You are on page 1of 129

J

Riris Yuliati Pradana


Wahyu Tiarni
Cara Jitu
Pengembangan
Keahlian dan Keterampilan
Anak Berkebutuhan Khusus
Riris Yuliati Pradana & Wahyu Tiarni

Cara Jitu
Pengembangan
Keahlian dan Keterampilan
Anak Berkebutuhan Khusus
Cara Jitu Pengembangan Keahlian dan Keterampilan
Anak Berkebutuhan Khusus
Copyright ©Riris Yuliati Pradana & Wahyu Tiarni

Penyunting: Abd. Kholiq


Penata Letak: r.l. Lendo
Reviewer: Ambhita Dhyaningrum, S.S., M.Hum
Ilustrator: Aulia Rahmat SM
Desain Cover: Giyadi
Gambar Sampul Luar:
https://www.freepik.com/free-vector/happy-students-
jumping-with-flat-design_1216710.htm

Cetakan 2020
x + 116; 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-602-9434-80-4

Diterbitkan oleh:
RELASI INTI MEDIA (Anggota IKAPI)
Jln. Veteran, Gg. Manunggal No. 638 C RT/RW. 20/05
Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta
Tlp. (0274) 4286584
DAFTAR ISI

Daftar Isi ~v
Prakata ~vii

Pendahuluan ~1
Step 1: Terima Apa Adanya ~17
Step 2: Didik dengan Cinta ~23
Step 3: Kenali Anak Anda ~35
Step 4: Ajari Kemandirian ~45
Step 5: Ajari Bersosialisasi ~59
Step 6: Gali Potensinya ~73
Step 7: Raih Bintangnya ~85
Step 8: Jadikan Ia Spesialis Berwawasan Global ~93
Penutup ~99

Daftar Pustaka ~101


Biodata Penulis ~103
Biodata Editor ~107
Biodata Ilustrator ~109
Biodata Reviewer ~111
Biodata Penerbit ~115

v
Prakata

Tujuan buku ini ditulis tidak hanya untuk membesarkan hati


para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tetapi
lebih dari itu, buku ini memiliki misi pengembangan keahlian
dan ketrampilan anak berkebutuhan khusus.
Tips-tips yang ada di buku-buku ini akan menjadikan kita
orang tua yang dengan besar hati menerima konsisi buah hati
kita, dan tentunya bisa menggali sesuatu yang lebih dari mereka.
Di buku ini kita akan menemukan bintang mereka.
Memang tidak mudah berada di dalam sebuah kondisi yang
berbeda dengan yang lain. Kondisi ini membuat seseorang
merasa asing dan dikucilkan. Apalagi, dahulu kala, memiliki
anak berkebutuhan khusus adalah sebuah azab, bukan hanya
untuk keluarga, tapi juga untuk masyarakat.
Meski pandangan masyarakat sudah mulai berkurang,
nyatanya pandangan ini tidak hilang sama sekali. Masih ada
perasaan yang berbeda yang dirasakan oleh keluarga atau
orang di sekitar anak berkebutuhan khusus. Masih ada saja
diskriminasi, Meskipun maksud hati tidak ingin melakukan hal
yang sedemikian.
vii
Mungkin kalimat ini yang tepat untuk memberi motivasi
kepada kita semua yang secara kebetulan memiliki anak
berkebutuhan khusus:

Kita tidak sendiri


Jangan merasa sendiri
Jangan menarik diri

Dan tentunya, implementasi dari rangkaian kata di atas


bukan hanya dirasakan di dalam hati, tapi juga terlihat dalam
aktivitas mendidik dan membesarkan anak berkebutuhan
khusus.

Penulis

viii
Buku ini dipersembahkan khusus kepada para
orang tua hebat yang membesarkan anaknya
dengan hati yang besar
***

ix
Pendahuluan

“Memiliki anak berkebutuhan khusus sebenarnya


sama dengan saja seperti memiliki anak normal
pada umumnya.”
***
Mungkin banyak yang tidak sependapat dengan pernyataan di
atas. Termasuk Anda. Tapi di buku ini, akan jelas terlihat dan terbukti
bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus memang tidak jauh
berbeda dengan memiliki anak normal pada umumnya.
Mengapa begitu? Mari kita lihat satu persatu sebabnya. Semoga
setelah membaca beberapa alasan di bawah ini, Anda akan berubah
pikiran.
1. Mereka sama-sama makluk ciptaan Yang Maha Kuasa
2. Mereka sama-sama titipan Allah yang harus kita jaga, kita rawat
dan kita besarkan dengan kasih sayang
3. Mereka sama-sama membutuhkan perhatian dan kasih sayang
kita sebagai orang tua, karena itu adalah kebutuhan mendasar
sebelum kebutuhan yang lain.
4. Mereka sama-sama akan mendewasakan kita sebagai orang
tua, dengan sebuah proses kehidupan bersama-sama, dimana
interaksi kita dengan mereka akan menguji berbagai ‘kompetensi
hidup’ yang kita miliki

1
Pendahuluan

5. Mereka sama-sama akan berproses sesuai dengan stimulus dan


pola asuh yang kita berikan.

Memang, harus diakui, ada sedikit perbedaan, meskipun per­


bedaan itu tampak nyata, baik yang bisa kita lihat dengan kasat mata
ataupun tidak. Tapi tidak tampak nyata pada perbedaan pengaruhnya
terhadap kehidupan kita,
1. Perbedaan Fisik yang Sangat Mencolok
Ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang secara fisik bisa
langsung dilihat kekhususannya, misalnya anak-anak yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro
muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan
lumpuh.
Adapun tingkatannya yaitu
- ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan
aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi
- sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik
- berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik
dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
2. Perbedaan Kemampuan Indra yang Sangat Mencolok
Ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang secara fisik
memang tidak terlihat, tetapi setelah kita berinteraksi atau
berkomunikasi dengan mereka, akan tampak disabilitasnya.
Beberapa anak tersebut antara lain

2
Pendahuluan

- Anak dengan gangguan atau hambatan dalam indra peng­


lihatannya.
Berdasarkan tingkat gangguannya, dibagi dua yaitu buta total
(total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan
(Low Vision). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra
dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna putih
dengan ada garis merah horizontal.
Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya
maka ia berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang
lain­nya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain
sebagainya sehingga tidak sedikit yang memiliki kemampuan
luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan.
- Anak yang mengalami penurunan atau ketidakmampuan se­
seorang untuk mendengarkan suara.
Ada beberapa tingkatan gangguan
• Gangguan Dengar Konduktif adalah gangguan dengar
yang disebabkan kelainan di telinga bagian luar dan/atau
telinga bagian tengah, sedangkan saraf pendengarannya
masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi
telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen
di liang telinga.
• Gangguan Dengar Saraf atau Sensorineural yaitu
gangguan dengar akibat kerusakan saraf pendengaran,
meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau
tengah.
• Gangguan Dengar Campuran yaitu gangguan yang me­
ru­pakan campuran kedua jenis gangguan dengar di

3
Pendahuluan

atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar


dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pen­
dengaran.
- Anak dengan gangguan bicara, yaitu ketidakmampuan anak
untuk berbicara yang disebabkan oleh disebabkan oleh
gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan, pita suara,
paru-paru, mulut, lidah, dsb.

3. Perbedaan Tingkah Laku yang Sangat Mencolok


- ADHD
Atau Attention Deficits and Hyperactifity Disorder, adalah
gang­ guan yang berupa kurangnya perhatian dan hiper-
aktifitas (aktifitas yang berlebihan).
ADHD sebenarnya merupakan kondisi neurologis yang
menim­ bulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas-impulsivitas yang tidak sejalan dengan
perkem­bangan usia anak.
Lusi Nuryanti (2008) di dalam bukunya menyebutkan
perilaku yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan
memusatkan perhatian:
• Tidak mampu memperhatikan detail ataau melkaukan
ke­
cerobohndalam mengerjakan tugs, bekerja, dan
aktivitas yang lain.
• Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau
aktivitas bermain.
• Kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan
orang lain.
4
Pendahuluan

• Tidak mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan


tugas.
• Kesulitan mengorganisasikan tugas dn aktivitas
• Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam
tugas yang memerlukan proses mental yang lama
• Sering kehilangan barang miliknya
• Mudah terganggu stimulus dari luar
• Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari
Perilaku yang disebabkan oleh hiperaktivitas-impulsivitas:
• Gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
• Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi
lain dimana seharusnya duduk tenang
• Berlari berlebihan atau memanjat-manjat yang tidak
tepat situasinya (pada remaja atau dewasa terbatas pada
perasaan tidak dapat tenang/gelisah)
• Kesulitan bermain atau terlibat di dalam kegiatan yang
me­nyenangkan
• Seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti
mesin
• Berbicara terlalu banyak
• Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan
• Kesulitan menunggu giliran
• Menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain.

5
Pendahuluan

- Autisme
Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada
seseorang yang dialami sejak lahir ataupun saat masa balita.
Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap
kelainan ini adalah kesulitan membina hubungan sosial, ber­
komunikasi secara normal maupun memahami emosi serta
perasaan orang lain.
Namun secara definisi, menurut Lusi Nuryanti (2008) harus
ada sedikitnya 6 gejala dari a, b, dan c dengan minimal dua
gelaja dari a dan masing-masing satu gejala dari b dan c.
a. Gangguan interaktif dalam interaksi sosial yang timbul
balik
1) Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup
me­madai, antara lain kontak mata sangat kurang,
eks­
presi muka kurang hidup, gerak gerik yang
kurang terarah
2) Tidak bisa bermain dengan teman sebayanya
3) Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain
4) Kurangnya hubungan emosi dan sosial yang timbal
balik
b. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
1) Bicara terlambat atau sama sekali tidak berkembang
(tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi
dengan cara lain tanpa bicara)
2) Bila bisa bicara, biasanya tidak dipakai untuk ber­
komunikasi
6
Pendahuluan

3) Sering menggunakan bahasa yang aneh-aneh dan


di­ulang-ulang
4) Cara bermain kurang bervariasi, kurang imajinasi
dan kurang bisa meniru.
c. Memiliki pola yang dipertahankan dan diulang-ulang
dalam perilaku, minat dan kegiatan
1) Mempertahankan satu minat atau lebih dengan
cara yang khas dan berlebih-lebihan
2) Terpaku pada keiatan yang ritualisik atau rutinitas
yang tidak ada gunanya
3) Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas, dan diulang-
ulang
4) Sering terpukau dengan bagian-bagian benda ter­
tentu.
Ada pula anak yang tidak dalam masuk ke dalam tiga kategori di
atas namun termasuk dalam anak berkebutuhan khusus antara lain
- Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang
ditandai dengan rendahnya kecerdasan biasanya nilai IQ-nya
di bawah 70 dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-
hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada
fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang
terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi
mental lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada
kemampuan adaptif.

7
Pendahuluan

- Berkesulitan Belajar
Adalah anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih
kemam­puan dasar psikologis yang mencakup pemahaman
dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat
me­mengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung
ber­
bicara yang disebabkan karena gangguan persepsi,
brain injury, disfungsi minimal otak, disleksia, dan afasia
perkembangan.
Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas
rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik,
gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan
ruang dan keter­lambatan perkembangan konsep.
- Lamban Belajar
Jika anak yang berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau
di atas rata-rata maka sebaliknya dengan anak-anak lamban
belajar. Mereka memiliki IQ di bawah norma(ambang batas)l
, meskipun tidak bawah sekali. Dan ingatannya sangat pendek
sekali. Sehingga jika misalnya hari ini bisa mengerti suatu
hal, belum tentu esok hari. Diperlukan pengulangan dalam
memberikan sebuah materi. Dan ketika sudah beranjak ke
materi yang lain, materi yang sudah diajarkan harus sering
diulang. Karena jika tidak, maka bisa dimungkinkan akan lupa
sebagian atau semuanya.
Nyatanya ada banyak cerita dari orang tua yang justru merasa
bahwa memiliki mereka jauh lebih mudah daripada memiliki anak
normal pada umumnya. Di buku ini kita akan mendapati betapa

8
Pendahuluan

banyak orang tua yang telah sukses mengantarkan anaknya yang


berkebutuhan khusus ke puncak kesuksesan, ke puncak kebanggaan.
Sebenarnya, inilah yang membuat akhirnya semuanya berbeda,
1. Sikap Kita
Kita sudah berpikir negatif terlebih dahulu jika dikaruniai se­orang
anak berkebutuhan khusus. Pikiran negtaif inilah yang akhirnya
membuat sikap kita terhadap anak kita berbeda. Pikiran negatif
inilah yang juga membuat sikap kita terhadap orang lain berbeda.
Berbeda dengan seorang ibu yang mengalami baby blues yang
sikap negatifnya terhadap anak hanya sementara, kalau yang
satu ini cenderung permanen, bahkan akan bertahan kelak anak
tersebut tumbuh besar.
Namun, jika sikap kita positif, semuanya akan berakhir indah.
Kondisi anak yang berbeda justru membuat orang tua lebih
bersyukur dan termotivasi bahkan tertantang untuk membuat
anaknya lebih maju daripada anak lain.
Sikap ini akan memperngaruhi interaksi orang tua baik
dengan masyarakat maupun dengan anak itu sendiri.
2. Porsi Kasih Sayang Kita
Sikap kita ke anak kita akan berpengaruh sangat besar pada porsi
sayang kita ke anak kita. Meskipun memiliki anak berkebutuhan
khusus, sikap positif akan memunculkan porsi kasih sayang yang
besar melebihi jika seseorang memiliki anak normal. Ini akan
sayang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang ibu yang bersikap positif terhadap anaknya yang ber­
kebutuhan khusus, pasti akan mencurahkan segalanya untuk ke­
bahagiaan anaknya. Bahkan mereka mau untuk mengorbankan
9
Pendahuluan

waktu, kesempatan, tenaga, uang, bahkan karier demi menjaga


anak tersebut.
Bisa dibandingkan dengan seorang ibu yang membenci
anaknya karena anaknya adalah hasil dari korban perkosaan
misalnya. Meskipun anaknya normal, karena ada latar belakang
yang membuat seorang ibu membenci anak kandungnya, maka
porsi kasih sayangnya sangatlah sedikit, bahkan nol.
3. Kedewasaan Kita
Kedewasaan kita dalam menghadapi kehidupan akan sangat
ber­pengaruh terhadap anak kita. Jika seseorang sudah memiliki
ke­dewasaan yang cukup tinggi, memiliki anak berkebutuhan
khusus bukan permasalahan yang besar baginya. Menurutnya
anak hanya sekedar titipan dan yang paling penting dari semua ini
adalah bagaimana merawat titipan tersebut, apapun kondisinya.
Dan meskipun anak kita normal, tetapi kita tidak dewasa
dalam menghadapi permasalahan dan cobaan kehidupan, pastilah
anak kita akan mengalami ketidakseimbangan psikologisnya.
Mentalitas anak tersebut akan rapuh, karena orang tuanya
masih memiliki sifat kekanak-kanakan. Memang benarlah kata
slogan dalam sebuah iklan, “Tua itu pasti, dewasa itu pilihan”.
Belum tentu bertambahkahnya umur kita, akan bertambah pula
kedewasaan kita.
4. Pola Asuh Kita
Pola asuh yang salah, dalam kondisi yang ekstrim, akan menye­
babkan anak normal menjadi anak berkebutuhan khusus. Di
zaman sekarang ini, dengan semakin berkembangnya tingkat
ekonomi masyarakat dan gaya hidup yang berubah, menyebabkan

10
Pendahuluan

banyak anak yang tidak tuntas tugas perkembangannya. Akhirnya


banyak anak yang kemampuannya di bawah umurnya, baik itu
kemampuan kognitif, motorik, ataupun mentalitasnya. Tentunya
ini menjadi tugas semua orang tua untuk bisa megantarkan
anaknya sesuai dengan tugas perkembangannya.
Nah, pola asuh yang tepat akan membuat anak berkebutuhan
khusus sekalipun bisa memiliki ketrampilan hidup yang tidak
kalah dengan anak normal bahkan melebihinya. Itu sebabnya
banyak kita jumpai di masyarakat, ada orang cacat yang sangat
mandiri melebihi orang normal pada umumnya.
5. Stimulus Kita
Stimulus yang kita berikan kepada anak, apalagi di usia emasnya,
antara nol sampai lima tahun, akan berpengaruh secara signifikan
terhadap perkembangan otaknya. Artinya, anak berkebutuhan
khusus bisa dikarenakan bawaaan dari lahir, tapi ada juga yang
‘tidak sengaja’ diciptakan oleh orang tua yang tidak mengetahui
stimulus apa yang harus diberikan kepada anaknya di usia-usia
tertentu.
Itulah sebabnya betapa orang tua harus belajar banyak tentang
pendidikan anak. Mereka harus aktif belajar. Bahkan perhatikan
mereka harus lebih detail lagi. Itu yang menyebabkan kita sekarag
menyadari betapa pentingnya KMS (Kartu Menuju Sehat) dan
program posyandu. Kita akan tahu dan diajari memberikan
stimulus di tiap tahap perkembangan anak. Sehingga tidak akan
ada lagi anak berkebutuhan khusus baru yang tidak sengaja kita
ciptakan.

