You are on page 1of 12

pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

PENATALAKSANAAN HERPES SIMPLEKS DAN HEMOROID PADA PASIEN


LAKI-LAKI USIA 52 TAHUN MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA: LAPORAN KASUS

Nur Indah Fitriani1*, Sahab H. Sibuea2

Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


1

Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


2

Email Korepondensi: nurindahfitriani01@gmail.com


*)

__________________________________________________________________

Abstract: The Management of Herpes Simplex and Hemorrhoid in 52 Years


Old Male Patient Through A Family Medicine Approach: A Case Report.
Herpes simplex virus infection is common to happen in the whole world and it is
caused by HSV-1 and HSV-2 infection. Hemorrhoid is submucosal tissue cushion
located in anal canal. Herpes simplex and hemorrhoid are diseases that can recur at
any time, so patients need to be treated holistically. Application of evidence-based
family medicine services to patients by identifying risk factors, clinical problems,
and based on patient problem solving with a patient-centred and family-centered
approach. This study is a case report. Primary data were obtained through history
taking, physical examination, home visits to complete family and psychosocial data,
as well as the environment. The patient was a 52-year-old man, came with itchy
and burning lesion below the lip and complained blood from anus after defecation.
Patient didn’t know about the cause of his disease. Medical interventions are carried
out in patients with the aim of reducing complaints and non-medical interventions
in the form of educating patient and families about disease risk factors,
preventions, and patient’s eating habit. Diagnosis and management of these
patients is carried out holistically, patient-centered, family approach and based on
several theories and recent research.
Keywords : Family Medicine Service, Hemorrhoid, Herpes Simplex, Holistic
Management

Abstrak: Penatalaksanaan Herpes Simpleks dan Hemoroid Pada Pasien


Laki-Laki Usia 52 Tahun Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga: Laporan
Kasus. Infeksi virus Herpes Simpleks umum terjadi di seluruh dunia dan
disebabkan oleh infeksi HSV-1 dan HSV-2. Hemoroid merupakan bantalan jaringan
submukosa yang berlokasi di kanal anus. Herpes Simpleks dan Hemoroid
merupakan penyakit yang dapat rekuren sewaktu-waktu, sehingga pasien perlu
diberikan tatalaksana secara holistik. Penerapan pelayanan dokter keluarga
berbasis evidence-based medicine pada pasien dengan mengidentifikasi faktor
risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka
penyelesaian masalah pasien dengan pendekatan patient centred dan family
approach. Studi ini adalah laporan kasus. Data primer diperoleh melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, kunjungan rumah untuk melengkapi data keluarga dan
psikososial, serta lingkungan. Pasien laki-laki usia 52 tahun datang dengan luka
gatal dan panas pada bawah bibir dan keluhan darah keluar dari anus setelah BAB.
Pasien belum mengetahui penyebab penyakitnya. Pada pasien dilakukan intervensi
medikamentosa bertujuan untuk mengurangi keluhan dan intervensi non
medikamentosa berupa edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai faktor risiko
penyakit, pencegahan, pola makan pasien. Penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan pada pasien ini telah dilakukan secara holistik, patient centered,
family approach dan berdasarkan beberapa teori maupun penelitian terkini.
Kata Kunci : Hemoroid, Herpes Simpleks, Pelayanan Dokter Keluarga, Tatalaksana
Holistik

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3261
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

PENDAHULUAN
Infeksi virus herpes simpleks tersebut yang memerlukan penanganan
umum terjadi di seluruh dunia dan lebih lanjut (Lalisang, 2016). Menurut
disebabkan oleh dua tipe virus, yaitu WHO, perkiraan prevalensi Hemoroid di
herpes simplex virus-1 (HSV-1) yang seluruh dunia pada populasi umum
sebagian besar berhubungan dengan adalah 4,4%. Prevalensi Hemoroid lebih
penyakit orofasial dan herpes simplex tinggi di Australia (38,93%), Israel
virus-2 (HSV-2) yang berkaitan dengan (16%), dan Korea (14,4%) (Kibret,
infeksi genital dan perigenital. Ulser Oumer dan Moges, 2021). Berdasarkan
orolabial juga dapat disebabkan oleh data riskesdas tahun 2015, terdapat
reaktivasi HSV-2, akan tetapi 12,5 juta penduduk Indonesia yang
kejadiannya sangat jarang (Goldsmith mengalami Hemoroid(Kementerian
et al., 2012). Pada tahun 2016, Kesehatan RI, 2015).
sebanyak 3,5 milyar orang usia 0-49 Laporan kasus ini membahas
tahun terinfeksi HSV-1 oral atau tentang pasien laki-laki usia 52 tahun
sebanyak 67% dari populasi dunia. Asia yang didiagnosis herpes simpleks dan
tenggara menjadi regio dengan jumlah hemoroid. Penyakit Herpes Simpleks
orang dengan infeksi HSV-1 oral paling dan Hemoroid merupakan penyakit yang
banyak di seluruh dunia. Infeksi HSV-1 dapat timbul kembali sewaktu-waktu,
genital terjadi pada sekitar 192 juta pasien perlu ditangani secara lebih
orang dari usia 15-49 tahun di seluruh menyeluruh, baik dari segi promotif,
dunia. Jumlah tertinggi dari infeksi HSV- preventif, dan kuratif. Dalam
1 genital yaitu Amerika, diikuti dengan penatalaksanaan juga tidak hanya
regio Eropa. HSV-2 menginfeksi melibatkan pasien, tetapi juga
sebanyak 491 juta atau 13% orang memerlukan peran serta keluarga untuk
berusia 15-49 tahun di seluruh dunia. mencapai tujuan terapi yang holistik
Wanita terinfeksi HSV-2 lebih banyak dan komprehensif. Penatalaksanaan
dibanding pria (313,5 juta dan 178 holistik memiliki tujuan pada pasien
juta). Jumlah orang yang terinfeksi untuk mengidentifikasi masalah klinis,
paling tinggi di regio Afrika, diikuti oleh pada keluarga untuk menilai fungsi
Pasifik Barat, Asia Tenggara, dan keluarga, untuk selanjutnya melakukan
Amerika. Infeksi HSV-2 lebih banyak intervensi, dan mengevaluasi hasil
terjadi pada wanita, hal ini karena intervensi.
transmisi seksual lebih mudah terjadi
dari pria ke wanita. Prevalensi LAPORAN KASUS
meningkat seiring dengan usia, Pasien Tn. H, usia 52 tahun,
meskipun angka terbesar dari infeksi datang ke Poli Puskesmas Natar pada
baru terdapat pada remaja (James et tanggal 13 Maret 2023 dengan keluhan
al., 2020). luka yang gatal pada pada bawah bibir
Hemoroid merupakan bantalan sebelah kiri. Luka tersebut dirasakan
jaringan submukosa yang terdiri atas sejak 2 hari yang lalu dan muncul tiba-
venula, arteriola, dan serat otot halus tiba. Luka berwarna kemerahan dengan
yang berlokasi di kanal anus. Bantalan bintil-bintil kecil yang beberapa sudah
ini dapat ditemukan pada posisi lateral pecah. Pasien merasakan gatal dan
kiri, anterior kanan, dan posterior panas pada luka tersebut. Gatal dan
kanan. Hemoroid berfungsi sebagai panas dirasakan terus menerus, tidak
bagian dari mekanisme kontinensi dan berkaitan dengan waktu. Pasien juga
membantu penutupan lengkap dari mengatakan menjadi sulit tidur karena
kanal anus saat istirahat (Brunicardi, gatal yang dirasakan. Sebelumnya
2019). Apabila Hemoroid mengalami pasien sering mengeluhkan luka yang
pelebaran dan inflamasi, maka akan terasa gatal dan panas seperti ini sejak
ditandai dengan perdarahan dan prolaps lima tahun yang lalu. Lokasi luka
pada bantalan kanalis anus yang berpindah-pindah posisi di sekitar bibir,
mengakibatkan perubahan struktur terkadang lokasi luka berpindah di sudut
anatomi, perubahan fisiologis dan bibir yang lain. Ukuran luka dirasakan
manifestasi klinis dari perubahan semakin membesar dibandingkan

