You are on page 1of 66

Nirwan

 HOME

Home » Pendidikan » ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSEPSI-SENSOR

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSEPSI-SENSOR


By Unknown 04:51 No comments

Kelopak Mata

Kelopak atau palpebra mempunyai


fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan
komea. Palpebra merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma,
trauma sinar dan pengeringan bola
mata.Dapat membuka diri untuk
memberi jalan masuk sinar kedalam
bola mata yang dibutuhkan untuk
penglihatan.Pembasahan dan. pelicinan
seluruh permukaan bola mata terjadi
karena pemerataan air mata dan
sekresi berbagai kelenjar sebagai
akibat gerakan buka tutup kelopak
mata. Kedipan kelopak mata sekaligus
menyingkirkan debu yang masuk.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang
tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Gangguan penutupan kelopak akan
mengakibatkan keringnya permukaan
mata sehingga terjadi keratitis et
lagoftalmos.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

1. Kelenjar seperti : kelenjar sebasea,


kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan
kelenjar Meibom pada tarsus.

2. Otot seperti : M. orbikularis okuli


yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak
di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi
margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai
M. Rioland. M. orbikularis berfungsi
menutup bola mata yang dipersarafi N.
facial M. levator palpebra, yang
berorigo pada anulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan
sebagian menembus M. orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah.
Bagian kulit tempat insersi M. levator
palpebra terlihat sebagai sulkus
(lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi
oleh n. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.

3. Di dalam kelopak terdapat tarsus


yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar di dalamnya atau kelenjar
Meibom yang bermuara pada margo
palpebra.

4. Septum orbita yang merupakan


jaringan fibrosis berasal dari rima
orbita merupakan pembatas isi orbita
dengan kelopak depan.

5. Tarsus ditahan oleh septum orbita


yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga
orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat
yang merupakan jaringan penyokong
kelopak dengan kelenjar Meibom (40
bush di kelopak atas dan 20 pada
kelopak bawah).

6. Pembuluh darah yang


memperdarahinya adalah palpebra.

7. Persarafan sensorik kelopak mata


atas didapatkan dari ramus frontal N.V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II
saraf ke V.

Konjungtiva tarsal yang terletak di


belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak.
Konjungtiva tarsal melalui forniks
menutup bulbus okuli. Konjungtiva
merupakan membran mukosa yang
mempunyai sel Goblet yang
menghasilkan musin.
Sistem Lakrimal

Sistem sekresi air mata atau lakrimal


terletak di daerah temporal bola mata.
Sistem ekskresi mulai pada pungtum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus
inferior.

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian,


yaitu :

1. Sistem produksi atau glandula


lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.

2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas


pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal.
Sakus lakrimal terletak di¬bagian depan
rongga orbita. Air mata dari duktus
lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung di dalam meatus inferior.

Film air mata sangat berguna untuk


kesehatan mata. Air mata akan masuk
ke dalam sakus lakrimal melalui
pungtum lakrimal. Bila pungtum
lakrimal tidak menyinggung bola mata,
maka air mata akan keluar melalui
margo palpebra yang disebut epifora.
Epifora juga akan terjadi akibat
pengeluaran air mata yang berlebihan
dari kelenjar lakrimal.

Untuk melihat adanya sumbatan pada


duktus nasolakrimal, maka sebaiknya
dilakukan penekanan pada sakus
lakrimal. Bila terdapat penyumbatan
yang disertai dakriosistitis, maka cairan
berlendir kental akan keluar melalui
pungtum lakrimal.

Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran yang


menutupi sklera dan kelopak bagian
belakang.3 Bermacam-macam obat
mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini. Konjungtiva mengandung kelenjar
musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata
terutama kornea

Selaput ini mencegah benda-benda


asing di dalam mata seperti bulu mata
atau lensa kontak (contact lens), agar
tidak tergelincir ke belakang mata.
Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal
yang memproduksi air mata, selaput ini
turut menjaga agar cornea tidak
kering.

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian,


yaitu :

1. Konjungtiva tarsal yang menutupi


tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.

2. Konjungtiva bulbi menutupi sklera


dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya.

3. Konjungtiva fornises atau forniks


konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi
dan forniks berhubungan dengan sangat
longgar dengan jaringan di bawahnya
sehingga bola mata mudah bergerak.
Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan


panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai
kelengkungan yang lebih tajam
sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda.

Bola mata dibungkus oleh 3 lapis


jaringan, yaitu :

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang


kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang
melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat
transparan yang memudahkan sinar
masuk ke dalam bola mata.
Kelengkungan kornea lebih besar
dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan


vaskular. Jaringan sklera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial
mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang
disebut perdarahan
suprakoroid.Jaringan uvea ini terdiri
atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada
iris didapatkan pupil yang oleh 3
susunan otot dapat mengatur jumlah
sinar masuk ke dalam bola mata. Otot
dilatator dipersarafi oleh
para¬simpatis, sedang sfingter iris dan
otot siliar di persarafi oleh
parasim¬patis. Otot siliar yang terletak
di badan siliar mengatur bentuk lensa
untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang
iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan
melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina


yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10
lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar
menjadi rangsang¬an pada saraf optik
dan diteruskan ke otak. Terdapat
rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas
dari koroid yang disebut ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga di dalam


bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel pupil saraf optik,
makula dan pars plans. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca
disertai dengan tarikan pada retina,
maka akan robek dan terjadi ablasi
retina.

