Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
NIM: 07.16.21.058
KEMENTERIAN PERTANIAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL
NIM : 07.16.21.058
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) I.
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing Ketua Program Studi
Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. AgriComm
NIP: 198004192005012001 NIP: 198604212009121006
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala nikmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I dengan Judul
“Pengoperasian Mesin Combine Harvester Pada Proses Pemanenan Padi Di BPP
Kuwarasan Kabupaten Kebumen” tepat pada waktunya. Terselesainya proposal ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan bimbingannya, serta ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Muharfizah, S.TP, M.Si selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia.
2. Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. AgriComm selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil
Pertanian.
3. Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Internal.
4. Balai Penyuluh Pertanian Kuwarasan yang turut membantu dan memfasilitasi dalam
kelancaran penyusunan proposal PKL I.
5. Kedua orang tua yang selalu mendukung baik moril maupun materil.
6. Semua pihak yang membantu penyelesaian proposal yang penulis tidak dapat
sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
baik dari penyusunan kalimat, data maupun tatacara penulisannya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menghasilkan proposal yang
lebih baik dikemudian hari.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
I. PENDAHULUAN
Praktek Kerja Lapangan (PKL) I merupakan salah satu kegiatan akademik yang wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa, yang dilakukan di suatu perusahaan atau instansi pemerintahan
yang memiliki relevansi dengan bidang Teknologi pertanian.Dimana Kegiatan ini disusun
atas dasar visi dan misi yang termuat dalam tujuan Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia
(PEPI) dan perpaduan antara kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penelitian dan
pengabdian masyarakat dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dengan prinsip belajar
berkelanjutan yang memberikan makna langsung bagi mahasiswa yang dimana pada aktivitas
Pendidikan dan pelatihan nya bekerja secara langsung sistematis dan terarah.
Pelaksanaan PKL I ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang mampu
memiliki keahlian profesional, yakni tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.PKL ini bertujuan untuk
Meningkatkan keselarasan (link and match) antara lembaga pendidikan dan instansti
pemerintahan terkait Tidah hanya ini PKL I ini akan meningkatkan efisiensi penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional, dengan memanfaatkan
sumber daya pelatihan yang ada di dunia kerja dan memberi pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dalam proses Pendidikan.
Teknologi Hasil Pertanian adalah salah satu jurusan yang ada di kampus PEPI dimana
pada proses pembelajarannya memiliki tujuan yang spesifik dalam mewujudkan keahlian
dalam bidang alat mesin pertanian khususnya teknologi hasil pertanian.Pengembangan
1
alsintan memiliki kontribusi yang cukup tinggi dalam pembangunan pertanian terlebih lagi
pada peningkatan ekonomi petani, selain itu juga untuk mengatasi sulitnya mencari tenaga
kerja, terutama sering terjadi menjelang musim panen, sehingga waktu untuk musim panen
menjadi mundur, dan akan berakibat terhadap produkusi akan semakin menyusut (Umar
2013)
Salah satu alat mesin pertanian dalam Teknologi Hasil Pertanian adalah Alat Pemanen
Padi (Combine Harvester). Pemanenan padi di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh
tenaga manusia dengan menggunakan tenaga kerja yang sangat tinggi, kurang lebih 40 % dari
penggunaaan tenaga kerja orang untuk padi sawah secara intensif. Penanganan pascapanen
padi merupakan upaya sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi
padi.Kontribusi penanganan pascapanen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin
dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah atau beras yang sesuai dengan
persyaratan mutu.Masalah utama yang dihadapi dalam penanganan pascapanen padi adalah
tingginya susut ( losses ) baik secara kuantitatif maupun kualitatif.Akibat dari permasalahan
tersebut adalah adanya kecenderungan tidak memberikan insentif kepada petani untuk
memperbaiki tingkat pendapatannya.Maka dari itu perlu adanya mesin pemanenan padi
(combine harverter) yang ergonomis dengan inovasi atau pengembangan yang harus
mendukung.
Pada umumnya petani tradisional padi sawah menggunakan alat pemotong padi
tradisional yaitu ani-ani, sabit yang bergerigi dan perontok menggunakan mesin
sederhana.Sistem ini dianggap kurang efektif dan efisien dikarenakan oleh biaya tenaga kerja
yang mahal dan tingginya tingkat kehilangan hasil produksi. Hal ini disebabkan dalam panen
tradisional banyak membutuhkan tenaga kerja, pemotong padi tradisional dalam proses pasca
2
panen membutuhkan waktu yang lama sehingga berpengaruh pada kematangan buah padi
yang memberikan kerugian hasil produksi petani padi sawah.