11
Pendahuluan

Sikap negatif, porsi kasih sayang yang sedikit, kedewasaan kita


yang kurang, pola asuh yang jelak dan stimulus yang kurang, entah
satu satu atau berpadu, telah membuat kita sebagai orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus merasakan hal-hal yang tidak
menyenangkan, sehingga muncullah sikap-sikap seperti,
1. Malu
Kita merasa malu karena anak kita berbeda. Apalagi jika hal itu
ada hubungan sebab akibatnya dengan kita, kita merasa harga
diri kita jatuh.
2. Merasa Dirinya yang Paling Menderita
Kita merasa bahwa diri kitalah yang paling menderita. Kita
merasa semua orang berbahagia dengan anak normal yang
mereka miliki, kecuali kita. Kita mereka bahwa ini adalah sebuah
hukuman untuk kita.
3. Allah Tidak Adil
Setelah itu, kita akan menyalahkan Sang Maha Pencipta. Kita
merasa bahwa Allah tidak adil. Kita akan selalu bertanya mengapa
harus kita yang mengalami hal yang demikian ini dan bukan
orang lain. Pertanyaan-pertanyaan itu akhirnya hanya akan
membuat kita dan Allah semakin jauh saja.
4. Menarik Diri dari Pergaulan di Masyarakat
Efek lain setelah itu adalah, kita akan menarik diri dari pergaulan
di masyarakat. Kita akan beranggapan bahwa, setiap ada
perbincangan di masyarakat, pasti akan membicarakan diri kita.
Dan itu pasti sangat memalukan. Sehingga kita beranggapan lagi
bahwa, daripada mendengar sesuatu yang tidak mengenakkan
hati, lebih baik tidak mendengar saja. Konsekuensinya adalah,
12
Pendahuluan

kita tidak perlu bergabung dengan mereka dan menarik diri dari
pergaulan di masyarakat.
5. Mengisolasi Anak Dari Pertemanan
Setelah kita yang menarik diri dari masyarakat, tentunya kita
juga tidak akan membiarkan anak kita berkeliaran. Kita juga pasti
akan sangat menjaga pergaulannya. Kita tidak mau mengambil
resiko yang terlalu besar apabila anak kita yang merupakan anak
berkebutuhan khusus, bermain bersama anak normal yang lain.
Kita takut jika terjadi apa-apa, kita akan dipermalukan lagi untuk
ang kedua kalinya.
Di buku ini, akan ada cara jitu bagaimana kita sebagai orang tua
yang memiliki anak berkebutuhan khusus, bisa mengoptimalkan
kelebihan yang dimiliki oleh anak kita, dan bisa mengembangkan
keahlian dan ketrampilan mereka, karena kelak di kemudian hari,
mereka akan tumbuh besar dan hidup tanpa kita di sisi mereka.
Mereka akan merasakan hidup di dunia nyata yang mungkin akan
terasa berat bagi mereka jika kita tidak membekali mereka dengan
kompetensi-kompetensi untuk hidup.
Di dalam buku ini, akan ada cara jitu bagaimana kita bisa,
1. Menerima apa adanya kondisi anak kita
2. Memberikan kasih sayang dan cinta
3. Mengenali kekhususan anak kita dan apa kebutuhannya
4. Memberi bekal kemandirian kepada anak kita sesuai tugas
per­kembangannya
5. Mengajari cara bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang
lain

13
Pendahuluan

6. Menemukan potensi dan melejitkannya


7. Menemukan kebanggaannya
8. Menjadikan mereka seseorang yang professional untuk bekal
hidup­nya
Di dalam buku ini juga sarat dengan kisah-kisah yang sangat
memotivasi, yang harapannya bisa menjadi pendorong agar kita juga
bisa melakukan hal sehebat mereka. Semua disajikan untuk meyakinkan
kita semua bahwa kita tidak sendiri. Begitu banyak orang di luar sana
yang juga mengalami masalah yang sedikit banyak sama dengan kita.
Kisah-kisah yang ada di buku ini sengaja kami sesuaikan dengan
step by step yang kami tawarkan. Harapannya ada sebuah pengertian
dan pemahaman yang lengkap tentang tahapan-tahapan dalam
mendampingi anak menggapai citanya. Tentunya kita bisa menjadikan
kisah-kisah tersebut sebagai guru atau mentor dalam mendidik anak
kita.

14
Pendahuluan

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

“Deklarasi Jenewa tahun 1989, tercatat 193 negara


di dunia, termasuk Indonesia menandatangani Kon-
vensi Hak Anak (KHA), yang didalamnya juga me-
negaskan bahwa: “Setiap orang memiliki hak untuk
pendidikan”

15
Step 1
Terima Apa Adanya

√√ Di tahapan ini, kita akan belajar bagaimana menerima


apa yang sudah diberikan oleh Sang Maha Kuasa.
√√ Justru inilah kesempatan emas yang orang lain tidak
mendapatkannya
Malu, merasa paling menderita, berpikir Allah tidak adil, menarik diri
dari masyarakat, dan mengisolasi anak dari pertemanan adalah sikap-
sikap yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang mau tidak mau, itu sering
terjadi pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Jika sikap ini yang kita pilih, berarti sebenarnya kita telah memilih
untuk bersikap seperti yang disebutkan di bawah ini
1. Menyakiti diri sendiri
2. Menghancurkan diri sendiri
3. Menyengsarakan diri sendiri
Mengapa? Karena hidup adalah sebuah pilihan. Mau bahagia atau
sedih? Mau sukses atau hancur? Mau senang atau menderita?
Tentunya kita memilih pilihan pertama bukan? Nah, agar pilihan
pertama menjadi pilihan yang benar-benar tepat, tentunya kita
harus memiliki alasan yang kuat mengapa kita memilih pilihan yang
pertama.
17
Terima Apa Adanya

Bukan Akhir Segalanya


Mempunyai anak berkebutuhan khusus adalah fakta yang harus
kita terima walaupun kita merasa mendapatkan suatu beban berat
tersendiri. Diberi amanah anak berkebutuhan khusus baik pada saat ia
lahir atau pada saat anak sedang berkembang pasti akan terasa berat.
Tapi yang menjadi masalah adalah, dunia belum berakhir. Tidak
seperti mimpi di tidur kita yang akan hilang saat kita terbangun. Fakta
ini yang harus kita terima hadapi. Semua pilihan ada di tangan kita.
Mau dihadapi atau tidak sama sekali.
Nah, dua pilihan di atas teryata hanya memberikan satu pilihan
buat kita, yaitu HADAPI. Tak mungkin kita aka memilih pilihan yang
kedua bukan? Nah, konsekuensinya adalah, kita harus menghadapinya
dengan cara yang indah, dengan cara yang bahagia.
Mengapa? Karena, memiliki anak berkebutuhan khusus bukan
akhir segalanya. Ada proses-proses yang akan kita hadapi yang
justru itu akan menentukan bagaimana akhirnya kelak. Keputusan-
keputusan di awal akan sangat berdampak pada hasil di kelak
kemudian hari.
Tentunya, keikhlasan menerima kondisi ini tidak hanya sebuah
keikhlasan yang ditanamkan di dalam hati, tetapi juga keikhlasan yang
tampak pula di mata dan raut wajah, juga keikhlasan yang tampak di
perbuatan dan sikap yang ditunjukkan di perilaku sehari-hari, baik saat
berinteraksi bersama anak ataupun saat bersama orang-orang di sekitar.

18
Terima Apa Adanya

Kesempatan Emas
Jika kita melihat lebih dekat makna mengapa Yang Maha Kuasa
menitipkan anak berkebutuhan khusus kepada kita, mungkin kita akan
lebih bijaksana memaknai ini semua. Kita justru akan menganggap
bahwa ini semua adalah semata-mata kesempatan emas yang diberikan
kepada kita.
Mengapa? Ada baiknya dengan hati yang terbuka dan jujur, kita
membaca dan memahami mengapa ini justru menjadi kesempatan
emas bagi kita. Inilah alasannya.
1. Kita akan lebih belajar tentang ketabahan dan keikhlasan
2. Kita akan lebih bersabar dalam menerima sesuatu
3. Kita menjadi lebih pandai dalam mengendalikan emosi
4. Kita menjadi lebih dewasa
5. Kita akan belajar tentang bagaimana menghadapi kekhususan
anak. Bagaimana penanganannya, bagaimana tata laksananya,
bagaimana pedomannya, dan lain-lain
6. Kita akan lebih pandai memilih sikap yang tepat saat menghadapi
masalah tertentu
7. Kita akan memiliki pengalaman yang lebih dalam mengasuh,
membesarkan dan mendidik anak berkebutuhan khusus, se­hingga
kita bisa share dengan orang lain yang berada di kondisi yang sama.

19
Terima Apa Adanya

Yuk Belajar dari Mereka


Di bawah ini ada sebuah kisah yang akan membelajarkan kita semua,
betapa menerima apa yang diberikan kepada kita adalah sikap terbaik,
saat kita diberi anak berkebutuhan khusus.

Anakku Autis
Saya adalah seorang ibu dari dua anak, yang dua-duanya didiagnosa
mengalami gangguan spektrum autistik (autistic spectrum disorder,
atau ASD). Awalnya, saya bingung menghadapi sang anak, dan malu
karena diperhatikan orang banyak. Mereka suka mengamuk (tantrum)
tanpa sebab yang jelas, berteriak-teriak, menangis membabi buta, dan
kadang memukul atau menendang kesana kemari sekenanya.
Untungnya saya tidak merasa sendirian, di luar sana, saya berjuang
bersama-sama dengan sekolah, komunitas, dan teman-teman, baik
yang juga memiliki anak berkebutuhan khusus maupun yang tidak.
Itu memberi kekuatan tersendiri bagi saya.
Hari berganti hari, tahun berganti tahun. Saya menyaksikan dan
melihat mereka tumbuh. Saya mendidik dan membesarkan mereka,
dan setelah saya menikmati proses itu, saya merasa begitu bangga
karena saya punya peluang memandang dunia dengan cara yang
berbeda dan terbuka pada perbedaan itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan saya tidak peduli pada
apa yang dipikirkan orang banyak. Saya tahu ini adalah cara Allah
mendewasakan saya dan suami. Semoga kami bisa mendidik dan
membesarkannya dengan baik.

20
Terima Apa Adanya

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Asean Para Games adalah pesta olahraga untuk kaum


difabel. Asean Para Games untuk pertama kalinya digelar
pada tahun 2001 di Malaysia.

21
Step 2
Didik dengan Cinta

√√ Di tahapan ini, kita akan belajar mengetahui bahasa cinta


anak sehingga kita bisa mencintai dengan cara yang tepat
√√ Mendidik dengan cinta pasti akan memberi hasil yang lebih
baik

Awali Dengan Cinta


Tentu cinta yang akan bicara ketika hati dan pikiran kita sudah
menerima penuh kehadiran anak berkebutuhan khusus di kehidupan
kita. Perasaan yang lebih untuk selalu melindungi, merawat, menjaga
dan membesarkan melebihi perasaan-perasaan yang lain. Cinta inilah
yang akan membersamai anak tumbuh, dari hari ke hari, dari waktu ke
waktu. Setiap detail perkembangan anak tentunya akan dipantau oleh
cinta.
Namun, bagi orang tua yang masih dalam berproses untuk
menerima kehadiran anaknya yang berbeda, proses mencintai dan
dicintaipun juga butuh proses. Orang tua perlu belajar bagaimana
menyuburkan dan mengendalikan cintanya, dan ia perlu belajar
bagaimana memberikan cinta yang dimilikinya kepada anak.

23
Sebelumnya, tentu kita harus mengetahui kecenderungan bahasa
cinta yang dimiliki anak. Jangan sampai ada perbedaan persepsi
antara orang tua dan anak tentang bahasa cinta mereka.
Bahasa cinta bisa diartikan sebuah jalan atau cara bagaimana
menunjukkan rasa cinta atau persepsi tentang indikator bahwa ia
dicintai.
Misalnya saja begini, orang tua beranggapan, dengan selalu
memberikan hadiah, itu adalah salah satu wujud cintanya kepada
anak. Tapi menurut anak, ia merasa dicintai jika orang tua selalu ada
waktu untuk bersama dengannya.
Nah, perbedaan ini merupakan jurang, sehingga di kedua belah
pihak akan merasa tidak dicintai. Orang tua merasa tidak dihargai
karena perasaan cintanya melalui hadiah-hadiah yang diberikan
tidak dianggap atau tidak dipedulikan anak. Dan anak merasa bahwa
ia tidak dicintai karena orang tuanya tidak memiliki waktu untuknya
dan menggantikannya dengan hadiah-hadiah yang sama sekali tidak
berarti untuknya.
Untuk memberi dan menunjukkan cinta kepada anak, apalagi
anak berkebutuhan khusus yang suatu hari nanti ia akan mengetahui
tentang kekuranga dan kelebihannya, orang tua perlu belajar tentang
bagaimana bahasa cinta anak. Jangan sampai cara kita sebagai
orang tua salah, karena ini akan fatal jika suatu hari nanti anak kita
menginjak dewasa. Ini akan berpengaruh pada sisi psikologisnya.
Musrofi (2010) menjelaskan ada lima bahasa cinta yang perlu kita
pelajari agar kita bisa tepat mengungkapkan rasa cinta kita kepada
anak kita, yaitu hadiah, kata-kata penegasan, waktu yang berkualitas,
sentuhan fisik dan juga pelayanan. Mari kita bahas satu persatu.
24
1. Hadiah
Anak yang memiliki bahasa cita ini merasa dicintai bila sering
menerima pemberian istimewa dari orang lain. Memberi
hadiah adalah bahasa cinta yang paling mudah dipelajari.
Hadiah yang diberikan tidak harus sesuatu yang mahal, tetapi
akan menunjukkan bahwa orang tua memberikannya sebagai
ungkapan cinta.
Untuk mengungkapkan rasa cinta kepada anak yang memiliki
bahasa cinta ini, kita bisa memberikan hadiah-hadiah kecil yang
menarik, seperti pensil, rautan lucu, stiker, dsb. Itu sangat berarti
baginya. Sesekali, kita memberi kejutan dengan memberikan
sesuatu yang besar. Pasti anak akan menyukainya.
Tetapi sebagai orang tua kita tetap harus bijak mengendalikan
dalam memberi hadiah. Jangan setiap hari diberi hadiah atau
setiap kita punya keinginan terhadap anak untuk melakukan
sesuatu kita memberi hadiah. Anak harus dipahamkan benar
tentang hal itu. Karena jika tidak akan mengakibatkan hal yang
buruk, baik untuk orang tua maupun untuk anak.
Dan perlu dipahami bahwa hadiah tidak harus berupa benda
atau barang. Hadiah bisa jadi berupa kesempatan, hak istimewa,
melakukan sekali lagi kegiatan yang sudah dilakukan, dan yang
lain.
Pengetahuan orang tua tentang variasi hadiah dan juga
managemen yang baik dalam memberikannya kepada anak akan
membuat anak merasa dicintai. Bagi orang tua yang memiliki
bahasa cinta ini harus benar-benar belajar tentang ini.

25
Didik Dengan Cinta

2. Kata-Kata Penegasan
Anak yang memiliki bahasa cita ini merasa dicintai bila dipuji
atau dengan kata-kata penghargaan. Kata-kata penegasan yang
berupa pujian atau penghargaan itu diungkapkan dengan ramah,
tulus, dan mesra, bukan dibuat-buat.
Kata-kata seperti “Hebat sekali!”, “Terima kasih, kamu
memang jago!”, “Luar biasa! Besok lakukan yang lebih baik
lagi ya….” dan yang lain adalah kata-kata penegasan yang akan
membuat anak semakin bersemangat dan merasa dicintai.
Kata-kata yang diucapkan tidak harus berlebihan, “Kamu
memang anak paling pandai sedunia”, atau “ Memang tidak
ada yang lebih hebat daripada kamu” tidak perlu diucapkan.
Karenabagi anak tertentu ini akan membuatnya sombong, atau
malah merasa direndahkan atau dilecehkan.
Dan yang tidak kalah penting adalah, kata-kata penegasan
yang diucapkan harus proporsional dengan kondisi dan usia
anak. Jangan sampai ucapan untuk anak usia 6 tahun seperti
“Wah, luar biasa pintar anak Ibu”, kita berikan kepada anak usia
14 tahun yang bahkan dia sudah tahu kekhususannya. Ini justru
akan membuat demotivasi.

