You are on page 1of 10

Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No.

1, Februari 2017

DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN

PERAN INFORMASI KELUARGA BERENCANA PADA PERSEPSI DALAM


PRAKTIK KELUARGA BERENCANA

Badrun Munandar

Program Studi Pendidikan Geografi, Univeritas PGRI Palembang


( ) badrun.munandar91@gmail.com

ABSTRAK
Negara mengalami kegagalan dalam mempromosikan Keluarga Berencana (KB) akhir-akhir ini yang
diikuti oleh menurunnya pencapaian kinerja pemerintah dalam bidang kependudukan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui sumber informasi yang memberikan informasi KB kepada masyarakat,
perbedaan persepsi menurut sumber informasi dan perbedaan partisipasi menurut persepsi. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sensus. Analisa data dilakukan dengan uji statistik chi-square
dengan menggunakan Program SPSS versi 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memperoleh informasi KB melalui televisi (58,2%), serta terdapat pengaruh informasi
terhadap persepsi dan partisipasi KB. Bukti adanya perbedaan persepsi menurut keterpaparan informasi,
partisipasi menurut persepsi dan partisipasi menurut keterpaparan informasi secara meyakinkan dengan
taraf kesalahan 5 % atau tingkat kebenaran 95%. Hal ini dikarenakan persepsi terhadap nilai anak yang
berbeda-beda, sehingga keinginan punya anak lagi tidak berpengaruh terhadap partisipasi dalam praktik
KB.

Kata Kunci: Persepsi, Keluarga Berencana

PENDAHULUAN Pada masa Orde Baru program KB di diakui


keberhasilannya. Bukti keberhasilan tersebut salah
Program Keluarga Berencana (KB) di
satunya ditunjukkan dengan penurunan angka
Indonesia salah satu program KB paling berhasil
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan sensus
di dunia. Meski begitu, ternyata laju pertumbuhan
penduduk pada tahun 1970-1980 pertumbuhan
dan jumlah penduduk masih tinggi. Bila tingkat
penduduk Indonesia sebesar 2,31 persen, jumlah
pencapaian KB mencapai penurunan 0,5 persen
ini menurun dalam periode 1980-1990 menjadi
saja, dikhwatirkan pada tahun 2015 mendatang
sebesar 1,98 persen, penurunan angka
panduduk Indonesia akan bertambah 50 juta jiwa.
pertumbuhan penduduk ini berlanjut pada periode
Perhatian terhadap program Keluarga 1990-2000 yaitu sebesar 1,49 persen serta
Berencana (KB) mendapat prioritas pada masa pertumbuhan penduduk periode 2000-2010
Orde Baru. Program KB bahkan sudah menjadi sebesar 1,49. Fenomena ini terjadi seiring dengan
program pemerintah di awal periode tersebut. besarnya perhatian pemerintah kepada masalah
Sebelum menjadi program pemerintah, Keluarga kependudukan (Muhidin, 2002).
Berencana sudah mulai disosialisasikan oleh
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk
beberapa individu atau lembaga swasta yang
menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan
mempunyai perhatian terhadap program tersebut
jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Anggraini dan Martini, 2011).
(Mochtar, 1998). Keluarga berencana adalah
gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 51
dan sejahtera dengan membatasi kelahiran (Pusat menghapuskan program layanan kesehatan dan
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004). KB Cuma-Cuma. Sejak itulah layanan KB bagi
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no masyarakat terutama kelompok miskin diabaikan
10 tahun 1992 (tentang perkembangan (Anggraini dan Martini, 2011).
kependudukan dan pembangunan keluarga
Terjadinya reformasi politik pemerintahan
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian
yang dilanjutkan dengan penerapan otonomi
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
daerah, menggeser paradigma pelaksanaan
usia perkawinan peningkatan kesejahteraan
program KB di lapangan yang mempengaruhi
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum,
gerak dinamis program KB nasional. Saat ini
2008).
pelaksanaan program KB sangat tergantung pada
Secara umum keluarga berencana dapat kebijakan strategis pemangku jabatan yang ada di
diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur daerah. Hal ini tercermin dari belum memadainya
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga komitmen pemerintah daerah dalam pengelolaan
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta program KB yang dapat dilihat dari bervariasinya
keluarganya yang bersangkutan tidak akan bentuk kelembagaan KB maupun dana yang
menimbulkanb kerugian sebagai akibat langsung dialokasikan. Adanya perubahan lingkungan
dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan strategis dan agar sejalan dengan era
adanya perencanaan keluarga yang matang desentralisasi, pemerintah melakukan reformulasi
kehamilan merupakan suatu hal yang memang kebijakan KB (BKKBN, 2007).
sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan
perbedaan persepsi dalam praktik KB menurut
aborsi (Suratun, 2008). KB (Family Planning,
persepsi dan keterpaparan informasi.Secara khusus
Planned Parenthood) adalah suatu usaha untuk
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
sumber informasi yang memberikan informasi KB
jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi,
kepada masyarakat danperbedaan persepsi tentang
untuk mewujudakan keluarga kecil, bahagia dan
KB menurut sumber informasi KB.
sejahtera.
