You are on page 1of 26

PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

PENGOPERASIAN MESIN COMBINE HARVESTER PADA PROSES

PEMANENAN PADI DI BPP KUWARASAN KABUPATEN KEBUMEN

Disusun oleh:

Nama: Gilbert Yobel Samosir

NIM: 07.16.21.058

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2023
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

Nama : Gilbert Yobel Samosir

NIM : 07.16.21.058

Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian

Judul Proposal : Pengoperasian Mesin Combine Harvester Pada Proses


Pemanenan Padi Di BPP Kuwarasan Kabupaten Kebumen

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) I.

Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing Ketua Program Studi

Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. AgriComm
NIP: 198004192005012001 NIP: 198604212009121006

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala nikmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I dengan Judul
“Pengoperasian Mesin Combine Harvester Pada Proses Pemanenan Padi Di BPP
Kuwarasan Kabupaten Kebumen” tepat pada waktunya. Terselesainya proposal ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan bimbingannya, serta ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Muharfizah, S.TP, M.Si selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia.
2. Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. AgriComm selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian.
3. Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Internal.
4. Balai Penyuluh Pertanian Kuwarasan yang turut membantu dan memfasilitasi dalam
kelancaran penyusunan proposal PKL I.
5. Kedua orang tua yang selalu mendukung baik moril maupun materil.
6. Semua pihak yang membantu penyelesaian proposal yang penulis tidak dapat
sebutkan satu per satu.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dari penyusunan kalimat, data maupun tatacara penulisannya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menghasilkan proposal yang
lebih baik dikemudian hari.

Tangerang, 30 Juni 2023

Penulis,

Gilbert Yobel Samosir

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL.............................................................................................i


KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................................................v
I. PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................................................................3
1.3. Manfaat....................................................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................5
2.1. Padi..........................................................................................................................................5
2.2. Beras........................................................................................................................................6
2.3. Mesin Combine Harvester.......................................................................................................6
2.4. Bagian-Bagian Combine Harvester.........................................................................................8
2.5. Operasional Penggunaan Combine Harvester.........................................................................9
2.6. Keselamatan Saat Pengoperasian Combine Harvester..........................................................10
III. METODE PELAKSANAAN....................................................................................................12
3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKL.....................................................................................12
3.2. Prosedur Pelaksanaan............................................................................................................13
DIAGRAM ALIR KEGIATAN.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................18
LAMPIRAN...........................................................................................................................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Combine Harvester ....................................................................................................6


Gambar 2.4 Bagian Combine Harvester ........................................................................................8

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Materi Kegiatan .......................................................................................................... 12


Tabel 3.2.3 Prosedur Kegiatan .................................................................................................... 14

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) I merupakan salah satu kegiatan akademik yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa, yang dilakukan di suatu perusahaan atau instansi pemerintahan
yang memiliki relevansi dengan bidang Teknologi pertanian.Dimana Kegiatan ini disusun
atas dasar visi dan misi yang termuat dalam tujuan Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia
(PEPI) dan perpaduan antara kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penelitian dan
pengabdian masyarakat dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dengan prinsip belajar
berkelanjutan yang memberikan makna langsung bagi mahasiswa yang dimana pada aktivitas
Pendidikan dan pelatihan nya bekerja secara langsung sistematis dan terarah.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I dilaksanakan bertujuan untuk membantu


mahasiswa agar lebih mengenal dunia keprofesiannya, mengetahui kondisi lingkungan kerja
dengan mengamati dan ikut serta secara langsung mempraktekan dasar teori ilmu yang
diperoleh dari kampus dan melihat relevansinya didunia kerja, sehingga dengan ini
diharapkan akan meningkatkan kemampuan, pemahaman dan pengembangan dalam
mengaplikasikan teori ilmu yang diperoleh dalam disiplin ilmu Teknologi Hasil
Pertanian.Mahasiswa yang wajib diperkenankan untuk melaksankan PKL I ini adalah
mahasiswa semester IV (empat) semua jurusan yang ada di Kampus Politeknik Enjiniring
Pertanian Indonesia (PEPI) dan salah satunya adalah Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Pelaksanaan PKL I ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang mampu
memiliki keahlian profesional, yakni tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.PKL ini bertujuan untuk
Meningkatkan keselarasan (link and match) antara lembaga pendidikan dan instansti
pemerintahan terkait Tidah hanya ini PKL I ini akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional, dengan memanfaatkan
sumber daya pelatihan yang ada di dunia kerja dan memberi pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dalam proses Pendidikan.