Lensa terletak di belakang pupil yang


dipegang di daerah ekuator¬nya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa
mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga
sinar dapat difokuskan di daerah
makula lutea.

Terdapat 6 otot penggerak bola mata,


dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di
dalam rongga orbita.

Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-
sama dengan kornea merupa¬kan
pembungkus dan pelindung isi bola
mata. Sklera berjalan dari papil saraf
optik sampai kornea.1 Sklera sebagai
dinding bola mata merupakan jaringan
yang kuat, tidak bening, tidak kenyal
dan tebalnya kira-kira 1 mm.

Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis


jaringan ikat vaskular. Sklera
mem¬punyai kekakuan tertentu
sehingga mempengaruhi pengukuran
tekanan bola mata.1 Dibagian belakang
saraf optik menembus sklera dan
tempat tersebut disebut kribosa.
Bagian luar sklera berwarna putih dan
halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan
dibagian depan oleh konjungtiva.
Diantara stroma sklera dan kapsul
Tenon terdapat episklera. Bagian
dalamnya berwarna coklat dan kasar
dan dihubungkan dengan koroid oleh
filamen-filamen jaringan ikat yang
berpigmen, yang merupakan dinding
luar ruangan suprakoroid.

Kekakuan sklera dapat meninggi pada


pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter,
miotika, dan meminum air banyak.

Kornea

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk)


adalah selaput bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lapis :

1. Epitel
a) Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis
sel epitel tidak bertanduk yang sating
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel
poligonal dan sel gepeng.

b) Pada sel basal Bering terlihat mitosis


sel, dan sel muds ini ter¬dorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan
sel basal di sampingya dan sel poligonal
di depannya melalui des¬mosom dan
makula okluden; ikatan ini
menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier.

c) Sel basal menghasilkan membran


basal yang melekat erat kepada¬nya.
Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
d) Epitel berasal dari ektoderm
permukaan.

Membran Bowman

a) Terletak di bawah membran basal


epitel komea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.

b) Lapis ini tidak mempunyai daya


regenerasi

Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan


susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya, pada permukaan
terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serat kolagen ini
bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea
yang merupakan fibroblas terletak di
antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkem¬bangan
embrio atau sesudah trauma.

Membran Descement

a) Merupakan membran aselular dan


merupakan batas belakang stroma
komea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membran basalnya.

b) Bersifat sangat elastik dan


berkembang terns seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
EndotelBerasal dari mesotelium,
berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40 pm. Endotel melekat pada
membran descement melalui
hemi¬desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf


sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V
saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membran Bow¬man
melepaskan selubung Schwannya.
Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai
pada kedua lapis terdepan tanpa ada
akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi
dingin ditemukan di daerah limbus.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong
di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.
Trauma atau penyakit yang merusak
endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga
dekompensasi endotel dan terjadi
edema kornea. Endotel tidak
mempunyai daya regenerasi.

Kornea merupakan bagian mata yang


tembus cahaya dan menutup bola mata
di sebelah depan. Pembiasan sinar
terkuat dilakukan oleh kornea, dimana
40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan
sinar masuk kornea dilakukan oleh
kornea.

Uvea

Walaupun dibicarakan sebagai isi,


sesungguhnya uvea merupakan dinding
kedua bola mata yang lunak, terdiri
atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar,
dan koroid.

Pendarahan uvea dibedakan antara


bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang
masuk menembus sklera di temporal
dan nasal dekat tempat masuk saraf
optik dan 7 buah arteri siliar anterior,
yang terdapat 2 pada setiap otot
superior, medial inferior, satu pada otot
rektus lateral. Arteri siliar anterior dan
posterior ini ber¬gabung menjadi satu
membentuk arteri sirkularis mayor
pada badan siliar. Uvae posterior
mendapat perdarahan dari 15 – 20 buah
arteri siliar posterior brevis yang
menembus sklera di sekitar tempat
masuk saraf optik.
Persarafan uvea didapatkan dari
ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm
di depan foramen optik, yang
menerima 3 akar saraf di bagian
posterior yaitu :

1. Saraf sensoris, yang berasal dari


saraf nasosiliar yang mengandung
serabut sensoris untuk komea, iris, dan
badan siliar.

2. Saraf simpatis yang membuat pupil


berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis;
mempersarafi pembuluh darah uvea
dan untuk dilatasi pupil.

3. Akar saraf motor yang akan


memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
P ada ganglion siliar hanya saraf
parasimpatis yang melakukan sinaps.
Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian
tepi siliar, dan badan siliar terletak
antara iris dan koroid. Batas antara
korneosklera dengan badan siliar
belakang adalah 8 mm temporal dan 7
mm nasal. Di dalam badan siliar
terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar, dan sirkular.