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3262
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

sebelumnya. Dalam setahun, pasien Pasien memiliki keinginan untuk


mengalami kekambuhan kurang lebih sembuh. Pasien juga memiliki
sebanyak 1-2 kali. Istri dan anak-anak kekhawatiran bahwa luka akan semakin
pasien tidak ada yang mengalami membesar dan akan menyebar ke
keluhan serupa maupun gatal pada tempat lain. Terkait keluhan wasirnya,
tempat lain. Akan tetapi, pasien pernah pasien khawatir darah tidak akan
memiliki rekan kerja dengan luka di berhenti setiap pasien BAB. Pasien dan
sekitar bibir juga sekitar 6 tahun yang keluarga belum mengetahui definisi
lalu. Pasien sering bertukar-tukar gelas herpes simpleks dan Hemoroid,
di tempat kerja. Tidak ada riwayat penyebab penyakit Herpes Simpleks
penggunaan handuk atau lap untuk dan Hemoroid, faktor apa saja yang bisa
wajah bersama. Pasien tidak memiliki menyebabkan penularan Herpes
riwayat aktivitas seks bebas dan hanya Simpleks, faktor yang memengaruhi
melakukan hubungan seksual dengan rekurensi Herpes Simpleks dan
istrinya. pencegahan kekambuhan.
Pasien juga mengeluhkan Pada pemeriksaan Fisik, keadaan
keluarnya darah dari dubur setelah umum pasien tampak sakit ringan,
buang air besar, berupa darah segar tingkat kesadaran compos mentis,
yang menetes setelah BAB sejak dua tekanan darah 130/80 mmHg, suhu
hari terakhir. Darah sering keluar pada 36,8oC, frekuensi nadi 88x/menit,
saat pasien mengejan dan darah tidak frekuensi napas 16x/menit, berat badan
bercampur dengan feses. Keluhan 50 kg, tinggi badan 160 cm, indeks
tersebut hilang timbul. Keluhan massa tubuh 19,5 kg/m2. Status
biasanya muncul jika pasien merasa Generalis pemeriksaan kepala, mata,
kesulitan BAB dan harus mengejan saat telinga, hidung, didapatkan kesan dalam
BAB. Pasien juga merasakan nyeri dan batas normal. Pada pemeriksaan leher,
gatal pada lubang anus. Pasien tidak didapatkan JVP tidak meningkat, tidak
merasa ada tonjolan keluar dari anus ada pembesaran KGB. Pada
saat BAB. Keluhan ini pertama kali pemeriksaan paru, didapatkan dada
muncul sejak dua tahun yang lalu. simetris, gerak dada dan fremitus taktil
Pasien memiliki kebiasaan jongkok lama simetris, tidak didapatkan rhonki dan
di toilet dan mengejan kuat saat BAB. wheezing, kesan dalam batas normal.
Pasien tidak memiliki jadwal olahraga Pada pemeriksaan jantung, didapatkan
rutin. Pasien tidak memiliki kebiasaan bunyi jantung I dan bunyi jantung II
merokok, minum alkohol, maupun regular, tidak ada bunyi jantung
menggunakan obat-obatan terlarang. tambahan, murmur (-). Pada
Pasien memiliki kebiasaan makan 3 kali pemeriksaan abdomen, tidak
sehari dengan menu bervariasi, namun didapatkan organomegali ataupun
pasien jarang makan sayur. Saat asites, abdomen, cembung, supel,
dilakukan food recall pada kunjungan bising usus + (8x/menit), nyeri tekan
pertama, jumlah serat yang pasien epigastrium (-), kesan dalam batas
konsumsi dalam 24 jam terakhir yaitu normal. Ekstremitas superior maupun
11,1 gram. Pasien lebih menyukai inferior tidak didapatkan adanya edema,
gorengan dan masakan bersantan. CRT kurang dari dua detik, kesan
Pasien tidak memiliki riwayat normal. Status Lokalis pada regio oralis,
alergi obat dan alergi makanan. Tidak terdapat lesi kulit vesikel dengan dasar
ada keluarga pasien yang mengalami eritema, multiple, milier, berbentuk
keluhan luka gatal berulang, akan tetapi bulat dan ireguler, batas tegas, tepi
kakak pasien memiliki keluhan tidak rata, unilateral, tampak krusta
Hemoroid. Pasien bekerja sebagai pada bagian perifer lesi. Kesan
tukang las pada bengkel di dekat gambaran herpetiformis dengan batas
rumah. Saat bekerja, pasien jarang tegas. Pada regio anal hasil inspeksi
menggunakan alat pelindung diri, tidak terdapat eritema, edema (-),
sehingga pasien sering terkena percikan benjolan (-). Dilakukan colok dubur
dari las. pada pasien dengan hasil tonus otot