Teknologi Hasil Pertanian adalah salah satu jurusan yang ada di kampus PEPI dimana
pada proses pembelajarannya memiliki tujuan yang spesifik dalam mewujudkan keahlian
dalam bidang alat mesin pertanian khususnya teknologi hasil pertanian.Pengembangan

1
alsintan memiliki kontribusi yang cukup tinggi dalam pembangunan pertanian terlebih lagi
pada peningkatan ekonomi petani, selain itu juga untuk mengatasi sulitnya mencari tenaga
kerja, terutama sering terjadi menjelang musim panen, sehingga waktu untuk musim panen
menjadi mundur, dan akan berakibat terhadap produkusi akan semakin menyusut (Umar
2013)

Salah satu alat mesin pertanian dalam Teknologi Hasil Pertanian adalah Alat Pemanen
Padi (Combine Harvester). Pemanenan padi di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh
tenaga manusia dengan menggunakan tenaga kerja yang sangat tinggi, kurang lebih 40 % dari
penggunaaan tenaga kerja orang untuk padi sawah secara intensif. Penanganan pascapanen
padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi
padi.Kontribusi penanganan pascapanen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin
dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah atau beras yang sesuai dengan
persyaratan mutu.Masalah utama yang dihadapi dalam penanganan pascapanen padi adalah
tingginya susut ( losses ) baik secara kuantitatif maupun kualitatif.Akibat dari permasalahan
tersebut adalah adanya kecenderungan tidak memberikan insentif kepada petani untuk
memperbaiki tingkat pendapatannya.Maka dari itu perlu adanya mesin pemanenan padi
(combine harverter) yang ergonomis dengan inovasi atau pengembangan yang harus
mendukung.

Sistem panen mempengaruhi kegiatan perontokan yang akan dilaksanakan pada


tahapan berikutnya. Proses pemanenan merupakan tahapan kegiatan yang dimulai dari
pemotongan padi hingga perontokan gabah. Dalam sistem panen secara garis besar
dipengaruhi oleh mekanisme panen itu sendiri dan proses pemanenan. Mekanisme panen
sangat terkait dengan budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. Terdapat tiga sistem
pemanenan padi yang berkembang di masyarakat yaitu sistem ceblokan, sistem individu atau
keroyokan dan sistem kelompok.Sistem panen tersebut sangat terkait dengan faktor sosial dan
budaya masyarakat setempat yang pada akhirnya mempengaruhi pada tahapan selanjutnya
berupa kegiatan perontokan serta faktor kehilangan hasil.

Pada umumnya petani tradisional padi sawah menggunakan alat pemotong padi
tradisional yaitu ani-ani, sabit yang bergerigi dan perontok menggunakan mesin
sederhana.Sistem ini dianggap kurang efektif dan efisien dikarenakan oleh biaya tenaga kerja
yang mahal dan tingginya tingkat kehilangan hasil produksi. Hal ini disebabkan dalam panen
tradisional banyak membutuhkan tenaga kerja, pemotong padi tradisional dalam proses pasca