3. Waktu yang Berkualitas


Anak yang memiliki bahasa cinta ini, aspek terpenting adalah
keber­samaan yang ditunjukkan dengan memberikan perhatian
penuh, menunjukkan kasih sayang dan menikmati kegiatan
bersama.

26
Didik Dengan Cinta

Dengan berjalannya waktu, anak yang sudah berusia remaja


akan memilih bahasa cinta ini sebagai bukti orang lain men­
cintainya. Mereka akan lebih suka kehadiran orang tua mereka
daripada hadiah-hadiah yang diberikan.
Gaya hidup dan tuntutan pekerjaan yang membuat orang tua
harus bekerja sampai sore atau malam hari kadang tidak memberi
kesempatan kepada anak untuk mendapat waktu terbaik dari
orang tua. Dan karena orang tua merasa bersalah akan hal ini,
mereka cenderung menggantinya dengan memberikan materi
dan fasilitas-fasilitas, yang sebenarnya, untuk sementara bisa
menggantikan kehadiran mereka, tapi tidak untuk selamanya.
Bagaimanapun juga anak dengan bahasa cinta ini akan tetap
selalu mengharapkan kehadiran orang tuanya sebagai bentuk
cinta dan perhatian mereka.

4. Sentuhan Fisik
Anak yang memiliki bahasa cinta ini, suka dipegang, dibelai, di­
dekap, dicium keningnya, dan sebagainya. Pada masa-masa kritis,
misal saat akan menghadapi sentuhan menjadi sangat penting.
Misalnya dengan memeluk anak. Pelukan merupakan hal yang amat
di­harapkan untuk mengurangi kesedihan atau penderitaan fisik.
Pada saat anak sakit, mereka membutuhkan belaian untuk
mengurangi rasa sakit. Anak akan merasa bahwa dengan belaian
orang tua, anak merasakan bahwa orang tua juga merasakan
sakitnya.
Pada saat akan menghadapi tes atau ujian nasional, pelukan
akan memberi semangat dan meringankan beban, serta mem­­­beri­
kan semangat dan motivasi untuk kesuksesan dan keberhasilan.

27
Didik Dengan Cinta

Pada saat mendapatkan prestasi atau juara, kecupan di kening


akan menunjukkan kebanggaan orang tua terhadap anak atas
prestasi yang sudah diraih oleh anak.
Dan sebagai orang tua, tentunya kita harus bijak dalam
meng­gunakan bahasa cinta ini. Tidak semua tempat dan semua
kesempatan bisa kita gunakan untuk mencium, membelai,
memeluk, dan mencekap. Meskipun anak kita memiliki
bahasa cinta ini, tapi kadang anak tidak suka dan malu jika itu
dilakukannya di depan teman-teman atau di keramaian. Tentu
kita juga harus memahami perasaan anak kita.

5. Pelayanan
Anak yang memiliki bahasa cinta ini, intinya suka dilayani.
Pemberian bantuan akan memperkuat cinta bila dilakukan
dengan senang hati atau atas dasar permintaan.
Berbeda dengan pelayanan yang diberikan pembantu
terhadap majikannya, pelayanan di sini lebih kepada bentuk
perhatian yang diberikan untuk menunjukkan rasa cinta, saling
bantu, atau simpati.
Mengambilkan pensil yang jatuh, merapikan rambut yang
kurang rapi, membawakan bekal, atau sekedar mengingatkan
barang-barang yang harus dibawa ke sekolah.
Selalu ada saat dibutuhkan, itu juga satu indikator yang bisa
dipakai untuk anak-anak dengan bahasa cinta ini. Meskipun
sebagai orang tua, kita harus tahu batasannya. Apa yang secara
prinsip harus dilakukan anak sendiri, itu harus dilakukan sendiri,
karena itu akan berhubungan dengan kemandiriannya.

28
Didik Dengan Cinta

Nah, setelah mengetahui berbagai bahasa cinta, lalu langkah kita


selanjutnya sebagai orag tua adalah, bagaimana mengetahui bahasa
cinta anak kita? Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak salah
dalam mengungkapkan rasa cinta kita kepada anak?
Berikut ini ada beberapa cara bagaimana mengenali bahasa cinta anak
anda. Mungkin pada awalnya kita akan menemukan beberapa bahasa
cinta yang dimiliki anak, tetapi setelah kita menyelaminya beberapa
waktu, akan ada kecenderungan di salah satu bahasa cinta di atas, yang
perbedaannya sangat signifikan dengan bahasa cinta yang lain.
√√ Perhatikan dengan Seksama Bagaimana Anak Meg­
eks­
presikan Cintanya kepada Kita
Jika sepulang dari kantor anak langsung mendekat dan
memeluk kita, barangkali bahas cintanya adalah sentuhan
fisik. Dan jika ia langsung bertanya mana oleh-olehnya,
mung­kin bahasa cintanya adalah hadiah.
√√ Perhatikan Pula Bagaimana Ekspresi Cinta Anak kepada
Selain Kita
Jika anak berkata “Aku ingin memberi hadiah pada kakek”,
ini tanda-tanda bahasa cintanya hadiah. Jika anak berkata,
“Aku ingin menanam jagung lagi bersama kakek”, barangkali
bahasa cintanya waktu yang berkualitas.
√√ Perhatikan Apa yang Sering Diminta Anak
Jika anak sering bertanya, “Bagus tidak gambaranku?”
mungkin bahasa cintanya kata-kata penegasan. Jika anak
sering berkata “Ayo, temani aku belajar Mah”, bisa jadi basa
cintanya waktu yang berkualitas.

29
Didik Dengan Cinta

√√ Perhatikan Apa yang Sering Diprotes Anak


Jika anak biasa berkata, “Kok papa jarang ngantar aku ke
sekolah?” bisa jadi bahasa cintanya pelayanan. Jika anak sering
berkata, “Mengapa kalau pulang kantor tidak membelikanku
hadiah?” mungkin bahasa cintanya hadiah.
√√ Membiarkan Anak Memilih Satu di antara Dua Pertanyaan.
Jika kita bertanya, “Mau ditemani jalan-jalan atau dibelikan
boneka?”dan jawabannya adalah yang pertama, mungkin
waktu berkualitas bahasa cintanya.

Inilah Hasilnya
Dengan mengungkapkan rasa cinta dengan tepat, anak kita yang
berkebutuhan khusus akan merasakan betapa mereka sangat dicinta,
dan secara psikologis, ini akan berpengaruh terhadap
• Kejiwaannya
Mereka merasa aman dan terlindungi. Ada orang-orang yang
­men­cintainya dan akan selalu menjaganya. Rasa ini yang akan
membuat anak akan merasa percaya diri untuk hidup bersama
dengan orang lain di keluarga besar atau juga di masyarakat.
• Motivasi Hidupnya
Bagi anak-anak tertentu, akan berpengaruh terhadap motivasi
hidupnya. Anak-anak dengan cacat fisik sangat membutuhkan
motivasi hidup. Apalagi jika mereka sudah beranjak dewasa.
• Semangat Belajarnya
Dengan cinta yang diberikan dari orang tua dan orang-orang di
sekelilingnya, anak akan tetap bersemangat dalam belajarnya,
meskipun ia menyadari kondisinya berbeda dengan yang lain.
30
Didik Dengan Cinta

Semangat inilah yang selalu diharapkan oleh orang tua, karena


bagaimanapun, pendidikan penting untuk bekal anak kelak, dan
sarananya adalah dengan belajar dengan giat dan tekun.
• Keinginan untuk Berprestasi
Dan akhir dari semuanya adalah keinginannya untuk berprestasi.
Dengan cinta yang dirasakan, anak juga ingin ‘membalas’ cinta
yang sudah diberikan, dengan menunjukkan prestasinya, baik
prestasi di bidang akademik, nonakademik, atau prestasi di
masyarakat yang membanggakan orang tuanya.

Yuk, belajar dari Mereka


Di kisah ini, ada seorang yang mengalami retardasi mental yang
memiliki bahasa cinta kata-kata penegasan. Orang tuanya merasa
menemukan titik balik saat mendapati anaknya juara mewarnai.

Aku Foto Bareng Artis


Saat itu Willy, anak retardasi mental yang bersekolah di sekolah
inklusif mengikuti lomba mewarnai. Lomba itu diadakan khusus
untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Saat dinyatakan sebagai
pemenang, Willy sangat senang. Apalagi saat itu, penyerahan hadiah
dilaksanakan di sebuah hotel bersamaan dengan sebuah acara
seminar tentang autis.
Hadir di sana, Farhan, artis ibukota sebagai nara sumber. Waktu
itu Willy tidak tahu siapa itu Farhan. Namun, karena semua exiting
dengannya dan ingin minta foto bareng, Willy menyimpulkan bahwa
Farhan seorang artis.
31
Didik Dengan Cinta

Saat penyerahan hadiah dan ternyata hadiah itu diserahkan oleh


Farhan, Willy sangat senang. Itu terlihat dari wajahnya yang selalu
bersinar. Rupanya peristiwa inilah yang merupakan titik balik bagi
Willy.
Willy yang pada awalnya bermata kosong, kini mulai
memancarkan cahaya. Anak yang dulu pemurung, pasif, tidak tahu
apa yang harus dilakukan, kini menunjukkan perubahan, meskipun
hanya di beberapa hal saja.
Kini ia bergembira. Ia selalu menunjukkan fotonya bersama
Farhan saat penyerahan hadiah. Dan ia selalu berkata kepada orang
tua dan teman-temannya, “Aku foto bareng artis”. Dan orang tua
menganggap ini sebuah awal menuju pencerahan. Willy suka diberi
pujian terkait dengan hasil mewarnainya.
Hari-hari Willy kini disibukkan dengan aktifitas mewarnai.
Orang tuanya secara bertahap mengajari juga menggambar. Meski
secara kognitif tidak ada perkembangan, paling tidak, kini Willy
sudah menemukan Willy. Anaknya sudah menemukan siapa dirinya.
Dan itu satu hal yang membuat orang tuanya merasa tenang.

32
Didik Dengan Cinta

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Kota Solo merupakan kota pertama yang me­miliki Perda


yang ber­pihak pada kaum difabel, yaitu Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan Difabel.

33
Step 3
Kenali Anak Anda

√√ Di tahapan ini, kita akan belajar bagaimana menge­tahui


kekhususan anak kita
√√ Kita akan mengetahui kebutuhannya, kekuatan dan
kelemahan anak kita, sehingga kita tahu apa yang harus
kita lakukan
Sebagai orang tua, tentu kita harus selalu mengetahui perkembangan
anak-anak kita, baik secara fisik, emosional dan juga perilakunya.
Perhatian orang tua yang intensif terutama di awal masa kehidupan
anak akan membantu kita untuk mengetahui lebih dini apakah anak
kita mengalami gangguan atau tidak, mengalami kelainan atau tidak.
Ada orang tua yang dikaruniai anak dengan gangguan atau kelainan
sesaat setelah proses kelahiran berlangsung. Pada saat ini, orang tua
langsung dihadapkan pada serangkaian kondisi yang mengharuskan
orang tua untuk merubah cara berfikir dan pola asuh terhadap anaknya.
Serangkaian pengobatan, terapi atau tindakan akan dilakukan, dan
ini mau tidak mau meningkatkan kewaspadaan dan perhatian, terkhusus
untuk anak. Lambat laun orang tua akan bisa menerima keadaan ini,
meskipun cepat lambatnya tergantung dari masing-masing individu.
Ada yang memerlukan waktu dua sampai lima bulan untuk meyesuaikan
dengan berbagai keadaan, namun ada juga yang harus memakan waktu
lebih lama, yaitu dari satu sampai dua atau tiga tahun.
35
Kenali Anak Anda

Tapi bagi orang tua yang mendapati anaknya ternyata


berkebutuhan khusus setelah beberapa tahun anak tersebut lahir, perlu
waktu lebih lama untuk menerimanya. Penyesuaian-penyesuaian
terhadap banyak hal memerlukan waktu yang lebih lama.

Lakukan Serangkaian Identifikasi


Saat membersamai anak, jangan lupa untuk selalu melakukan peng­
amatan-pengamatan. Adakalanya perlu juga mengamati perkem­
bangan anak-anak yang lain yang seusia dengan anak kita. Bukan
dalam rangka membandingkan, tapi untuk melihat, sejauh mana
pencapaian perkembangan anak kita, baik dari sisi fisik, emosional,
maupun perilaku.
Kita harus sensitif dengan segala sesuatu yang ‘berbeda’ dari anak
kita. Kita harus melihat kemampuan anak kita, apakah sudah sesuai
dengan tugas perkembangannya ataukah belum.
Di bawah ini, ada beberapa keserasian perkembangan yang biasa
dimiliki oleh anak usia sekolah (Afifuddin, 1987). Untuk anak balita,
tentu kita sudah memilikinya di Kartu Menuju Sehat (KMS).
1. Usia 5 – 8 tahun
a. Fisik
- Pertumbuhan badan lambat tetapi teratur
- Koordinasi otot-otot besar meningkat, dan berkem­
bangnya otot-otot halus
- Pertumbuhan tulang-tulang yang semakin membesar
dan mengeras

36
Kenali Anak Anda

- Gigi susu tanggal dan mulai tumbuh gigi tetap


- Senang akan permainan yang aktif seperti berlari-lari,
melompat-lompat, dan memanjat
- Fungsi penglihatan mencapai batas normal
- Keadaan fisik (jasmani) peka terhadap penyakit (masih
mudah terkena penyakit menular dan infeksi pernafasan)
b. Intelektual
- Perkembangan kepandaian masing-masing individu
mulai nampak berbeda-beda
- Perhatiannya mulai tertuju pada benda-benda bergerak,
warna-warna yang tajam
- Suka mengumpulkan sesuatu untuk dipertunjukkan
kepada teman-teman atau untuk bermain
- Perhatiannya baru sampai pada hal-hal sekarang dan
kenyataan
- Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat
- Ingin tahu mengapa?
c. Emosi
- Egoistis, ingin selalu didahulukan dan ingin menang
sendiri.
- Emosi berubah-ubah dan peka terhadap teguran
- Sudah dapat diserahi tanggung jawab ringan
- Identifikasi kuat terhadap orang tua
- Suka atau tidak suka, spontan dikatakan
- Bertanya-tanya tentang perbedaan kelamin

37
Kenali Anak Anda

d. Sosial
- Jujur, suka bercerita apa yang tadi disaksikan
- Senang berkawan, sering-sering agresif atau menyerang
dan kadang-kadang suka memerintah
- Tidak pilih-pilih teman
- Laki-lak dan wanita bermain bersama, tetapi sudah
sadar akan perbedaan jenis
2. Usia 9 – 12 tahun
a. Fisik

- Pertumbuhan lambat dan teratur


- Dengan usia yang sama, anak-anak wanita biasanya
lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki
- Adanya peningkatan otot-otot besar dan otot-otot halus
- Anggota badan memanjang sampai pada akhir masa ini
- Pertumbuhan gigi tetap, dan gigi susu tanggal
- Nafsu makan besar (suka makan)
- Aktif, banyak bergerak
- Bagi anak wanita, timbul haid pada akhir masa ini
b. Intelektual
- Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat
- Minat belajar besar
- Banyak minat dalam hal ketrampilan
- Ingin mencoba-coba dan ingin selalu tahu tentang
sesuatu

38
Kenali Anak Anda

- Perhatian terhadap sesuatu relatif singkat


- Suka menciptakan alat-alat permainan sendiri
- Amat realistik
- Perhatiannya tertuju pada kehidupan sehari-hari yang
konkret (nyata)
c. Emosi
- Kawan menjadi teman berunding
- Ingin sukses dan ingin tahu
- Mulai tumbuh rasa tanggung jawab terhadap tingkah
laku dan diri sendiri
- Tidak terlalu ingin tahu tentan lawan jenis
- Mudah kecewa dan cemas apabila ada kemalangan di
keluarganya
- Lebih banyak perasaan takut dan malu kepada bapak
atau ibu guru
d. Sosial
- Gemar membentuk kelompok sebaya untuk dapat
bermain bersama-sama
- Dalam bermain seringkali tidak terikat oleh peraturan
yang tradisional
- Suka membuat peraturan permainan sendiri
- Dalam bermain suka bersaing dengan kelompok sebaya
yang lain
- Mulai menunjukkan sikap kepemimpinan (leadership)
- Laki-laki dan wanita bermain sendiri-sendiri

39
Kenali Anak Anda

- Lebih senang hidup di dalam kelompoknya


- Gemar memelihara binatang, misalnya merpati, ayam, dsb
- Gemar menanam sesuatu, sehingga pada masa ini sering
disebut masa bercocok tanam
Jika ada hal yang berbeda, atau tidak seperti semestinya, tentu kita
harus secara bijaksana menyikapinya. Kita perlu meminta bantuan
ahli untuk menegakkan diagnosa.