Ditengah iris terdapat lubang yang


dinamakan pupil, yang mengatur
banyak sedikit¬nya cahaya yang masuk
kedalam mata. Iris berpangkal pada
badan siliar dan memisahkan bilik mata
depan dengan bilik mata belakang.
Permukaan depan iris warnanya sangat
bervariasi dan mempunyai lekukan-
lekukan kecil terutama sekitar pupil
yang disebut kripti.
Badan siliar dimulai dari basis iris
kebelakang sampai koroid, yang terdiri
atas otot-otot siliar dan proses siliar.
Otot-otot siliar berfungsi untuk
akomodasi. Jika otot-otot ini
berkontraksi ia menarik proses siliar
dan koroid kedepan dan kedalam,
mengendorkan zonula Zinn sehingga
lensa menjadi lebih cembung.
Fungsi proses siliar adalah memproduksi
Humor Akuos.
Koroid adalah suatu membran yang
berwarna coklat tua, yang letaknya
diantara sklera dan. retina terbentang
dari ora serata sampai kepapil saraf
optik. Koroid kaya pembuluh darah dan
berfungsi terutama memberi nutrisi
kepada retina.
Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris
yang mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk.

Pupil anak-anak berukuran kecil akibat


belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah
sedang, dan orang tua pupil mengecil
akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh
lensa yang sklerosis.

Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai


sebagai ukuran tidur, simulasi, koma
dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil
waktu tidur akibat dari :

1 Berkurangnya rangsangan simpatis

2 Kurang rangsangan hambatan miosis


Anatomi Fisiologi Hidung

ANATOMI

1 Hidung Bagian Luar

Kerangka bagian luar hidung terdiri dari


unsur tulang dan kartilago. Sepasang
ossa nasalia yang menjadi penentu
pangkal hidung bersendi di bagian atas
dengan ossa frontalia dan ke lateral
dengan processus nasalis ossis
maxilaris. Konfigurasi bagian hidung
lainnya terbentuk dari empat kartilago
hidung bagian luar. Dua kartilago
lateral bagian atas bersendi di garis
tengah dengan bagian dorsal septum
nasi, dan dua kartilago lateral bagian
bawah membentuk struktur ujung
hidung. Collumella dibentuk dari crurae
medialis kedua kartilago bagian bawah.
a Suplai Darah

Hidung luar menerima suplai darah


utama dari cabang-cabang arteria
facialis dan anastomosis-anastomosis-
nya dengan arteria infraorbitalis dan
arteri supraorbitalis serta
supratrochlearis. Darah vena dari
hidung luar mengalir melalui vena
facialis anterior dan posterior ke dalam
sistem jugularis interna dan melalui
vena angularis yang berhubungan
dengan vena orbitalis dan opthalmica
yang bermuara ke dalam sinus
cavernosus. Terdapat hubungan-
hubungan vena di sebelah dalam antara
vena infraorbitalis dan plexus venosus
pterygoideus. Vena di bagian wajah ini
tidak mempunyai katup; dengan
demikian, infeksi di daerah ini
cenderung menyebar lebih cepat ke
arah sentral daripada ke daerah tubuh
lainnya.

b Persarafan

Persarafan ke hidung luar berasal dari


cabang-cabang terminal N. Trigeminus
(N V), yakni N. Infratochlearis (V1), N.
Nasalis externus (cabang ethmoidalis
anterior V1), N. Infraorbitalis (V2)

2 Hidung Bagian Dalam

Bagian dalam hidung dibagi menjadi


dua rongga oleh septum nasi. Septum
ini terdiri dari dua tulang di bagian
posterior (lempeng yang tegak lurus
dengan ethmoid dan vomer) dan
karilago septum bersegi empat di belah
anterior. Seluruh septum berada di
dalam bungkus mukoperikondrial dan
mukoperiostial yang bersambung
lapisan lain dasar hidung dan dinding
lateral. Dinding lateral hidung
mempunyai anatomi yang rumit. Yang
paling menonjol adalah concha
superior, media, dan inferior
(kadangkala ada concha keempat, yaitu
choncha suprema). Conchal inferior
adalah concha yang terbesar dan kaya
pembuluh darah. Concha media kaya
kelenjar mukosa dan sering
mengandung sel-sel udara. Meati
nasales diberi nama sesuai dengan
concha yang berada diatasnya. Di
meatus inferior, terdapat muara ductus
nasolacrimalis. Di meatus medius
terdapat ostia sinus maxillaris,
frontalis, dan ethmoidus anterior. Sel-
sel ethmoidus anterior dan sinus
sphenoideus bermuara ke dalam
meatus superior atau recessus
sphenoethmoideus.