2
panen membutuhkan waktu yang lama sehingga berpengaruh pada kematangan buah padi
yang memberikan kerugian hasil produksi petani padi sawah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dengan ini akan dilakukan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) I dengan judul “Pengoperasian Mesin Combine Harvester Pada Proses Pemanenan
Padi Di BPP Kuwarasan Kabupaten Kebumen” yang diharapkan dapat membantu proses
pemanenan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan produktivitas padi.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan I (PKL I) adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari cara kerja alat mesin pertanian pada proses pemanenan padi yaitu mesin
Combine Harvester.
2. Mempelajari proses pemanenan menggunakan mesin Combine Harvester serta
dampaknya pada pertanian di masyarakat sekitar BPP Kuwarasan.
3. Untuk mengetahui pengaruh mesin pemanen padi (Combine Harvester) terhadap
kapasitas panen di masyarakat sekitar BPP Kuwarasan.
4. Mempelajari sistem kerja dari kegiatan penyuluhan di BPP Kuwarasan.
5. Mengetahui keadaan serta kendala yang terjadi di lapangan mengenai proses
pemanenan padi.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat memahami cara kerja dari mesin Combine Harvester serta
mengoperasikan mesin sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
2. Mahasiswa terlatih untuk berfikir kritis dan mengoptimalkan daya fikirnya untuk
menilai tentang permasalahan yang terjadi di lapangan dan mencari solusi yang tepat
untuk menjawab masalah tersebut.
3. Mahasiswa dapat mewujudkan jiwa kemandirian dan kemampuan beradaptasi serta
bersosialiasi dengan masyarakat di sekitar BPP Kuwarasan.
4. Sebagai referensi data kuantitas produksi padi yang di hasilkan oleh mesin pemanen
padi (Combine Harvester).

3
5. Memperoleh Wawasan baru dan Pengalaman dalam dunia kerja sebagai gambaran di
instansi terkait.
6. Menciptakan Kerjasama yang baik dengan UPT Dinas Pertanian di Kab/Kota dan
tingkat Kelurahan.
7. Untuk Kampus,Terjalinnya hubungan kerja sama yang baik (link and macth) antara
Kampus PEPI dan dengan pihak Instansi tempat dilaksanakannya PKL.
8. Memperkenalkan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian PEPI kepada masyarakat luas
dikalangan instansi terkait.
9. Untuk Instansi tempat PKL,memperoleh pengabdian atau sumbangan baik tenaga
maupun pikiran dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada yang akan
dihadapi instansi.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang menjadi
makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang
diperlukan tubuh. Menurut Poedjiadi (1994), kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9
%, protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lain-lain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut.

Data BPS Jawa Timur (2013), dalam periode tahun 2010 sampai 2014 terjadi dua kali
penurunan produksi sebesar 1,07 % pada 2011 dan 0,94 % pada 2014. Produksi padi di Jawa
Timur pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan yaitu sebesar 9,2 %
dan kembali menurun pada tahun 2013 sebesar 1,2 % dengan rata-rata produktivitas 5,9 ton
hektar-1, sementara produkstivitas padi di kabupaten Pasuruan sebesar 6,7 ton/hektar -1.
Sembiring (2015) mengatakan, bahwa kendala dalam peningkatan produksi semakin
kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor
pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman.

Menurut Makarim dan Las (2005), cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan
produksi padi nasional secara berkelanjutan adalah meningkatkan produktivitas melalui
ketepatan pemilihan komponen teknologi dengan memperhatikan kondisi lingkungan biotik,
lingkungan abiotik serta pengelolaan lahan yang optimal. Penggunaan teknologi sistem tanam
dalam budidaya padi diharapkan dapat mempengaruhi hasil produksi, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi pendapatan petanin pangan. Yoshie dan Rita (2010) mengatakan, teknologi
budidaya yang tepat tidak hanya menyangkut masalah penggunaan varietas unggul, tetapi
juga pemilihan metode tanam yang tepat.

Pada umumnya petani padi sawah di Indonesia menggunakan metode tanam pindah
(konvensional) pada kegiatan usahataninya. Pada metode tanam pindah, bibit padi ditanam
dengan jarak tanam rapat dengan jarak tidak lebih dari 20 cm x 20 cm. Teknologi budidaya
lain yang dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan produksi padi adalah dengan metode
tanam jajar legowo yaitu dengan prinsip pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi
untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir. Teknologi berikutnya adalah metode

5
tanam SRI (Sistem of Rice Intensification) yaitu budidaya tanaman padi intensif dan efisien
dengan proses

manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan yang seimbang terhadap
tanah, tanaman dan air (Juhendi, 2008).