Apa kebutuhannya?
Mengetahui kebutuhan anak sangat penting untuk proses per­
kembangan dan proses belajar anak. Tentunya anak yang satu berbeda
kebutuhannya dengan yang lain, karena mereka bukanlah anak
yang normal pada umumnya. Kekhususan itu juga membutuhkan
perhatian khusus dan jugaperlakukan khusus.
Tentunya anak yang autis beda penanganannya dengan anak yang
mengalami cacat tubuh, dan anak yang mengalami retardasi mental
berbeda penanganannya dengan anak hiperaktif.
Yuk, Belajar dari Mereka

Ada orang tua yang sering membaca buku tentang pendidikan anak,
terutama saat mereka memiliki anak pertama. Tapi ternyata membaca
saja tidak cukup. Orang tua harus juga belajar dari pengalaman orang-
orang yang sudah memiliki anak.
Mendengarkan nasihat orang tua kita, tetangga, atau teman-
teman kita adalah cara yang bijak. Kita akan belajar dari pengalaman

40
Kenali Anak Anda

mereka untuk mendidik anak kita, tentunya dengan menyaring


informasi yang kita dapatkan.

Anakku Terlambat Bicara. Apa yang Harus Kulakukan?


Mendampingi suami bertugas di luar pulau membuat saya jauh dari
keluarga. Sehingga setelah melahirkanpun, saya mengurus anak saya
tanpa bantuan orang lain. Padahal setahu saya, kebanyakan ibu muda
akan didampingi oleh ibunya sendiri sesaat setelah melahirkan,
sehingga ia akan belajar banyak dari ibunya dalam merawat bayi yang
baru lahir.
Perbedaan kultur budayapun akhirnya membuat saya hanya
memiliki teman yang sangat terbatas. Saya tidak sering berinteraksi
dengan tetangga, hanya saat-saat penting saja. Perbedaan bahasa
juga membuat saya ragu bagaimana saya mengajarkan bersosialisasi
kepada anak saya.
Waktu terus berjalan. Kami menghabiskan waktu di dalam rumah.
Hanya tiap Sabtu dan Minggu kami sekeluarga keluar untuk sekedar
pergi ke pasar swalayan atau jalan-jalan. Selebihnya, kami hanya di
rumah saja.
Sampai akhirnya anak saya, Rangga, sudah berumur dua tahun.
Selama ini, saya merasa memang belum waktunya saja ia harus
berbicara. Ternyata saya salah. Umur dua tahun adalah masa emas
seorang anak untuk melatih kemampuan verbalnya.
Saya bingung. Apa yang harus saya lakukan. Apalagi waktu terus
berjalan. Sebentar lagi Rangga akan berusia tiga tahun, dan ia hanya

41
Kenali Anak Anda

bisa mengucap beberapa kata saja. Saya mulai bertanya-tanya kepada


orang-orang yang tahu tentang hal ini. memang salah saya karena
saya selalu memberikannya tablet untuk sarana belajar. Memang
kadang bermain game, tapi itu game edukatif.
Ternyata aktivitas inilah yang menyebabkan anak saya lambat
bicara. Rangga akhirnya hanya distimulus aktivitas otaknya saja. Ia
memang fokus dan cerdas, tetapi karena kemampuan verbalnya tidak
distimulus, maka bicaranya pun terlambat.
Kini saya masih punya kesempatan sampai umurnya tiga tahun.
Semoga saya tidak terlambat. Saya mengakui kesalahan saya, dan
semoga ini tidak terulang pada kelak anak kami yang kedua.

42
Kenali Anak Anda

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Ternyata ada OSN (Olimpiade Sains Nasional) yang


diselenggarakan khusus untuk anak berkebutuhan
khusus. Adapun kompetisinya antara lain Olimpide
Matematika SDLB/Inklusi, Olimpiade IPA SDLB/Inklusi,
Olimpiade Matematika SMPLB, Olimpiade IPA SMPLB,
Cerdas-Cermat MIPA SDLB/Inklusi, cerdas-Cermat
MIPA SMPLB, Lomba Teknologi Informasi (komputer)
SMPLB/Inklusi, dan Lomba Kewirausahaan SMPLB/
Inklusi.

43
Step 4
Ajari Kemandirian

√√ Di tahapan ini, kita akan meyakinkan pada diri kita


bahwa anak kita harus mandiri, karena kita tidak akan
selalu membersamainya
√√ Kesabaran dan kedisiplinan adalah kuncinya. Adakalanya
kita jengkel, marah dan emosi karena anak tidak segera
mengerti apa yang kita ajarkan.
Sebagai orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tentu­
nya kita harus tetap bijaksana dalam memperlakukan anak. Sebisa
mungkin, anak kita menjalani rutinitas hidup seperti anak normal,
meskipun ada toleransi-toleransi tertentu karena gangguan/
kelainannya.
Salah satunya yaitu tentang kemandirian. Masalah kemandirian
menjadi begitu penting karena setiap orang tua berkewajiban
mendidik anak-anaknya untuk bisa mengurus dirinya sendiri.
Mungkin ada beberapa orang tua yang bertanya mengapa anak
harus mandiri. Misalnya saja, ada orang tua yang memiliki anak yang
lumpuh. Kakinya tdak berfungsi. Dengan kondisi yang seperti ini,
orang tua membayar seorang perawat untuk membantu dan melayani
apapun kebutuhan sang anak, mulai dari bangun tidur sampai kembali
tidur. Jadi apa perlunya kemandirian untuk anaknya?

45
Ajari Keamandirian

Jika orang tua meminta perawat tersebut melayani sang anak di


semua kebutuhan anak, maka itu adalah kesalahan orang tua yang
fatal. Mengapa? Karena perawat hanyalah bertugas sebagai pelayan.
Orang tua tidak memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki perawat
untuk mengajari sang anak bagaimana cara merawat dirinya, mulai
dari toilet training, memakai baju, sikat gigi, dan kegiatan yang lain.
Jika ini berlangsung lama, maka sebenarnya orang tualah yang
membuat anak benar-benar cacat, cacat dalam arti yang sebenarnya.
Cacat secara fisik, dan juga cacat secara skill. Dan hal ini sungguh
merugikan sang anak, meski pada awalnya bentuk pelayanan ini
adalah ungkapan kasih sayang orang tua.

Mengapa Harus Mandiri?


Inilah manfaatnya jika anak kita mandiri
1. Anak Sadar Akan Tanggung Jawabnya terhadap Segala Sesuatu
yang Menyangkut Dirinya
Meskipun memiliki kebutuhan khusus, kita harus tetap me­
nanamkan tanggung jawab kepada mereka. meskipun tang­gung
jawabnya tidak sama seperti anak normal pada umumnya. Kita
harus mengajarkan tanggung jawab sesuai dengan kemam­
puannya, terutama segala sesuatu yang menyangkut dirinya.
Dan proses menyadarkan anak memang membutuhkan
waktu yang tidak sebentar. Jangankan mereka, anak normal saja,
sulit jika sudah dihadapkan pada tanggung jawab. Tapi, dengan
kesabaran dan kedisplinan kita, pasti mereka bisa memiliki

46
Ajari Keamandirian

kesadaran akan tanggung jawabnya, terutama yang menyangkut


dirinya sendiri.
2. Anak Tidak Akan Terus Bergantung kepada Orang Lain
Anak yang mandiri, suatu saat nanti, tidak akan selalu bergantung
kepada orang lain. Karena kita sadar, suatu hari nanti, kita tidak
bisa selalu bersama mereka. suatu hari nanti kita akan tua, dan
suatu hari nanti mereka akan beranjak dewasa. Bekal kemandirian
akan sangat berguna bagi hidp mereka kelak.
3. Anak Akan Memiliki Ketrampilan Hidup dan Bekal yang Cukup
untuk Hidup di Tengah Masyarakat
Anak yang tidak mandiri, tentunya akan menjadi beban, tidak
hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat. Oleh karena itu,
anak yang mandiri kelak akan memiliki ketrampilan hidup yang
cukup untuk hidup di tengah masyarakat. Dan akan lebih baik
lagi jika bisa bermanfaat bagi masyarakat.
4. Kita sebagai Orang Tua Akan Merasa Tenang
Tentu kita akan tenang jika meninggalkan anak yang sudah
mandiri. Bayangkan jika anak kita tidak mandiri. Jika mereka
bersekolah, apa yang akan terjadi di sana jika ia tidak dapat
melakukan banyak hal sendiri. Tentu kita tidak akan tenang dan
selalu khawatir apa yang terjadi di sekolah.
5. Kita Sebagai Orang Tua Akan Punya Waktu yang Lebih Banyak
untuk Mengembangkan Potensi Anak
Dengan memiliki anak yang mandiri, kita akan mempunyai waktu
yang cukup untuk mengembangkan potensi mereka daripada
disibukkan oleh aktifitas rutin dalam mengurus diri sendiri yang
seharusnya bisa dilakukan sendiri oleh anak. Karena tujuan kita
47
Ajari Keamandirian

sebagai orang tua tidak hanya membuatnya mandiri, tahu juga


memiliki ketrampilan dan keahlian yang bisa digunakan untuk
bekal kehidupannya.

Bagaimana Caranya?
Sebelum kita mengetahui bagaimana caranya kita melatih kemandirian
bagi anak berkebutuhan khusus, kita perlu tahu terlebih dahulu,
kemandirian dalam hal apa saja yang perlu kita ajarkan kepada anak?
Paling tidak, ada 3 kemandirian yang perlu kita ajarkan;
1. Kemandirian dalam mengurus kebutuhan pribadi, seperti makan
dan minum, toilet training, dsb
2. Kemandirian dalam belajar dan mengembangkan potensi diri
3. Kemandirian dalam bersosialisasi
4. Kemandirian ekonomi
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut
1. Kemandirian Dalam Mengurus Kebutuhan Pribadi
a. Toileting dan Bathing
Toileting dan bathing yang sebenarnya harus dikuasai anak
adalah toileting dan bathing yang mandiri dan normatif.
Mandiri artinya anak dapat melakukannya dengan baik tanpa
bantuan orang lain. Normatif artinya anak dapat melakukan
aktifitas toileting dan bathing tersebut tidak hanya dengan
baik tanpa bantuan orang lain, namun juga mampu mengerti
norma-norma yang berlaku di lingkungan sosial dan yang
dapat diterima oleh masyarakat.

48
Ajari Keamandirian

b. Undressing/Dressing
Tujuan aktifitas ini agar dapat memakai (dressing) dan
melepas pakaian (undressing) sendiri secara mandiri dan
mempertimbangkan aspek normatif dalam berpakaian.
Kita harus membiasakan diri berlatih berpakaian tidak di tempat
terbuka atau di depa banyak orang dan juga mengembangkan
pemahaman tentang privasi dan kepantasan.
c. Grooming
Grooming merupakan aktifitas berdandan agar diri terlihat
rapi. Kita harus melatih anak untuk dapat berdandan sendiri
secara mandiri. Anak yang sejak awal tidak dibiasakan
berdandan atau setidaknya berpenampilan rapi maka anak
tersebut cenderung malas untuk melakukannya di kemudian
hari. Salah satu bentuk aktifitas grooming yang paling umum
adalah menyisir rambut.
d. Menggosok Gigi
Kita harus melatih anak menggosok giginya sendiri secara
mandiri termasuk pula menimbulkan minat pada anak agar
mau menggosok giginya dan merasakan manfaat apabila
giginya bersih dan sehat. Menggosok gigi adalah kegiatan
yang dapat dipandang sebagai kegiatan yang cukup vital bagi
anak-anak dan pelu dibiasakan sejak dini.
e. Makan dan Minum
Kita harus melatih anak untuk makan dan minum sendiri
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, tidak hanya
sekedar agar membuat anak kenyang atau tidak haus. Artinya
apabila norma masyarakat menghendaki bahwa jika makan
49
Ajari Keamandirian

harus dengan duduk atau makan harus dengan tangan kanan,


maka itu yang seharusnya kita latihkan, kecuali bagi anak-
anak tertentu yang tidak memungkinkan melakukan hal itu.

Langkah-langkah kegiatan di atas secara umum sama dengan


anak normal lainnya. Hanya karena ada perbedaan gangguan/
kelainan, prosesnya pun mengalami sedikit perbedaan.
- Untuk anak yang mengalami cacat fisik, cara mengajarkan
aktifitas di atas sesuai gangguan yang dialami. Jika tangan masih
bisa difungsikan, optimalisasi tangan tetap harus diusahakan.
Jika hanya kaki yang bisa difungsikan, optimalisasipun tetap
harus dilakukan. Jika hanya tangan kanannya yang bisa
bekerja, kita harus optimalkan juga. Butuh kesabaran untuk
mengajarkan aktifitas ini. Mungkin untuk tahap awal, akan
banyak membutuhkan bantuan. Tapi dengan berjalannya
waktu, anak akan bisa melakukan ini. Terbukti banyak anak
dengan cacat fisik yang bisa melakukannya.
- Untuk anak tunanetra, cara mengajarkannya yaitu dengan
mengoptimalkan indra pendengaran dan indra kinestesianya.
Kita harus menggunakan suara yang jelas dan lantang agar
anak lebih mudah memahami. Prosedur yang bertahap dan
konsisten akan membantu anak ini melakukannya tanpa
bantuan orang lain.
- Untuk anak tunarungu, dan tunawicara, cara mengajarkannya
yaitu dengan mengutamakan contoh. Dengan menggunakan
indra penglihatannya, anak ini akan belajar cukup baik dan
cepat.

50
Ajari Keamandirian

- Untuk anak autis, harus selalu dijelaskan prosedurnya secara


konsisten. Baik juga jika kita menggunakan bantuan gambar
atau simbol. Dengan sedikit bantuan, anak akan cepat belajar.
Hanya yang harus ditumbuhkan dalam pemahaman anak ini
adalah, mengapa kita harus melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut, apa pentingnya bagi dia dan apa yang akan terjadi
jika kegiatan ini tidak dilakukannya.
- Untuk anak retardasi mental, yang diperlukan adalah
kesabaran yang lebih. Apalagi jika ia terbiasa dilayani.
Pengulangan terhadap prosedur, dan motivasi tentunya akan
membuat anak akan belajar bagaimana memenuhi kebutuhan
pribadinya.
- Untuk anak lain yang tidak di sebutkan di atas karena mereka
hanya ada gangguan di kognitif saja, yang perlu ditekankan
adalah bagaimana anak-anak bisa melakukan kegiaan
tersebut dengan sukarela, tanpa paksaan. Karena masalah
utama bagi mereka adalah motivasi.
- Kesabaran dan kedisiplinan adalah kuncinya. Adakalanya kita
jengkel, marah dan emosi karena anak tidak segera mengerti
apa yang kita ajarkan.
2. Kemandirian Dalam Belajar dan Mengembangkan Potensi Diri
Kemandirian dalam belajar dan mengembangkan potensi diri
adalah hasil dari sebuah proses panjang perjuangan orang tua
agar anaknya memiliki kemampuan yang tidak tertinggal jauh
dengan teman-temannya. Sebelum belajar dan mengembangkan
potensi diri menjadi sebuah hal yang membudaya, diperlukan
konsistensi dari orang tua yang sangat luar biasa.

51
Ajari Keamandirian

Secara lebih lengkap dan detail, di bab berikutnya akan membahas


hal tersebut.
3. Kemandirian dalam Bersosialisasi
Mandiri dalam bersosiaisasi artinya, anak memiliki inisiatif
untuk bersosialisasi atau untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Karena adakalanya mereka pasif, tidak membutuhkan
teman, dan ada pula yang sudah telanjur minder. Kemadirian ini
penting karena kita harus ingat bahwa manusia adalah makhuk
sosial. Secara lebih lengkap dan detail, di bab berikutnya akan
membahas hal tersebut.
4. Kemandirian Ekonomi
Tugas kita sebagai orang tua saat anak kita menjelang usia dewasa
adalah menyiapkan mereka agar bisa mandiri secara ekonomi.
Kelak di kemudian hari, mereka akan menjalani kehidupan
seperti manusia pada umumnya, menikah, bekerja, punya anak,
bermasyarakat, dan yang lainnya. Jika kita tidak menyiapkan ini,
akan membawa dampak yang buruk, baik untuk kita, ataupun
untuk anak kita. Secara lebih lengkap dan detail, di bab berikutnya
akan membahas hal tersebut.

Yuk, Belajar dari Mereka


Kemandirian selalu menjadi PR semua orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa
jika ia mereka memiliki anak yang berkebutuhan khusus, maka
mereka harus benar-benar menjaga sehingga bahkan anak tidak
diperbolehkan melakukan aktivitas yang seharusnya bisa dilakukan

52
Ajari Keamandirian

sendiri. Semua harus dilayani, semua harus dengan bantuan orang


lain.
Di bawah ini ada kisah seorang guru sekolah inklusif yang cukup
direpotkan dengan anak-anaknya yang belum mandiri, baik itu anak
berkebutuhan khusus ataupun anak normal pada umumnya.