Kebijakan adalah keputusan yang dibuat oleh
Selama sepuluh tahun terakhir negara
negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi
mengalami kegagalan dalam mempromosikan dan
untuk merealisasikan tujuan negara yang
mensukseskan Keluarga Berencana, adalah realitas
bersangkutan. Kebijakan merupakan strategi untuk
yang tidak dapat dipungkiri. Kegagalan tersebut
mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki
bukanlah disebabkan oleh berhentinya keterlibatan
masyarakat pada masa transisi, menuju masyarakat
TNI dalam program KB. Namun lebih disebabkan
yang dicita-citakan (Nugroho, 2008). Keluarga
oleh adanya pelanggaran yang dilakukan oleh
berencana merupakan salah satu kebijakan
pemerintah. Pasal 12 konvensi penghapusan segala
pembangunan sumber daya manusia yang
bentuk diskriminasi terhadap perempuan, yang
berkelanjutan melalui pendewasaan usia
telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 7
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
1984, menyatakan bahwa negara wajib menghapus
ketahan keluarga dan peningkatan kesejahteraan
diskriminasi terhadap perempuan di bidang
keluarga untuk mewujudkan norma keluarga kecil,
pemeliharaan kesehatan. Pelayanan kesehatan
bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008).
termasuk pelayanan yang layak berkaitan dengan
kehamilan, sebelum dan sesudah persalinan, serta Pasca pelaksanaan konferensi internasional
pelayanan cuma-cuma termasuk untuk KB serta kependudukan (ICPD, 1994) di Kairo, Mesir,
pemberian makanan bergizi. Namun sejak kebijakan program KB dan Kesehatan reproduksi
reformasi, dimana pemerintah memiliki ikatan di Indonesia lebih diarakan pada permintaan
utang dengan IMF (International Monetary Fund) individu dan pasangan dalam rangka mewujudkan
dan diharuskan melaksanakan program Structural hak-hak reproduksi. Hal ini termasuk hak setiap
Adjustment, yang salah satunya diharuskan orang untuk memperoleh informasi dan akses
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 52
terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, suami istri tidak dapat memilih metode kontrasepsi
efektif, terjangkau dan akseptabel (Saifuddin, dkk., yang paling sesuai dengan kebutuhan reproduksi
2003). Oleh karena itu, dalam konteks ini mereka. Tidak adanya pilihan alat kontrasepsi
penggunaan alat kontrasepsi adalah hanya secara lengkap tersebut akan menghalangi akses
merupakan bagian dari hak-hak reproduksi sebagai individu danmasyarakat dalam memilih alat
hak asasi manusia yang universal.Selain sebagai kontrasepsi (Ponce, et al., 2000)
upaya pengendalian penduduk (population
Informasi mengenai berbagai metode atau alat
control), juga upaya pemenuhan hak-hak
kontrasepsi yang memadai akan membantu
kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual.
seseorang untuk menentukan pilihan dalam
Perubahan ini berpengaruh pada pelaksanaan
menentukan metode atau alat kontrasepsi secara
program KB dari yang semula terfokus pada
tepat. Selain itu pemahaman mengenai pilihan alat
pencapaian target demografis (peningkatan
kontrasepsi, efek samping, kontra indikasi dan
partisipasi masyarakat dalam ber-KB untuk
akses untuk mendapatkan pelayanan akan
meningkatkan CPR dan menurunkan unmet need
membantu seseorang mengatasi masalah yang
dalam upaya menurukan TFR) menjadi lebih ke
muncul akibat pemakaian alat kontrasepsi tersebut
perluasan akses masyarakat terhadap KB dan
(Bruce, 1990; Yuarsi, 1997). Pemilihan metode
peningkatan kualitas pelayanan dengan
atau alat kontrasepsi diupayakan untuk
memperhatikan aspek Hak Asasi Manusia (HAM).
merencanakan pembentukan keluarga kecil
Pemberian informasi yang cukup dalam bahagia dan sejahtera, dapat dibagi menjadi tiga
mengambil keputusan untuk memilih metode masa usia reproduktif: a) masa menunda
kontrasepsi tertentu atas dasar informasi yang kehamilan bagi pasanagan usia subur dengan istri
lengkap dan akurat (informed choice) dan usia 20 tahun; b) masa menjarangkan kehamilan
menerimanya dengan sukarela. Informasi yang bagi pasangan usia subur dengan istri usia 20-30
diberikan kepada klien untuk membantu penentuan tahun, pada periode tersebut merupakan usia yang
pemilihan setidaknya meliputi: pemahaman paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak
terhadap efektivitas metode yang digunakan, cara dua orang dan jarak kelahiran 3-4 tahun; dan c)
penggunaan metode yang benar, keuntungan dari masa mengakhiri kesuburan periode istri udia di
sudut kesehatan, gejala dan tanda yang atas 30 tahun (Maryani, 2004).
mengharuskan memeriksakan kembali ke klinik.
