Professional Documents
Culture Documents
5466 - Tugas Etika Profesi
5466 - Tugas Etika Profesi
ETIKA PROFESI
Anggota:
NURHIDAYAT DBC 113 055
JULPIYANUR DBC 113 064
REKKY RAMADHAN DBC 113 081
DONI APRIADI DBC 113 105
RIKI YULIANDI DBC 113 111
FAHMI AZHARI DBC 113 130
Hal yang paling sederhana untuk mengatasi pelanggaran hak cipta adalah
membangun budaya masyarakat untuk menghargai hasil karya orang ain. Dengan
adanya sikap menghargai dari masyarakat terhadapa hasil karya seseorang.
Masyarakat tidak akan melanggara hak cipta karena mereka sudah memiliki
kesadaran untuk menghargai hasil karya orang lain. Dengan cara tidak mencopi,
membajak, atau memperjual belikan karya tersebut secara ilegal. Ketika
masyarakat yang merupakan pengguna terbesar suatu hasil karya, sudah sadar
akan sikapnya, maka pelanggaran Hak cipta bisa diatasi.
Contoh kasus : Masyarakat tidak mencopy aplikasi dan SO yang tidak open
source. Masyarakat seharusnya menggunakan Sistem Operasi yang open soure
jika tidak bisa membeli yang lisence. Menggunakan linux yang bersifat open
source jika tidak mampu membeli windows yang berlisence, jika hal itu terjadi
maka masyarakat sudah memiliki sifat menghargai hasil karya orang lain.
1.2 Pemerintah, baik instansi-instansi terkait, jajaran penegak hukum dan segenap
lapisan masyarakat hendaknya sepakat untuk secara bersama-sama memerangi
pembajakan terhadap karya-karya intelektual.
Lisensi Open Source adalah lisensi di mana setiap orang yang menggunakan
perangkat lunak diperbolehkan membuat salinan tak terbatas, menjual atau bahkan
memberikan program komputer secara bebas tanpa ada kewajiban membayar
kepada siapapun. Dengan menggunakan program dan Sistem Operasi yang
memiliki lisense Open Source maka dapat meminimalisir adanya pelanggaran Hak
Cipta yang ada. Ketersediaan SourceCode dalam program dengan lisensi ini
mejadi syarat utama untuk dilakukan modifikasi dan perbaikan program.
Contoh kasus : Menggunakan perangkat lunak open source adalah salah satu cara
bagi banyak perusahaan untuk meraih keuntungan maksimal.
1.6 Mendandaftarkan hasil karya pribadi agar dilindungi oleh undang-undang HKI.
Dengan mendaftarkan hasil karya peribadi diharapkan mampu meminimalisir
pelanggaran HKI karena dari diri sendiri sudah memiliki kesadaran untuk
melindungi karya yang sudah tercipta. Contoh kasus : Rudi seorang mahasiswa
teknik informatika yang suka dengan pembuatan program.
1.8 Sangsi pidana yang memberatkan pelaku pelanggaran. Sangsi yang berat yang
terdiri dari hukuman pidanya yang sangat lama dan denda yang sangat besar.
Dengan adanya hukuman pidana yang sangat berat kepada pelaku pelanggaran
maka diharap akan mencegah adanya pelanggaran Hak Cipta.
(2) Fasilitasi akses atas suatu Ciptaan untuk penyandang tuna netra, penyandang
kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam membaca, dan/atau pengguna
huruf braille, buku audio, atau sarana lainnya, tidak dianggap sebagai pelanggaran
Hak Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap, kecuali
bersifat komersial.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi akses terhadap Ciptaan bagi
penyandang tuna netra, penyandang kerusakan penglihatan dan keterbatasan
dalam membaca dan menggunakan huruf braille, buku audio, atau sarana lainnya
sebagaimana dimaksud pada bagian (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
1) Penggandaan sebanyak 1 (satu) salinan atau adaptasi Program Komputer yang
dilakukan oleh pengguna yang sah dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta jika salinan tersebut digunakan untuk:
a. penelitian dan pengembangan Program Komputer tersebut; dan
b. arsip atau cadangan atas Program Komputer yang diperoleh secara sah untuk
mencegah kehilangan, kerusakan, atau tidak dapat dioperasikan.