Kelasku Oh Kelasku
Hari pertama masuk kelas adalah hari yang paling saya nantikan.
Dua pekan sudah saya menikmati liburan bersama keluarga. Entah
mengapa, saat liburpun, saya tetap memikirkan sekolah. Mungkin
memang saya sudah jatuh cinta dengan sekolah tempat saya bekerja.
Selama satu pekan, saya telah menyiapkan kelas baru saya sesuai
dengan konsep yang sudah saya buat. Saya akan menjadikan kelas
sebagai rumah kedua anak-anak. Sehingga anak akan merasa di rumah
sendiri. Desain kelas dan pernak-periknya saya bua sedemikian rupa
sehingga anak akan sukabelajar di kelas.
Kebetulan, tahun ini saya akan mengajar di kelas 1. Saya sudah
membayangkan, saya akan bertemu dengan wajah-wajah mungil
yang lucu, berkenalan dengan mereka, bermain dan belajar bersama
mereka. bahkan saya sudah menyiapkan berbagai permainan yang
bisa dimainkan bersama. Dan membuat pernak pernik tentunya.
Saya sadar, mengajar kelas 1 adalah tantangan bagi setiap guru.
Mengapa? Karena pada masa ini, anak berada pada tahap transisi
antara TK dan SD. Saya harus menyesuaikan tahapan mereka. Saya
harus bisa seakan-akan menjadi guru TK dan mulai mengenalkan
kepada anak-anak perbedaannya jika bersekolah di SD.
53
Ajari Keamandirian

Ada yang unik di sekolah tempat saya mengajar ini. Sekolah kami
adalah sekolah inklusif yang menerima anak berkebutuhan khusus,
sehingga mereka bisa belajar bersama mereka. Dan di kelas baru saya,
saya sudah mendapatkan informasi bahwa di kelas saya akan ada satu
anak autis, satu anak gangguan wicara, satu anak retardasi mental dan
satu anak lamban belajar. Sisanya adalah anak normal yang beberapa
di antaranya belum tuntas membaca dan menulisnya.
Di kelas saya, ada tiga guru pendamping khusus yang membantu
saya dalam pembelajaran. Tugas mereka adalah mendampingi anak-
anak kebutuhan khusus agar mereka bisa belaa bersama dengan teman-
teman yang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
Akhirnya hari yang saya tunggu akhirnya datang. Saya menyambut
kedatangan mereka. Sebelum bel berbunyi, beberapa orang tua masih
tampak berada di dalam kelas karena anaknya masih menangis dan
tidak mau ditinggal. Ada anak yang langsung bisa berkenalan dengan
anak yang lain. Tapi ada juga yang duduk diam melihat apa yang
terjadi di kelas.
Setelah bel berbunyi, untunglah anak yang tadinya tidak mau
ditinggal, dengan sukarela mau duduk sendiri dan orang tuanya
berada di luar kelas. Saya, sebagai guru mereka, memulai prosedur
dan rutinitas di kelas dengan berdoa, berkenalan, dan sebagainya.
Awalnya, seperti tidak ada masalah. Sampai istirahat paling tidak.
Semua berjalan lancar. Akhirnya bel istirahat berbunyi. Dan ini adalah
awal dari semua kejadian yang membuat saya berpikir, bagaimana
hari kedua di kelas saya nantinya.
Tepat setelah bel berbunyi, ada yang berteriak, “Bu Guru, Aji
ngompol!” Saya tersenyum dan segera meminta anak-anak untuk
54
Ajari Keamandirian

beristirahat. Saya mengambil celana ganti di almari dan mengajak Aji


ke kamar mandi.
Saat mau keluar, ada seorang anak yang minta tolong untuk
mem­­bukakan tempat minumnya. Karena saat itu Aji menangis, saya
bertanya kepada anak-anak yang masih ada di kelas, siapa yang mau
membukakan.
Akhirnya ada sukarelawan. Saya lega. Saya bergegas menuju
kamar mandi. Di depan kamar mandi, ada beberapa anak yang sedang
antri. Dua kamar mandi tertutup. Tapi ada satu celana yang berada di
depan pintu kamar mandi. Artinya ada anak yang melepas celananya
di luar pintu kamar mandi.
Sesaat kemudian, tanpa rasa bersalah, Andri, anak autis di kelas
saya keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan celana. Semua
anak berteriak. Teriakan itu membuat anak lain mendekati kamar
mandi. Aji masih menangis, dan saya segera meminta Andri segera
memakai celananya. Ternyata Andri belum bisa. Untuk saja ada guru
pendamping khusus yang datang. Segera ia membantu Andri.
Kerumunan belum selesai karena di kamar mandi yang satunya
terdengar suara tangisan. Ternyata Salsa, anak lamban belajar di kelas
saya, mengurung dirinya di kamar mandi. Setelah terjadi beberapa
dialog, akhirnya saya tahu bahwa Andri telah buang air besar di
celana dan ia malu karena ada banyak temannya di luar pintu. Dan
yang membuat tangisan Salsa makin keras, ia tidak bisa membuka
pintu kamar mandi yang tadi telah ditutupnya.
Setelah membantu Aji, saya meminta tolong seorang bapak guru
untuk membukakan pintu dengan alat khusus. Butuh waktu yang
lama untuk membuka pintu tersebut. Sambil menunggu, saya ke kelas
mengantar Aji yang masih mengekor di belakang saya.

55
Ajari Keamandirian

Di luar dugaan saya, teryata kelas dalam keadaan kacau. Di meja


saya, air sirup berwarna merah membasahi beberapa buku. Celana
dan sepatu Budi basah karena terkena tumpahan air sirup. Satu
celana tersisa yang harusnya saya pakaikan Salsa, harus dipakai Budi
karena basah juga terkena air sirup.
Seorang anak memanggil saya karena Salsa membutuhkan saya.
Pintu kamar mandi sudah berhasil dibuka. Tapi sayang, saya tidak
bisa langsung menuju ke kamar mandi karena ternyata, Budi tidak
bisa melepas celana, sepatu dan kaos kakinya.
Bel berbunyi. Semua masih dalam keadaan kacau. Terpaksa saya
meminta anak-anak menuju ke perpustakaan. Di sana ada petugas
perpustakaan yang sudah saya minta untuk menghandle anak-anak.
Saya mengurai satu-persatu masalah yang terjadi hari ini. Tidak
terasa, saatnya pulang. Akhirnya hari pertama sudah usai dengan
beberapa catatan tentang beberapa anak. Aji, Andri, Salsa, dan Budi.
Saya lega setelah semua anak sudah pulang. Semoga esok hari
akan lebih baik. Tak lama, HP berbunyi. Orang tua Nadya menelpon,
sepulang sekolah Nadya hanya membawa tas tanpa isi. Oh, Tuhan,
ternyata semua barang Nadya tersebar letaknya. Tempat pensil di
meja guru, pensil di bawah meja, tempat minum di sudut baca dan
ada sebuah buku tulis di meja Nadya.
Kelasku, oh kelasku. Cukup melelahkan hari ini. semoga esok
hari akan lebih baik. Amin.

56
Ajari Keamandirian

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Istilah difable ternyata belum disahkan penggunaannya


baik secara nasional maupun internasional. Difabel, berasal
dari singkatan berbahasa inggris diffable yang merupakan
kependekan dari differenly able atau yang juga sering
disebut sebagai different ability. Istilah difabel merupakan
sebuah wacana upaya pengganti istilah penyandang
disabilitas dan penyandang cacat. Wacana penggunaan
istilah difabel dimaksudkan untuk memberi sikap
positif yang menekankan pada perbedaan kemampuan
dan bukan pada keterbatasan, ketidakmampuan atau
kecacatan baik fisik maupun mental.

57
Step 5
Ajari Bersosialisasi

√√ Di tahapan ini, kita akan mengajak anak untuk ber­


sosialisasi sekaligus mengembangkan kemampuan
bahasanya
√√ Beberapa aktivitas bermain bisa dilakukan agar anak
kita bisa lebih mudah bersosialisasi
Jika menarik diri dari masyarakat karena kita memiliki anak ber­
kebutuhan khusus adalah tidak benar adanya, maka menjauhkan anak
dari kehidupan sosial juga merupakan tindakan yang tidak benar.
Artinya ada dua pekerjaan besar yang harus dilakukan dalam
rangka menjadi bagian dari masyarakat, yaitu kembali bermasyarakat
dan mengajari anak bersosialisasi, kembali kepada fitrah manusia
yaitu menjadi makhluk sosial.

Mengapa Harus Bersosialisasi?


Sebagai seorang individu, ada kecenderungan seseorang untuk ber­
komunikasi dan bergaul bersama orang lain. Begitu pula anak ber­
kebutuhan khusus. Meskipun ada sedikit perbedaan. Beberapa
gangguan atau kelainan yang dialami anak justru gangguan yang
mengakibatkan sosialisasinya terhambat.

59
Ajari Bersosialisasi

Seperti anak autis. Adatiga hal penting dalam bersosialisasi yang


justru timpang, yang mengakibatkan anak tersebut menjadi asosial
yaitu gangguan perkembangan dalam hal komunikasi, interaksi, dan
perilaku.
Berikut ini alasan mengapa seorang anak harus bersosialisasi
1. Menyalurkan Naluri Kemanusiaannya Sebagai Makhluk Sosial
Sebagai makhluk sosial, semua orang tentunya harus mengalami
proses komunikasi dan interaksi. Sebenarnya untuk anak ber­
kebutuhan khusus, nalurinya sebagai makhluk sosial tidak hilang,
terbukti dengan kecintaannya terhadap anggota keluarganya mau­
pun orang-orang yang dekat dengannya, seperti pembantu atau
guru dan terapis.
Namun, areanya memang harus diperluas lagi karena, di
kehidupan nyata, anak akan menjumpai berbagai macam tipe
manusia, dan mereka harus siap dengan itu. Kesiapan inilah
yang harus bentuk, dan diawali dengan proses sosialisasi yang
lebih kecil terlebih dahulu, misalnya di lingkungan tetangga atau
sekolah.
2. Meningkatkan Kemampuan Verbalnya
Dengan bersosialisasi, maka kemampuan verbal anak semakin
me­ningkat. Untuk anak usia 2 tahun, ia akan belajar dengan
menam­bah vocabulary baru. Dan untuk anak 6 tahun, mereka
akan merangkai kalimat untuk mengungkapkan perasaan dan
keinginannya.
Kemampuan verbal menjadi sangat penting karena itu adalah alat
utama seseorang untuk berkomunikasi dan berinterasi dengan
orang lain.Naning Pranoto (2009) menjelaskan, untuk menguasai
60
Ajari Bersosialisasi

suatu bahasa atau meningkatkan kemampuan verbal, memang


memerlukan proses panjang dan harus aktif berinteraksi melalui
ruang-ruang atau kesempatan, antara lain
1. Penggunaan bahasa di lingkungan rumah (internal)
2. Penggunaan bahasa di luar lingkungan rumah (eksternal)
me­lalui pergaulan/sosialisasi
3. Penggunaan bahasa di lingkungan sekolah (pendidikan formal)
Ketiga ruang penggunaan bahasa tersebut merupakan jalur
komu­nikasi untuk
1. Memperkaya kosakata
2. Mengasah ketrampilan berkomunikasi
3. Mengenali lingkungan alam sekitar dan masyarakat (baik
secara individu maupun kelompok) berikut adat dan
kebudayaannya
4. Mengasah EQ (Emotional Quotient) – kepekaan emosi
sebagai manusia
5. Belajar berinteraksi untuk bisa berpikir logis dan kritis
Bagi anak yang mengalami gangguan pendengaran atau wicara
sekalipun, sosialisasi juga penting. Paling tidak, mereka akan
meng­gunakan bahasa isyarat atau bahkan mimik muka untuk
berkomunikasi. Jadi, bersosialisasi adalah harga mati untuk kita
melatih anak meningkatkan kemampuan verbalnya.
3. Memupuk Rasa Percaya Diri
Pada awalnya, mungkin anak akan ragu-ragu. Ia bahkan tidak
punya inisiatif untuk berteman. Karena memang mereka merasa
bahwa tidak memiliki teman bukan masalah nagi mereka.

61
Ajari Bersosialisasi

Namun, bagi kita itu masalah, bahkan masalah besar. oleh karena
itu, kitalah ang harus berinisiatif dan mendorong anak untuk ma
bergabung dengan temannya. Menciptakan kebutuhan beteman,
inilah tujuannya.
4. Mengasah Rasa Kemanusiaan Seperti Simpati, Empati, Toleransi
dan yang Lainnya
Dengan bersosialisasi, anak-anak akan mengasah rasa
kemanusiaan mereka. Saat melihat orang sedih, mereka akan
simpati. Saat melihat teman kecewa, mereka akan empati. Saat
melihat temannya berbeda, mereka akan memberi toleransi.
Sifat-sifat ini tentunya tidak akan muncul jika anak asyik dengan
dirinya sendiri, dan hidup di dunianya sendiri.
5. Mengembangkan Sifat-Sifat Baik Misalnya Jujur, Baik Hati,
Suka Menolong, Sportif, dan yang Lainnya
Sifat-sifat yang baik seperti jujur, baik hati, suka menolong, sportif
dan yang lainnya bisa kita kembangkan dengan bersosialisasi. Saat
bermain dengan teman, anak-anak akan banyak mengembangkan
sifat-sifat tersebut. Tugas kitalah untuk memilih, permainan apa
yang baik yang bisa dilakukan secara kolektif, sehingga semua
bisa belajar sifat-sifat yang baik tersebut
Memang akan membutuhkan proses karena anak kita memiliki
perbedaan. Namun ini juga justru akan membelajarkan anak-
anak yang lain juga untuk menerima segala perbedaan
6. Mengembangkan Sikap Kepemimpinan, Kebijaksanaan dan
Kedewasaan
Saat bersosialisasi, anak akan belajar mengembangkan sikap
kepemimpinan, kebijaksanaan, dan kedewasaan mereka. Kita

62
Ajari Bersosialisasi

bisa melihat itu saat anak kita dan teman-temannya sedang asyik
ngobrol. Di situ bisa terlihat siapa yang paling mendominasi,
siapa yang mau menang sendiri, siapa yang pasif, siapa yang suka
mengatur, siapa yang mengalah, dan yang lain. Jika anak kita bisa
mengembangkan sikap-sikap itu, tentu itu adalah sebuah bekal
yang luar biasa untuk kehidupannya kelak.
7. Mengajarkan Anak untuk Hidup Bermasyarakat
Nah, yang pasti, bersosialisasi akan mengajarkan anak kita
untuk hidup bermasyarakat, dimulai dari mengenal masyarakat
itu sendiri. Aktivitas mengenal nama tetangga sepertinya asyik
untuk langkah awal anak mengenal lingkungan dimana mereka
tinggal.

Bagaimana caranya?
Inilah cara agar anak kita mampu bersosialisasi dengan segala
kekurangan mereka
1. Melakukan Kegiatan Interaktif dan Komunikatif di Rumah
Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan anak dalam
berinteraksi dan bersosialisasi di dalam rumah. Kegiatan
ini bisa dianggap sebagai pemanasan atau bekal awal untuk
bersosialisasi di luar rumah.
Dengan kegiatan interaktif ini, orangtua dapat mengukur
seberapa fungsionalnya berbagai konsep yang telah dikuasai
oleh anaknya. Sedangkan kegiatan komunikasi yang perlu
dilatihkan adalah bagaimana membuat komunikasi dengan
anak se-alamiah mungkin.

63
Ajari Bersosialisasi

Contoh kegiatan yang bisa kita lakukan adalah tanya jawab,


bercerita, mengungkapkan perasaan, menyampaikan pesan,
meminta sesuatu, dan lain-lain. Tentunya kegiatan ini akan
berhasil jika dalam kondisi yang meyenangkan, dan tanpa
gangguan seperti game atau mainan karen ini akan memecah
konsentrasi mereka.
2. Bermain
Bermain adalah cara alami anak untuk bersosialisasi. Saat
bermain, mereka akan berkomunikasi dan belajar banyak
tentang sikap jujur, sportif, menghargai, dan yang lainya.
Tentunya tidak mudah bagi seorang anak berkebutuhan
khusus untuk langsung bergabung dan ikut dalam permainan.
Dan tidak mudah bagi anak-anak yang lain untuk menerima
kehadiran anak kita. Tapi dengan berjalannya waktu, mereka
akan memahami dan memberi toleransi, meskipun pada
awalnya sulit bagi mereka untuk menerima.
saat bermain, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan adalah
- Untuk awalan, mungkin kita bisa memilihkan teman.
Kita bisa memilih anak yang mau menerima kehadiran
anak kita. Mungkin saja ada tetangga yang memiliki anak
sepeti itu, sehingga saat awal, tidak terjadi penolakan.
- Jika anak kita bisa diterima, baru mengajak anak untuk
bersosialisasi ke teman yang lain, secara bertahap. Ini
menghindari terjadinya ’pengejekan’. Biasanya begitulah
anak-anak, mengejek anak yang berbeda dengan mereka,
entah itu jika melihat orang buta, cacat, atau tidak bisa
bicara.