Bruce (1990) menyatakan bahwa pemberian
Informasi tentang kembalinya kesuburan setelah
informasi merupakan elemen penting dalam
berhenti menggunakan kontrasepsi, dan informasi
kualitas pelayanan keluarga berencana dan
perlindungan-perlindungan IMS (Wilopo, 2006).
berkontribusi terhadap penerimaan kontrasepsi dan
Informasi bisa disampaikan melalui saluran
kepuasan klien. Karena itu, pemberian informasi
interpersonal seperti: komunikasi tatap muka,
dan konseling menjadi kesempatan terbaik bagi
kunjungan rumah, pelatihan diskusi kelompok dan
klien untuk mendapatkan bantuan dalam
penyuluhan, bisa juga melalui media siar dan
mengambil keputusan memilih alat kontrasepsi.
media cetak. Pemberian informasi yang lengkap
Pemberian informasi dan koseling yang tepat
dan akurat dengan menggunakan gambar atau
dapat membantu peningkatan perolehan peserta
leaflet lebih membantu dalam pemahaman klien
KB baru dan mengurangi angka drop out. Artana
mengambil keputusan pemilihan metode
(2003) mengemukakan bahwa informasi dapat
kontrasepsi (Kim, et al., 1997).
diperoleh dengan berbagai cara, dari konvensional
Sebelum calon atau akseptor KB menentukan hingga menggunakan perangkat elektornik.
pilihan perlu dijelaskan tentang macam-macam
Persepsi bersifat sangat relatif dan sangat
metode atau alat kontrasepsi yang dapat digunakan
berkaitan dengan pendapat dan penilaian
sesuai dengan kondisi kesehatan, aman, efektif dan
seseorang terhadap sesuatu obyek. Persepsi sangat
cocok. Hal tersebut perlu dijelaskan karena
bergantung dari kemampuan setiap individu dan
kebanyakan negara hanya menawarkan pilihan
kondisi lingkungannnya.Persepsi tidak bisa
metode kontrasepsi yang terbatas, dan pasangan
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 53
dianggap sebagai sesuatu yang benar atau salah kesan yang baik. Kesan yang baik dapat terus
karena persepsi tidak memiliki ukuran benar atau membangun seseorang untuk terus berperilaku
salah, hal ini karena persepsi tidak memili ukuran positif.
kebenaran.Namun persepsi dapat dinilai sebagai
Harvey & Smith (1977) menjelaskan bahwa
suatu yang positif atau negatif (Sunarto, 2004).
persepsi dapat digolongkan ke dalam dua hal,
Persepsi merupakan proses pengolahan yaitu person perception dan persepsi sosial
rangsangan atau tanggapan yang berasal dari masyarakat. Person perception adalah suatu proses
lingkungannya. Umumnya manusia akan pembentukan kesan berdasarkan pengamatan
mendapatkan persepsi atau tanggapan melalui ataupun penalaran terhadap suatu hal,yang
penglihatan dan pendengaran. Di dalam ilmu mempunyai pengaruh pada aspek fisik maupun
psikologi persepsi diartikan sebagai symbol psikologik, sedangkan persepsi sosial masyarakat
aktivitas yang berarti persepsi adalah gambaran adalah suatu tindakan berdasarkan pengamatan
mengenai sesuatu keadaan atau kegiatan. Seperti ataupun penalaran, baik melalui interaksi langsung
yang dikemukakan Frisby (1980, dalam Sekuler, maupun tidak langsung, melalui media massa
1999) “perception is symbolic activity”. Symbol maupun melalui orang lain terhadap suatu hal
merupakan sesuatu yang mengidentikkan suatu sehingga membentuk suatu kesan tersendiri.
keadaan, sehingga persepsi diartikan sebagai
Persepsi terbentuk atas tiga rangkaian yatu
proses menilai atau menggambarkan sesuatu
seleksi, organisasi dan interpretasi. Stimulus yang
melalui indera penglihatan atau pendengaran
diterima oleh individu akan diseleksi, dan hanya
seseorang. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh
bagian-bagian menarik yang akan diubah menjadi
Kayam (1985, dalam Sugiyanto, 1996), persepsi
kesadaran, selanjutnya stimulus akan masuk pada
adalah pandangan seseorang terhadap suatu obyek
tahap organisasi yaitu penyusunan secara
sehingga individu tersebut memberikan reaksi
sederhana dan untuk kemudian di interpretasi.