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3263
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

sphincter ani mencengkram kuat, masih bersekolah di pondok pesantren.


mukosa rektum teraba licin dan tidak Kelima anak pasien tinggal di pondok
berbenjol-benjol, tidak teraba adanya pesantren. Bentuk keluarga pasien
benjolan, tidak terdapat darah maupun adalah extended family. Menurut tahap
lendir pada sarung tangan. keluarga, pasien berada pada tahap VI
Saat ini, pasien tinggal bersama yaitu keluarga dengan anak dewasa.
istri dan keponakannya. Istri pasien, Ny. Komunikasi dalam keluarga terjalin
S, saat ini berusia 56 tahun dan kurang baik. Pasien sering
keponakan pasien, An. Z, berusia 13 berkomunikasi dengan istrinya, akan
tahun. Ini merupakan pernikahan tetapi komunikasi dengan anak-anaknya
pertama pasien dan masih hidup hanya dilakukan seminggu sekali
bersama. Dari pernikahan tersebut, dengan sambungan telepon. Anak-anak
pasien memiliki lima orang anak. Tn. L pasien pulang ke rumah dan berkumpul
berusia 21 tahun, Nn. A berusia 19 satu tahun dua kali. Pemecahan
tahun, An. N berusia 16 tahun, An. I masalah di keluarga dilakukan melalui
berusia 15 tahun, dan An. A berusia 13 musyawarah keluarga dan keputusan
tahun. Anak pertama dan kedua pasien ditentukan oleh suami pasien sebagai
telah bekerja di pondok pesantren, kepala keluarga. Psikologi pasien dalam
sedangkan 3 anak pasien yang lainnya keluarga tampak baik.

Gambar 1. Genogram keluarga Tn. H

Keluarga pasien selalu beribadah bekerja sebagai tukang las di bengkel


di rumah dan di masjid. Keluarga pasien dengan pendapatan ±2.000.000
juga rutin menghadiri kajian perbulan, sementara istri pasien bekerja
keagamaan. Keluarga mendukung untuk sebagai guru SD dengan pendapatan
berobat jika terdapat anggota keluarga ±2.000.000 sehingga jumlah
yang sakit dan salah satu anggota penghasilan perbulan keluarga berkisar
keluarga selalu mendampingi saat pergi ±4.000.000. Seluruh anggota keluarga
berobat. Untuk memenuhi kebutuhan memiliki asuransi kesehatan. Perilaku
materi sehari-hari diperoleh dari berobat mengutamakan kuratif dimana
pendapatan pasien dan pendapatan memeriksakan diri ke layanan
istri. Terkadang, dua anak tertua pasien kesehatan apabila terdapat keluhan
yang sudah bekerja ikut membantu yang mengganggu kegiatan sehari-hari.
perekonomian keluarga. Saat ini, pasien Jarak dari rumah ke puskesmas yaitu

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3264
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

dua kilometer. Family Apgar Score sinar matahari (jendela dengan 4


untuk menilai fungsi keluarga dapat ventilasi) pada siang hari dan lampu
dilakukan dengan menghitung APGAR listrik pada malam hari. Seluruh
Score. Berikut APGAR keluarga Tn. H: ruangan memiliki ventilasi, dengan
Adaptation 2, Partnership 2, Growth 2, ukuran ± 40x150 cm. Bantuan ventilasi
Affection 2, Resolve 1. Total Family lain di dalam rumah berupa kipas angin.
Apgar score 9 (fungsi keluarga baik) Kebersihan ruang kurang, lantai tampak
Pasien tinggal di rumah permanen kotor, dan terdapat kotak berisi anak
milik pribadi. Jarak antara rumah ke ayam di dapur. Pasien memiliki dua
puskesmas sekitar 2 kilometer. kamar mandi dengan jamban jongkok
Lingkungan tempat tinggal pasien berukuran 1,5 m x 1 m dan tidak
dikelilingi oleh kebun jagung dan jarak terdapat sumur timba. Kebutuhan air
antara rumah pasien dengan rumah tercukupi dari sumur sumur dan jarak
lainnya cukup jauh. Luas rumah 49 m2. rumah dengan septic tank sekitar
Luas halaman ± 400 m2. Rumah pasien sepuluh meter. Saluran air dialirkan ke
berdinding batu bata, lantai beralaskan kali yang berdekatan dengan rumah
semen kasar dan dilapisi oleh terpal, yang mengalir. Tempat sampah berada
beratap genteng dengan jumlah tiga di luar rumah. Kesan kebersihan
kamar tidur, satu kamar mandi dalam, lingkungan rumah cukup baik. Jarak
satu kamar mandi luar, satu ruang antara rumah pasien dengan rumah
keluarga, dan satu ruang tamu pada lainnya cukup jauh.
bagian depan rumah. Penerangan oleh

Gambar 2. Denah Rumah Tn. H

Diagnostik Holistik Awal lain. Terkait keluhan wasirnya,


1. Aspek Personal pasien khawatir darah tidak akan
- Alasan kedatangan: Timbul luka berhenti setiap pasien BAB.
yang terasa gatal dan panas di - Persepsi: Menurut pasien
bawah bibir serta BAB berdarah. penyakit luka dan gatal di sekitar
- Kekhawatiran: Pasien khawatir bibirnya tidak menular.
luka akan semakin membesar - Harapan: Penyakitnya bisa
dan akan menyebar ke tempat sembuh.