a Suplai Darah

Suplai darah hidung sebelah dalam


berasal dari sistem arteri karotis
eksterna dan internal. Pembuluh darah
yang paling sering menimbulkan
epistaksis (area Kiesselbach) di septum
nasi anterior merupakan cabang
termonbal arteri ethmoidalis anterior
dan superior, cabang septalis arteri
sphenopalatina, cabang-cabang dari
arteri nasopalatina, dan cabang
terminal a. Labialis superior. Dinding
lateral hidung mendapatsuplai darah
dari arteriae ethmodiales dan cabang
nasal lateral r.sphenopalatinus
a.maxillaris internae. Drainase vena
hidung bagian dalam seperti hidung
bagian luar dapat mengalrkan darah ke
sistem fasial,oftalmik, dan sistem
pterigoid. Kecuali penciuman, sensasi
di hidung sebelah dalam dihantarkan
oleh cabang dari cabang pertama dan
kedua n.tregeminus. serabut simpatis
yang mempersyarafi pembuluh darah di
dalam hidung berasal dari plexus
caroticus yang berjalan bersama
dengan n.carotis externus dan dari
bagian petrosus profundus n.vidianus.
serabut parasimpatis pasca ganglion
yang mempersarafi kelenjar sekretorik
didalam hidung mempunyai badan sel
di dalam ganglion sphenopalatinum dan
serabut praganglion berjalan bersama
dengan n.vidianus. dibawah kondisi
normal, hidung dilapisi oleh epitel
pernapasan yang merupakan epitel
bertingkat, bersilia, dan kolumnar.
Sinus paranasal adalah ruang berisi
udara berpasangan yang dilapisi oleh
membran mukosa. Sinus tersebut
berkembang sebagi kantong-kantong
keluar dari membran mukosa hidung
dengan kecepatan perkembangan yang
berbeda selama masa bayi dan kanak-
kanak. Sinus maxillaris adalah sinus
yang terbesar dan terletak didalam
maxilla tepat dibawah orbita. Sinus
ethmoidales yan berjumlah lebih
banyak terletak disebelah medial orbita
dan dipisahkan oleh lamina
papyraceayang tipis. Sinus ethmoidales
di bagi menjadi banyak sel oleh
jaringan-jaringan septa tulang yang
kecil0kecil. Sinus frontales terletak
disebalah anterior dan diatas sinus
ethmoidales dan dpisahkan oleh sebuah
septum. Dibelakang sinus ethmoidales ,
posterior terdapat sinus sphenoidales
yang biasanya di bagi secara tidak
sebanding oleh sebuah septum.
Struktur-struktur vital yang berkaitan
erat dengan sinus sphenoidales antara
lain kelenjar hipofisis tang terletak
disebelah posterosuperior dan arteriae
carotis internae dan nn.optici yang
terletak disebelah lateral .

FISIOLOGI

Empat fungsi vital hidung adalah


penghidu, pengendali suhu, pengendali
kelembapan dan filtrasi partikel.

1. Penghidu

Proses penghidu berlangsung melalui


rambut-rambut sensorik N I, yang
menembus lamina cribrosa. Sekalipun
dapat terjadi beberapa gangguan
penhidu, penebab anosmia tersering
(tidak ada sensasi menghidu) adalah
hanya obstruksi hidung, sederhana
seperti yang terjadi pada influenza
atau poliposis hidung yang menghalangi
aliran udara untuk mencapai daerah
penghidu

2. Pengendali suhu udara

Pengendali suhu udara yag dihirup


diatur ketika udara melewati
permukaan cochae yang luas. Jaringan
kapiler yang banyak terdapat dalam
jaringan semierektil memungkinkan
pertukaran kalori yang efektif.
Beberapa pun suhu yang dihirup
didalam nasofaring jarang berfluktuasi
lebih dari 30 F dari suhu tubuh normal.

3. Pengendali kelembapan
Selimut mukosa yang padat yang
dibentuk oleh kelenjar mukosa yang
sangat banyak di dalam mukosa hidung
memungkinkan pelembapan udara yang
dihirup secara konstan. Diperkirakan
sebanyak 1 liter cairan hilang melalui
hidung sepanjang bernapas selama 24
jam.

4. Filtrasi partikel

Sistem mukosiliar hidung membetikan


fungsi filtrasi yang melindungi terhadap
bahan artikel yang terhirup. Kelenjar
submukosa dan sel-sel goblet di epitel
pernapasa memasok mukus yang
mengalir terus-menerus sehingga
membentuk selimut kental
(menghasilkan lebih dari 1 liter setiap
hari). pH sekret tetap konstan pada
angka 7 dan juga mengandung lisozim
dan mensekresi imunoglobulin IgA.
Pergerakan ritmik silia epitel
mengerakan selimut mukosa ini dengan
kecepatan beberapa milimeter per
menit yang kemudian digantikan
kembali kira-kira setiap 20 menit.

Fungsi-fungsi sinus paranasal lainnya


antara lain meringankan bobot
tengkorak memberikan fungsi hidung
tambahan , membrikan penahan suhu
udara untuk otak, ikut mempertajam
penghidu, menambah resonasi suara
dan memberikan penopang semacam
bantalan (bumper) untuk melindungi
wajah dari trauma.