tertentu yang dihasilkan dari kemampuan
Proses interpretasi sendiri adalah proses penilaian
mengorganisasikan pengamatan dan berhubungan
dan pengambilan keputusan. Persepsi adalah
dengan penerimaan. Adanya persepsi berakibat
pandangan terhadap sesuatu yang ada di
terhadap timbulnya motivasi, kemauan, tanggapan,
lingkungan sekitar (Asngari, 1984).
perasaan fantasi dari stimulus yang diterima.
Harvey dan Smith (1997) menyatakan bahwa
Nord (1976, dalam Sugiyanto, 1966)
sikap, keyakinan dan perilaku dapat diukur.Sikap
menyatakan bahwa persepsi masyarakat
dan keyakinan dapat diukur atau diamati secara
merupakan proses pemberian arti oleh masyarakat
langsung. Cara umum untuk mengetahui sikap
terhadap lingkungannya. Sejalan dengan pendapat
atau keyakinan adalah dengan cara menanyakan
sebelumnya, Secord & Backman (1964)
dengan orang tersebut.
mengatakan bahwa persepsi masyarakat adalah
suatu proses pembentukan kesan, pendapat Berdasarkan referensi kepustakaan, peneliti
ataupun perasaan terhadap suatu hal yang menemukan penelitian yang mengungkapkan
melibatkan penggunaan informasi secara terarah. peran informasi dalam praktek KB. Beberapa
penelitian yang berkaitan dengan peran informasi
Green (1980) menegaskan bahwa persepsi
dalam praktek KB tersebut antara lain sebagai
mempunyai implikasi yang besar bagi perilaku
berikut :
individu. Persepsi mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh perilaku individu. Salah satu faktor penarik 1) Penelitian terhadap 422 wanita di Tanzania
yang mempengaruhi perilaku individu adalah tahun 1999, tentang kampanye informasi KB
informasi dari lingkungan yang dalam hal ini dapat melalui media massa yang berhasil
diartikan sebagai kesan yang diterima individu meningkatkan pemakaian kontrasepsi sebesar
mengenai dirinya yang berasal dari 50%, diskusi KB sebesar 40%. Frekuensi
lingkungannya. Perilaku yang baik akan penyampaian informasi KB sebanyak 2 kali
menimbulkan kesan yang baik, begitu pula dengan hingga 3 kali dalam sehari (Jato, et al., 1999).
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 54
2) Suprihastuti (2000) melakukan penelitian ini dilaksanakan pada pada satu desa, yaitu Desa
tentang pengambilan keputusan penggunaan Rengas Abang Kecamatan Air Sugihan.
alat kontrasepsi pria di Indonesia menggunakan
Alasan pemilihan Desa Rengas Abang
data SDKI 1997, menyimpulkan bahwa
Kecamatan Air Sugihan dikarenakan Desa Rengas
pengambilan keputusan bersama antara
Abang merupakan salah satu desa yang tertinggal
pasangan suami istri dapat meningkatkan
dengan asumsi bahwa masyarakat kurang
penggunaan alat kontrasepsi pria. Dengan
mendapat dan menerima informasi tentang KB dan
mempertimbangkan tingkat pendidikan ,
masih banyak masyarakat yang berfikir bahwa
agama, tempat tinggal dan aspek wilayah.
“banyak anak banyak rezeki” serta adanya
3) Penelitian di Kamerun tahun 1998 terhadap
anggapan bahwa banyak anak lebih baik, karena
2.571 wanita, ditemukan penyampaian
dapat membantu menambah penghasilan rumah
informasi dan pesan KB melalui media massa
tangga atau memiliki nilai sebagai tenaga kerja,
dapat meningkatkan pemakaian kontrasepsi
dan masih sedikit masyarakat yang sadar akan
sebesar 80%. Sebanyak 52% diantaranya
pentingnya pemakaian alat kontrasepsi atau ikut
mendapatkan paparan pesan dan informasi
KB. Oleh karena alasan itulah peneliti memilih
kontrasepsi dari media sebanyak 4 sampai 6
Desa Rengas Abang untuk dijadikan subjek
kali (Babalola, et al., 2001).
penelitian.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian sebelumnya yaitu pada variabel kontrol
penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan
yang digunakan adalah karakteristik sosial
metode survei untuk sensus dan menggunakan
demografi seperti pendidikan, jumlah anak, dan
teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan
keinginan punya anak lagi. Perbedaan yang
menggunakan uji statistik chi-square serta
membedakan penelitian ini dengan penelitian
program SPSS versi 17.0 digunakan untuk
sebelumnya adalah sumber data dan unit analisis.
mengolah data. Uji statistik digunakan mengetahui
Penelitian sebelumnya menggunakan sumber data
seberapa besar perbedaan antar variabel.