64
Ajari Bersosialisasi

- Sesekali, ajak untuk ke rumah temannya. Ini akan


menambah semangat karena ada suasana baru, dan
menambah kedekatan.
- Jangan paksa anak untuk langsung berhasil. Di awal-
awal, mungkin tidak mulus perjalanannya. Bisa jadi
anak kita tidak respect, tidak ada kemauan, menolak.
- Pilih permainan yang menarik anak kita dan temannya
untuk berpartisipasi bersama. Jika mereka tertarik,
awalnya saling diam. Lama-lama akan terjadi komunikasi
- Jika menggunakan mainan, pilih mainan yang bahannya
aman dan tidak membahayakan.
- Selalu memotivasi anak tentang perlunya berteman.
- Jangan berkebihan memberi jatah waktu bermain.karena
ada banyak aktifitas belajar atau serangkaian terapi yang
harus dijalani, beri waktu yang proporsional
- Ingatkan anak kita untuk selalu berbuat baik, dan menjaga
aturan dalam bermain. Terutama bagi anak autis atau
anak hiperaktif yang kadang bersikap semaunya sendiri.
3. Miliki Komunitas
Selain bermain dengan tetangga, ada baiknya anak tetap
memiliki komunitas khusus yang terdiri dari anak-anak yang
memiliki gangguan/kelainan yang sama, atau komunitas
untuk anak berkebutuhan khusus.
Sekarang, banyak sekali komunitas-komunitas yang dibentuk
untuk anak-anak khusus. Seperti komunitas autis, komunitas
penyandang cacat, komunitas tunarungu dan wicara,
komunitas tunanetra dan yang lain.
65
Ajari Bersosialisasi

Keuntungan memiliki komunitas antara lain


a. Anak merasa senasib
b. Memotivasi untuk bersosialisasi karena mereka
cenderung memiliki kondisi yang sama
c. Lebih meningkatkan kepercayaan diri
d. Lebih mudah mencari kegiatan/permainan yang
berman­faat untuk mereka, sekaligus untuk terapi atau
sekedar mengembangkan kemampuan diri
4. Sekolah di Sekolah Inklusif
Tidak semua anak berkebutuhan khusus harus bersekolah di
sekolah luar biasa. Ada yang bisa belajar di sekolah umum
karena gangguan/kelainannya memungkinkan ia belajar di
sekolah umum.
Jika di dekat rumah kita ada sekolah inklusif, mungkin kita
bisa menyekolahkan anak kita di sana. Memang tidak semua
anak berkebutuhan khusus diterima, tergantung juga pada
kemampuan sekolah untuk menangani dan melayani anak
kita. Jika mereka siap, anak kita bisa bersekolah di sana.
Keuntungan yang bisa kita anbil jika anak kita bersekolah di
sekolah inklusif antara lain
a. Anak kita akan belajar tentang kehidupan nyata bahwa
kondisi orang berbeda-beda
b. Mempercepat proses sosialisasi
c. Melatih mentalitas
d. Meningkatkan kemampuan

66
Ajari Bersosialisasi

Namun, kita jaga tidak boleh memaksakan diri jika memang anak
tidak mampu atau sekolah itu belum secara optimal menangani anak
berkebutuhan khusus, karena
a. Ini akan menjadi beban bagi anak kita, bisa-bisa menjadi
stress
b. Demotivasi
c. Kemampuan anak tidak berkembang karena ternyata
sebenarnya pihak sekolah tidak siap
d. Membuang-buang biaya

Yuk, Belajar dari Mereka


Ada anak yang bercerita tentang sekolahnya dan disambung dengan
kisah keberhasilannya bisa bermain dengan seorang anak ABK yang
menurutnya aneh. Kuncinya adalah satu, masuk ke dunianya. Dan
luar biasanya, itu membawa sang anak berkebutuhan khusus pada
kemampuan optimalnya untuk berkomunikasi dengan orang lain
dan berpartisipasi di kelas. Hal yang belum pernah dilakukan anak
itu sebelumnya saat berada bersama orang lain.

Sekolahku Aneh
Namaku Dila. Aku kelas dua. Aku pindah dari Bandung
ayah kerja jadi aku ikut
tapi sekolah baruku itu aneh karena ada teman-temanku yang
bersikap aneh.

67
Ajari Bersosialisasi

Tidak seperti sekolahku dulu atau di rumah.


Apalagi di kelasku, banyak anak-anak yang aneh.
Rangga tidak pernah duduk Lia duduk terus dari pagi sampai
pulang.
Dino malah sukanya tepuk tangan terus dan ngomong sendiri.
Tapi aku sama sama mereka karena mereka baik
Rangga suka membantuku kalau pensil atau rautanku jatuh
Dino setiap hari selalu memberiku permen berbungkus merah
Lia suka membawa bekal yang enak-enak jadi aku suka
Meskipun aneh aku suka sama mereka

Anak Itu Namanya Sandi


Kemarin ada anak baru
Namanya Sandi. Dia lebih aneh lagi
Diajak bicara diam diajak main diam dipukul diam
Ditarik rambutnya diam
Kalau dia diam terus mengapa dia harus bersekolah ya
Pas aku tanya mama malah dia tersenyum saja
Namaku Dila kamu siapa
Dia malah diam terus
Dia hanya bermain kereta Thomas terus

68
Ajari Bersosialisasi

Tasnya Thomas bukunya Thomas tempat minumnya Thomas


Dia hanya suka Thomas Dia tidak suka yang lain
Hari ini aku pinjam rautan pensil adik yag ada gambar Thomas
Aku meraut di depan anak baru itu dia langsung mau mere­butnya
Kusembunyikan rautan itu
Namamu siapa
Dia jawab namaku Sandi
Dia mencari rautan itu
Kalau mau ini harus temanan sama aku
Dia cuma jawab ya
Tapi ngomongnya yang banyak
Iya aku ngomong banyak
Namaku sandi kamu siapa
Aku dila yuk kita main yuk

Sekarang Sandi Mau Main Sama Aku


Sekarang Sandi mau main sama aku tapi sama teman lain tidak
mau
Bu guru bilang terima kasih sama aku karena sandi mau ngomong
Sandi juga mau nulis mau mengerjakan soal
Aku sering minta sandi gambar Thomas untuk adik

69
Ajari Bersosialisasi

Dia juga pinter menggambar


Tapi maunya cuma gambar Thomas
Mamanya sandi datang dan bilang terima kasih
Aku jadi bingung kok bu guru dan mamanya sandi biang terima
kasih
Aku tersenyum saja

70
Ajari Bersosialisasi

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Perbandingan penyandang autism pada laki laki dan


wanita adalah 4 banding 1

71
Step 6
Gali Potensinya

√√ Di tahapan ini, kita akan melatih diri kita untuk mencari dan
mengamati apa kelebihan anak
√√ Taraf kecerdasan, konsep diri, motivasi belajar, minat dan
bakat yang kita temukan, akan membantu kita menemukan
emas dari anak-anak kita

Jangan dikira anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak memiliki


kelebihan, sehingga kita sebagai orang tua membiarkan mutiara yang
tersimpan di dalam diri anak. Dan akhirnya mereka hanya menjadi
anak yang bisa-biasa saja.
Tentu sikap ini adalah sikap yang kurang bijaksana. Mengingat,
setiap orang pasti dikaruniai kelebihan. Tinggal bagaimana kita bisa
dengan intensif mencari dan mengembangkan kelebihan anak kita.

Menemukan Emas
Bagi kebanyakan orang, emas adalah sesuatu yang berharga. Bahkan
sejak dulu emas digunakan sebagai alat tukar yang sah dimanapun.

73
Gali Potensinya

Menemukan emas yang ada di dalam diri anak artinya, kita


menemukan sesuatu yang berharga dari diri anak kita, yang di suatu
hari nanti itu akan berguna dan menjadi kebanggaan.
Sebelum lebih jauh lagi, mungkin kita perlu mengenal dan
membedakan istilah-istilah berikut, istilah erat hubungannya dengan
pengaruh motivasi seorang anak untuk belajar, sehingga mereka
mencapai titik perkembangan yang optimal
a. Taraf Kecerdasan
Taraf kecerdasan menunjukkan kemampuan berpikir anak,
kemampuan menggunakan nalar, dan kemampuan meme­
cahkan masalah menggunakan logika. Taraf kecerdasan me­
rupakan potensi yang dimilii oleh seorang anak. Sehingga
anak yang taraf kecerfdasannya tinggi belum tentu menjadi
anak yang pintar di sekolah, dan anak yang nilainya jelek di
kelas belum tentu memiliki taraf kecerdasan yang rendah.
b. Konsep Diri
Konsep diri menunjukkan bagaimana cara seseorang meman­
dang dirinya sendiri dan kemampuannya. Keberhasilan di
sekolah dan kehidupan sosial akan mudah dicapai oleh anak
yang memiliki konsep diri positif.
c. Motivasi Berprestasi
Adalah dorongan pada diri seseorang untuk meraih yang
terbaik di suatu bidang, khususnya bidang akademik.
Bagi anak didik, sangat penting memiliki motivasi belajar
yang tinggi. Motivasi yang tinggi ini akan membuat seorang
anak tekun belajar, berusaha menyelesaikan tugas, dan
bertanya jika ia tidak paham.
74
Gali Potensinya

d. Minat
Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu atau
apa yang disukai untuk dilakukan. Pastinya seseorang akan
lebih suka melakukan sesuatu yang sesuai dengan minatnya.
Harapannya bahwa, sesuatu itu nanti akan memiliki hasil
yang maksimal.
e. Bakat
Bakat adalah kapasitas untuk belajar sesuatu dan baru akan
muncul setelah melalui proses latihan dan usaha pengem­
bangan. Tentu saja bakat tidak serta merta muncul dan
terlihat pada diri anak. Karena apa yang terlihat oleh anak
masih berupa potensi.
Istilah-istilah ini yang nanti akan sering kita pakai untuk menggali
memampuan anak kita. Diharapkan setelah membaca bab ini kita
benar-benar mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh anak kita.

Bagaimana caranya?
Mari kita gali lebih dalam lagi kelebihan yang ada pada anak kita.
Satu persatu. Semoga saat ini kita langsung bisa menemukannya.
Pun kalau tidak, kita akan tetap menggali dan berusaha sensitif terh-
adap segala bentuk perubahan yang kita tangkap dari anak kita.

a. Taraf Kecerdasan
Bagaimana taraf kecerdasan anak kita? Untuk menggali informasi
ini, kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut terkait
dengan anak kita.

75
Gali Potensinya

- Apakah ia cepat menangkap materi atau informasi yang kita


berikan?
- Apakah ia sering menanyakan hal-hal yang kritis?
- Apakah ia sering menggunakan kata ‘mengapa’ ketika
bertanya?
- Apakah kemampuan bernalarnya jalan?
- Apakah saat ia menghadapi permasalahan saat bermain, ia
bisa dengan segera menyelesaikannya?
- Apakah saat kita bertanya tentang sebab akibat, mereka bisa
memberi jawaban yang kita harapkan?
Dari pertanyaan-petanyaan di atas kita bagaimana taraf
kecerdasan anak, apakah anak kita termasuk anak dengan taraf
kecerdasan tinggi, atau rendah.
Bagi orang tua yang memiliki anak retardasi mental atau lamban
belajar, jangan khawatir jika memiliki anak dengan taraf kecerdasan
rendah. Pertanyaan di atas tidak menghendaki jawaban bahwa
taraf kecerdasan anak harus tinggi, tapi agar orang tua mengetahui
seberapa taraf kecerdasan anaknya.
Dengan mengetahui taraf kecerdasan anak, orang tua akan
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menemukan emasnya
- Bagi anak dengan taraf kecerdasan tinggi, orang tua bisa
menggali lebih dalam lagi, apakah mereka bisa dioptimalkan
kemampuan kognitifnya atau tidak.
- Bagi anak dengan taraf kecerdasan rendah, orang tua
tidak perlu berputus asa. Ada banyak hal lain yang bisa
dikembangkan meski anak tersebut memiliki taraf keberdasan
yang rendah.
76
Gali Potensinya

- Taraf kecerdasan bukan satu-satunya cara menggali emas


anak. Masih banyak lagi hal yang lain yang bisa kita gunakan
untuk menggali emas anak kita.
b. Konsep Diri
Bagaimana konsep diri anak kita? Apakah ia tahu bahwa ia
memiliki kekurangan? Bagaimana ia menerima kekurangannya?
Bagaimana ia memposisikan diri saat bersama teman-temannya?
Jika anak kita memiliki konsep diri yang baik, ini akan lebih
membantu kita karena ini akan sangat berhubungan dengan
semangat dan motvasinya dalam melakukan banyak hal.
Yang menjadi tugas kita sekarang adalah bagaimana mengubah
konsep diri anak yang rendah. banyak bercerita tentang
kenikmatan yang sudah diberikan Allah bisa membuat anak
memiliki rasa bersyukur, dan itu akan membantu memperbaiki
konsep diri anak kita.
Semangat kita yang dilihat anak juga akan bisa mengubah konsep
diri mereka. mereka akan memiliki konsep diri yang lebih baik.
c. Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi anak bisa dilihat dari motivasi belajarnya.
Sekarang mari kita lihat bagaimana motivasi belajarnya. Konsep
diri sedikit banyak akan mempengaruhi motivasi berprestasi
anak. Anak dengan motivasi belajar tinggi sangat bersemangat
membahas sekolahnya, gurunya, teman-temannya, dan yang
lebih penting, materi pelajarannya. Mereka akan bersemangatjika
mendapat tugas atau PR dari gurunya.
Meskipun memiliki taraf kecerdasan rendah, anak yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi bisa membantu anak untuk menggali
77
Gali Potensinya

emasnya. Semangat ini akan mengalahkan taraf kcerdasannya


karena dengan motivasi yang tinggi, ia akan konsisten dan sabar
melakukan proses belajar.
Lalu, bagaimana motivasi belajar anak kita?
d. Minat
Apakah sebagai orang tua, kita mengetahui minat kita? Jika
belum, pertanyaan-pertanyaan yang diumuskan Musrofi (2010)
di bawah ini bisa membantu kita mengetahui apa yang menjadi
ketertarikan anak kita
- Apa saja yang dilakukan anak ketika dia sedang sendirian?
- Ketika bersama dengan orang lain, apa saja yang disukai
anak?
- Anak-anak biasanya suka mengumpulkan sesuau. Apa saja
yang dkumpulkan anak?
- Apakah anak menyukai binatang tertentu?
- Dimana saja tempat yang sangat disukai anak?
- Apakah anak bisa beraktivitas di tempat yang berantakan
atau ia suka membuat tempat jadi rapi?
- Apakah anak suka mencorat-coret atau menggambar?
- Perhatikan dengan seksama, acara TV apa saja sesungguhnya
yang menjadi minat anak?
- Perhatikan, pada aktivtas apakah ketika anak diajak bicara
tentang sesuatu matanya tampak bersinar dan bersemangat?
Hal ini terjadi karena mereka membicarakan sesuatu yang
berasal dari hati mereka, sesuatu yang mereka cintai.
- Apakah yang diinginkan anak, yang kalau keinginan itu

78
Gali Potensinya

tidak kesampaian, sehari atau dua hari kemudian, anak itu


jadi pemurung, tidak bersemangat, atau bahkan bisa saja
badannya menjadi panas?
e. Bakat
Memang tidak mudah meliha apa bakat anak. Tapi, jika kita
sudah mengetahui ke empat hal di atas, akan lebih mudah
untuk mengembangkan bakatnya. Minat yang dilakukannya
secara konsinten dengan semangat berprestasi yang tinggi
akan membuat proses mengembangkan bakat ini menjadi lebih
optimal.
Sesuatu yang awalnya hanya berupa potensi, akhirnya bisa
dikembangkan. Dan hasilnya adalah sebuah prestasi yang
membanggakan sesuai dengan minat anak.
Nah, dengan lima point di atas, bisakah kita menemukan emas
anak kita? Jika belum, mari kita melatih diri untuk lebih mengenal
anak kita dengan menggali potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.

Yuk, Belajar dari Mereka


Ada seorang ibu yang tidak mengenal lelah mencari potensi yang
dimiliki anaknya. Ia memulainya dari saat anak berusia 4 tahun. Dan
akhirnya dia mendapatkannya saat sang anak duduk di kelas 4 SD.