Berdasarkan uraian diatas, maka dengan ini akan dilakukan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) I dengan judul “Pengoperasian Mesin Combine Harvester Pada Proses Pemanenan
Padi Di BPP Kuwarasan Kabupaten Kebumen” yang diharapkan dapat membantu proses
pemanenan menjadi lebih efektif dan efisien sehingga meningkatkan produktivitas padi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya Praktik Kerja Lapangan I (PKL I) adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari cara kerja alat mesin pertanian pada proses pemanenan padi yaitu mesin
Combine Harvester.
2. Mempelajari proses pemanenan menggunakan mesin Combine Harvester serta
dampaknya pada pertanian di masyarakat sekitar BPP Kuwarasan.
3. Untuk mengetahui pengaruh mesin pemanen padi (Combine Harvester) terhadap
kapasitas panen di masyarakat sekitar BPP Kuwarasan.
4. Mempelajari sistem kerja dari kegiatan penyuluhan di BPP Kuwarasan.
5. Mengetahui keadaan serta kendala yang terjadi di lapangan mengenai proses
pemanenan padi.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami cara kerja dari mesin Combine Harvester serta
mengoperasikan mesin sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
2. Mahasiswa terlatih untuk berfikir kritis dan mengoptimalkan daya fikirnya untuk
menilai tentang permasalahan yang terjadi di lapangan dan mencari solusi yang tepat
untuk menjawab masalah tersebut.
3. Mahasiswa dapat mewujudkan jiwa kemandirian dan kemampuan beradaptasi serta
bersosialiasi dengan masyarakat di sekitar BPP Kuwarasan.
4. Sebagai referensi data kuantitas produksi padi yang di hasilkan oleh mesin pemanen
padi (Combine Harvester).
3
5. Memperoleh Wawasan baru dan Pengalaman dalam dunia kerja sebagai gambaran di
instansi terkait.
6. Menciptakan Kerjasama yang baik dengan UPT Dinas Pertanian di Kab/Kota dan
tingkat Kelurahan.
7. Untuk Kampus,Terjalinnya hubungan kerja sama yang baik (link and macth) antara
Kampus PEPI dan dengan pihak Instansi tempat dilaksanakannya PKL.
8. Memperkenalkan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian PEPI kepada masyarakat luas
dikalangan instansi terkait.
9. Untuk Instansi tempat PKL,memperoleh pengabdian atau sumbangan baik tenaga
maupun pikiran dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada yang akan
dihadapi instansi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang menjadi
makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang
diperlukan tubuh. Menurut Poedjiadi (1994), kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9
%, protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lain-lain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut.
Data BPS Jawa Timur (2013), dalam periode tahun 2010 sampai 2014 terjadi dua kali
penurunan produksi sebesar 1,07 % pada 2011 dan 0,94 % pada 2014. Produksi padi di Jawa
Timur pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan yaitu sebesar 9,2 %
dan kembali menurun pada tahun 2013 sebesar 1,2 % dengan rata-rata produktivitas 5,9 ton
hektar-1, sementara produkstivitas padi di kabupaten Pasuruan sebesar 6,7 ton/hektar -1.
Sembiring (2015) mengatakan, bahwa kendala dalam peningkatan produksi semakin
kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan strategis diluar sektor
pertanian berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman.
Menurut Makarim dan Las (2005), cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan
produksi padi nasional secara berkelanjutan adalah meningkatkan produktivitas melalui
ketepatan pemilihan komponen teknologi dengan memperhatikan kondisi lingkungan biotik,
lingkungan abiotik serta pengelolaan lahan yang optimal. Penggunaan teknologi sistem tanam
dalam budidaya padi diharapkan dapat mempengaruhi hasil produksi, dan pada akhirnya akan
mempengaruhi pendapatan petanin pangan. Yoshie dan Rita (2010) mengatakan, teknologi
budidaya yang tepat tidak hanya menyangkut masalah penggunaan varietas unggul, tetapi
juga pemilihan metode tanam yang tepat.