SDKI baik SDKI tahun 1997 ataupun SDKI tahun
2007 sedangkan penelitian ini menggunakan data Populasi adalah kumpulan dari satuan-satuan
primer serta koesioner mengacu pada SDKI 2012. elementer yang mempunyai karakteristik dasar
Perbedaan selanjutnya pada unit analisis, yang sama atau dianggap sama (Yunus, 2010).
sebelunya unit analisis pada penelitian sebelumnya Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
adalah pria, sedangkan unit analisis pada wanita pasangan usia subur umur 15–49 Tahun
penelitian adalah wanita usia subur umur 15-49 yang ada di Desa Rengas Abang Kecamatan Air
tahun yang sudah menikah. Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir yang
berjumlah 126 orang. Peneliti menggunakan
metode penelitian sensus sehingga sampel yang
METODOLOGI PENELITIAN
digunakan peneliti adalah keseluruhan dari
Pemilihan wilayah atau daerah populasi populasi.
penelitian dalam penelitian ini menggunakan
Sumber data yang dipergunakan dalam
Purposive Sampling, teknik sampling ini
penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
digunakan pada penelitian-penelitian yang lebih
hasil survei yang dilakukan peneliti di lapangan.
mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat
Survei ini merupakan survei yang berskala lokal,
populasi dalam menentukan sampel (Bungin,
yang hanya mencakup wanita usia subur yang
2010).
sudah menikah dan masih memiliki pasangan yang
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Air berada di desa Rengas Abang kecamatan Air
Sugihan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sugihan kabupaten Ogan Komering Ilir provinsi
Sumatera Selatan. Di Kecamatan Air Sugihan Sumatera Selatan. Survei ini memuat data tentang
terdapat 19 Desa, namun secara spesifik penelitian latar belakang responden, riwayat kelahiran,
pengetahuan dan praktek KB.
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 55
HASIL dan PEMBAHASAN Dilihat dari besaran persentase keterpaparan
informasi tentang KB pada gambar 1 diketahui
1. Keterpaparan Informasi KB berdasarkan
bahwa sebagian besar responden 62,7% yang
Sumber Informasi KB
memperoleh informasi KB sedangkan sebagiannya
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan lagi 37,3% responden yang tidak memperoleh
terutama daerah yang jauh dari akses informasi informasi KB. Sebagian responden yang tidak
mengakibatkan sebagian dari masyarakat sulit memperoleh informasi tentang KB dikarenakan
untuk menerima atau memperoleh informasi dari tidak memiliki akses media elektronik sebagai
berbagai media, berbeda halnya masyarakat yang sumber informasi di rumahnya, selain itu juga
tinggal di daerah perkotaan, untuk mengetahui responden tidak mendapatkan informasi tentang
seberapa banyak responden yang memperoleh KB dari petugas kesehatan setempat dikarenakan
informasi dan responden yang tidak memperoleh akses menuju puskesmas dan bidan cukup jauh
informasi disajikan pada tabel 1. sehingga ketika sakit atau mengalami keluhan
Tabel 1. Distribusi frekuensi keterpaparan tentang kesehatan, masyarakat lebih memilih
informasi tentang KB berobat dengan seadanya atau bahkan lebih
Mendapat Informasi Tentang KB Frekuensi memilih berobat ke dukun setempat. Karena hal
Tidak Mendapat Informasi KB 47 ini lah, sebagian dari responden benar-benar tidak
Mendapat Informasi KB 79 mendapat informasi tentang KB dari sumber
Total 126 apapun. Untuk melihat sumber informasi tentang
KB yang diperoleh responden, dapat dilihat pada
Sumber: Pengolahan data primer 2016
tabel 2.