Perbedaan metode tanam akan mempengaruhi biaya produksi dan hasil usaha tani
padi sawah. Disamping penggunaan metode tanam yang tepat, untuk meningkatkan hasil padi
perlu pemberian bahan organik pada tanah yang ditanami padi. Padi membutuhkan
persediaan hara yang cukup untuk pertumbuhan supaya memperoleh hasil yang tinggi.
Pemberian bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman
karena dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Adiningsih dan Rochayati, 1988).

II.2. Beras

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.


Konsumsi beras masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik Nasional, 2009). Di
Kalimantan Selatan produksi padi mencapai 2.031.029 ton (97,69%) dari sasaran 2.079.103
ton (Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, 2013). Di lahan rawa pasang surut
Kalimantan Selatan, lebih dari 70% pertanaman padi ditanami dengan berbagai varietas lokal.

II.3. Mesin Combine Harvester

Gambar 2.3 Combine Harvester

Sistem panen mempengaruhi kegiatan perontokan yang akan dilaksanakan pada


tahapan berikutnya. Proses pemanenan merupakan tahapan kegiatan yang dimulai dari

6
pemotongan padi hingga perontokan gabah. Dalam sistem panen secara garis besar
dipengaruhi oleh mekanisme panen itu sendiri dan proses pemanenan. Mekanisme panen
sangat terkait dengan budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. terdapat tiga sistem
pemanenan padi yang berkembang di masyarakat yaitu sistem ceblokan, sistem individu atau
keroyokan dan sistem kelompok.Sistem panen tersebut sangat terkait dengan faktor sosial dan
budaya masyarakat setempat yang pada akhirnya mempengaruhi pada tahapan selanjutnya
berupa kegiatan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Pemanenan padi sistem individual
atau keroyokan dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas menyebabkan banyak gabah
tercecer dan yang tidak terontok.

Pemanenan padi dengan sistem kelompok atau beregu mudah terkontrol, sehingga
dapat menekan tingkat kehilangan pada saat pemanenan (Ananto et.al, 2003). Menurut
Irwanto (1980), cara kerja dari alat-alat pemanen padi dapat dibedakan menjadi bebrapa
bagian yang diantaranya: Mesin panen yang hanya memotong rumpun padi kemudian
melemparkan kesamping (reaper). Mesin panen yang mampu memotong rumpun,
merontokkan dan membersihkan butiran gabah dari kotoran (Combine harvester) Saat
sekarang ini proses panen ini yang biasanya menggunakan alat-alat panen padi tradisional
kini beralih ke penggunaan mesin pemanen padi modern combine harvester, selain
meningkatkan efisiensi panen dengan pengurangan waktu panen bila dibandingkan tenaga
manusia dan penggunaan alat panen tradisional juga mengurangi tingkat kehilangan hasil,
dikarenakan prinsip kerja alat pemanen padi kombinasi ini selain memotong padi (reaping),
juga merontok (threshing) juga sekaligus mengemas gabah (packing) ke dalam karung. Selain
mengefesienkan waktu dan biaya saat panen, alat panen padi ini juga menjadi wadah untuk
mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian dengan menyediakan jasa
pemanenan dengan meggunakan alat panen Combine harvester, hal ini menjadi peluang
tersendiri bagi pengusaha yang bergerak di sektor pertanian untuk meraup keuntungan dari
usaha tersebut.

Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman
yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan. Dengan
demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia
(manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada
pemanenan tradisional. Oleh karena itu penggunaan mesin ini dapat menggantikan dan
meniadakan alat-alat pengikat, pemotong dan perontok pada kegiatan pemanenan. Adapun
keuntungan dari penggunaan alat ini adalah mengurangi biaya pemanenan dan perontokan,

7
kebutuhan tenaga berkurang, lahan dapat lebih cepat dibersihkan untuk kegiatan pengolahan
lahan tanah kembali, jerami terdistribusi di atas tanah serta proses pemasaran dari produksi
ataupun hasil panen dapat segera dilakukan sedangkan kendala dari alat ini yaitu investasi
yang dibutuhkan relative besar (Smith, 1965).