2) Apabila penggunaan Program Komputer telah berakhir, salinan atau adaptasi
Program Komputer tersebut harus dimusnahkan.
(5) Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas Ciptaan yang telah dilakukan
Pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan dan dapat dilakukan
tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
Tugas Bab 10
1. Apakah yang dimaksud dengan Lisensi Perangkat Lunak? Apakah kaitan lisensi
tersebut dengan hak cipta?
Jawaban :
Lisensi perangkat lunak mencakup izin, hak, dan pembatasan yang diberlakukan atas
perangkat lunak, baik berupa suatu komponen atau program berdiri sendiri.
Penggunaan suatu perangkat lunak tanpa lisensi dapat dianggap pelanggaran atas hak
eksklusif pemilik menurut hukum hak cipta atau, kadang, paten dan dapat membuat
pemilik menuntut pelanggarnya. Dalam suatu lisensi, penerima lisensi diizinkan untuk
menggunakan untuk menggunakan perangkat lunak berlisensi sesuai dengan
persyaratan khusus dalam lisensi. Pelanggaran persyaratan lisensi, tergantung pada
lisensinya, dapat menyebabkan pengakhiran lisensi, dan hak pemilik untuk menuntut
pelanggarnya.
Suatu perusahaan perangkat lunak dapat menawarkan suatu lisensi perangkat lunak
secara sepihak atau unilateral (tanpa memberikan kesempatan bagi penerima lisensi
untuk menegosiasikan persyaratan yang lebih baik) seperti dalam kontrak shrink
wrap, atau bahkan sebagai bagian dari perjanjian lisensi perangkat lunak dengan pihak
lain. Hampir seluruh perangkat lunak tak bebas yang diproduksi massal dijual dalam
suatu bentuk atau gaya perjanjian lisensi perangkat lunak. Perangkat lunak buatan
(custom software) seringkali dilisensikan dalam persyaratan yang secara spesifik
dinegosiasikan antara penerima lisensi (licensee) dan pemberi lisensi (licensor).
Lisensi perangkat lunak open source terbagi menjadi 2 jenis: copyleft licenses dan
permissive license. Copyleft license merupakan lisensi yang mensyaratkan agar karya
turunan dari perangkat lunak harus didistribusikan beserta kode sumbernya dan
menggunakan lisensi dengan batasan sama dengan lisensi karya asalnya. Permissive
license tidak menentukan persyaratan tersebut.
Jadi, pada dasarnya itu didistribusikan atas dasar percobaan dan dengan
pemahaman bahwa beberapa waktu kemudian pengguna mungkin tertarik dalam
membayar untuk itu. Juga, beberapa shareware yang ditawarkan sebagai '
Liteware'.
Dalam program ini kemampuan tertentu yaitu 'Liteware' dinonaktifkan. Satu dapat
mengakses fungsi lengkap hanya setelah membeli atau upgrade ke versi lengkap
dari program ini. Dengan demikian, perangkat lunak shareware digunakan untuk
tujuan pemasaran.
a. Copyleft
Konsep Copyleft pada dasarnya membuat suatu gerakan Open Source pada setiap
karya yang diciptakan, menumbuhkan inovasi, keingintahuan yang tinggi dan
pentingnya untuk berbagi pengetahuan.
Kelebihan Copyleft :
1) Non Profit (Free Software)
2) Meningkatkan Inovasi
3) Dapat Mengedit Source (Open Source)
4) Memberikan Banyak Manfaat
Kekurngan Copyleft :
1) Sedikit Minat dari Developer
2) Tidak Menghasilkan Profit
3) Harus Berkerja Secara Sukarela
b. Copyright
Konsep Copyright pada dasarnya membuat suatu aturan dengan adanya Hak
Cipta dan setiap orang tidak boleh sembarangan menyebarluaskan hasil ciptaan dan
biasanyaCopyright itu Close Source.