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3265
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

2. Aspek Klinik • Medikamentosa: Acyclovir tab


- Herpes Simpleks (ICD X: B00.9) 5x200 mg diberikan selama 5 hari,
- Haemorrhoids (ICD X: I84) Paracetamol 3x500 mg, Cetirizine
3. Aspek Risiko Internal 1x10 mg, Antihemoroid
- Pengetahuan definisi Herpes suppositoria 1x2gr diberikan
Simpleks dan Hemoroid, selama 3 hari.
penyebab penyakit Herpes • Non medikamentosa: Edukasi
Simpleks dan Hemoroid, faktor mengenai definisi Herpes Simpleks
apa saja yang bisa menyebabkan dan Hemoroid, penyebab penyakit
penularan Herpes Simpleks, Herpes Simpleks dan Hemoroid,
faktor yang memengaruhi faktor apa saja yang bisa
rekurensi Herpes Simpleks dan menyebabkan penularan Herpes
pencegahan kekambuhan. Simpleks, faktor yang
- Pola diet dan kebiasaan makan memengaruhi rekurensi Herpes
yang rendah serat dan pola Simpleks dan pencegahan
defekasi yang kurang tepat. kekambuhan melalui poster;
- Kebersihan rumah yang masih Edukasi dan motivasi pasien untuk
kurang dijaga. menjaga kebersihan; Menjelaskan
- Kebiasaan bertukar gelas dengan kepada pasien mengenai pola dan
rekan kerja. menu makan tinggi serat yang
- Tidak memakai pelindung wajah seharusnya dikonsumsi pasien dan
saat bekerja. pola defekasi yang tepat; Edukasi
4. Aspek Risiko Eksternal kepada pasien untuk memakai
- Pengetahuan keluarga definisi penutup wajah saat bekerja,
Herpes Simpleks dan Hemoroid, membawa botol minum sendiri
penyebab penyakit Herpes ketika bekerja dan tidak minum
Simpleks dan Hemoroid, faktor dari gelas bekas orang lain di
apa saja yang bisa menyebabkan tempat kerja, serta tidak bertukar
penularan Herpes Simpleks, handuk atau kain untuk mengelap
faktor yang memengaruhi wajah. Selain itu, pasien juga
rekurensi Herpes Simpleks dan diedukasi untuk membawa bekal
pencegahan kekambuhan. saat bekerja dengan kandungan
- Dukungan keluarga dalam serat yang cukup sesuai
mempersiapkan pola diet tinggi kebutuhan.
serat yang sesuai untuk pasien. 2. Family focused
- Keluarga kurang termotivasi  Edukasi kepada keluarga pasien
untuk menjaga kebersihan mengenai definisi Herpes Simpleks
rumah dan Hemoroid, penyebab penyakit
5. Derajat Fungsional: 1 (satu), pasien Herpes Simpleks dan Hemoroid,
dapat melakukan aktivitas sehari– faktor apa saja yang bisa
hari seperti keadaan sebelum sakit. menyebabkan penularan Herpes
Simpleks, faktor yang
Intervensi memengaruhi rekurensi Herpes
Kegiatan intervensi terdiri atas tiga kali Simpleks dan pencegahan
pertemuan. Intervensi yang akan kekambuhan.
diberikan berupa pemaparan dengan  Edukasi dan motivasi dari keluarga
media poster yang berisi tentang agar menyiapkan makanan yang
penyakit Herpes Simpleks dan Hemoroid tinggi serat bagi pasien.
berisi keluhan, perawatan dan  Edukasi dan motivasi keluarga
pencegahan penyakit serta pencegahan untuk menjaga kebersihan rumah.
komplikasi penyakit. Intervensi yang 3. Community oriented
dilakukan terbagi atas patient centered • Memotivasi pasien dan keluarga
dan family focused untuk meningkatkan kebersihan
1. Patient Centered melalui pola hidup bersih dan

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3266
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