Tabel 1 menunjukkan bahwa 47 responden
tidak memperoleh informasi tentang, sedangkan Tabel 2.Sumber keterpaparan informasi KB
Keterpaparan Sumber Fre- Persen
79 responden terpapar atau memperoleh informasi
Informasi Informasi kuensi Komulatif
tentang KB. Dapat diasumsikan bahwa sebagian
KB
besar responden memperoleh informasi tentang Terpapar Radio 13 10.3
KB, karena sebanyak 79 responden telah terpapar Televisi 46 36.5
informasi, namun hal tersebut belum dapat Petugas 20 15,9
disimpulkan secara langsung karena responden Kesehatan
yang terpapar informasi belum tentu semua Jumlah 79 62.7
memperoleh informasi tentang KB sedangkan Tidak Terpapar 47 37,3
responden yang tidak terpapar informasi belum Total 126 100
tentu juga tidak memperoleh informasi tentang Sumber : Pengolahan Data Primer 2016
KB. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut pada Kemudian, persentase sumber keterpaparan
pembahasan analisa tentang partisipasi inofrmasi KB menunjukkan bahwa sebagian besar
keikutsertaan responden dalam praktik KB. responden yang terpapar atau memperoleh
informasi, sebesar 58,2% responden mendapatkan
Persentase Keterpaparan Informasi
informasi keluarga berencana melalui televisi. Hal
Tentang KB
ini dapat disebabkan karena televisi dapat
menyampaikan iklan secara langsung dimana
penonton dapat melihat tayangan yang ada di
37%
televisi serta dapat mendengarkan informasi yang
disampaikan melalui tayangan televisi.Sehingga
62,7% melalui tayangan tersebut dapat lebih menarik
Tidak Mendapat penonton yang menonton televisi. Oleh sebab itu
Informasi KB
Mendapat media komunikasi seperti televisi ini sebaiknya
Informasi KB dapat memuat berbagai informasi yang dibutuhkan
Gambar 1. Keterpaparan Informasi Tentang KB oleh peserta keluarga berencana. Kemudian media
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 56
informasi dikelola secara optimal oleh bidan, yang tujuannya membawa perubahan sikap dan
dokter, petugas keluarga berencana, agar media perilaku serta tindakan nyata dari individu dan
tersebut dapat menjawab kebutuhan dari masing- kelompok. Motivasi terdisi dari proses kognisi dan
masing peserta keluarga berencana. Lebih jelasnya emosional (Donovan, et al., 2003).
disajikan pada gambar 2.
Kim, et al., (2006) menjelaskan bahwa
komunikasi yang efektif dapat membantu peserta
Persentase Sumber Keterpaparan Keluarga Berencana dalam membuat keputusan
Informasi KB
ketika mereka dihadapkan pada berbagai pilihan
pelayanan keluarga berencana. Dari penjelasan
17% tersebut dapat diasumsikan bahwa media haruslah
25%
menyampaikan informasi yang di dalamnya
memuat tentang pemahaman tentang KB, sehingga
masyarakat yang menerima informasi tersebut
58,2% dapat mengaplikasikan dengan kehidupan sehari-
radio hari.
televisi
petugas kesehatan Adeokon, et al., (2002, dalam Susanti,2011)
mengatakan bahwa prioritas utama kegiatan
Gambar 2. Diagram Sumber keterpaparan Informsi KB promosi kontrasepsi adalah pengaplikasian
Sebagian besar responden lebih banyak manajemen sistem informasi secara tepat.
menerima informasi KB melalui televisi karena Pelaksanaan manajemen sistem informasi lebih
televisi merupakan media yang menyajikan baik jika disesuaikan dengan kebutuhan dari
berbagai hiburan yang menampilkan gambar dan peserta keluarga berencana.
dapat mengeluarkan suara serta dapat menjadi 2. Perbedaan Persepsi tentang KB Menurut
media sebagai memperoleh informasi dari Keterpaparan Informasi KB
tayangan berita dan iklan yang ada di televisi
Sumber informasi yang memberikan
sehingga televisi lebih banyak memberikan
informasi karena kelebihan yang terdapat pada informasi KB kepada responden diperoleh dari
radio, televisi dan petugas kesehatan, sedangkan
televisi. Melihat kelebihan dari televisi sebagai
terdapat juga sebagian dari responden yang tidak
media yang bisa menampilkan audio dan visual
memperoleh informasi dari sumber apapun.
sehingga lebih menarik masyarakat untuk
menonton acara televisi, bisa jadi media televisi Namun responden yang memperoleh informasi KB
lebih digunakan sebagai sarana untuk memberikan tersebut belum tentu semuanya memiliki persepsi
setuju terhadap KB sedangkan sebaliknya,
hiburan sekaligus informasi kepada masyarakat.
masyarakat yang tidak mendapatkan informasi KB
Penggunaan media dalam kegiatan promosi belum tentu semuanya menyatakan tidak setuju
kesehatan dan sosial memiliki pengaruh langsung terhadap KB.
terhadap perubahan perilaku individu khalayak.