Kelebihan Copyright :
1) Banyak Minat dari Developer
2) Menghasilkan Banyak Keuntungan dari Royalty
3) Terlindungi Hasil Ciptaan
Kekurangan Copyright :
1) Mengakibatkan Banyak Pembajakan
2) Tidak Memberikan Source Code (Close Source)
3) Kurang Inovasi Oleh Publik Hanya Perusahaan yang Bisa Berinovasi
4) Harus Membayar Lisensi yang Cukup Mahal untuk Pribadi
4. Menurut anda sebutkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan dari penggunaan
perangkat lunak open source?
Jawaban :
Software opensource bisa dibilang berhasil mengalahkan Software berbayar dalam hal
lisensi. Tapi namanya juga “tak ada gading yang tak retak”, pastinya dibalik kelebihan
yang dimili Software Open source ternyata ada juga beberapa kerugiannya. Dibawah
ini keuntungan dan kerugian dari Software open source.
Keuntungan
Kreativitas : Dengan Open Source kita bisa mempelajari cara kerja suatu
perangkat lunak, memodifikasinya, bahkan membuat produk baru dari sumber
yang ada.
Kemandirian : Kita tidak perlu lagi tergantung pada suatu produk tertentu, bahkan
dengan Open Source kita bisa membuat produk yang sekelas dengan perusahaan
berskala raksasa seperti Microsoft.
Hemat Waktu : Berapa banyak waktu yang kita sia-siakan untuk berurusan dengan
virus komputer di sistem closed source (baca : Windows) ? Dengan menggunakan
sistem operasi Open Source seperti 3D OS kita tidak perlu membuang waktu lagi
berurusan dengan virus komputer.
Hemat Biaya : Berapa banyak biaya yang perlu kita keluarkan untuk pembelian
suatu produk proprietary seperti Windows, Photoshop, MS Office dan lain-lainnya
?
Hemat Devisa : Berapa banyak devisa negara yang harus lari keluar negeri jika
kita terus menggunakan produk proprietary ?
Mengurangi Tingkat Pembajakan : Open Source memungkinkan kita untuk tidak
lagi menggunakan milik orang lain secara tidak sah atau dengan kata lain kita
tidak perlu lagi menjadi pencuri …!!! Selain mengurangi tingkat pembajakan,
secara otomatis dosa-dosa kita juga ikut berkurang … :)
Meningkatkan Citra Negara : Tahukah Anda bahwa pembajakan menjadikan citra
negara menurun ? Dan ini secara tidak langsung membawa akibat buruk pada
hubungan dagang dengan luar negeri. Dan repotnya, di tahun 2009 ini Indonesia
kembali masuk dalam daftar Priority Watch List.
Kerugian
Kurangnya dukungan vendor : Harus diakui, masih cukup banyak vendor – baik
Hardware, Software, ataupun Game – yang belum memberikan dukungan penuh
pada Open Source. Dan hal ini tentu saja cukup menghambat perkembangan Open
Source.
Kurangnya dukungan support : Karena belum cukup memasyarakat, maka
dukungan support juga masih cukup sulit untuk ditemukan. Support untuk Open
Source selama ini masih banyak bergantung pada Internet (baca : Google).
Sehingga cukup menyulitkan mereka yang tidak mempunyai akses penuh pada
Internet.
Kurangnya dukungan bisnis : Pandangan bahwa Open Source adalah gratis dan
tidak bisa membaa manfaat bisnis sangat menghambat para pebisnis yang akan
terjun di Open Source. Kurangnya dukungan dari pebisnis ini membuat Open
Source tidak bisa mempromosikan dirinya secara baik dan ini secara tidak
langsung membuat pengenalan Open Source menjadi lebih lambat.