sehat di lingkungan terdekat apa saja yang bisa menyebabkan


pasien. penularan Herpes Simpleks,
faktor yang memengaruhi
Diagnostik Holistik Akhir rekurensi Herpes Simpleks dan
a. Aspek Personal pencegahan kekambuhan.
- Alasan kedatangan: luka dan - Keluarga memberi dukungan
rasa gatal di kulit sudah dalam mempersiapkan pola diet
berkurang, rasa nyeri dan tinggi serat yang sesuai untuk
terbakar sudah tidak dirasakan. pasien.
Keluhan BAB berdarah pasien - Keluarga telah bersama-sama
juga sudah tidak dirasakan. menjaga kebersihan rumah.
- Kekhawatiran: Kekhawatiran e. Derajat Fungsional: 1 (Satu), yaitu
pasien mengenai luka yang akan mampu melakukan pekerjaan seperti
semakin membesar dan akan sebelum sakit.
menyebar ke tempat lain, serta
kekhawatiran pasien mengenai PEMBAHASAN
darah tidak akan berhenti setiap Studi kasus dilakukan pada Tn. H
pasien BAB sudah berkurang. berusia 52 tahun dengan Herpes
- Persepsi: Pasien mengetahui Simpleks dan Hemoroid yang dikaji
bahwa Herpes Simpleks menular. dengan memandang pasien secara
- Harapan: Rekurensi penyakit menyeluruh mencakup biologis,
berkurang. psikologis, dan sosial. Pentingnya
b. Aspek Klinik pendekatan kedokteran keluarga pada
- Herpes Simpleks (ICD X: B00.9) pasien ini karena penyakit pada pasien
- Haemorrhoids (ICD X: I84) merupakan penyakit yang sewaktu-
c. Aspek Risiko Internal waktu bisa mengalami rekurensi dan
- Peningkatan pengetahuan definisi dapat mencetuskan penularan ke
Herpes Simpleks dan Hemoroid, anggota keluarga yang lain. Masalah
penyebab penyakit Herpes kesehatan yang dibahas pada kasus ini
Simpleks dan Hemoroid, faktor adalah seorang laki-laki berusia 52
apa saja yang bisa menyebabkan tahun mengalami keluhan luka yang
penularan Herpes Simpleks, gatal dan panas pada pada bawah bibir
faktor yang memengaruhi sebelah kiri, serta keluhan keluarnya
rekurensi Herpes Simpleks dan darah saat BAB. Data didapatkan pada
pencegahan kekambuhan. kunjungan pertama ke rumah pasien.
- Pola makan pasien berubah Penegakan diagnosis Herpes
dengan banyak konsumsi Simpleks umumnya dapat ditegakkan
makanan tinggi serat dan telah secara klinis. Infeksi primer HSV-1
mengubah pola defekasi yang umumnya terjadi pada anak dan
sesuai. subklinis pada 90% kasus, biasanya
- Pasien sudah menjaga ditemukan perioral. Pada 10% kasus
kebersihan rumah, ditandai dapat terjadi gingivostomatitis akut.
dengan lantai yang disapu setiap Infeksi primer HSV-2 terjadi setelah
hari dan mencuci seprai dan kontak seksual pada remaja dan
sarung bantal seminggu dua kali dewasa, menyebabkan vulvovaginitis
- Pasien sudah tidak bertukar akut dan/atau peradangan pada kulit
gelas dengan teman kerjanya. batang penis. Infeksi primer biasanya
- Pasien sudah memakai penutup disertai dengan gejala sistemik seperti
wajah saat sedang mengelas. demam, malaise, mialgia, nyeri kepala,
d. Aspek Risiko Eksternal dan adenopati regional. Infeksi HSV-2
- Peningkatan pengetahuan juga dapat mengenai bibir. Infeksi
keluarga mengenai definisi rekuren biasanya didahului gatal atau
Herpes Simpleks dan Hemoroid, sensasi terbakar setempat pada lokasi
penyebab penyakit Herpes yang sama dengan lokasi sebelumnya.
Simpleks dan Hemoroid, faktor Prodromal ini biasanya terjadi mulai dari

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3267
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

24 jam sebelum timbulnya erupsi. tetap berada pada tahap non-infeksius


Berdasarkan pemeriksaan fisik selama beberapa waktu yang bervariasi
didapatkan papul eritema yang diikuti sebelum nantinya akan mengalami
oleh munculnya vesikel berkelompok reaktivasi. Virus dapat tetap diam dan
dengan dasar eritem. Vesikel ini dapat terhindar dari sistem imun melalui
cepat menjadi keruh, yang kemudian beberapa mekanisme, salah satunya
pecah, membasah, dan berkrusta. yaitu dengan menginduksi akumulasi
Kadang-kadang timbul erosi/ulkus. molekul CD1d interselular pada antigen
Tempat predileksi adalah di daerah presenting cells. Normalnya, molekul
pinggang ke atas terutama daerah CD1d akan bertransportasi ke
mulut dan hidung untuk HSV-1 dan permukaan sel, dimana antigen yang
daerah pinggang ke bawah terutama terpresentasi menyebabkan stimulasi
daerah genital untuk HSV-2. Untuk dari natural killer T-cells, yang
infeksi sekunder, lesi dapat timbul pada kemudian menimbulkan respon imun.
tempat yang sama dengan lokasi Ketika molekul CD1d diasingkan secara
sebelumnya (Kementerian Kesehatan interselular, respon imun akan dihambat
RI, 2022). (Saleh, Yarrarapu dan Sharma, 2022).
Diketahui bahwa pasien pernah Pada pasien belum dilakukan
memiliki rekan kerja dengan keluhan pemeriksaan penunjang terkait dengan
serupa. Penyakit Herpes Simpleks dapat keluhan. Pemeriksaan penunjang dapat
menular melalui kontak langsung pada dilakukan untuk implikasi sosial,
lesi yang sedang aktif, melalui air liur, emosional, dan terapetik. Untuk pasien
melalui permukaan di sekitar mulut, dan dengan lesi, virus dapat diisolasi pada
melalui kontak seksual (WHO, 2023). kultur sel. Pada kultur, HSV
Riwayat pasien yang memiliki rekan menyebabkan efek sitopatik dan
kerja dengan keluhan yang sama dan sebagian besar spesimen akan
sering bertukar-tukar gelas dengan menunjukkan hasil positif dalam waktu
rekan kerja tersebut dapat menjadi 48-96 jam setelah inokulasi. Sensitivitas
sumber penularan, baik secara kontak kultur bergantung pada kuantitas virus
langsung dengan lesi ataupun melalui pada spesimen. Isolasi virus akan
air liur. Pasien juga bekerja sebagai sukses ketika lesi dikultur pada tahap
tukang las di sebuah bengkel dan pasien vesikuler dan ketika spesimen diambil
sering terpapar dengan udara panas dan dari pasien immunocompromised atau
pasien juga sering berada di bawah dari pasien yang menderita infeksi
terik matahari. Hal ini merupakan faktor primer. Pemeriksaan PCR lebih sensitif
yang dapat memicu rekurensi Herpes dari isolasi virus dan lebih dipilih
Simpleks. Hal lain yang dapat memicu sebagai metode diagnosis. PCR telah
rekurensi yaitu stres psikologis, radiasi digunakan secara luas untuk diagnosis
ultraviolet, trauma, kelelahan, bibir dari infeksi herpes pada sistem saraf
kering, musim tahunan, operasi nervus pusat dan neonatus. PCR berguna untuk
trigeminalis, administrasi epidural mendeteksi HSV pada tahap akhir lesi
morfin, prosedur kosmetik wajah yang ulseratif. Tes Tzanck dapat membantu
abrasif, laser, dan bersifat kimiawi untuk diagnosis cepat infeksi herpes,
(Goldsmith et al., 2012). akan tetapi kurang sensitif dibandingkan
Pasien telah mengalami keluhan dengan kultur dan hasil positif kurang
luka dengan vesikel di bawah bibir yang dari 40% pada kasus yang terkonfirmasi
terasa gatal dan panas sejak 5 tahun positif dengan kultur. Tes Tzanck
yang lalu dan terus berulang setiap dilakukan dengan pengerokan dasar
tahunnya. Hal ini dapat terjadi karena vesikel dan dilakukan pewarnaan
HSV-1 mulai mengalami replikasi pada dengan Giemsa atau Wright, diikuti
tempat infeksi dan kemudian mulai dengan terlihatnya multinucleated giant
berjalan secara retrograd melewati cell yang merupakan tanda diagnostik
akson ke dorsal root ganglia. Virus untuk infeksi herpetik (Goldsmith et al.,
mengalami latensi pada dorsal root 2012).
ganglia. Periode latensi membuat virus