II.3.1. Prinsip Kerja Combine Harvester


1. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian
perontokan.
2. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya ditebarkan secara
acak di atas permukaan tanah.
3. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type). Lebar
pemotongan berkisar antara 1,5 hingga 6 meter. Namun yang populer adalah 4 meter.
4. Mesin sebagai sumber tenaga gerak adalah sekitar 25 hp per 1 meter lebar
pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan roda, atau half-track
type atau full-track type.

II.4. Bagian-Bagian Combine Harvester

Combine harvester adalah salah satu tipe mesin panen yang kegiatan memotong,
memegang, merontok, dan membersihkan dilakukan dalam sekaligus. Tipe combine
harvester berdasarkan cara perontokannya dibagi menjadi dua macam, yaitu combine
harvester tipe Whole feeding dimana semua hasil potongan (jerami dan padi) masuk kedalam
bagian perontokan (thresher). Tipe Whole feeding digunakan untuk memanen gandum,
kemudian berkembang dan diadopsi untuk memanen padi, dan terakhir yaitu combine
harvester tipe Head feeding dimana hanya bagian malainya yang masuk ke dalam bagian
perontok (thresher) sedangkan jerami dijepit oleh bagian pembawa (conveying).

8
Gambar 2.4 Bagian Combine Harvester
(Sumber: https://mekanisasi.litbang.pertanian.go.id)

II.4.1. Bagian-bagian dari combine harvester dan fungsinya


1. Unit pengarah batang padi (reel).
2. Unit pemotong (cutting platform).
3. Unit pembawa bahan (platform conveyor).
4. Unit perontokan (threshing unit).
5. Unit pembersih (cleaning unit).
6. Unit pembawa gabah (grain conveying unit) (Pangaribuan, 2017).

II.5. Operasional Penggunaan Combine Harvester

Penggunaan combine harvester masih sulit digunakan pada area persawahan yang
lahanya tidak luas, dimana combine harvester ini harus digunakan pada area tertentu, karna
combine harvester memerlukan lahan yang luas untuk digunakan secara optimal. Tetapi
dalam penggunaan combine harvester harus memerlukan standard operasional. Standard
operasional ditujukan agar tercapainya tujuan kerja serta terhindarnya dari peluang terjadinya
kecelakaan. Karena itu perlu adanya SOP (standard operational procedure) yang baik untuk
menghindari kecelakaan.

II.5.1. Fungsi operasional dasar combine harvester


1. Memotong tanaman yang masih berdiri.
2. Menyalurkan tanaman yang terpotong ke selinder.
3. Merontokkan gabah dari tangkai atau batang.
4. Memisahkan gabah dari jerami.

9
5. Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda asing.

II.5.2. Pengoperasian combine harvester


1. Menghidupkan combine harvester

Combine harvester menggunakan mesin yang bahan bakar diesel, dimana cara
menghidupkannya dengan sistem starter yang menggunakan arus DC (baterai atau Accu).
Sebelum menghidupkan pastikan dan perhatikan transmisi utama, pengatur kecepatan, gas
dalam keadaan netral dan tongkat kopling dalam keadaan parking. Putar kunci kontak ke kiri
untuk pemanas busi pijar dan tunggu hingga lampu padam. Kemudian langsung putar ke
kanan untuk On-kan dan start dimulai, jangan mengstarter lebih dari 5 detik karena dapat
mengakibatkan over-hot yang langsung merusak bagian-bagian sistem tersebut.

2. Memajukan / menjalankan dan memundurkan combine harvester

Combine harvester dapat bergerak maju jika mesin penggeraknya hidup, kemudian
masukkan gigi transmisi utama dengan kecepatan low, netral, high dan deep dengan
porseneling maju 1,2 dan 3 dan mundur R. Pastikan pandangan operator/ pengemudi lurus ke
depan atau mengontrol semua sistemnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau
menimbulkan kecelakaan.

