya. Usaha ini telah terlaksana dari zaman ke zaman.
Ajaran yang sangat luhur ini diwujudkan dan disesuaikan dengan desa, kala, dan patra pada
waktu itu.
Kalau dilihat dari fakta sejarah, wujud budaya agama itu dari zaman ke zaman mengalami
perubahan bentuk, namun tetap memiliki konsep yang konsisten. Artinya, prinsip-prinsip ajaran
agama itu tidak pernah berubah yakni bertujuan menghayati Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Kepercayaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa, menjadi sumber utama untuk tumbuh dan
berkembangnya budaya agama dan ini pula yang melahirkan variasi bentuk budaya agama.
Variasi bentuk itu disesuaikan dengan kemampuan daya nalar dan daya penghayatan umat pada
waktu itu. Budaya agama yang dilahirkan dapat muncul seperti “upacara agama”.
Upacara agama pada hakikatnya tidak semata-mata berdimensi agama saja, tetapi juga
berdimensi sosial, seni budaya, ekonomi, manajemen dan yang lainnya. Melalui upacara agama,
dapat dibina kerukunan antar sesama manusia, keluarga, banjar yang satu dengan banjar yang
lain. Upacara agama juga melatih umat untuk bisa berorganisasi dan merupakan latihan-latihan
manajemen dalam mengatur jalannya upacara.
Lewat upacara agama ditumbuhkan juga pembinaan etika dan astetika. Upacara agama
merupakan motivator yang sangat potensial untuk melestarikan atau menumbuhkembangkan seni
budaya, baik yang sakral maupun yang profan. Bahkan upacara agama merupakan salah satu
daya tarik pariwisata dan dapat menunjang kehidupan manusia. Keseluruhan budaya agama
dalam bentuk upacara agama tersebut merupakan usaha manusia mendekatkan diri kepada Ida
Sang Hyang Widi wasa untuk mewujudkan kedamaian dan kebahagiaan yang abadi.

2.2 Tanggung jawab umat Hindu dalam mewuudkan cara berpikir kritis
(akademik), bekerja keras, dan bersikap fair.

Setiap Agama mengandung ajaran dan mutlak benar yang membuat para penganut
ajaran agama mudah bersikap fanatik, sempit pikiran dan pandangan. Dimana masyrakat
banyak yang menentang perubahandan pembaharuan yang lahirnya bertentangan dengan
sejarah yang mereka anut.
Sebagai agma yang memiliki ajaran filosofis yang kompleks dan beragam, umat Hindu
memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan cara berpikir kritis ( akademik ), bekerja
keras dan bersikap fair dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena ajaran-
ajaran dalam Agama Hindu memiliki prinsip-prinsip yang dapat membantu membangun
karakter dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam
kehidupan.
Dalam ajaran hindu terdapat konsep tentang kebenaran absolut yang disebut dengan
Satya. Konsep ini menekankan pentingnya kebenaran dalam segala hal dan mengajarkan
umat Hindu untuk selalu berpikir kritis dalam mengevaluasi informasi yang diterima.
Dengan mempraktikkan konsep dari satya ,dimana umat hi du dapat melatih diri untuk
berpikir secara kritis dan mengambil keputusan yang berdasarkan fakta dan bukti yang
benar.
Umat Hindu juga memiliki tanggung jawab untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan
hidupnya. Ajaran Hindu mengajarkan bahwa setiap individu bertanggung jawab untuk
melakukan tindakan yang dapat membawa kebaikan bagi dirinya dan lingkungannya.
Konsep karma dalam ajaran Hindu juga menekankan pentingnya kerja keras dan dedikasi
dalam mencapai tujuan hidup. Dengan adanya konsep karma , dimana umat Hindu dapat
melatih diri untuk memiliki motivasi kerja yang kuat dan bertanggung jawab dalam
mengejar cita-cita.
Umat Hindu juga memiliki tanggung jawab untuk brsikap fair dalam berinteraksi dengan
orang lain. Ajaran Hindu menekankan bahwa pentingnya menghargai keberagaman dan
memperlakukan orang lain dengan adil. Konsep Ahimsa atau non-kekerasan juga
mengajarkan umat Hindu untuk tidak melukai atau merugikan orang lain dalam setiap
tindakan yang dilakukan. Dengan konsep ini umat Hindu dapat melatih diri untuk
bersikap fair dan menghargai orang lain dalam setiap interaksi yang dilakukan.
Dimana secara keseluruhan, umat Hindu memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan
cara berpikir kritis (akademik), bekerja keras, dan bersikap fair dalam kehidupan. Dengan
mempraktikkan konsep-konsep dalam ajaran Hindu, umat Hindu dapat melatih diri untuk
memiliki karakter dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dalam
kehidupan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

You might also like