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3268
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

Pasien juga mengeluhkan pada Tn. H menunjukkan bahwa tidak


keluarnya darah dari dubur setelah ada benjolan. Hal ini mengindikasikan
buang air besar, berupa darah segar bahwa Tn. H mengalami Hemoroid
yang menetes setelah BAB. Darah derajat 1.
sering keluar pada saat pasien Perdarahan saluran
mengejan dan tidak bercampur dengan gastrointestinal dikategorikan dengan
feses. Diagnosis Hemoroid dapat perdarahan saluran gastrointestinal
ditegakkan melalui anamnesis dan atas, bawah, usus halus, dan
pemeriksaan fisik. Berdasarkan perdarahan yang belum jelas
anamnesis, pasien mengeluhkan sumbernya. Pembeda dari perdarahan
perdarahan pada waktu defekasi, darah saluran gastrointestinal atas dan bawah
berwarna merah segar dan dapat yaitu dari warna feses. Melena, yaitu
menetes keluar dari anus beberapa saat feses berwarna hitam pekat, berasal
setelah defekasi. Dapat juga terjadi dari perdarahan saluran gastrointestinal
prolaps massa pada waktu defekasi, atas, sedangkan hematokezia, yaitu
pengeluaran lendir, iritasi di daerah kulit munculnya darah merah segar dari
perianal, dan gejala anemia seperti rektum, merupakan tanda perdarahan
pusing, lemah, dan pucat. Pasien saluran gastrointestinal bawah
Hemoroid juga biasanya memiliki faktor (Jameson et al., 2018). Pasien
risiko berupa konstipasi, konsumsi mengalami perdarahan saat BAB
makanan rendah serat, peningkatan dengan warna merah segar dan tidak
tekanan intraabdomen, sering bercampur dengan feses. Kemungkinan
mengejan, dan penggunaan toilet yang besar pasien mengalami perdarahan
berlama-lama yang mana semua hal saluran gastrointestinal bawah.
tersebut dialami oleh Tn. H Diagnosis banding dari perdarahan
(Kementerian Kesehatan RI, 2022). saluran cerna bawah yaitu Divertikulitis,
Klasifikasi standar untuk Hemoroid penyakit anorektal (seperti Hemoroid,
interna ditentukan berdasarkan progresi Fisura Ani, Prolaps Rekti, trauma),
penyakit dari lokasi internal normal ke Kolitis (seperti Inflammatory Bowel
posisi prolaps eksternal. Pada Hemoroid Disease, Kolitis Iskemik), Polip, dan
derajat 1, tidak terdapat prolaps akan Kanker Kolorektal (Triantafyllou et al.,
tetapi pasien mengeluhkan keluarnya 2021).
perdarahan dari anus (Jameson et al., Pasien yang berusia kurang dari
2018). Derajat 2 ditunjukkan dengan 40 tahun yang dicurigai mengalami
tidak adanya benjolan mukosa yang perdarahan saluran cerna bawah karena
keluar melalui anus, akan tetapi bagian Hemoroid tidak memerlukan evaluasi
Hemoroid yang tertutup kulit dapat endoskopi jika tidak ditemukan tanda
terlihat sebagai pembengkakan. bahaya (penurunan berat badan, nyeri
Hemoroid derajat 3 dan 4 yang besar abdomen, demam, tanda anemia), tidak
akan segera dapat dikenali dengan memiliki riwayat kanker kolorektal pada
adanya massa yang menonjol dari pribadi dan keluarga atau Inflammatory
lubang anus yang bagian luarnya Bowel Disease, dan respon terhadap
ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh terapi medis. pasien yang berusia di
mukosa yang berwarna keunguan atau atas 40 tahun dengan perdarahan
merah. Pada palpasi, Hemoroid interna rektum dan pasien usia muda yang
pada stadium awal merupakan memiliki faktor risiko seharusnya
pelebaran vena yang lunak dan mudah menjalani evaluasi kolon dengan
kolaps sehingga tidak dapat dideteksi kolonoskopi, kolonografi CT, atau
dengan palpasi. Setelah Hemoroid barium enema, kecuali pasien
berlangsung lama dan telah prolaps, sebelumnya pernah menjalani evaluasi
jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis kolon dalam 10 tahun dengan hasil
sehingga Hemoroid dapat diraba ketika normal (Mott, Latimer dan Chad, 2018).
jari tangan meraba sekitar rektum Setelah didapatkan permasalahan
bagian bawah (Kementerian Kesehatan dan faktor yang memengaruhi masalah
RI, 2022). Pemeriksaan colok dubur pada pasien, kegiatan selanjutnya