79
Gali Potensinya

Perkusi, Pintu Potensi Panji


Saya seorang ibu dengan satu anak, Panji. Panji mengalami
kesulitan belajar, terutama dalam matematika. Saat TK, saya bingung
mencari apa yang disukai anak saya sehingga itu bisa menjadikan
Panji berprestasi. Kebetulan, saya memiliki beberapa teman yang
memiliki anak seusia dengan Panji. Yang membuat saya iri, saya tidak
bisa membuat Panji seperti anak-anak teman saya ini.
Saat Panji usia TK, teman-teman saya bisa memamerkan prestasi
anaknya. Ada yang juara lomba bernyanyi, ada yang tampil bernyanyi
di stasiun TV, ada yang mendapatkan sepeda dari hadiah lomba
mewarnai. Ada juga yang bahkan sudah mendapat uang 1 juta rupiah
karena anaknya mendapatkan juara lomba membaca puisi bersama
orang tua.
Sedangkan panji? Ia hanya suka bermain. Saat itu ia sedang suka
robot transformer. Saya berpikir apakah ia suka hal-hal yang berbau
robotik. Langsung saya masukkan dia ke sekolah robotic. Tapi itu tidak
berlangsung lama. Hanya dua kali ia masuk setelah itu tidak mau lagi.
Pernah Panji meminta krayon berukuran besar seperti yang
dimiliki temannya. Beberapa hari ia menggunakan krayon itu, hingga
lupa waktu. Saya langsung mengundang guru menggambar untuknya.
Tapi itu juga tidak lama, karena Panji hanya suka dibuatkan gambar
oleh sang guru lukis, bukan menggambarnya sendiri.
Begitu juga dengan sepeda. Panji merengek minta sepeda
bermerk. Saya berharap dengan dibelikan sepeda, Panji akan menjadi
anak yang bersemangat belajar. Tapi ternyata tidak. Satu minggu saja
waktu yang dihabiskan Panji untuk menikmati sepedanya. Setelah itu
ditaruhnya sepeda itu di gudang.

80
Gali Potensinya

Saat melihat karnaval, ia sangat bersemangat saat melihat drum


band. Saya pikir, mungkin ini kesukaannya. Tapi, saya berpikir ulang.
Dia selalu mengeluh capek. Bagaimana nanti jika ia ikut drum band?
Saya akan menghabiskan uang yang banyak dan saya tidak mau kesia-
siaan terjadi lagi. Saya mengurungkan niat saya, dan akhirnya saya
berhenti mencari.
Begitulah Panji. Pembosan. Hingga akhirnya dia sekolah SD. Ia
tidak semangat. Tidur larut malam,tidak mau belajar di rumah, susah
dibangunkan, dan kalau di sekolah, ingin cepat pulang.
Saya merasa putus asa. Apalagi, saat di kelas tiga, motivasi
belajarnya sangat rendah. Prestasinya juga demikian. Padahal Panji
sudah ikut kursus matematika dan bahasa Inggris. Tak lupa ada guru
les yang setiap hari saya panggil ke rumah untuk belajar.
Sampai akhirnya Panji naik ke kelas 4 dengan catatan. Artinya,
jika dalam 2 bulan, tidak ada perubahan, maka ia harus turun lagi di
kelas 3. Betapa sedihnya saya. Saya tidak tahu apalagi yang harus saya
lakukan.
Suatu hari Panji membawakan selembar kertas dari sekolah, berisi
pilihan pengembangan bakat yang harus diikuti di sekolah. Tahun
yang lalu Panji ikut pengembangan diri melukis, karena di rumah ada
krayon besar yang lama tidak terpakai.
Saya tidak terlalu bersemangat menanggapi Panji. Ketika ia
berkata, “Mah, saya ikut perkusi saja ya Mah,” saya hanya tersenyum
dan mengangguk. Akhirnya saya melingkari pilihan yang dipilih
Panji. Perkusi. Dan saya membubuhkan tanda tangan.

81
Gali Potensinya

Hari pertama mengikuti perkusi, Panji sangat bersemangat.


Tetapi saya tidak menanggapinya serius karena pola ini sama seperti
sebelumnya. Bersemangat di awal. Tapi ada satu yang justru membuat
saya takjub luar biasa. Sepulang sekolah, sambil membawa perkusi
mungil yang dimilikinya, ia membuka tas dan berkata, “Mah, ada PR
Matematika Mah.”
Tiga tahun sekolah, baru kali ini Panji bilang kalau ada PR. Saya
langsung merespon Panji. Dan saya tidak menduga, ternyata hari itu
adalah titik balik dari semua. Hari pertama ia mengikuti Perkusi.
Sekarang semua berubah. Seakan ada motivasi dalam diri Panji.
Nilainya merangkak naik. Biasanya ia akrab mendapat nilai 6. Dan
seringnya kurang. Kini, nilai 7 suda bisa diraihnya. Dan itu lebih dari
cukup.
Dua bulan pertama dilalui Panji dengan sukses, tanpa kesulitan
dan tanpa perjuangan yang berat dari saya, seperti sebelumnya.
Dan perlahan, nilainya mulai merangkak naik. Bahkan ketika Panji
mendapat nilai 8, saya begitu senang, padahal mungkin bagi orang
lain itu biasa-biasa saja.
Dari hari ke hari, Panji semakin sibuk dengan perkusinya. Dan
belajarnya tentunya. Meskipun Panji sering mengikuti pentas di
mana-mana, belajarnya tidak ketinggalan. PR juga selalu mengerjakan
Saya sangat senang dan bangga. Ternyata Perkusi menjadi pintu Panji
meraih kebanggaan. Saya yakin suatu hari nanti Panji mendapatkan
apa yang menjadi cita-citanya.

82
Gali Potensinya

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Seribu hari pertama dalam perkembangan anak


merupakan periode emas atau masa terpenting
pertumbuhan yang paling kritis dan sensitif.

83
Step 7
Raih Bintangnya

√√ Di tahapan ini, kita akan diajak untuk melihat anak-anak


yang telah meraih bintangnya
√√ Ada sebuah proses yang harus kita lalui agar anak kita
berada di puncak prestasi

Pada bab ini, akan dikhususkan untuk mengapresiasi seorang tokoh


besar yang sangat berjasa bagi banyak anak berkebutuhan khusus.
Harapannya adalah, prestasi-prestasinya bisa memberikan semangat
pada orang tua untuk bisa membantu anaknya yang berkebutuhan
khusus untuk meraih bintangnya.
Namanya adalah Ciptono. Ia adalah “Guru Luar Biasa” yang lahir
di Semarang, 11 November 1963. Berbagai prestasi dan penghargaan
telah diraihnya. Dedikasi yang tinggi terhadap anak-anak yang
memiliki keterbatasan membuatnya berhasil meraih 9 Rekor Muri.
Inilah penghargaan yang sampai tahun 2009 dalam bukunya
“Guru Luar Biasa” yang telah diraihnya. Tentunya saat ini, lebih
banyak lagi prestasi yang telah diraihnya.
1. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa dan Pembimbing
Anak Tunaraghita Hafal 200 Lagu pada tahun 2003.

85
Raih Bintangnya

2. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa dan Pembimbing


Anak Tunagrahita Menggambar dengan Dua Tangan yang
Bersamaan pada tahun 2003.
3. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa dan Pembimbing
Cerebral Palsy Membuat Tas dengan Menggunakan Kedua
Kaki pada tahun 2003.
4. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa dan Pembimbing
Anak Tunanetra Hafal 650 Lagu pada tahun 2006.
5. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa dan Pembimbing
Anak Autis berusia 8 tahun Hafal 250 Lagu pada tahun 2007.
6. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa dan Pembimbing
Anak Autis Pertama di Dunia Memasuki Dunia Rekaman
pada tahun 2007.
7. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa Anak Tunanetra
Bermain Karawitan selama 5 jam pada tahun 2008.
8. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa Group Band
Tunanetra Termuda pada tahun 2009.
9. Penghargaan MURI sebagai Pemrakarsa Anak Tunanetra di
Usia 7 Tahun Dapat Mengaplikasikan 14 Program Komputer
pada tahun 2009.
Setelah membaca rekor-rekor di atas, kita pasti penasaran, siapa
saja anak-anak di balik Rekor MURI tersebut.
Ternyata, kekurangan fisik tidak menghalangi anak-anak untuk
meraih prestasi. Rekor MURI berhasil diraih oleh anak-anak ini;
1. Andi Wibowo, Si Jago Menggambar
2. Gigih Prakoso, Tangan Tidak Berfungsi, tetapi Berprestasi

86
Raih Bintangnya

3. Bambang Purwanto, Tunagrahita Hafal 200 Lagu


4. Delly Meladi, Tunanetra Hafal 60 Lagu
5. Kharisma Rizki Pradana, Anak Autis Ajaib
6. Kharisma, Anak Autis Pertama d Dunia Memasuki Dunia
Rekaman
7. Anak-Anak Tunanetra Nguri-Uri Budaya Jawa
8. Group Band Termuda
9. Alexander Farrel, Tunanetra Pemegang MURI Information
Technology

Buat Kebanggaan
Nah, sekarang giliran kita untuk mengoptimalkan anak agar mereka
bisa membuat kebanggaan. Tidak harus masuk rekor MURI,
karena contoh yang diketengahkan di atas hanya sebagian kecil dari
kebanggaan yang bisa dilakukan seseorang.
Kebanggaan di sini sifatnya sangat relatif. Bagi orang banyak,
mungkin dia bisa membuat kebanggaan hanya ketika dia memperoleh
juara di sebuah lomba atau mendapat rangking 1 di kelas.
Tentunya kita harus memperluas definisi ‘kebanggaan’ itu sendiri.
karena sebenarnya banyak sekali hal-hal yang dilakukan anak yang
bisa membuat bangga, baik itu untuk diri sendiri, maupun bagi orang
lain.

87
Raih Bintangnya

Bagaimana caranya?
Untuk menghasilkan prestasi seperti contoh di atas, tentu kita juga
harus mencontoh perjuangan mereka, yang tidak hanya perjuangan
yang biasa, tetapi perjuangan yang luar biasa. Ada beberapa langkah
yang bisa kita lakukan
- Temukan Kelebihan yang Dimiliki Anak
Pada bab sebelumnya, kita telah membahas bagaimana
cara menemukan kelebihan anak kita. Kelebiha yang sudah
dimiliki harus terus di atas agar menghasilkan hasil yang
optimal, karena jika tidak, hanya akan menjadi potensi yang
belum terlihat bahkan mengendap.
- Gali Kelebihan Itu Lebih Dalam Lagi
Berlatih ekstraordinary, atau berlatih ekstra keras. Ini
diperlukan untuk menunjukkan bahwa selain punya
kelebihan, anak kita juga punya kelebihan yang lebih dari
anak lain.
- Temukan Guru Atau Mentor yang Tepat
Adakalanya anak dengan bakat luar biasa tidak bisa
optimal karena dia tidak memiliki guru atau mentor yang
tepat. Seperti contoh di atas, anak-anak sangat beruntung
sebenarnya karena mereka bertemu dengan Pak Ciptono
yang mengetahui bagaimana caranya agar membuat anak
bisa meraih prestasi optimal.
- Cari Peluang atau Kesempatan
Kita harus jeli mencari peluang atau kesempatan yang bisa
memberi kesempatan kepada anak kita untuk menunjukkan

88
Raih Bintangnya

kelebihannya, dan itu diberi sebuah penghargaan atau


apresiasi. Misalnya informasi tentang lomba, kejuaraan, atau
festival yang bisa diikuti oleh anak kita.
Bahkan sekarang, banyak sekali event lomba dan sejenisnya
yang diselenggarakan khusus untuk anak berkebutuhan
khusus. Ini merupakan kesempatan emas bagi orang tua dan
anak untuk bisa berprestasi.
- Bekenalan dengan Lebih Banyak Orang
Ada satu lagi cara yang mungkin dilupakan banyak orang,
yaitu berkenalan dengan banyak orang. Siapa tahu merekalah
yang suatu hari nanti membukakan jalan bagi anak kita
untuk menunjukkan kelebihan yang dimiliki oleh anak kita
sehingga ana kita bisa mendapatkan apresiasi dari orang lain.

Yuk, Belajar dari Mereka


Berikut ada sebuah kebanggaan yang dilakukan oleh seorang anak
yang itu membuat orang tuanya berubah. Awalnya orang tua menutup
diri dari pergaulan. Tetapi setelah anaknya berprestasi dan membuat
kebanggaan, ia memberanikan diri untuk kembali bermasyarakat.
Jangan Ikut Autis Mah
Firmansyah nama anak saya. Dia anak yang telah mengembalikan
saya dari sebuah keputusan yang salah yang pernah saya ambil. Saat
itu saya memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan teman-
teman bahkan keluarga besar, karena satu hal. Saya punya anak autis.

89
Raih Bintangnya

Saya merasa sangat malu dengan kondisi itu. Karena sejauh yang
saya tahu, tidak ada teman atau kerabat yang anaknya mengalami
kelainan seperti anak saya. Ditambah lagi dengan perilaku yang
unkontrol yang membuat saya menjaga jarak dengan tetangga.
Sampai akhirnya saya menyekolahkan Firmansyah di sekolah
inklusif. Saat mengantar dan menjemput, saya tidak berlama dan say
hello dulu kepada sesame orang tua murid. saya datang dan langsung
pulang seakan tidak memberi kesempatan bagi untuk orang lain yang
ingin menyapa saya.
Kejadian itu berlangsung hingga bertahun-tahun. Hingga pada
suatu hari, guru Firmansyah mengetahui bahwa Firmansyah pandai
bernyanyi. Beliau sering mengikutkan anak saya ke dalam kompetisi
bernyanyi. Kebetulan pada waktu itu banyak sekali perlombaan
yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus, baik di tingkat
kabupaten maupun tingkat propinsi.
Saya diingatkan oleh guru Firmansyah atas keputusan yang sudah
saya ambil. Memang dulu saya saya pernah bercerita padanya. Beliau
memberi motivasi pada saya untuk kembali lagi di kehidupan normal
saya. Dalam gurauannya beliau berkata, “Jangan ikut autis lho Mah,
toh Firman juga sudah menunjukkan bahwa dia bisa berprestasi.”
Akhirnya saya tersadar, saya salah. Tujuh thropi yang ada di
almari ruang tamu kami akhirnya juga ikut menyadarkan saya bahwa
saya harus kembali bergaul, menjadi bagian dari masyarakat.

90
Raih Bintangnya

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Pemerintah mengadakan Jambore Anak Berkebutuhan


Khusus untuk mendidik karakter melalui kegiatan
pramuka

91
Step 8
Jadikan Ia Spesialis Berwawasan
Global

√√ Di tahapan ini, kita akan mendampingi anak kita yang sudah


beranjak dewas untuk mencapai kemandirian ekonomi
√√ Tugas kita berikutnya adalah mengantarnya ke gerbang
kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat

Tugas kita sekarang adalah mengantarkan mereka menuju


ke kehidupan yang nyata, yaitu kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat. Tentunya banyak sekali yang harus kita persiapkan,
agar anak kita bisa melaluinya dengan baik.

Menjadi Professional
Dalam keterbatasan yang dimiliki anak kita, kita harus mem­
persiapkan mereka untuk bisa mandiri secara ekonomi, karena suatu
hari nanti mereka juga akan berkeluarga, seperti orang lain pada
umumnya. Kita harus memberikan bekal kepada mereka agar nanti
tidak selalu bergantung kepada orang lain.
Setelah kita mengenali anak kita, maka kita, dengan berdiskusi
dengan mereka, bisa menentukan pekerjaan apa yang akan dipilih,

93
Jadikan Ia Spesialis Berwwasan Global

dan mulai dari sekarang, mempersiapkannya. Sehingga pada


waktunya nanti, semua akan berjalan lancar.
Di bawah ini ada alternatif pekerjaan yang bisa dipilih. Pekerjaan
ini diklasifikasikan berdasarkan minat seseorang
- Minat pada Ide
Jika anak kita termasuk anak yang selalu ingin tahu, kreatif
dan sering mengekploitasi ide-ide yang baru maka bidang
pekerjaan yang cocok untuknya adalah sbb
1. bidang penulisan
2. pengetahuan alam
3. pengobatan
4. bidang artistik
5. dsb
- Minat pada Orang
Jika anak kita termasuk orang yang senang bertemu dengan
orang baru, mudah bergaul dan beradaptasi, senang bepergian
ke tempat baru, serta berjiwa sosial tinggi, pilihan pekerjaaan
yang cocok untukknya adalah sebagai berikut
1. Marketing
2. Konsultan
3. Sales
4. Public Relation
5. Dsb
- Minat pada Benda
Jika anak kita termasuk anak yang teratur, rapi, dan senang
mengerjakan sesuatu dengan terencana, tetapi tidak begitu
94
Jadikan Ia Spesialis Berwwasan Global

senang bertemu dengan orang maka anak kita cocok bekerja


di bidang pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi
seperti
1. Administasi
2. Akutansi
3. keuangan.
4. dsb
Nah, sedari sekarang, kita perlu menyiapkan diri untuk menjadikan
anak kita seorang professional. Kita perlu mendiskusikan hal ini
kepada anak kita agar semua berjalan dengan lancar. Sehingga
keahlian dan ketrampilan yang dimilikinya bisa menjadi bekal untuk
kehidupannya kelak.