Pada umumnya petani padi sawah di Indonesia menggunakan metode tanam pindah
(konvensional) pada kegiatan usahataninya. Pada metode tanam pindah, bibit padi ditanam
dengan jarak tanam rapat dengan jarak tidak lebih dari 20 cm x 20 cm. Teknologi budidaya
lain yang dapat diterapkan sebagai upaya peningkatan produksi padi adalah dengan metode
tanam jajar legowo yaitu dengan prinsip pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi
untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir. Teknologi berikutnya adalah metode
5
tanam SRI (Sistem of Rice Intensification) yaitu budidaya tanaman padi intensif dan efisien
dengan proses
manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan yang seimbang terhadap
tanah, tanaman dan air (Juhendi, 2008).
Perbedaan metode tanam akan mempengaruhi biaya produksi dan hasil usaha tani
padi sawah. Disamping penggunaan metode tanam yang tepat, untuk meningkatkan hasil padi
perlu pemberian bahan organik pada tanah yang ditanami padi. Padi membutuhkan
persediaan hara yang cukup untuk pertumbuhan supaya memperoleh hasil yang tinggi.
Pemberian bahan organik merupakan suatu tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman
karena dapat meningkatkan efisiensi pupuk (Adiningsih dan Rochayati, 1988).
II.2. Beras
6
pemotongan padi hingga perontokan gabah. Dalam sistem panen secara garis besar
dipengaruhi oleh mekanisme panen itu sendiri dan proses pemanenan. Mekanisme panen
sangat terkait dengan budaya serta kebiasaan masyarakat setempat. terdapat tiga sistem
pemanenan padi yang berkembang di masyarakat yaitu sistem ceblokan, sistem individu atau
keroyokan dan sistem kelompok.Sistem panen tersebut sangat terkait dengan faktor sosial dan
budaya masyarakat setempat yang pada akhirnya mempengaruhi pada tahapan selanjutnya
berupa kegiatan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Pemanenan padi sistem individual
atau keroyokan dengan jumlah pemanen yang tidak terbatas menyebabkan banyak gabah
tercecer dan yang tidak terontok.
Pemanenan padi dengan sistem kelompok atau beregu mudah terkontrol, sehingga
dapat menekan tingkat kehilangan pada saat pemanenan (Ananto et.al, 2003). Menurut
Irwanto (1980), cara kerja dari alat-alat pemanen padi dapat dibedakan menjadi bebrapa
bagian yang diantaranya: Mesin panen yang hanya memotong rumpun padi kemudian
melemparkan kesamping (reaper). Mesin panen yang mampu memotong rumpun,
merontokkan dan membersihkan butiran gabah dari kotoran (Combine harvester) Saat
sekarang ini proses panen ini yang biasanya menggunakan alat-alat panen padi tradisional
kini beralih ke penggunaan mesin pemanen padi modern combine harvester, selain
meningkatkan efisiensi panen dengan pengurangan waktu panen bila dibandingkan tenaga
manusia dan penggunaan alat panen tradisional juga mengurangi tingkat kehilangan hasil,
dikarenakan prinsip kerja alat pemanen padi kombinasi ini selain memotong padi (reaping),
juga merontok (threshing) juga sekaligus mengemas gabah (packing) ke dalam karung. Selain
mengefesienkan waktu dan biaya saat panen, alat panen padi ini juga menjadi wadah untuk
mengembangkan usaha khususnya pada sektor pertanian dengan menyediakan jasa
pemanenan dengan meggunakan alat panen Combine harvester, hal ini menjadi peluang
tersendiri bagi pengusaha yang bergerak di sektor pertanian untuk meraup keuntungan dari
usaha tersebut.
Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir tanaman
yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan dilapangan. Dengan
demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia
(manual) serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada
pemanenan tradisional. Oleh karena itu penggunaan mesin ini dapat menggantikan dan
meniadakan alat-alat pengikat, pemotong dan perontok pada kegiatan pemanenan. Adapun
keuntungan dari penggunaan alat ini adalah mengurangi biaya pemanenan dan perontokan,
7
kebutuhan tenaga berkurang, lahan dapat lebih cepat dibersihkan untuk kegiatan pengolahan
lahan tanah kembali, jerami terdistribusi di atas tanah serta proses pemasaran dari produksi
ataupun hasil panen dapat segera dilakukan sedangkan kendala dari alat ini yaitu investasi
yang dibutuhkan relative besar (Smith, 1965).