Kurangnya promosi : Masih banyak orang yang beranggapan Open Source susah
untuk dipergunakan, padahal perkembangan Open Source belakangan ini sudah
cukup pesat dan bahkan dalam beberapa hal terkadang mampu menggungguli
produk closed source. Kesalahpahaman ini bisa terjadi karena kurangnya promosi
akan Open Source.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Pasal 45 UU No.28/2014
1) Penggandaan sebanyak 1 (satu) salinan atau adaptasi Program Komputer yang
dilakukan oleh pengguna yang sah dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta jika salinan tersebut digunakan untuk:
a. penelitian dan pengembangan Program Komputer tersebut; dan
b. arsip atau cadangan atas Program Komputer yang diperoleh secara sah untuk
mencegah kehilangan, kerusakan, atau tidak dapat dioperasikan.
2) Apabila penggunaan Program Komputer telah berakhir, salinan atau adaptasi Program
Komputer tersebut harus dimusnahkan.
Pasal 51 UU No.28/2014
1) Pemerintah dapat menyelenggarakan Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi
atas suatu Ciptaan melalui radio, televisi dan/atau sarana lain untuk kepentingan
nasional tanpa izin dari Pemegang Hak Cipta, dengan ketentuan wajib memberikan
imbalan kepada Pemegang Hak Cipta.
2) Lembaga Penyiaran yang melakukan Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi
atas Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak mendokumentasikan
Ciptaan hanya untuk Lembaga Penyiaran tersebut dengan ketentuan untuk Penyiaran
selanjutnya, Lembaga Penyiaran tersebut harus mendapatkan izin Pemegang Hak
Cipta.
Pasal 80 UU No.28/2014
1) Kecuali diperjanjikan lain, pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait berhak
memberikan Lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian tertulis untuk
melaksanakan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 23 ayat
(2), Pasal 24 ayat (2), dan Pasal 25 ayat (2).
2) Perjanjian Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama jangka waktu
tertentu dan tidak melebihi masa berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait.
3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disertai kewajiban penerima Lisensi untuk memberikan Royalti kepada Pemegang
Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait selama jangka waktu Lisensi.
4) Penentuan besaran Royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan tata cara
pemberian Royalti dilakukan berdasarkan perjanjian Lisensi antara Pemegang Hak
Cipta atau pemilik Hak Terkait dan penerima Lisensi.
5) Besaran Royalti dalam perjanjian Lisensi harus ditetapkan berdasarkan kelaziman
praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan.
Pasal 81 UU No.28/2014
Kecuali diperjanjikan lain, Pemegang Hak Cipta atau pemilik Hak Terkait dapat
melaksanakan sendiri atau memberikan Lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), Pasal 24 ayat (2),
dan Pasal 25 ayat (2).
Pasal 82 UU No.28/2014
1) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang mengakibatkan kerugian
perekonomian Indonesia.
2) Isi perjanjian Lisensi dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Perjanjian Lisensi dilarang menjadi sarana untuk menghilangkan atau mengambil alih
seluruh hak Pencipta atas Ciptaannya.
Pasal 83 UU No.28/2014
1) Perjanjian Lisensi harus dicatatkan oleh Menteri dalam daftar umum perjanjian
Lisensi Hak Cipta dengan dikenai biaya.
2) Perjanjian Lisensi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 82 tidak dapat dicatat dalam daftar umum perjanjian Lisensi.
3) Jika perjanjian Lisensi tidak dicatat dalam daftar umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), perjanjian Lisensi tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak
ketiga.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencatatan perjanjian Lisensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 84 UU No.28/2014
Lisensi wajib merupakan Lisensi untuk melaksanakan penerjemahan dan/atau Penggandaan
Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra yang diberikan berdasarkan keputusan
Menteri atas dasar permohonan untuk kepentingan pendidikan dan/atau ilmu pengetahuan
serta kegiatan penelitian dan pengembangan.