SISTEM PERSYARAFAN HIDUNG

1. Membran Olfaktorius
Membran olfaktorius terletak di bagian
superior setiap lubang hidung. Di
sebelah medial, membran olfaktorius
terlipat kebawah disepanjang
permukaan septum superior disebelah
lateral terlipat di atas turbinat superior
dan bahkan diatas sebagian kecil
permukaan atas turbinat medial
disetiap lubang hidung, membran
olfaktorius mempunyai luas permukaan
sekitar 2,4cm persegi.

2. Sel-sel olfaktorius

Sel-sel reseptor untuk sensasi penghidu


adalah sel-sel olfaktorius yang pada
dasarnya merupakan sel saraf bipolar
yang berasal dari sistem saraf pusat itu
sendiri. Terdapat sekitar 100juta sel
seperti ini pada epitel olfaktorius yang
terbesar diantara sel-sel sustentakular.
Ujung mukosa dari sel olfaktorius
membentuk tombol yang dari tempat
ini akan dikeluarkan 4-25 rambut
olfaktorius (silia olfaktorius) yang
berdiameter 0,3 mikrometer dan
panjangnya sampai 200 mikrometer,
terproyeksi ke dalam mukus yang
melapisi permukaan dalam rongga
hidung. Silia olfaktorius yang
terproyeksi ini akan membentuk alas
yang padat pada mukus, dan ini adalah
silia yang bereaksi terhadap bau di
udara, dan kemudian akan merangsang
sel-sel olfaktorius. Pada membran
olfaktorius diantara sel-sel olfaktorius
tersebar banyak glandula bowman yang
kecil, yang menyekresi mukus ke
permukaan membran olfaktorius.
3. Penjalaran sinyal-sinyal penghidu ke
dalam sistem saraf pusat

Pada kenyataannya, bagian otak yang


merupakan asal mula dari olfaksi ini
kemudian berkembang menjadi struktur
dasar otak yang mengendalikan emosi
dan aspek perilaku lainnya pada
manusia. Sistem ini disebut sistem
limbik

4. Penjalaran sinyal-sinyal olfaktorius


ke dalam bulbus olfaktorius

Serabut saraf yang kembali dari bulbus


disebut Nervus Kranialis I atau traktus
olfaktorius. Namun demikian, pada
kenyataannya kedua traktus dan bulbus
merupakan pertumbuhan jaringan otak
dari dasar otak ke arah anterior.
Pembesaran yang berbentuk bulat pada
ujungnya disebut bulbus olfaktorius
terletak pada lempeng kribriformis
yamg memisahkan rongga otak dari
bagian atas rongga hidung. Lamina
krimbiformis memiliki banyak lubang
kecil yang merupakan tempat masuknya
saraf-saraf kecil dalam jumalh yang
sesuai berjalan naik dari membran
olfaktorius di rongga hidung memasuki
bulbus olfaktorius di rongga kranial
menggambanrka hubungan yang erat
antara sel-sel olfaktorius di membran
olfaktorius dengan bulbus olfaktorius
yang memperlihatkan bahwa
aksonakson pendek dari sel olfaktorius
akan berakhir di struktu globular yang
multipel di dalam bulbus olfaktorius
yang disebut glomeruli. Setiap bulbus
memiliki beberapa ribu macam
glomerulus yang merupakan ujung dari
sekitar 25.000 akson yang berasal dari
sel olfaktorius. Setiap glomerulus
merupakan ujung untuk dendrit yang
berasal dari sekitar 25 sel-sel mitral
yang besar dan sekitar 60 sel-sel
berumbai yang lebih kecil dengan
badan sel yang terletak di bulbus
olfaktorius pada bagian superior
glumeruli. Dendrit ini menerima sinaps
dari sel olfaktorius, sel mitral dan sel
berumbai yang mengirimkan akson-
akson melalui traktus olfaktorius untuk
menjalarkan sinyal-sinyal olfaktorius ke
tingkat yang lebih tinggi di sistem saraf
pusat.

Beberapa penelitian menunjukkan


bahwa glomeruli yang berbeda akan
memberi respon bau yang berbeda
pula. Kemungkinan bahwa glomeruli
tertentu merupakan petunjuk
sebenernya untuk menganalisis
berbagai sinyal bau yang dijalarkan ke
dalam sistem saraf pusat.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem pendengaran

Sistem yang digunakan untuk


mendengar.Hal ini dilakukan terutama
oleh sistem pendengaran yang terdiri
dari telinga, syaraf-syaraf, danotak.
Manusia dapat mendengar dari
20 Hz sampai 20.000 Hz.

Pendengar luar terdiri atas daun telinga


dan liang telinga luar. Daun telinga
adalah sebuah lipatan kulit yang berupa
rangka rawan kuping kenyal. Bagian
luar liang telinga luar berdinding
rawan, bagian dalamnya mempunyai
dinding tulang. Ke sebelah dalam
liangTelinga luar berfungsi menangkap
getaran bunyi, dan telinga tengah
meneruskan getaran dari telinga luar ke
telinga dalam. Reseptor yang ada pada
telinga dalam akan menerima rarigsang
bunyi dan mengirimkannya berupa
impuls ke otak untuk diolah.