Menjadi Bagian dari Masyarakat


Meskipun anak kita adalah anak berkebutuhan khusus, mereka
adalah bagian dari masyarakat juga. Suatu hari nanti mereka akan
berkeluarga dan menjadi bagian dari masyarakat.
Ketika anak kita sudah kita ajari untuk mandiri, bersosialisasi dan
mengembangkan ketrampilan dan keahliannya, tentunya kita akan
menjadi lebih tenang. Kita telah memberi bekal yang cukup untuk
mereka.
Semoga anak kita menjadi kelak menjadi seseorang yang tampil
percaya diri di masyarakat, meskipun ada yang memakai kursi roda,
tongkat, atau alat bantu lain karena kelainan yang dimiliki sehingga
tetap bermanfaat.

95
Jadikan Ia Spesialis Berwwasan Global

Yuk, Belajar dari Mereka


Ada sebuah kisah seorang penyandang cacat yang sehari-hari
memakai kursi roda. Ia sudah menikah dan punya anak. Mari kita
mem­baca pengalaman hidupnya agar kita semua bisa belajar darinya.

Perjuangan Mendapatkan Penghidupan


Menjadi seorang penyandang cacat seperti saya ternyata tidak
menghalangi saya untuk tetap terjun ke masyarakat. Saya adalah
seorang ayah dua anak yang saat ini bekerja sebagai pedagang. Istri
saya juga seorang penyandang cacat, tapi tidak memerlukan kursi
roda sebagai alat bantu. Ia hanya menggunakan tongkat saja.
Saya adalah lulusan universitas negeri di sebuah kota. Saya meng­
ambil jurusan PLB, pendidikan luar biasa, karena saya sendiri juga
seorang difable. Keinginan saya saat itu, saya ingin menjadi dosen
atau guru sesuai dengan bidang yang saya geluti.
Namun apa dikata, ternyata kenyataan berkata lain. Saya melamar
di banyak sekolah, dan ternyata saya tidak menerima. Benar dugaan
saya, mereka memang menerima anak berkebutuhan khusus, tapi
bukan guru berkebutuhan khusus.
Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi seorang pedagang.
Saya membuka sebuah toko kelontong, dan Alhamdulillah hasilnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Saya menikah dengan seorang yang juga memiliki keterbatasan
seperti saya. Kami bertemu di sebuah komunitas tempat kami

96
Jadikan Ia Spesialis Berwwasan Global

berkumpul. Di situlah saya dan istri aktif memberdayakan orang-


orang yang senasib dengan kami, agar tidak menjadi beban bagi
masyarakat dan keluarga.
Sekarang saya sedang dalam proses memperjuangkan pekerjaan
bagi para kaum difable yang memiliki keterbatasan. Pekerjaan yang
saya perjuangkan untuk teman-teman yaitu pekerjaan penjaga peron
parkir yang ada di pusat perbelanjaan, hotel atau
toko-toko besar, karena orang yang bekerja di situ adalah orang
yang duduk diam, dan itu bisa dilakukan oleh teman-teman kami
yang memiliki keterbatasan gerak.
Semoga perjuangan saya dan teman-teman mendapatkan hasil,
sehingga teman-teman kami yang terdiskriminasi selama ini bisa
tetap mendapatkan penghidupan.

97
Jadikan Ia Spesialis Berwwasan Global

https://img.yumpu.com/27267139/1/358x275/7-east-greenbush-central-school.jpg?quality=85

This is
a fact

Delly Meladi, seorang tunanetra yang lahir pada


tahun 1979 yang lalu, ia telah menghafalkan 650 lagu
dan masuk dalam rekor MURI

98
Penutup

Inilah tujuan akhir kita sebagai orang tua yang memiliki anak
ber­kebutuhan khusus. Anak-anak bisa mebuktikan dirinya sebagai
manusia yang berhasil, produktif, dan cakap. Stephen Glenn dan Jane
Nelsen (2000) merumuskan tentang bahwa, anak-anak memiliki
1. Persepsi yang kuat mengenai kecakapan pribadi. “Saya
mampu.”
2. Perepsi yang kuat mengenai arti diri dalam hubungan-
hubungan yang pokok. “Saya membantu dengan cara yang
bermakna dan saya benar-benar dibutuhkan.”
3. Persepsi yang kuat mengenai kekuatan atau pengaruh pribadi
atas kehidupan. “Saya dapat mempengaruhi apa yang terjadi
pada diri saya.”
4. Ketrampilan intrapribadi yang kuat. Kemampuan untuk
mema­ hami emosi pribadi, menggunakan pemahaman
itu untuk mengembangkan disiplin diri dan belajar dari
pengalaman.
5. Ketrampilan antarpribadi yang kuat. Kemampuan untuk
bekerja bersama orang lain dan mengembangkan per­
sahabatan melalui komunikasi, kerjasama, negosiasi, saling
membagi, sikap empati dan kesediaan untuk men­dengarkan
6. Kemampuan sistemik yang kuat. Kemampuan untuk
menanggapi keterbatasan dan konsekuensi kehidupan

99
sehari-hari dengan tanggung jawab, penyesuaian, keluwesan,
dan integritas.
7. Ketrampilan menilai yang kuat. Kemampuan untuk
menggunakan kearifan dan menilai situasi sesuai dengan
nilai-nilai yang pantas.
Semoga kita menjadi orang tua yang bijak, yang sudah dengan besar
hati membesarkan anak-anak kita, agar menjadi anak berkebutuhan
khusus yang memiliki ktrampilan dan keahlian khusus untuk bekal
kehidupannya kelak.

100
Daftar Pusataka

Afifudin. Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo:


Harapan Massa, 1986
Ciptono & Ganjar Triadi. Guru Luar Biasa. Yokyakarta: Penerbit
Bentang. 2009
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan Nasional 2010. Profil Pendidikan Inklusif di
Indonesia: Konsep, Kebijakan, dan Implementasi
Glenn, Stephen & Nelsen, Jane. Tujuh Kiat Mengembangkan Kemam­
puan Anak. Jakarta: Penerbit Arcan, 2002
Jannah, Izzatul. Psiko Harmoni Rumah Tangga. Solo: Indiva Pustaka,
2008
M. Musrofi. Melesatkan Prestasi Akademik Siswa. Yokyakarta:
Pedagogia, 2010
Nuryanti, Lusi. Psikologi Anak. Jakarta. Indeks,2008

101
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Riris Yuliati Pradana


No. Telp/HP : 085700344001
Email : yuliatipradana@gmail.com
Akun Facebook : Riris Yuliati Pradana
Alamat Kantor : SD Al Firdaus, Jl. Yosodipuro 56 Surakarta
Bidang Keahlian : Koordinator Inklusi SD Al Firdaus

Riwayat Pekerjaan/ Profesi (10 Tahun Terakhir):


Guru Inklusi dan Koordinator Inklusi
Guru Pendamping Khusus Sekolah Dasar

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


- S-1 Pendidikan Luar Biasa (PLB) (2011)

103
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Tidak Ada.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak Ada.

Buku yang Pernah ditelaah, direview, dibuat ilustrasi, dan/atau


dinilai (10 Tahun Terakhir):
Tidak Ada.

Informasi Lain dari Penulis:


Lahir di Madiun, 11 Juli 1989. Lulusan Pendidikan Luar Biasa
(PLB) UNS. Menjadi guru inklusi dengan bermacam kasuistik
anak berkebutuhan khusus yang pernah ditangani. Antara
lain; anak dengan gangguan sensori intregasi, lamban belajar,
hingga gangguan emosi perilaku.

104
Nama Lengkap : Wahyu Tiarni
No. Telp/HP : 085647000181
Email : wahyutiarni@yahoo.com
Akun Facebook : Wahyu Yudha
Alamat Rumah : Perum Ostium Kartasura
Bidang Keahlian : Crafter, pengajar

Riwayat Pekerjaan/ Profesi (10 Tahun Terakhir):


Pengajar lepas crafter sekolah menengah inklusi
Crafter
Penulis tetap di Majalah Nur Hidayah
Pernah menjadi guru Sekolah Dasar Inklusi SD Al Firdaus

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


S1 FKIP (2006)

105
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Tidak Ada.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak Ada.

Buku yang Pernah ditelaah, direview, dibuat ilustrasi, dan/atau


dinilai (10 Tahun Terakhir):
Tidak Ada.

Informasi Lain dari Penulis:


Lahir di Musi Banyuasin, 15 Mei 1982. Delapan tahun berinteraksi
intensif dengan anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah
dasar inklusif di Solo. Pernah juga mendampingi anak-anak
jalanan dan menjadi guru calistung di Sekolah Anak Jalanan
SEROJA. Saat ini aktif di sebuah klub kreavitas remaja
JAWARA dan sedang menggagas sebuah komunitas yang
mengedukasi anak-anak untuk lebih cinta pada lingkungan.

106
Biodata Editor

Nama Lengkap : Abdul Kholiq, S.Th.I


No. Telp/HP : 085729794052
Email : kholiq86@gmail.com
Akun Facebook : raden abdul kholiq
Alamat Kantor : Jl. Veteran Gg. Manunggal
RT/RW. 20/05 No. 638 C
Pandeyan, Umbulharjo,
Yogyakarta 55161
Bidang Keahlian : Editing, Writing

Riwayat Pekerjaan/ Profesi (10 Tahun Terakhir):


Penulis lepas
Tentor Bimbingan Belajar Bahasa Inggris
Editor freelance
Editor Tetap

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


S-1 Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga (2006-2010)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Curhat Sama Nabi (2013)
Warna-Warni Islam (2013)
The Meaningful Life with Rumi (2017)

107
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
Tidak ada

Buku yang Pernah ditelaah, direview, dibuat ilustrasi, dan/atau


dinilai (10 Tahun Terakhir):
Al-Rashafat (2013)
Kun Fayakun Kun La Takun (2013)
Nilai Boleh Biasa Mental Harus Juara (2015)
Fihi Ma Fihi (2015)
Kerancuan Filsafat (2015)
Jejak dan Mukjizat Para Rasul (2017)
Risalah Ibnu Fadhlan (2017)

Informasi Lain dari Editor:


Lahir di Magelang, 25 Juli 1986. Saat ini menetap di Maguwoharjo,
Yogyakarta, bersama istri dan 2 anak.

108
Biodata Ilustrator

Nama Lengkap : Aulia Rahmat Suat Maji, S.S


No. Telp/HP : 0877 0075 9525
Email : auliarahmat@gmail.com
Akun Facebook :—
Alamat Rumah : Masahan RT.04, Gedongan, Trirenggo,
Bantul, Yogyakarta
Bidang Keahlian : Cover Design, Layout

Riwayat Pekerjaan/ Profesi (10 Tahun Terakhir):


Layouter Penerbit Qudsi Media (2006 – 2009)
Freelance Book Design Penerbit Universitas Atmajaya (2011)
Freelance Cover Design Penerbit Arta Pustaka (2012)
Freelance Cover Design Penerbit One Books (2013)
Cover Design Penerbit Qudsi Media, Familia, Forum (2009 -2018)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


Strata 1 Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta Lulus 2006

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak Ada.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Tidak Ada.

109
Buku yang Pernah ditelaah, direview, dibuat ilustrasi, dan/atau
dinilai (10 Tahun Terakhir):
Tidak Ada.

Informasi Lain dari Ilustrator:


Lahir di Bantul pada 1 Januari 1984. Saat ini tinggal di Bantul
bersama istri dan 2 anak. Merintis toko buku online: Buku
Linea.

110
Biodata Reviewer

Nama Lengkap : Ambhita Dhyaningrum, S.S., M.Hum


Telepon Kantor/hp : 0813 9241 6069
Email : dee_ambhita@yahoo.com
Akun Facebook : ambhita.dhyaningrum
Alamat Rumah : Jl. Bugenville RT 01/03 Grendeng,
Purwokerto Utara
Bidang Keahlian : Penerjemahan, Penulisan Kreatif

Riwayat pekerjaan/profesi (10 Tahun Terakhir):


Editor Tiga Serangkai (2001—2009)
Penerjemah dan Editor Lepas (2009-2017)
Dosen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jendral
Soedirman (2017-sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:


S-1: Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Inggris, Universitas Sebelas
Maret (1995—2000)
S-2: Linguistik Penerjemahan, Universitas Sebelas Maret (2014—
2016)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):


Karya Pribadi
Rumah Pohon (kumpulan puisi, Diknas), 2009

111
Cinta dalam Belanga (kumpulan cerpen, Kakilangit Kencana),
2009
Jumpalitan Menjadi Mama (kumpulan kisah inspiratif para ibu,
Lingkar Pena), 2011
Adonis (novel, Bentang Pustaka), 2015

Karya Terjemahan
Almost Dead, Cinta di Pusaran Dendam (Dastan Books), 2009
If She Only Knew, Dendam sang Kekasih Gelap (Dastan Books),
2009
Why Men Die First (Daras Books), 2009
Metode Megakills (Hikmah), 2010
Emily of New Moon (Qanita), 2010
The Story Girl (Bentang Pustaka), 2010
Ruby, Cinta dan Kepahitan Hidup (Dastan Books), 2010
Front of the Class (Tiga Serangkai), 2010
One Pink Rose, One White and Red Rose: Pengantin Clayborne
(Dastan Books), 2010
My Name is Memory (Bentang Pustaka), 2010
Judgement in Death (Gramedia Pustaka Utama), 2011
The Adventures of Huckleberry Finn (Bentang Pustaka), 2011
Gadis Korek Api (Atria), 2011
Hansel dan Gretel (Atria), 2011
Silent Killer (Dastan Books), 2011
The Queen Must Die (Tiga Serangkai), 2011
Shadow and Bone (Bentang Pustaka), 2013
Visions in Death (Gramedia Pustaka Utama), 2013
The Queen at War (Tiga Serangkai), 2013
Fools Rush In (Gramedia Pustaka Utama), 2014
The Best of Me (Gramedia Pustaka Utama), 2014
Kebangkitan Kolosus (Tiga Serangkai), 2014
The History Keepers (Mizan Fantasi), 2015

112
Princess of DisGrace 1: Tahun Pertama di Menara Tinggi (Tiga
Serangkai), 2015
Princess of Disgrace 2 (Tiga Serangkai), 2015
Shards and Ashes (Mizan Fantasi), 2015
The Queen Alone (Tiga Serangkai), 2015
Queen at Hearts 1: The Crown (Tiga Serangkai), 2015
Tribute (Gramedia Pustaka Utama), 2015
Queen at Hearts 2: The Wonder (Tiga Serangkai), 2016
Rofftoppers (Tiga Serangkai), 2016
Harper and the Scarlet Umbrella (Tiga Serangkai), 2016
The Adventure of Sherlock Holmes (Gramedia Pustaka Utama),
2016
Annie (Gramedia Pustaka Utama), 2017
Sekolah Bajak Laut Kapten Janggut Api (Tiga Serangkai), 2017
The Devil Wears Kilts (Gramedia Pustaka Utama), 2017
Passage Into Silence (Penerbit Forum), 2018

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 tahun terakhir):


Analisis Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan Kalimat
yang Mengandung Ungkapan Satire dalam Novel The 100 Year
Old Man who Climbed Out of the Window and Dissapeared.
(2016)
Creative Writing for Non-Native English Students: A Challenge
(2017)

Buku yang pernah ditelaah, direview, dibuat ilustrasi, dan/atau


dinilai (10 tahun terakhir):
Adonis (2015)

Informasi Lain dari Reviewer:


Kesibukan saat ini: mengajar

113
Biodata Penerbit

Nama Penerbit : Relasi Inti Media


Nama Badan
Usaha Penerbit : CV Relasi Inti Media
Tahun Berdiri : 2008
Tahun Penerbitan
Buku pertama : 2008
Tanda Daftar
Perusahaan : 12.05.3.22.02849
Alamat : Jl. Veteran Gg. Manunggal RT/RW.
20/05 No. 638 C Pandeyan, Umbulharjo,
Yogyakarta 55161
Nomor Telepon : (0274) 4286584
Customer Service : 081804181756 (Fery)
Akun Facebook : Relasi IntiMedia
Email : relasidistribusi@gmail.com

115

You might also like