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3269
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

kunjungan kedua untuk memberikan durasi nyeri <24 jam) dan kurang
intervensi. Intervensi non farmakologis direkomendasikan untuk penggunaan
dilakukan dengan media berupa poster rutin pada terapi Herpes Simpleks
yang dilengkapi dengan gambar dan labialis (Hammer et al., 2018).
penjelasan sederhana. Intervensi Beberapa penelitian menyatakan bahwa
dilakukan dengan metode family terapi menggunakan acyclovir dan
conference terhadap pasien dan penciclovir topikal dapat mengurangi
keluarga. Diberikan konseling mengenai waktu penyembuhan lesi dan keparahan
penyakit pasien meliputi definisi, faktor gejala pada herpes labial rekuren. Akan
risiko, penularan, dan pencegahan tetapi, penelitian lain gagal
perburukan dari penyakit kepada membuktikan efikasi salep dan krim
keluarga dan pasien. Terkait dengan acyclovir. Secara keseluruhan, terapi
pekerjaan, diberikan edukasi kepada topikal Herpes Simpleks tidak seefektif
pasien untuk menggunakan penutup terapi sistemik (Cernik, Gallina dan
wajah saat bekerja, membawa botol Brodell, 2008).
minum sendiri ketika bekerja dan tidak Acyclovir merupakan suatu
minum dari gelas bekas orang lain di turunan guanosin siklik dengan aktivitas
tempat kerja, serta tidak bertukar klinis terhadap HSV-1, HSV-2, dan
handuk atau kain untuk mengelap Varicella Zoster Virus, tetapi obat ini
wajah. Selain itu, pasien juga diedukasi sekitar 10 kali lebih poten terhadap
untuk membawa bekal saat bekerja HSV-1 dan HSV-2. Acyclovir
dengan kandungan serat sesuai menghambat pembentukan DNA virus
kebutuhan. Pada pasien juga diberikan melalui dua mekanisme, yaitu kompetisi
konseling mengenai pilihan menu diet dengan deoksiGTP untuk DNA
tinggi serat untuk mencegah keparahan polimerase virus sehingga terjadi
Hemoroid pasien. Pada akhir sesi pengikatan ke cetakan DNA sebagai
diberikan motivasi pada pasien untuk suatu kompleks yang ireversibel dan
tetap menjaga kesehatan dan pengakhiran pembentukan rantai
kebersihan, diberi pengertian juga setelah obat masuk ke DNA virus. Pada
bahwa Herpes Simpleks tidak dapat episode pertama herpes, acyclovir oral
disembuhkan dan dapat mengalami mempersingkat durasi gejala sekitar 2
rekurensi, akan tetapi dengan hari, waktu penyembuhan lesi 4 hari,
penanganan yang tepat dapat dan pelepasan selubung virus selama 7
meringankan gejala. hari. Pada herpes rekuren, perjalanan
Intervensi farmakologis yaitu penyakit dipersingkat sebesar 1-2 hari.
acyclovir 5x200 mg diberikan selama 5 Penekanan jangka panjang dengan
hari, paracetamol 3x500 mg, acyclovir oral pada pasien yang sering
cetirizine1x10 mg, antihemoroid mengalami kekambuhan herpes
suppositoria 1x2gr diberikan selama 3 mengurangi frekuensi kekambuhan
hari. Penatalaksanaan Herpes Simpleks simtomatik dan pelepasan selubung
yaitu dapat diberikan antiviral berupa virus asimtomatik sehingga mengurangi
acyclovir dengan dosis 5x200mg/hari angka penularan (Katzung, Masters dan
selama 5 hari atau valasiklovir dosis Trevor, 2012).
2x500 mg/hari selama 7-10 hari. Gejala Pemilihan terapi Hemoroid
prodromal diatasi sesuai dengan indikasi mempertimbangkan derajat penyakit
(Kementerian Kesehatan RI, 2022). dan tingkat keparahan, efeknya
Berdasarkan sistematik review terhadap kualitas hidup, dan tingkat
mengenai penelitian klinis evaluasi nyeri yang disebabkan oleh
terapi topikal acyclovir, penciclovir, dan Hemoroidnya, dan preferensi pribadi
docosanol yang dilakukan oleh Hammer pasien. Terapi dikelompokkan kedalam
dkk menyatakan bahwa efikasi ketiga 3 kategori, yaitu konservatif, office-
obat topikal tersebut terhadap Herpes based, dan operasi (Cengiz dan Gorgun,
Simpleks rekuren jika dibandingkan 2019). Penatalaksanaan Hemoroid di
dengan plasebo tidak terlalu layanan tingkat pertama hanya untuk
menguntungkan (hanya mengurangi Hemoroid derajat 1 dengan terapi

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3270
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