Hal tersebut dikarenakan pandangan setiap
Hal ini juga terjadi di Amerika Serikat, dimana
individu berbeda-beda dalam menanggapi pesan
media dapat mempengaruhi individu untuk
yang disampaikan melalui suatu informasi. Secord
memiliki tanggung jawab terhadap nilai-nilai
budaya.Ada dua sasaran utama kegiatan & Backman (1964) mengatakan bahwa persepsi
komunikasi yang targetnya untuk perubahan masyarakat adalah suatu proses pembentukan
perilaku.Sasaran pertama adalah edukasi yang kesan, pendapat ataupun perasaan terhadap suatu
hal yang melibatkan penggunaan informasi secara
tujuannya untuk menciptakan, memelihara,
pengetahuan dan pemahaman isu-isu kesehatan. terarah, oleh karena itulah persepsi setiap individu
Pendidikan ini diutamakan untuk proses kognitif. berbeda dalam menanggapi informasi KB yang
Iklan televisi dan pamflet merupakan media yang sampaikan dari berbagai sumber informasi. Untuk
melihat perbedaan responden yang memeproleh
tepat untuk edukasi.Sasaran kedua adalah motivasi
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 57
dan tidak memperoleh informasi KB terhadap semua responden yang memperoleh informasi KB
persepsi mereka tentang KB, dapat dilihat pada menyatakan setuju terhadap KB dan sebaliknya
tabel 3. tidak responden yang tidak memperoleh informasi
KB menyatakan tidak setuju terhadap KB.Hasil uji
Tabel 3.Perbedaan persepsi KB menurut
statistik pada tabel 3 di atas, diketahui nilai p =
keterpaparan informasi KB
0,000 ≤ 0,05 berarti ada perbedaan persepsi
Mendapat Informasi KB
% Tidak Ya Total χ2 tentang KB menerut keterpaparan responden
Tentang N % N % N % terhadap informasi KB. Dari data di atas dapat
KB diketahui bahwa perbedaan angka responden yang
Tidak 36 76,6 20 25,3 56 44,4 V: setuju terhadap KB antara yang mendapat
Setuju 31.38 informasi KB dengan yang tidak mendapat
Setuju 11 23,4 59 74,7 70 55,6 df : 1 informasi KB terdapat perbedaan cukup tinggi
Total 47 100 79 100 126 100 Sig : selisih 51,3%. Meskipun program KB sudah lama
0,00 menjadi program pemerintah dan merupakan
Sumber : Pengolahan Data Primer 2016 program yang berhasil pada awal orde baru serta
program yang mengalami masa kejayaan pada
Tabel 3 memberikan informasi bahwa sebesar
masa orde baru namun perlu disosialisasikan
76,6% responden yang yang tidak terpapar atau
ulang.
memperoleh informasi menyatakan tidak setuju
terhadap KB, sedangkan sebagian kecil respoden Penyampaian pesan KB yang digunakan
yang tidak terpapar atau tidak memperoleh sebagai pengukuran keterpaparan informasi KB,
informasi KB sebesar 23,4% menyatakan setuju menggambarkan bagaimana pesan dapat sampai
terhadap KB. Responden yang menyatak tidak kepada responden sehingga dapat memberikan
setuju terhadap KB mengatakan kurangnya dampak positif bagi masyarakat dalam hal praktik
informasi tentang KB sehingga menyebabkan KB.Bahwa penggunaan media sebagai sebagai
sebagian besar responden yang tidak mengetahui saran penyampaian informasi, pesan bahkan
keuntungan dan kerugian jika ikut KB. Untuk promosi memiliki pengaruh langsung terhadap
lebih ringkas persentase perbedaan persepsi dapat perubahan perilaku.Hal ini sejalan dengan
dilihat pada gambar 3. pendapat Roemer dan Paxman (1985) yang
mengatakan bahwa iklan dan promosi kontrasepsi
Perbedaan persepsi KB menurut memiliki peran penting dalam penyampaian pesan
keterpaparan informasi KB
dan informasi keluarga berencana.
60 Selain itu, dari penelitian yang dilakukan oleh
pemerintah Kamerun dengan dibantu tenaga ahli
40 dari John Hopkin University Center for
Tidak Communication Programs pada tahun 1999
20 Memperoleh melaksanakan program kampanye promosi Gold
Info KB
Circle Family Planning.Selanjutnya lebih dikenal
0 Memperoleh dengan sebutan kampanye Gold Circle.Promosi
Tidak Setuju Setuju Info KB
kampanye Gold Circle dipublikasikan lewat media
televisi.Selanjutnya pemerintah Kamerun
Gambar 3. Grafik Perbedaan persepsi KB menurut melakukan penelitian pada tahun 2001 untuk
keterpaparan informasi KB
mengetahui apakah kampanye Gold Circle
Gambar 3 merupakan perbedaan persepsi KB berhasil meningkatkan prevalensi pemakaian
menurut keterpaparan informasi KB menunjukkan kontrasepsi. Hasil dari penelitian tersebut
bahwa semakin banyak responden yang menunjukkan bahwa prevalensi pemakaian
memperoleh informasi KB maka semakin banyak kontrasepsi meningkat dari 24 persen menjadi 80
responden yang menyatakan setuju terhadap persen, setelah dilakukan kampanye Gold Circle
KB.Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak melalui media televisi (Babalola, et al., 2001).