Combine harvester adalah salah satu tipe mesin panen yang kegiatan memotong,
memegang, merontok, dan membersihkan dilakukan dalam sekaligus. Tipe combine
harvester berdasarkan cara perontokannya dibagi menjadi dua macam, yaitu combine
harvester tipe Whole feeding dimana semua hasil potongan (jerami dan padi) masuk kedalam
bagian perontokan (thresher). Tipe Whole feeding digunakan untuk memanen gandum,
kemudian berkembang dan diadopsi untuk memanen padi, dan terakhir yaitu combine
harvester tipe Head feeding dimana hanya bagian malainya yang masuk ke dalam bagian
perontok (thresher) sedangkan jerami dijepit oleh bagian pembawa (conveying).
8
Gambar 2.4 Bagian Combine Harvester
(Sumber: https://mekanisasi.litbang.pertanian.go.id)
Penggunaan combine harvester masih sulit digunakan pada area persawahan yang
lahanya tidak luas, dimana combine harvester ini harus digunakan pada area tertentu, karna
combine harvester memerlukan lahan yang luas untuk digunakan secara optimal. Tetapi
dalam penggunaan combine harvester harus memerlukan standard operasional. Standard
operasional ditujukan agar tercapainya tujuan kerja serta terhindarnya dari peluang terjadinya
kecelakaan. Karena itu perlu adanya SOP (standard operational procedure) yang baik untuk
menghindari kecelakaan.
9
5. Membersihkan gabah dengan cara membuang gabah kosong dan benda asing.
Combine harvester menggunakan mesin yang bahan bakar diesel, dimana cara
menghidupkannya dengan sistem starter yang menggunakan arus DC (baterai atau Accu).
Sebelum menghidupkan pastikan dan perhatikan transmisi utama, pengatur kecepatan, gas
dalam keadaan netral dan tongkat kopling dalam keadaan parking. Putar kunci kontak ke kiri
untuk pemanas busi pijar dan tunggu hingga lampu padam. Kemudian langsung putar ke
kanan untuk On-kan dan start dimulai, jangan mengstarter lebih dari 5 detik karena dapat
mengakibatkan over-hot yang langsung merusak bagian-bagian sistem tersebut.
Combine harvester dapat bergerak maju jika mesin penggeraknya hidup, kemudian
masukkan gigi transmisi utama dengan kecepatan low, netral, high dan deep dengan
porseneling maju 1,2 dan 3 dan mundur R. Pastikan pandangan operator/ pengemudi lurus ke
depan atau mengontrol semua sistemnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau
menimbulkan kecelakaan.
Sistem pembelokan pada combine harvester hampir sama dengan sistem pembelokan
pada traktor. Namun sistem pembelokan combine harvester lebih efektif dikarenakan
pembelokan combine ke arah kiri dan kanan dapat dioperasikan langsung hanya dengan satu
tongkat saja.
Sistem pada combine dilengkapi dengan sistem transmisi pengatur kecepatan putaran.
Tarik tuas thresser, kemudian sesuaikan kecepatan putarannya biarkan padi dan jerami
dirontokkan selama 2-3 menit. Dan jika ingin memotong padi, tarik tuas pisau lalu sesuaikan
dengan kecepatan putarannya dan juga jarak pemotongannya.
10
Combine harvester dapat dihentikan dengan cara perlahan-lahan, yakni cukup tarik
tuas kopling ke posisi parking atau menginjak handle kopling kemudian off-kan semua
sistem transmisi. Dikarenakan combine harvester dilengkapi dengan sistem pengereman
hidraulik otomatis bukannya manual (Niagakita, 2019).
Penggunaan mesin-mesin dan alat-alat berat seperti traktor, mesin pemanen, alat
tanam dan sebagainya di sektor pertanian merupakan sumber bahaya yang dapat
mengakibatkan cedera dan kecelakaan kerja fatal. Kesehatan dan keselamatan kerja
khususnya di bidang pertanian perlu mendapat perhatian dari pemerintah mengingat sebagian
besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Indonesia,
sebagaimana Negara maju telah memiliki landasan hukum K3 yang memadai (MKMI, 2010).
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengoperasian mesin combine harvester:
11
III. METODE PELAKSANAAN
Praktik kerja lapangan (PKL) I dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2023 – 09 Agustus
2023 yang berlokasi di BPP Kuwarasan Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah.
12
pemanfaatan permasalahan terkait primer dan pengkajian tertulis hasil
alsintan alsin pascapanen dan sederhana terkait observasi dan
pengolahan yang ada. metode penerapan identifikasi.