Pasal 113 UU No.28/2014
1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
Pasal 114 UU No.28/2014
Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan
sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil
pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Tugas Bab 11
1. Jelaskan lima karakteristik cybercrime!
Jawaban :
Berdasarkan beberapa literatur serta praktiknya, cybercrime memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :
1) Perbuatan yang dilakukan secara ilegal, tanpa hak atau tidak etik tersebut
terjadi dalam ruang/wilayah siber/cyber (cyberspace), sehingga tidak dapat
dipastikan yurisdiksi negara mana yang berlaku terhadapnya.
2) Perbuatan tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan apapun yang
terhubung dengan internet.
3) Perbuatan yang mengakibatkan kerugian materiil maupun immateriil (waktu,
nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat, kerahasian informasi) yang
cenderung lebih besar dibandingkan dengan kejahatan konvensional.
4) Pelakunya adalah orang yang menguasai penggunaan internet beserta
aplikasinya.
5) Perbuatan tersebut sering dilakukan secara transnasional/melintasi batas
negara.
2. Illegal Contents
Merupakan kejahatn yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke
internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum
atau menggangu ketertiban umum, contohnya adalah penyebaran pornografi.
Contoh Kasus :
Pada tahun 2008, pemerintah AS menangkap lebih dari 100 orang yang diduga
terlibat kegiatan pornografi anak. Dari situs yang memiliki 250 pelanggan dan dijalankan di
Texas, AS, pengoperasiannya dilakukan di Rusia dan Indonesia. Untuk itulah, Jaksa Agung
AS John Ashcroft sampai mengeluarkan surat resmi penangkapan terhadap dua warga
Indonesia yang terlibat dalam pornografi yang tidak dilindungi Amandemen Pertama. Di
Indonesia, kasus pornografi yang terheboh baru-baru ini adalah kasusnya Ariel-Luna-Cut
Tari.
4. Data Forgery
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-
dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya dimiliki oleh institusi
atau lembaga yang memiliki situs berbasis web database.
Contoh Kasus :
Data Forgery Pada E-Banking BCA
Dunia perbankan melalui Internet (e-banking) Indonesia, dikejutkan oleh ulah
seseorang bernama Steven Haryanto, seorang hacker dan jurnalis pada majalah Master Web.
Lelaki asal Bandung ini dengan sengaja membuat situs asli tapi palsu layanan Internet
banking Bank Central Asia, (BCA). Steven membeli domain-domain dengan nama
miriphttp://www.klikbca.com (situs asli Internet banking BCA), yaitu
domainhttp://www.klik-bca.com,www.kilkbca.com,http://www.clikbca.com,http://
www.klickca.com. Dan http://www.klikbac.com. Isi situs-situs plesetan inipun nyaris sama,
kecuali tidak adanya security untuk bertransaksi dan adanya formulir akses (login form)
palsu. Jika nasabah BCA salah mengetik situs BCA asli maka nasabah tersebut masuk
perangkap situs plesetan yang dibuat oleh Steven sehingga identitas pengguna (user id) dan
nomor identitas personal (PIN) dapat di ketahuinya.
6. Cyberstalking
Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang dengan
memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan e-mail dan dilakukan berulang-ulang.
Kejahatan tersebut menyerupai teror yang ditujukan kepada seseorang dengan memanfaatkan
media internet. Hal itu bisa terjadi karena kemudahan dalam membuat email dengan alamat
tertentu tanpa harus menyertakan identitas diri yang sebenarnya.
Contoh Kasus :
Misalnya e-mail yang berisi ajakan bergabung dengan suatu website, email yang
berisi ajakan untuk membeli produk tertentu, mail yang berisi kontes / undian berhadiah,
misalnya dengan subject
“YOU HAVE WON $1,000,000″ , “LOTTERY NATIONAL UK” , “FREE LOTTO
INTERNATIONAL” , “YOU WON YAHOO LOTTO PROMOTION $1,000″,
“EASY MONEY” ,”WIN CASH ONLINE” ,”FREE JACKPOT” , dan sekarang
makin gencar menawarkan produk paket Adobe Suite yang dilengkapi dengan attachment
pdf.
7. Carding
Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik
orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.