1. Anatomi Telinga

Telinga mempunyai reseptor khusus


untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan. Ada tiga bagian
utama dari telinga manusia, yaitu
bagian telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.Telinga luar berfungsi
menangkap getaran bunyi, dan telinga
tengah meneruskan getaran dari telinga
luar ke telinga dalam. Reseptor yang
ada pada telinga dalam akan menerima
rarigsang bunyi dan mengirimkannya
berupa impuls ke otak untuk diolah.
Susunan Telinga

Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu


telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.

a. Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga,


saluran luar, dan membran timpani
(gendang telinga). Daun telinga
manusia mempunyai bentuk yang khas,
tetapi bentuk ini kurang mendukung
fungsinya sebagai penangkap dan
pengumpul getaran suara. Bentuk daun
telinga yang sangat sesuai dengan
fungsinya adalah daun telinga pada
anjing dan kucing, yaitu tegak dan
membentuk saluran menuju gendang
telinga. Saluran luar yang dekat dengan
lubang telinga dilengkapi dengan
rambut-rambut halus yang menjaga
agar benda asing tidak masuk, dan
kelenjar lilin yang menjaga agar
permukaan saluran luar dan gendang
telinga tidak kering.Pendengar luar
terdiri atas daun telinga dan liang
telinga luar.

Daun telinga adalah sebuah lipatan


kulit yang berupa rangka rawan kuping
kenyal. Bagian luar liang telinga luar
berdinding rawan, bagian dalamnya
mempunyai dinding tulang. Ke sebelah
dalam liang. Telinga luar berfungsi
menangkap getaran bunyi, dan telinga
tengah meneruskan getaran dari telinga
luar ke telinga dalam.

Reseptor yang ada pada telinga dalam


akan menerima rarigsang bunyi dan
mengirimkannya berupa impuls ke otak
untuk diolah.Telinga luar terdiri dari
daun telinga, saluran luar, dan
membran timpani (gendang telinga).
Daun telinga manusia mempunyai
bentuk yang khas, tetapi bentuk ini
kurang mendukung fungsinya sebagai
penangkap dan pengumpul getaran
suara. Bentuk daun telinga yang sangat
sesuai dengan fungsinya adalah daun
telinga pada anjing dan kucing, yaitu
tegak dan membentuk saluran menuju
gendang telinga. Saluran luar yang
dekat dengan lubang telinga dilengkapi
dengan rambut-rambut halus yang
menjaga agar benda asing tidak masuk,
dan kelenjar lilin yang menjaga agar
permukaan saluran luar dan gendang
telinga tidak kering

b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang
berisi udara untuk menjaga tekanan
udara agar seimbang. Di dalamnya
terdapat saluran Eustachio yang
menghubungkan telinga tengah dengan
faring. Rongga telinga tengah
berhubungan dengan telinga luar
melalui membran timpani. Hubungan
telinga tengah dengan bagian telinga
dalam melalui jendela oval dan jendela
bundar yang keduanya dilapisi dengan
membran yang transparan.

Selain itu terdapat pula tiga tulang


pendengaran yang tersusun seperti
rantai yang menghubungkan gendang
telinga dengan jendela oval. Ketiga
tulang tersebut adalah tulang martil
(maleus) menempel pada gendang
telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh
ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga
adalah tulang sanggurdi (stapes) yang
berhubungan dengan jendela oval.
Antara tulang landasan dan tulang
sanggurdi terdapat sendi yang
memungkinkan gerakan bebas. Fungsi
rangkaian tulang dengar adalah untuk
mengirimkan getaran suara dari
gendang telinga (membran timpani)
menyeberangi rongga telinga tengah ke
jendela oval.Bagian ini merupakan
rongga yang berisi udara untuk menjaga
tekanan udara agar seimbang. Di
dalamnya terdapat saluran Eustachio
yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring. Rongga telinga tengah
berhubungan dengan telinga luar
melalui membran timpani. Hubungan
telinga tengah dengan bagian telinga
dalam melalui jendela oval dan jendela
bundar yang keduanya dilapisi dengan
membran yang transparan.

Selain itu terdapat pula tiga tulang


pendengaran yang tersusun seperti
rantai yang menghubungkan gendang
telinga dengan jendela oval. Ketiga
tulang tersebut adalah tulang martil
(maleus) menempel pada gendang
telinga dan tulang landasan (inkus).
Kedua tulang ini terikat erat oleh
ligamentum sehingga mereka bergerak
sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga
adalah tulang sanggurdi (stapes) yang
berhubungan dengan jendela oval.
Antara tulang landasan dan tulang
sanggurdi terdapat sendi yang
memungkinkan gerakan bebas.
Pendengar tengah terdiri atas rongga
gendangan yang berhubungan dengan
tekak melalui tabung pendengar
Eustachius. Dalam rongga gendangan
terdapat tulang-tulang pendengar, yaitu
martil, landasan dan sanggurdi. Martil
melekat pada selaput gendangan dan
dengan sebuah sendi kecil juga
berhubungan dengan landasan.