2. Memberikan usulan alsintan. Usulan
untuk optimalisasi perbaikan
pemanfaatan alsintan dalam rangka
pascapanen dan optimasi
pengolahan. pemanfaatan
alat.
4 Mengoperasikan 1. Mengoperasikan Mengoperasikan alsin Laporan tertulis
alsintan di alsintan pascapanen pascapanen dan dan
lokasi PKL I dan pengolahan sesuai pengolahan sesuai dokumentasi
dengan SOP. SOP sesuai prinsip pelaksanaan
2. Menerapkan prinsip K3. Mempelajari kegiatan.
K3 dalam prinsip kerja alsintan.
pengoperasian alsin
pascapanen dan
pengolahan di lokasi
PKL I.
III.2.2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung (website resmi dinas pertanian Kebumen) yang bertujuan agar
13
mahasiswa mengetahui lokasi, keadaan dan ruang lingkup PKL I di BPP Kuwarasan. Selain
itu mahasiswa memperoleh data dan informasi secara nyata.
III.2.3. Pelaksanaan
Materi Waktu
No Kegiatan (Minggu)
I II III IV V VI
1 Keadaan dan
informasi umum
BPP Kuwarasan.
2 Mengidentifikasi
jenis alsin yang
ada dan layak
pakai di BPP
Kuwarasan.
3 Pemanfaatan
Alsintan yang
ada di BPP
Kuwarasan.
4 Mengoperasikan
Alsintan di
lapangan dengan
menggunakan
prinsip K3.
5 Pemeliharaan
dan perbaikan
Alsintan yang
ada di BPP
Kuwarasan.
14
6 Penyusunan
Laporan Hasil
PKL I.
15
DIAGRAM ALIR KEGIATAN
MULAI
Survey Lapangan
Rumusan Masalah
Tujuan
Pengumpulan Data
Data Sekunder:
1. Penelitian yang
Data Primer: sudah dilakukan
1. Wawancara 2. Literatur
2. Data Percobaan 3. Data BPP
Analisis Data
Analisis data
Analisis Teknis:
Pengoperasian:
1. Analisis Lokasi Produksi
1. Pengoperasian Mesin
2. Analisis Teknologi mesin
2. Penerapan K3
Yang Digunakan
3. Pemanfaatan Mesin
Penyusunan Laporan
Selesai
16
a) Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan yang terdapat di
lapangan, sehingga nantinya penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada. Survey
lapangan dapat dilakukan dengan datang secara langsung/turun ke lapangan untuk
melihat kondisi lapangan secara langsung.
b) Rumusan Masalah
Permasalahan yang ditemukan saat melakukan survey lapangan. Rumusan masalah ini
dibuat untuk mengetahui permasalahan apa saja yang terdapat di lapangan sehingga
nantinya akan di dapatkan solusi dari masalah tersebut.
c) Tujuan
Tujuan adalah fokus terhadap permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini
memiliki tujuan yaitu untuk menganalisis teknis dan uji mesin pada proses
penggilingan padi untuk mendorong atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi petani
sekitar BPP Kuwarasan.
d) Pengumpulan data
1. Data primer yaitu data yang didapatkan melalui pengamatan secara langsung di
lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis data. Data primer yang
diperoleh berupa data hasil percobaan dan juga data berdasarkan hasil wawancara
terhadap narasumber yang menguasai di bidang tersebut.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan studi
literatur yang sesuai dengan kebutuhan analisis data.
e) Analisis data
1. Analisis teknis adalah metode analisis yang menggunakan aspek teknis,
diantaranya yaitu analisis layout (tata letak) produksi, analisis bahan penggiling,
analisis teknologi yang digunakan dalam proses penggilingan padi, dan analisis
tahapan proses penggilingan.
2. Analisis data pengoperasian adalah metode analisis yang diperoleh dari proses
pengoperasian mesin yang digunakan. Data pengoperasian diikuti pula dengan
penerapan K3 dan juga pemanfaatan dari mesin tersebut di kalangan masyarakat.
f) Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan setelah mendapatkan hasil seluruh data dan kegiatan
telah selesai. Penyusunan laporan dilakukan untuk melaporkan hasil apa saja yang
telah kita dapat setelah melakukan kegiatan tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
JURNAL HARIAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
19
Lampiran 2. Format lembar konsultasi
………….., …...………2023
Yang membuat
20