konservatif medis dan menghindari intervensi. Dari hasil anamnesis


obat-obat anti-inflamasi non steroid, didapatkan hasil sudah tidak dirasakan
serta makanan pedas atau berlemak luka, gatal dan panas pada bawah bibir.
(Kementerian Kesehatan RI, 2022). Pasien sudah tidak mengalami
Untuk tatalaksana simtomatik, dapat perdarahan saat BAB. Pasien juga sudah
diberikan terapi topikal dengan anestesi mulai BAB rutin setiap hari dan tidak
lokal, kortikosteroid, atau anti-inflamasi. mengejan saat BAB. Pasien akan pergi
Hemoroid internal dan eksternal ke kamar mandi jika sudah terasa mau
merespon terapi medis konservatif BAB dan tidak berlama-lama di toilet.
dengan baik, tetapi jika terapi medis Berdasarkan hasil food recall, pasien
gagal untuk mengurangi gejala atau jika juga sudah konsumsi serat sebanyak 25
Hemoroid semakin memberat, gram perhari dan konsumsi air mineral
diarahkan untuk terapi pembedahan 8 gelas sehari. Setiap bekerja mengelas,
(Sun dan Migaly, 2016). Hal lain yang pasien memakai penutup wajah. Pasien
dapat dilakukan adalah mengurangi juga selalu menggunakan barang
rasa nyeri dan konstipasi pada pasien pribadi dan tidak bertukar gelas. Pasien
Hemoroid. Untuk edukasi yaitu telah menjaga kebersihan dengan rutin
konsumsi serat 25-30 gram sehari, menyapu rumah dan mengganti sprei
minum air sebanyak 8 gelas sehari, dan dan sarung bantal sebanyak dua kali
mengubah kebiasaan BAB berupa dalam seminggu. Pengetahuan pasien
segerakan ke kamar mandi saat merasa terkait penyakitnya juga sudah
akan BAB, jangan tahan BAB karena meningkat ditandai dengan peningkatan
dapat memperkeras feses, dan hindari hasil post test sebesar 40 poin dari
mengejan (Kementerian Kesehatan RI, sebelumnya.
2022).
Pada pasien juga diberikan KESIMPULAN
cetirizine 1x10 mg untuk mengurangi Penyakit Herpes Simpleks dan
rasa gatal akibat herpes. Analgesik Hemoroid pada pasien kemungkinan
diberikan untuk mengurangi nyeri yang besar karena faktor internal berupa pola
ditimbulkan oleh Herpes Simpleks. Pada makan kurang serat dan pola defekasi
kasus pasien diberikan paracetamol 500 yang kurang tepat, serta kurangnya
mg diminum sehari tiga kali selama pengetahuan terhadap penyakit
pasien masih merasakan nyeri. Terapi termasuk juga kurangnya pengetahuan
topikal diberikan antihemorroid terkait penularan penyakit. Setelah
suposutoria 2 gram yang memiliki dilakukan tatalaksana secara holistik
kandungan bismuth subgallate, dan komprehensif dengan pendekatan
hexachlorophene, lignocain hcl, dan zinc dokter keluarga, terjadi peningkatan
oxide untuk menghentikan perdarahan, pengetahuan bagi pasien dan keluarga
sebagai antiseptik, antibakteri, dan mengenai Herpes Simpleks dan
mengurangi keluhan nyeri pada anus. Hemoroid, pola hidup bersih dan sehat
Kriteria rujukan pada pasien dengan makan makanan tinggi serat
Hemoroid yaitu Hemoroid interna dan menjaga kebersihan. Dari hasil food
derajat 2, 3, 4, dan Hemoroid eksterna recall didapatkan pola diet sesuai
karena memerlukan penatalaksanaan di dengan diet tinggi serat untuk
pelayanan kesehatan sekunder.6 Pada Hemoroid.
Hemoroid derajat 2, dilakukan terapi
office-based berupa rubber band DAFTAR PUSTAKA
ligation. Hemoroid derajat 3 diterapi Brunicardi C. (2019). Schwartz’s
dengan rubber band ligation dan Principles of Surgery. 11th
pertimbangkan tindakan bedah. Edition. New York: McGraw Hill
Hemoroid derajat 4 diterapi dengan Education.
tindakan bedah (Cengiz dan Gorgun, Cengiz TB dan Gorgun E. (2019).
2019). Hemorrhoids: A Range of
Kunjungan rumah ketiga Treatments. Cleveland Clinic
dilakukan untuk evaluasi hasil Journal of Medicine. 86(9): 612–

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3271
pISSN:2355-7583 | eISSN:2549-4864
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan

620. Hemorrhoids Among Adult


Cernik C, Gallina K, dan Brodell R. Patients Visiting the Surgical
(2008). The Treatment of Herpes Outpatient Department in the
Simplex Infections. Arch Intern University of Gondar
Med. 168(11): 1137–1144. Comprehensive Specialized
Goldsmith dkk. (2012). Fitzpatrick’s Hospital, Northwes Ethiopia. Plos
Dermatology in General One Journal. 16(4): e0249736.
Medicine. 8th Edition. McGraw Lalisang T. (2016). Hemorrhoid:
Hill Medical. Pathophysiology and Surgical
Hammer dkk. (2018). A Systematic Management Literature Review.
Review on the Efficacy of Topical The New Ropanasuri Journal of
Acyclovir, Penciclovir, and Surgery. 1(1): 31–36.
Docosanol for the Treatment of Mott T, Latimer K, dan Chad E. (2018).
Herpes Simplex Labialis. Hemorrhoids: Diagnosis and
European Medical Journal Treatment Option. American
Dermatology. 6(1): 118–123. Family Physician. 97(3): 172–
James dkk. (2020). Herpes Simplex 179.
Virus: Global Infection Saleh D, Yarrarapu S, dan Sharma S.
Prevalence and Incidence (2022). Herpes Simplex Type-1:
Estimates 2016. Bull World StatPearls Publishing. Tersedia
Health Organ. 98: 315–329. pada:
Jameson dkk. (2018). Harrison’s https://www.ncbi.nlm.nih.gov/bo
Principles of Internal Medicine. oks/NBK482197/
20th Edition. New York: McGraw Sun Z dan Migaly J. (2016). Review of
Hill Education. Hemorrhoid Disease:
Katzung B, Masters S, dan Trevor A. Presentation and Management.
(2012). Farmakologi Dasar dan Clinics in Colon and Rectal
Klinik. Edisi 12. New York: Surgery. 29(1): 22–28.
McGraw Hill Lange. Triantafyllou dkk. (2021). Diagnosis and
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Management of Acute Lower
Profil Kesehatan Indonesia. Gastrointestinal Bleeding:
Jakarta: Kementerian Kesehatan European Society of
RI. Gastrointestinal Endoscopy
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Guideline. European Society of
Panduan Praktik Klinis (PPK) Bagi Gastrointestinal Endoscopy. 53:
Dokter di Fasilitas Pelayanan 850–868.
Kesehatan Tingkat Pertama WHO. (2023). Herpes Simplex Virus.
(FKTP). Jakarta: Kementerian Tersedia pada:
Kesehatan RI. https://www.who.int/news-
Kibret A, Oumer M, dan Moges A. room/fact-sheets/detail/herpes-
(2021). Prevalence and simplex-virus.
Associated Factos of

Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 10, No. 11, November 2023 3272

You might also like