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 58
SIMPULAN Kim. Y.M., Kols A., Thuo M., Mucheke, S., & Odallo,
D. 1997. Client Provider Communication in
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Family Planning: Assessing Audiotaped
dalam penelitian ini, dapat diambil kesimpulan Consultations from Kenya Working Paper
sebagai berikut: Number 5. The Johns Hopkins School of Public
1. Masyarakat menerima atau memperoleh Health, Center for Communication Programs
informasi KB dari sumber yang berbeda-beda, Kim M.Y., Davila C., Tellez C., Kols A. 2006.
namun sebagian besar masyarakat Improving Health Communication in Nicaragua.
memperoleh informasi KB melalui televisi. Baltimore: Johns Hopkins Bloomberg School of
2. Terdapat perbedaan persepsi masyarakat Public Health, Center for Communication
Programs
tentang KB menurut keterpaparan informasi
Muhidin, Salahudin. 2002. Program Keluarga
KB, dengan hasil uji chi square menunjukkan
Berencana dan Perubahan Demografi di
angka sebesar 0,000 ≤ 0,05. Indonesia. Jakarta : Warta Demografi, Th 33 No.
1:16-22.2003.
DAFTAR PUSTAKA Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsi obstetric. Jakarta
EGC.
Anggraini, Yetti dan Martini. 2011. Pelayanan Nugroho, R. 2008. Public Policy. Jakarta: PT. Elex
Keluarga Berencana. Yogyakarta : Rohima Media Komputindo.
Press. Ponce, E.C.L., Sloan, N.L., Winikoff, B., Langer, A.,
Asngari, 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Coggins, C., & Heimburger, A., et al. 2000. The
Karesidenan dan Kepala Penyuluh Pertanian Power of Information and Contraceptive Choice
terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluh In Family Planning Setting in Mexico. Sex
Pertanian di Negara bagian Texas Amerika Transm Inf, 76: 277 281.www.sextransinf.com.
Serikat. Media Peternakan. Vol 9 No. 2 Fakultas Roemer, Ruth and John M. Paxman. 1985. "Sex
Peternakan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. education laws and policies”. Studies in Family
Artana, I. K. (2003). Perpustakaan, Masyarakat dan Planning 16, 4: 219-230
Teknologi Informasi. Visi Pustaka, 5 (2): 8-10 Secord, P.F and Backman.C.W.1964. Social
Arum, S. 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Pyschology. MC Graw Hill International Book
Terkini. Jogjakarta. Mitra Cendikia Press. Company, New York.
Babalola S., Vondrasek C., Brown J., Traore R., 2001. Sugiyanto. 1996. Persepsi Masyarakat tentang
The Impact of a Regional Family Planning Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan
Servis Promotion Initative in Sub Saharan Masyarakat Pedesaan. Bogor: IPB.
Africa:Evidence from Cameraoon. Inter Fam Susanti, Indah. 2011. Peran Informasi Keluarga
Palnn Perspect, 27 (4):186-193 dan216 Berencana Terhadap Partisipasi Pria Dalam
BKKBN. 2007. Evaluasi Tahun 2006 dan Tengah Praktik KB (analisis sdki 2007). Tesis.
RPJMN Program KB Nasional, Jakarta: Saifuddin, A.B., Affandi, B. & Lu, E.R. 2003). Buku
BKKBN Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta
BKKBN. 2008. Rapat Kerja Program KB Nasional : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
tahun 2008: Evaluasi Program KB Nasional Bekerja sama dengan JNPKKR/POGI, BKKBN,
Tahun 2005-2007, Jakarta: BKKBN. DEPKES, dan JHPIEGO/STARH Program.
Bruce, J. 1990. Fundamental Elements of The Quality Yogyakarta : Program Studi Magister studi
of Care : a Simple Framework. Studies in Kebijakan
Family Planning, 21(2):61-91 Wilopo, S. A. 2006. Rekomendasi Praktek praktek
Donovan, J.B., Henley, N. 2003. “Social Marketing untuk Penggunaan Kontrasepsi. Yogyakarta:
Principles and Practice”. IP Communications, Universitas Gadjah Mada.
Melbourne. Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian
Green, L.W., 1980. Health Education Planning: a Wilayah Kontemporer.Yogyakarta : Pustaka
diagnostic approach. (1st edition). California: Pelajar.
Mayfield Publishing Company.
Harvey, J.H & Smith, W.P. 1977.Social Psychology.An
attribution Approach. London: The C.V Mosby
Company.
Jurnal Swarnabhumi Vol. 2, No. 1, Februari 2017 59

You might also like