Contoh Kasus :
Kartu Kredit Polisi Mabes Kena Sikat
detikcom – Jakarta, Kejahatan memang tak pandang bulu, terlebih kejahatan di
internet. Di dunia maya ini, Polisi dari Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes
Polri) pun kebobolan kartu kredit. Brigjen Pol Gorries Mere, yang saat ini menyandang
jabatan Direktur IV Narkoba Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, dikabarkan menjadi
korban kasus carding. Sampai berita ini diturunkan, Gorries Mere tidak berhasil dihubungi
untuk diminta konfirmasinya. Ketika dikonfirmasi ke Setiadi, Penyidik di Unit Cybercrime
Mabes Polri, pihaknya membenarkan hal itu.
10. Hijacking
Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Yang
paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat lunak).
Contoh Kasus :
Polri menangkap dua tersangka pembajakan hak cipta softaware dari perusahaan PT
Surya Toto Indonesia (STI) dan PT MA di wilayah Jabodetabek. Mereka, Sintawati, manajer
dan Yuliawansari, direktur marketing PT STI perusahaan yang bergerak dibidang IT. Akibat
perbuatan kedua tersangka, merugikan pemegang lisensi resmi pemegang hak cipta software
senilai US$2,4 miliar. Dari PT STI, polisi menyita 200 lebih software ilegal yang diinstal
dalam 300 unit komputer. Sedangkan dari PT MA, Polri juga menyita 85 unit komputer yang
diduga telah diinstal ke berbagai software yang hak ciptanya dimiliki Business Software
Alliance (BSA). Polisi juga berhasil menemukan barang bukti software ilegal yang hak
ciptanya dimiliki anggota BSA, antara lain program Microsoft, Symantec, Borland, Adobe,
Cisco System, Macromedia dan Autodesk. Program tersebut telah digandakan tersangka.
“Para tersangka menggandakan program tersebut dan mengedarkannya kemudian menjualnya
kepada pihak lain. Mereka dari satu perusahaan, yakni PT STI,” kata Kabid Penum Humas
Polri Kombes Bambang Kuncoko kepada wartawan di Mabes Polri, Rabu (1/11).
Menurut National Police Agency of Japan (NPA) cyber terrorism adalah serangan elektronik
melalui jaringan computer terhadap infrastruktur kritis yang berpotensi besar mengganggu
aktivitas sosial dan ekonomi bangsa. Menurut The U.S Departement of Justice menyatakan
bahwa cyber terrorism merupakan semua aktifitas illegal yang berkaitan dengan pengetahuan
teknologi komputer.
Menurut OECD (Organitation for Economic Co-operation and Development)cyber terrorism
yaitu perilaku illegal yang tidak etis atau tidak sah yang berkaitan dengan pemrosesan
otomatis transmisi data.
Kemudahan yang ditawarkan abad informasi sekaligus mengundang para terorisme di dunia
maya (cyber terrorism) untuk turut serta berpetualang didalamnya.Pengertian tentang cyber
terrorism sebenarnya terdiri dari dua aspek yaitu cyber space dan terrorism, sementara para
pelakunya disebut dengan cyber terrorists. Para hackers dan crackers juga dapat disebut
dengan cyber terrorist, karena seringkali kegiatan yang mereka lakukan di dunia maya
(Internet) dapat menteror serta menimbulkan kerugian yang besar terhadap korban yang
menjadi targetnya, mirip seperti layaknya aksi terorisme. Keduanya mengeksploitasi dunia
maya (internet) untuk kepentingannya masing-masing. Mungkin perbedaan tipis antara cyber
terrorist dan hackers hanyalah pada motivasi dan tujuannya saja, dimana motivasi dari para
cyber terrorist adalah untuk kepentingan politik kelompok tertentu dengan tujuan
memperlihatkan eksistensinya di panggung politik dunia. Sementara motivasi para hackers
adalah untuk memperlihatkan eksistensinya atau adu kepintaran untuk menunjukan
superiotasnya di dunia.