3. Membelokan combine harvester

Sistem pembelokan pada combine harvester hampir sama dengan sistem pembelokan
pada traktor. Namun sistem pembelokan combine harvester lebih efektif dikarenakan
pembelokan combine ke arah kiri dan kanan dapat dioperasikan langsung hanya dengan satu
tongkat saja.

4. Menghidupkan thresser, pisau pemotong pada combine harvester

Sistem pada combine dilengkapi dengan sistem transmisi pengatur kecepatan putaran.
Tarik tuas thresser, kemudian sesuaikan kecepatan putarannya biarkan padi dan jerami
dirontokkan selama 2-3 menit. Dan jika ingin memotong padi, tarik tuas pisau lalu sesuaikan
dengan kecepatan putarannya dan juga jarak pemotongannya.

5. Menghentikan combine harvester

10
Combine harvester dapat dihentikan dengan cara perlahan-lahan, yakni cukup tarik
tuas kopling ke posisi parking atau menginjak handle kopling kemudian off-kan semua
sistem transmisi. Dikarenakan combine harvester dilengkapi dengan sistem pengereman
hidraulik otomatis bukannya manual (Niagakita, 2019).

II.6. Keselamatan Saat Pengoperasian Combine Harvester

Penggunaan mesin-mesin dan alat-alat berat seperti traktor, mesin pemanen, alat
tanam dan sebagainya di sektor pertanian merupakan sumber bahaya yang dapat
mengakibatkan cedera dan kecelakaan kerja fatal. Kesehatan dan keselamatan kerja
khususnya di bidang pertanian perlu mendapat perhatian dari pemerintah mengingat sebagian
besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Indonesia,
sebagaimana Negara maju telah memiliki landasan hukum K3 yang memadai (MKMI, 2010).
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengoperasian mesin combine harvester:

1. Terjadinya kecelakan dalam mengoperasikan combine harvester, pada umumnya


disebabkan oleh pemakaian yang tidak semestinya dan serta kecerobohan operator
saat mengoperasikan combine harvester, karna tidak mengikuti SOP dan menerapkan
K3.
2. Hal terpenting dalam keselamatan saat pengoperasian combine harvester adalah
mengetahui kondisi combine harvester yang akan dioperasikan dan mengetahui serta
menjalankan standard operational procedure (SOP) yang diterapkan.
3. Operator harus tahu cara menangani dan mewaspadai semua keadaan darurat yang
potensial.
4. Langkah pertama yang harus dipelajari oleh calon operator untuk dapat
mengoperasikan combine harvester adalah mengenal combine harvester itu sendiri.

11
III. METODE PELAKSANAAN

III.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKL

Praktik kerja lapangan (PKL) I dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2023 – 09 Agustus
2023 yang berlokasi di BPP Kuwarasan Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah.

Tabel 3.1 Materi Kegiatan

No Materi Rincian Kegiatan Metode Pelaksanaan Output


Kegiatan Kegiatan
1 Keadaan dan 1. Observasi dan 1. Pengumpulan data Laporan tertulis
informasi umum identifikasi potensi sekunder. hasil observasi
lokasi PKL I. pertanian utama. 2. Pengumpulan data dan identifikasi.
2. Observasi dan primer melalui
identifikasi potensi wawancara pengguna
SDM Pertanian. alsintan maupun
3. Identifikasi peluang pembina.
kegiatan peningkatan
nilai tambah dan daya
saing yang dapat
dilakukan.
2 Pemanfaatan 1. Mengidentifikasi 1. Pengumpulan data Laporan
teknologi jenis alsintan sekunder. tertulis hasil
pertanian. pascapanen dan 2. Pengumpulan data observasi dan
pengolahan yang ada. primer melalui identifikasi.
2. Menghitung jumlah wawancara pengguna
alsitan pascapanen alsintan maupun
dan pengolahan yang pembina.
ada.
3. Mengidentifikasi
pemanfaatan alsintan
pascapanen dan
pengolahan yang ada.
3 Optimalisasi 1. Mengidentifikasi Pengumpulan data Laporan