Landasan mengadakan hubungan


dengan sanggurdi melekat pada selaput
yang menutup tingkap jorong pada
dinding dalam rongga gendangan
telinga manusia. Fungsi rangkaian
tulang dengar adalah untuk
mengirimkan getaran suara dari
gendang telinga (membran timpani)
menyeberangi rongga telinga tengah ke
jendela oval.
c. Telinga dalam

Bagian ini mempunyai susunan yang


rumit, terdiri dari labirin tulang dan
labirin membran.5 bagian utama dari
labirin membran, yaitu sebagai berikut.

1. Tiga saluran setengah lingkaran

2. Ampula

3. Utrikulus

4. Sakulus

5. Koklea atau rumah siput

Sakulus berhubungan dengan utrikulus


melalui saluran sempit. Tiga saluran
setengah lingkaran, ampula, utrikulus
dan sakulus merupakan organ
keseimbangan, dan keempatnya
terdapat di dalam rongga vestibulum
dari labirin tulang.

Koklea mengandung organ Korti untuk


pendengaran. Koklea terdiri dari tiga
saluran yang sejajar, yaitu: saluran
vestibulum yang berhubungan dengan
jendela oval, saluran tengah dan
saluran timpani yang berhubungan
dengan jendela bundar, dan saluran
(kanal) yang dipisahkan satu dengan
lainnya oleh membran.

Di antara saluran vestibulum dengan


saluran tengah terdapat membran
Reissner, sedangkan di antara saluran
tengah dengan saluran timpani
terdapat membran basiler. Dalam
saluran tengah terdapat suatu tonjolan
yang dikenal sebagai membran tektorial
yang paralel dengan membran basiler
dan ada di sepanjang koklea. Sel
sensori untuk mendengar tersebar di
permukaan membran basiler dan
ujungnya berhadapan dengan membran
tektorial. Dasar dari sel pendengar
terletak pada membran basiler dan
berhubungan dengan serabut saraf yang
bergabung membentuk saraf
pendengar. Bagian yang peka terhadap
rangsang bunyi ini disebut organ Korti.

1. Telinga Luar (Auter Ear)

· Aurikula / daun telinga : Terdiri dari


tulang rawan elastin dan kulit.
Berfungsi untuk menangkap gelombang
suara dan mengarahkannya ke dalam
MAE (Meatus Akustikus Eksterna)
· Meatus Akustikus Eksterna / Liang
telinga luar : Panjang ± 2,5 cm,
berbentuk huruf S, 1/3 bagian luar
terdiri dari tulang rawan, banyak
terdapat kelenjar minyak dan kelenjar
serumen yang bersifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit

· Kanalis auditorius eksternus :


Panjangnya sekitar 2,5cm, kulit pada
kanlis mengandung kelenjar glandula
seruminosa yang mensekresi substansi
seperti lilin yang disebut serumen.
Serumen mempunyai sifat antibakteri
dan memberikan perlindungan pada
kulit.kanalis auditorius eksternus akan
berakhir pada membrane timpani.

2. Telinga Tengah
· Membran Timpani / gendang
telinga.Gendang telinga terdiri atas 3
lapis:

1. Lapis luar (lanjutan kulit dari liang


telinga)

2. Lapis tengah (jaringan ikat yang


lentur)

3. Lapis dalam (selaput lendir).

Terdiri dari jaringan fibrosa elastis.


Berbentuk bundar dan cekung dari luar.
Terdapat bagian yang disebut pars
flaksida, pars tensa, dan umbo. Refleks
cahaya kea rah kiri jam tujuh dan jam
lima ke kanan. Dibagi menjadi 4
kuadran, yaitu: atas depan, atas
belakang, bawah depan, dan bawah
belakang. Berfungsi menerima getaran
suara dan meneruskannya ke tulang-
tulang pendengaran.

· Tulang-tulang pendengaran : Terdiri


dari maleus, incus, dan stapes.
Berfungsi menurunkan amplitude
getaran yang diterima membran
timpani dan meneruskannya ke jendela
oval.

· Cavum Timpani : Merupakan ruangan


yang berhubungan dengan tulang
mastoid sehingga bila terjadi infeksi
pada telinga tengah dapat menjalar
menjadi mastoiditis.

· Tuba Eustachius : Bermula di ruang


timpani kea rah bawah sampai
nasofaring. Struktur muosa merupakan
lanjutan mukosa nasofaring. Tuba dapat
tertutup pada kondisi peningkatan
tekanan suara secara mendadak, dan
terbuka saat menelan dan bersin.
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tekanan udara di luar dan di dalam
telinga tengah

3. Telinga Dalam

· Koklea : Skala vestibule yang


berhubungan dengan vestibular berisi
perylimph. Skala timpani yang berakhir
pada jendela bulat, berisi perylimph.
Skala media/duktus koklearis berisi
endolimph. Dasar skala vestibule
disebut membran basalis, dimana
terdapat organ corti dan sel rambut
sebagai organ pendengaran.