12
pemanfaatan permasalahan terkait primer dan pengkajian tertulis hasil
alsintan alsin pascapanen dan sederhana terkait observasi dan
pengolahan yang ada. metode penerapan identifikasi.
2. Memberikan usulan alsintan. Usulan
untuk optimalisasi perbaikan
pemanfaatan alsintan dalam rangka
pascapanen dan optimasi
pengolahan. pemanfaatan
alat.
4 Mengoperasikan 1. Mengoperasikan Mengoperasikan alsin Laporan tertulis
alsintan di alsintan pascapanen pascapanen dan dan
lokasi PKL I dan pengolahan sesuai pengolahan sesuai dokumentasi
dengan SOP. SOP sesuai prinsip pelaksanaan
2. Menerapkan prinsip K3. Mempelajari kegiatan.
K3 dalam prinsip kerja alsintan.
pengoperasian alsin
pascapanen dan
pengolahan di lokasi
PKL I.

III.2. Prosedur Pelaksanaan


III.2.1. Orientasi

Sebelum melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa diberikan orientasi


yang dibimbing oleh Kaprodi dan dosen pembimbing. Orientasi mahasiswa diberikan
pembekalan, pengenalan mengenai materi dan kegiatan PKL, selain itu mahasiswa diberikan
panduan mengenai prosedur pelaksanaan PKL, penyusunan proposal, penyusunan laporan,
dan lain-lain.

III.2.2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung (website resmi dinas pertanian Kebumen) yang bertujuan agar

13
mahasiswa mengetahui lokasi, keadaan dan ruang lingkup PKL I di BPP Kuwarasan. Selain
itu mahasiswa memperoleh data dan informasi secara nyata.

III.2.3. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan PKL I dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2023 sampai 09


Agustus 2023 di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kuwarasan, kabupaten Kebumen.

Tabel 3.2.3 Prosedur Kegiatan

Materi Waktu
No Kegiatan (Minggu)
I II III IV V VI
1 Keadaan dan
informasi umum
BPP Kuwarasan.
2 Mengidentifikasi
jenis alsin yang
ada dan layak
pakai di BPP
Kuwarasan.
3 Pemanfaatan
Alsintan yang
ada di BPP
Kuwarasan.
4 Mengoperasikan
Alsintan di
lapangan dengan
menggunakan
prinsip K3.
5 Pemeliharaan
dan perbaikan
Alsintan yang
ada di BPP
Kuwarasan.

14
6 Penyusunan
Laporan Hasil
PKL I.

15
DIAGRAM ALIR KEGIATAN
MULAI

Survey Lapangan

Rumusan Masalah

Tujuan

Pengumpulan Data

(Primer dan Sekunder)

Data Sekunder:

1. Penelitian yang
Data Primer: sudah dilakukan
1. Wawancara 2. Literatur
2. Data Percobaan 3. Data BPP

4. Data Asintan di BPP

Analisis Data

Analisis data
Analisis Teknis:
Pengoperasian:
1. Analisis Lokasi Produksi
1. Pengoperasian Mesin
2. Analisis Teknologi mesin
2. Penerapan K3
Yang Digunakan
3. Pemanfaatan Mesin

Penyusunan Laporan

Selesai

16
a) Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan yang terdapat di
lapangan, sehingga nantinya penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada. Survey
lapangan dapat dilakukan dengan datang secara langsung/turun ke lapangan untuk
melihat kondisi lapangan secara langsung.

b) Rumusan Masalah
Permasalahan yang ditemukan saat melakukan survey lapangan. Rumusan masalah ini
dibuat untuk mengetahui permasalahan apa saja yang terdapat di lapangan sehingga
nantinya akan di dapatkan solusi dari masalah tersebut.

c) Tujuan
Tujuan adalah fokus terhadap permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini
memiliki tujuan yaitu untuk menganalisis teknis dan uji mesin pada proses
penggilingan padi untuk mendorong atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi petani
sekitar BPP Kuwarasan.