· Kanalis Semisirkularis : Terdiri dari 3


duktus yang masing-masing berujung
pada ampula (sel rambut, krista,
kupula), yang berikatan dengan system
keseimbangan tubuh dalam rotasi.

· Vestibula : Terdiri dari sakulus dan


utrikel yang mengandung macula.
Berkaitan dengan system keseimbangan
tubuh dalam hal posisi.

2. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan


ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membran timpani, diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandigan luas membran
timpani dan tingkap lonjong.

Energi getar yang telah diamplifikasi ini


akan diteruskan ke stapes yang akan
menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relative antara membran basalis
dan membran tektoria.

Proses ini merupakan rangsang mekanik


yang menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.(tambahan
anfis: ari + aan)

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam


telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan
oleh ketiga tulang dengar ke jendela
oval. Getaran Struktur koklea pada
jendela oval diteruskan ke cairan limfa
yang ada di dalam saluran vestibulum.

Getaran cairan tadi akan menggerakkan


membran Reissmer dan menggetarkan
cairan
limfa dalam saluran tengah.
Perpindahan getaran cairan limfa di
dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan
sendirinya akan menggetarkan cairan
dalam saluran timpani. Perpindahan ini
menyebabkan melebarnya membran
pada jendela bundar.

Getaran dengan frekuensi tertentu


akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel
rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambutsel menyentuh membran
tektorial, terjadilah rangsangan
(impuls). Getaran membran tektorial
dan membran basiler akan menekan sel
sensori pada organ Korti dan kemudian
menghasilkan impuls yang akan dikirim
ke pusat pendengar di dalam otak
melalui saraf pendengaran.

Cara kerja indra pendengaran


Gelombang bunyi yang masuk ke dalam
telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan
oleh ketiga tulang dengar ke jendela
oval. Getaran Struktur koklea pada
jendela oval diteruskan ke cairan limfa
yang ada di dalam saluran vestibulum.

Getaran cairan tadi akan menggerakkan


membran Reissmer dan menggetarkan
cairan

limfa dalam saluran tengah.


Perpindahan getaran cairan limfa di
dalam saluran tengah menggerakkan
membran basher yang dengan
sendirinya akan menggetarkan cairan
dalam saluran timpani. Perpindahan ini
menyebabkan melebarnya membran
pada jendela bundar.
Getaran dengan frekuensi tertentu
akan menggetarkan selaput-selaput

basiler, yang akan menggerakkan sel-sel


rambut ke atas dan ke bawah. Ketika
rambut-rambut sel menyentuh
membran tektorial, terjadilah
rangsangan (impuls). Getaran membran
tektorial dan membran basiler akan
menekan sel sensori pada organ Korti
dan kemudian menghasilkan impuls
yang akan dikirim ke pusat pendengar
di dalam otak melalui saraf
pendengaran.

Susunan dan Cara Kerja Alat


Keseimbangan

Bagian dari alat vestibulum atau alat


keseimbangan berupa tiga saluran
setengah lingkaran yang dilengkapi
dengan organ ampula (kristal) dan
organ keseimbangan yang ada di dalam
utrikulus clan sakulus.

Ujung dari setup saluran setengah


lingkaran membesar dan disebut
ampula yang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan
utrikulus yang menuju ke sakulus.
Utrikulus maupun sakulus berisi
reseptor keseimbangan. Alat
keseimbangan yang ada di dalam
ampula terdiri dari kelompok sel saraf
sensori yang mempunyai rambut dalam
tudung gelatin yang berbentuk kubah.
Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah
lingkaran) peka terhadap gerakan
kepala.
Alat keseimbangan di dalam utrikulus
dan sakulus terdiri dari sekelompok sel
saraf yang ujungnya berupa rambut
bebas yang melekat pada otolith, yaitu
butiran natrium karbonat. Posisi kepala
mengakibatkan desakan otolith pada
rambut yang menimbulkan impuls yang
akan dikirim ke otak.Bagian dari alat
vestibulum atau alat keseimbangan
berupa tiga saluran setengah lingkaran
yang dilengkapi dengan organ ampula
(kristal) dan organ keseimbangan yang
ada di dalam utrikulus clan sakulus.

Ujung dari setup saluran setengah


lingkaran membesar dan disebut
ampulayang berisi reseptor, sedangkan
pangkalnya berhubungan dengan
utrikulus yang menuju ke sakulus.
Utrikulus maupun sakulus berisi
reseptor keseimbangan.
Alat keseimbangan yang ada di dalam
ampula terdiri dari kelompok sel saraf
sensori yang mempunyai rambut dalam
tudung gelatin yang berbentuk kubah.
Alat ini disebut kupula. Saluran
semisirkular (saluran setengah
lingkaran) peka terhadap gerakan
kepala.Alat keseimbangan di dalam
utrikulus dan sakulus terdiri dari
sekelompok sel saraf yang ujungnya
berupa rambut bebas yang melekat
pada otolith,yaitu butiran natrium
karbonat. Posisi kepala mengakibatkan
desakan otolith pada rambut yang
menimbulkan impuls yang akan dikirim
ke otak.

You might also like