d) Pengumpulan data
1. Data primer yaitu data yang didapatkan melalui pengamatan secara langsung di
lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis data. Data primer yang
diperoleh berupa data hasil percobaan dan juga data berdasarkan hasil wawancara
terhadap narasumber yang menguasai di bidang tersebut.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan studi
literatur yang sesuai dengan kebutuhan analisis data.

e) Analisis data
1. Analisis teknis adalah metode analisis yang menggunakan aspek teknis,
diantaranya yaitu analisis layout (tata letak) produksi, analisis bahan penggiling,
analisis teknologi yang digunakan dalam proses penggilingan padi, dan analisis
tahapan proses penggilingan.
2. Analisis data pengoperasian adalah metode analisis yang diperoleh dari proses
pengoperasian mesin yang digunakan. Data pengoperasian diikuti pula dengan
penerapan K3 dan juga pemanfaatan dari mesin tersebut di kalangan masyarakat.

f) Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan setelah mendapatkan hasil seluruh data dan kegiatan
telah selesai. Penyusunan laporan dilakukan untuk melaporkan hasil apa saja yang
telah kita dapat setelah melakukan kegiatan tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. Rochayati. 1988. Peranan Bahan Organik dalam Meningkatkan Efisiensi


Pupuk dan Produktivitas Tanah. Lokakarya Nasional: Efisiensi Pupuk. Puslittan: Bogor.
Hal. 161-180.
Ananto E. E., A. Setyono dan Sutrisno.2003. Panduan teknis penangnan panen dan
pascapanen padi dalam sistem usahatani tanaman ternak. Puslitbangtan, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Timur dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik (BPS),
Jawa Timur.
Badan Pusat Statistik Nasional. 2009. Analisis Usaha Tani Tanaman Padi, Jagung Dan
Kedelai Tahun 2009. Katalog BPS.
Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. 2013. Produksi Padi di Kalimantan Selatan.
Irwanto, K. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian,
Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. IPB. Bogor.
Juhendi, E. 2008. Pengembangan Pertanian Hemat Air melalui SRI (System of Rice
Intensification) dan PET (Pembelajaran Ekologi Tanah). Departemen Pekerjaan Umum,
Cirebon.
Makarim, A.K. dan I. Las. 2005. Terobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Irigasi
melalui Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).
Badan Litbang Pertanian. Hal. 115-127
MKMI. (2010). Vol 6 No.3. PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA,
180-184.
Niagakita. (2019, Maret 4). Fungsi & Cara Pengoperasian Combine Harvester. Retrieved
from Niagakita: https://niagakita.id/2019/03/04/fungsi-cara-pengoperasian-combine-
harvester/
Pangaribuan, S. (2017). ISBN 978-602-70530-6-9. Desain Dan Modifikasi Mesin Panen
Padi Tipe Mini Combine, Hal. 110-120
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sembiring, H. 2015. Pedoman Teknis GP-PTT Padi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Smith, H. P. 1965. Farm Machinery and Equiement. Tata McGraw Hill Publishing Company
LTD. Bombay. New Delhi.
Yoshie dan Rita, M. 2010. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi (Oryza sativa L.) Sawah
Sistem Tanam Pindah dan Tanam Benih Langsung di Desa Sidomulyo Kecamatan
Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara. 7 (2): 30-36.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan Praktik Kerja Lapangan I

JURNAL HARIAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Gilbert Yobel Samosir


NIM : 07.16.21.058
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Lokasi PKL I : BPP Kuwarasan, kabupaten Kebumen
No Hari Kegiatan Paraf
. Tanggal Pembimbing Keterangan
Eksternal

Kebumen, …………… 2023


Yang membuat

(Gilbert Yobel Samosir)

19
Lampiran 2. Format lembar konsultasi

LEMBAR KONSULTASI PKL I


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Gilbert Yobel Samosir


NIM : 07.16.21.058
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Lokasi PKL I : BPP Kuwarasan, kabupaten Kebumen
Pembimbing Internal : Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc
Pembimbing Eksternal :
No. Tanggal Materi Konsultasi Koreksi Pembimbing Paraf
Pembimbing

………….., …...………2023
Yang membuat

(Gilbert Yobel Samosir)

20

You might also like